Anda di halaman 1dari 17

Tutor : Imunologi Putaran I

PPDS : dr. I Dewa Agung Gede Agastya Janardhana


Tanggal Presentasi :
Pembimbing : Prof. Dr. dr. Anak Agung Wiradewi Lestari, Sp.PK(K)

TUTOR IMUNOLOGI PUTARAN I

IMMUNOANALYZER OTOMATIS:
ABBOT ALINITY-I, VIDAS 30, COBAS E411

I Dewa Agung Gede Agastya Janardhana


NIM: 2171141005

Pembimbing:
Prof. Dr. dr. Anak Agung Wiradewi Lestari, Sp. PK (K)

PROGRAM STUDI SPESIALIS PATOLOGI KLINIK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA/
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT I.G.N.G NGOERAH
DENPASAR
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena saya dapat

menyelesaikan Tutor Imunologi Putaran 1 dengan judul Immunoanalyzer Otomatis:

Abbot Alinity-I, Vidas 30, Cobas E411 dengan baik. Tidak lupa saya

menyampaikan terima kasih kepada Prof. Dr. dr. Anak Agung Wiradewi Lestari, Sp.

PK (K) sebagai pembimbing yang banyak memberikan bimbingan selama proses

pembuatan tutor ini. Terima kasih juga kepada semua pihak yang telah membantu.

Saya menyadari bahwa tulisan ini masih banyak kekurangan dari segi penyusunan

materi dan bahasa, oleh karena itu saya mengharapkan masukan untuk dapat

menyempurnakan tulisan ini. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua. Terima

Kasih.

Denpasar, Desember 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 2


2.1 ABBOTT ALINITY I ............................................................................ 2
2.2 BIOMEREUX VIDAS ........................................................................... 4
2.3 COBAS.................................................................................................... 6
BAB III ................................................................................................................. 10

RINGKASAN ...................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 11

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Abbot Alinity I ................................................................................... 3


Gambar 2. 2 Prinsip CMIA ..................................................................................... 3
Gambar 2. 3 VIDAS® 30........................................................................................ 4
Gambar 2. 4 Proses terjadinya flouresensi .............................................................. 5
Gambar 2. 5 Prinsip Kerja Alat VIDAS ................................................................. 6
Gambar 2. 6 COBAS e411 .................................................................................... 7
Gambar 2. 7 Skema ECLIA ................................................................................... 9

iii
i
BAB I

PENDAHULUAN

Immunoassay merupakan metode pengujian keberadaan antigen atau antibodi

yang memanfaatkan interaksi antara antibodi dan antigen. Sejak tahun 1960

perhatian terhadap metode imunnoassay telah menjadi popular sebagai metode

pilihan untuk pemeriksaan secara kuantitatif. Perkembangan immunoassay meliputi

variasi dan tipenya, terdapat immunoassay yang dikerjakan dalam larutan atau gel,

dengan fase cair atau fase padat, dengan antibodi monoklonal atau poliklonal dan

dengan berbagai macam marka untuk deteksi seperti radioisotop, flouresens,

luminesens, dan enzim (Handojo, 2003).

Secara garis besar, Immunoassay merupakan cara penentuan kadar suatu bahan

dalam cairan tubuh yang dibagi menjadi dua kelompok, yaitu Immunoassay tanpa

label dan berlabel. Teknik Immunoassay tanpa label didasarkan pada reaksi imun

sekunder yaitu setelah ikatan antigen-antibodi, dilanjutkan dengan ikatan yang

membentuk suatu latice yang dapat dilihat seperti presitipasi dan aglutinasi. Teknik

imunoasai berlabel didasarkan pada reaksi imun primer yang dapat dibagi menjadi

dua tipe yaitu reagent-observed dan analyte-observed (Handojo, 2003).

Pengerjaan imunologi dengan menggunakan alat otomatisasi bukanlah hal

yang baru namun menjadi bukti atas perkembangan dunia diagnostik khususnya

dalam laboratorium. Dalam tutor ini akan menjelaskan beberapa alat otomastisasi

dengan metode Immunoassay seperti Biomerieux Vidas Series, Alinity I dari Abbot,

dan Roche Cobas Series.

