Anda di halaman 1dari 52

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Kehidupan bermasayarakat yang berdasarkan cita-cita bangsa merupakan

bagian dari tujuan menjadi manusia seutuhnya. Salah satunya adalah cita-cita

bangsa Indonesia yang menjadi sebuah negara yang berdaulat adil dan makmur.

Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, manusia sebagai subyek kajian dalam

berbagai bidang. Salah satunya pada bidang pendidikan nasional dimana sudah

melekat pada cita-cita bangsa. Menjadi manusia seutuhnya merupakan sebuah

proses untuk mencerdasakan sebuah bangsa. Dalam tingkat pendidikan nasional,

manusia menjadi bagian penting objek kajiannya. Tujuan yang dimaksudkan

adalah membentuk manusia menjadi pribadi yang tangguh dan berilmu. Selain itu,

ditinjau dari sisi fisik manusia juga menjadi perhatian sebuah bangsa. Melalui

pendidikan proses pembentukan pribadi baik manusia dijalankan.di negara

Indonesia usaha dalam mewujudkan semua itu melewati jalur pendidikan. Hal ini

diharapkan dapat memberikan bentuk nyata dalam pembangunan nasional melalui

sistem pendidikan. Proses yang dilakukan pemerintah Indonesia cukup kompleks

pelaksanaannya. Sehingga sistem pendidikan menjadi salah satu bentuk kajian

penting untuk lebih diperhatikan.

Tatanan sistem pendidikan di Indonesia terdapat berbagai permasalahan

yang dikaji. Pemerintah membedakan masing-masing segmen pendidikan agar

dapat lebih memberikan solusi pada bidang masing-masing. Sistem pendidikan

Indonesia dibagi menjadi pendidikan formal, pendidikan non formal dan

1
2

pendidikan in-formal. Segmen pendidikan tersebut saling melengkapi dalam

mencpai tujun pendidikan nasional. Pendidikan formal menjadi bagian yang

sangat diperhatikan di sistem pendidikan Indonesia. Namun tidak sedikit

penelitian yang mengkaji tentang sistem pendidikan non formal mampu

memberikan bukti bahwa cukup penting untuk diperhatikan. Dalam sistem

pendidikan di Indonesia memiliki akademisi-akademisi yang mampu

mengembangkan pendidikan di Indonesia. Sehingga pendidikan di Indonesia

mengalami cukup signifikan dalam perkembangannya.

Pendidikan formal merupakan salah satu sistem pendidikan yang

mendapat perhatian dalam porsi lebih. Pendidikan formal merupakan pendidikan

yang diberikan pada lembaga yang disebut sekolah. Pemerintah membagi

pendidikan formal menjadi Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Pendidikan

dasar (SD), Pendidikan menengah (SMP dan SMA), serta pendidikan tinggi

(Perguruan Tinggi). Jenjang pendidikan tersebut menjadi sumber proses

pembelajaran masyarakat dalam lembaga sekolah melalui berbagai mata pelajaran

yang diajarkan. Salah satu meata pelajaran dalam pendidikan formal yang

diberikan adalah Pendidikan Jasmani (Penjas). Penjas merupakan mata pelajaran

yang mengkaji tentang jasmani manusia yang diharapkan mampu memahamkan

anak agar hidup sehat. Sehingga Penjas dalam sekolah mengemas materi-materi

tentang pembelajaran gerak, kesehatan dan olahraga.

Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan yang diajarkan di sekolah

pada prinsipnya berhubungan dengan aktivitas jasmani sebagai sarana untuk

mencapai perkembangan individu secara menyeluruh. Selain itu perkembangan


3

keterampilan gerak juga menjadi sarana untuk mengembangkan kognitif sekaligus

afektiv anak. Sosialisasi aktivitas jasmani dan keterampilan gerak olahraga

menjadi salah satu tujuan dari pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan

tersebut. Maka tidaklah berlebihan jika pendidikan jasmani olahraga dan

kesehatan mampu memberikan pendidikan yang menyeluruh pada anak. Seperti

tujuan dari pendidikan jasmani yaitu memberikan keterampilan gerak melalui

aktivitas jasmani, pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan juga didesain

sebagai meningkatkan Kebugaran jasmani anak. Selain itu pengembangan

pengetahuan anak dan penananaman nilai juga menjadi muatan dalam pendidikan

jasmani olahraga dan kesehatan. Seluruh proses dalam pendidikan jasmani

olahraga dan kesehatan diajarkan pada anak dilembaga sekolah semua jenjang.

Salah satunya pendidikan jasmani diajarkan pada siswa Sekolah Dasar.

Pendidikan jasmani yang dilakukan di Sekolah Dasar merupakan tahapan

pembinaan Kebugaran jasmani bagi manusia. Pembinaan dan pengembangan

Kebugaran jasmani adalah suatu proses pendidikan dan pembudayaan untuk

memelihara Kebugaran jasmani yang dilaksanakan melalui jalur pendidikan

sekolah dan luar sekolah. Tujuan yang terkandung dalam pembinaan dan

pengembangan Kebugaran jasmani antara lain peningkatan kemampuan untuk

mendukung peningkatan produktivitas gerak, dan prestasi belajar. Berhasilnya

pembinaan Kebugaran jasmani di Sekolah Dasar akan membawa dampak yang

baik bagi peserta didik, misalnya peningkatan prestasi belajar. Melalui pendidikan

jasmani di Sekolah Dasar aktivitas jasmani anak akan tersalurkan. Sebut saja

pendidikan jasmani adalah sebagai wadah anak beraktivitas jasmani di lingkungan


4

sekolah. Melalui aktivitas jasmani yang baik, Kebugaran jasmani anak akan

berkembang. Pendidikan jasmani mengambil peran untuk memberikan atau

menyalurkan aktivitas jasmani anak di Sekolah Dasar.

Kebugaran jasmani merupakan modal dasar utama yang harus dimiliki

seseorang untuk melakukan aktivitas jasmani selama hidup dengan penuh

semangat yang tinggi tanpa merasa lelah yang berlebihan sehingga dapat bekerja

secara produktif. Kebugaran jasmani dapat yang baik akan menjamin seseorang

dalam melaksanakan tugas sehari-hari menjadi lebih siap dan selalu menampilkan

yang optimal serta mempunyai kegairahan yang tinggi dalam hidupnya.

Kebugaran jasmani dapat digunakan sebagai tolak ukur dalam kesehatan. Peserta

didik sangat penting memiliki Kebugaran jasmani karena dengan memiliki

kebugaran yang baik serang siswa dapat melakukan tugas-tugas sebagai pelajar

sesuai dengan harapan. Dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dapat lebih

konsentrasi, bersemangat dan tanpa banyak keluhan sehingga proses pembelajaran

berhasil dengan baik.

Keberhasilan pendidikan jasmani sebagai peningkatan Kebugaran jasmani

juga tidak lepas dari peran seorang guru. Di mana guru penjasorkesorkes sebagai

fasilitator anak untuk mengeksploitasi aktivitas jasmani tersebut, dalam kenyataan

seorang guru dituntut untuk memenuhi apa yang dibutuhkan anak dalam

beraktivitas jasmani. Akan tetapi guru sering melupakan arti pentingnya aktivitas

jasmani anak di sekolah. Guru relatif memberikan pelajaran yang monoton dalam

olahraga, sehingga anak sering bosan dalam mengikuti pelajaran olahraga

khususnya siswa perempuan. Seharusnya guru sebagai fasilitator anak di sekolah


5

dalam aktivitas jasmani memberikan pengertian tentang arti pentingnya

pendidikan jasmani khususnya untuk aktivitas jasmani dalam pembentukan

Kebugaran jasmani yang baik. Mengingat Kebugaran jasmani adalah faktor

penting anak dalam melaksanakan proses pembelajaran.

Keberhasilan usaha untuk mencapai Kebugaran jasmani tidak cukup hanya

dicapai dengan mengandalkan aktivitas olahraga di sekolah saja, tetapi juga

ditentukan banyak faktor antara lain kecakapan guru pendidikan jasmani dalam

memberikan materi yang terprogam, terukur, teratur kepada siswanya. Kelancaran

progam tersebut juga didukung oleh alat dan fasilitas olahraga yang memadai.

SDN 4 Semampir merupakan salah satu sekolah dasar yang telah menerapkan

kurikulum pendidikan dasar pada semua bidang studi. Begitu juga dengan bidang

studi pendidikan jasmani dan kesehatan yang telah dilaksanakan sesuai

kurikulum dan dilaksankan 4 jam pelajaran (4 x 35 menit) tiap minggunya. Selain

pembelajaran penjasorkes, usaha untuk mencapai Kebugaran jasmani telah

dilakukan pula di luar jam pelajaran namun masih terbatas pada kegiatan

diantaranya ekstrakurikuler.

