Anda di halaman 1dari 37

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT


NOMOR TAHUN 2013

TENTANG

MEKANISME PEMBAYARAN ATAS BEBAN


ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH
KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan Anggaran


Pendapatan Dan Belanja Daerah (APBD) yang
ditetapkan dalam Peraturan Daerah tentang
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD) harus dilaksanakan secara efektif,
efisien, tertib, transparan sesuai ketentuan
perundang-undangan yang berlaku;

b. bahwa untuk mewujudkan kesamaan dan


keterpaduan langkah bagi seluruh Satuan
Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di lingkungan
Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Barat
perlu diatur mekanisme pembayaran atas
beban Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD);

c. bahwa Peraturan Bupati Kotawaringin Barat


Nomor 44 Tahun 2006 tentang Mekanisme
Pembayaran dalam Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat
tidak sesuai lagi dengan ketentuan yang lebih
tinggi, sehingga perlu diganti;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan


sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf
b dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan
Bupati tentang Mekanisme Pembayaran atas
Beban Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat.
-2-

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959


tentang Penetapan Undang-Undang Darurat
Nomor 3 Tahun 1953 tentang Pembentukan
Daerah Tingkat II di Kalimantan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1953 Nomor
9) sebagai Undang-Undang (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 72,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 1820);

2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003


tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4286);

3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang


Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4355);

4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004


tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
66, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4400);

5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004


tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
125, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah
diubah beberapa kali, terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008
tentang Perubahan Kedua Atas Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah menjadi Undang-
Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004


tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4438);
-3-

7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12


Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5234);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005


tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 137,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4575);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005


tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2005 Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4576), sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 65 Tahun 2010 tentang Peraturan
Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang
Sistem Informasi Keuangan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor
110, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5155);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005


tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4578);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005


tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4593);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006


tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja
Instansi Pemerintah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4614);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007


tentang Pembagian Urusan Pemerintahan
antara Pemerintah, Pemerintah Daerah
Provinsi, dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4737);
-4-

14. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2007


tentang Pengelolaan Uang Negara/Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2007 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4738);

15. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010


tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2010 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5165);

16. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor


54 Tahun 2010 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 70
Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua Atas
Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010
tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;

17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13


Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan
Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah;

18. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53


Tahun 2011 tentang Pembentukan Produk
Hukum Daerah (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 694);

19. Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin


Barat Nomor 32 Tahun 2007 tentang Pokok-
pokok Pengelolaan Keuangan Daerah
(Lembaran Daerah Tahun 2007, Nomor 32);

20. Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin


Barat Nomor 14 Tahun 2008 tentang Urusan
Pemerintah yang menjadi kewenangan
Kabupaten Kotawaringin Barat (Lembaran
Daerah Tahun 2008, Nomor 14).

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG MEKANISME


PEMBAYARAN ATAS BEBAN ANGGARAN
PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN
KOTAWARINGIN BARAT.
-5-

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal I

Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan :

1. Daerah adalah Kabupaten Kotawaringin Barat;

2. Bupati adalah Bupati Kotawaringin Barat;

3. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya


disingkat APBD adalah Rencana Keuangan Tahunan
Pemerintahan Daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh
pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan
daerah;

4. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat


SKPD adalah perangkat daerah pada pemerintah daerah selaku
pengguna Anggaran/pengguna barang;

5. Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah yang selanjutnya


disingkat SKPKD adalah perangkat daerah pada pemerintah
daerah selaku pengguna anggaran/pengguna barang yang juga
melaksanakan pengelolaan keuangan daerah;

6. Dokumen Pelaksanaan Anggaran SKPD yang selanjutnya


disingkat DPA-SKPD adalah Dokumen yang memuat
pendapatan dan belanja yang digunakan sebagai dasar
pelaksanaan anggaran oleh pengguna anggaran disahkan oleh
PPKD dan diketahui oleh Sekretaris Daerah yang berfungsi
sebagai dasar untuk melakukan tindakan yang mengakibatkan
pengeluaran daerah dan pencairan dana atas beban APBD serta
dokumen pendukung kegiatan akuntansi pemerintah;

7. Dokumen Pelaksanaan Perubahan Anggaran SKPD yang


selanjutnya disingkat DPPA-SKPD adalah dokumen yang
memuat perubahan pendapatan dan belanja yang digunakan
sebagai dasar pelaksanaan perubahan anggaran pada pengguna
anggaran;

8. Dokumen Pelaksanaan Anggaran Pejabat Pengelola Keuangan


Daerah yang selanjutnya disingkat DPA-PPKD adalah dokumen
pelaksanaan anggaran Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah
selaku Bendahara Umum Daerah;

9. Pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah adalah


kepala daerah yang karena jabatannya mempunyai kewenangan
menyelenggarakan keseluruhan pengelolaan keuangan daerah;

10. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah yang selanjutnya disingkat


PPKD adalah kepala satuan kerja pengelola keuangan daerah
yang mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan APBD dan
bertindak sebagai bendahara umum daerah;
-6-

11. Bendahara Umum Daerah yang selanjutnya disingkat BUD


adalah PPKD yang bertindak dalam kapasitas sebagai bendahara
umum daerah;

12. Kuasa Bendahara Umum Daerah yang selanjutnya disingkat


Kuasa BUD adalah pejabat yang diberi kuasa untuk
melaksanakan sebagian tugas BUD;

13. Bendahara Pengeluaran adalah pejabat fungsional yang ditunjuk


menerima, menyimpan, membayarkan, menatausahakan, dan
mempertanggungjawabkan uang untuk keperluan belanja
daerah dalam rangka pelaksanaan APBD pada SKPD/SKPKD;

14. Pengguna Anggaran adalah pejabat pemegang kewenangan


penggunaan anggaran untuk melaksanakan tugas pokok dan
fungsi SKPD yang dipimpinnya;

15. Kuasa Pengguna Anggaran adalah pejabat yang diberi kuasa


untuk melaksanakan sebagian kewenangan pengguna anggaran
dalam melaksanakan sebagian tugas dan fungsi SKPD;

16. Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD yang selanjutnya


disingkat PPK-SKPD adalah pejabat struktural yang
melaksanakan fungsi tata usaha keuangan pada SKPD;

17. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan yang selanjutnya disingkat


PPTK adalah pejabat pada unit kerja SKPD yang melaksanakan
satu atau beberapa kegiatan dari suatu program sesuai dengan
bidang tugasnya;

18. Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan yang selanjutnya


disingkat PPHP adalah Pihak yang ditetapkan oleh Pengguna
Anggaran untuk bertugas memeriksa dan menerima hasil
pekerjaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;

19. Berita Acara Serah Terima Hasil Pekerjaan adalah naskah dinas
serah terima antara Penyedia Barang/Jasa dengan PPHP yang
dibuat saat Penyerahan Barang/Jasa baik secara termin
maupun pekerjaan selesai 100%;

20. Kas Umum Daerah adalah tempat penyimpanan uang daerah


yang ditentukan oleh Kepala Daerah untuk menampung seluruh
penerimaan daerah dan membayar seluruh pengeluaran daerah;

21. Rekening Kas Umum Daerah adalah tempat penyimpanan uang


daerah yang ditentukan oleh Kepala Daerah untuk menampung
seluruh penerimaan daerah dan membayar seluruh pengeluaran
daerah pada Bank yang ditetapkan;

22. Anggaran Kas adalah dokumen perkiraan arus kas masuk yang
bersumber dari penerimaan dan perkiraan arus kas keluar
untuk mengatur ketersediaan dana yang cukup guna mendanai
pelaksanaan kegiatan dalam setiap periode;
-7-

23. Surat Penyediaan Dana yang selanjutnya disingkat SPD adalah


dokumen yang menyatakan tersedianya dana untuk
melaksanakan kegiatan sebagai dasar penerbitan SPP;

24. Surat Permintaan Pembayaran yang selanjutnya disingkat SPP


adalah dokumen yang diterbitkan oleh pejabat yang bertanggung
jawab atas pelaksanaan kegiatan/bendahara pengeluaran untuk
mengajukan permintaan pembayaran;

25. SPP Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat SPP-UP adalah


dokumen yang diajukan oleh bendahara pengeluaran untuk
permintaan uang muka kerja yang bersifat pengisian kembali
(revolving) yang tidak dapat dilakukan dengan pembayaran
langsung;

26. SPP Ganti Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat SPP-GU


adalah dokumen yang diajukan oleh bendahara pengeluaran
untuk permintaan pengganti uang persediaan yang tidak dapat
dilakukan dengan pembayaran Iangsung;

27. SPP Tambahan Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat SPP-


TU adalah dokumen yang diajukan oleh bendahara pengeluaran
untuk permintaan tambahan uang persediaan guna
melaksanakan kegiatan SKPD yang bersifat mendesak dan tidak
dapat digunakan untuk pembayaran Iangsung dan uang
persediaan;

28. SPP Langsung yang selanjutnya disingkat SPP-LS adalah


dokumen yang diajukan oleh bendahara pengeluaran untuk
permintaan pembayaran Iangsung kepada pihak ketiga atas
dasar perjanjian kontrak kerja atau surat perintah kerja Iainnya
dan pembayaran gaji dengan jumlah, penerima, peruntukan,
dan waktu pembayaran tertentu yang dokumennya disiapkan
oleh PPTK;

29. SPP Ganti Uang Persediaan Nihil yang selanjutnya disingkat


SPP-GU Nihil adalah dokumen yang diajukan oleh bendahara
pengeluaran pada akhir tahun anggaran untuk permintaan
pengganti uang persediaan senilai Rp. 0,- yang bertujuan
menihilkan sisa uang persediaan di rekening bendahara
pengeluaran;

