Anda di halaman 1dari 9

SPESIFIKASI TEKNIS

PEKERJAAN :
PEMBANGUNAN RTJK ( 50 UNIT )

LOKASI :
DESA NANGA BAYAN,
KECAMATAN KETUNGAU HULU
KABUPATEN SINTANG

SUMBER DANA :
APBN – TUGAS PEMBANTUAN
KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH
TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI

DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI


KABUPATEN SINTANG

TAHUN ANGGARAN 2018


SPESIFIKASI TEKNIS
PEMBANGUNAN RTJK

Pasal 1
PERSYARATAN TEKNIS
1.1 Umum
1.1.1 Penentuan Letak Bangunan
a. Perletakan bangunan Fasilitas Umum harus disesuaikan dengan Tata Letak
Bangunan yang telah ditentukan oleh Direksi/Supervisi, peletakan Bangunan tidak
boleh ditempat yang tergenang air atau ditempat dengan sudut kemiringan
maksimum 8%, untuk kondisi lahan dengan sudut kemiringan lebih besar dari 8%
Kontraktor melaporkan kondisi tersebut kepada Direksi/Supervisi.
b. Pada waktu akan memulai pelaksanaan pekerjaan dilapangan Pemborong diwajibkan
meminta persetujuan terlebih dahulu kepada Direksi/Supervisi mengenai letak dari
setiap bangunan fasilitas umum.
1.1.2 Bahan Bangunan
a. Bahan bagunan yang digunakan untuk membangun bangunan fasilitas umum adalah
kayu dengan kelas awet dan kelas kuat yang sesuai dengan Peraturan Konstruksi
Kayu Indonesia (PPKI). Jenis kayu yang digunakan adalah kayu hasil produksi lokal
atau kayu yang biasa diperdagangkan didaerah setempat.
b. Kelas kayu yang digunakan adalah :
 Pondasi menggunakan kayu Belian.
 Tiang Rangka Badan menggunakan kayu kelas II.
 Rangka atap dan gording kayu kelas II
 Rangka dinding kayu kelas II
 Dinding menggunakan dinding plasteran kawat simpai.
 Lantai menggunakan cor beton K – 100
c. Kontraktor diharuskan mengajukan contoh bahan bangunan yang akan digunakan
secara periodik terlebih dahulu pada tiap bangunan fasilitas umum yang akan
dibangun untuk mendapatkan persetujuan Direksi/Supervisi. Persetujuan contoh
bahan bangunan dinyatakan dengan Berita Acara pemeriksaan bahan bangunan.
d. Semua jenis kayu baik balok maupun papan yang akan digunakan harus
kering, bebas cacat, tidak retak, tidak belubang, tidak lapuk dan lurus.
e. Sambungan-sambungan / pertemuan balok satu sama lain harus benar-benar rapat
apabila dipaku. Paku yang digunakan adalah paku yang ukurannya sesuai
dengan ukuran tebal kayu yang akan dipaku supaya jangan sampai terdapat
tonjolan- tonjolan ujung paku atau justru paku yang kurang panjang sehingga tidak
dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
f. Panjang paku minimal adalah sama dengan tebal kalsiboard/papan/kayu balok
lapis pertama ditambah tebal papan/kayu balok lapis kedua.
g. Panjang paku minimal adalah sama dengan tebal kalsiboard / papan/ balok lapis
pertama ditambah ¾ tebal kalsiboard/ papan /balok lapis kedua
1.1.3 Semen (PC)
a. Semen yang dipergunakan adalah semen dengan kulitas baik, produksi lokal dan
biasa dipergunakan dalam pekerjaan konstruksi bangunan standar SNI.
b. PC yang sebagian sudah membatu dalam kantong tidak diperkenankan untuk
dipakai.
1.1.4 Pasir dan Kerikil
a. Pasir yang dipergunakan adalah pasir yang sesuai dengan keperluan
pekerjaan konstruksi bangunan, seperti pasir urug, pasir pasang, pasir beton dengan
kualitas baik dan bersih dari kotoran baik bahan organik maupun lumpur (toleransi
kandungan lumpur 3-5 %)
b. Kerikil untuk pekerjaan beton harus bersih dari kotoran (bahan organik maupun lupur)
dan memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pekerjaan pengecoran / campuran
beton.
1.1.5 Penutup Atap
a. Penutup atap atau bangunan menggunakan seng gelombang BJLS 20 yang
telah memenuhi standar, Industri Indonesia berkualitas baik, dengan ukuran dan
bentuk sesuai dengan gambar kerja.
b. Kontraktor diharuskan mengajukan contoh bahan bangunan yang akan digunakan
secara periodik terlebih dahulu tiap bangunan fasilitas umum yang digunakan di
bangun, sesuai dengan harga penawaran untuk mendapatkan persetujuan Direksi /
Supervisi. Persetujuan contoh bahan bangunan dinyatakan dengan Berita Acara
pemeriksaan bahan bangunan.

