Anda di halaman 1dari 35

PT PLN (Persero)

Pusat Pendidikan dan Pelatihan 1. ANALISA SISTEM TENAGA LISTRIK

1. ANALISA SISTEM TENAGA LISTRIK

1.1. Sistem Tenaga Listrik


Sistem tenaga listrik (Electric Power System) meliputi 3 komponen, yaitu :
1. Sistem Pembangkitan Tenaga Listrik
Pembangkitan, yaitu produksi tenaga listrik, dilakukan dalam pusat tenaga listrik
atau sentral, dengan menggunakan penggerak mula dan generator.
2. Sistem Transmisi Tenaga Listrik
Transmisi, atau penyaluran adalah memindahkan tenaga listrik dari pusat tenaga
listrik dengan nilai tegangan transmisi ke Gardu Induk, yang terletak berdekatan
dengan pusat pemakaian berupa kota atau industri besar. Saluran transmisi
merupakan mata rantai penghubung antara stasiun pembangkit dan sistem
distribusi dan menghubungkan dengan sistem-sistem daya lain melalui
interkoneksi.
3. Sistem Distribusi Tenaga Listrik
Suatu sistem distribusi menghubungkan semua beban pada daerah tertentu
kepada saluran transmisi. Dari Gardu Induk tenaga listrik didistribusikan ke Gardu
Distribusi dan ke pemakai atau konsumen.

Gambar 1.1 dibawah ini memperlihatkan secara skematis urutan dan fungsi-fungsi
pembangkitan, transmisi dan distribusi suatu sistem penyediaan tenaga listrik.

Arah Energi

Pembangkit Transmisi Distribusi

Gambar 1.1
Skema prinsip penyediaan tenaga listrik

1.2. STUDI ALIRAN DAYA

1.2.1. Manfaat Studi Aliran Daya


Dalam menentukan operasi terbaik pada sistem-sistem tenaga listrik dan dalam
merencanakan perluasan sistem-sistem tenaga listrik, analisa mengenai studi aliran
beban memegang peranan penting.
Beberapa tujuan dari studi aliran beban ini adalah :
1. Untuk mengetahui komponen jaringan sistem tenaga listrik pada umumnya.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 1


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan 1. ANALISA SISTEM TENAGA LISTRIK

2. Mengetahui besarnya tegangan pada setiap bus (rel) dari suatu sistem tenaga
listrik.
3. Menghitung aliran-aliran daya, baik daya nyata maupun daya reaktif yang mengalir
dalam setiap saluran, dan memeriksa apakah semua peralatan yang ada dalam
sistem cukup besar untuk menyalurkan daya yang diinginkan.
4. Efek penataan kembali rangkaian-rangkaian dan penggabungan sirkit-sirkit baru
pada pembebanan sistem.
5. Kondisi-kondisi berjalan dan distribusi beban sistem yang optimum.
6. Kerugian-kerugian sistem yang optimum.
7. Rating tranformator dan tap range tranformator yang optimum.
8. Perbaikan dan pergantian ukuran konduktor dan tegangan sistem.

1.2.2. Input dan Output dari studi Aliran Daya


Data input membutuhkan perhitungan aliran daya dan data output yang diperoleh dari
perhitungan aliran daya adalah sebagai berikut :

Tabel – 1.1. Analisa Data

Konfigurasi sistem (data koneksi)


Kondisi Sistem Nilai impedansi yang tergantung pada tipe dan panjang
Tenaga saluran transmisi
Impedansi Trafo
Input Kondisi Supply (level output generator, tegangan
terminal)
Kondisi
Kondisi permintaan (daya aktif dan reaktif beban)
Operasi
Fasilitas daya reaktif
Nilai tap trafo
Aliran Daya Saluran transmisi dan peralatan seri lainnya