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ABBOTT ALINITY I

Abbott Laboratories adalah sebuah produsen alat kesehatan dan produk

perawatan kesehatan asal Amerika Serikat yang berkantor pusat di Abbott Park,

Illinois. Perusahaan ini didirikan oleh seorang dokter asal Chicago, Wallace Calvin

Abbott pada tahun 1888 untuk memformulasikan obat. Saat ini, Abbott menjual alat

kesehatan, alat diagnostik, obat generik bermerek, dan produk nutrisional (Abbot,

2022).

Pada tahun 2016, Abbott meluncurkan sistem pertama dari seri Alinity-nya,

yang merupakan serangkaian sistem diagnostik dan informatika yang mewakili

suatu lompatan besar dalam hal kehandalan, biaya, kapasitas, efisiensi ruang, dan

kemudahan penggunaan. Kami menghadirkan masa depan laboratorium diagnostik.

Alinity I menggunakan sampel serum, plasma, darah, dan urin dengan kapasitas

sampel mencapai 140 sampel dengan 200 tes per jam (Abbot 2020).

2
3

Gambar 2. 1
Abbot Alinity I (Abbot 2020)

Abbot Alinity I prinsip chemiluminescent microparticle immunoassay (CMIA),

dengan menggunakan mikropartikel paramagnetik berlapis anti-analit dan konjugat

berlabel acridinium anti analit (Abbot 2020). Reaksi diukur sebagai satuan cahaya

relatif, yang memiliki hubungan langsung atau terbalik dengan jumlah analit dalam

sampel (Jereza, 2016).

Gambar 2. 2
Prinsip CMIA (Jereza, 2016)

Sampel darah disentrifugasi pada 4500 rpm (2268 rcf) selama 10 menit dan

serum diuji. Penentuan keberadaan konsentrasi analit dalam serum menggunakan


4

teknologi CMIA dengan protokol pengujian yang fleksibel, disebut sebagai

Chemiflex. Analisis otomatis menggunakan berbagai langkah untuk menentukan

konsentrasi termasuk resuspensi mikropartikel, aspirasi sampel serum 200 μL dan

reagen pengujian, inkubasi dan pencucian (Jereza, 2016).

2.2 BIOMEREUX VIDAS

Vitek Immuno Diagnostic Assay System (VIDAS) adalah penganalisa

immunoassay otomatis dari BioMerieux. Hal ini digunakan untuk melakukan

pemeriksaan imunologi menggunakan metode Enzyme Linked Fluorescent Assay

(ELFA) (Biomereux, 2012).

Gambar 2. 3
VIDAS® 30 (Biomereux 2022)

Metode ELFA, merupakan cara pemeriksaan dengan menggunakan enzim

sebagai petanda dan digunakan substrat yang berfluoresensi. Metode ELFA

menggunakan system reagen strip dan solid phase receptable (SPR) yang dilapisi

antigen atau antibodi berfungsi sebagai pippeting. Semua langkah dilakukan


5

otomatis oleh alat. Produk fluoresen yang biasa digunakan adalah 4-Methyl-

umbelliferone dan akan dibaca pada panjang gelombang 450nm.

Pemeriksaan dengan label ini sedikit lebih sensitif dibandingkan yang

kolorimetri/kromogenik. Unit yang berfluoresensi (emisi foton cahaya) yang

dideteksi proporsional dengan jumlah analit yang hendak diukur. Fluoresensi

berasal dari proses yang terjadi saat molekul tertentu yang disebut fluofor,

fluorokrom atau pewarna fluoresen (umumnya polyaromatic hydrocarbons atau

heterocycles) menyerap cahaya. Absorpsi cahaya oleh molekul molekul ini

meningkatkan tingkat energi mereka untuk sesaat sehingga saat molekul-molekul

ini terurai, molekul mengeluarkan cahaya fluoresens (Nugraha, 2012)

Gambar 2. 4
Proses terjadinya flouresensi (Nugraha 2012)

Berdasarkan cost-effectiveness, kebutuhan spesialis, dan waktu pengulangan,

ELFA telah terbukti merupakan metode yang baik untuk mendeteksi Epstein Barr

Virus (EBV) (Kocoglu et al., 2014). ELFA hanya membutuhkan waktu deteksi

selama 40 menit sedangkan ELISA membutuhkan waktu 130 menit. Selain itu,

ELFA membutuhkan konsentrasi enzim lebih sedikit dibandingkan dengan ELISA.