30. Surat Perintah Membayar yang selanjutnya disingkat SPM


adalah dokumen yang digunakan/diterbitkan oleh pengguna
anggaran untuk penerbitan SP2D atas beban pengeluaran DPA-
SKPD;

31. Surat Perintah Membayar Uang Persediaan yang selanjutnya


disingkat SPM-UP adalah dokumen yang diterbitkan oleh
pengguna anggaran untuk penerbitan SP2D atas beban
pengeluaran DPA-SKPD yang dipergunakan sebagai uang
persediaan untuk mendanai kegiatan;
-8-

32. Surat Perintah Membayar Ganti Uang Persediaan yang


selanjutnya disingkat SPM-GU adalah dokumen yang diterbitkan
oleh pengguna anggaran untuk penerbitan SP2D atas beban
pengeluaran DPA-SKPD yang dananya dipergunakan untuk
mengganti uang persediaan yang telah dibelanjakan;

33. Surat Perintah Membayar Tambahan Uang Persediaan yang


selanjutnya disingkat SPM-TU adalah dokumen yang diterbitkan
oleh pengguna anggaran untuk penerbitan SP2D atas beban
pengeluaran DPA-SKPD, karena kebutuhan dananya melebihi
dari jumlah batas pagu uang persediaan yang telah ditetapkan
sesuai dengan ketentuan;

34. Surat Perintah Membayar Langsung yang selanjutnya disingkat


SPM-LS adalah dokumen yang diterbitkan oleh pengguna
anggaran untuk penerbitan SP2D atas beban pengeluaran DPA-
SKPD kepada pihak ketiga;

35. SPM Penggantian Uang Persediaan Nihil yang selanjutnya


disingkat SPM-GU Nihil adalah dokumen yang diterbitkan oleh
Pengguna Anggaran untuk perhitungan saldo uang persediaan
SKPD pada akhir tahun anggaran yang selanjutnya disahkan
oleh PPKD;

36. Surat Perintah Pencairan Dana yang selanjutnya disingkat SP2D


adalah dokumen yang digunakan sebagai dasar pencairan dana
yang diterbitkan oleh BUD berdasarkan SPM;

37. Surat Keterangan Pemberhentian Pembayaran yang selanjutnya


disingkat SKPP adalah dokumen yang diterbitkan oleh Pengguna
Anggaran sebagai keterangan atas terhitung mulai bulan
dihentikan pembayaran gaji Pegawai Negeri Sipil;

38. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Belanja yang selanjutnya


disingkat SPTB adalah pernyataan tanggung jawab belanja yang
dibuat oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran atas
transaksi belanja SKPD;

39. Pembuat Daftar Gaji yang selanjutnya disingkat PDG adalah


petugas yang ditunjuk oleh Pengguna Anggaran untuk membuat
dan menatausahakan daftar gaji maupun belanja pegawai
lainnya pada satuan kerja yang bersangkutan;

40. Surat Keterangan Tanggung Jawab Mutlak yang selanjutnya


disingkat SKTJM adalah surat keterangan yang menyatakan
bahwa segala akibat dari tindakan PA/KPA yang dapat
mengakibatkan kerugian daerah menjadi tanggung jawab
sepenuhnya dari PA/KPA yang mengambil tindakan dimaksud.
-9-

BAB II
KEKUASAAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

Bagian Kesatu
Kewenangan Pelaksanaan APBD

Pasal 2

Untuk pelaksanaan APBD, Bupati menetapkan :


a. Pejabat yang ditunjuk selaku Bendahara Umum Daerah/Kuasa
Bendahara Umum Daerah;
b. Pejabat yang ditunjuk sebagai Pejabat Pengguna Anggaran/Barang
Daerah SKPD dan Kuasa Pengguna Anggaran;
c. Pejabat yang diberi wewenang menandatangani Surat Keterangan
Pemberhentian Pembayaran (SKPP);
d. Bendahara Penerimaan dan Pengeluaran Kas yang melaksanakan
kegiatan kebendaharawanan dalam pelaksanaan APBD disetiap
SKPD; dan
e. Bendahara Penerimaan dan Pengeluaran PPKD.

Bagian Kedua
Pejabat Pengelola Keuangan Daerah

Pasal 3

(1) Kepala Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah selaku Pejabat


Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) mempunyai tugas :
a. Menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan
keuangan daerah;
b. Menyusun rancangan APBD dan rancangan perubahan
APBD;
c. Melaksanakan pemungutan pendapatan daerah yang telah
ditetapkan dengan peraturan daerah;
d. Melaksanakan fungsi BUD;
e. Menyusun laporan keuangan daerah yang merupakan
pelaksanaan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD; dan
f. Melaksanakan tugas lainnya berdasarkan kuasa yang
dilimpahkan oleh kepala daerah.

(2) PPKD sebagai fungsi Bendahara Umum Daerah (BUD)


berwenang :
a. Menyusun kebijakan dan pedoman pelaksanaan APBD;
b. Mengesahkan DPA-SKPD/DPPA-SKPD;
c. Melakukan pengendalian pelaksanaan APBD;
d. Memberikan petunjuk teknis pelaksanaan sistem penerimaan
dan pengeluaran kas daerah;
e. Melaksanakan pemungutan pajak daerah;
f. Menetapkan SPD;
g. Menyiapkan pelaksanaan pinjaman dan pemberian jaminan
atas nama pemerintah daerah;
h. Melaksanakan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan
daerah;
i. Menyajikan informasi keuangan daerah;
-10-

j. Melaksanakan kebijakan dan pedoman pengelolaan serta


penghapusan barang milik daerah;
k. Memantau pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran APBD
oleh bank dan atau lembaga keuangan lainnya yang telah
ditunjuk;
l. Mengusahakan dan mengatur dana yang diperlukan dalam
pelaksanaan APBD;
m. Menyimpan uang daerah;
n. Melakukan pembayaran berdasarkan permintaan pejabat
pengguna anggaran atas beban rekening kas umum daerah;
o. Melaksanakan pemberian pinjaman atas nama pemerintah
daerah;
p. Melakukan pengelolaan utang dan piutang daerah; dan
q. Melakukan penagihan piutang daerah.

Pasal 4

(1) BUD dalam melaksanakan tugasnya dapat melimpahkan


sebagian kewenangannya kepada Kuasa BUD.

(2) Kuasa BUD sebagaimana dimaksud ayat (1) mempunyai tugas :


a. menyiapkan anggaran kas;
b. Menyiapkan SPD;
c. Menerbitkan SP2D;
d. Menyimpan seluruh bukti asli kepemilikan kekayaan
daerah/aset;
e. Memantau pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran APBD
oleh bank atau lembaga keuangan lainnya yang ditunjuk;
f. Mengusahakan dan mengatur dana yang diperlukan dalam
pelaksanaan APBD;
g. Menyimpan uang daerah;
h. Melaksanakan penempatan uang daerah dan
mengelola/menatausahakan investasi daerah; dan
i. Melakukan pembayaran berdasarkan permintaan pejabat
pengguna anggaran atas beban rekening kas umum daerah.

Bagian Ketiga
Pejabat Pengguna Anggaran

Pasal 5

(1) Kepala SKPD selaku Pengguna Anggaran memiliki tugas antara


lain :
a. Menyusun RKA-SKPD;
b. Menyusun DPA-SKPD;
c. Melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas
beban anggaran belanja;
d. Melaksanakan anggaran SKPD yang dipimpinnya;
e. Melakukan pengujian atas tagihan dan memerintahkan
pembayaran;
f. Mengadakan ikatan/perjanjian kerjasama dengan pihak lain
dalam batas anggaran yang telah ditetapkan;
g. Menandatangani SPM;
-11-

h. Menandatangani Pengesahan Surat Pertanggungjawaban


(SPJ);
i. Mengawasi pelaksanaan tugas-tugas kuasa pengguna
anggaran berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh Kepala
Daerah; dan
j. Bertanggungjawab atas pelaksanaan tugasnya kepada Kepala
Daerah melalui Sekretaris Daerah.

(2) Dalam hal PA melakukan tugas kedinasan, cuti, sakit atau


karena alasan lain sehingga tidak bisa melaksanakan tugasnya,
lebih dari 7 (tujuh) hari sampai dengan 3 (tiga) bulan, maka PA
dapat menunjuk salah satu pejabat eselon di bawahnya untuk
menjalankan fungsi dan kewenangan termasuk
menandatangani SPM.

(3) Kepala SKPD selaku Pengguna Anggaran berdasarkan


pendelegasian wewenang dari Bupati dengan Surat Keputusan
menetapkan :
a. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) yang diberi
kewenangan melaksanakan 1 (satu) atau beberapa kegiatan
dari suatu program sesuai dengan bidang tugasnya;
b. Pejabat Penatausahaan Keuangan (PPK) SKPD;
c. Staf administrasi pengelola keuangan;
d. Pejabat Pengadaan Barang/jasa; dan
e. Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan.

Bagian Keempat
Pejabat Kuasa Pengguna Anggaran

Pasal 6

(1) Pejabat Pengguna anggaran dalam melaksanakan tugasnya


dapat melimpahkan sebagian kewenangannya kepada Kuasa
Pengguna Anggaran (KPA, penetapan Pejabat KPA ditetapkan
dengan Surat Keputusan Bupati Kotawaringin Barat sesuai
dengan usulan Kepala SKPD atau Pengguna Anggaran.

(2) Pelimpahan sebagian kewenangan sebagaimana tersebut pada


ayat (1) berdasarkan pertimbangan tingkatan daerah, besaran
SKPD, besaran jumlah uang yang dikelola, beban kerja, lokasi,
kompetensi, rentang kendali dan/atau pertimbangan objektif
lainnya.