Menurut hasil dari observasi peneliti siswa SDN 4 Semampir mempunyai

kebiasaan datang ke sekolah dengan cara yang berbeda-beda yaitu dengan

bersepeda, menggunakan angkutan umum diantar keluarga dan berjalan kaki. Dari

kebiasaan kebiasaan tersebut tentu memberikan pengaruh terhadap Kebugaran

jasmani siswa yang berangkat ke sekolah dengan bersepeda atau berjalan kaki

tentu akan berpengaruh positif terhadap Kebugaran jasmani karena terbiasa aktif

begerak sehingga memacu kerja jantung, paru-paru dan otot secara menyeluruh,
6

sehingga meiliki daya tahan tubuh yang lebih baik. Namun ternyata ada

kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Kenyataan yang ada saat ini bahwa

siswa menunjukkan sikap yang kurang bersemangat, tidak konsentrasi, cepat

lelah, pucat, dan ada yang sering sakit pada waktu pembelajaran

penjasorkesorkes. Harapannya adalah siswa bersemangat dan konsentrasi dalam

mengikuti pembelajaran sehingga diharapkan proses pembelajaran menjadi lebih

baik. Siswa di SDN 4 Semampir juga masih sedikit yang yang mengikuti

ekstrakurikuler olahraga. Keadaan ini menjadi tugas guru untuk mengaktifkan

siswa dalam kegiatan olahraga sehingga tercapai Kebugaran jasmani yang

menjadi lebih baik. Di SDN 4 Semampir juga kekurangan data tentang Kebugaran

jasmani anak sebagai bahan penilaian dan sekaligus sebagai bahan evaluasi siswa

maupun guru dalam proses pembelajaran. Padahal Kebugaran jasmani merupakan

salah satu tujuan dari penjas.

Berdasarkan hasil observasi tersebut, maka peneliti ingin mengetahui

tingkat Kebugaran jasmani siswa kelas atas dengan melakukan penelitian dengan

judul Indikator Kebugaran Jasmani Siswa Kelas Atas SDN Semampir 4 Tahun

Ajaran 2021-2022. Selain itu postur tubuh siswa juga menjadi salah satu bidang

kajian dalam penelitian ini. Karena asumsi dari peneliti salah satu faktor yang

mempengaruhi kebugaran jasmani adalah postur tubuh yang dilihat dari tinggi

badan dan berat badan. Maka penelitian ini akan fokus pada kebugaran jasmani

siswa kelas atas yang dilihat dari tinggi badan dan berat badan. Penelitian ini

diharapkan dapat memeberikan data yang sebenarnya tentang tingkat Kebugaran

jasmani siswa dan dijadikan pertimbangan pihak sekolah dan guru untuk
7

keberhasilan proses pembelajaran.

B. IDENTIFKASI MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas dapat diidentifikasi

beberapa masalah sebagai berikut:

1. Perlunya peningkatan kegiatan jasmani dalam meningkatkan kesehatan dan

Kebugaran jasmani siswa SDN 4 Semampir sebagai keberhasilan proses

pembelajaran.

2. Kurangnya data tentang tingkat Kebugaran jasmani siswa SDN 4 Semampir

sebagai bahan evaluasi siswa dan guru dalam proses pembelajaran pendidikan

jasmani dan olahraga.

3. Belum diketahui tingkat Kebugaran jasmani siswa kelas atas SDN 4

Semampir.

C. RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Seberapa Tingkat Kebugaran

Jasmani Siswa Kelas Atas Ditinjau dari Tinggi Badan dan Berat Badan?”

D. PEMBATASAN MASALAH

Penelitian hanya mengkaji tentang tingkat kebugaran jasmani siswa kelas

atas yang ditinjua dari tinggi badan dan berat badan. Variabel diluar penelitian ini

bukan menjadi kajian dalam penelitian.

E. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adlaah untuk mengeathui tingkat kebugaran

jasmani siswa kelas atas ditinjau dari tinggi badan dan berat badan.

F. MANFAAT PENELITIAN
8

Manfaat penelitian ini adalah:

1. Secara Teoritik

a. Dapat menunjukan bukti–bukti secara ilmiah mengenai tingkat

Kebugaran jasmani siswa kelas atas SDN 4 Semampir Kota Kediri,

sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif untuk menyususun

rancangan pembelajaran yang sesuai kebutuhan anak.

b. Memberikan masukan khususnya di SDN 4 Semampir Kota Kediri

tentang teori Kebugaran jasmani sehingga pihak sekolah lebih

memperhatikan Kebugaran jasmani anak.

2. Praktis

a. Bagi pihak sekolah

Diharapkan sekolah dapat mengoptimalkan sarana dan prasarana

yang ada, sehingga mampu meningkatkan kualitas sekolah ecara

keseluruhan.

b. Bagi guru

Sebagai bahan tambahan pengetahuan untuk meningkatkam

kemampuan krativitas atau mengajar gugu dalam pembelajaran

penjasorkes.

c. Bagi peneliti

Mendapatkan pengalaman dalam melaksanakan penelitian,

mengetahui kekurangan dan kelemahan diri pada saaat mengajar yang

dapat dijadikan acuan untuk memperbaiki diri.


9

BAB II

KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS

A. KAJIAN TEORI

1. Hakikat Pendidikan Jasmani

Keberlangsungan hidup seseorang tidak pernah terlepas dari

pendidikan. Pendidikan merupakan usaha manusia secara sadar untuk

mendapatkan pengetahuan dalam proses pembelajaran. Pendidikan dapat

berlangsung secara formal, nonformal dan in formal. Salah satu pendidikan

formal yang sering dikenal adalah sekolah. Sekolah merupakan lembaga

untuk memberikan tranformasi ilmu sesuai dengan kurikulum (Juliantien &

Yudiana, 2010).

Salah satu bidang kajian dalam pendidikan adalah pendidikan jasmani.

Pendidikan jasmani sangat erat hubungannya dengan gerak siswa. Dalam

rangka meningkatkan kebugaran jasmani, pendidikan jasmani memiliki peran

penting didalamnya. Selain itu perkembangan gerak anak, gerak motorik,

perilaku hidup sehat dan kebiasaan dalam beraktivitas juga merupakan bidang

kajian pendidikan jasmani. Dengan kata lain pendidikan jasmani

berhubungan dalam pembentukan postur tubuh atau badan menjadi manusia

seutuhnya (Husdarta, 2000). Selanjutnya secara umum pendidikan jasmani


10

dapat diartikan sebagai proses pengembangan dengan perantara aktivitas

jasmani dan permainan untuk mencapai tujuan pendidikan jasmani (Paturusi,

2012). Pendidikan jasmani juga dapat dikaitkan dengan gerak motorik anak,

aktivitas jasmani, bermain dan olahraga yang dikontekstualkan dengan

keilmuan untuk pertumbuhan dan perkembangan gerak motorik,

keterampilan, emosional, sosial sebagai bekal anak dalam mencapai tujuan

pendidikan nasiona (Rosdiani, 2013).

Setelah memperhatikan pendapat para ahli di atas, maka pengertian

pendidikan jasmani dapat disimpulkan bahwa pendidikan jasmani merupakan

salah satu cara untuk mengembangkan gerka motorik, ppertumbuhan dan

perkembangan anak, emnyadarkan pola hidup sehat dalam rangka untuk

mencapai tujaun pendidikan nasioanl khususnya pendidikan jasmani.

2. Hakikat Kebugaran Jasmani

a. Pengertian Kebugaran Jasmani

Berbicara kebugaran jasmani pastilah tidak jauh dengan

mempersepsikan sebuah keadaan. Hal tersbut menjadi dasar kebugaran

jasmani merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari keadaan

tubuh. kebugaran jasmani sendiri menjadi bagian penting manusia dalam

kehidupan sehari-hari. Sebagai makhluk hidup dengan ciri khas yang dasar

yaitu bergerak, maka keadaan manusia untuk produktif adalah dengan

bergerak. Aktivitas gerak manusia sering didekatkan dengan olahraga,

meskipun pada prinsipnya berbeda antara olahraga dengan aktivitas fisik.

Bentuk dari Aktivitas fisik dalam kehidupan sehari-hari merupakan bagian


11

dari olahraga yang bertujuan untuk meningkatkan kebugaran jasmani

(Kemenkes RI, 2014). Selanjutnya dijelaskan jika seorang melakukan

aktivitas sehari-hari dengan tanpa terdapat kelelahan yang berarti sehingga

dapat menikmati waktu luang (Irianto, 2006). Aktivitas fisik sendiri

memiliki dua jenis, yaitu aktivitas fisik terukur dan aktivitas fisik tidak

terukur yang dimana olahraga menjadi bagian didalamnya (Permatasari,

Adi, & Dewi, 2018). Dari beberarap pendapat di atas maka dapat

dijelaskan bahwa kebugaran jasmani merupakan bagian dari aktivitas fisik

yang terdiri dari terukur dn tidak terukur untuk memberikan gambaran

keadaan tubuh sesorang yang dapat melakukan beberapa aktivitas lainnya

tanpa mengalami kelelahan yang berarti.

