Ulumul Quran
Ulumul Quran
PENDAHULUAN
Terjemah Arti: Alif laam raa, (inilah) suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan
rapi serta dijelaskan secara terperinci, yang diturunkan dari sisi (Allah) Yang Maha
Bijaksana lagi Maha Tahu,
2. Kedua, seluruh ayat Al-Qur’an adalah mutasyabih berdasarkan firman Allah dalam
QS. Az-Zumar : 39, sebagai berikut :
)39( قُلْ يقَوْ ِم اعملوا علي مكا نتكم اني عا مل فسوف تعلمون
Terjemah Arti: Katakanlah: "Hai kaumku, bekerjalah sesuai dengan keadaanmu,
sesungguhnya aku akan bekerja (pula), maka kelak kamu akan mengetahui,
3. Ketiga, pendapat yang paling tepat, ayat-ayat Al-Qur’an terbagi dalam dua bagian,
yaitu muhkam dan mutasyabih berdasarkan firman Allah dalam QS. ‘Ali Imran : 7,
sebagai berikut :
ٌ َب َوُأ َخ ُر ُمتَ َشابِه
َات ۖ فََأ َّما الَّ ِذينَ فِي قُلُوبِ ِه ْم زَ ْي ٌغ فَيَتَّبِعُون ِ ات ه َُّن ُأ ُّم ْال ِكتَا ٌ ات ُمحْ َك َم ٌ ََاب ِم ْنهُ آي َ ك ْال ِكت َ ه َُو الَّ ِذي َأ ْن َز َل َعلَ ْي
َما تَ َشابَهَ ِم ْنهُ ا ْبتِغَا َء ْالفِ ْتنَ ِة َوا ْبتِغَا َء تَْأ ِويلِ ِه ۗ َو َما يَ ْعلَ ُم تَْأ ِويلَهُ ِإاَّل هَّللا ُ ۗ َوالرَّا ِس ُخونَ فِي ْال ِع ْل ِم يَقُولُونَ آ َمنَّا بِ ِه ُك ٌّل ِم ْن ِع ْن ِد
بِ َربِّنَا ۗ َو َما يَ َّذ َّك ُر ِإاَّل ُأولُو اَأْل ْلبَا
Terjemahan Arti :Dialah yang menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepada kamu. Di
antara (isi)nya ada ayat-ayat yang muhkamaat, itulah pokok-pokok isi Al qur'an dan
yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya
condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang
mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta'wilnya,
padahal tidak ada yang mengetahui ta'wilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang
mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat,
semuanya itu dari sisi Tuhan kami". Dan tidak dapat mengambil pelajaran
(daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal.
Muhkam Mutasyabbih ayat hendaknya dapat dipahami secara mendalam. Hal ini
dikarenakan, dua hal ini termasuk dalam objek yang urgen dalam kajian atau pemahaman Al-
Quran. Jika kita tengok dalam Ilmu Kalam, hal yang mempengaruhi adanya perbedaan
pendapat antara firqoh satu dengan yang lainnya, salah satunya adalah pemahaman tentang
ayat muhkam dan mutasyabbih. Bahasa Al-Quran ada kalimat yang jelas (muhkam) dan yang
belum jelas (mitasyabih), hingga dalam penafsiran Al-Quran (tentang ayat muhkam
mutasyabih-red) terdapat perbedaan-perbedaan.
Berdalih agar tidak terjadi ketimpangan dalam memahami ayat-ayat Al-Quran
khususnya dalam ranah Muhkam Mutasyabbih, maka kelompok kami menyusun makalah
yang membahas tentang kedua hal tersebut dengan judul “ Al-Muhkam Al-Mutasyabih”.
Untuk keterangan lebih lanjut mengenai ketentuan dan hal-hal yang berhubungan dengan
Muhkam dan Mutasyabbih, akan dijelaskan dalam bab berikutnya yaitu bab pembahasan.
PEMBAHASAN
َ اال ْستِ َوا ُء َم ْعلُوْ ٌم َو ْال َكيْفُ َمجْ هُوْ ٌل َوالسَُّؤ ا ُل َع ْنـهُ بِ ْد َعةٌ َو اَظُـنُّـ.