(3) Tugas Kuasa Pengguna Anggaran antara lain :


a. Melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas
beban anggaran belanja;
b. Melaksanakan anggaran unit kerja yang dipimpinnya;
c. Melakukan pengujian atas tagihan dan memerintahkan
pembayaran;
d. Mengadakan ikatan/perjanjian kerjasama dengan pihak lain
dalam batas anggaran yang telah ditetapkan;
-12-

e. Mengawasi pelaksanaan anggaran sub unit kerja yang


dipimpinnya; dan
f. Melaksanakan tugas-tugas Kuasa Pengguna Anggaran
lainnya berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh Pejabat
Pengguna Anggaran.

(4) KPA adalah pejabat satu tingkat di bawah Pengguna Anggaran


atau Pejabat eselon III.

(5) KPA bertanggungjawab atas pelaksanaan tugasnya kepada


Pengguna Anggaran.

(6) Dalam hal pengadaan barang/jasa, KPA bertindak sebagai


Pejabat Pembuat Komitmen.

(7) Dalam hal KPA melakukan tugas kedinasan, cuti, sakit atau
karena alasan lain sehingga tidak bisa melaksanakan tugasnya,
maka :
a. Apabila lebih dari 7 (tujuh) hari kerja sampai dengan 3 (tiga)
bulan, kewenangan sebagai KPA/PPK diserahkan kepada PA.
b. PA sebagaimana tersebut huruf a dapat menunjuk pejabat
yang memenuhi persyaratan sebagai pejabat sementara
KPA/PPK dengan membuat Berita Acara Serah Terima
Keadaan Realisasi Fisik dan Keuangan yang diketahui PA.

(8) Apabila KPA berhalangan sebagaimana dimaksud ayat (7) lebih


dari 3 (tiga) bulan, maka PA mengusulkan pengganti KPA/PPK
kepada Bupati.

Bagian Kelima
Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan

Pasal 7

(1) Pejabat pengguna anggaran dalam melaksanakan program


dan kegiatan dapat menunjuk pejabat pada unit kerja SKPD
selaku PPTK.

(2) Tugas Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan antara lain :


a. Mengendalikan pelaksanaan kegiatan;
b. Melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan; dan
c. Menyiapkan dokumen anggaran atas beban pengeluaran
pelaksanaan kegiatan.

(3) Penunjukan PPTK sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)


berdasarkan pertimbangan kompetensi jabatan, anggaran
kegiatan, beban kerja, lokasi, dan/atau rentang kendali dan
pertimbangan objektif lainnya.
-13-

(4) Dalam hal PPTK melakukan tugas kedinasan, cuti, sakit atau
karena alasan lain sehingga tidak bisa melaksanakan tugasnya,
maka PA dapat menunjuk pejabat yang memenuhi persyaratan
sebagai pejabat sementara PPTK dengan membuat Berita Acara
Serah Terima Keadaan Realisasi Fisik dan Keuangan yang
diketahui PA/KPA.

(5) Apabila PPTK berhalangan sebagaimana dimaksud ayat (4)


lebih dari 3 (tiga) bulan, maka PA dapat mengganti dan
menetapkan PPTK pengganti.

Bagian Keenam
Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD

Pasal 8

(1) PPK-SKPD ditetapkan oleh Kepala SKPD.

(2) PPK-SKPD tidak boleh merangkap sebagai pejabat yang bertugas


melakukan pemungutan penerimaan daerah, bendahara,
dan/atau PPTK.

(3) Tugas Pejabat Penatausahaan Keuangan antara lain :


a. Meneliti kelengkapan SPP-LS pengadaan barang dan jasa
yang disampaikan oleh Bendahara Pengeluaran dan
diketahui/ disetujui oleh PPTK;
b. Meneliti kelengkapan SPP-UP, SPP-GU, SPP-TU, SPP-LS yang
ditetapkan sesuai dengan ketentuan Perundang-Undangan
yang diajukan oleh Bendahara Pengeluaran;
c. Melakukan verifikasi SPP;
d. Menyiapkan SPM; dan
e. Menyiapkan laporan Keuangan SKPD.

(4) PPK-SKPD dapat dibantu oleh :


a. Pelaksana verifikasi SPP
b. Pembuat SPM;
c. Penyusun laporan keuangan; dan
d. Pembuat Daftar Gaji.

Bagian Ketujuh
Bendahara Pengeluaran

Pasal 9

(1) Kepala Daerah atas usul PPKD mengangkat Bendahara


Pengeluaran untuk melaksanakan tugas kebendaharaan dalam
rangka pelaksanaan anggaran belanja pada SKPD/SKPKD.

(2) Bendahara pengeluaran bertugas untuk menerima, menyimpan,


membayarkan, menatausahakan dan mempertanggungjawabkan
pengeluaran uang dalam rangka pelaksanaan APBD pada
SKPD/SKPKD.
-14-

(3) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat


(2) Bendahara Pengeluaran SKPD berwenang :
a. Mengajukan permintaan pembayaran menggunakan SPP
UP/GU/TU dan SPP-LS;
b. Menerima dan menyimpan uang persediaan;
c. Melaksanakan pembayaran dari uang persediaan yang
dikelolanya;
d. Menolak perintah bayar dari Pengguna Anggaran yang tidak
sesuai dengan ketentuan/peraturan;
e. Meneliti kelengkapan dokumen pendukung SPP-LS yang
diberikan oleh PPTK;
f. Mengembalikan dokumen pendukung SPP-LS yang diberikan
oleh PPTK, apabila dokumen tersebut tidak memenuhi syarat
dan/atau tidak lengkap.

(4) Bendahara pengeluaran baik secara langsung maupun tidak


langsung dilarang melakukan kegiatan perdagangan,
pekerjaan pemborongan dan penjualan jasa atau bertindak
sebagai penjamin atas kegiatan/pekerjaan/penjualan, serta
menyimpan uang pada suatu bank atau lembaga keuangan
lainnya atas nama pribadi.

BAB III
PANITIA/PEJABAT PENERIMA HASIL PEKERJAAN

Pasal 10

(1) Dalam proses pencairan dana pengadaan barang/jasa baik


secara termin maupun pembayaran 100 % diharuskan
melampirkan Berita Acara Serah Terima Hasil Pekerjaan.

(2) Dikecualikan dari ayat (1) tersebut diatas :


a. Pengadaan barang dan jasa lainnya yang nilainya sampai
dengan Rp. 10.000.000 (sepuluh juta rupiah), dengan
ketentuan pengadaan barang yang telah jelas jenis dan
spesifikasinya seperti :
1) Belanja ATK, Perangko/Materai dan Benda Pos lainnya;
2) Belanja alat listrik dan elektronik (lampu pijar, battery
kering);
3) Belanja bahan alat kebersihan dan bahan pembersih;
4) Belanja pengiriman paket;
5) Belanja bahan pelatihan;
6) Belanja dekorasi;
7) Belanja bahan laboratorium;
8) Belanja cetak dan penggandaan;
9) Belanja pemeliharaan;
10) Belanja Makanan dan Minuman; dan
11) Belanja sewa rumah/gedung/gudang/parkir, sewa
sarana mobilitas, serta sewa perlengkapan dan peralatan
kantor.

b. Belanja kegiatan yang dilaksanakan diluar daerah (dengan


bukti perjanjian berupa nota/kuitansi).
-15-

c. Belanja BBM untuk kendaraan dinas.


d. Belanja bahan baku pendidikan.

(3) PA menetapkan Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan setiap


awal Tahun Anggaran dan berlaku selama Tahun Anggaran
berkenaan.

(4) Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan yang ditunjuk


merupakan pihak yang tidak mempunyai keterlibatan langsung
dalam Pengadaan Barang/Jasa yang akan diterimanya untuk
menghindari terjadinya konflik kepentingan.

(5) Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan wajib memenuhi


persyaratan sebagai berikut :
a. Memiliki integritas moral, disiplin dan bertanggungjawab
dalam melaksanakan tugas;
b. Memahami isi kontrak;
c. Memiliki kualifikasi teknis;
d. Menandatangani Pakta Integritas; dan
e. Tidak menjabat sebagai Bendahara.

(6) Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan mempunyai tugas


pokok dan kewenangan untuk :
a. Melakukan pemeriksaan hasil pekerjaan Pengadaan
Barang/Jasa sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam
Kontrak;
b. Menerima hasil Pengadaan Barang/Jasa setelah melalui
pemeriksaan/pengujian; dan
c. Membuat dan menandatangani Berita Acara Serah Terima
Hasil Pekerjaan.

(7) Kewenangan pemeriksaan hasil pekerjaan bagi Panitia/Pejabat


Penerima Hasil Pekerjaan diatur sebagai berikut :
a. Pengadaan barang/jasa dengan tanda bukti perjanjian
berupa nota, kwitansi dan SPK untuk pekerjaan sederhana
dilakukan oleh Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan;
b. Pengadaan barang/jasa dengan bukti perjanjian berupa Surat
Perjanjian dilakukan oleh Panitia Penerima Hasil Pekerjaan.

(8) Berita Acara Serah Terima Hasil Pekerjaan ditandatangani oleh


Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan, Penyedia Jasa dan
diketahui oleh Kuasa Pengguna Anggaran.

(9) Dalam hal kegiatan tidak dikuasakan kepada Kuasa Pengguna


Anggaran, maka Berita Acara Serah Terima Hasil Pekerjaan
ditandatangani oleh Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan,
Penyedia Jasa dan diketahui oleh Pengguna Anggaran.