Output Tegangan Sudut dan phasa tegangan tiap-tiap bus


Rugi-rugi
Bagian efektif dan bagain tidak efektif
transmisi

Sebagai tambahan dari data input dan data output seperti yang disebutkan diatas ada
beberapa point lain yang harus diperhatikan dalam perhitungan aliran daya, seperti
nilai kapasitas panas dari tiap-tiap peralatan seri dan setiap saluran transmisi dan
interval fluktuasi teganagan tiap-tiap bus yang diizinkan (meskipun tidak selamanya
diinput secara langsung). Beberapa hal dapat dipelajari dari perhitungan aliran daya.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 2


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan 1. ANALISA SISTEM TENAGA LISTRIK

1.3. PERHITUNGAN ALIRAN DAYA

Studi aliran daya dalam menunjang keberhasilan operasi yang optimal amat penting,
karena disamping dapat digunakan dalam perumusan dan solusi masalah yang akan
dibahas juga bertujuan untuk menentukan besarnya arus, daya dan faktor daya serta daya
reaktif di berbagai titik pada sistem daya yang dalam keadaan berlangsung atau diharapkan
untuk operasi normal.

Oleh sebab itu studi aliran daya sangat diperlukan dalam perencanaan serta
pengembangan sistem di masa-masa yang akan datang karena operasi yang memuaskan
pada sistem tenaga adalah bergantung kepada pengenalan serta pengetahuan dari akibat
adanya beban-beban, unit-unit pembangkit serta saluran transmisi baru, sebelum semuanya
dapat direalisasikan.

Untuk itu dalam menganalisa studi aliran daya fokus utama tertuju pada busnya dan bukan
pada generatornya. Dalam studi aliran daya dikenal berbagai bus antara lain :
1. Bus Referensi
Adalah bus yang mempunyai besaran V tegangan dengan harga skalarnya dan
sudut fasa tegangan (v) dengan titik nol sebagai referensinya.
2. Generator Bus (Bus Pembangkitan)
Adalah bus yang diketahui daya nyata (P) dan tegangan V pada harga
skalarnya.
3. Bus Pembebanan
Adalah bus yang diketahui daya aktif beban (PL) dan daya reaktif beban (QL).

1.3.1. Satuan Per Unit (p.u)


Dalam analisa sistem tenaga dikenal istilah per-unit yang meruapakan standar
dalam perhitungan yang digunakan. Satuannya dikenal dengan isitilah pu Biasanya dasar
perhitungan untuk mendapatkan satuan per unit yang ditetapkan terlebih dahulu adalah
MVA dasar dan kVdasar, dan selanjutnya dihitung impedansidasar dan arusdasar. Ketetapan
dasar ini dipergunakan sebagai penyebut dimana parameter daya, tegangan arus dan
impedansi pada sistem tenaga listrik sebagai pembilangnya untuk memperoleh satuan p.u
Dasar perhitungan yang digunakan adalah sebagai berikut:
 MVA dasar = dipilih (MVA)
 KV dasar = dipilih (kV),
dari dua dasar ini dapat dibentuk dasar selanjutnya, yaitu :
( kVdasar ) 2
 Impedansi dasar = Ohm
MVAdasar

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 3


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan 1. ANALISA SISTEM TENAGA LISTRIK

Z x 1000 x MVAdasar pu
 Impedansi perunit =
(kV)2

MVAdasar
 Arus dasar = Amp
3 . kVdasar
2
MVAbaru
 Z pu (baru) = kVdasar * p.u
Zpu(awal) *
kVbaru
MVAdasar

Contoh :
Suatu sistem tenaga listrik dipasok dari Trafo 150/20 kV di Gardu induk, dengan
kapasitas 60 MVA mempunyai jaringan 20 kV dengan impedansi 10 Ohm , akan dicari
nilai per unitnya.