ك َرج َُل السُّوْ َء اَ ْخ ِرجُوْ هُ َعنِّ ْي ِ
Artinya: Istiwa` itu maklum, caranya tidak diketahui (majhul),
mempertanyakannya bid’ah (mengada-ada), saya duga engkau ini orang jahat.
Keluarkan olehmu orang ini dari majlis saya.
Maksudnya, makna lahir dari kata istiwa jelas diketahui oleh setiap
orang. akan tetapi, pengertian yang demikian secara pasti bukan dimaksudkan
oleh ayat. sebab, pengertian yang demikian membawa kepada asyabih
(penyerupaan Tuhan dengan sesuatu) yang mustahil bagi Allah. karena itu,
bagaimana cara istiwa’ di sini Allah tidak di ketahui. selanjutnya,
mempertanyakannya untuk mengetahui maksud yang sebenarnya menurut
syari’at dipandang bid’ah (mengada-ada).
Kesahihan mazhab ini juga didukung oleh riwayat tentang qira’at Ibnu Abbas.
َو َما يَ ْعلَ ُم تَْأ ِو ْيلَـهُ ِاالَّ هللا ُ َويُقُوْ ُل الرَّا ِس ُخوْ نَ فِى ْال ِع ْل ِم ا َمـنَّا بِه
Artinya: Dan tidak mengetahui takwilnya kecuali Allah dan berkata orang-
orang yang mendalam ilmunya, ”kami mempercayai”.
2. Mazhab Khalaf, yaitu ulama yang menkwilkan lafal yang makna lahirnya
mustahil kepada makna yang laik dengan zat Allah, karena itu mereka disebut
pula Muawwilah atau Mazhab Takwil. Mereka memaknai istiwa` dengan
ketinggian yang abstrak, berupa pengendalian Allah terhadap alam ini tanpa
merasa kepayahan. Kedatangan Allah diartikan dengan kedatangan
perintahnya, Allah berada di atas hamba-Nya dengan Allah Maha Tinggi,
bukan berada di suatu tempat, “sisi” Allah dengan hak Allah, “wajah” dengan
zat “mata” dengan pengawasan, “tangan” dengan kekuasaan, dan “diri”
dengan siksa. Demikian sistem penafsiran ayat-ayat mutasyabihat yang
ditempuh oleh ulama Khalaf.
Alasan mereka berani menafsirkan ayat-ayat mutasyabihat, menurut
mereka, suatu hal yang harus dilakukan adalah memalingkan lafal dari
keadaan kehampaan yang mengakibatkan kebingungan manusia karena
membiarkan lafal terlantar tak bermakna. Selama mungkin mentakwil kalam
Allah dengan makna yang benar, maka nalar mengharuskan untuk
melakukannya.
Kelompok ini, selain didukung oleh argumen aqli (akal), mereka juga
mengemukakan dalil naqli berupa atsar sahabat, salah satunya adalah hadis
riwayat Ibnu al-Mundzir yang berbunyi:
.ُ اَنَـا ِم َّم ْن يَ ْعلَ ُم’’وْ نَ تَـْأ ِويْـلَه:’ال ِ ( َو َما يَ ْعلَ ُم تَْأ ِو ْيلَهُ اِالَّ هللاُ َو الر: س فِي قَوْ لِ ِه
َ ََّاس ُخوْ نَ فِى ْال ِع ْل ِم) ق ٍ ع َِن ا ْب ِن َعبَّا
)(رواه ابن المنذر
Artinya: “Dari Ibnu Abbas tentang firman Allah: Dan tidak mengetahui
takwilnya kecuali Allah dan orang-orang yang mendalam ilmunya”. Berkata
Ibnu Abbas: “saya adalah di antara orang yang mengetahui takwilnya.” (HR.
Ibnu al-Mundzir)
Disamping dua mazhab di atas, ternyata menurut aم-Suyuti bahwa Ibnu
Daqiq al-Id mengemukakan pendapat yang menengahi kedua mazhab di atas.
Ibnu Daqiqi al-Id berpendapat bahwa jika takwil itu jauh maka kita tawaqquf
(tidak memutuskan). Kita menyakini maknanya menurut cara yang
dimaksudkan serta mensucikan Tuhan dari semua yang tidak laik bagi-Nya.
