Existentialisme Humanistik

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 18

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/304019846

Existentialisme A. Latar Belakang Humanistik Eksistensial

Article · June 2016

CITATIONS READS

0 5,631

1 author:

Dian Arfianty
Airlangga University
2 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Dian Arfianty on 17 June 2016.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Dian Arfianty // 1112 1113 1157 // Psikologi Humanistik

Existentialisme

A. Latar Belakang Humanistik Eksistensial


Istilah psikologi humanistik (Humanistic Psychology) diperkenalkan oleh
sekelompok ahli psikologi yang pada awal tahun 1960-an bekerja sama di
bawah kepemimpinan Abraham Maslow dalam mencari alternatif dari dua teori
yang sangat berpengaruh atas pemikiran intelektual dalam psikologi. Kedua
teori yang dimaksud adalah psikoanalisis dan behaviorisme. Maslow menyebut
psikologi humanistik sebagai “kekuatan ketiga” (a third force).
Meskipun tokoh-tokoh psikologi humanistik memiliki pandangan yang
berbeda-beda, tetapi mereka berpijak pada konsepsi fundamental yang sama
mengenai manusia, yang berakar pada salah satu aliran filsafat modern,
yaitu eksistensialisme. Eksistensialisme adalah hal yang mengada-dalam dunia
(being-in-the-world), dan menyadari penuh akan keberadaannya (Koeswara,
1986 : 113). Eksistensialisme menolak paham yang menempatkan manusia
semata-mata sebagai hasil bawaan ataupun lingkungan. Sebaliknya, para filsuf
eksistensialis percaya bahwa setiap individu memiliki kebebasan untuk memilih
tindakan, menentukan sendiri nasib atau wujud dari keberadaannya, serta
bertanggung jawab atas pilihan dan keberadaannya, dalam hal ini “pilihan”
menjadi evaluasi tertinggi dari tindakan yang akan diambil oleh seseorang.

B. Konsep Dasar Tentang Manusia


Pendekatan humanistik – eksistensial berfokus pada diri manusia.
Pendekatan ini mengutamakan suatu sikap yang menekankan pemahaman atas
manusia. Pendekatan humanistik eksistensial berusaha mengembalikan pribadi
kepada fokus sentral, yakni memberikan gambaran tentang manusia pada
tarafnya yang tertinggi. Pendekatan ini Berfokus pada sifat dari kondisi manusia
yang mencangkup kesanggupan untuk menyadari diri, bebas memilih untuk
menentukan nasib sendiri, kebebasan dan tanggung jawab, kecemasan sebagai
suatu unsur dasar, pencarian makna yang unik di dalam dunia yang tak

1|E x s i st en s i al i sm e
Dian Arfianty // 1112 1113 1157 // Psikologi Humanistik

bermakna, berada sendiri dan berada dalam hubungan dengan orang lain
keterhinggaan dan kematian, dan kecenderungan mengaktualkan diri.
Pendekatan Humanistik eksistensial, di lain pihak, menekankan renungan-
renungan filosofi tentang apa artinya menjadi manusia yang utuh. Terapi
eksistensial, terutama berpijak pada premis bahwa manusia tidak bisa melarikan
diri dari kebebasan dan bahwa kebebasan dan tanggung jawab itu saling
berkaitan. Dalam penerapan-penerapan terapeutiknya, pendekatan eksistensial
humanistik memusatkan perhatian pada asumsi-asumsi filosofis yang melandasi
terapi. Pendekatan eksistensial humanistik menyajikan suatu landasan filosofis
bagi orang-orang dalam hubungan dengan sesamanya yang menjadi ciri khas,
kebutuhan yang unik dan menjadi tujuan konselingnya, dan yang melalui
implikasi-implikasi bagi usaha membantu individu dalam menghadapi
pertanyaan-pertanyaan dasar yang menyangkut keberadaan manusia.
Pendekatan ini memberikan kontribusi yang besar dalam bidang psikologi,
yakni tentang penekanannya terhadap kualitas manusia terhadap manusia yang
lain dalam proses teurapeutik. Terapi eksistensial-humanistik menekankan
kondisi-kondisi inti manusia dan menekankan kesadaran diri sebelum bertindak.
Kesadaran diri berkembang sejak bayi. Perkembangan kepribadian yang normal
berlandaskan keunikan masing-masing individu. Determinasi diri dan
kecenderungan kearah pertumbuhan adalah gagasan-gagasan sentral.
Psikopatologi adalah akibat dari kegagalan dalam mengaktualkan potensi.
Pembedaan-pembedaan dibuat antara “rasa bersalah ekstensial” dan “rasa
bersalah neurotik” serta antara “kecemasan ekstensial” dan “kecemasan
neurotik”. Berfokus pada saat sekarang dan akan menjadi apa seseorang itu,
yang berarti memiliki orientasi ke masa depan. Maka dari itu, akan lebih
meningkatkan kebebasan konseling dalam mengambil keputusan serta
bertanggung jawab dalam setiap tindakan yang di ambilnya.
Sebagai salah contoh dalam perilaku sehari-hari: “narkoba dan free sex.”
Dalam masyarakat, jelas narkoba dan free sex itu adalah pelanggaran. Baik
pilihan atau tindakan seseorang yang terlibat dalam narkoba dan free sex, itu
jelas melanggar norma, moral dan hukum. Tidak ada masyarakat yang