(10) Pada Pengadaan Jasa Konsultansi, pemeriksaan pekerjaan


dilakukan setelah berkoordinasi dengan pengguna jasa
konsultansi yang bersangkutan.
-16-

(11) Untuk Pengadaan Barang/Jasa Lainnya yang pembayarannya


dilakukan bertahap, wajib melampirkan Berita Acara Serah
Terima Hasil Pekerjaan setiap kali mengajukan pencairannya
dengan mencantumkan tingkat persentase sesuai dengan
realisasi Pengadaan Barang/Jasa Lainnya tersebut.

(12) Apabila Penyedia Barang/Jasa tidak dapat melanjutkan


pekerjaan/putus kontrak, BA Serah Terima Hasil Pekerjaan
dibuat berdasarkan persentase realisasi fisik pekerjaan yang
telah dicapai.

(13) Dalam hal paket pekerjaan pada suatu SKPD berjumlah lebih
dari 50 paket, PA dapat menetapkan beberapa Panitia/Pejabat
Penerima Hasil Pekerjaan.

BAB IV
DASAR PENGAJUAN PERMINTAAN PEMBAYARAN

Pasal 11

(1) Setelah penetapan anggaran kas, PPKD selaku BUD menerbitkan


SPD.

(2) SPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disiapkan KBUD


untuk ditandatangani oleh PPKD.

(3) Berdasarkan dokumen SPD, bendahara pengeluaran


mengajukan Surat Permintaan Pembayaran (SPP) kepada
Penggunaan Anggaran melalui PPK-SKPD.

(4) Pengeluaran sebagaimana dimaksud ayat (3), tidak boleh


melebihi pagu anggaran yang tersedia.

BAB V
JENIS BELANJA DAN PENGATURAN PERMINTAAN PEMBAYARAN

Pasal 12

(1) Pengeluaran belanja yang dapat dilakukan melalui SPP–


UP/GU/TU meliputi :
a. Belanja barang dan jasa dengan nilai pagu pada DPA-SKPD
di bawah Rp. 10 juta kecuali : Belanja Bahan Bakar Minyak
(BBM), Belanja Makan dan Minum, Perangko/Materai dan
Benda Pos lainnya, Belanja STNK, Belanja pajak kendaraan
bermotor, belanja jasa KIR, Belanja perjalanan dinas, Belanja
bimbingan teknis dan pelatihan, Belanja pemulangan
pegawai pensiun, Belanja untuk membiayai kegiatan yang
dilaksanakan di luar daerah.
b. Belanja Hibah Bantuan sosial dan belanja tidak terduga yang
nilainya sampai dengan Rp. 5 Juta.
-17-

(2) Pengecualian dari ayat (1) di atas, ditetapkan oleh PPKD setelah
mendapat persetujuan Bupati.

(3) Pengeluaran belanja yang dilakukan melalui SPP-LS meliputi :


a. Belanja Modal
b. Belanja barang dan jasa dengan nilai pagu di atas Rp 10 juta;
c. Pembayaran kepada pihak ketiga
d. Pembayaran gaji dan tunjangan penghasilan lainnya sesuai
dengan Peraturan Perundang-Undangan;
e. Belanja bunga;
f. Belanja hibah;
g. Belanja bantuan sosial dan belanja tidak terduga yang
nilainya di atas Rp. 5 Juta; dan
h. Pengeluaran Pembiayaan.

BAB VI
UANG PERSEDIAAN

Pasal 13

(1) Kepada setiap SKPD dapat diberikan uang persediaan untuk


pengguna anggaran, sebagai uang muka kerja dengan cara
bendahara pengeluaran mengajukan SPP-UP kepada pengguna
anggaran, selanjutnya pengguna anggaran menerbitkan SPM-UP
berdasarkan SPD atas permintaan bendahara pengeluaran yang
dibebankan pada kode rekening bendahara pengeluaran. Uang
persediaan diberikan sekali di awal tahun.

(2) UP dapat diberikan setinggi-tingginya :


a. Maksimal Rp. 50.000.000,- untuk pagu anggaran UP/GU
pertahun sampai dengan Rp. 300.000.000,-
b. Maksimal Rp. 75.000.000,- untuk pagu anggaran UP/GU
pertahun diatas Rp.300.000.000,- sampai dengan
Rp.500.000.000,-
c. Maksimal Rp. 100.000.000,- untuk pagu anggaran UP/GU
pertahun diatas Rp.500.000.000 sampai dengan
Rp.1.000.000.000,-
d. Maksimal Rp. 150.000.000,- untuk pagu anggaran UP/GU
pertahun diatas Rp.1.000.000.000 sampai dengan
Rp.1.500.000.000,-
e. Maksimal Rp. 200.000.000,- untuk pagu anggaran UP/GU
pertahun diatas Rp. 1.500.000.000 sampai dengan
Rp.3.000.000.000,-
f. Maksimal Rp. 250.000.000,- untuk pagu anggaran UP/GU
pertahun diatas Rp. 3.000.000.000,- .

(3) Perubahan besaran UP di luar ketentuan pada ayat (2)


ditetapkan oleh PPKD.

(4) Pengisian kembali UP dapat diberikan apabila besaran UP telah


digunakan dan dipertanggung jawabkan sekurang-kurangnya
50%.
-18-

(5) Sisa UP/GU yang masih ada pada bendahara pengeluaran pada
akhir tahun anggaran harus disetorkan kembali ke rekening kas
daerah selambat-lambatnya pada tanggal 31 Desember tahun
berkenaan.

BAB VII
TAMBAHAN UANG PERSEDIAAN

Pasal 14

(1) Syarat untuk pengajuan tambahan uang persediaan adalah :


a. Dalam hal UP belum mencapai 50 % sedangkan SKPD yang
bersangkutan memerlukan pendanaan melebihi sisa dana
yang tersedia;
b. Untuk memenuhi kebutuhan yang sangat mendesak/tidak
bisa ditunda;
c. Dipertanggungjawabkan paling lambat satu bulan sejak
tanggal SP2D diterbitkan; dan
d. Apabila tidak habis digunakan dalam 1 bulan, maka sisa
dana yang ada pada bendahara pengeluaran harus
disetorkan ke rekening kas daerah.

(2) PPKD dapat memberikan TUP sampai dengan Rp. 100 juta.

(3) Penambahan TUP di atas Rp. 100 juta ditetapkan oleh PPKD
setelah mendapat persetujuan tertulis dari Bupati.

(4) Ketentuan batas waktu penyetoran sisa tambahan uang


sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf d dikecualikan untuk :
a. Kegiatan yang pelaksanaannya melebihi 1 (satu) bulan; dan
b. Kegiatan yang mengalami penundaan dari jadwal yang telah
ditetapkan yang diakibatkan oleh peristiwa di luar kendali
PA/KPA.

BAB VIII
PROSEDUR PENGAJUAN SPP

Bagian Kesatu
SPP-LS Gaji dan Tunjangan

Pasal 15

(1) Kelengkapan SPP-LS pembayaran Gaji Induk Bulanan terdiri


dari :
a. Check list kelengkapan dokumen SPP-LS sebagaimana
lampiran I;
b. Surat Pengantar SPP–LS;
c. Ringkasan SPP–LS;
d. Rincian SPP–LS;
e. Salinan SPD;
f. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Belanja sebagaimana
lampiran IX;
g. Daftar rekapitulasi gaji induk bulanan;
-19-

h. Apabila terdapat perubahan keterangan pada pegawai


bersangkutan, maka dilampirkan :
 Fotocopy Surat Keputusan CPNS dan PNS;
 Surat Keputusan Kenaikan pangkat/kenaikan gaji
berkala;
 Fotocopy Akta nikah;
 Fotocopy Akta kelahiran/akta perceraian (apabila terjadi
perceraian);
 SKPP (Surat Keterangan Penghentian Pembayaran);
 Surat Keterangan untuk mendapatkan tunjangan keluarga
(KP-4).
i. Daftar mutasi keluar/masuk PNS.
SPP LS gaji induk bulanan, diterima oleh DPKD pada seksi
Belanja Pegawai paling lambat tanggal 15 bulan sebelumnya.

(2) Kelengkapan SPP-LS pembayaran gaji susulan terdiri dari :


a. Check list kelengkapan dokumen SPP-LS sebagaimana
lampiran I;
b. Surat Pengantar SPP–LS;
c. Ringkasan SPP–LS;
d. Rincian SPP–LS;
e. Salinan SPD;
f. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Belanja sebagaimana
lampiran IX ; dan
g. Daftar perhitungan gaji susulan.

(3) Kelengkapan SPP-LS pembayaran kekurangan gaji terdiri dari :


a. Check list kelengkapan dokumen SPP-LS sebagaimana
lampiran I;
b. Surat Pengantar SPP–LS;
c. Ringkasan SPP–LS;
d. Rincian SPP–LS;
e. Salinan SPD;
f. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Belanja sebagaimana
lampiran IX;
g. Daftar perhitungan kekurangan gaji;
h. Fotocopy Surat Keputusan Kenaikan pangkat, berkala,
Surat Keputusan pelantikan; dan
i. Surat Pernyataan menduduki jabatan dan Surat Pelantikan
bagi pegawai yang menduduki jabatan.

(4) Kelengkapan SPP-LS pembayaran uang duka wafat/tewas terdiri


dari :
a. Check list kelengkapan dokumen SPP-LS sebagaimana
lampiran I;
b. Surat Pengantar SPP–LS;
c. Ringkasan SPP–LS;
d. Rincian SPP–LS;
e. Salinan SPD;
f. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Belanja sebagaimana
lampiran IX;
g. Daftar perhitungan uang duka wafat/tewas; dan
h. Surat keterangan Kematian/tewas dari pihak yang
berwenang.
-20-

(5) Kelengkapan SPP-LS pembayaran gaji terusan terdiri dari :


a. Check list kelengkapan dokumen SPP-LS sebagaimana
lampiran I;
b. Surat Pengantar SPP–LS;
c. Ringkasan SPP–LS;
d. Rincian SPP–LS;
e. Salinan SPD;
f. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Belanja sebagaimana
lampiran IX; dan
g. Daftar perhitungan gaji terusan.