Sejalan dengan ini, para ulama menyebutkan bahwa mazhab salaf
dikatakan lebih aman karena tidak dikhawatirkan jatuh ke dalam penafsiran
dan penakwilan yang menurut Tuhan salah. Mazhab khalaf dikatakan lebih
selamat karena dapat mempertahankan pendapatnya dengan argumen aqli.
B. Namun sebagian besar sahabat, tabi’in, generasi sesudahnya, terutama kalangan
Ahlussunnah berpihak pada gramatikal ungkapan yang kedua. Seperti pendapat dari :
1. Al-Bukhari, Muslim, dan yang lainnya mengeluarkan sebuah riwayat dari
Aisyah yang mengatakan bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda ketika
mengomentari QS. ‘Ali Imran ayat 7 :
“Jika engkau menyaksikan orang-orang yang mengikuti ayat-ayat mutasyabih
untuk menimbulkan fitnah dan untuk mencari-cari takwilnya, orang itulah
yang dicela Allah, maka berhati-hatilah menghadapi mereka.”
2. Ibn Abu Dawud, dalam Al-Mashahif, mengeluarkan sebuah riwayat dari Al-
A’masy. Ia menyebutkan bahwa diantara qira’ah Ibn Mas’ud disebutkan :
“Sesungguhnya penakwilan ayat-ayat mutasyabih hanya milik Allah semata,
sedangkan orang-orang yang mendalami ilmunya berkata, “Kami beriman
kepada ayat-ayat yang mutasyabih.”
3. Imam Malik pernah ditanya mengenai pengertian lafadz istawa. Ia
mengatakan: Istawa adalah diketahui. dan bagaimananya adalah sesuatu yang
tidah diketahui. Bertanya tentangnya adalah Bid’ah.
C. Sedang Ar-raghib Al-Ashfahany mengambil jalan tengah dalam masalah ini. Beliau
membagi mutasyabih dari segi kemungkinan mengetahuinya menjadi tiga bagan:
1. Bagian yang tak ada jalan untuk mengetahuinya, seperti waktu tibanya hari
kiamat.
2. Bagian manusia menemukan sebab-sebab mengetahuinya, seperti lafadz-
lafadz yang ganjil, sulit difahami namun bisa ditemukan artinya.
3. Bagian yang terletak di antara dua urusan itu yang hanya diketahui oleh
Ulama’ yang mumpuni saja.
2.3 Sebab-Sebab Adanya Ayat Mutasyabbih
Dikatakan dengan tegas, bahwa sebab adanya ayat Muhkam dan Mutasyabih ialah
karena Allah SWT menjadikan demikian. Allah membedakan antara ayat – ayat yang
Muhkam dari yang Mutasyabih, dan menjadikan ayat Muhkam sebagai bandingan ayat yang
Mutasyabih.
Pada garis besarnya sebab adanya ayat – ayat Mutasyabihat dalam Al – Qur’an ialah
karena adanya kesamaran maksud syara’ dalam ayat – ayat-Nya sehingga sulit dipahami
umat, tanpa dikatakan dengan arti ayat lain, disebabkan karena bisa dita’wilkan dengan
bermacam – macam dan petunjuknya pun tidak tegas, karena sebagian besar merupakan hal –
hal yang pengetahuanya hanya dimonopoli oleh Allah SWT saja.
Adapun adanya ayat Mutasyabihat dalam Al – Qur’an desebabkan 3 (tiga) hal :
A. Kesamaran Lafal
1. Kesamaran Lafal Mufrad, dibagi menjadi 2 (dua) :
a. Kesamaran lafal Mufrad Gharib (asing)
Contoh : Lafal dalam ayat 31 surat Abasa: kata Abban ( ) َوَأبًّاjarang terdapat
dalam al-Qur’an, sehingga asing. Kemudian dalam ayat selanjutnya, ayat 32:
َمتَاعًا لَ ُك ْم َوأل ْن َعا ِم ُك ْم
Untuk kesenangan kamu dan binatang-binatang ternakmu. (QS. ‘Abasa: 32)
Sehingga jelas dimaksud Abban adalah rerumputan.
b. Kesamaran Lafal Mufrad yang bermakna Ganda. Kata al-Yamin bisa
bermakna tangan kanan, keleluasan atau sumpah.