2|E x s i st en s i al i sm e
Dian Arfianty // 1112 1113 1157 // Psikologi Humanistik

melegalkan semua tindakan ini. Namun bagi penganut eksistensialist, bukan


“narkoba dan free sex” yang menjadi problemnya, tetapi pilihan seseorang.
Pilihan ini akan mendorong lahirnya tindakan seseorang. Jika seseorang menilai
“narkoba dan free sex” itu adalah positif (maksudnya: mendatangkan
keuntungan bagi dirinya sendiri, membuat manusia melupakan segala problem
hidupnya, membuat lapangan pekerjaan, karena banyaknya pengangguran, dsb),
maka “narkoba dan free sex” akan dilakukan. Akan tetapi sebaliknya jika hal ini
dianggap negatif, maka itu tidak akan dilakukan. Yang jelas, pilihannya menjadi
faktor penentu lahirnya tindakan seseorang.

C. Teori Humanistik Eksistensial


1. Teori Abraham Maslow
Oleh karena eksistensialisme menekankan pada anggapan bahwa manusia
memiliki kebebasan dan bertanggung jawab bagi tindakan-tindakannya, maka
pandangan-pandangan eksistensialisme menarik bagi para ahli psikologi
humanistik dan selanjutnya dijadikan landasan teori psikologi humanistik.
Adapun pokok-pokok teori psikologi humanistik yang dikembangkan oleh
Maslow adalah sebagai berikut (Koeswara, 19991 :.112-118 dan Alwisol 2005 :
252-270)
1). Prinsip holistik
Menurut Maslow, holisme menegaskan bahwa organisme selalu
bertingkah laku sebagai kesatuan yang utuh, bukan sebagai rangkaian bagian
atau komponen yang berbeda. Jiwa dan tubuh bukan dua unsur yang terpisah
tetapi bagian dari suatu kesatuan, dan apa yang terjadi pada bagian yang satu
akan mempengaruhi bagian yang lain. Pandangan holistik dalam kepribadian,
yang terpenting adalah :
(a). Kepribadian normal ditandai dengan unitas, integrasi, konsistensi, dan
koherensi.Organisasi adalah keadaan normal dan disorganisasai adalah
keadaan patologis (sakit).
(b). Organisme dapat dianalisis dengan membedakan tiap bagiannya, tetapi
tidak ada bagian yang dapat dipelajari dalam isolasi.
3|E x s i st en s i al i sm e
Dian Arfianty // 1112 1113 1157 // Psikologi Humanistik