Bagian Kedua
SPP-LS Tambahan Penghasilan PNS

Pasal 16

(1) Kelengkapan SPP-LS pembayaran tambahan penghasilan


berdasarkan beban kerja,tempat tugas, kelangkaan profesi,
tambahan penghasilan lainnya dan uang makan PNS terdiri
dari :
a. Check list kelengkapan dokumen SPP-LS sebagaimana
lampiran I;
b. Surat Pengantar SPP–LS;
c. Ringkasan SPP–LS;
d. Rincian SPP–LS;
e. Salinan SPD;
f. Surat Keputusan Bupati/ Pejabat yang berwenang;
g. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Belanja sebagaimana
lampiran IX;
h. Daftar perhitungan pembayaran penghasilan berdasarkan
beban kerja,tempat tugas, kelangkaan profesi, tambahan
penghasilan lainnya dan uang makan PNS;
i. Daftar hadir;
j. Rekapitulasi daftar hadir; dan
k. Surat Setoran Pajak.

(2) Kelengkapan SPP-LS pembayaran retribusi atau upah pungut


terdiri dari :
a. Check list kelengkapan dokumen SPP-LS sebagaimana
lampiran I;
b. Surat Pengantar SPP–LS;
c. Ringkasan SPP–LS;
d. Rincian SPP–LS;
e. Salinan SPD;
f. Surat Keputusan Bupati;
g. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Belanja sebagaimana
lampiran IX;
h. Daftar perhitungan upah pungut; dan
i. Surat Setoran Pajak.
-21-

Bagian Ketiga
SPP-LS Belanja Hibah Dan Bantuan Keuangan Lainnya

Pasal 17

(1) Kelengkapan SPP-LS Belanja Hibah terdiri dari :


a. Check list kelengkapan dokumen SPP-LS sebagaimana
lampiran I;
b. Surat Pengantar SPP–LS;
c. Ringkasan SPP–LS;
d. Rincian SPP–LS;
e. Salinan SPD;
f. Surat Pernyataan Tanggung Jawab sebagaimana lampiran
VII;
g. Kuitansi Pembayaran sebagaimana lampiran V;
h. Surat permohonan pencairan dana;
i. Naskah perjanjian/MoU ;
j. Berita Acara Serah Terima Hibah;
k. Fotocopy KTP;
l. Surat Keputusan Bupati tentang penerima hibah; dan
m. Fotocopy rekening Bank.

(2) Kelengkapan SPP-LS Belanja Bantuan Sosial terdiri dari :


a. Check list kelengkapan dokumen SPP-LS sebagaimana
lampiran I;
b. Surat Pengantar SPP–LS;
c. Ringkasan SPP–LS;
d. Rincian SPP–LS;
e. Salinan SPD;
f. Surat Pernyataan Tanggung Jawab sebagaimana
lampiran VII;
g. Kuitansi Pembayaran sebagaimana lampiran V;
h. Surat permohonan pencairan dana;
i. Berita Acara Serah Terima Bantuan Sosial;
j. Fotocopy KTP;
k. Surat Keputusan Bupati tentang penerima Bantuan
Sosial; dan
l. Fotocopy rekening bank.

(3) Kelengkapan SPP-LS Belanja Bagi Hasil Kepada Pemerintah


Kelurahan/Desa terdiri dari :
a. Check list kelengkapan dokumen SPP-LS sebagaimana
lampiran I;
b. Surat Pengantar SPP–LS;
c. Ringkasan SPP–LS;
d. Rincian SPP–LS;
e. Salinan SPD;
f. Surat Pernyataan Tanggung Jawab sebagaimana lampiran
VI;
g. Kuitansi Pembayaran sebagaimana lampiran V;
h. Surat permohonan pencairan dana (Pencairan tahap ke-II dst
harus melampirkan laporan penyerapan dana dan surat
pernyataan penerimaan tahap sebelumnya);
-22-

i. Surat Keputusan pengangkatan bendahara Kelurahan/


desa; dan
j. Fotocopy rekening bank.

(4) Kelengkapan SPP-LS Belanja Bantuan Keuangan kepada


Pemerintah Kelurahan/ Desa terdiri dari :
a. Check list kelengkapan dokumen SPP-LS sebagaimana
lampiran I;
b. Surat Pengantar SPP–LS;
c. Ringkasan SPP–LS;
d. Rincian SPP–LS;
e. Salinan SPD;
f. Surat Pernyataan Tanggung Jawab sebagaimana
lampiran VI;
g. Kuitansi Pembayaran sebagaimana lampiran V;
h. Surat permohonan pencairan dana (Pencairan tahap ke-II dst
harus melampirkan laporan penyerapan dana dan surat
pernyataan penerimaan tahap sebelumnya);
i. Surat Keputusan pengangkatan bendahara desa; dan
j. Fotocopy rekening bank.

(5) Kelengkapan SPP-LS Belanja Bantuan Keuangan kepada Partai


Politik terdiri dari :
a. Check list kelengkapan dokumen SPP-LS sebagaimana
lampiran I;
b. Surat Pengantar SPP–LS;
c. Ringkasan SPP–LS;
d. Rincian SPP–LS;
e. Salinan SPD;
f. Surat Pernyataan Tanggung Jawab sebagaimana
lampiran VII;
g. Kuitansi Pembayaran sebagaimana lampiran V;
h. Hasil Verifikasi dari Tim Verifikasi;
i. Surat permohonan pencairan dana;
j. Surat Keputusan pengurus partai; dan
k. Fotocopy rekening bank.

(6) Kelengkapan SPP-LS Belanja Tidak Terduga terdiri dari :


a. Check list kelengkapan dokumen SPP-LS sebagaimana
lampiran I;
b. Surat Pengantar SPP–LS;
c. Ringkasan SPP–LS;
d. Rincian SPP–LS;
e. Salinan SPD;
f. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Belanja;
g. Kuitansi Pembayaran sebagaimana lampiran V; dan
h. Persetujuan Bupati atas pembebanan Belanja Tidak Terduga.
-23-

Bagian Keempat
SPP-LS Pengeluaran Pembiayaan Daerah

Pasal 18

Kelengkapan SPP-LS Belanja Pengeluaran Pembiayaan Daerah


terdiri dari :
a. Check list kelengkapan dokumen SPP-LS sebagaimana lampiran I;
b. Surat Pengantar SPP–LS;
c. Ringkasan SPP–LS;
d. Rincian SPP–LS;
e. Salinan SPD;
f. Surat Pernyataan Tanggung Jawab;
g. Surat Permohonan Pencarian Dana dari penerima pembayaran;
h. Kuitansi sebagaimana lampiran V;
i. Persetujuan Bupati atas pembebanan pengeluaran
pembiayaan; dan
j. Fotocopy rekening bank.

Bagian Kelima
SPP-UP

Pasal 19

(1) Penerbitan dan pengajuan dokumen SPP-UP dilakukan oleh


bendahara pengeluaran untuk memperoleh persetujuan dari
pengguna anggaran melalui PPK-SKPD dalam rangka pengisian
uang persediaan.

(2) Kelengkapan SPP–UP terdiri dari :


a. Check list kelengkapan dokumen SPP-UP sebagaimana
lampiran II;
b. Surat Pengantar SPP-UP;
c. Ringkasan SPP-UP;
d. Rincian SPP-UP;
e. Salinan SPD;
f. Surat pernyataan dari pengguna anggaran bahwa uang yang
diminta tidak dipergunakan untuk keperluan selain uang
persediaan saat pengajuan SP2D kepada Kuasa BUD
sebagaimana lampiran X; dan
g. Lampiran lain yang diperlukan.

Bagian Keenam
SPP-GU

Pasal 20

(1) Penerbitan dan pengajuan dokumen SPP-GU dilakukan oleh


bendahara pengeluaran untuk memperoleh persetujuan dari
pengguna anggaran melalui PPK-SKPD dalam rangka ganti uang
persediaan.
-24-

(2) Kelengkapan SPP-GU terdiri dari :


a. Check list kelengkapan dokumen SPP-GU sebagaimana
lampiran II;
b. Surat Pengantar SPP-GU;
c. Ringkasan SPP-GU;
d. Rincian penggunaan SP2D-UP/GU yang lalu;
e. Bukti transaksi yang sah dan lengkap;
f. Salinan SPD;
g. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Belanja sebagaimana
lampiran VIII;
h. Surat pernyataan dari pengguna anggaran bahwa uang yang
diminta tidak dipergunakan untuk keperluan selain ganti
uang persediaan saat pengajuan SP2D kepada kuasa BUD
sebagaimana lampiran XI;
i. Bukti transaksi yang sah dan lengkap;
j. Fotocopy SSP lunas yang telah dilegalisir oleh PA/ KPA;
k. Untuk pembayaran perjalanan dinas, harus melampirkan :
1) Surat Tugas;
2) Surat Perintah Perjalanan Dinas yang telah diketahui oleh
pejabat berwenang;
3) Kuitansi Pembayaran;
4) Perhitungan Surat Perintah Perjalanan Dinas rampung;
5) Bukti-bukti pengeluaran berupa tiket, boarding pass,
taksi, biaya penginapan/ hotel, bukti pembelian Bahan
Bakar Minyak; dan
6) Daftar Nominatif sebagaimana lampiran XXIII.
l. Untuk pembayaran pemulangan pensiun harus
melampirkan :
1) Surat Perintah Perjalanan Dinas;
2) Rincian Biaya ;
3) SK Pensiun;
4) SKPP;
5) Bukti tiket; dan
6) Bukti biaya/upah angkut barang.