2. Kesamaran dalam Lafal Murakkab
Kesamaran dalam lafal Murakkab itu disebabkan karena lafal yang Murakkab
terlalu ringkas, terlalu luas atau karena susunan kalimatnya kurang tertib. Contoh
tasyabuh (kesamaran) dalam lafal murakkab terlalu ringkas, terdapat di dalam surah
An-Nisa ayat 3:
َ اب لَ ُك ْم ِمنَ النِّ َسا ِء َم ْثن َٰى َوثُاَل
ث َو ُربَا َع َ َوَِإ ْن ِخ ْفتُ ْم َأاَّل تُ ْق ِسطُوا فِي ْاليَتَا َم ٰى فَا ْن ِكحُوا َما ط
Artinya: “Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak)
perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-
wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat…”
Ayat di atas sulit diterjemahkan. Karena takut tidak dapat berlaku adil
terhadap anak yatim, lalu mengapa disuruh kawini wanita yang baik-baik, dua, tiga
atau empat. Kesukaran itu terjadi karena susunan kalimat ayat tersebut terlalu singkat.
B. Kesamaran pada Makna Ayat
Kesamaran pada makna ayat seperti dalam ayat-ayat yang menerangkan sifat-
sifat Allah, seperti sifat rahman rahim-Nya, atau sifat qudrat iradat-Nya, maupun
sifat-sifat lainnya. Dan seperti makna dari ihwal hari kiamat, kenikmatan surga, siksa
kubur, dan sebagainya manusia bisa mengerti arti maksud ayat-Nya, sedangkan
mereka tidak pernah melihatnya.
C. Kesamaran pada Lafal dan Makna Ayat
Seperti, ayat 189 surat al-Baqarah:
ُورهَا َو ٰلَ ِك َّن ْالبِ َّر َم ِن اتَّقَ ٰى ْأ
ِ ْس ْالبِرُّ بَِأ ْن تَ تُوا ْالبُيُوتَ ِم ْن ظُه
َ َولَي
“Dan bukanlah kebijakan memasuki rumah-rumah dari belakangnya, akan tetapi
kebijakan itu ialah kebijakan orang-orang yang bertakwa”.
Sebab kesamaran dalam ayat tersebut terjadi pada lafalnya, karena terlalu
ringkas, juga terjadi pula pada maknanya, karena termasuk adat kebiasaan khusus
orang arab. Hingga dalam memahami ayat ini akan sulit bagi orang-orang yang bukan
termasuk orang arab. Dan sejatinya ayat ini adalah diperuntukkan untuk orang yang
sedang melakukan ihram baik haji maupun umrah.
2.4 Macam Macam Ayat Mutasyabihat
A. Menurut Abdul Jalal, macam-macam ayat Mutasyabihat ada tiga macam :
1. Ayat-ayat Mutasyabihat yang tidak dapat diketahui oleh seluruh umat
manusia, kecuali Allah SWT. Contoh:
“Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata sedang Dia dapat melihat
segala yang kelihatan; dan Dialah Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui.”
(QS. Al-An’am: 103)
Ayat-ayat jenis ini hanya diketahui maknanya oleh yang kokoh ilmunya dan
boleh ditanyakan jawaban serta penjelasan nya karena memungkinkan, sebab
tidak ada suatu ayat didalam Al-Qur’an yang sama sekali tidak diketahui oleh
seseorang manusia.