Berbicara kebugaran jasmani tentu saja bertolak pada keadaan tubuh

seseorang. Karena kebugaran jasmani juga merupakan salah satu indikator

tubuh dalam menilai derajat kesehatan. Kebugaran jasmani juga menjadi

faktor utama dalam menjaga esehatan tubuh. Selain itu kebugaran jasmani

juga dibutuhkan oleh olahragawan untuk mencapai prestasi puncaknya.

Sedangkan untuk para pekerja sebagai penunjang produktifitas kerja

manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Salah satu faktor

penunjang keberhasilan aktivitas manusia yaitu dengan menjaga

kebugaran jasmani dengan baik (Prakoso & Hartoto, 2015). Kebugran

jasmani juga dapat berperan pada kesehatan seseorang. Keadaan tubuh

yang dikatakan sehat merupakan salah satu indikator dari kebugaran

jasmani (Endang Rini Sukamti, 2016). Melihat dari penjelasan ini, maka
12

dapat disimpulkan untuk penelitian ini adalah kebugaran jasmani juga

dibutuhkan oleh siswa dalam rangka menunjang keberhasilan

pembelajaran di Sekolah.

Kebugaran jasmani tidak hanya dibutuhkan oleh atlet-atlet olahraga,

akan tetapi juga dibutuhkan oleh semua orang. Pada dasarnya kebugaran

jasmani berperan penting bagi kehidupan manusia sehari-hari untuk

beraktivitas. Kebugaran jasmani adalah kondisi jasmani yang bersangkut-

paut dengan kemampuan dan kesanggupannya berfungsi dalam pekerjaan

secara optimal dan efisien. Kebugaran jasmani erat kaitannya dengan

kegiatan manusia melakukan pekerjaan dan gerak. Seseorang akan mampu

berfikir dengan optimal dan memiliki kinerja yang baik apabila seseorang

memiliki kebugaran jasmani yang baik. Kebugaran jasmani yang

dibutuhkan seseorang untuk bergerak dan melakukan aktivitas bagi setiap

masing-masing individu berbeda juga sesuai apa yang dilakukan tiap

harinya.

Menurut Sumarsono (Rahayu Dewi, 2020) kebugaran jasmani

merupakan kemampuan fisik seseorang dalam menjalani hidup tanpa

merasakan kelelahan yang berarti dan masih sanggup melakukan

pekerjaan yang lain lainnya. Pendapat lain menyatakan bahwa kebugaran

jasmani adalah kesanggupan tubuh untuk melakukan suatu kegiatan fisik

yang dilakukan sehari-hari yang tidak dapat menimbulkan kelelahan yang

berarti, (Wiarto dkk, 2020: 2).

Sedangkan menurut Suroto (2020: 2) menyatakan bahwa kebugaran


13

jasmani yaitu kesanggupan untuk mengerjakan aktivitas fisik dengan

maksimal tanpa mengalami kepenatan yang signifikan atau berlebihan. Hal

ini sejalan dengan apa yang dijelaskan oleh Suharjana dalam (Nur Sholih,

2019) bahwa kesegaran jasmani adalah sebagai kesanggupan seseorang

untuk melakukan hidup sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan yang

berlebihan dan masih memiliki kemampuan untuk mengisi pekerjaan

ringan lainnya.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kebugaran

jasmani adalah kemampuan seseorang dalam melakukan pekerjaan atau

aktivitas sehari-hari tanpa mengalami kelelahan atau kepenatan yang

berlebihan. Sehingga masih memiliki cadangan tenaga untuk melakukan

pekerjaan atau aktivitas yang lain ataupun masih dapat menikmati waktu

luangnya. Akan tetapi perlu diketahui bahwa setiap individu kemampuan

tubuhnya berbeda-beda dan juga pekerjaanya atau aktifitas yang dilakukan

tiap harinya, sehigga masing-masing individu memiliki tongkat kebugaran

jasmani yang berbeda pula.

b. Komponen Kebugaran Jasmani

Kebugaran jasmani selalu melekat pada manusia, karena ciri khas

dari makhluk hidup adalah bergerak. Sedangkan bergerak merupakan salah

satu faktor yang dapat menentukan derajat kebugaran jasmani manusia.

Derajat kebugaran jasmani manusia tidak lepas dari susunan komponen-

komponen yang membentuk kebugaran tersebut. Kebugaran jasmani

dibagi menjadi kebugaran yang berhubungan dengan kesehatan dan


14

berhubungan dengan keterampilan (Nurhasan & Dkk, 2005). Dari kedua

kebugaran jasmani yang berhubungan tersebut dalam penelitian ini

terdapat dua tujuan, yaitu kebugaran jasmani sebagai kesehatan juga

sebagai keterampilan. Hal ini dikarenakan perkembangan anak sekolah

merupakan pembelajaran yang bertujuan untuk kesehatan dan

mengembangkan keterampilan.

Komponen yang menyusun kebugaran jasmani juga mempengaruhi

derajat kebugaran jasmani tersebut. komponen-komponen kebugaran

jasmani terdiri dari: kekuatan (strength), Kelentukan (flexibility),

Komposisi tubuh (body composition), Daya tahan (endurance), Kecepatan

(speed), Kelincahan (agility), Daya ledak (power), Keseimbangan

(balance), Koordinasi (coordination), Kecepatan reaksi (reaction speed)

(Nurhasan & Dkk, 2005). Kebugaran jasmani juga dapat dikatakan sebagai

kondisi fisik seseorang. Maka komponen yang mendukung kebugaran

jasmani yaitu: (1) daya tahan, (2) kekuatan otot, (3) tenaga ledak otot, (4)

kecepatan, (5) daya lentur, (6) ketangkasan, (7) koordinasi, (8)

keseimbangan, (9) ketepatan, (10) kecepatan reaksi.

Kebugaran jasmani sering jadi topik pembahasan yang sering di

dengar, dikarenakan baru bisa dipahami apabila sudah mengetahui tentang

komponen-komponen yang berada di dalam kebugaran jasmani yang

berkaitan antara yang satu dengan yang lain. Setiap

komponen memiliki ciri-ciri tersendiri yang berfungsi ke dalam

pokok kebugaran jasmani. Kebugaran jasmani di kelompokan menjadi


15

beberapa komponen yaitu meliputi:

a. Kekuatan (strength)

Kekuatan adalah kemampuan otot untuk melawan beban dalam suatu

usaha. Hal ini sejalan dengan pendapat (Widiastuti, 2017) bahwa kekuatan

adalah kemampuan otot untuk membangkitkan suatu tegangan terhadap

suatu tahanan. Secara fisiologis kekuatan adalah kemampuan otot atau

sekelompok otot untuk melakukan satu kali kontraksi secara maksimal

melawan tahanan atau beban.

b. Daya Ledak (explosion power)

Power atau yang biasa disebut dengan daya explosion merupakan suatu

kemampuan gerak yang sangat penting untuk menunjang aktivitas pada

setiap cabang olahraga, (Widiastuti, 2017).

c. Kecepatan (speed)

Kecepatan merupakan salah satu aspek kemampuan yang diperlukan

dalam cabang olahraga tertentu. Kecepatan adalah kemampuan seseorang

untuk mengerjakan gerakan berkesinambungan dalam bentuk yang sama

dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Menurut (Widiastuti, 2017)

kecepatan merupakan kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan

yang sejenis secara berturut-turut dalam waktu yang singkat, atau

kemampuan untuk menempuh suatu jarak dalam waktu yang sesingkat-

singkatnya.

d. Kelincahan (Agility)

Kelincahan merupakan kemampuan atau keahlian merubah posisi


16

pada saat berada pada kecepatan yang tinggi dengan kordinasi tubuh yang

baik. Lebih tepatnya menurut (Widiastuti, 2017) menyatakan bahwa

kelincahan merupakan kemapuan untuk mengubah arah atau posisi tubuh

dengan cepat yang dilakukan bersama-ama dengan Gerakan lainnya.

e. Keseimbangan (balance)

keseimbangan adalah kemampuan mempertahankan sikap dan posisi

tubuh secara baik pada saat berdiri atau pada saat melakukan gerakan lain

yang memperlukan keseimbangan. Menurut (Widiastuti, 2017)

Keseimbangan adalah kemampuan mempertahankan sikap dan posisi

tubuh secara tepat pada saat berdiri (static balance) atau pada saat

melakukan Gerakan (dynamic balance).

f. Kelentukan (flexibility)

Kelentukan yang merupakan batas rentang gerak maksimal yang

mungkin pada suatu sendi. Sedangkan Menurut (Nur Sholih, 2019)

kelentukan adalah daerah

gerak otot-otot dan persendian tubuh, kelentukan otot sangat erat

hubungannya dengan kemampuan otot-otot kerangka tubuh secara alamiah

dan yang telah di mantapkan kondisinya diregang melampaui panjangnya

yang normal waktu istirahat. Kelentukan adalah kemampuan sendi untuk

melakukan Gerakan dalam ruang gerak sendi secara maksimal,

(Widiastuti, 2017).