(3) Kelengkapan SPP-GU Nihil terdiri dari :


a. Check list kelengkapan dokumen SPP-GU sebagaimana
lampiran II;
b. Surat Pengantar SPP-GU Nihil;
c. Ringkasan SPP-GU Nihil;
d. Rincian penggunaan SP2D-UP/GU yang lalu;
e. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Belanja sebagaimana
lampiran VIII;
f. Bukti transaksi yang sah dan lengkap;
g. Fotocopy bukti setor pengembalian sisa Uang Persediaan;
h. Fotocopy SSP lunas yang telah dilegalisir oleh PA/KPA; dan
i. Lampiran lain yang diperlukan.
-25-

Bagian Ketujuh
SPP-TU

Pasal 21

(1) Penerbitan dan pengajuan dokumen SPP-TU dilakukan oleh


bendahara pengeluaran untuk memperoleh persetujuan dari
pengguna anggaran melalui PPK-SKPD dalam rangka tambahan
uang persediaan.

(2) Kelengkapan SPP- TU terdiri dari :


a. Check list kelengkapan dokumen SPP-TU sebagaimana
lampiran II;
b. Surat Pengantar SPP-TU;
c. Ringkasan SPP-TU;
d. Rincian rencana penggunaan TU;
e. Salinan SPD;
f. Surat pernyataan dari pengguna anggaran yang menyatakan
bahwa uang yang diminta tidak dipergunakan untuk
keperluan selain tambahan uang persediaan saat pengajuan
SP2D kepada kuasa BUD sebagaimana lampiran XII;
g. Surat keterangan yang memuat penjelasan keperluan
pengisian tambahan uang persediaan;
h. Surat Persetujuan TU dari PPKD;
i. Rekening Koran yang menunjukan Saldo terakhir; dan
j. Lampiran lain yang diperlukan.

(3) Kelengkapan SPP-TU Nihil terdiri dari :


a. Check list kelengkapan dokumen SPP-TU sebagaimana
lampiran II;
b. Surat Pengantar SPP-TU Nihil;
c. Ringkasan SPP-TU Nihil;
d. Rincian penggunaan SP2D-TU yang lalu;
e. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Belanja;
f. Bukti transaksi yang sah dan lengkap;
g. Fotocopy bukti setor pengembalian sisa tambahan uang
persediaan;
h. Fotocopy SSP lunas yang telah dilegalisir oleh PA/KPA; dan
i. Lampiran lain yang diperlukan.

Bagian Kedelapan
SPP-LS Belanja Pegawai Pada Belanja Langsung

Pasal 22

(1) Kelengkapan Dokumen SPP–LS untuk pembayaran uang lembur


terdiri dari :
a. Check list kelengkapan dokumen SPP sebagaimana
lampiran III;
b. Surat Pengantar SPP–LS;
c. Ringkasan SPP–LS;
d. Rincian SPP–LS;
e. Salinan SPD;
-26-

f. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Belanja sebagaimana


lampiran IX;
g. Kuitansi pembayaran sebagaimana lampiran IV;
h. Surat Perintah Kerja Lembur;
i. Daftar perhitungan dan tanda terima uang lembur
sebagaimana lampiran XVIII;
j. Daftar Hadir; dan
k. Surat Setoran Pajak.

(2) Kelengkapan Dokumen SPP–LS untuk pembayaran


honorarium/vakasi terdiri dari :
a. Check list kelengkapan dokumen SPP sebagaimana
lampiran III;
b. Surat Pengantar SPP–LS;
c. Ringkasan SPP–LS;
d. Rincian SPP–LS;
e. Salinan SPD;
f. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Belanja sebagaimana
lampiran IX;
g. Kuitansi pembayaran sebagaimana lampiran IV;
h. Surat keputusan tentang penetapan/penunjukan;
i. Daftar perhitungan dan tanda terima honor/vakasi;
j. Surat Setoran Pajak; dan
k. Lampiran lain yang diperlukan.

(3) Kelengkapan Dokumen SPP – LS untuk pembayaran honorarium


Tim/Panitia terdiri dari :
a. Check list kelengkapan dokumen sebagaimana lampiran III;
b. Surat Pengantar SPP–LS;
c. Ringkasan SPP–LS;
d. Rincian SPP–LS;
e. Salinan SPD;
f. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Belanja sebagaimana
lampiran IX;
g. Kuitansi pembayaran sebagaimana lampiran IV;
h. Surat keputusan tentang pembentukan tim/panitia;
i. Daftar perhitungan dan tanda terima honor tim/panitia;
j. Surat Setoran Pajak;
k. Output Hasil Kerja tim/panitia; dan
l. Lampiran lain yang diperlukan.

(4) Kelengkapan Dokumen SPP – LS untuk pembayaran honor


narasumber/tenaga ahli terdiri dari :
a. Check list kelengkapan dokumen sebagaimana lampiran III;
b. Surat Pengantar SPP–LS;
c. Ringkasan SPP–LS;
d. Rincian SPP–LS;
e. Salinan SPD;
f. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Belanja sebagaimana
lampiran IX;
g. Kuitansi pembayaran sebagaimana lampiran IV;
h. Surat Keputusan atau Surat Perintah Tugas sebagai
narasumber/tenaga ahli;
-27-

i. Daftar perhitungan dan tanda terima honor sebagai


narasumber/tenaga ahli sebagaimana lampiran XIX;
j. Daftar hadir;
k. Surat Setoran Pajak; dan
l. Lampiran lain yang diperlukan.

Bagian Kesembilan
SPP-LS Belanja Barang/Jasa/Modal

Pasal 23

(1) Kelengkapan Dokumen SPP–LS untuk Belanja Perjalanan Dinas


terdiri dari :
a. Check list kelengkapan dokumen SPP sebagaimana
lampiran III;
b. Surat Pengantar SPP–LS;
c. Ringkasan SPP–LS;
d. Rincian SPP–LS;
e. Salinan SPD;
f. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Belanja sebagaimana
lampiran IX;
g. Kuitansi pembayaran sebagaimana lampiran IV;
h. Daftar Nominatif sebagaimana lampiran XXIII;
i. Nota Pertimbangan yang disetujui oleh pejabat berwenang;
j. Berita Acara Pembayaran sebagaimana lampiran XIII;
k. Ringkasan Kontrak;
l. Fotocopy Rekening Bank;
m. Surat Tugas; dan
n. Surat Perintah Perjalanan Dinas yang telah diketahui Pejabat
berwenang.

(2) Kelengkapan Dokumen SPP–LS untuk pembayaran biaya


langganan daya dan jasa (telepon, listrik, dan air) terdiri dari :
a. Check list kelengkapan dokumen SPP sebagaimana
lampiran III;
b. Surat Pengantar SPP–LS;
c. Ringkasan SPP–LS;
d. Rincian SPP–LS;
e. Salinan SPD;
f. Bukti tagihan daya dan jasa; dan
g. Nomor rekening Pihak Ketiga (PT.PLN, PT.Telkom, PDAM,
dll).

(3) Kelengkapan dokumen SPP-LS untuk pengadaan tanah terdiri


dari :
a. Check list kelengkapan dokumen SPP sebagaimana
lampiran III;
b. Surat Pengantar SPP-LS;
c. Ringkasan SPP-LS;
d. Rincian SPP-LS;
e. Salinan SPD;
f. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Belanja sebagaimana
lampiran IX;
-28-

g. Kuitansi pembayaran sebagaimana lampiran IV;


h. Fotocopy bukti kepemilikan tanah/Sertifikat;
i. SPPT PBB tahun transaksi;
j. Surat Persetujuan harga;
k. Pernyataan dari penjual bahwa tanah tersebut tidak dalam
sengketa dan tidak sedang dalam agunan;
l. Pelepasan/penyerahan hak atas tanah/akta jual dihadapan
PPAT;
m. Bukti Pembayaran BPHTB;
n. SSP PPh final atas pelepasan hak;
o. Surat pelepasan hak adat (bila diperlukan); dan
p. Persetujuan Panitia Pengadaan Tanah untuk tanah yang
luasnya lebih dari 1 (satu) hektar.

(4) Kelengkapan Dokumen SPP–LS untuk Pengadaan Barang/Jasa


terdiri dari :
a. Check list kelengkapan dokumen SPP sebagaimana
lampiran III;
b. Surat Pengantar SPP–LS;
c. Ringkasan SPP–LS;
d. Rincian SPP–LS;
e. Salinan SPD;
f. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Belanja sebagaimana
lampiran IX; dan
g. Kelengkapan lain yang perlu dilampirkan sebagai dokumen
pembayaran Pengadaan barang/jasa sebagaimana tersebut
pada pasal 24; pasal 25; pasal 26; dan pasal 27.

BAB IX
KELENGKAPAN DOKUMEN PEMBAYARAN ATAS PENGADAAN
BARANG/JASA

Bagian Kesatu
Pengadaan Barang

Pasal 24

(1) Kelengkapan Dokumen Pembayaran atas Pengadaan Barang


yang menggunakan bukti perjanjian berupa Nota atau Kuitansi
terdiri dari :
a. Nota transaksi;
b. Kuitansi pembayaran sebagaimana lampiran IV;
c. Berita Acara Serah Terima Hasil Pekerjaan sebagaimana
lampiran XVII;
d. Surat Setoran Pajak; dan
e. Fotocopy Rekening Bank.
-29-

(2) Kelengkapan Dokumen Pembayaran atas Pengadaan Barang


yang menggunakan bukti perjanjian berupa SPK/SP/Kontrak
terdiri dari :
a. Kuitansi Pembayaran sebagaimana lampiran IV;
b. Ringkasan kontrak sebagaimana lampiran XXIV;
c. Berita Acara Pembayaran ;
d. Berita Acara Serah Terima Hasil Pekerjaan sebagaimana
lampiran XIV;
e. Surat Setoran Pajak;
f. Fotocopy Rekening Bank; dan
g. Surat Pemberitahuan Denda Keterlambatan Pekerjaan dari
KPA/PPTK apabila pekerjaan mengalami keterlambatan
dengan melampirkan bukti setoran bank atas denda
tersebut.