(c). Organisme memiliki suatu dorongan yang berkuasa, yaitu aktualisasi diri.
(d). Pengaruh lingkungan eksternal pada perkembangan normal bersifat
minimal. Potensi organisme jika bisa terkuak di lingkungan yang tepat
akan menghasilkan kepribadian yang sehat dan integral.
(e). Penelitian yang komprehensif terhadap satu orang lebih berguna dari
pada penelitian ekstensif terhadap banyak orang mengenai fungsi
psikologis yang diisolasi.
2). Individu adalah penentu bagi tingkah laku dan pengalamannya sendiri.
Manusia adalah agen yang sadar, bebas memilih atau menentukan setiap
tindakannya. Dengan kata lain manusia adalah makhluk yang bebas dan
bertanggung jawab.
3). Manusia tidak pernah diam, tetapi selalu dalam proses untuk menjadi sesuatu
yang lain dari sebelumnya (becoming). Namun demikian perubahan tersebut
membutuhkan persyaratan, yaitu adanya lingkungan yang bersifat
mendukung.
4. Individu sebagai keseluruhan yang integral, khas, dan terorganisasi.
5. Manusia pada dasarnya memiliki pembawaan yang baik atau tepatnya netral.
Kekuatan jahat atau merusak pada diri manusia merupakan hasil atau
pengaruh dari lingkungan yang buruk, dan bukan merupakan bawaan.
6. Manusia memiliki potensi kreatif yang mengarahkan manusia kepada
pengekspresian dirinya menjadi orang yang memiliki kemampuan atau
keistimewaan dalam bidang tertentu.
7. Self-fulfillment merupakan tema utama dalam hidup manusia.
8. Manusia memiliki bermacam-macam kebutuhan yang secara hirarki
dibedakan menjadi sebagai berikut (Boeree, 2004)
(a) kebutuhan-kebutuhan fisiologis (the physiological needs)
(b) kebutuhan akan rasa aman (the safety and security needs)
(c) kebutuhan akan cinta dan memiliki (the love and belonging needs)
(d) kebutuhan akan harga diri (the esteem needs)
(e) kebutuhan akan aktualisasi diri (the self-actualization needs)
2. Teori Carl Rogers

4|E x s i st en s i al i sm e
Dian Arfianty // 1112 1113 1157 // Psikologi Humanistik

Rogers (1902-1987) menjadi terkenal berkat metoda terapi yang


dikembangkannya, yaitu terapi yang berpusat pada klien (client-centered
therapy). Tekniknya tersebar luas di kalangan pendidikan, bimbingan, dan
pekerja sosial. Rogers sangat kuat memegang asumsinya bahwa manusia itu
bebas, rasional, utuh, mudah berubah, subjektif, proaktif, heterostatis, dan
sukar dipahami (Alwisol, 2005 : 333).
1). Pokok-pokok Teori Carl Rogers
a. Struktur kepribadian
Rogers lebih mementingkan dinamika dari pada struktur kepribadian.
Namun demikian ada tiga komponen yang dibahas bila bicara tentang
struktur kepribadian menurut Rogers, yaitu : organisme, medan
fenomena, dan self.
1) Organime, mencakup :
a) Makhluk hidup
Organisme adalah makhluk lengkap dengan fungsi fisik dan
psikologisnya, tempat semua pengalaman dan segala sesuatu yang
secara potensial terdapat dalam kesadar setiap saat.
b) Realitas subjektif
Organisme menanggapi dunia seperti yang diamati atau
dialaminya. Realita adalah medan persepsi yang sifatnya subjektif,
bukan benar-salah.
c) Holisme
Organisme adalah kesatuan sistem, sehingga perubahan pada satu
bagian akan mempengaruhi bagian lain. Setiap perubahan memiliki
makna pribadi atau bertujuan, yakni tujuan mengaktualisasi,
mempertahankan, dan mengembangkan diri.
2) Medan fenomena
Rogers mengartikan medan fenomena sebagai keseluruhan
pengalaman, baik yang internal maupun eksternal, baik yang disadari
maupun yang tidak disadari. Medan fenomena merupakan seluruh
pengalaman pribadi seseorang sepanjang hidupnya.

5|E x s i st en s i al i sm e
Dian Arfianty // 1112 1113 1157 // Psikologi Humanistik

3) Self
Self merupakan konsep pokok dari teori kepribadian Rogers, yang
intinya adalah :
a) terbentuk melalui medan fenomena dan melalui introjeksi nilai-
nilai orang tertentu;.
b) bersifat integral dan konsisten;
c) menganggap pengalaman yang tak sesuai dengan struktur self
sebagai ancaman;
d) dapat berubah karena kematangan dan belajar.
b. Dinamika kepribadian
Menurut Rogers, organisme mengaktualisasikan dirinya menurut
garis-garis yang diletakkan oleh hereditas. Ketika organisme itu matang
maka ia makin berdiferensiasi, makin luas, makin otonom, dan makin
tersosialisasikan. Rogers menyatakan bahwa pada dasarnya tingkah laku
adalah usaha organisme yang berarah tujuan untuk memuaskan
kebutuhan-kebutuhannya sebagaimana dialami, dalam medan
sebagaimana medan itu dipersepsikan (Hall dan Lindzey, 1995 :136-137).
Rogers menegaskan bahwa secara alami kecenderungan aktualisasi
akan menunjukkan diri melalui rentangan luas tingkah laku, yaitu :
1) Tingkah laku yang berakar pada proses fisiologis, termasuk kebutuhan
dasar (makana, minuman, dan udara), kebutuhan mengembangkan
dan memerinci fungsi tubuh serta generasi.
2) Tingkah laku yang berkaitan dengan motivasi psikologis untuk
menjadi diri sendiri.
3) Tingkah laku yang tidak meredakan ketegangan tetapi justru
meningkatkan tegangan, yaitu tingkah laku yang motivasinya untuk
berkembang dan menjadi lebih baik.
c. Perkembangan kepribadian
Rogers tidak membahas teori pertumbuhan dan perkembangan,
namun dia yakin adanya kekuatan tumbuh pada semua orang yang secara
alami mendorong proses organisme menjadi semakin kompleks, otonom,