Menurut (Johan Saputra, 2016) komponen kebugaran jasmani yang

berhubungan dengan kesehatan terdiri dari 4 komponen dasar, yaitu:


17

a. Daya Tahan Kardiorespirasi, yaitu kemampuan paru jatung mensuplai

oksigen untuk kerja otot dalam jangka waktu yang lama.

b. Kekuatan dan Daya Tahan Otot, kekuatan adalah kemampuan otot

atau sekelompok otot untuk melakukan satu kali kontraksi secara

maksimal melawan tahanan atau beban. Sedangkan daya tahan otot

adalah kemampuan seseorang dalam mempergunakan ototnya untuk

berkontraksi secara terus menerus dalam waktu yang relative lama

dengan beban tertentu.

c. Kelentukan, yaitu kemampuan sendi untuk melakukan gerakan dalam

ruang gerak sendi secara maksimal.

d. Komposisi Tubuh, yaitu perbandingan berat tubuh berupa lemak

dengan berat tubuh tanpa lemak yang dinyatakan dalam presentase

lemak tubuh.

c. Faktor yang Mempengaruhi Kebugaran Jasmani

Kebugaran jasmani tidak semata-mata dimiliki oleh manusia, namun

diperlukan proses untuk mendapatkan kebugaran jasmani tersebut. Derajat

kebugaran jasmani antara manusia satu dengan yang lain juga berbeda,

karena kebugaran jasmani diengaruhi oleh intensitas aktivitas fisik

masing-masing. Selain aktivitas fisik untuk meningkatkan kebugaran

jasman, terdapat juga faktor makanan, keturunan, istirahat yang cukup

adalah faktor untuk kebugaran jasmani. Aktivitas fisik disini juga

termasuk dalam kegiatan olahraga. karena olahraga merupakan bagian

yang terpenting dalam menentukan derajat kebugaran jasmani. Faktor


18

yang dapat mempengaruhi kebugaran jasmani juga terdapat faktor internal

dan eksternal (Nurhasan & Dkk, 2005). Faktor internal yang dimaksudkan

adalah terdiri dari genetika, keturunan, usia, jenis kelamin. Sedangkan

faktor eksternal yang dimaksuda adalah terdiri dari aktivitas fisik, istrahat

yang cukup, kesehatan tubuh, status gizi. Umur, jenis kelamin, keturunan,

makanan, kebiasaan merokok, dan latihan merupakan hal yang dapat

mempengaruhi kebugaran jasmani seseorang (Endang Rini Sukamti,

2016). Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kebugaran jasmani

seseorang adalah sebagai berikut: (1) umur, (2) jenis kelamin, (3)

makanan, (4) tidur dan istirahat, (5) kegiatan jasmani dan olahraga

(Suharjana, 2008).

Berdasarkan pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa

faktor-faktor yang mempengaruhi kesegeran jasmani seseorang adalah

makanan, olahraga, usia, kebiasaan hidup, dan ligkungan.

d. Manfaat Kebugaran Jasmani

Kebugaran jasmani memiliki banyak manfaat untuk melakukan pekerjan

atau aktivitas sehari-hari. Dimana seseorang yang memiliki tingat

kebugaran jasmani yang baik tidak akan mudah kelelahan dalam

melakukan aktivitas sehari-hari, sehingga aktivitas dapat dilakukan

dengan baik dan tidak akan muncul hambatan. Perdana dan Yusuf (2018:

3) berpendapat terdapat beberapa manfaat dari kebugaran jasmani,

meliputi:

a. Fisiologis
19

Mempertahankan kekuatan sendi-sendi, paru-paru, jantung, ligament

dan otot. Serta dapat menjaga jantung tidak mudah terkena sakit

koroner, menjaga tekanan darah, mengurangi persentase lemak tubuh

dan mengusahakan pertukaran gas dalam tubuh berjalan dengan

lancar.

b. Psikologis

Mampu menciptakan rasa tenang, damai, nyaman, bahagia dan

mampu mengendalikan emosi dan mental.

c. Sosial

Mampu mengikat tali persahabatan dengan seseorang secara baik dan

saling mengargai lingkungan sekitar dan alam semesta.

d. Budaya dan Kultur

Membiasakan pola hidup sehat setiap hari dengan baik dn benar, serta

melakukan kegiatan berolahraga tanpa mengurangi nilai-nilai budaya.

Menurut Fajar & Nanda (2018: 130) manfaat kebugaran fisik antara

lain :

a) Mafaat kebugaran jasmani dalam pertumbuhan gerak

1) Mencapai dan mengembangkan gerak yang di inginkan.

2) Merasakan bentuk, waktu, ruangan, dan rasa irama

dikembangkan.

3) Mampu mengetahui kemampuan gerak tubuh sendiri.

4) Bisa untuk menciptakan dan mengembangkan gerak serta

sikap diri sendiri.


20

5) Menambah dan memperkaya kemampuan gerak sendiri.

b) Manfaat kebugaran jasmani dalam pembentukan

prestasi

1) Memperluas pengetahuan secara baik dan benar.

2) Bisa menuntun diri sendiri dan belajar bagaimana memperoleh

prestasi.

3) Mampu menguasai emosi.

4) Dapat mengenal kelebihan dan kekurangan diri sendiri.

5) Mampu menempatkan perilaku sesuai pada

tempatnya dan tepat.

c) Manfaat kebugaran jasmani dalam pertumbuhan sosial.

1) Dapat menempatkan diri bergabung dengan kelompok belajar

serta dapat bekerja sama.

2) Memperluas pergaulan, serta mempunyai jiwa bermasyarakat

dan mempunyai pribadi yang baik yang dapat dikenal

masyarakat.

3) Menanamkan rasa tanggung jawab, rela berkorban,

memberikan perlindungan dan murah hati memberikan

pertolongan kepada yang membutuhkan.

d) Manfaat kebugaran jasmani dalam pertumbuhan tubuh.

1) Mampu mencapai kebugaran jasmani yang baik dan memupuk

rasa tanggung jawab.

2) Mempertahankan kesehatan dan kebugaran jasmani dengan


21

menjaga kebiasaan hidup sehat.

B. KERANGKA BERPIKIR

Kebugaran jasmani merupakan salah satu bentuk atau indikator untuk

mengetahui keadaan tubuh manusia. Dalam penelitian ini kebugaran jasmani

menjadi variabel utama pada bdang kajiannya. Tingkat kebugaran jasmani

dibentuk melalui proses daam kehidupan sehari-hari. Di Sekolah proses

pemebentukan kebugaran jasmani melalui mata pelajaran Penjas. Asumsi dari

peneliti, jika kebugaran jasmani anak dalam keadaan baik, maka aktivitas gerak

anak akan baik. Selain itu dalam proses pembelajaran di Sekolah anak tidak

mendapatkan kendala untuk mengikuti materi pembelajaran dari pagi sampai

siang. Hal ini juga ditunjukan pada anak yang sering mengalami kelelahan selama

mengikuti pembelajaran di Sekolah. Selain itu terdapat anak yang sering ijin

dikarenakan sakit. Maslaah tersebut menjadi sumber dari kajian kebugaran

jasmani dalam penelitian ini. Selain faktor aktivitas geraknya, kebugaran jasmani

juga di dukung oleh postur tubuh yang dilihat dari tinggi badan dan berat badan.

Karena tinggi bdan dan berat badan adalah indikator dari status gizi pada anak.

Sehingga postur tubuh yang dimaksudkan akan memberikan perbedaan dalam

mengkaji kebugaran jasmani.

C. PENELITIAN YANG RELEVAN

Penelitian yang relevan untuk penelitian ini adalah:

1. Damar Puspo Prakoso. 2015. Pengukuran Tingkat Kebugaran Jasmani

Terhadap Siswa yang Mengikuti Ekstrakurikuler Bolavoli di SMA DR.

Soetomo Surabaya. Penelitian ini menunjukan bahwa hasil deskripsi data


22

penghitungan rata-rata atau mean dari test MFT yang dilakukan oleh siswa

yang mengikuti ekstrakurikuler bolavoli yaitu sebesar 32.50 dan Standart

deviasi sebesar 26.5, serta Varian sebesar 7.02, kemudian nilai tertinggi

sebesar 37.10, dan nilai terendah sebesar 27.90. Data berdasarkan kategori

dan presentase yaitu siswa yang masuk dalam kategori kurang sekali

sebanyak 15 orang dengan presentase sebesar 75%, dan yang masuk dalam

kategori kurang sebanyak 5 orang dengan presentase sebesar 25%, sedangkan

yang masuk dalam kategori sedang, baik, baik sekali, dan sangat baik sekali

sebanyak 0 dengan presentase sebesar 0%. Maka dapat disimpulkan bahwa

tingkat kebugaran jasmani siswa yang mengikuti ekstrakurikuler bolavoli di

sma dr. soetomo surabaya tergolong rendah. Perbedaan pada penelitian ini

adalah instrumen tes yang digunakan yaitu menggunakan MFT, sedangkan

untuk penelitian ini menggunakan TKJI yang berdasarkan pada umur.