Bagian Kedua
Pekerjaan Konstruksi

Pasal 25

(1) Kelengkapan dokumen pembayaran uang muka atas Pekerjaan


Konstruksi terdiri dari :
a. Kuitansi Pembayaran sebagaimana lampiran IV;
b. Ringkasan Kontrak sebagaimana lampiran XXIV;
c. Berita Acara Pembayaran sebagaimana lampiran XIII;
d. Surat Pengajuan Uang Muka dari Penyedia Jasa dengan
melampirkan rincian rencana penggunaan uang muka;
e. Fotocopy Surat Jaminan Uang Muka yang dikeluarkan oleh
Bank atau Lembaga Keuangan Non Bank yang telah
dilegalisir oleh PA/KPA;
f. Fotocopy rekening Bank; dan
g. Surat Setoran Pajak.

(2) Kelengkapan dokumen pembayaran termin atas Pekerjaan


Konstruksi terdiri dari :
a. Kuitansi sebagaimana lampiran IV;
b. Ringkasan Kontrak sebagaimana lampiran XXIV;
c. Berita Acara Pembayaran sebagaimana lampiran XIII;
d. Berita Acara Kemajuan Pekerjaan sebagaimana
lampiran XXII;
e. Berita Acara Serah Terima Hasil Pekerjaan sebagaimana
lampiran XV;
f. Fotocopy Surat Keterangan Bank/Buku rekening; dan
g. Surat Setoran Pajak.

(3) Kelengkapan dokumen pembayaran 100% atas Pekerjaan


Konstruksi terdiri dari :
a. Kuitansi Pembayaran sebagaimana lampiran IV;
b. Ringkasan Kontrak sebagaimana lampiran XXIV;
c. Berita Acara Pembayaran sebagaimana lampiran XIII;
d. Berita Acara Kemajuan Pekerjaan sebagaimana
lampiran XXII;
e. Berita Acara Serah Terima Hasil Pekerjaan sebagaimana
lampiran XV;
-30-

f. Fotocopy Surat Jaminan Pemeliharaan yang dikeluarkan


oleh Bank atau Lembaga Keuangan Non Bank yang telah
dilegalisir oleh PA/KPA;
g. Fotocopy rekening Bank;
h. Surat Setoran Pajak;
i. Nota Perhitungan/Surat Ketetapan Pajak Daerah (pajak
mineral bukan logam dan batuan); dan
j. Surat Pemberitahuan Denda Keterlambatan Pekerjaan dari
KPA/PPTK apabila pekerjaan mengalami keterlambatan
dengan melampirkan bukti setoran bank atas denda
tersebut.

Bagian Ketiga
Jasa Konsultansi

Pasal 26

(1) Kelengkapan dokumen pembayaran uang muka atas Jasa


konsultansi terdiri dari :
a. Ringkasan Kontrak sebagaimana lampiran XXIV;
b. Kuitansi Pembayaran sebagaimana lampiran IV;
c. Berita Acara Pembayaran sebagaimana lampiran XIII;
d. Surat Pengajuan Uang Muka dari Penyedia Jasa dengan
melampirkan rincian rencana penggunaan uang muka;
e. Fotocopy Surat Jaminan Uang Muka yang dikeluarkan oleh
Bank atau Lembaga Keuangan Non Bank yang telah
dilegalisir oleh PA/KPA;
f. Surat Setoran Pajak; dan
g. Fotocopy Rekening Bank.

(2) Kelengkapan dokumen pembayaran 100% atas Jasa konsultansi


terdiri dari :
a. Ringkasan Kontrak sebagaimana lampiran XXIV;
b. Kuitansi Pembayaran sebagaimana lampiran IV;
c. Berita Acara Pembayaran sebagaimana lampiran XIII;
d. Berita Acara Serah Terima Hasil Pekerjaan sebagaimana
lampiran XVI;
e. Untuk pekerjaan Konsultansi yang perhitungan harganya
menggunakan biaya personil (billing rate), dilampiri bukti
kehadiran dari tenaga konsultan sesuai tahapan waktu
pekerjaan, bukti penyewaan/pembelian alat penunjang serta
bukti pengeluaran lainnya sesuai dengan rincian dalam
Surat Penawaran;
f. Surat Setoran Pajak; dan
g. Fotocopy Rekening Bank.
-31-

Bagian Keempat
Jasa Lainnya

Pasal 27

(1) Kelengkapan Dokumen Pembayaran atas Jasa Boga/Catering


terdiri dari :
I. Untuk bukti perjanjian berupa Nota atau Kuitansi:
a. Nota transaksi;
b. Kuitansi Pembayaran sebagaimana lampiran IV;
c. Surat Setoran Pajak dan Surat Setoran Pajak Daerah;
d. Undangan dan Daftar Hadir ; dan
e. Fotocopy Rekening Bank.
II. Untuk bukti perjanjian berupa SPK/SP/Kontrak :
a. Kuitansi Pembayaran sebagaimana lampiran IV;
b. Ringkasan Kontrak sebagaimana lampiran XXIV;
c. Berita Acara Pembayaran sebagaimana lampiran XIII;
d. Berita Acara Serah Terima Hasil Pekerjaan sebagaimana
lampiran XIV;
e. Surat Setoran Pajak dan Surat Setoran Pajak
Daerah; dan
f. Fotocopy Rekening Bank.

(2) Kelengkapan Dokumen Pembayaran atas Jasa


Service/Pemeliharaan terdiri dari :
I. Untuk bukti perjanjian berupa nota dan Kuitansi :
a. Nota transaksi;
b. Kuitansi Pembayaran sebagaimana lampiran IV;
c. Surat Setoran Pajak; dan
d. Fotocopy Rekening Bank.
II. Untuk bukti perjanjian berupa SPK/SP/Kontrak :
a. Kuitansi Pembayaran sebagaimana lampiran IV
b. Ringkasan Kontrak sebagaimana lampiran XXIV;
c. Berita Acara Pembayaran sebagaimana lampiran XIII;
d. Berita Acara Serah Terima Hasil Pekerjaan sebagaimana
lampiran XIV;
e. Surat Setoran Pajak; dan
f. Fotocopy Rekening Bank.

(3) Kelengkapan Dokumen Pembayaran atas Jasa Layanan


Kebersihan/Cleaning Service terdiri dari :
a. Ringkasan Kontrak sebagaimana lampiran XXIV;
b. Kuitansi Pembayaran sebagaimana lampiran IV;
c. Berita Acara Pembayaran sebagaimana lampiran XIII;
d. Berita Acara Serah Terima Hasil Pekerjaan sebagaimana
lampiran XIV;
e. Surat Setoran Pajak; dan
f. Fotocopy Rekening Bank.

(4) Kelengkapan Dokumen Pembayaran atas Jasa Iklan/Penyiaran


terdiri dari :
I. Untuk bukti perjanjian berupa nota dan Kuitansi :
a. Nota transaksi;
b. Kuitansi Pembayaran sebagaimana lampiran IV;
c. Surat Setoran Pajak;
-32-

d. Fotocopy rekening bank; dan


e. Bukti pendukung lainnya.
II. Untuk bukti perjanjian berupa MoU atau SPK/SP/Kontrak :
a. Kuitansi Pembayaran sebagaimana lampiran IV;
b. Ringkasan Kontrak/MoU sebagaimana lampiran XXIV;
c. Berita Acara Pembayaran sebagaimana lampiran XIII;
d. Berita Acara Serah Terima Hasil Pekerjaan sebagaimana
lampiran XIV;
e. Surat Setoran Pajak;
f. Fotocopy rekening bank; dan
g. Bukti pendukung lainnya.

(5) Kelengkapan Dokumen Pembayaran atas Jasa Penyewaan terdiri


dari :
I. Untuk bukti perjanjian berupa nota dan Kuitansi :
a. Nota transaksi;
b. Kuitansi Pembayaran sebagaimana lampiran IV;
c. Surat Setoran Pajak;
d. Fotocopy rekening bank; dan
e. Bukti pendukung lainnya.
II. Untuk bukti perjanjian berupa SPK/SP/Kontrak :
a. Kuitansi Pembayaran sebagaimana lampiran IV;
b. Ringkasan Kontrak sebagaimana lampiran XXIV;
c. Berita Acara Pembayaran sebagaimana lampiran XIII;
d. Berita Acara Serah Terima Hasil Pekerjaan sebagaimana
lampiran XIV;
e. Surat Setoran Pajak;
f. Fotocopy rekening bank; dan
g. Bukti pendukung lainnya.

(6) Kelengkapan Dokumen Pembayaran atas Jasa


Penggandaan/Penjilidan/Percetakan terdiri dari :
I. Untuk bukti perjanjian berupa nota dan kuitansi :
a. Nota transaksi;
b. Kuitansi Pembayaran sebagaimana lampiran XXIV;
c. Surat Setoran Pajak;
d. Fotocopy Rekening Bank; dan
e. Bukti pendukung lainnya.
II. Untuk bukti perjanjian berupa SPK/SP/Kontrak :
a. Kuitansi Pembayaran sebagaimana lampiran IV;
b. Ringkasan Kontrak sebagaimana lampiran XXIV;
c. Berita Acara Pembayaran sebagaimana lampiran XIII;
d. Berita Acara Serah Terima Hasil Pekerjaan sebagaimana
lampiran XIV;
e. Surat Setoran Pajak ;
f. Fotocopy Rekening Bank; dan
g. Bukti pendukung lainnya.
-33-

BAB X
PROSEDUR PENERBITAN SPM

Bagian Kesatu
Penelitian Kelengkapan SPP

Pasal 28

(1) Bendahara pengeluaran mengajukan dokumen SPP-UP, SPP-GU,


SPP-TU dan SPP-LS kepada PPK-SKPD untuk selanjutnya
dilakukan penelitian kelengkapan dokumen SPP.