6|E x s i st en s i al i sm e
Dian Arfianty // 1112 1113 1157 // Psikologi Humanistik

sosial, sdan secara keseluruhan semakin aktualisasi diri. Rogers


menyatakan bahwa self berkembang secar utuh-keseluruhan, menyentuh
semua bagian-bagian. Berkembangnya self diikuti oleh kebutuhan
penerimaan positif, dan penyaringan tingkah laku yang disadari agar tetap
sesuai dengan struktur self sehingga dirinya berkembang menjadi pribadi
yang berfungsi utuh.
Pribadi yang berfungsi utuh menurut Rogers adalah individu yang
memakai kapasitas dan bakatnya, merealisasi potensinya, dan bergerak
menuju pemahaman yang lengkap mengenai dirinya sendiri dan seluruh
rentang pengalamannya. Rogers menggambarkan 5 ciri kepribadian yang
berfungsi sepenuhnya sebagai berikut :
1) terbuka untuk mengalami (openess to experience);
2) hidup menjadi (existential living);
3) keyakinan organismik (organismic trusting);
4) pengalaman kebebasan (experiental freedom);
5) kreativitas (creativity)

D. Konsep Utama Pendekatan Humanistik Eksistensial


1. Kesadaran diri
Manusia memiliki kesanggupan untuk menyadari dirinya sendiri,suatu
kesanggupan yang unik dan nyata yang memungkinkan manusia mampu
berpikir dan memutuskan. Kesadaran diri membedakan manusia dengan
mahluk-mahluk lain. Pada hakikatnya semakin tinggi kesadaran seseorang,
semakin ia hidup sebagai pribadi. Meningkatkan kesadaran berarti
meningkatkan kesanggupan seseorang untuk mengalami hidup secara
penuh sebagai manusia.Peningkatan kesadaran diri yang mencakup
kesadaran atas alternatif-alternatif, motivasi-motivasi, faktor-faktor yang
membentuk pribadi, dan atas tujuan-tujuan pribadi, adalah tujuan segenap
konseling. Kesadaran diri banyak terdapat pada akar kesanggupan
manusia, maka putusan untuk meningkatkan kesadaran diri adalah
fundamental bagi pertumbuhan manusia.
7|E x s i st en s i al i sm e
Dian Arfianty // 1112 1113 1157 // Psikologi Humanistik

2. Kebebasan tanggung jawab, kecemasan


Kesadaran atas kebebasan dan tangung jawab bisa menimbulkan
kecemasan yang menjadi atribut dasar bagi manusia. Kecemasan adalah
suatu karakteristik dasar manusia yang mana merupakan sesuatu yang
patologis, sebab ia bisa menjadi suatu tenaga motivasional yang kuat untuk
pertumbuhan kepribadian.
3. Penciptaan makna
Manusia itu unik, dalam arti bahwa dia berusaha untuk menemukan
tujuan hidup dan menciptakan nilai-nilai yang akan memberikan makna
bagi kehidupan. Manusia pada dasarnya selalu dalam pencarian makna dan
identitas diri. Manusia memiliki kebutuhan untuk berhubungan dengan
sesamanya dalam suatu cara yang bermakna, sebab manusia adalah
mahluk yang rasional.

Keterkaitan Teori Dengan Pengalaman Pribadi :

Pendekatan ini (eksistensialisme) berfokus pada sifat dari kondisi manusia


yang mencangkup kesanggupan untuk menyadari diri, bebas memilih untuk
menentukan nasib sendiri, kebebasan dan tanggung jawab, kecemasan sebagai
suatu unsur dasar, pencarian makna yang unik di dalam dunia yang tak bermakna,
berada sendiri dan berada dalam hubungan dengan orang lain keterhinggaan dan
kematian, dan kecenderungan mengaktualkan diri. Secara pribadi, konsep tersebut
sepemahaman dengan saya. Karna manusia mempunyai hak untuk memilih apa
yang ingin ia dapatkan dan mempunyai kewajiban untuk bertanggung jawab
dengan apa yang dia inginkan.