2. Ida Adhariah. 2018. Pengaruh Permainan Tradisional Terhadap Peningkatan

Kebugaran Jasmani Siswa. Penelitian ini menunjukan bahwa terdapat

pengaruh permainan tradisional terhadap peningkatan kebugaran jasmani

siswa. Hal ini dibuktikan dengan nilai signifikansi hitung pada uji t sebesar

thitung = 17,12, sedangkan ttabel = 2,001. Karena thitung maka H0 ditolak dan Ha

diterima.
23

BAB III

METODE PENELITIAN

A. VARIABEL PENELITIAN

Variabel adalah objek yang menjadi sasaran penelitian. Menurut (Sugiyono,

2017) variabel penelitian merupakan suatu sifat atau nilai dari masing-masing

individu atau obyek suatu kegiatan yang mempunyai variasai tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Sedangkan menurut (Arikunto, 2014) variable adalah objek penelitian atau apa

yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Variabel yang ditetapkan ada dua

yaitu variabel terikat dan variabel bebas. Menurut (Sugiyono, 2017) Variabel

terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya

variabel bebas, sedangkan variabel bebas adalah merupakan variabel yang


24

mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel

terikat. Variabel dalam penelitian ini adalah tingkat kebugaran jasmani. Tingkat

kebugaran jasmani adalah suatu keadaan atau kemampuan kelas atas SDN

Semampir 4 tahun ajaran 2021-2022 yang menunjukkan kemampuan untuk

melakukan kegiatan sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti dan

masih mempunyai cadangan tenaga. Tes Kebugaran Jasmani Indonesia untuk usia

10-12 tahun yang sudah baku terdiri atas 5 butir tes antara lain: lari 40 meter,

gantung siku, baring duduk 30 detik, loncat tegak dan lari 600 meter.

B. PENDEKATAN DAN TEKNIK PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan teknik

penelitian survey menggunakan tes TKJI. Peneliti tidak memberikan perlakuan

atau memanipulasi data untuk pengambilan data. Sehingga data yang didapatkan

dari pelaksanaan Tes Kebugaran jasmani menggambarkan keadaan dilapangan.


23
C. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN

1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian merupakan unsur yang penting dalam melakukan

penelitian. Untuk mendapatkan keterangan yang dibutuhkan dalam

pemecahan masalah penelitian, peneliti mengambil tempat penelitian di

SDN Semampir 4 Kota Kediri.

2. Waktu Penelitian

Penelitian tentang Tingkat kebugaran jasmani siswa SDN 4

Semampir. Pengambilan data dilakukan pada tanggal 4-10 November

2022.
25

D. POPULASI DAN SAMPEL

1. Populasi

Menurut (Sugiyono, 2017), Populasi merupakan wilayah generalisasi yang

terdiri atas : obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karateristik

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dalam kemudian

ditarik kesimpulannya. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini

adalah seluruh siswa kelas atas SD Negeri 4 Semampir dengan jumlah 56

siswa putra dan putri.

2. Sampel

Sedangkan sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 56

siswa yang terdiri dari 31 siswa putri dan 25 siswa putra. Teknik pengambilan

sampel penelitian ini menggunakan total sampling, yaitu seluruh populasi

diambil atau dijadikan sampel dalam penelitian. Berikut adalah gambaran

sampel yang digunakan dalam penelitian ini.

Tabel 3.1 Sampel Penelitian

Kelas

Jenis Kelamin IV V VI

Putri 12 9 10

Putra 9 7 9

Jumlah 21 16 19

E. INSTRUMEN PENELITIAN DAN TEKNIK PENGUMPULAN DATA

1. Instrumen Penelitian
26

Menurut (sugiyono, 2017) instrumen penelitian adalah suatu alat yang

digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Instrumen

penelitian dalam penelitian yang akan dilakukan peneliti yaitu instrumen

dengan metode tes. Tes yang digunakan merupakan Tes Kebugaran Jasmani

Indonesia (TKJI). Tes Kebugaran Jasmani Indonesia adalah sebuah rangkaian

tes yang digunakan sebagai tolak ukur untuk mengukur tingkat kebugaran

pada setiap individu dengan prosedur yang telah ditentukan dan digolongkan

atau di sesuaikan dengan usia anak tersebut.

a. Lari 40 meter (sprint)

1) Tujuan

Tes ini bertujuan untuk mengukur kecepatan lari seseorang.

2) Alat dan Perlengkapan

a) Stopwatch

b) Bendera start

c) Lintasan lurus dan rata dengan jarak 40 meter antara garis

start dan garis finishTiang pengamat garis finish 2 buah

d) Peluit

e) Formulir dan alat tulis

3) Petugas Tes

a) Starter 1 orang

b) Pengambil waktu

c) Pengawas 1 orang

d) Pencatat 1 orang
27

4) Pelaksanaan tes

a) Start dilakukan dengan start berdiri

b) Pada aba-aba “Bersedia” siswa (testee) berdiri dengan

salah satu ujung jari kaki sedekat mungkin dengan garis

strat.

c) Pada aba-aba “Siap” siswa (testee) siap unruk berlari.

d) Pada aba-aba (Ya) siswa (testee) berlari secepat mungkin

menempuh jarak 40 meter sampai melewati garis finish.

e) Setiap testee diberi kesempatan melakukan lari 2 kali.

5) Pencatat Hasil

a) Hasil yang dicatat adalah waktu yang dicapai untuk

menempuh jarak tersebut.

b) Waktu yang dicapai dihitung sampai per sepeluh detik.

c) Kedua hasil tes tersebut dicatat.

Gambar 3. 1 Lari 40 Meter

b. Tes Gantung Siku Tekuk

1) Tujuan

Tes ini bertujuan untuk mengukur kekuatan statis dan daya tahan
28

lengan serta bahu.

2) Alat dan Perlengkapan

a) Palang tunggal yang dipasang sedemikian rupa, sehingga

siswa (testee) yang paling tinggi pun akan tetap bisa

bergantung.

b) Bangku kecil yang mudah dipindah-pindah.

c) Kapur/magnesium karbonat

d) Stopwatch

e) Formulir dan alat tulis

3) Petugas Tes

a) Pengawas 1 orang

b) Pengambilan waktu 1 orang

c) Pencatat 1 orang

4) Pelaksanaan Tes

a) Gosok kedua telaapak tangan dengan kapur.

b) Kemudian siswa (testee) naik ke atas bangku yang telah

disediakan, kedua tangan memegang palang tunggal dengan

pegangan ke depan (telapak tangan menghadap ke depan)

c) Kedua siku ditekuk sehingga dagu berada diatas palang

tunggal

d) Bila sudah siap, aba-aba “Mulai” diberikan, pengetes

mengambil bangku, siswa (testee) bergantung dalam sikap

tersebut selama mungkin


29

e) Bersamaan dengan aba-aba “Mulai stopwatch dijalankan dan

dihentikan pada saat siswa (testee) tidak mampu lagi

melakukannya

f) Setiap siswa (testee) diberi kesempatan melakukan satu kali

5) Pencatat Hasil

a) Hasil yang dicatat adalah waktu yang dicapai siswa (testee)

sejak dari aba-aba “Mulai” diberikan sampai siswa tersebut

tidak mampu lagi melakukannya

b) Waktu yang dicapai dihitung sampai pe sepuluh detik.


30

Gambar 3. 2 Gantung Siku Tekuk

Gambar 3. 3 Posisi Awal Gantung Siku Tekuk

c. Tes Baring Duduk 30 Detik

1) Tujuan

Tes ini bertujuan untuk mengukur daya tahan otot perut.

2) Alat dan Perlengkapan

a) Stopwatch

b) Lantai yang datar/matras

c) Formulir dan alat tulis

3) Petugas Tes

a) Pengawas merangkap penghitung dan pencatat 1 orang.

b) Pengambil waktu 1 orang.

4) Pelaksanaan Tes

a) Siswa (testee) berbaring terlentang di lantai, jari-jari kedua

tangan bersilang selip di belakang kepala sebagai alas. Kedua


31

lengan merapat di lantai, kedua kaki terbuka lebih kurang 30

cm dan kedua lutut ditekuk dengan sudut lebih kurang 90

derajat.

b) Seseorang berlutut di depan siswa (testee), membantu

menekan kedua kakinya untuk menjaga agar kedua tumit tetap

menempel di lantai.

c) Dengan aba-aba “Ya” siswa (testee) berusaha duduk sambil

menyentuh kedua lutut dengan kedua sikunya.

d) Selanjutmya siswa (testee) kembali ke sikap pemula

e) Gerakan tersebut dilakukan berulang kali sebanyak mungkin

selama 30 detik.

f) Bersamaan dengan aba-aba “Ya” stopwatch dijalankan dan

tepat pada detik ke-30, stopwatch dihentikan.

g) Setiap siswa (testee) diberi kesempatan melakukan satu kali.