(2) PPK-SKPD melakukan pengujian atas SPP berdasarkan :


a. Tujuan anggaran, yaitu pengeluaran yang ditetapkan sesuai
sasaran yang hendak dicapai sebagaimana tercantum dalam
dokumen pelaksanaan anggaran.
Pengujiannya meliputi :
1) Pelaksanaan anggaran harus dilaksanakan secara hemat,
efektif dan efisien.
2) Pengeluaran tidak melebihi standar harga/biaya yang
ditetapkan oleh Kepala Daerah atau Instansi yang
berwenang dalam menentukan standar harga/biaya.
3) Harga yang paling menguntungkan bagi negara sesuai
harga pelelangan/harga pembanding berdasarkan
ketentuan yang berlaku.
4) Pengeluaran tidak digunakan untuk kegiatan atau
belanja fiktif yang mengakibatkan kerugian keuangan
negara.
5) Pengeluaran tidak digunakan untuk membiayai
pemberian ucapan selamat, hadiah/tanda mata,
karangan bunga, pesta dan sebagainya untuk berbagai
peristiwa.

b. Formalitas, maksudnya ialah PPK-SKPD mengutamakan


etika formalitas sistematika penulisan dalam kelengkapan
SPP.
Pengujiannya meliputi :
1) Atas nama jabatan dan tidak diperkenankan atas nama
pribadi (contoh : sudah terima dari Bendahara umum
Daerah” atau “ sudah terima dari Bendahara Pengeluaran
SKPD....)
2) Jumlah uang yang tertulis antara angka dan huruf harus
sama dan tidak boleh ada coretan, hapusan dan
tindasan.
3) Uraian dalam kuitansi harus jelas, apabila ada kesalahan
agar dicoret dengan dua garis (tulisan yang salah masih
tetap terbaca), untuk kemudian dilakukan koreksi dan
diparaf oleh PPTK.
4) Kuitansi ditandatangani oleh orang yang berhak
menerima dan di bawah tandatangan ditulis nama jelas.
5) Jumlah yang tertera dalam kuitansi harus sama dengan
jumlah yang tertera dalam lampiran dokumen
pembayaran yang lain.
6) Kuitansi dibubuhi materai sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
-34-

c. Memeriksa secara rinci dokumen pendukung SPP sesuai


dengan ketentuan yang berlaku.
d. Memeriksa ketersediaan pagu anggaran dalam DPA-SKPD
untuk memperoleh keyakinan bahwa tagihan tidak
melampaui batas pagu anggaran.
e. Memeriksa kesesuaian rencana kerja dan/atau kelayakan
hasil kerja yang dicapai.
f. Memeriksa kebenaran hak tagih yang menyangkut antara
lain :
1) Pihak yang ditunjuk untuk menerima pembayaran (nama
orang/perusahaan, nomor rekening, nama bank);
2) Nilai tagihan yang harus di bayar (kesesuaian dan/atau
kelayakannya dengan prestasi kerja yang dicapai); dan
3) Jadwal waktu pembayaran.

(3) Setelah dokumen kelengkapan SPP dinyatakan lengkap dan


sesuai, PPK-SKPD kemudian menandatangani Check List
kelengkapan dokumen SPP.

Bagian Kedua
Penerbitan SPM

Pasal 29

(1) Setelah dilakukan pengujian terhadap SPP oleh PPK-SKPD dan


dinyatakan lengkap, PA menerbitkan dan menandatangani SPM.

(2) Dalam hal SPP tidak lengkap, PA menolak menerbitkan SPM.


Pengembalian SPP dilakukan paling lama 1 (satu) hari kerja
sejak diterimanya dokumen SPP.

(3) SPM diterbitkan paling lama 2 (dua) hari kerja terhitung sejak
diterimanya dokumen SPP.

(4) SPM diterbitkan dalam rangkap 5 (lima) :


a. Lembar 1 sampai dengan 4 disampaikan kepada DPKD;
b. Lembar 5 sebagai pertinggal pada SKPD yang bersangkutan;
dan
c. Lembar 1 (asli) akan dikirim kembali ke SKPD beserta bukti
SP2D.

(5) SPM yang telah diotorisasi dikirimkan kepada BUD dilengkapi


SPP beserta kelengkapannya.

(6) SPM yang telah diterbitkan SP2D dan telah dicairkan (telah
dilakukan pendebetan rekening kas daerah) tidak dapat
dibatalkan, kecuali :
a. Perbaikan kesalahan administrasi yang meliputi :
1) Kesalahan pembebanan kode rekening belanja;
2) Kesalahan pencantuman kode program dan kegiatan;
dan
3) Uraian pengeluaran yang tidak berakibat berubahnya
jumlah uang pada SPM.
-35-

b. Perbaikan SPM sebagaimana dimaksud pada huruf a


dilakukan oleh PA. Selanjutnya SPM perbaikan dimaksud
dilampiri dengan Surat Keterangan Tanggung Jawab Mutlak
disampaikan kepada PPKD.

BAB XI
PROSEDUR PENERBITAN SP2D

Bagian Kesatu
Penerbitan SP2D

Pasal 30

(1) Kepala SKPD selaku Pengguna Anggaran menyampaikan SPM


beserta bukti pendukung.

(2) Kuasa BUD meneliti kelengkapan dokumen SPM yang diajukan


oleh Pengguna Anggaran agar pengeluaran yang diajukan tidak
melampaui pagu dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan
dalam peraturan perundang-undangan.

(3) Setelah dilakukan pengujian terhadap SPM dan dinyatakan


lengkap, Kuasa BUD menerbitkan dan menandatangani SP2D.

(4) Penerbitan SP2D wajib diselesaikan oleh Kuasa BUD dalam


batas waktu sebagai berikut :
a. SP2D Belanja Pegawai - gaji induk diterbitkan paling lambat
5 (lima) hari kerja sebelum awal bulan pembayaran gaji;
b. SP2D Belanja Pegawai non gaji induk diterbitkan paling
lambat 1 (satu) hari kerja setelah diterima SPM secara
lengkap dan benar;
c. SP2D UP/GU/TU paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah
diterima SPM secara lengkap dan benar; dan
d. SP2D LS paling lambat 1 (satu) hari kerja setelah diterima
SPM secara lengkap dan benar.

(5) Penerbitan SP2D oleh Kuasa BUD dilakukan dengan cara :


a. SP2D ditandatangani oleh Kuasa Bendahara Umum Daerah;
b. SP2D diterbitkan dalam rangkap 7 dan disampaikan
kepada :
1) Lembar 1 dan 2 : kepada bank operasional dilampiri SPM
lembar 4;
2) Lembar 4 dan 5 : kepada SKPD dilampiri SPM lembar 1;
3) Lembar 3 : arsip KBUD dilampiri SPM lembar 2 dan
salinan bukti pendukung;
4) Lembar 7 : arsip bidang perbendaharaan dilampiri SPM
lembar 3; dan
5) Lembar 6 : kepada rekanan/pihak ketiga.
-36-

Bagian Kedua
Pengembalian SPM

Pasal 31

(1) Apabila SPM tidak memenuhi syarat, pengembalian SPM di atur


sebagai berikut :
a. SPM belanja pegawai non gaji induk dikembalikan paling
lambat 1 (satu) hari kerja setelah SPM diterima;

b. SPM-UP/TU/GU dikembalikan paling lambat 2 (dua) hari


kerja setelah SPM diterima; dan
c. SPM- LS dikembalikan paling lambat 1 (satu) hari kerja
setelah SPM diterima.

(2) Pengembalian SPM menggunakan Surat Penolakan Penerbitan


SP2D atau Formulir Pengembalian SPM.

BAB XII
DAFTAR PENGUJI

Pasal 32

Daftar penguji dibuat dalam rangkap 4 (empat) sebagai pengantar


SP2D dengan ketentuan :
a. Ditandatangani dan di stempel oleh petugas Bank dan KBUD dan
diketahui oleh Kepala DPKD;
b. Daftar penguji disampaikan ke bank dengan di lampiri SP2D
Lembar 1 dan 2 serta SPM Lembar 4 beserta SSP (PPn dan PPh)
atau Nota Perhitungan Pajak Bahan Mineral Bukan Logam dan
Batuan apabila pajak dipotong melalui SP2D;
c. Daftar penguji lembar 2, 3 dan 4 setelah di tanda tangani oleh
petugas bank dikembalikan kepada Kuasa BUD.

Pasal 33

Dalam hal KBUD dan atau Kepala DPKD tidak berada di tempat maka
daftar penguji ditandatangani oleh pejabat yang mewakili.
-37-

BAB XIII
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 34

Dengan berlakunya Peraturan Bupati ini, maka Peraturan Bupati


Kotawaringin Barat Nomor 44 Tahun 2006 tentang Mekanisme
Pelaksanaan Pembayaran dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat, dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku lagi.

Pasal 35

Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan


Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah
Kabupaten Kotawaringin Barat.

Di tetapkan di Pangkalan Bun


pada tanggal

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT,

UJANG ISKANDAR

Anda mungkin juga menyukai