Namun pada nyatanya, manusia diakui sebagai manusia (dengan hak dan
kewajibannya) ketika ia menginjak usia dewasa. Karena disanalah ia mampu
memilih untuk menentukan nasibnya sendiri. Seperti halnya saya, dulu ketika saya
masih pada usia kanak – kanak untuk memilih baju yang akan saya beli saja saya
harus mengantongi izin dari orang tua. Atau untuk memutuskan segala sesuatu

8|E x s i st en s i al i sm e
Dian Arfianty // 1112 1113 1157 // Psikologi Humanistik

saya tetap harus berdiskusi dengan orang tua terlebih dahulu. Namun saat ini, saya
diberi kebebasan sepenuhnya untuk menentukan apa yang ingin saya beli, apa
yang ingin saya lakukan. Meskipun terkadang saya pribadi yang tidak percaya diri
akan pilihan saya, sehingga saya tetap bertanya kepada orang disekitar saya
mengenai keputusan yang saya ambil.

Dengan kebebasan seseorang dalam penentuan nasibnya, pengambilan


keputusannya, dan mengaktualisasikan dirinya. Itu mendapat respon postif juga
negative. Positifnya sesorang akan mengembangkan kemampuannya lebih baik
dan lebih luas. Sehingga orang tersebut mampu memilih nasib yang baik (menurut
tuntutan social yang ada). Negatifnya banyak orang yang kehilangan arah karna
merasa dibebaskan dalam penentuan nasibnya. Kehilangan arah tersebut berupa
penggunaan obat – obatan terlarang, dan pergaulan bebas. Meskipun saya tidak
mengalaminya sendiri, namun lingkungan saya (teman – teman dan lingkungan
disekitar rumah saya) hal tersebut sangatlah wajar. Dan tidak ada teguran yang
berarti dari orang lain untuk mereka. Penggunaan obat – obatan terlarang seperti
pil double L (dijual 15 ribu satu klip, yang berisi 10 butir), untuk sabu – sabu
masih jarang namun tetap ada beberapa orang saja. Mereka biasanya mengajak
orang lain untuk bergabung dengan mereka (biasanya anak SMP disekitar rumah
saya). Untuk zat – zat lain yang paling sering saya temui adalah tembakau yang
terkandung dalam rokok, mayoritas masyarakat telah menyadari bahaya merokok
namun mereka tetap saja merokok, ada yang bilang jika tidak merokok mulut
‘sepo’ (Bahasa jawa, yang artinya ‘kecut/pahit’) ada juga yang bilang kalau tidak
merokok tidak menemukan inspirasi untuk melakukan pekerjaannya,

Fenomena – fenomena tersebut (pemakaian obat – obatan terlarang atau


zat – zat adiktif) bias ditemui di event – event hardcore (biasanya di monkasel/
monument kapal selam). Kebanyak dari mereka adalah siswa – siswi SMP – SMA
yang notabene masih ‘remaja’. Untuk pergaulan bebas atau biasa disebut ‘free
sex’, di Indonesia masih sangat tabu. Sehingga orang – orang masih sangat sedikit
yang mempublikasikan. Namun ketika saya ngecamp/ngopi di tretes dengan
teman – teman, banyak motor yang nawarin ke kami istilahnya ‘kamaran’. Kata

9|E x s i st en s i al i sm e
Dian Arfianty // 1112 1113 1157 // Psikologi Humanistik

temen – temen sihh check in gitu. Tapi saya tidak tau lebih jelasnya, pokoknya
untuk ngecamp di bumi perkemahan kakek bodo kami cukup mengeluarkan uang
15rb/orang, mendirikan tenta dan berapi unggun sampai pagi. Hehee

Terdapat beberapa pokok – pokok eksistensialisme yang dikembangkan


oleh Maslow :

1. Prisnsip holistic : Menurut Maslow, holisme menegaskan bahwa


organisme selalu bertingkah laku sebagai kesatuan yang utuh, bukan
sebagai rangkaian bagian atau komponen yang berbeda. Jiwa dan tubuh
bukan dua unsur yang terpisah tetapi bagian dari suatu kesatuan, dan apa
yang terjadi pada bagian yang satu akan mempengaruhi bagian yang lain.
Pandangan tersebut dapat diintegrasikan dengan kepribadian seseorang.
Seperti, sesorang yang ditandai dengan unitas, integrasi, konsistensi dan
koherensi.