5) Pencatat Hasil

Hasil yang dicatat adalah berapa kali siswa (testee) dapat

melakukan tes tersebut selama 30 detik.


32

Gambar 3. 4 Posisi Awal Baring Duduk

Gambar 3. 5 Baring Duduk

d. Tes Loncat Tegak

1) Tujuan

Tujuan tes ini bertujuan untuk mengukur daya ledak otot dan

tenaga eksplosif

2) Alat dan Perlengkapan

a) Papan bersekala sentimeter, warna gelap, ukuran 30×150 cm,

dipasang pada dinding, jarak antara lantai dengan angka 0

(nol) pada skala yaitu 150.

b) Serbuk kapur

c) Alat penghapus

d) Formulir dan alat tulis

3) Petugas Tes

Pengamat dan pencatat hasil

4) Pelaksanaan Tes
33

a) Terlebih dahulu ujung jari tangan peserta diolesi dengan

serbuk kapur atau magnesium karbonat.

b) Peserta berdiri tegak dekat dinding, kaki rapat, papan

bersekala berada disamping kiri atau kanannya. Kemudian

tangan yang dekat dinding diangkat lurus ke atas telapak

tangan ditempelkan pada papan pada bersekala,

c) sehingga meninggalkan bekas raihan jari tanggannya

d) Peserta mengambil awalan dengan sikap menekuk lututnya

dan kedua lengan diayunkan ke belakang kemudian peserta

meloncat setinggi mungkin sambil menepuk papan dengan

tangan yang terdekat sehingga menimbulkan bekas.

e) Ulangi loncatan ini sampai 3 kali berturut- turut

5) Pencatat Hasil

a) Selisih raihan loncatan dikurangi raihan tegak

b) Ketiga selisih raihan dicatat

Gambar 3. 6 Loncat Tegak


34

Gambar 3. 7 Papan Loncat Tegak

e. Tes Lari 600 Meter

1) Tujuan

Tes ini bertujuan untuk mengukur daya tahan jantung, peredaran

darah dan pernfasan.

2) Alat dan Perlengkapan

a) Stopwatch

b) Lintasan lurus dan datar dengan jarak 600 meter

c) Bendera start

d) Formulir dan alat tulis

3) Petugas Tes

a) Starter 1 orang

b) Pengambil waktu

c) Pengawas 1 orang

d) Pencatat 1 orang
35

4) Pelaksanaan Tes

a) Start dilakukan dengan start berdiri

b) Pada aba-aba “Bersedia” siswa (testee) berdiri dengan salah

satu ujung kakinya sedekat mungkin dengan garis start

c) Setelah tenang, aba-aba “Siap” diberikan dan pada aba-aba

“Ya” siswa (testee) segera berlari menempuh jarak yang telah

ditentukan

d) Bersamaan dengan aba-aba “Ya” stopwatch dijalankan dan

pada saat siswa (testee) mencapai garis finish, stopwatch

dihentikan

e) Siswa (testee) diberi kesempatan melakukan satu kali.

5) Pencatat Hasil

a) Hasil yang dicatat adalah waktu yang dicapai untuk

menempuh jarak tersebut.

b) Waktu yang dicapai dihitung sampai per sepuluh detik.

Gambar 3. 8 Lari 600 Meter

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Sumber dan Langkah-Langkah Pengumpulan Data


36

a. Intrumen

Dalam penelitian ini menggunakan metode tes dan

pengukuran bedasarkan rangkaian tes yang telah ditentukan, yaitu

Tes Kebugaran Jasmani Indonesia terdiri dari lari 40 meter

(sprint), loncat tegak, baring duduk, gantung siku tekuk dan lari

jarak jah 600 meter. Dari beberapa tes yang digunakan diharapkan

memberikan hasil yang baik dan optimal.

Data yang diperoleh dari tiap-tiap item tes merupakan data

yang dicapai siswa. Selanjutnya hasil yang sudah dicapai siswa

dari tiap-tiap butir itemt tes tersebut diubah menjadi nilai dengan

cara mengkonsultasikan ke dalam tabel norma TKJI usia 10-12

tahun sehingga akan terlihat dari kesegaran jasmani siswa.

Adapun tabel nilai dan tabel norma tes kebugaran jasmani

Indonesia (TKJI) usia 10-12 tahun adalah sebagai berikut :

Tabel 3. 2 Nilai Tes Kebugaran Jasmani Indonesia Untuk Anak Usia 10-12

tahun Putra.

Gantung Siku Baring Duduk Lari 600


Nilai Lari 40 Meter Loncat Tegak Nilai
Tekuk 30 detik Meter

5 S/d 6.3 detik 51 detik ke atas 23 detik ke atas 46 cm ke atas Sd 2’09’’ 5


37

4 6.4 – 6.9 detik 31 – 51 detik 18 – 22 kali 38 – 45 cm 2’10’’ – 2’30’’ 4

3 7.0 – 7.7 detik 15 – 30 detik 12 – 17 kali 31 – 37 cm 2’31’’ – 2’45’’ 3

2 7.8 – 8.8 detik 05 – 14 detik 04 – 11 kali 24 – 30 cm 2’46’’ – 3’44’’ 2

1 8.9 - dst 00 – 04 detik 00 – 03 kali Dibawah 24 cm Sd 3’45’’ 1

Tabel 3. 3 Nilai Tes Kebugaran Jasmani Indonesia Untuk Anak Usia 10-12

tahun Putri

Gantung Siku Baring Duduk


Nilai Lari 40 Meter Loncat Tegak Lari 600 Meter Nilai
Tekuk 30 detik

5 S/d 6.7 detik 40 detik ke atas 20 detik ke atas 42 cm ke atas Sd 2’32’’ 5

4 6.8 – 7.5 detik 20 – 39 detik 14 – 19 kali 34 – 41 cm 2’33’’ – 2’54’’ 4

3 7.6 – 8.3 detik 08 – 19 detik 07 – 13 kali 28 – 33 cm 2’55’’ – 3’28’’ 3

2 8.4 – 9.6 detik 02 – 07 detik 02 – 06 kali 21 – 27 cm 3’29’’ – 4’22’’ 2

1 9.7 – dst 00 – 01 detik 00 – 01 kali Dibawah 21 cm Dibawah 4’22’’ 1

Tabel 3. 4 Norma Tes Kebugaran Jasmani Indonesia (untuk putra dan putri)

No Jumlah Nilai Klasifikasi Kebugaran Jasmani


1 22-25 Baik Sekali (BS)
2 18-21 Baik (B)
3 14-17 Sedang (S)
38

4 10-13 Kurang (K)


5 05-09 Kurang Sekali (KS)

Dari tabel diatas dapat diketahui kategori kebugaran jasmani pada anak usia

10-12 tahun, yaitu kebugaran jasmani baik sekali, baik, sedang, kurang, dan

kurang sekali. Seseorang yang dinamakan bugar adalah termasuk dalam kategori

baik sekali dan baik, sedangkan yang dinamakan tidak bugar adalah yang

termasuk dalam kategori sedang, kurang, dan kurang sekali.

G. TEKNIK ANALISIS DATA

Analisis data merupkan suatu yang penting dalam melakukan penelitian,

artinya analisis data bisa ditarik kesimpulan penelitian yang sudah dilakukan.

Analisis data menurut (sugiyono, 2017) merupakan kegiatan setelah data dari

seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Dalam penelitian ini untuk

mendapatkan data tentang kebugaran jasmani siswa kelas atas SDN Semampir 4

tahun ajaran 2021-2022, menggunakan teknik analisis data deskriptif kuantitatif.