َ يَا َأيُّهَا النَّاسُ ِإنَّا َخلَ ْقنَا ُك ْم ِم ْن َذ َك ٍر َوُأ ْنثَى َو َج َع ْلنَ’ا ُك ْم ُش’عُوبًا َوقَبَاِئ َل لِتَ َع’ا َرفُوا ِإ َّن َأ ْك
ِ ’ر َم ُك ْم ِع ْن’ َد هَّللا
َأ ْتقَا ُك ْم ِإ َّن هَّللا َ َعلِي ٌم َخبِي ٌر
Artinya: “ hai manusia sesungguhnya kami menciptakan kamu dari
seseorang laki-laki dan seorang perempuan dan seorang perempuan
dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu
saling mengenal”. (Al-Hujarat: 13)
يَا َأيُّهَا النَّاسُ ا ْعبُدُوا َربَّ ُك ُم الَّ ِذي خَ لَقَ ُك ْم َوالَّ ِذينَ ِم ْن قَ ْبلِ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَتَّقُون
Artinya: “hai manusia, sembahlah tuhanmu yang telah menciptakanmu
dan orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa”. (Al-Baqarah:
21)
ق َأ ْي ِدي ِه ْم
َ ْيَ ُد هَّللا ِ فَو
Artinya: “tangan-tangan Allah diatas tangan mereka”. (Al-Fath: 10)
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Muhkam menurut terminologi artinya suatu ungkapan yang maksud dan makna
ungkapan lahirnya tidak mungkin diganti atau diubah. Sedangkan mutasyabihat adalah
ungkapan yang makna lahirnya masih samar. Seperti yang penulis ungkapan pada pengertian
muhkam dan mutasyabihat pada pembahasan bab pertama tadi, artinya penulis sepakat bahwa
yang dimaksud dengan muhkam adalah sebuah ayat yang maksudnya sudah dapat dipahami
tanpa penafsiran lebih detil, sementara yang dimaksud dengan mutasyabihat adalah ayat yang
masih samar-samar dan perlu penjelasan lebih detil supaya dalam memahami ayat lebih
mudah.
Adapun pendapat ulama mengenai ayat muhkam tidak ditemukan perbedaan yang
sangat mendasar, sementara dalam memahami ayat mutasyabihat para ulama sepakat bahwa
dalam memahami ayat tersebut membutuhkan perenungan dan pemikiran untuk
menjelaskannya.
Diantara hikmah keberadaan ayat muhkam dan mutasyabihat dalam al-Qur’an,
adalah:
a. Memperlihatkan kelemahan akal manusia.
b. Teguran bagi orang-orang yang mengotak atik ayat mutasyabih.
c. Memberikan pemahaman abstrak ilmiah kepada manusia melalui pemahaman inderawi
yang biasa disaksikannya.
3.2 Saran
Dalam memahami ayat-ayat muhkamat dan mutasyabihat tentunya akan menemui perbedaan
antara ulama satu dengan yang lainnya. Maka dari itu, kita sebagi mahasiswa tidak
sepantasnya saling salah menyalahkan pendapat satu dengan yang lainnya. Karena setiap
pendapat yang dikeluarkan oleh para ulamak tentunya semuanya memiliki dasar. Kita harus
lebih bijak dalam mengatasi perbedaan.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah........................................................................................................2
1.3. Tujuan Penulisan...........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................3
2.1 Pengertian Al-Muhkam Al-Mutasyabih......................................................................3
2.2 Sikap Para Ulama Terhadap Ayat-Ayat Al-Mutasyabih..........................................4
2.3 Sebab-Sebab Adanya Ayat Mutasyabbih....................................................................7
2.4 Macam Macam Ayat Mutasyabihat.............................................................................8
2.5 Pembagian ayat-ayat mutasyabih...............................................................................11
2.6. Hikmah adanya ayat-ayat Mutasyabih.....................................................................11
2.7 Hikmah Ayat-ayat Muhkamat....................................................................................13
BAB III PENUTUP..................................................................................................................14
3.1 Kesimpulan...................................................................................................................14
3.2 Saran..............................................................................................................................14
KATA PENGANTAR
Kel. 07/TP’C
DAFTAR PUSTAKA
http://ruzirahmawati.blogspot.com/2011/12/ayat-muhkam-dan-mutasyabih.html
https://ebdaaprilia.wordpress.com/2013/05/21/makalah-ulumul-quran-muhkam-mutasyabih/
http://amirsabri.blogspot.com/2015/01/muhkam-dan-mutasyabih-a.html
http://ragam-news.blogspot.com/2013/04/ayat-muhkam-dan-mutasyabih.html
http://makalah2107.blogspot.com/2016/07/makalah-muhkam-mutasyabih.html