2. Individu adalah penentu bagi tingkah laku dan pengalamannya sendiri.


Manusia adalah agen yang sadar, bebas memilih atau menentukan setiap
tindakannya. Dengan kata lain, individu bebas untuk melakukan apa yang ia
mau. Seperti pemilihan sekolah atau jurusan dalam pendidikannya (sseperti
saya, heheheh).

3. Manusia tidak pernah diam, tetapi selalu dalam proses untuk menjadi
sesuatu yang lain dari sebelumnya (becoming). Setiap detik individu belajar
dan berproses. Memperbaiki diri dan mempelajari yang ada disekitarnya
untuk menjadi yang dia inginkan. Namun demikian perubahan tersebut
membutuhkan persyaratan, yaitu adanya lingkungan yang bersifat
mendukung. Dulu ketika masih bayi belum bias bicara, namun orang tua dan
keluarga sekitar mengajarkan kita untuk berbicara. Kemudian setelah bisa
berbicara, lingkungan mendorong kita untuk mandiri (dengan cara, belajar
berjalan, belajar makan, belajar memakai baju dan gerakan motoric lainnya).
Kemudian prubahan dalam system kognitif juga mulai terlihat ketika
memasuki usia remaja, meskipun kelihatannya tidak melakukan apapun,
10 | E x s i s t e n s i a l i s m e
Dian Arfianty // 1112 1113 1157 // Psikologi Humanistik

saya biasanya memutar otak dan mengamati sesuatu agar saya mendapatkan
pengetahuan dari lingkungan saya dan mampu menjadikan diri saya pribadi
yang baik.

4. Individu sebagai keseluruhan yang integral, khas, dan terorganisasi. Setiap


individu selalu memiliki ke khasnya sendiri – sendiri. Ke khasan tersebut
bisa berupa karakter – karakter atau keahlian - keahlian unik tiap individu.
Terorganisasi seperti saya selalu mengorganisasikan kegiatan =- kegiatan
yang akan saya lakukan untuk membantu saya menentukan tujuan hidup
atau nasib saya. Dan memperkecil resiko negative yang akan saya dapatkan.

5. Manusia pada dasarnya memiliki pembawaan yang baik atau tepatnya netral.
Kekuatan jahat atau merusak pada diri manusia merupakan hasil atau
pengaruh dari lingkungan yang buruk, dan bukan merupakan bawaan.
Menurut ayah dari salah satu teman sekolah saya di SMA dulu (polisi),
lingkungan rumah saya adalah daerah hitam. Karena banyaknya pencurian
dan perilaku – perilaku negative yang lain. Sehingga ketika teman saya
melakukan penugasan kelompok dirumah saya, ayahnyapun ikut serta
menunggu kami mengerjakan tugas. Karna takut anaknya akan melakukan
hal – hal yang negative seperti yang tergambar oleh lingkungan saya.

6. Manusia memiliki potensi kreatif yang mengarahkan manusia kepada


pengekspresian dirinya menjadi orang yang memiliki kemampuan atau
keistimewaan dalam bidang tertentu. Potensi tersebut harus dideteksi
terlebih dahulu, karna saya sendiri saja belum mengetahui potensi kreatif
saya. Tetapi saya memiliki teman yang sangat kreatif, ia bisa mendesain
(benner, atau alat publikasi lainnya) dalam waktu 1 jam saja. Idenya muncul
begitu saja, ia mempelajarinya secara otodidak. Tidak ada yang
mengajarinya, ia juga dulu tidak bersekolah di jurusan multimedia atau
jurusan yang mendukungnya saat ini. Semua dipelajarinya secara otdidak.
Saya baru ingat, saya kira telling story saya bagus. Jadi mungkin

11 | E x s i s t e n s i a l i s m e
Dian Arfianty // 1112 1113 1157 // Psikologi Humanistik

kemampuan saya terletak pada telling story/public relation/sesuatu yang


menggunakan komunikasi. Saya cakap dalam hal komunikasi.

7. Self-fulfillment merupakan tema utama dalam hidup manusia.

8. Manusia memiliki bermacam-macam kebutuhan yang secara hirarki


dibedakan menjadi sebagai berikut (Boeree, 2004)

(a) kebutuhan-kebutuhan fisiologis (the physiological needs) kebutuhan


ini merupakan kebutuhan fisik seperti makan dan minum. Saya
pribadi tidak bisa berkonsentrasi dalam melakukan atau
mengerjakan pekerjaan saya ketika perut saya lapar atau kosong.
Sehingga saya harus berhenti terlebih dahulu dan mulai mencari
makan atau minum untuk menuntaskan hasrat lapar dan dahaga
saya.