Pada penelitian ini analisis statistic yang digunakan adalah teknik deskriptif

dengan persentase, dan untuk mengetahui tingkat kebugaran jasmani siswa kelas

atas SDN Semampir 4 digunakan

penilaian dari tes TKJI tahun 2010. Untuk mengetahui persentase tingkat

kebugaran jasmani siswa kelas atas SDN Semampir 4 menggunakan rumus

sebagai berikut:

1. Penentuan persentase dalam tingkat kebugaran jasmani


39

P= 100%
Keterangan :
P = Persentase

F = Frekuensi

N = Jumlah
2. Mean

X¯ =

Keterangan :

X¯ : Mean atau rata-rata hitung yang dicari

: Jumlah skor

N : Jumlah subjek (Mundir, 2014)

3. Standart Deviasi (SD)

SD =

Keterangan :

SD : Standar deviasi

: nilai X ke i sampai ke n

: nilai rata-rata

n : Jumlah individu

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN
40

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yang bertujuan

untuk mengetahui tingkat kebugaran jasmani siswa kelas atas SDN 4

Semampir. Data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang berupa

angka atau nilai dari hasil tes kebugaran jasmani anak yang sebenar-

benarnya. Peneliti tidak mengubah dari hasil penelitian dan data penelitian

menggambarkan keadaan sebenarnya dari subjek. Data penelitian ini berupa

angka yang didapat dari hasil tes kebugaran jasmani indonesia yang diambil

dari peserta didik kelas atas yang terdiri dari 56 anak yaitu putra 25 anak dan

putri 31 anak. Tes kebugaran jasmani indonesia terdiri dari: (1) lari 40 meter,

(2) gantung siku tekuk, (3) baring duduk 30 detik, (4) loncat tegak, (5) lari

600 meter. Kemudian hasil atau score dari tes tersebut dikonversi dalam nilai

yang dibakukan dalam TKJI dan dijumlahkan dari keseluruhan item tes. Hasil

penelitian dapat dilihat sebagai berikut:

1. Hasil Penelitian Tingkat Kebugaran jasmani Siswa Kelas atas SDN 4

Semampir

Dari hasil analisisi data didapatkan nilai maksimum sebesar 19 dan

nilai minimum 13. Mean diperoleh sebesar 15,59, dan standar deviasi

1,62. Median sebesar 15 dan modus sebesar 15. Selanjutnya data

dikategorikan menjadi 5 kategori, yaitu kategori kurang sekali, kurang,

cukup dan baik, baik sekali berdasarkan tabel klasifikasi TKJI. Berikut

adalah penghitungan norma tingkat kebugaran jasmani siswa kelas atas

SD N 4 Semampir.
39
41

Tabel 4.1 Disribusi Frekuensi Tingkat Kebugaran jasmani Siswa Kelas atas

SD N 4 Semampir.

No Interval Kategori Frek Persentase

1 22 – 25 Baik Sekali 0 0,00%

2 18 – 21 Baik 9 16,07%

3 14 – 17 Sedang 43 76,79%

4 10 – 13 Kurang 4 7,14%

5 5–9 Kurang Sekali 0 0,00%

Jumlah 56 100,00%

Dari tabel diatas diperoleh tingkat kebugaran jasmani siswa kelas atas

SD N 4 Semampir yaitu sebayak 0 anak (0%) dengan kategori baik sekali, 9

anak (16,07%) dengan kategori baik, 43 anak (76,79%) dengan kategori

cukup, 4 peserta (7,14%) dengan kategori kurang, dan 0 peserta (0%) dengan

kategori kurang sekali. Frekuensi terbanyak masuk pada kategori cukup yaitu

43 anak (76,79%). Dengan demikian tingkat kebugaran jasmani siswa kelas

atas SD N 4 Semampir masuk dalam kategori cukup. Apabila digambarkan

dalam bentuk histogram, berikut gambar histogram yang diperoleh:


42

Tingkat Kesegaran Jasmani Siswa Kelas V SD N 4


Semampir
43 (76,79%)

45
40
35
30
Frekuensi

25 9 (16,07%)
20 4 (7,14%)
15 0 (0%) 0 (0%)
10
5
0
Kurang Kurang Sedang Baik Baik Sekali
Sekali

Kategori

Gambar 4.1 Histogram Tingkat Kebugaran jasmani Siswa Kelas atas SD N 4

Semampir.

2. Hasil Penelitian Tingkat Kebugaran jasmani Siswa Putra Kelas atas SD

N 4 Semampir

Dari hasil analisisi data didapatkan nilai maksimum sebesar 19 dan

nilai minimum 13. Mean diperoleh sebesar 15,6 dan standar deviasi 1,61.

Median sebesar 15 dan modus sebesar 15. Selanjutnya data dikategorikan

menjadi 5 kategori, yaitu kategori kurang sekali, kurang, cukup dan baik,

baik sekali berdasarkan tabel klasifikasi TKJI. Berikut adalah

penghitungan norma tingkat kebugaran jasmani siswa putra kelas atas SD

N 4 Semampir.
43

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Kebugaran jasmani Siswa Putra

Kelas atas SD N 4 Semampir.

No Interval Kategori Frek Persentase

1 22 – 25 Baik Sekali 0 0%

2 18 – 21 Baik 3 12%

3 14 – 17 Sedang 21 84%

4 10 – 13 Kurang 1 4%

5 5–9 Kurang Sekali 0 0%

Jumlah 25 100%

Dari tabel diatas diperoleh tingkat kebugaran jasmani siswa putra

kelas atas SD N 4 Semampir yaitu sebayak 0 anak (0%) dengan kategori

baik sekali, 3 anak (12%) dengan kategori baik, 21 anak (84%) dengan

kategori cukup, 1 peserta (4%%) dengan kategori kurang, dan 0 peserta

(0%) dengan kategori kurang sekali. Frekuensi terbanyak masuk pada

kategori cukup yaitu 21 anak (84%). Dengan demikian tingkat kebugaran

jasmani siswa putra kelas atas SD N 4 Semampir masuk dalam kategori

cukup. Apabila digambarkan dalam bentuk histogram, berikut gambar

histogram yang diperoleh:


44

Tingkat Kesegaran Jasmani Siswa Putra Kelas V SD N 4


Semampir

25 21 (84%)
20
Frekuensi

15

10
3 (4%)
5 0 (0%) 1 (12%) 0 (0%)
0
Kurang Kurang Sedang Baik Baik Sekali
Sekali
Kategori

Gambar 4.2 Histogram Tingkat Kebugaran jasmani Siswa Putra Kelas

atas SD N 4 Semampir.

3. Hasil Penelitian Tingkat Kebugaran jasmani Siswa Putri Kelas atas SD N

4 Semampir

Dari hasil analisisi data didapatkan nilai maksimum sebesar 18 dan

nilai minimum 13. Mean diperoleh sebesar 15,58 dan standar deviasi

1,65. Median sebesar 15 dan modus sebesar 15. Selanjutnya data

dikategorikan menjadi 5 kategori, yaitu kategori kurang sekali, kurang,

cukup dan baik, baik sekali berdasarkan tabel klasifikasi TKJI. Berikut

adalah penghitungan norma tingkat kebugaran jasmani siswa putri kelas

atas SD N 4 Semampir.
45

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Tingkat Kebugaran jasmani Siswa Putri

Kelas atas SD N 4 Semampir.

No Interval Kategori Frek Persentase

1 22 – 25 Baik Sekali 0 0%

2 18 – 21 Baik 6 19,35%

3 14 – 17 Sedang 22 70,97%

4 10 – 13 Kurang 3 9,68%

5 5–9 Kurang Sekali 0 0%

Jumlah 31 100%

Dari tabel diatas diperoleh tingkat kebugaran jasmani siswa putri kelas

atas SD N 4 Semampir yaitu sebayak 0 anak (0%) dengan kategori baik

sekali, 6 anak (19,35%) dengan kategori baik, 22 anak (70,97%) dengan

kategori cukup, 3 peserta (9,68%) dengan kategori kurang, dan 0 peserta (0%)

dengan kategori kurang sekali. Frekuensi terbanyak masuk pada kategori

cukup yaitu 22 anak (70,97%). Dengan demikian tingkat kebugaran jasmani

siswa putri kelas atas SD N 4 Semampir masuk dalam kategori cukup.

Apabila digambarkan dalam bentuk histogram, berikut gambar histogram

yang diperoleh:
46

Tingkat Kesegaran Jasmani Siswa Putri Kelas V SD N 4


Semampir
22 (70,97%)
25

20
Frekuensi

15
6 (19,35%)
10 3 (9,68%)
0 (0%) 0 (0%)
5

0
Kurang Kurang Sedang Baik Baik Sekali
Sekali
Kategori

Gambar 4.3 Histogram Tingkat Kebugaran jasmani Siswa Putri Kelas atas SD

N 4 Semampir.

B. PEMBAHASAN

Berdasarkan dari analisis data penelitian didapatkan tingkat kebugaran

jasmani siswa kelas atas SD N 4 Semampir yaitu sebayak 4 anak (7,14%)

dengan kategori baik sekali, 7 anak (12,50%) dengan kategori baik, 41 anak

(73,12%) dengan kategori cukup, 4 peserta (7,14%) dengan kategori kurang,

dan 0 peserta (0%) dengan kategori kurang sekali. Frekuensi terbanyak

masuk pada kategori baik yaitu 41 anak (73,12%). Dengan demikian tingkat

kebugaran jasmani siswa kelas atas SD N 4 Semampir masuk dalam kategori

cukup.

Analisis data yang kedua diperoleh tingkat kebugaran jasmani siswa

putra kelas atas SD N 4 Semampir yaitu sebayak 0 anak (0%) dengan

kategori baik sekali, 3 anak (12%) dengan kategori baik, 21 anak (84%)
47

dengan kategori cukup, 1 peserta (4%%) dengan kategori kurang, dan 0

peserta (0%) dengan kategori kurang sekali. Frekuensi terbanyak masuk pada

kategori cukup yaitu 21 anak (84%). Dengan demikian tingkat kebugaran

jasmani siswa putra kelas atas SD N 4 Semampir masuk dalam kategori

cukup.

