Anda di halaman 1dari 4

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 1

NAMA : ANANDA NIBRAS KHAIRUNNISA

NIM : 044839859

KODE / NAMA MATA KULIAH : PENGANTAR ILMU HUKUM

KODE / NAMA UPBJJ : UPBJJ SEMARANG

MASA UJIAN : 2022/23.1 (2022.2)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS TERBUKA
1. Menurut Sudikno Mertokusumo, Guru Besar Ilmu Hukum Universitas Gadjah Mada,
penemuan hukum adalah proses pembentukan hukum oleh hakim atau petugas
hukum lainnya yang diberi tugas melaksanakan hukum terhadap peristiwa-peristiwa
konkret. Penemuan hukum adalah konkretisasi, kristalisasi atau individualisasi
peraturan hukum (das sollen) yang bersifat umum dengan mengingat peristiwa
konkret (das sein).
Lebih lanjut menurut Sudikno, peristiwa konkret perlu dicarikan hukumnya yang
bersifat umum dan abstrak. Peristiwa konkret harus dipertemukan dengan peraturan
hukum. Peristiwa konkret harus dihubungkan dengan peraturan hukumnya agar dapat
tercakup oleh peraturan hukum itu. Sebaliknya, peraturan hukumnya harus
disesuaikan dengan peristiwa konkretnya agar dapat diterapkan.
Hal serupa juga disampaikan oleh Sabian Utsman dalam bukunya Metodologi
Penelitian Hukum Progresif, (hal.17), das sollen dan das sein ditemukan dalam
penelitian hukum. Penelitian hukum setidaknya mendiskusikan antara apa yang
seharusnya hukum sebagai fakta hukum (das sollen) yang diungkapkan para ahli
hukum dalam tataran teoritik (law in the books), pada tataran ini lebih pada kajian
dasar-dasar normatif (hukum dalam bentuk cita-cita bagaimana seharusnya) dengan
apa yang senyatanya (das sein) lebih kepada hukum sebagai fakta, yaitu hukum yang
hidup berkembang dan berproses di masyarakat (law in action).
Das sollen itu adalah peraturan hukum yang bersifat umum, sedangkan das
sein adalah suatu peristiwa konkret. Das sollen dan das sein ditemukan dalam
penelitian hukum. Das sollen adalah apa yang seharusnya hukum sebagai fakta
hukum yang diungkapkan para ahli hukum dalam tataran teoritik (law in the books),
yakni hukum dalam bentuk cita-cita bagaimana seharusnya; sedangkan (das sein)
lebih kepada hukum sebagai fakta (yang senyatanya), yaitu hukum yang hidup
berkembang dan berproses di masyarakat (law in action).
Contoh dari das sollen adalah Pemerkosaan merupakan hal yang melanggar hukum,
sedangkan das sein mengatakan bahwa Pemerkosaan tidak selamanya bisa serta
merta dipidanakan dikarenakan setelah dikaji dan ditelisik secara mendetail peristiwa
tersebut tidak bisa dibuktikan dikategorikan pemerkosaan.
Sumber :
Lily Rasjidi dan Ira Thania Rasjidi, Dasar-Dasar Filsafat dan Teori Hukum, PT. Citra
Aditya Bakti, Bandung, 2004
Sabian Utsman. 2014. Metodologi Penelitian Hukum Progresif. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Steven Vago, Law and Society, Pearson Prentice Hall, United States of America,
2009
2. Dari kasus tersebut berikut adalah penjelasan Das sein dan Das Solen
a. Das Sollen
Mantan Menteri melakukan tindak pidana korupsi yang melanggar melanggar Undang-
Undang Nomor 31 Tahun 1999 dan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi hukum maka Mantan Menteri tersebut dituntut untuk dijatuhi
hukuman 10 tahun Penjara dan Denda 500 juta subsidair 6 bulan serta Uang
Pengganti 19, 1 M dan Dicabut hak dipilihnya selama 5 tahun.
b. Das Sein
Mantan Menteri terbukti melakukan korupsi dan terbukti melanggar Undang-Undang
Nomor 31 Tahun 1999 dan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi. Dalam prosesnya, Jaksa menuntut untuk diberi hukuman 10
tahun Penjara dan Denda 500 juta subsidair 6 bulan serta Uang Pengganti 19, 1 M
dan Dicabut hak dipilihnya selama 5 tahun, namun setelah melalui berbagai
pertimbangan berdasarkan barng bukti dan kesaksian serta Mantan Menteri tersebut
juga mengajukan banding atas vonis awal yang diberikan kemudian juga mengajukan
JC yang walaupun ditolak akhirnya diberikan eksekusi putusan secara final bahwa
dijatuhi hukuman 7 tahun penjara, denda 400 juta dengan 3 bulan subsider, dicabut
hak dipilih selama 4 tahun dan selama menjalani hukuman, membayarkan uang
pengganti sebanyak Rp 18.154.230.882

3. Sudah terpenuhi
a. kepastian hukum (Rechtssicherheit)
Berdasarkan kasus tersebut sudah jelas Mantan Menteri melanggar Undang-
Undang Nomor 31 Tahun 1999 dan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001
Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sehingga Jaksa memberikan penuntutan
10 tahun Penjara dan Denda 500 juta subsidair 6 bulan serta Uang Pengganti 19,
1 M, namun dengan bukti-bukti dan banding dari pihak tersangka maka dijatuhkan
putusan hukuman 7 tahun penjara, denda 400 juta dengan 3 bulan subsider,
dicabut hak dipilih selama 4 tahun dan selama menjalani hukuman, membayarkan
uang pengganti sebanyak Rp 18.154.230.882.
b. kemanfaatan (Zweckmassigkeit)
Berdasarkan kasus tersebut kemanfaatannya adalah memberikan efek jera
kepada pelaku dan memberikan peringatan kepada masyarakat luas
bahwasannya hukuman tindak pidana korupsi tidak sedikit dan kasusnya akan
berkepanjangan dalam masa penyidikannya.
c. keadilan (Gerechtigkeit)
Putusan Akhir yang diberikan sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor
31 Tahun 1999 dan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Perubahan
Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi dan tidak terdapat selisih yang terlalu jauh dengan tuntutan Jaksa.
Sumber :
Abdul Manan, Aspek-aspek Pengubah Hukum, Prenada Media, Jakarta, 2005
Dudu Duswara Mahyudin, Pengantar Ilmu Hukum (Sebuah Sketsa), Refika Aditama,
Bandung, 2000

Anda mungkin juga menyukai