(b) kebutuhan akan rasa aman (the safety and security needs) kebutuhan
rasa aman ini bisa secara fisik dan kestabilan emosi. Hal tersebut
biasa dirasakan ketika saya ingat kepada allah (dengan cara
berdzikir menjelang tidur, sholat, dan membaca alqur’an) selain itu

12 | E x s i s t e n s i a l i s m e
Dian Arfianty // 1112 1113 1157 // Psikologi Humanistik

juga ketika selesai makan, setelah menyelesaikan tugas sebelum


deadline. Hehehhe

(c) kebutuhan akan cinta dan memiliki (the love and belonging needs)
Dimana seseorang yang mempunyai tujuan dan kepentingan yang
sama membuat suatu kelompok/berkumpul karena mereka ingin
diperhatikan dalam tujuannya dan dapat memberikan perhatian atas
kelompok tersebut. Kebutuhan cinta seorang anak oleh ibunya, itu
sanggat berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak misal seorang
anak tercukupi kebutuhan akan kasih sayang maka perkembangan
anak akan optimal berupa fisik maupun psikologinya karena
perhatian yang di berikan ibu kepada anaknya.

(d) kebutuhan akan harga diri (the esteem needs) Maslow menemukan bahwa
setiap orang memiliki dua kategori kebutuhan akan penghargaan yakni: a.
harga diri adalah penilaian terhadap hasil yang di capai dengan analisis,
sejauh mana memenuhi ideal diri. Jika individu selalu sukses maka
cenderung harga dirinya akan tinggi dan jika mengalami kegagalan harga
diri menjadi rendah. Harga diri di peroleh dari diri sendiri dan orang lain.
Harga diri meliputi kebutuhan akan kepercayaan diri, kompetensi,
penguasaan, kecukupan, prestasi, ketidak tergantungan dan kebebasan.
Kebutuhan harga diri meliputi: MEnghargai diri sendiri, menghargai orang
lain, dihargai orang lain, kebebasan yang mandiri, dikenal dan diakui.
Kebutuhan harga diri sangatlah penting apalagi ketika remaja dulu, saya
merupakan wanita yang sulit untuk berdekatan dengan seorang pria.
Sedangkan pada masa itu mayoritas teman – teman saya telah mempunyai
pria (pacar). Meskipun teman – teman menghargai dan menganli saya karna
kepandaian saya. Namun mereka mengesampingkan/menganggap saya tidak
tahu apa – apa mengenai pria (tentu saja karna saya tidak pernah punya
pacar).

13 | E x s i s t e n s i a l i s m e
Dian Arfianty // 1112 1113 1157 // Psikologi Humanistik

(e) kebutuhan akan aktualisasi diri (the self-actualization needs) Aktualisasi


diri adalah kebutuhan naluriah pada manusia untuk melakukan yang terbaik
dari yang dia bisa. tingkatan tertinggi dari perkembangan psikologis yang
bisa dicapai bila semua kebutuhan dasar sudah dipenuhi dan
pengaktualisasian seluruh potensi dirinya mulai dilakukan. Pada saat
manusia sudah memenuhi seluruh kebutuhan pada semua tingkatan yang
lebih rendah , melalui aktualisasi diri di katakan bahwa mereka mencapai
potensi yang paling maksimal. Sebagai contoh: Saat saya mengetahui bahwa
minggu depan akan ada ulangan maka saya akan belajar lebih agar
mendapatkan kepuasan dalam ujian dan mendapatkan nilai baik (dulu waktu
saya SMP). Dan ketika saya menginginkan sesuatu saya terus melakukan
sholat dhuha agar suatu saat allah mengabulkan apa yang saya inginkan,
seperti masuk menjadi mahasiwi di salah satu fakultas psikologi unair
(zaman SMP).