Analisis yang ketiga diperoleh tingkat kebugaran jasmani siswa putri

kelas atas SD N 4 Semampir yaitu sebayak 0 anak (0%) dengan kategori baik

sekali, 6 anak (19,35%) dengan kategori baik, 22 anak (70,97%) dengan

kategori cukup, 3 peserta (9,68%) dengan kategori kurang, dan 0 peserta (0%)

dengan kategori kurang sekali. Frekuensi terbanyak masuk pada kategori

cukup yaitu 22 anak (70,97%). Dengan demikian tingkat kebugaran jasmani

siswa putri kelas atas SD N 4 Semampir masuk dalam kategori cukup.

Kebugaran jasmani merupakan salah satu komponen tubuh yang

dijadikan sebagai indikator kondisi tubuh dalam keadaan bugara atau tidak.

Kesegeran jasmani yang baik diharapkan menjadi modal dasar anak untuk

dapat menjalanka kehidupan sehari-hari dengan penuh semangat dan tanpa

merasakan kelelahan yang berarti. Dari hasil penelitian didapatkan kebugaran

anak kelas atas di SD N 4 Semampir masuk dalam kategori cukup. Hal ini

diperkuat oleh masalah yang ditemukan peneliti dalam observasi. Kesenjanga

antara harapan dan kenyataan dibuktikan dalam hasil penelitian ini.

Kebiasaan anak dalam berangkat sekolah yang sebaian besar berjalan dan

bersepeda tidak menjadikan kebugaran jasmani anak menjadi baik.

Kenyataan anak berperilaku kurang semngat dalam melaksanakan proses


48

pembelajaran. Anak sering merasakan cepat lelah dan mengantuk selama

proses pembelajaran. Menurut asumsi peneliti, faktor yang mendukung

kebugaran jasmani anak tidak hanya dilihat dari kebiasaan anak dala

berangkat sekolah. Melainkan kebugaran jasmani harus dilihat dari

keseluruhan aktivitas anak dalam kesehariannya. Dimungkinkan anak yag

bersepeda dan atau berjalan memiliki aktivitas jasmani yang kurang dalam

kesehariannya.

Kebugaran jasmani dibutuhkan saat di sekolah untuk mendukung

keberhasilannya proses pembeljaran dalam satu hari. Diharapkan kebugaran

jasmani yang baik dapat memberikan kualias belajar anak yag baik dengan

tidak merasakan cepat lelah dan bersemangat dalam melaksanakan proses

pembelajaran. Mengacu pada hasil penelitian, menjadikan bahan evaluasi

bagi pendidik khususnya guru penjasorkes di SD N 4 Semampir agar lebih

memperhatikan tentang kebugaran jasmani anak.


49

BAB V

KESIMPULAN DA SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan dari analisis data penelitian yang pertama diperoleh tingkat

kebugaran jasmani siswa kelas atas SD N 4 Semampir yaitu sebayak 0 anak

(0%) dengan kategori baik sekali, 9 anak (16,07%) dengan kategori baik, 43

anak (76,79%) dengan kategori cukup, 4 peserta (7,14%) dengan kategori

kurang, dan 0 peserta (0%) dengan kategori kurang sekali. Frekuensi

terbanyak masuk pada kategori cukup yaitu 43 anak (76,79%). Dengan

demikian tingkat kebugaran jasmani siswa kelas atas SD N 4 Semampir

masuk dalam kategori cukup.

Analisis data yang kedua diperoleh tingkat kebugaran jasmani siswa

putra kelas atas SD N 4 Semampir yaitu sebayak 0 anak (0%) dengan

kategori baik sekali, 3 anak (12%) dengan kategori baik, 21 anak (84%)

dengan kategori cukup, 1 peserta (4%%) dengan kategori kurang, dan 0

peserta (0%) dengan kategori kurang sekali. Frekuensi terbanyak masuk pada

kategori cukup yaitu 21 anak (84%). Dengan demikian tingkat kebugaran

jasmani siswa putra kelas atas SD N 4 Semampir masuk dalam kategori

cukup.

Analisis yang ketiga diperoleh tingkat kebugaran jasmani siswa putri

kelas atas SD N 4 Semampir yaitu sebayak 0 anak (0%) dengan kategori baik

sekali, 6 anak (19,35%) dengan kategori baik, 22 anak (70,97%) dengan

48
50

kategori cukup, 3 peserta (9,68%) dengan kategori kurang, dan 0 peserta (0%)

dengan kategori kurang sekali. Frekuensi terbanyak masuk pada kategori

cukup yaitu 22 anak (70,97%). Dengan demikian tingkat kebugaran jasmani

siswa putri kelas atas SD N 4 Semampir masuk dalam kategori cukup.

B. Implikasi Penelitian

Berdasarkan dari hasil penelitian tersebut, maka diharapkan

berimplikasi pada guru yaitu:

1. Sebagai bahan pertimbangan penyusunan perencanaan pembelajaran

untuk peningkatan kebugaran jasmani peserta didik.

2. Sebagai data guru penjasorkes tentang keadaan kebugaran jasmani anak

sehingga dapat digunakan sebagai dasar penilaian dan evaluasi.

3. Sebagai bahan referensi dan data penilaian peserta didik tentang

kebugaran jasmani.

C. Keterbatasan Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini diupayakan semaksimal mungkin sesuai

dengan maksud dan tujuan penelitian. Namun demikian masih dirasakan

adanya keterbatasan dan kelemahan yang tidak dapat dihindari antara lain :

1. Tidak memperhitungkan masalah kondisi fisik dan mental responden pada

waktu dilaksanakan tes.

2. Tidak memperhitungkan masalah waktu dan keadaan tempat pada saat

dilaksanakan tes.

3. Dalam melaksanakan tes, kesungguhan testi masih dirasa kurang karena

peneliti tidak memberikan reward pada subjek setelah melaksanakan tes.


51

D. Saran-saran

Dengan mengacu pada hasil penelitian dan keterbatasan-keterbatasan

dalam penelitian, peniliti menyarankan:

1. Bagi pihak sekolah, agar lebih memperhatikan pembelajaran penjasorkes

untuk dapat memberikan sarana dan prasaran yang mendukung permainan

net untuk meningkatkan kebugaran jasmani peserta didik.

2. Bagi peserta didik agar lebih memperhatikan tentang aktivitas jasmani

dalam meningkatkan kebugaran jasmani.

3. Bagi penelitian selanjutnya agar menambah variabel lain untuk dapat

mengontrol, membandingkan atau menghubungkan dengan variabel

lainnya.
52

DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas. (2010). Tes Kebugaran Jasmani Indonesia. Jakarta: Puskesjasrek.


Endang Rini Sukamti, M. I. Z. R. B. (2016). Profil Kebugaran Jasmani Dan Status
Kesehatan Instruktur Senam Aerobik Di Yogyakarta. Jurnal Olahraga
Prestasi, 12(2), 31–40.
Husdarta. (2000). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Depdikbud.
Irianto, D. P. (2006). Panduan Gizi Lengkap Keluarga dan Olahragawan.
Yogyakarta: Andi Offset.
Juliantien, S., & Yudiana. (2010). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: UPI.
Kemenkes RI. (2014). Pedoman Gizi Olahraga Prestasi. Jakarta: Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia.
Nurhasan, & Dkk. (2005). Petunjuk Praktis Pendidikan Jasmani. Surabaya:
Unesa University Perss.
Paturusi, A. (2012). Manajemen Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Jakarta: PT.
Asri Mahasatya.
Permatasari, F. D., Adi, A. C., & Dewi, R. C. (2018). Hubungan Status Gizi dan
Level Aktivitas Fisik dengan Tingkat Kebugaran pada Pemain Bola Basket
di UKM Basket Correlation Between Nutrition Status , Physical Activity and
Fitness Level among Basketball Players in Student ’ s Basketball Club.
https://doi.org/10.20473/amnt.v2.i4.2018.332-339
Prakoso, D. P., & Hartoto, S. (2015). Pengukuran Tingkat Kebugaran Jasmani
Terhadap Siswa Yang Mengikuti Ekstrakulikuler Bolavoli di SMS
DR.Soetomo Surabaya. Jurnal Pendidikan Olahraga dan Kesehatan,
Volume 3(1), 9–13. https://doi.org/10.1098/rstb.2014.0015
Rosdiani, D. (2013). Perencanaan Pembelajaran dalam Pendidikn Jasmani dan
Kesehatan. Bandung: Alfabeta.
Suharjana. (2008). Pendidikan Keugaran Jasmani. Yogyakarta: FIK UNY.
Yustisiawan, A. O. (2014). Hubungan Antara Tingkat Frekuensi Kehadiran
Mengikuti Latihan Futsal Dengan Tingkat Kebugaran Jasmani Di Maestro
Futsal Academy. Universitas Pendidikan Indonesia Bandung.

Anda mungkin juga menyukai