Anda di halaman 1dari 13

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017

MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN


TEKNIK AUDIO VIDEO

BAB IV
DASAR-DASAR SINYAL AUDIO

Dr. SRI WALUYANTI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
2017
BAB IV
DASAR-DASAR AUDIO

Standar Kompetensi
Menerapkan dasar dasar audio.

Kompetensi Dasar
1. Sifat dasar sinyal Audio.
2. Penghitungan penguatan dan pelemahan.

A. Pengertian Sinyal Audio


Audio diartikan sebagai suara atau reproduksi suara. Gelombang suara adalah
gelombang yang dihasilkan dari sebuah benda yang bergetar. Satuan dari frekuensi
adalah Hertz atau disingkat Hz. Telinga manusia dapat mendengar bunyi antara 20 Hz
hingga 20 KHz (20.000Hz) sesuai batasan sinyal audio. Karena pada dasarnya sinyal audio
adalah sinyal yang dapat diterima oleh telinga manusia. Frekuensi 20 Hz merupakan
batas frekuensi suara terendah yang dapat didengar, sedangkan 20 KHz merupakan
batas frekuensi tertinggi yang dapat didengar oleh telinga manusia. Bentuk sinyal audio
yang dapat direspon telinga manusia dengan baik berbentuk sinusoida. Terdapat tiga
komponen penting dalam sinyal audio yaitu perioda, frekuensi dan amplitudo masing-
masing dapat dijelaskan dalam gambar berikut.

1
Voltage (Volt)

Amplitudo
Vpeak to peak
0 (Vp-p)

1 perioda

-1
0 1 2 3
Time (ms)

Gambar 4-1. Amplitudo dan perioda gelombang


1
1. Amplitudo dan Tegangan
Amplitudo adalah kekuatan atau daya gelombang sinyal. Tinggi gelombang yang bisa
dilihat dari grafik. Gambar di atas menunjukkan gelombang sinus dengan amplitudo 2.
Jika gambar di atas adalah hasil pengukuran tegangan dengan menggunakan osiloskop
pada satuan (1V/div) maka tegangan gambar di atas adalah 2Vp-p atau 2 kali tegangan
maksimum (Vm) atau 2 kali tegangan puncak (Vp). Hasil pengukuran menggunakan
osiloskop menunjukkan nilai tegangan puncak ke puncak atau dua kali tegangan
maksimum. Sedangkan pengukuran dengan menggunakan multimeter nilai yang
ditunjukkan adalah tegangan efektif (Veff). Hubungan keduanya adalah

2. Perioda dan frekuensi


Panjang gelombang atau perioda adalah jarak antar titik gelombang dan titik ekuivalen
pada fasa berikutnya. Panjang gelombang mempunyai hubungan terbalik dengan
frekuensi.
f = 1/T

f = frekuensi dalam satuan hertz (Hz)


T = perioda dalam satuan detik (s).

Misal gambar di atas hasil pengukuran osiloskop (CRO) pada time/div posisi mili detik
(ms), besarnya perioda = jumlah kolom X time/div = 1 ms sehingga frkuensi gelombang
tersebut adalah = 1/(1ms) = 1000 Hz = 1 KHz.
Semakin tinggi frekuensi perioda gelombang semakin sempit atau kerapatan gelombang
semakin tinggi, perbedaan antara keduanya dapat dilihat pada gambar berikut.

Frekuensi rendah frekeunsi tinggi

Gambar 4-2. Frekuensi dan Perioda


2
3. Propagasi gelombang
Perjalanan gelombang suara dalam udara sekitar 344 m/detik. Kecepatan ini relatip kecil
tergantung temperatur, dan dalam kondisi ruang normal dapat diabaikan. Panjang
gelombang suara merupakan jarak antara pengulangan berturut-turut dari bentuk
gelombang sebagai perjalanan suara melalui udara. Panjang gelombang diekspresikan
dalam persamaan berikut :
Panjang gelombang = kecepatan rambat suara / frekuensi

λ = c/f
Dengan pengertian :
c = kecepatan rambat gelombang suara m/detik
f = frekuensi (Hertz)
λ = panjang gelombang (m).

4. Penguat (Amplifier)
Amplifier atau power amplifier berfungsi untuk menguatkan sinyal audio setelah
mengalami proses. Sinyal yang diterima akan dikuatkan untuk kemudian di umpankan ke
loudspeaker.

Gambar 4-3. Power Amplifier


Besarnya penguatan dapat dinyatakan dalam satuan kali atau dalam satuan desibell (dB).

dalam satuan kali.