6

ELFA hanya membutuhkan enzim Horseradish peroxidase (HRP) sebanyak 25-50

ng/ml sedangkan ELISA membutuhkan 20-200 ng/ml.

Prinsip VIDAS sama dengan ELFA jenis sandwich. Alat ini menggunakan

pipet otomatis dan seperangkat strip yang didalamnya sudah berisi semua reagen

yang dibutuhkan (diluent, washing buffer, antibodi, dan substrat) Berbeda dengan

ELFA yang dikerjakan secara manual, proses imobilisasi antigen pada VIDAS

tidak terjadi pada sumur microplate melainkan pada pipet otomatis yang telah

ditempeli antibodi capture (Biomerieux, 2012).

Gambar 2. 5
Prinsip Kerja Alat VIDAS (Biomerieux 2012)

2.3 COBAS

Cobas merupakan alat immunoanalyzer otomatis yang dikembangkan oleh

Roche. Metode immunoassay yang dibawa oleh Cobas adalah Prinsip ECLIA.

ECLIA adalah suatu metode untuk mendeteksi keberadaan antigen atau antibodi

dengan memanfaatkan reaksi antara antigen dengan antibodi yang menghasilkan

cahaya (Cobas, 2010).


7

Gambar 2. 6
COBAS e411 (Cobas 2010)

Cahaya yang dihasilkan merupakan hasil dari reaksi kimia yang distimulasi

oleh molekul bermuatan listrik. Berbeda dengan ELISA, ECLIA menggunakan

komplek ruthenium sebagai label dan tripropylamine (TPA) sebagai pendonor

elektron pada ruthenium (Cloud-Clone corp, 2013). Reaksi chemiluminescence

untuk mendeteksi kompleks reaksi diinisiasi dengan memberikan arus listrik ke

larutan sampel. Cahaya hasil reaksi akan diukur pada panjang gelombang 620 nm.

Gambar 2.6
Skema ECLIA (Cloud-Clone corp, 2013)
8

2.3.1 Keunggulan dan Kelemahan ECLIA

ECLIA menggunakan teknologi tinggi yang memberi banyak keuntungan

dibandingkan dengan metode lain. ECLIA memiliki tingkat sensitivitas yang tinggi

sehingga dapat mendeteksi sampel konsentrasi rendah seperti mendeteksi HCG

hingga konsentrasi 2.35 pg/ml (Chen et al., 2012). Immunoassay ini juga memiliki

rentang deteksi yang luas sehingga dapat mendeteksi analit yang konsentrasinya

sangat bervariasi tiap tahapnya. Volume sampel yang dibutuhkannya pun hanya

sedikit, sekitar 50µl. ECLIA tidak membutuhkan waktu inkubasi yang lama, tidak

memerlukan stop solution, dan tidak ada bahaya radioaktif. Kelemahan metode ini

adalah biaya pengerjaan dan reagennya yang cukup mahal.

2.3.2 Jenis – Jenis ECLIA

Berbeda Berbeda dengan ELISA, ECLIA hanya terdiri dari dua jenis, yaitu

sandwich dan kompetitif. ECLIA sandwich digunakan untuk menganalisis analit

dengan berat molekul yang besar seperti prolaktin, LH, dan testosteron. ECLIA

kompetitif dipakai untuk menganalisis analit yang mempunyai berat molekul kecil

seperti estradiol dan progesteron (Cobas, 2010). pada ECLIA kompetitif, terdapat

komponen yang berbeda dibandingkan jenis sandwich.

Berikut merupakan tahapan ECLIA kompetitif (Cobas, 2014):

a. Antigen dalam sampel (contohnya estradiol) diinkubasi selama Sembilan

menit bersama satu jenis antibodi monoklonal yang terbiotinilasi.

b. Kompleks imun tersebut diinkubasi kembali selama sembilan menit

Bersama antigen (estradiol) berlabel kompleks rhutenium dan mikropartikel

yang telah dilapisi streptavidin.


