Administratif
Administratif
Pengertian Retribusi parkir menurut Perda No. 4 Tahun 2017 adalah pungutan daerah
sebagai pembayaran atas jasa penyediaan pelayanan parkir tepi jalam umum yang disediakan
dan ditentukan oleh Pemerintah Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Marihot P. Siahaan (2010), mengemukakan bahwa retribusi parkir
adalah suatu penyediaan pelayanan parkir tepi jalan umum yang ditentukan oleh pemda
sesuai dengan ketentuan dan aturan yang berlaku.
Di balik peningkatan pajak dan retribusi parkir setiap tahunnya, perlu kita ketahui
bahwa terdapat permasalahan klasik terkait dengan pajak dan retribusi parkir khususnya di
Kota Surabaya yang sampai sekarang belum kunjung ada solusinya. Mulai dari penerimaan
retribusi parkir yang masih banyak menemukan kendala dalam pengelolaannya dimana masih
Kajian Substantif Pembentukan BLUD Pengelolaan Parkir
Dinas Perhubungan Kota Surabaya |3
banyak kawasan parkir yang strategis tetapi tidak terdaftar di Pemerintah Daerah, sampai
kepada adanya pihak/ oknum yang mengaku sebagai putra daerah atau ormas tertentu yang
kurang bertanggungjawab dengan menggunakan kesempatan tersebut untuk meraup
keuntungan padahal pihak/ oknum tersebut belum terdaftar sebagai juru parkir pada Dinas
Perhubungan Kota Surabaya. Masalah lain yang menjadi kendala dalam pemungutan retribusi
parkir adalah belum optimalnya pemungutan yang dilakukan secara langsung, online, ataupun
secara elektronik melalu mesin parkir elektronik yang ada di Kota Surabaya. Selain itu juga
terdapat beberapa oknum juru parkir yang tidak menyetorkan retribusi parkir sesuai dengan
potensi/ target yang telah ditentukan sebelumnya. Untuk itu perlu ada terobosan kebijakan
yang dapat mendongkrak upaya peningkatan PAD dalam optimalisasi pengelolaan keuangan
daerah (Harefa, Permana, Mangeswuri, & Meilani, 2018).
Untuk mengelola pembiayaan pelayanan parkir, agar lebih efektif dan efisien
dirasakan perlu pengembangan dalam penyelenggarannya, sehingga diperlukan kajian untuk
mengetahui kelayakan Badan Layanan Umum (BLU) dan alternatif lain. Peraturan tentang
badan layanan umum berkembang dari amanat pasal 69 ayat (7) Undang-Undang Nomor 1
tahun 2004 dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum. Secara umum peraturan ini menjelaskan
tentang tujuan, persyaratan, standar dan tarif layanan dan pengelolaan keuangan BLU.
Peraturan ini diubah dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2012
Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum.
Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) diatur dalam Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 79 Tahun 2018 tentang Badan Layanan Umum Daerah. Berdasarkan peraturan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 79 Tahun 2018 2018 tentang Badan Layanan Umum
Daerah, Badan Layanan Umum Daerah adalah sistem yang diterapkan oleh unit pelaksana
teknis dinas/badan daerah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat yang
mempunyai fleksibilitas dalam pola pengelolaan keuangan sebagai pengecualian dari
ketentuan pengelolaan daerah pada umumnya.