3
.
Input
Audio frekuensi
Amplifier

output

Gambar 4-5. Bentuk Gelombang Amplifier


Contoh
Bila diukur dengan osiloskop menunjukkan hasil pada gambar b. Posisi input 0,1Volt/div
input posisi X 0,1 V dan pada kanal keluaran posisi 5 Volt/div, berapakah besar penguatan
dari amplifier tersebut.

Jawab
Teganga masukan (Vi) = 4 X 0,1 V = 0,4 Volt
Tegangan keluaran (Vo) = 8 X 5 V = 40 volt
Av = 40 V/0,4 V = 100 X
AvdB = 20 log(o/Vi) =20 log100 = 40 dB.

5. Fidelitas dan Efisiensi


Penguat audio (amplifier) secara harfiah diartikan dengan memperbesar dan menguatkan
sinyal input. Tetapi yang terjadi sebenarnya adalah, sinyal input direplika (copied) dan
kemudian di reka ulang (re-produced) menjadi sinyal yang lebih besar dan lebih kuat. Dari
sinilah muncul istilah fidelitas (fidelity) yang berarti seberapa mirip bentuk sinyal keluaran
hasil replika terhadap sinyal masukan. Ada kalanya sinyal input dalam prosesnya
mengalami distorsi karena berbagai sebab, sehingga bentuk sinyal keluarannya menjadi
cacat. Sistem penguat dikatakan memiliki fidelitas yang tinggi (high fidelity), jika sistem
tersebut mampu menghasilkan sinyal keluaran yang bentuknya persis sama dengan sinyal
input. Hanya level tegangan atau amplitudo saja yang telah diperbesar dan dikuatkan. Di
sisi lain, efisiensi juga mesti diperhatikan. Efisiensi yang dimaksud adalah efisiensi dari
penguat G dinyatakan dengan besaran persentasi dari power output dibandingkan

4
dengan power input. Sistem penguat dikatakan memiliki tingkat efisiensi tinggi (100 %)
jika tidak ada rugi-rugi pada proses penguatannya yang terbuang menjadi panas.

B. Attenuasi
1. Pengetian Attenuasi
Attenuasi atau attenuator merupakan suatu rangkaian yang fungsi / sifatnya
berkebalikan dengan amplifier. Bila amplifier digunakan untuk menguatkan suatu sinyal,
maka sebaliknya attenuasi digunakan untuk melemahkan / mengurangi suatu sinyal.
Attenuasi merupakan rangkaian yang sederhana, tetapi sangat penting. Attenuator
biasa dipakai pada rangkaian rangkaian elektronik dan instrumen-instrumen berfungsi
sebagai: (1) pelemah/pengerut sinyal atau (2) penyesuai impedansi (matching
impedance).
2. Macam-macam Rangkaian Attenuasi
a. Attenuasi Tipe L
Tipe attenuasi yang paling sederhana yaitu tipe L, atau yang biasa disebut dengan rangk
aian pembagi tegangan Dalam rangkaian tersebut berlaku persamaan :

R1
i
Vin R2 Vout

Gambar 4-6 Ekuivalen Penguat


Dalam rangkaian penguat (amplifier), penguatan
dihitung sebagai perbandingan tegangan keluaran

terhadap masukan atau dinotasikan dengan A.

Jadi :

Karena attenuasi selalu melemahkan/menurunkan sinyal, maka a (notasi pelemahan)


harganya selalu kurang dari satu. Biasanya dalam attenuasi digunakan kebalikan dari A.

5
Jadi :

a disebut pelemahan; A dan a dinyatakan dalam decibel (db).


b. Karakterstik Resistansi Dari Attenuasi Simetris
Yang dimaksud dengan attenuasi simetris yaitu dua tipe attenuasi yang lain (selain tipe L),
yaitu tipe T dan tipe π . Seperti telah dikemukakan di depan, bahwa disamping sebagai
pelemah sinyal, attenuasi juga dapat digunakan sebagai penyesuai (matching) impedansi.
Sebagai rangkaian penyesuai impedansi, diharapkan kedua tipe ini dapat selalu mengikuti
perubahan-perubahan besarnya impedansi keluaran (out put). Gambar 5. menunjukkan
suatu attenuasi yang telah disisipkan antara sumber dan beban yang dalam keadaan
"match".
Karakteristik resistansi dari suatu attenuasi yaitu keadaan yang menunjukkan
bahwa harga hambatan masukkan (Rin) sama dengan harga hambatan beban (RL).
Karakteristik resistansi dari suatu attenuasi yaitu keadaan yang menunjukkan bahwa
harga hambatan masukkan (Rin) sama dengan harga hambatan beban (RL).