9

c. Kompleks antigen-antibodi-biotin-streptavidin dimasukkan ke dalam

measuring flowcell, dilakukan penambahan TPA, dan dilakukan

pendeteksian sinyal.

Gambar 2. 7
Tahapan ECLIA Kompetitif (Cobas, 2014)
BAB III

RINGKASAN

Penggunaan alat otomatisasi imunologi klinik bertujuan untuk

mempercepat pemeriksaan imunologi di laboratorium. selain dapat memeriksa

banyak sampel dalam satu waktu, alat otomatisasi imunologi juga meningkatkan

keamanan kerja dengan mengurangi Hands-on dan kemungkinan kecelakaan kerja.

Seiring berkembangnya teknologi, muncul metode-metode baru dalam

pemeriksaan imunologi semakin memudahkan tenaga kesehatan dalam melakukan

pemeriksaan laboratorium khususnya di bidang imunologi.

Alinity I merupakan salah satu alat immunoassay yang dikembangkan oleh

Abbot dengan menggunakan metode CMIA. Alinity I menggunakan sampel serum,

plasma, darah, dan urin dengan kapasitas sampel mencapai 140 sampel dengan 200

tes per jam. Biomerieux mengembangkan alat immunoassay berupa Vidas dengan

menggunakan metode Flouresens yaitu ELFA dan Roche mengembangkan alat

berupa Cobas dengan metode ECLIA.

Perkembangan metode Immunoassay semakin variatif dengan banyaknya

alat yang dikembangkan oleh berbagai vendor mengharuskan pengelola

laboratorium untuk lebih bijaksana dalam memilih alat immunoassay yang sesuai

dengan kebutuhan dan kemampuan laboratorium tanpa mengesampingkan kualitas

diagnostik dan pelayanan pasien.

10
DAFTAR PUSTAKA

Abbot. 2020. Alinity ci‑series Operations. Germany. Available:


www.corelaboratory.abbot. [Accessed 20 November 2022]
Abbot. 2022. Abbot Clinical Chemistry, Immunoassay And Integrated Systems To
Transform Your Laboratory [Online]. Germany. Available:
https://www.corelaboratory.abbott/int/en/offerings/brands/alinity/alinity-
ci-series. [Accessed 20 November 2022]
Biomerieux. 2012. VIDAS Constantly Evolving with You: France. p 1-9.

Chen, W., J, W., Chen, W., Jie, X., Xian, J. H. 2012. Chemiluminescent
Immunoassay and Its Applications. Chinese Journal of Analytical
Chemistry. 40(1): 3-10.

Cloud-Clone corp. 2013. Chemiluminescent Immunoassay kits, with features of


higher sensitivity, wider dynamic range and lower sample consumption.
Available: http://www.cloud-clone.com/topic/201305291459200003.html
[Accessed 20 November 2022]

Coabs. manual user. Roche Diagnostics 2016. Available at : www.roche.com

Cobas, 2013. Electro-chemiluminescence immunoassay (ECLIA) for the in vitro


quantitative determination of human calcitonin (hCT) in serum and plasma.
Switzerland. p 1-2.

Cobas. 2010. The immunoassay analyzer cobas e 411 2 nd generation platform of


ECL technology: Germany. p 1-12.

Cobas. 2014. Electrochemiluminescence immunoassay (ECLIA) for the in vitro


quantitative determination of estradiol in human serum and plasma.
Switzerland. p 1-2.
Handojo, I. 2003. Pengantar imunoasai dasar. Airlangga University Airlangga
University Press. Surabaya, 97-171.
Jereza, N. 2016. Investigations on potential digenic hamp (hepcidin) and hfe
haemochromatosis gene mutations in the development of iron overload in
irish patients with dilated cardiomyopathy. University of the West of
England.
Kocoglu, M. E., Tas, T., Mengeloglu, F. Z., Ozsoy, S., Bucak, O. 2014. Evalutaion
of 4 methods for the serogical diagnosis of Epstein-Barr virus infection

11
using an immunofluorescence assay as the reference method. Turkish
Journal of Medical Sciences 44: 914-919
Nugraha, Jusak. Dasar Teknik Imunologi. Departemen Patologi Klinik Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga, 2012.

12

Anda mungkin juga menyukai