Pasal 2
TAHAPAN PELAKSANAAN
1.1 Pekerjaan Persiapan dan Pembersihan
1. Sebelum pekerjaan konstruksi dimulai tapak bangunan yang akan didirikan harus
dibersihkan terlebih dahulu dari tunggul-tunggul kayu, semak-semak, alang- alang dan
tumbuhan lainnya serta diratakan.
2. Daerah yang harus dibersihkan dan diratakan minimal sampai mencapai 2 meter
keliling batas tapak bagian luar bangunan rumah transmigran yang akan dibangun.
3. Kotoran dari hasil pembersihan dibakar dan ditimbun sesuai dengan petunjuk
dari Direksi / Supervisi
4. Setelah dibersihkan selanjutnya dilaksanakan pengukuran batas, siku dan peil
bangunan (uit zet) diberi tanda untuk pemasangan bouwplank. Pemasangan bouwpalnk
dimaksudkan untuk menentukan ukuran bangunan, siku-siku bangunan, sedangkan
untuk ketinggian peil lantai bangunan disesuaikan dengan kondisi lahan setempat.
Pemasangan baowpalnk tersebut harus mendapat persetujuan Direksi / Supervisi.
1.2 Pekerjaan Pondasi
1. Galian tanah untuk lubang pondasi dengan ukuran 50 x 50 cm dengan kedalaman 50
cm
2. Jenis kayu untuk tiang pondasi adalah kayu belian penampang persegi dengan ukuran
8/8 cm
3. Tiang pondasi ditanam kedalaman lubang pondasi yang telah disediakan dengan
diberi tahanan agar tidak amblas dengan menggunakan gapit dan laci, ukuran balok
gapit dan laci adalah 4/8 cm panjang 50 cm.
4. Hubungan antara tiang pondasi dengan gapit dan laci adalah dengan sistem baut.
5. Hubungan tiang pondasi satu dengan yang lain juga diperkuat dengan menggunakan
sloof beton uk. 12/20.
1.3 Pekerjaan Lantai
1. Peil tinggi muka lantai bangunan dari permukaan tanah minimal 20 cm.
2. Timbunan pasir alas lantai setebal 10 cm.
3. Lantai cor beton setebal 8 cm dengan mutu beton K-100
4. Untuk ruang keluarga menggunakan lantai keramik uk. 30x30 cm
1.4 Pekerjaan Dinding
1. Pekerjaan dinding menggunakan plasteran dinding simpai.
1.5 Pekerjaan Pintu Jendela
1. Sebagai kusen pintu dan jendela adalah tiang utama atau kerangka dinding yang
dipasang list tempel sehingga berbentuk seperti kusen biasa.
2. Kusen pintu dan jendela dicat dengan cat warna yang telah ditentukan lebih lanjut oleh
Direksi/Supervisi.
3. Kerangka daun pintu dibuat dari papan kayu kelas II.
4. Perlengkapan-perlengkapan yang harus dipasang pada pintu antara lain sebagai
berikut :
 1 buah kunci tanam setiap pintu dua kali putar (2 level).
 3 buah engsel pintu untuk setiap daun pintu
5. Jendela kaca mati kerangka kayu terdiri dari kerangka kayu kelas II ukuran 3/7 cm
dan kaca bening tebal 3 mm
6. Perlengkapan-perlengkapan yang harus dipasang pada jendela ialah :
 2 buah engsel jendela setiap daun jendela
 2 buah grendel setiap daun jendela
 2 buah hak angin setiap daun jendela
 1 buah tarikan/handle setiap daun jendela
7. Pemasangan daun pintu dan jendela agar diperhatikan supaya dapat dibuka dan ditutup
dengan baik dan sempurna.
8. Papan jalusi untuk pintu/jendela dibuat dari kayu kelas II dengan ukuran penampang
3/7 cm dipasang mendatar dengan jarak 7,5 cm
1.6 Pekerjaan Rangka Atap
1. Rangka atap dari balok kayu kelas II dengan ukuran :
 Balok kuda-kuda ukuran 4/8 cm

 Balok gording ukuran 4/8 cm


 Balok ring ukuran 4/8 cm
 Balok ikatan angin dengan ukuran 2 x 4/8 cm
 Balok nok ukuran 8/8 cm
2. Kuda-kuda dipasangkan pada balok ring dan diatas kedudukan tiang utama diperkuat
dengan menggunakan angkur yang ukurannya sesuai dengan ukuran penampang balok.
3. Antara kuda-kuda yang satu dengan yang lain dihubungkan, diperkuat dengan
balok ikatan angin dari balok kelas II ukuran 5/7 cm (sesuai dengan gambar)
4. Balok gording dipasang berdiri diatas kaki kuda-kuda dengan diberi tahanan
menggunakan klos gording ukuran 4/8 cm panjang 20 cm diperkuat dengan dipaku pada
kaki kuda-kuda.
5. Setiap sambungan dari balok mendatar agar diperhitungkan supaya letak sambungan
berada diatas tumpuan balok dibawahnya, supaya balok yang disambung tetap mampu
berfungsi sebagaimaan mestinya.
6. List plank dibuat dari papan kelas II dengan ukuran penampang 3/30 cm diserut sampai
halus, pemasangan harus benar-benar lurus dan menutupi gording dan ujung kaki kuda-
kuda sesuai dengan gambar, pemakuan dilakukan pada setiap jarak 1 meter dengan
jumlah paku minimal 2 buah pada setiap tempat pemakuan.
1.7 Pekerjaan Penutup Atap
1. Bahan-bahan penutup atap untuk seluruh bangunan adalah seng gelombang BJLS 20
dengan syarat harus seragam untuk seluruh bangunan.
2. Pemasangan atap seng dengan pertindihan kesamping kiri dan kanan minimal 1,5
gelombang sedangkan pertindihan keatas dan kebawah minimal 15 cm.
3. Pemakuan harus menggunakan paku seng yang dipakukan pada gording ketentuan
sebanyak 6 buah paku untuk setiap 1 lembar seng
4. Bubungan menggunakan seng plat BJLS 20 dipasang dengan diberi papan dibagian
dalamnya dan dipaku pada gording menggunakan paku seng dan harus dapat menjamin
tidak akan terjadi kebocoran-kebocoran melalui sela- sela gelombang seng yang ada
dibawahnya
5. Semua pemasangan dari atap seng seperti tersebut diatas agar diperhatikan supaya
alur-alur sambungan satu sama lain lurus sehingga benar-benar mendapat penutup atap
yang lebih baik dan rapi.

1.8 Pekerjaan Plafon


1. Gantungan plafon dari kayu kelas II dengan ukuran kayu 4/6 cm dipasang dibawah
balok tarik dengan mengikuti pola pemasangan penutup plafon dengan jarak 60 cm
dan 120 cm mengikuti nat plafon.
2. Penutup plafon/langit-langit dan tripleks dengan ukuran 120 x 120 cm dipasang dengan
dinat sebesar 0,5 cm harus lurus dan sama besarnya serta paku yang digunakan adalah
paku tripleks. Pemasangan plafon harus benar- benar lurus agar mendapatkan plafon
yang rata dan datar.
1.9 Pekerjaan Cat
1. Pekerjaan pengecatan dilakukan pada semua kusen-kusen, daun pintu / jendela,
bingkai-bingkai kaca dan list plank.
2. Bagian-bagian yang memerlukan pendempulan, pengecatan menie, plamur dan
penghalusan harus dilaksanakan dengan rata dan baik.
3. Jenis cat kayu yang dipergunakan adalah cat yang sekualitas dengan Glotex cat warna
ditetukan kemudian oleh Direksi/Supervisi.
4. Pekerjaan cat yang kemudian retak-retak atau tidak rata harus diperbaiki / diulang
lagi.
5. Semua dinding yang tampak harus di cat sekualitas dengan Glotex cat warna ditentukan
kemudian oleh Direksi/Supervisi.
6. Pekerjaan pengecatan dapat dilaksanakan sesudah disetujui oleh Direksi / Supervisi
dalam hal ini selain jenis / kualitas cat yang dipakai juga jenis/kualitas bahan yang
akan dicat.
1.10 Pekerjaan Sanitasi
1. Yang temasuk dalam pekerjaan Sanitasi ialah :
 Instalasi air bersih
 Instalasi dan jaringan-jaringan pipa air minum/air bersih dilaksanakan pada
seluruh bangunan fasilitas umum.
 Jaringan-jaringan pipa air bersih disesuaikan dengan keadaan kebutuhan
bangunan setempat sesuai dengan titik stop kran/bak air penampungan yang
tersedia, pipa yang dipergunakan adalah pipa PVC kelas AW diameter
¾“ jenisnya lihat gambar atau petunjuk Direksi/Supervisi
2. Instalasi air kotor
 Instalasi dan jaringan air kotor dari KM/WC dibuang melalui pipa PVC diameter
4 “ (10 cm) disalurkan ke septic tank, limbah dapur dibuang melalui pipa PVC
dimeter 7,5 cm kesaluran luar / pembuangan umum.
 Pemasangan pipa air kotor tidak boleh horizontal harus dengan
kemiringan minimal 2% menurun kearah pembuangan.
3. Pekerjaan septic tank
 Bak penampung pembuangan/septic tank dibuat dari Kayu Belian
Semperan dengan Ukuran 1 x 1 x 2 meter.
 Pada bagian penutup lubang diberi pelepas dengan ukuran diameter 1,5“
setinggi minimal 200 cm dari atas permukaan tanah dan pada ujung
bagian atas diberi penyambung pipa T (seperti gambar).
4. Bak Mandi
Bak Mandi terbuat dari bahan Fiber Glas dengan Ukuran Volume 300 liter dengan
kondisi terpasang dengan baik.
1.11 Pekerjaan Halaman
Halaman sekitar bangunan diatur sedenikian rupa sehingga besih dan rapih serta bebas dari
sisa-sisa bahan bangunan dan tanah galian.
1.12 Pekerjaan Lain-Lain
1. Apabila terdapat perbedaan ukuran atau keterangan antara gambar dan dokumen ini,
maka yang mengikat adalah gambar, perbedaan ini harus disampaikan kepada
Direksi/Supervisi
2. Hal-hal yang belum tercantum pada syarat-syarat teknis ini akan ditentukan oleh
Direksi/Supervisi

Pasal 2
JADWAL PELAKSANAAN
2.1 Sebelum memulai pekerjaan nyata di lapangan pekerjaan, Kontraktor wajib membuat rencana
pekerjaan pelaksanaan dan bagian-bagian pekerjaan berupa Bart - chart dan kurva S yang
telah mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Direksi/Konsultan Pengawas.
2.2 Kontraktor wajib memberikan salinan rencana kerja rangkap 4 (empat) kepada
Direksi/Konsultan Pengawas. Satu salinan rencana kerja harus ditempel pada dinding bangsal
Kontraktor di lapangan yang selalu diikuti dengan grafik kemajuan pekerjaan (prestasi kerja) di
lapangan.
2.3 Konsultan Pengawas akan menilai prestasi pekerjaan Kontraktor berdasarkan rencana kerja
tersebut.

Pasal 3
KUASA KONTRAKTOR DI LAPANGAN
3.1 Di lapangan, Kontraktor wajib menunjukan seorang kuasa Kontraktor atau biasa disebut
PELAKSANA LAPANGAN yang cakap untuk memimpin pelaksanaan pekerjaan di lapangan
dan mendapat kuasa penuh dari Kontraktor, berpendidikan minimum STM jurusan bangunan
yang berpengalaman minimal lima tahun. Penunjukan tugas tenaga ahli yang bertugas di
lapangan tersebut ditujukan kepada Pemberi Tugas.
3.2 Dengan adanya pelaksanaan lapangan, tidak berarti bahwa Kontraktor lepas tanggung jawab
sebagian maupun keseluruhan kewajibannya.
Pasal 4
TEMPAT TINGGAL (DOMISILI) KONTRAKTOR
4.1 Untuk menjaga kemungkinan diperlukan kerja diluar jam kerja (lembur) apabila terjadi hal-hal
yang mendesak, Kontraktor atau pelaksanaan wajib memberitahukan secara tertulis alamat
lengkap dilokasi kepada Pemberi Tugas dan Konsultan Pengawas.
4.2 Alamat Kontraktor atau pelaksanaan diharapkan tidak berpindah-pindah selama pekerjaan. Bila
terjadi perubahan alamat, Kontraktor pelaksana wajib memberitahukan secara tertulis.

Pasal 5
DOKUMENTASI DAN PELAPORAN
5.1 Selama berlangsung pekerjaan, Penyedia Jasa akan menyiapkan dan melaksanakan
dokumentasi seluruh pekerjaan utama, posisi dan jumlah lokasi yang akan di dokumentasikan
beradsarkan perintah / petunjuk dari drireksi atau pengawas lapangan. Dokumentasi
pekerjaan diambil sebelum (0%), sedang (50%) dan stetlah pekerjaan selesai dilaksanakan
(100%). Membuat Laporan Harian, Mingguan dan Bulanan untuk mengetahui kemajuan /
presentasi pekerjaan yang telah dilaksanakan.

Pasal 6
PEKERJAAN TAMBAH / KURANG
6.1 Tugas mengerjakan pekerjaan tambah/kurang diberitahukan dengan tertulis atau ditulis dalam
buku harian oleh Konsultan Pengawas serta persetujuan Pemberi Tugas.
6.2 Pekerjaan tambah/kurang hanya berlaku bila memang nyata-nyata ada perintah tertulis dari
Konsultan Pengawas atau atas persetujuan Pemberi Tugas.
6.3 Biaya pekerjaan tambah/kurang akan diperhitungkasn menurut daftar harga satuan pekerjaan,
yang dimasukkan oleh Kontraktor sesuai AV 41 artikel 50 dan 51 yang pembayarannya
diperhitungkan bersama dengan angsuran terakhir.
6.4 Untuk pekerjaan tambah yang harga satuannya tidak tercantum dalam harga satuan yang
dimasukkan dalam penawaran harga satuannya akan ditentukan lebih lanjut oleh Konsultan
Pengawas bersama-sama Kontraktor dengan persetujuan Pemberi Tugas.
6.5 Adanya pekerjaan tambahan tidak dapat dijadikan alasan sebagai penyebab kelambatan
penyerahan pekerjaan, tetapi Konsultan Pengawas/bimbingan teknik pembantu (BTP) dapat
mempertimbangkan perpanjangan waktu karena adanya pekerjaan tambahan tersebut.
Pasal 7
PEKERJAAN LAIN-LAIN
7.1 Lingkup pekerjaan.
Lingkup pekerjaan ini adalah termasuk didalamnya penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan,
peralatan serta alat bantu lainnya yang digunakan dalam pekerjaan ini sehingga diperoleh
hasil pekerjaan yang dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
7.2 Cara pelaksanaan.
1. Sebelum melaksanakan pekerjaan ini, Kontraktor harus terlebih dahulu memberitahukan
kepada Konsultan Pengawas/Direksi lapangan.
2. Dalam melaksanakan pekerjaan ini, Kontraktor hendaknya dapat memastikan bahwa
pekerjaan dalam posisi yang benar hingga dapat dijamin hasil pekerjaan sesuai dengan
gambar rencana.

Pasal 8
KETENTUAN TAMBAHAN DAN PENUTUP
8.1 Segala sesuatu yang belum tercantum pada Rencana Kerja dan Syarat-syarat teknis (RKS) ini
dan pada penunjukan ternyata dipergunakan, maka akan dicantumkan dalam Berita Acara
Penjelasan Pekerjaan.
8.2 Pemborong dalam melaksanakan pekerjaan harus melengkapi dan menyediakan peralatan-
peralatan tambahan yang diperlukan, walaupun tidak digambar atau disebutkan dalam
Rencana Kerja dan Syarat-syarat teknis (RKS) ini, sehingga dapat bekerja dengan baik serta
dapat dipertanggung jawabkan.
8.3 Pemborong dalam melaksanakan pekerjaan yang diborong ini, harus menempatkan tenaga
pelaksana berpengalaman dan pekerja / ahli sesuai dengan bidang masing-masing.
8.4 Jika masih ada pekerjaan lain yang belum masuk/terlupakan menurut analisa pemborong
dalam BQ (lampiran buku RKS), maka pemborong berhak menambahkan atau merubahnya
karena BQ yang dibuat hanya sebagai acuan penawaran (RAB). Hal-hal yang timbul dalam
pelaksanaan dan diperlukan penyelesaian di lapangan akan dibicarakan dan diatur oleh
Pemberi Tugas.

Anda mungkin juga menyukai