BLUD berbeda dengan satuan kerja perangkat daerah pada umumnya, perbedaannya
terletak pada fleksibilitas yang dimiliki BLUD. Fleksibilitas yang dimaksud adalah BLUD
diberi kebebasan tertentu dalam melakukan pola pengelolaan keuangan dengan menerapkan
praktik bisnis yang sehat. BLUD memiliki tujuan memberikan layanan umum yang lebih
1.2. TUJUAN
Tujuan dari penyusunan Rencana Strategis Bisnis ini adalah untuk melengkapi salah
satu persyaratan untuk penerapan PPK-BLUD yaitu Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
79 Tahun 2018 tentang Badan Layanan Umum Daerah, dan Peraturan Walikota Surabaya
Nomor 22 Tahun 2008 tentang Persyaratan Administratif dalam rangka Pengusulan dan
Penetapan Satuan Kerja Perangkat Daerah/Unit Kerja untuk Menerapkan Pola Pengelolaan
Keuangan UPT Parkir Tepi Jalan Umum Pergub No. 29 tahun 2006 sebagai acuan bagi UPT
Parkir Tepi Jalan Umum untuk melakukan pembenahan dan pengembangan organisasi untuk
mencapai visi dan misinya selama lima tahun ke depan. Selain itu penyusunan Rencana
Strategis Bisnis ini juga dipergunakan sebagai dasar penyusunan Rencana Bisnis dan
Anggaran (RBA) dan evaluasi kinerja, sesuai dengan yang dipersyaratkan dalam
Permendagri No. 61 tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan UPT Parkir Tepi Jalan
Umum.
Selain itu, tujuan dari dibentuknya UPT Parkir Tepi Jalan Umum Kota Surabaya adalah
untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan layanan terhadap masyarakat. Hal ini ditunjang
dari urgensi kebtuhan pengelolaan parkir yang lebih optimal mengingat:
1. Meningkatnya permintaan parkir. Ketika Surabaya tumbuh dan menjadi lebih padat
penduduknya, permintaan parkir dapat meningkat secara dramatis. Badan layanan
publik dapat membantu mengelola permintaan ini dan memastikan bahwa parkir
tersedia di area yang paling membutuhkan.
2. Ketersediaan fasilitas parkir yang terbatas. Di beberapa area, ketersediaan fasilitas
parkir mungkin terbatas, sehingga menyulitkan masyarakat untuk mencari tempat
Kajian Substantif Pembentukan BLUD Pengelolaan Parkir
Dinas Perhubungan Kota Surabaya |5
parkir. Badan layanan publik dapat bekerja untuk meningkatkan ketersediaan fasilitas
parkir dan mengelolanya secara lebih efektif.
3. Kebutuhan akan pendapatan. Biaya parkir dapat menjadi sumber pendapatan yang
penting bagi pemerintah kota Surabaya dan badan layanan publik. Dengan
membentuk badan untuk mengelola biaya parkir, pemerintah dapat memastikan
bahwa mereka memungut biaya yang sesuai dan menggunakan pendapatan untuk
mendukung pengoperasian dan pemeliharaan fasilitas.
4. Memperbaiki infrastruktur parkir: Di banyak kota, infrastruktur parkir mungkin sudah
usang atau perlu diperbaiki. Dengan membentuk badan layanan umum untuk
pengelolaan retribusi parkir, pemerintah dapat fokus pada perbaikan dan modernisasi
infrastruktur parkir untuk melayani kebutuhan masyarakat dengan lebih baik.
Berikut merupakan poin-poin dari manfaat pembentukan BLUD pada UPT Parkir Tepi Jalan
Umum pengelolaan parkir:
1. Aspek Pengelolaan Keuangan. Fleksibilitas, dimana BLUD diharapkan bisa
menerapkan praktek-praktek bisnis yang sehat (best practice) dalam penyelenggaraan
fungsi organisasi. BLUD dapat memungut biaya atas bisnisnya kepada pengguna
layanan. BLUD dikelola dengan memperhitungkan efisiensi biaya dalam setiap
kegitan operasionalnya. BLUD wajib melakukan perhitungan akuntansi biaya atas
setiap unit produk yang dihasilkan. BLUD dikelola untuk meningkatkan layanan yang
bermutu sebagai sumber pendapatan operasional.
2. Aspek Manajemen Organisasi. BLUD dalam melaksanakan praktekpraktek bisnis
yang sehat perlu melakukan pengelolaan dan pengukuran kinerja. Semua output
kinerja BLUD perlu diukur untuk melihat bagaimana organisasi telah bekerja dalam
mencapai targetnya. Pengelolaan BLUD dilakukan secara professional melalui alat
pengedalian manajemen.
3. Penganggaran Berbasis Kinerja. BLUD diharapkan menjadi prototipe satuan kerja
instansi pemerintah lainnya dengan model rencana bisnis anggaran yang dilaksanakan
dalam proses penganggaran dan pelaksanaan anggaran.
Hak-hak yang dimiliki oleh BLU/BLUD meliputi:
1. Fleksibilitas pelaksanaan anggaran, termasuk pengelolaan pendapatan dan belanja,
pengelolaan kas, dan pengadaan barang/jasa.
2. Mempekerjakan tenaga profesional non-PNS.
Guna mewujudkan visi tersebut Dinas Perhubungan Kota Surabaya telah menetapkan 2 (dua)
Misi sebagai berikut:
1. Meningkatkan Kelancaran Lalu Lintas Jalan.
a. Penjelasan:
i. Mengatur dan menyediakan perlengkapan jalan.
ii. Melakukan pengawasan dan penertiban pelanggaran lalu lintas.
iii. Menerapkan manajemen lalu lintas berbasis informasi teknologi.
iv. Meningkatkan Teknologi Informasi di bidang Perhubungan.
v. Meningkatkan Keselamatan dan Kelancaran Transportasi Lalu Lintas.
2. Meningkatkan Kualitas Pelayanan Angkutan Umum.
a. Penjelasan:
i. Mengatur dan menyediakan sarana dan prasarana angkutan orang dan
barang.
ii. Meningkatkan kendaraan angkutan umum yang memenuhi persyaratan
teknis dan laik jalan.
Untuk mewujudkan 1 Tujuan dan 1 Sasaran Dinas Perhubungan (dengan terdapat 5
indicator) dalam 5) tahun ke depan sesuai dengan misi ketiga RPJMD “Memantapkan
penataan ruang kota yang terintegrasi melalui ketersediaan infrastruktur dan utilitas kota yang
modern berkelas dunia serta berkelanjutan”, maka ditetapkan 8 strategi untuk masing-masing
sasaran, sebagai berikut:
1. Mengembangkan manajemen dan rekayasa lalu lintas;
2. Melakukan koordinasi dengan stakeholder terkait untuk evaluasi kinerja lalu lintas;
3. Mengatur arus lalu lintas ketika terjadi kemacetan;
4. Menyediakan armada bus untuk melayani jalan protokol di Kota Surabaya;
1.5.1. Perencanaan
Perencanaan merupakan proses paling awal untuk menentukan tujuan dari kegiatan
yang akan dilakukan, dengan perencanaan yang jelas dan terukur maka tujuan yang akan
dijalankan akan sesuai dengan apa yang diharapkan. Dalam hal ini Pemerintah Kota Surabaua
melalui BLUD Pengelolaan Parkir Dinas Perhubungan Kota Surabaya telah melakukan
beberapa perencanaan pemungutan retribusi parkir yang telah dilaksanakan untuk
memaksimalkan penerimaan.
Selain itu perencanan lain yang dilakukan terkait permasalahan PAD konvensional
yang belum optimal yaitu dengan cara bekerjasama dengan konsultan untuk membuat kajian
tentang lokasi parkir yang berpotensi, mengelola tempat khusus parkir seperti SWK (Sentra
Wisata Kuliner) dan pelataran parkir milik dan atau yang dikuasai Pemerintah Kota
Surabaya, mengusulkan untuk pembuatan dan pembangunan gedung parkir, mengusulkan
untuk membuat gate parkir di tempat khusus parkir lahan milik pemerintah, melakukan
kerjasama dengan pihak ketiga dalam hal pengelolaan parkir di tepi jalan umum, dan
melakukan kerjasama investasi dengan pihak lain tentang pengelolaan parkir dengan
membuat gedung parkir vertical untuk parkir motor, dan skema pembayaran parkir dengan
system Non-Tunai.
Upaya-upaya tersebut dilakukan untuk mengoptimalkan pendapatan retribusi parkir
yang ada agar jumlah realisasi penerimaan mencapai target yang sudah ditentukan. Penentuan
target retribusi ini setiap tahunnya digali seiring berkembangnya ekonomi masyarakat.
Semakin banyak potensi yang ada dari hasil kajian potensi pendapatan dari retribusi parkir
maka semakin besar juga target yang ditentukan.
Tahap perencanan ini pun pada umumnya melibatkan berbagai pihak internal yang ada di
BLUD UPT Parkir Tepi Jalan Umum di antaranya Ketua UPT Parkir Tepi Jalan Umum,
Kasubbag TU, dan Bagian Perencanaan. Selain itu, pihak eksternal yang terlibat dalam
pengelolaan parkir yaitu Dispenda Provisi Jawa Timur, Bapenda Kota Surabaya, Polri/TNI,
Satpol PP, Dishub, BPR SAU, Masyarakat, ORMAS, Tukang Parkir, Bidang Hukum, dan
Diskominfo. Sehingga dalam hal ini kinerja Dishub pada tahap perencanaan program
1.5.2. Pengorganisasian
Tahap selanjutnya setelah perencanaan yaitu tahap pengorganisasian.
Pengorganisasian adalah tahap pembagian kerja para aparat UPT Parkir Tepi Jalan Umum
yang bertugas ke lapangan dan juga juru parkir resmi yang bekerja langsung di lapangan.
Rencana yang baik dan matang tanpa adanya pengorganisasian yang tepat maka bisa
menimbulkan permasalahan-permasalahan yang muncul.
Pengorganisasian dalam suatu lembaga atau organisasi dapat dilakukan dengan cara
menentukan tugas apa yang harus dikerjakan, siapa yang saja yang harus mengerjakan dan
siapa yang bertanggung jawab atas tugas tersebut, bagaimana tugas itu dikelompokkan sesuai
tugas masing-masing dan bagaimana tugas itu sesuai dengan tanggung jawab kita. Hal ini
dapat dilihat dari bagan strukur organisasi UPT Parkir Tepi Jalan Umum Kota Surabaya yang
memiliki tahap pengorganisasian.
Tahap pengorganisasian yang harus dilihat yaitu apakah fungsi dari masing- masing
bagian yang ada di UPT Parkir Tepi Jalan Umum ini baik yang bertugas di kantor dan di
lapangan sudah sesuai dengan tanggung jawab atau tugasnya atau belum. Pengorganisasian
yang dilakukan oleh dishub sudah sesuai dengan ketentuan Perda No. 4 Tahun 2017 yang
mana pemungutan retribusi parkir ini merupakan pungutan daerah sebagai pembayaran atas
Kajian Substantif Pembentukan BLUD Pengelolaan Parkir
Dinas Perhubungan Kota Surabaya | 13
jasa yang disediakan oleh pemerintah selaku pengelola pelayanan tepi jalan umum dengan
sesuai dengan peraturan yang berlaku. Dengan system pembayaran parkir elektronik, seluruh
pembayaran parkir akan otomatis masuk ke dalam rekening UPT Parkir Tepi Jalan Umum
sehingga memudahkan penghimpunan dana parkir menjadi lebih efisien dan mengurangi
resiko kebocoran penerimaan parkir.
Table 1.2. Peran Ekosistem Parkir Kota Surabaya
1.5.3. Pelaksanaan
Pelaksanaan pemungutan retribusi parkir ini mencakup beberapa proses yang harus
dilakukan. Proses-proses tersebut yaitu proses pemungutan, proses penyetoran, proses
pembukuan/pencatatan dan proses pelaporan. Pelaksaan pemungutan retribusi parkir
dilakukan oleh orang-orang yang ditunjuk oleh pemerintah sesuai dengan standar operasional
yang berlaku di UPT Parkir Tepi Jalan Umum dan sudah disesuaikan oleh dasar hukum.
Proses pemungutan secara langsung itu melalui juru parkir melalui berbagai jenis saluran
pembayan non tunai (QRIS, e-money, Dana, GoPay, OVO, dan Shopeepay). Dari saluran
pembayaran non tunai tersebut otomatis akan masuk ke dalam rekening penampung resmi
dari UPT Parkir Tepi Jalan Umum.
Tarif parkir disetarakan untuk seluruh wilayah parkir di bawah pengelolaan UPT
Parkir Tepi Jalan Umum. Setelah melakukan pembayaran parkir, pengunjung mendapatkan
bukti pembayaran parkir yang dicetak secara otomatis oleh jukir. Lokasi parkir akan
dilengkapi dengan CCTV di beberapa sudut strategis untuk mengawasi kemungkinan
kebocoran penerimaan pendapatan parkir.
KA UPT PARKIR
TJU
KA SUB BAGIAN
TATA USAHA
1.6.9. Remunerasi
Remunerasi untuk Pejabat Pengelola dan Pegawai BLUD diatur dalam
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 79 Tahun 2018 pada Pasal 23, yaitu Pejabat
Pengelola dan Pegawai BLUD diberikan remunerasi sesuai dengan tanggung jawab
Tabel 1 Remunerasi sesuai Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 79 Tahun 2018
3.1.1 Keamanan
Keamanan merupakan standar minimal yang harus dipenuhi untuk memastikan
keamanan layanan parkir agar pengguna jasa parkir dan pengelola parkir terhindar dari
berbagai risiko.
a. Keamanan Fisik
Lampu penerangan
Kamera CCTV
Pengaman atau pagar di sekitar area parkir.
Petugas keamanan yang siaga di area parkir.
d. Keamanan Transaksi
Sistem pembayaran yang terintegrasi dan aman.
Mekanisme penanganan sengketa pembayaran.
3.1.2 Keselamatan
Keselamatan merupakan standar minimal yang harus dipenuhi untuk memastikan
keselamatan layanan parkir agar dapat memberikan rasa aman dan nyaman bagi pengguna jasa
parkir serta meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap penyedia jasa parkir.
a. Keselamatan Fisik;
Rambu-rambu dan marka jalan yang jelas di area parkir.
Tanda-tanda peringatan dan pengaman di area parkir.
Fasilitas penerangan dan jalan yang memadai di area parkir.
b. Keselamatan Kebakaran
Alat pemadam kebakaran dan tanda-tanda evakuasi yang jelas di area parkir.
Jalur evakuasi yang mudah diakses dan aman.
c. Keselamatan Kesehatan
Sanitasi dan kebersihan yang terjaga di area parkir.
Tanda-tanda peringatan dan pengaman di area parkir.
d. Keselamatan Lalu Lintas
Rambu-rambu dan marka jalan yang jelas di area parkir.
Aturan-aturan lalu lintas yang diatur dan dijaga di area parkir.
3.1.4 Kemudahan
Kemudahan merupakan standar minimal yang harus dipenuhi dengan memastikan
penyelenggaraan layanan parkir yang mudah dan efektif bagi pengguna jasa parkir.
Meliputi;
Informasi yang jelas mengenai lokasi parkir, tarif parkir, dan jam operasional parkir.
Fasilitas parkir yang mudah diakses, seperti parkir yang dekat dengan area publik atau
transportasi umum.
Penerapan teknologi informasi dan komunikasi untuk mempermudah reservasi parkir,
pembayaran nontunai, dan manajemen parkir secara online.
Fasilitas parkir yang ramah lingkungan, seperti penggunaan energi terbarukan dan
teknologi hijau.
Kualitas pelayanan parkir dengan memberikan pelayanan yang ramah dan cepat kepada
pengguna jasa parkir.
Fasilitas pendukung, seperti toilet, rest area, dan pengamanan yang memadai.
3.1.5 Kecepatan
Kecepatan merupakan standar minimal yang harus dipenuhi dengan untuk memastikan
penyelenggaraan layanan parkir yang cepat, efisien, dan tepat waktu bagi pengguna jasa parkir.
Meliputi;
Sistem parkir yang mudah dan cepat, seperti penggunaan teknologi RFID atau barcode
scanner untuk mempercepat proses masuk dan keluar kendaraan.
Petugas parkir yang terlatih dan profesional untuk memastikan layanan parkir yang
cepat dan efisien.
3.1.6 Transparansi
Transparansi merupakan standar minimal yang harus dipenuhi dengan untuk memastikan
penyelenggaraan layanan parkir yang transparan, akuntabel, dan terbuka bagi pengguna jasa
parkir.
Meliputi;
Informasi yang jelas mengenai tarif parkir, kebijakan parkir, dan hak dan kewajiban
pengguna jasa parkir.
Informasi mengenai sistem pengelolaan parkir, seperti jumlah kendaraan yang dapat
ditampung, jadwal operasional, dan informasi mengenai sistem pembayaran.
Penerapan teknologi informasi dan komunikasi untuk memberikan informasi yang
akurat dan up-to-date mengenai kondisi parkir dan status ketersediaan tempat parkir.
Laporan berkala mengenai kinerja penyelenggaraan layanan parkir, seperti jumlah
kendaraan yang parkir, pendapatan parkir, dan tingkat kepuasan pengguna jasa parkir.
Penerapan sistem pengawasan dan pengendalian internal yang ketat untuk memastikan
integritas dan transparansi pengelolaan parkir.
Mekanisme pengaduan dan penyelesaian sengketa yang transparan dan akuntabel bagi
pengguna jasa parkir.
3.2. Indikator Standar Pelayanan Minimal Pengelolaan Parkir pada UPT Pakir Tepi
Jalan Umum
3.2.1 Indikator SPM Pengelolaan Parkir Tepi Jalan Umum
No. Jenis Indikator Sub Penjelasan Nilai/Ukuran/Jumlah Jangka
Pelayanan Indikator Waktu
Pencapaian
1. Keamanan Keamanan Lampu Berfungsi Jumlah titik Sampai
fisik penerangan sebagai pencahayaan di area dengan 2027
sumber parkir. Minimal 95%
cahaya di berfungsi dan sesuai
ruang parkir dengan standar teknis
pada tepi jalan
umum untuk
memberikan
keamanan
bagi pengguna
jasa
CCTV Jumlah kamera CCTV Sampai
yang dipasang dengan 2027
Pengembangan
Menetapkan Melakukan
dan pelaksanaan
kebijakan dan survei kepuasan
kampanye
tarif tarif parkir pelanggan
pemasaran
Mengembangkan
Pemasangan Pesuaian biaya dan menerapkan
peralatan parkir dan tarif parkir praktik
berkelanjutan.
Pemantauan Analisis
penggunaan pendapatan dan
parkir pengeluaran
Dalam penyusunan proyeksi laporan keuangan BLUD pengelolaan parkir ini, digunakan
asumsi-asumsi sebagai berikut:
- Masa proyeksi adalah tahun 2024 - 2028 (FY24 – FY28).
- Proyeksi keuangan ini didasarkan pada angka-angka peramalan jumlah lahan parkir,
pendapatan dan belanja dari hasil kajian teknis pembentukan BLUD pengelolaan parkir
yang telah dilakukan.
- Model keuangan ini dibuat dengan asumsi constant price atau inflation free.
- Model keuangan tidak menghitung potensi pendapatan jasa giro, bunga tabungan dan
deposito.
- Pola kelembagaan dan manajemen SDM secara umum mengikuti tata kelola BLUD
yang telah disusun.
Dalam Pasal 51 Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 79 tahun 2018 disebutkan
bahwa bahwa pendapatan bersumber dari: jasa layanan, hibah, hasil kerjasama dengan pihak
lain, APBD, dan lain-lain pendapatan BLUD yang sah.
Pendapatan dari jasa layanan yang dimaksud adalah pendapatan atas tarif layanan
yang dikenakan kepada pengguna Parkir Tepi Jalan Umum dan Tempat Parkir Khusus.
Tarif yang digunakan untuk menghitung proyeksi pendapatan dari jasa layanan
menggunakan tarif Rp 5.000 bagi roda empat, Rp. 10.000 bagi roda empat lebih dan Rp. 3.000
bagi roda dua. Tarif ini ditentukan sesuai dengan Peraturan Walikota Surabaya Nomor 30
Tahun 2018 Pasal 1 Tentang Perubahan Tarif Retribusi Tempat Khusus Parkir Kota Surabaya.
Total nilai proyeksi potensi pendapatan parkir di tabel 4.6 diharapkan dapat
digunakan pemerintah kota Surabaya sebagai bahan pertimbangan untuk menetapkan
target penerimaan pendapatan parkir secara bertahap selama lima tahun pertama setelah
BLUD pengelolaan parkir dibentuk. Untuk pencapaian target penerimaan pendapatan
parkir tersebut harus ditunjang dengan pengembangan sistem baik dari sisi manajemen
pengelolaan dengan konsep BLUD, infrastruktur, dan inovasi teknologi. Sehingga porsi
pembiayaan dari APBD semakin menurun dan BLUD pengelola parkir dapat lebih mandiri
dan berkembang di masa yang akan datang.
- Belanja pegawai
- Belanja perawatan tempat parkir
- Belanja perawatan gedung dan bangunan
- Belanja administrasi dan umum
- Belanja listrik, air dan telpon
Dalam proyeksi ini juga dilakukan proyeksi belanja modal yang akan dilakukan. Tabel berikut
menunjukkan proyeksi belanja modal :
KEWAJIBAN
KEWAJIBAN JANGKA PENDEK :
Utang Usaha 1.000.000.000 1.050.000.000 1.102.500.000 1.157.625.000 1.215.506.250
Utang Belanja Pegawai 3.610.139.397 3.646.240.791 3.682.703.199 3.719.530.231 3.756.725.534
Utang Belanja Listrik, Air, Telpon 4.798.333.333 5.038.250.000 5.290.162.500 5.554.670.625 5.832.404.156
Jumlah Kewajiban Jangka Pendek 9.408.472.731 9.734.490.791 10.075.365.699 10.431.825.856 10.804.635.940
KEWAJIBAN JANGKA PANJANG
Jumlah Kewajiban Jangka Panjang - - - - -
EKUITAS
Ekuitas 170.052.638.309 308.934.535.216 446.984.226.728 584.092.778.117 720.226.877.181
Jumlah Ekuitas 170.052.638.309 308.934.535.216 446.984.226.728 584.092.778.117 720.226.877.181
Saldo Awal Kas Setara KAS BLUD 0 116.367.777.707 223.847.046.200 330.875.782.454 446.238.149.724
Saldo Akhir Kas Setara KAS BLUD 116.367.777.707 223.847.046.200 330.875.782.454 446.238.149.724 578.972.176.585
Berikut proyeksi laporan keuangan kedua dengan asumsi pesimis 60% potensi
pendapatan retribusi parkir:
KEWAJIBAN
KEWAJIBAN JANGKA PENDEK :
Utang Usaha 1.000.000.000 1.050.000.000 1.102.500.000 1.157.625.000 1.215.506.250
Utang Belanja Pegawai 3.610.139.397 3.646.240.791 3.682.703.199 3.719.530.231 3.756.725.534
Utang Belanja Listrik, Air, Telpon 4.798.333.333 5.038.250.000 5.290.162.500 5.554.670.625 5.832.404.156
Jumlah Kewajiban Jangka Pendek 9.408.472.731 9.734.490.791 10.075.365.699 10.431.825.856 10.804.635.940
KEWAJIBAN JANGKA PANJANG
Jumlah Kewajiban Jangka Panjang - - - - -
EKUITAS
Ekuitas 96.896.226.079 161.158.582.510 223.096.342.737 282.570.724.216 339.517.969.971
Jumlah Ekuitas 96.896.226.079 161.158.582.510 223.096.342.737 282.570.724.216 339.517.969.971
Saldo Awal Kas Setara KAS BLUD 0 43.211.365.476 75.332.742.981 107.841.872.902 143.234.651.199
Saldo Akhir Kas Setara KAS BLUD 43.211.365.476 75.332.742.981 107.841.872.902 143.234.651.199 193.584.345.191
n
(Bt−Ct )
NPV =∑
t=1 (1+i )t
MARR = (1 + i) (1 + f) - 1 (6)
n
BC Ratio=∑ ( Bt −Ct ) /(1+ IRR)
t
t=1
Dimana : Bt = Keuntungan kotor tahun ke-t
N = Umur ekonomi
Ct = Biaya kotor tahun ke-t
Suatu usaha dikatakan layak jika nilai payback period lebih kecil atau sama
dibandingkan umur investasi usaha.
Tabel 4.14. Hasil Analisis Kelayakan Finansial Proyeksi Laporan Keuangan Pengelolaan Parkir
Pesimis 100% Pesimis 60%
No Uraian Pendapatan Pendapatan Kelayakan Finansial
Retribusi Parkir Retribusi Parkir
1 NPV 350.811.626.667 40.946.588.682 NPV>1 = Feasible
2 IRR 1146,89% 659,90% IRR>6,5% = Feasible
3 BCR 2,54 1,45 BCR>1 = Feasible
4 PBP 2,48 4,36 PBP = Feasible
Sumber : Data diolah
Berdasarkan tabel 4.14, hasil perhitungan diperoleh NPV bernilai positif>1 pada semua
proyeksi (pesimis 100%, pesimis 60%) sebesar Rp. 350.811.626.667,- (pesimis 100%) dan Rp.
40.946.588.682,- (pesimis 60%). Nilai tersebut menunjukkan bahwa investasi yang ditanam
sampai 5 tahun mendatang akan diperoleh manfaat bersih dinilai saat ini sebesar Rp.
350.811.626.667 (pesimis 100%) dan Rp. 40.946.588.682,- (pesimis 60%). IRR sebesar 659,90%
(pesimis 60%) dan 1.146,89% (pesimis 100%) yang artinya investasi ini dapat mengembalikan
modal hingga tingkat bunga pinjaman 659,90% hingga 1.146,89% per tahun. Diketahui juga
bahwa nilai MARR sebesar 17,15%, yang berarti nilai IRR lebih besar daripada MARR sehingga
masuk kategori layak. Rasio BCR sebesar 2,54 yang merupakan perbandingan antara total nilai
saat ini dari penerimaan yang bersifat positif (net benefit positif) dengan total nilai saat ini dari
penerimaan yang bersifat negatif (net benefit negatif), berarti bahwa setiap pengeluaran Rp
1,00 akan mendapatkan benefit sebesar Rp. 1,45 hingga Rp. 2,54. Peridoe pengembalian
investasi belanja operasional maupun modal lebih kecil dari umur investasi yaitu selama 4,36
tahun (pesimis 60%) dan 2,48 tahun. Dari kriteria kelayakan finansial diatas maka proyeksi
laporan keuangan pengelolaan parkir layak dijalankan.
Tabel 4.16. Analisis Sensitivitas Proyeksi Laporan Keuangan Apabila Pendapatan Turun 40%
Dari hasil analisis sensitivitas pada beberapa kondisi dapat dilihat bahwa asumsi pesimis 60%
lebih rentan terhadap perubahan kondisi, hal ini disebabkan biaya investasi yang dibebankan
kepada asumsi pendapatan parkir 50% dari total proyeksi pendapatan, sehingga tidak
sebanding dengan investasi infrastruktur yang dibiayai dimana setiap tahunnya meningkat
disesuaikan dengan tahap kesiapan pengelolaan parkir. Oleh karena itu, untuk pencapaian
target penerimaan pendapatan parkir yang optimal harus ditunjang dengan pengembangan