Pokok-pokok Eksistensialisme menurut Teori Carl Rogers


Ada tiga komponen yang dibahas bila bicara tentang struktur
kepribadian menurut Rogers, yaitu : organisme, medan fenomena, dan
self.
Menurut Rogers, organisme mengaktualisasikan dirinya menurut
garis-garis yang diletakkan oleh hereditas. Ketika organisme itu matang
maka ia makin berdiferensiasi, makin luas, makin otonom, dan makin
tersosialisasikan. Rogers menyatakan bahwa pada dasarnya tingkah laku
adalah usaha organisme yang berarah tujuan untuk memuaskan
kebutuhan-kebutuhannya sebagaimana dialami, dalam medan
sebagaimana medan itu dipersepsikan (Hall dan Lindzey, 1995 :136-137).
Rogers menegaskan bahwa secara alami kecenderungan aktualisasi
akan menunjukkan diri melalui rentangan luas tingkah laku, yaitu :
1) Tingkah laku yang berakar pada proses fisiologis, termasuk
kebutuhan dasar (makana, minuman, dan udara), kebutuhan
mengembangkan dan memerinci fungsi tubuh serta generasi. Sama
14 | E x s i s t e n s i a l i s m e
Dian Arfianty // 1112 1113 1157 // Psikologi Humanistik

seperti yang saya jelaskan pada pengertian eksistensi menurut


maslow.

2) Tingkah laku yang berkaitan dengan motivasi psikologis untuk


menjadi diri sendiri. Perasaan ini biasanya muncul pada diri remaja,
karna pada saat itulah individu mencari mengenai jati dirinya.

3) Tingkah laku yang tidak meredakan ketegangan tetapi justru


meningkatkan tegangan, yaitu tingkah laku yang motivasinya untuk
berkembang dan menjadi lebih baik. Tidak terus menerus berada pada
zona nyamannya, seperti halnya saya dulu merupakan orang yang
penghuni rumah (setiap hari dilewatkan hanya didalam rumah saja)
namun saat ini, saya memilih menghabiskan banyak waktu untuk
berjalan – jalan atau mendaki gunung, ngecamp serta kegiatan –
kegiatan yang menantang adrenalin saya.

Rogers menyatakan bahwa self berkembang secar utuh-keseluruhan,


menyentuh semua bagian-bagian. Berkembangnya self diikuti oleh
kebutuhan penerimaan positif, dan penyaringan tingkah laku yang
disadari agar tetap sesuai dengan struktur self sehingga dirinya
berkembang menjadi pribadi yang berfungsi utuh.
Pribadi yang berfungsi utuh menurut Rogers adalah individu yang
memakai kapasitas dan bakatnya, merealisasi potensinya, dan bergerak
menuju pemahaman yang lengkap mengenai dirinya sendiri dan seluruh
rentang pengalamannya. Rogers menggambarkan 5 ciri kepribadian yang
berfungsi sepenuhnya sebagai berikut :
1) terbuka untuk mengalami (openess to experience); saya suka
berdiskusi dengan anggota keluarga dirumah (ibu, adek laki – laki
dan adik perempuan) serta orang terdekat lainnya seperti pacar dan
sahabat. Karna menurut saya dengan berdiskusi kita bisa mengasah
kemampuan kita dan mempertahankan pengetahuan yang telah kita
15 | E x s i s t e n s i a l i s m e
Dian Arfianty // 1112 1113 1157 // Psikologi Humanistik

dapat sebelumnya. Didalam diskusi juga bisa bertukar informasi


maupun pengalaman – pengalaman yang lain. Umumnya mengenai
kejadian terpopuler, tentang percintaan, maupun tentang agama.

2) hidup menjadi (existential living);

3) keyakinan organismik (organismic trusting); keyakinan yang dimiliki


sejak lahir dan dikembangkan didunia. Seperti halnya saya yang
dilahirkan diantara orang tua dengan agama Islam sehingga saya
terlahir sebagai muslim, dan saya mengasah keagamaan saya ketika
saya duduk di bangku sekolah.

4) pengalaman kebebasan (experiental freedom); kebebasan ini diartikan


sebagai kebebasan memilih nasib dan kebebasan dalam menentukan
apa yang diinginkan. Karna tiap individu memiliki hak yang ia
dapatkan setelah ia melakukan kewajibannya.

5) kreativitas (creativity), kreativitas berubah kemampuan seseorang


dalam suatu bidang. Saya merasa saya memiliki kemampuan yang
baik dalam bidang komunikasi.

16 | E x s i s t e n s i a l i s m e
Dian Arfianty // 1112 1113 1157 // Psikologi Humanistik

Referensi :

Schneider,K.J. Bugental, J. F., & Pierson, J. F. (2001). The Handbook of Humanistic

Psychology :Leading Edge in Theory, Research, and Practice. United


States of America: Sage Publication.Inc

17 | E x s i s t e n s i a l i s m e

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai