Bab 1. Analisa Sistem Tenaga Listrik
Bab 1. Analisa Sistem Tenaga Listrik
Gambar 1.1 dibawah ini memperlihatkan secara skematis urutan dan fungsi-fungsi
pembangkitan, transmisi dan distribusi suatu sistem penyediaan tenaga listrik.
Arah Energi
Gambar 1.1
Skema prinsip penyediaan tenaga listrik
2. Mengetahui besarnya tegangan pada setiap bus (rel) dari suatu sistem tenaga
listrik.
3. Menghitung aliran-aliran daya, baik daya nyata maupun daya reaktif yang mengalir
dalam setiap saluran, dan memeriksa apakah semua peralatan yang ada dalam
sistem cukup besar untuk menyalurkan daya yang diinginkan.
4. Efek penataan kembali rangkaian-rangkaian dan penggabungan sirkit-sirkit baru
pada pembebanan sistem.
5. Kondisi-kondisi berjalan dan distribusi beban sistem yang optimum.
6. Kerugian-kerugian sistem yang optimum.
7. Rating tranformator dan tap range tranformator yang optimum.
8. Perbaikan dan pergantian ukuran konduktor dan tegangan sistem.
Sebagai tambahan dari data input dan data output seperti yang disebutkan diatas ada
beberapa point lain yang harus diperhatikan dalam perhitungan aliran daya, seperti
nilai kapasitas panas dari tiap-tiap peralatan seri dan setiap saluran transmisi dan
interval fluktuasi teganagan tiap-tiap bus yang diizinkan (meskipun tidak selamanya
diinput secara langsung). Beberapa hal dapat dipelajari dari perhitungan aliran daya.
Studi aliran daya dalam menunjang keberhasilan operasi yang optimal amat penting,
karena disamping dapat digunakan dalam perumusan dan solusi masalah yang akan
dibahas juga bertujuan untuk menentukan besarnya arus, daya dan faktor daya serta daya
reaktif di berbagai titik pada sistem daya yang dalam keadaan berlangsung atau diharapkan
untuk operasi normal.
Oleh sebab itu studi aliran daya sangat diperlukan dalam perencanaan serta
pengembangan sistem di masa-masa yang akan datang karena operasi yang memuaskan
pada sistem tenaga adalah bergantung kepada pengenalan serta pengetahuan dari akibat
adanya beban-beban, unit-unit pembangkit serta saluran transmisi baru, sebelum semuanya
dapat direalisasikan.
Untuk itu dalam menganalisa studi aliran daya fokus utama tertuju pada busnya dan bukan
pada generatornya. Dalam studi aliran daya dikenal berbagai bus antara lain :
1. Bus Referensi
Adalah bus yang mempunyai besaran V tegangan dengan harga skalarnya dan
sudut fasa tegangan (v) dengan titik nol sebagai referensinya.
2. Generator Bus (Bus Pembangkitan)
Adalah bus yang diketahui daya nyata (P) dan tegangan V pada harga
skalarnya.
3. Bus Pembebanan
Adalah bus yang diketahui daya aktif beban (PL) dan daya reaktif beban (QL).
Z x 1000 x MVAdasar pu
Impedansi perunit =
(kV)2
MVAdasar
Arus dasar = Amp
3 . kVdasar
2
MVAbaru
Z pu (baru) = kVdasar * p.u
Zpu(awal) *
kVbaru
MVAdasar
Contoh :
Suatu sistem tenaga listrik dipasok dari Trafo 150/20 kV di Gardu induk, dengan
kapasitas 60 MVA mempunyai jaringan 20 kV dengan impedansi 10 Ohm , akan dicari
nilai per unitnya.
60 MVA
ZL = 10 Ohm
150 kV 20 kV
Tap trafo
154/19 kV
Pengubah Tap
Gambar 1.2
Lilitan transformator dengan pengubah kedudukan tap dalam keadaan
berbeban di lilitan tegangan tinggi
otomatis yang mengindera tegangan yang keluar dari transformator untuk selanjutnya
dipakai untuk memberi komando perubahan tap transformator dalam rangka menjaga
agar tegangan yang keluar dari transformator mempunyai nilai yang konstan.
Apabila ada dua atau lebih transformator yang beroperasi paralel dan masing-masing
dilengkapi dengan pengatur tegangan otomatis, perlu ditentukan transformator mana
yang memberi komando sedangkan yang lain menjadi pengikut (follower).
Pengaturan tegangan secara operasional sering dilakukan dengan mengatur kedudukan
tap transformator. Tap transformator yang dapat dirubah dalam keadaan berbeban (on
load tap changer) umumnya terletak di sisi tegangan tinggi.
Dalam keadaan operasi normal di GI, umumnya daya mengalir dari sisi tegangan
tinggi ke sisi tegangan yang lebih rendah. Namun dalam keadaan darurat misalnya
dalam proses mengatasi gangguan dapat terjadi situasi bahwa tegangan harus dikirim
dari sisi tegangan yang lebih rendah ke sisi tegangan yang lebih tinggi. Dalam hal
proses pengiriman tegangan yang arahnya terbalik dari biasanya, harus diperhatikan
bahwa arah pengaturan tap transformator juga terbalik. Misalnya pada gambar 1.1
apabila tegangan datang dari sisi tegangan yang lebih tinggi ke sisi tegangan yang lebih
rendah, apabila tegangan yang diterima hendak dinaikkan, tap harus digerakkan ke
bawah. Tetapi apabila arah datangnya tegangan dibalik, yaitu dari sisi tegangan yang
lebih rendah ke sisi tegangan yang lebih tinggi maka apabila tegangan yang diterima
hendak dinaikkan, tap harus digerakkan ke atas.
Bagian ini menjelaskan metode pengukuran tegangan dari sistem tenaga. Untuk
pengukuran level tegangan sistem tenaga :
1. Metode pengukuran berdasarkan pengukuran daya reaktif yang disuply ke sistem
2. Metode pengukuran berdasarkan rasio tegangan yang digunakan.
Kedua metode dapat disimpulkan kedalam tabel dibawah ini (dalam keadaan
pengukuran terus-menerus atau tidak, interval pengukuran dan fitur pengukuran.
1.3.3.Saluran Transmisi
Untuk kawat transmisi dapat digolongkan berdasarkan panjang salurannya, yaitu :
(William. D. Stevenson. 1984. hal : 100)
a. Saluran pendek (< 80 km)
b. Saluran menengah (80 - 250 km)
c. Saluran panjang (> 250 km)
a I I c
1 2
d
I I
e 4 f 3 g
+ + +
- - -
Gambar 1.3
Jaringan sederhana tenaga listrik
E 2 Z 21 I1 Z 22 I 2 Z 23 I 3 Z 24 I 4 ........ (I.3)
E3 Z 31 I1 Z 32 I 2 Z 33 I 3 Z 34 I 4
E 4 Z 41 I1 Z 42 I 2 Z 43 I 3 Z 44 I 4
2
Y Y
1 Y 3
Ya c Yb
4
e d
Y
Y Y
g
f h
Gambar 1.4
Jaringan dengan 5 titik simpul
I1 E1 (Y f Ya Ye ) E 2 Ya E 4 Ye ........ (I.5)
Pada simpul 2
(E 2 E1 ) Ya (E 2 E3 ) Yb (E 2 E 4 ) Yc 0 ........ (I.6)
Dari persamaan (2.3) dan (2.8) didapat perumusan dalam bentuk matrik yaitu:
- Untuk persamaan (2.3)
E1 Z11 Z12 Z13 Z14 I1
E 2 Z 21 Z 22 Z 23 Z 24 I 2
........ (I.9)
E Z Z 32 Z 33 Z 34 I 3
3 31
E 4 Z 41 Z 42 Z 43 Z 44 I 4
Untuk memudahkan notasi pada solusi, maka dari persamaan-persamaan (I.9) dan
(2.10) matrik tersebut dapat diwakili menjadi :
I1 E1
I
I 2 dan E
E2 ........ (I.11)
I E
3 3
I4 E4
gambaran mengenai aliran daya ini, diperlukan suatu perhitungan yang biasa disebut
sebagai perhitungan aliran daya. Perhitungan aliran daya ini perlu dilakukan karena
yang diketahui adalah beban daya aktif dan beban daya reaktif yang ada pada setiap
GI atau simpul dalam sistem.
in
P V V Y Cos θ δ δ ........ (I.10)
i ji i j ij ij j i
in
Q V V Y Sin θ δ δ ........ (I.11)
i ji i j ij ij j i
dengan i 1, 2, 3, , n
Dalam membentuk perumusan ini diperlukan suatu teknik pemecahan solusi aliran
daya. Sedangkan untuk menghitung aliran daya dapat dipergunakan beberapa
metode antara lain :
1. Metode iterasi Gauss dengan menggunakan matrik admitansi bus atau
matrik impedansi bus.
2. Metode iterasi Gauss – Sheidel yang merupakan pengembangan dari
metode iterasi Gauss.
3. Metode Newton – Raphson dengan menggunakan matrik admitansi bus.
4. Metode Fast Decoupled yang merupakan penyederhanaan dari metode
Newton Raphson.
1 1
K f Χ 0 ΔΧ , Χ 0 ΔΧ , , Χ n
1 2 2
0 ΔΧ
n 0 ........ (I.14)
K f 0 f 0 f
0 0
ΔΧ 0
f
1 1 1 1
1
Χ Χ Χn
1 2
f 0 f
0
f
0
0
2 2 2
0
K f
2 Χ Χ Χ n ΔΧ 2 ........ (I.16)
1 2
fn 0 fn
0 0
fn
K f n0 ΔΧ 0
Χn n
Χ1 Χ
2
atau :
K f 0 J0 ΔΧ ........ (3.17)
dengan :
J0 = matrik Jacobian
ΔΧ = matrik perubahan nilai (vektor koreksi)
Dengan melihat persamaan (3.17) maka uraian pada butir a sampai dengan butir b
dapat dinyatakan sebagai berikut : f untuk daya nyata ditulis sebagai fiP dan fi
i
untuk daya reaktif ditulis sebagai fiQ , selanjutnya diperoleh :
P1 P1 P1 P1
V
δ δn Vn
1 1
J1 J2
P
Pn Pn Pn
n
δ 1 δ n V1 Vn
Q1 Q1 Q1 Q1
δ δn V1 Vn
1
J3 J4
Q
Qn Qn Qn
n
δ 1 δ n V1 Vn
Proses iterasi dilakukan dengan jalan menentukan invers dari matrik Jacobian
untuk menentukan nilai koreksi. Selanjutnya setelah nilai koreksi di dapat, maka
proses iterasi dilakukan dengan mencoba nilai baru dari V dan yang besarnya =
nilai percobaan pertama ditambah nilai koreksi yang didapat Untuk simpul referensi
besar sudut dan tegangan sudah ditentukan, nilai daya aktif dan daya reaktif dihitung
setelah semua proses untuk metode optimasi pada setiap simpul selesai.
transformator) dapat rusak jika tidak terpasang alat pengaman atau setting pengaman yang
tidak tepat ?
Pada gambar dibawah terlihat proses terjadinya suatu gangguan. Sebutlah sebuah
pohon besar tumbang dan menimpa salah satu kawat penghantar, akhirnya kawat tersebut
putus. Pada saat kawat tersebut putus, kawat tersebut membelit kedua kawat phasa lainnya,
dan ketiganya menyentuh tanah. Sehingga pada titik gangguan terjadi tegangan 0 (Nol). Hal
ini sesuai dengan hukum Kirchoff, bahwa tegangan tanah diasumsikan nol terhadap
tegangan phasa. Pada saat tersebut, terjadi beda tegangan yang sangat besar antara titik
gangguan dengan GI/ Busbar terdekat, sehingga mengalirlah arus hubung singkat/
gangguan yang besar, baik dari sumber pasokan (incoming), maupun dari penghantar di
sekitarnya. Sebutlah di dekat titik gangguan terdapat transformator. Karena gangguan
tersebut pada transformator mengalir arus yang sangat besar, karena seolah-olah terdapat
beban yang sangat besar dekat transformator tersebut. Dengan mengalirnya arus yang
sangat besar tersebut, yang jauh melebihi kemampuan hantar arus kumparan/ belitannya,
terjadilah pemanasan berlebih pada belitan tersebut, isolasi rusak, yang pada akhirnya dapat
membuat transformator tersebut rusak, meledak dan terbakar. Secara statistik, hal lini sudah
beberapa kali terjadi pada jaringan di PLN.
B
A
B A
Dari kejadian tersebut kita dapat menganalisa bahwa kita sangat sulit mencegah
terjadinya gangguan di alam (seperti pohon tumbang), tetapi kita dapat mencegah
meluasnya gangguan tersebut atau mencegah terjadinya arus berlebih pada peralatan,
dengan pemakaian peralatan pengaman serta seting peralatan tersebut secara optimal.
40 kA
- Generator(reaktansi)
Setiap unit pembangkit dimodelkan atas sumber tegangan serta impedansi dalam
unit pembangkit tersebut
Gambar :
R1 X’d
- Transmisi (impedansi)
Setiap transmisi/ penghantar dimodelkan atas impedansi penghantar tersebut sesuai
panjang hantarannya.
Gambar :
R1 X
X = reaktansi ekivalen
R = resistansi ekivalen
- Trafo (impedansi)
Setiap transformator dimodelkan atas ratio tegangan serta impedansi hubung singkat
transformator tersebut sesuai ratio tegangannya.
Gambar :
R1 X
V1/V2
R R
S S
T T
If3F If2F
R R
S S
T T
If2FT If2FR
If1F-tanah
If2F-tanah
Jaringan sistem tenaga listrik sederhana, seperti terlihat pada gambar II.6 dibawah
ini, dipasok dari arus bolak balik. Impedansi hubung singkat ZSC (short circuit) terdiri dari
tahanan (R) dan reaktansi (X), yang diperoleh dari penjumlahan impedansi sumber, trafo
tenaga dan jaringan tenaga listrik, dimana besar kecilnya nilai impedansi sumber, trafo
tenaga dan tergantung pada luas penampang jaringan serta jarak titik gangguan hubung
singkat ke sumber.
R X
I A
ZSC
S
Zbeban
e
B
Gambar 1 6: jaringan sistem tenaga listrik
Impedansi beban (Zbeban) tersambung pada sistem tenaga listrik , Bila saklar S ditutup, maka
akan mengalir arus I dari sumber yang besarnya tergantung pada kapasitas dari beban (VA,
Watt atau ohm).
Saat jaringan beroperasi terjadi hubung singkat antara titik A dan B, maka timbul arus
gangguan hubung singkat pada jaringan tersebut. Dalam hal ini kapasitas beban tidak
berpengaruh pada arus gangguan, yang berpengaruh adalah kapasitas sumber, impedansi
sumber dan jaringan tenaga listrik menjadi impedansi hubung singkat. Besarnya impedansi
hubung singkat, sebagai berikut:
ZSC = (R 2 X 2 (I.21)
Dimana:
ZSC = impedansi hubung singkat (ohm,pu)
R = Tahanan sistem (ohm,pu)
X = Reaktansi sistem (ohm, pu)
Dalam sistem tenaga listrik, reaktansi X = 2f.L nilainya jauh lebih besar dari tahanan (R) ,
perbandingan antara R dan X atau R/X antara 0,1 s/d 0,3(1). Nilai R/X hampir sama dengan
nilai Cos, dimana nilainya adalah
R
Cos = (I.22)
R X2
2
Secara umum kondisi kenaikan/transient arus hubung singkat berbeda, tergantung lokasi titik
gangguan hubung singkat dan jauh atau dekatnya generator dari titik gangguan. Jika
gangguan dekat generator yang dominan adalah impedansi generator, tetapi kalau
gangguan jauh dari generator yang dominan adalah impedansi generator, trafo dan jaringan.
Penjelasan gangguan hubung singkat pada sistem tenaga listrik dijelaskan. sebagai berikut:
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 17
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan 1. ANALISA SISTEM TENAGA LISTRIK
Dimana:
= Sudut fase ( arus berpengaruh pada tegangan)
t = Waktu
Saat terjadi gangguan hubung singkat, tegangan dapat di nyatakan sebagai berikut:
u = E 2 .sin(t+) (I.27)
Dari persamaan I.24., I.25, I.26 dan I.27 dapat diekpresikan dalam bentuk gelombang
seperti terlihat pada gambar 1.7
I
Kurva arus gangguan
iac=Isin(t+-)
I
t
α
idc=-Isin(-)e-R/ L t i = iac + idc
ω
Dari pengembangan arus gangguan hubung singkat seperti pada persamaan (II.8), yang
telah diekspresikan, diperoleh:
R
E 2 t
i= [ sin(t + - ) – sin (-) e L ] (I.28)
Z
Dengan dua komponen, dimana arus bolak-balik tergantung pada nilai yang
berpengaruh pada tegangan dan komponen kedua sebagai aperiodik yang waktu (t)
menuju nol (zero), hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
Bila : = = /2 dikatakan simetris (seimbang), Arus gangguannya, sebagai berikut:
E 2
I= sin (t) (I.29)
Z
Dimana gelombang sinusoidalnya mempunyai nilai sama dengan puncak gelombang
= E/Z. Hal inilah yang dikatakan sebagai gangguan simetris. Dari persamaan I.28 &
I.29 dapat digambar gelombang arus dan tegangannya seperti terlihat pada gambar
I.8.
I,V
I V2
i = iac + idc
adalah faktor yang ditentukan oleh nilai R/L atau R/X. Gelombang sinusoidal yang
terjadi mempunyai nilai tidak sama pada puncak gelombangnya, hal ini yang
dikatakan sebagai gangguan yang tidak simetris. Seperti terlihat pada gambar I.9.
Arus Ip dari gangguan tidak simetris, diperhitungkan untuk menentukan making
capacity dari pengaman (circuit breaker) dan electrodynamic forces dari instalasi
listrik di Pusat Listrik atau Gardu Induk.
Arus Ip , diperhitungkan dari rms arus hubung singkat maksimum simetris
(I”k ), sebagai berikut: (1)
IP = k. 2 .I”k (I.31)
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 19
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan 1. ANALISA SISTEM TENAGA LISTRIK
Dimana:
IP = Arus maksimum (puncak pertama), saat terjadi gangguan hubung singkat
asimetris
I”k = Arus hubung singkat maksimum simetris.
k = faktor koefisien, untuk menentukan besarnya puncak arus gangguan
hubung singkat(1), yang diperoleh dari gambar II.9 sebagai fungsi dari ratio
R/X atau R/L.
R
3
L
= 1,02 + 0,98 e
Ip
i = iac + idc u
idc
i = iac + idc
Gambar 1.9: Grafik tidak simetris untuk arus & tegangan saat gangguan
hubung singkat.
a) t (detik)
b) t (detik)
c) t (detik)
d) t (detik)
e) t (detik)
Catatan:
Penurunan reaktansi generator secara cepat dari komponen tidak periodik (aperiodic),
dapat menyebabkan kejenuhan (saturation) dari rangkaian maknetik generator yang
menjadi penyebab timbulnya beberapa periode sebelum arus mencapai titik nol.
Masing-masing reaktansi, memperoleh nilai tertinggi dari langkahnya seperti terlihat pada
gambar II.10a, II.10b, II.10c. Tetapi setiap perubahan langkah ada penurunan seperti
reaktansi transient berkurang dari reaktansi subtransient, selanjutnya berkurang ke
reaktansi synchronous. Seperti terlihat pada gambar II.10d, dimana efek tersebut
adalah:
Tiga komponent arus bolak balik (subtransient, transient dan steady state).
Komponen aperiodic dihasilkan dari arus yang terdapat pada rangkaian listrik
(induktif).
Dari hal tersebut diatas, dapat diekspresikan dalam bentuk matematik sebagai berikut:
1 1 t/Td" 1 1 t/Td'
i(t) E 2 cosω t E 2 e t/Ta
1
e e (I.32)
X " X ' X' Xd Xd "
d d d Xd
Dimana:
E = Tegangan rms fase-netral pada terminal generator.
X”d = Reaktansi subtransient
X’d = Reaktansi transient
Xd = Reaktansi synchronous (steady state)
T”d = Waktu konstant subtransient
T’d = Waktu konstant transient
Ta = Waktu konstan aperiodic.
Jadi saat terjadi gangguan hubung singkat ada waktu tunda, untuk membukanya circuit
breaker dan gelombang gangguan hubung singkat menurun dari subtransient ke
transient yang diperhitungkan sebagai waktu t = tmin seperti terlihat pada gambar 1.11
(sebelum steady state), circuit breaker mulai membuka. Nilai Transient dari gangguan
hubung singkat dipergunakan untuk relai proteksi (perhitungan arus gangguan hubung
singkat).
Menurut teori Fortescue, Dalam sistem tak seimbang yang terdiri dari n buah pasor
yang saling berhubungan dapat diu-raikan menjadi n buah sistem dengan pasor seimbang,
ini dikatakan sebagai komponen simetris (symmetrical component).
Jadi tiga pasor tidak seimbang (three unbalanced phasors) dari suatu sistem tiga fase dapat
diuraikan menjadi tiga sistem pasor seimbang, dimana komponen-komponennya, sebagai
berikut:(2)
a. Komponen urutan positif (positive sequence components), yang terdiri dari tiga pasor
yang sama besarnya dalam magnitude, dimana masing-masing terpisah satu dengan
lainnya dalam sudut fase 1200 dan mempunyai urutan (squence) fase sama seperti pasor
aslinya.
b. Komponen urutan negatif (negative sequence components), adalah terdiri dari tiga pasor
yang sama besarnya dalam magnitude, dimana masing-masing terpisah satu dengan
lainnya dalam sudut fase 1200 dan mempunyai urutan fase yang berlawanan dengan
pasor aslinya.
c. Komponen urutan Nol (Zero sequence components) adalah terdiri dari dari tiga pasor
yang sama besarnya dalam magnitude, dengan pergeseran fase nol (zero) antara pasor
yang satu dengan yang lain.
Secara umum, bahwa notasi untuk penyelesaian komponen sime- tris dalam sistem tiga fase
mempergunakan notasi a , b dan c. Untuk urutan fase tegangan atau arus urutan positif
adalah abc dan urutan negatif adalah acb.
Jika pasor aslinya adalah tegangan, maka tegangan tersebut dapat dinyatakan dengan V a,
Vbdan Vc.
Jadi pada komponen-komponen urutan seperti pernyataan diatas untuk tegangan dapat
dinyatakan sebagai berikut:
Tegangan urutan positif : Va(1), Vb(1), Vc(1) atau dapat ditulis
Va1 , Vb1 , Vc1
Tegangan urutan negatif: Va(2), Vb(2), Vc(2) atau dapat ditulis
Va2 , Vb2 , Vc2
Tegangan urutan Nol : Va , Vb(0), Vc(0) atau dapat ditulis
(0)
Dan
1
V0 = (Va + Vb + Vc)
3
1
V1 = (Va + a Vb + a2Vc) (I.34)
3
1
V2 = (Va + a2Vb + aVc)
3
Persamaan 1.33 dan 1.34 dapat di jelaskan seperti terlihat pada gambar II.35, yang mana
tegangan Va, Vb, dan Vc dapat diselesaikan dari ketiga tegangan urutan: V0, V1 dan V2.
+
Vc
-
[a] - +
Va a
-
Vb
c
+
a2V2
+ Vc
- aV1
+
-
V0
+ + +
- V0 V2 a
V1
- - - -
[b] V0
- Va
+
a2V 1
- + Vb
aV2
+
b
c c c
+ + +
V0 aV1 a 2V 2
[c]
- - + a - - + a - - + a
V0 V1 V2
- - -
V0 a 2V 1 a 2V 2
+ + +
b b b
aV1 a2 V2
c b
[d] V0
(a,b,c)
V1 V2
a a
a2 V1 aV2
b c
Komponen Komponen urutan Komponen urutan
urutan Nol positif negatif
Gambar I.12: [a], [b], [c] & [d] adalah komponen simetris dari vektor tegangan
untuk urutan positif, urutan negatif dan urutan nol
Dengan bantuan operator a = 1120 0 dan a2 = 1240 0 , maka persamaan I.13, dapat
diperoleh sebagai berikut:
Besarnya impedansi urutan positif dan urutan negatif tergantung dari pabrikan dimana Z (1) =
Z(2), kecuali untuk Z(0) tergantung pada putaran mesin dan masing-masing elemen dari
peralatan listrik seperti terlihat pada tabel I.3.
Tabel 1.3: karakteristik urutan Nol (zero sequence) dari variasi elemen pada sistem tenaga
listrik(1)
Elemen Z(0)
Trafo :
(dilihat dari sisi sekunder)
Tanpa pembumian
Yyn atau Zyn: free flux
forced flux 10 s/d 15 X(1)
Dyn atau YNyn X(1)
Dzn atau Yzn 0,1 s/d 0,2 X(1)
Generator:
Sinkron 0,5 Z(1)
Asinkron 0
Jaringan 3 Z(1)
1. Hubungan trafo y - d
P Zo Q
P Q
reference
2. Hubungan trafo -D
P P Zo
Q Q
reference
3. Hubungan trafo
Zo
P Q - P Q
reference
4. Hubungan trafo -
P Q P Zo Q
reference
5. Hubungan trafo D - D
P Q P Q
Zo
reference
Contoh:
Bagaimana menggambarkan rangkaian urutan Nol pada sistem tenaga listrik dengan
bermacam-macam hubungan belitan pada trafo dan generator
CATATAN:
1. Dalam sistem simetris, perbedaan arus dan tegangan dari masing-masing urutannya
tidak saling mempengaruhi. Misal: arus urutan positif hanya dihasilkan dari jatuh
tegangan urutan positif , arus urutan negatif hanya dihasilkan dari jatuh tegangan urutan
negatif dan arus urutan nol hanya dihasilkan dari tegangan urutan nol.
2. Dalam sistem 3 fase 3 kawat, tidak ada arus urutan Nol yang mengalir pada penghantar
fase.
3. Ini karena I0 = (1/3) (Ia + Ib + Ic), oleh karena itu tidak ada arus urutan Nol yang mengalir .
Tetapi pada sistem 3 fase 4 kawat, penghantar netral membawa arus dari beban yang
tidak seimbang In = (Ia + Ib + Ic).
Impedansi urutan positif/negatif dan urutan nol, untuk trafo dengan berbagai macam vektor
group disampaikan pada gambar dibawah ini :
L Z Z H
L H L H L Z Z H
Zn 3Zn L H
H H
L Z Z H
L H L H L Z Z H
L H
L Z Z H
L H L Z Z H
L H
L H
L H L Z Z H
L H Z 3Zn 3Zn Z
Zn Zn L L H H L H
L H
L Z Z H
H L L Z Z H
L H
L H
L Z Z H
L H L H L Z Z H
L H
L Z Z H
L H L H L Z Z H
L H
M M Z
H M Z H H
Z
L Z H
L 3Zn L Z H
L
H L
M Z
M H Z H H
M Z
L L Z H
L Z H
L
L
M H M 3Zn Z
L M M Z H H
Z
L Z H
3Zn L Z H
L
H L
M H M Z
L M Z H H
Z
L Z H
L Z H
L
L
H M Z
M L M Z H H
Z
L Z H H
3Zn L Z
L
H L
ZA
EA
ZB
EB
EC
ZC
selanjutnya:
I a = E a+ /.Z a+
I b = α2.(E a+ /.Z a+)
I c = α.(E a+ /.Z a+)
I HS3φ = E a+ /.Z a+
ZA
EA
ZB
EC
EB
ZC
sehingga :
(α2 - α).V a+ = (α2 - α).Z a- Va+ = Z a-
I a0 = 1/3.(I a + I b + I c ) I a0 = 0
V a0 = - I a0 .Z a0 ; I a0 = 0 V a0 = 0
I a = I a+ + I a- + I a0 I a+ = I a-
selanjutnya:
Ia=0
I b = -(j. √3.E a+) / (Z a+ + Z a-)
I c = (j. √3.E a+) / (Z a+ + Z a-)
ZA
EA
EB ZB
EC
ZC
sehingga :
V a+ = V a- = V a0
selanjutnya:
Ia=0
I b = -(j. √3.E a+).(Z a0 - α.Z a-) / (Z a+.Z a- + Z a+.Z a0 + Z a-.Z a0)
I c = (j. √3.E a+).(Z a0 - α2.Z a-) / (Z a+.Z a- + Z a+.Z a0 + Z a-.Z a0)
V a = 3.E a+ Z a+.Z a0 / (Z a+.Z a- + Z a+.Z a0 + Z a-.Z a0)
Vb=Va=0
EA
ZB
EC EB
ZC
sehingga :
I a+ = I a- = I a0 = 1/3.I a
selanjutnya:
I a+ + I a- + I a0 = I a
I a = 3.I a+
V a = V a+ + V a- + V a0
V a = E a+ - I a+.Z a+ - I a-.Z a- - I a0.Z a0
0 = E a+ - I a+.(Z a+ + Z a- + Z a0)
I a = 3.E a+ / (Z a+ + Z a- + Z a0)
seting yang harus dipasang pada rele pengaman agar peralatan tetap aman dan
sistem pengaman bekerja selektif (bekerja hanya bila terjadi gangguan). Hal ini bila
kita melakukan simulasi gangguan 1 phasa ke tanah.
I
2
1. Panas = R.dt (joule) (I.16)
0
Dari penjelasan diatas, artinya NGR akan rusak jangka waktu 10 detik dengan arus 300
amp.
Sesuai peninjauan lapangan (nameplate) NGR yang terpasang di Gardu induk di
Indonesia adalah:
Secara Mekanis
Mekanis atau gaya tarik menarik/tolak-menolak pada peng-hantar fase yang terganggu
karena adanya frekwensi elektris yang dapat menimbulkan frekwensi mekanis.
Dimana arus gangguan hubung singkat yang terjadi, dapat menimbulkan gaya tarik
menarik atau tolak menolak pada penghantar yang dilalui arus gangguan tersebut.
Misalnya material Busbar pada cubicle, switchgear atau belitan pada transformator
tenaga, material ini harus memiliki kekuatan secara mekanis sehingga tahan terhadap
gaya-gaya tersebut.
Misal: Cubicle 20 kV harus tahan terhadap arus yang keluar dari trafo tenaga
(150kV/20kV) selama 0-40 milli detik (breaking capacity) saat terjadi gangguan hubung
singkat di sistem 20 kV.
S Trafo
IN Trafo = amp
3V
diganti yang disesuaikan dengan kapasitas trafo tenaga yang terpasang. Bila tidak
diganti, kalau ada yang hubung singkat di sistem distribusi (di tegangan 20 kV), cubicle
dengan breaking capacity yang rendah akan meledak, akibat dari kekuatan mekanis
yang timbul saat terjadi gangguan hubung singkat.
CATATAN: Bila trafo tenaga di Gardu Induk di ganti dengan kapasitas yang lebih besar,
perlu diperhatikan, antara lain:
- Breaking capacity pada cubicle outgoing dan cubicle di gardu distribusi.
- Arus thermis pada current transformer yang terpasang pada outgoing feeder dan yang
terpasang pada Pelanggan yang mempunyai daya > 200 kVA.