50 Ω

50 Ω Vo
Vin ATTENUASI

Rin = 50 RL = 50
Sebagai ilustrasi disini disajikan suatu tabel hubungan antara Rin dan RL

Gambar 4-7. Attenuator

Perubahan harga RL
RL Rin
ATTENUASI 100 Ω 60 Ω
RL
SIMETRIS 70 Ω 55 Ω
50 Ω 50 Ω
40 Ω 45 Ω
Rin
Gambar 4-8. Attenuasi simetris

6
Seperti terlihat pada gambar 4-8, bahwa hambatan bebannya adalah variabel. Harga
hambatan masukkan (input) tergantung kepada harga hambatan bebannya. Setelah RL
diubah menjadi 70 Ω; Rin menjadi 55 Ω. RL diubah lagi menjadi 50 Ω; diperoleh harga Rin
yang sama yaitu 50 Ω. Adapun besarnya karakteristik resistansi dari suatu attenuasi

adalah:

Rins = resistansi masukan. (input) pada saat keluaran (output) dihubung singkat.
Rino = resistansi masukan (input) pada saat keluaran (output) terbuka.
c. Analisa Attenuasi Simetris Tipe T
Pada bagian ini akan dibahas rumus-rumus tentang attenuasi simetris tipe T. Perhatikan
gambar 4-9 di bawah ini. Dengan rumus yang sederhana perbandingan R2 dan R1 dapat
ditulis sebagai berikut:

atau =m

R1 R1
R1 R1
mR1
R2

Gambar 4-9. Attenuator tipe T


Dengan persamaan ini, attenuasi dapat digambarkan seperti ditunjukkan pada gambar 4-
9. Dari gambar tersebut dapat dihitung besarnya Ro sebagai berikut:

Setelah disederhanakan didapatkan :

Besarnya pelemahan a

7
R1 R1
Vin mR1 Ro Vout

Gambar 4-10. Attenuator T dengan beban

d. Attenuasi Simetris Tipe π

Rangkaian dasar attenuasi simetris tipe π. Kadang-kadang attenuasi tipe π diubah

menjadi rangkaian tipe T ditunjukkan gambar di bawah ini.

R1 R1

R2 R2 mR1 mR1

Gambar 4-11. Atenuator tipe π

Dengan mendifinisikan m sebagai perbandingan R2 terhadap R1 dapat dituliskan harga-


harga R2 seperti pada gambar 4-11b, dan dengan merubahnya ke tipe T, maka didapatkan
harga Ro:

Demikian juga besarnya pelemahan a, jika


dianalisa akan didapatkan:

2. Loudspeaker
Loudspeaker, speaker atau sistem speaker
merupakan sebuah transduser
electroacoustical yang mengubah sinyal listrik ke suara. Loudspeaker di dalamnya

8
terdapat sekat rongga dikenal sebagai konus tipis, membran agak kaku diletakkan
ditengah-tengah magnet. Magnet menginduksi membran hingga bergetar, menghasikan
suara. Secara singkat bagian yang terpenting dari loudspeaker adalah: konus, suspensi,
kumparan suara dan magnet. Perubahan medan magnet di dalam speaker akan
berinteraksi dengan medan magnet konstan, menyebabkan kumparan bergerak sebagai
reaksi akibat tidak adanya arus.Konus ikut bergerak akibat kumparan suara bergerak
sehingga pada udara sekitar konus akan terbentuk gelombang tekanan. Gelombang inilah
yang terdengar sebagai bunyi. Suatu koil suara ditempatkan sedemikian sehingga dapat
bergerak bebas di dalam medan magnit dari magnit permanen yang kuat. Cone speaker
disertakan pada kumparan suara dan secara fleksibel diletakkan cincin di luar dari
pendukung speaker. Karena terdapat batasan keseimbangan posisi untuk cone speaker
dan susunan penempatan elastik, maka keberadaan frekuensi resonansi cone tak bisa
diabaikan. Frekuensi dapat ditentukan dengan mangatur massa dan kekakuan cone dan
kumaran suara dan ini diperluas dengan konstruksi alami, namun frekuensi mekanis alami
dari getaran dan tingkatan frekuensi selalu dalam cakupan seputar frekuensi resonansi.
Bagian peran enclosure yang baik adalah meminimkan pengaruh frekuensi resonansi.
3. Mikrofon
Mikrofon adalah suatu jenis transduser yang dapat mengubah energi akustik berupa
gelombang suara menjadi sinyal listrik. Mikrofon merupakan salah satu alat untuk
membantu komunikasi manusia.Mikrofon dipakai pada banyak alat seperti telepon, alat
perekam, alat bantu dengar, dan pengudaraan radio serta televisi. Karena sangat peka
dalam menerima getaran suara, peletakan mikropon memerlukan pengaturan yang
khusus agar suarasuara yang tidak diperlukan tidak ikut masuk menggetarkan membrane
mikropon. Media penghantar getaran listriknya merambat melalui kabel. Ada bermacam-
macam jenis mikrofon
berdasarkan cara kerjanya, antara
lain sebagai berikut: (1) mikrofon
karbon, (2) mikrofon reluktansi
variabel, (3) mikrofon dengan
kumparan bergerak, (4) mikrofon
kapasitor, (5) mikrofon elektret
9
dan (6) mikrofon piezoelektris. Hal-hal yang harus dipertimbangkan ketika memilih
mikrofon: cara kerja mikrofon, (2) daerah respon frekuensi suara yang mampu dicuplik
mikrofon, (3) sudut atau arah pencuplikan mikrofon, (4) output sinyal listrik yang
dihasilkan mikrofon, dan (6) Bentuk fisik mikrofon.
a. Mikrofon Karbon
Mikrofon karbon bekerja berdasarkan resistansi variabel, konstruksinya dibuat dengan
sebuah diafragma logam pada salah satu ujung dari kotak logam yang berbentuk silinder.
Sebuah kontak logam berbentuk plunyer dilekatkan pada diafragma itu sehingga gerakan
diafragma dapat diteruskan melalui plunyer kepada butir-butir karbon di dalam mikrofon.
Kontak tetap lainnya terisolasi juga dibenamkan ke dalam butir-butir karbon untuk
membentuk elektroda kedua. Bila gelombang suara menekan mengenai diafragma,
plunyer akan terdorong dan memampatkan butir-butir karbon, sehingga menurunkan
resistensi kontak diantaranya. Bila tidak ada tekanan resistansi akan naik kembali,
sehingga dengan adanya getaran suara yang berubah-ubah akan menimbulkan
perubahan nilai resistansi dan juga mengakibatkan perubahan sinyal output mikrofon.
b. Mikrofon Reluktansi Variabel
Merupakan mikrofon jenis magnetic yang dibuat dengan sebuah diafragma bahan
magnetic yang bergerak, seperti baja silicon yang tergantung di atas kepingan-kepingan
kutub sebuah magnet permanen. Kumparan-kumparan induksi digulung pada kepingan
kutub itu dan dihubungkan menurut hubungan seri yang saling memperkuat. Bila
tekanan udara pada diafragma meningkat akibat getaran suara, maka celah udara dalam
rangkaian magnetis tersebut akan berkurang, sehingga mengurangi reluktansi dan
mengakibatkan perubahan-perubahan magnetis yang terpusat didalam struktur
magnetis itu.

10
Gambar 4-12. Konstruksi dan diagram mikrofon reluktansi variabel

c. Mikrofon Kumparan Bergerak


Mikrofon dengan kumparan
yang bergerak, merupakan
mikrofon dengan kumparan
induksi yang digulungkan pada
suatu silinder nonmagnetis
yang dilekatkan pada
diafragma dan di dalamnya terdapat celah udara
berbentuk silinder dari magnet permanen. Diafragma
terbuat dari bahan nonlogam, sedangkan kawat-kawat penghubung listrik ke kumparan
direkatkan ke permukaan diafragma. Bila gelombang suara menggerakkan diafragma,
maka kumparan akan bergerak maju mundur di dalam medan magnet, sehingga terjadi
perubahan-perubahan magnetik yang melewati kumparan dan menghasilkan sinyal
listrik.
d. Mikropon Kapasitor
Terdiri dari sebuah diafragma logam yang digantung
dengan jarak yang sangat
dekat terhadap sebuah
pelat logam statis,
keduanya terisolasi
sehingga menyerupai
bentuk sebuah kapasitor.

11
Diafragma akan bergerak-gerak bila terkena getaran suara, hal itu akan mengakibatkan
berubah-ubahnya jarak pemisah antara diafragma dan pelat statis yang mengakibatkan
variasi nilai kapasitansi. Tegangan DC konstan dari luar dihubungkan pada diafragma dan
pelat logam statis lewat melalui beban resistor, sehingga tegangan terminal mikrofon
dapat berubah-ubah seiring dengan terjadinya perubahan tekanan udara akibat getaran
suara.
e. Mikrofon fiber optik
Sistem serat optik, untuk mengirimkan informasi melalui untaian kaca super tipis bukan
kabel, telah merevolusi bidang telekomunikasi dalam beberapa tahun terakhir, termasuk
teknologi mikrofon. Mikrofon serat optik sangat kecil, dapat digunakan dalam lingkungan
elektrik sensitif. Mikrofon fiber optik dapat diproduksi tanpa logam, sehingga sangat
berguna dalam magnetic resonance imaging (MRI) dan aplikasi situasi yang dapat
terganggu oleh frekuensi radio.

12

Anda mungkin juga menyukai