60 MVA

ZL = 10 Ohm

150 kV 20 kV

Tap trafo
154/19 kV

Dipilih MVAdasar = 100 MVA


KVdasar = 150 kV di bus 150 kV, base di Bus 20 kV = 19/154 X 150 kV =
18,51 kV
I dasar = 100. 1000 /3.150 Amp = 384 Amp
Zdasar di Bus 20 kV = (18,51)2/100 = 3,4225 Ohm.

Sehingga diperoleh : ZL = 10 Ohm / 3,4225 Ohm = 2,922 pu.

1.3.2. Data Untuk Studi Aliran Daya


Titik tolak dalam mendapatkan data yang harus disediakan adalah diagram segaris sistem
tenaga listrik, sedangkan data-data yang diperlukan dalam analisa aliran beban ini adalah
:
1. Data Saluran Transmisi
Data saluran transmisi yang dimaksud adalah besarnya harga-harga tahanan (R),
reaktansi (X) dan ½ suseptansi dari setiap cabang saluran transmisi (Y/2) dan data ini
biasanya dalam p.u.
2. Data Transformator dan Tapnya
Untuk transformator adalah reaktansi dan tap-tapnya.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 4


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan 1. ANALISA SISTEM TENAGA LISTRIK

3. Data Bus (Rel)


Yaitu data pembangkitan dan pembebanan. Data bus (rel) yang dimaksud adalah data
pembangkitan dan data beban dalam per MW dan MVAR, serta data tegangan bus
dalam satuan per unit.
4. Data Tambahan
Data tambahan yang dimaksud adalah penggunaan kapasitor.

1.3.2.1. Generator Serempak


Pada pusat-pusat pembangkit yang memanfaatkan energi thermal maupun pusat
pembangkit yang memanfaatkan energi air menggunakan mesin serempak sebagai
generator utamanya.

Generator ini dihubungkan ke transformator penaik tegangan selanjutnya dihubungkan


ke bus bar dan ini diasumsikan sebagai sumber daya dengan reaktansi serempak
tersambung seri, keluaran hasil perhitungan pada studi ini adalah besarnya tegangan
pada bus dimana generator ini terhubung, oleh karenanya bus-bus yang terhubung
dengan generator ini berupa P–V bus (bus generator) atau bus referensi (slack-bus).

1.3.2.2. Pengubah Tap Trafo


Dalam operasi sistem tenaga listrik khususnya dalam kaitannya dengan masalah
pengaturan tegangan, seringkali diperlukan perubahan posisi tap transformator.
Transformator daya pada umumnya dilengkapi dengan tap pada lilitannya untuk
mengubah besarnya tegangan yang keluar dari transformator. Perubahan tegangan
dilakukan dengan mengubah posisi tap transformator seperti yang ditunjukan pada
gambar 2.1

Pengubah Tap

Gambar 1.2
Lilitan transformator dengan pengubah kedudukan tap dalam keadaan
berbeban di lilitan tegangan tinggi

Namun tidak semua transformator dapat diubah posisinya dalam keadaan


berbeban. Transformator yang dioperasikan di GI umumnya posisi tapnya dapat dirubah
dalam keadaan berbeban, bahkan sering kali juga dilengkapi dengan pengatur tegangan
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 5
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan 1. ANALISA SISTEM TENAGA LISTRIK

otomatis yang mengindera tegangan yang keluar dari transformator untuk selanjutnya
dipakai untuk memberi komando perubahan tap transformator dalam rangka menjaga
agar tegangan yang keluar dari transformator mempunyai nilai yang konstan.
Apabila ada dua atau lebih transformator yang beroperasi paralel dan masing-masing
dilengkapi dengan pengatur tegangan otomatis, perlu ditentukan transformator mana
yang memberi komando sedangkan yang lain menjadi pengikut (follower).
Pengaturan tegangan secara operasional sering dilakukan dengan mengatur kedudukan
tap transformator. Tap transformator yang dapat dirubah dalam keadaan berbeban (on
load tap changer) umumnya terletak di sisi tegangan tinggi.

Dalam keadaan operasi normal di GI, umumnya daya mengalir dari sisi tegangan
tinggi ke sisi tegangan yang lebih rendah. Namun dalam keadaan darurat misalnya
dalam proses mengatasi gangguan dapat terjadi situasi bahwa tegangan harus dikirim
dari sisi tegangan yang lebih rendah ke sisi tegangan yang lebih tinggi. Dalam hal
proses pengiriman tegangan yang arahnya terbalik dari biasanya, harus diperhatikan
bahwa arah pengaturan tap transformator juga terbalik. Misalnya pada gambar 1.1
apabila tegangan datang dari sisi tegangan yang lebih tinggi ke sisi tegangan yang lebih
rendah, apabila tegangan yang diterima hendak dinaikkan, tap harus digerakkan ke
bawah. Tetapi apabila arah datangnya tegangan dibalik, yaitu dari sisi tegangan yang
lebih rendah ke sisi tegangan yang lebih tinggi maka apabila tegangan yang diterima
hendak dinaikkan, tap harus digerakkan ke atas.

Apabila pengaturan tap transformator dilakukan secara otomatis dengan


menggunakan pengatur tegangan otomatis, maka pengatur tegangan otomatis akan
bekerja atas dasar tegangan yang diinderanya. Penginderaan tegangan umumnya
dilakukan pada sisi tegangan yang lebih rendah, sehingga dalam keadaan mengatasi
gangguan seperti tersebut di atas, yaitu tegangan datang dari sisi tegangan yang lebih
rendah, apabila tegangan yang datang terlalu tinggi dan diindera oleh pengatur
tegangan otomatis, pengatur tegangan otomatis akan menggerakkan tap transformator
ke atas sehingga di sisi tegangan yang lebih tinggi tegangan akan naik, sedangkan
sesungguhnya diinginkan agar tegangan turun sehingga hal ini dapat membahayakan
peralatan instalasi. Hal ini disebabkan seperti uraian di atas, karena pengaturan
tegangan otomatis dibuat dengan pemikiran bahwa tegangan (dalam keadaan operasi
normal) datang dari sisi tegangan yang lebih tinggi ke sisi tegangan yang lebih rendah,
sehingga alat pengindera dan alat-alat kontrolnya yang memerintahkan gerakan tap
akan menuruti urutan atas dasar keadaan tersebut di atas.

Bagian ini menjelaskan metode pengukuran tegangan dari sistem tenaga. Untuk
pengukuran level tegangan sistem tenaga :
1. Metode pengukuran berdasarkan pengukuran daya reaktif yang disuply ke sistem
2. Metode pengukuran berdasarkan rasio tegangan yang digunakan.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 6


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan 1. ANALISA SISTEM TENAGA LISTRIK

Kedua metode dapat disimpulkan kedalam tabel dibawah ini (dalam keadaan
pengukuran terus-menerus atau tidak, interval pengukuran dan fitur pengukuran.

Tabel 1.2. Metode Pengukuran tegangan


Metode Prosedur Fitur pengukuran
Pengukuran pengukuran,
interval
pengukuran
(1)Fasilitas daya Kapasitor Jumlah yg Ketika level tegangan sistem
reaktif shunt diparalelkan suply daya reaktif turun
diukur dari
Reaktor shunt Ketika level tegangan turun,
penyerapan daya reaktif
turun
(2) Peralatan daya reaktif sinkron Pengukuran tegangan yang
Generator baik diperoleh dari respon
fluktuasi tegangan sistem
(3) On-load tap trafo Nilai tap Ketika tidak ada sumber
diswich daya disisi sekunder hanya
tegangan sisi sekunder
yang berubah. Ketika tidak
ada sumber daya disis
sekunder tegangan sisi
primer, tegangan sekunder
dan aliran daya reaktif
berubah.

1.3.3.Saluran Transmisi
Untuk kawat transmisi dapat digolongkan berdasarkan panjang salurannya, yaitu :
(William. D. Stevenson. 1984. hal : 100)
a. Saluran pendek (< 80 km)
b. Saluran menengah (80 - 250 km)
c. Saluran panjang (> 250 km)

1.3.4. Persamaan Jaringan


Untuk mendapatkan suatu perumusan yang melukiskan karakteristik jaringan pada
sistem tenaga listrik yang menggunakan referensi pada bus, maka dapat terlihat suatu
persamaan yang dapat diselesaikan dengan metode rangkaian tertutup atau
persamaan titik simpul.
Untuk jelasnya dapat dilihat penyelesaian di bawah ini untuk rangkaian pada gambar
1.3.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 7


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan 1. ANALISA SISTEM TENAGA LISTRIK

a I I c
1 2
d

I I
e 4 f 3 g
+ + +
- - -

Gambar 1.3
Jaringan sederhana tenaga listrik

Metode rangkaian tertutup


Dari gambar 1.3 didapatkan persamaan :
 Ea  I 4 Z ea  (I 4  I1 ) Z ad  (I 4  I 3 ) Z dg  Ec  0 ........ (I.1)

Dengan mengatur suku-suku yang sama didapat :


E a  E c  I1 (  Z ad )  I 3 (  Z dg )  I 4 (Z ea  Z ad  Z dg ) ........ (I.2)

Sehingga untuk rangkaian tertutup bentuk standarnya adalah sebagai berikut :


E1  Z11 I1  Z12 I 2  Z13 I 3  Z14 I 4

E 2  Z 21 I1  Z 22 I 2  Z 23 I 3  Z 24 I 4 ........ (I.3)

E3  Z 31 I1  Z 32 I 2  Z 33 I 3  Z 34 I 4

E 4  Z 41 I1  Z 42 I 2  Z 43 I 3  Z 44 I 4

Metode titik simpul


Pada persamaan ini sumber tegangan diganti dengan sumber arus dan besaran
impedansi Z diubah menjadi besaran admitansi Y. Sehingga bila dari gambar 1.3
dibentuk dengan besaran admitansi didapat :

2
Y Y
1 Y 3
Ya c Yb
4
e d

Y
Y Y
g
f h

Gambar 1.4
Jaringan dengan 5 titik simpul

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 8


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan 1. ANALISA SISTEM TENAGA LISTRIK

Selanjut pada simpul 1 didapatkan :


 I1  E1 (Y f )  (E1  E 2 ) Ya  (E1  E 4 ) Ye  0 ........ (I.4)

I1  E1 (Y f  Ya  Ye )  E 2 Ya  E 4 Ye ........ (I.5)

Pada simpul 2
(E 2  E1 ) Ya  (E 2  E3 ) Yb  (E 2  E 4 ) Yc  0 ........ (I.6)

 E1 Ya  E 2 (Ya  Yb  Yc )  E3 Yb  E 4 Yc  0 ........ (I.7)

Selanjutnya dapat dibuat standarnya adalah sebagai berikut :


I1  Y11 E1  Y12 E 2  Y13 E3  Y14 E 4

I 2  Y21 E1  Y22 E 2  Y23 E3  Y24 E 4 ........ (I.8)

I 3  Y31 E1  Y32 E 2  Y33 E3  Y34 E 4

I 4  Y41 E1  Y42 E 2  Y43 E3  Y44 E 4

Dari persamaan (2.3) dan (2.8) didapat perumusan dalam bentuk matrik yaitu:
- Untuk persamaan (2.3)
 E1   Z11 Z12 Z13 Z14   I1 
    
 E 2    Z 21 Z 22 Z 23 Z 24   I 2 
........ (I.9)
E  Z Z 32 Z 33 Z 34   I 3 
 3   31  
 E 4   Z 41 Z 42 Z 43 Z 44   I 4 

- Untuk persamaan (2.8)


 I 1   Y11 Y12 Y13 Y14   E1 
    
 I 2   Y21 Y22 Y23 Y24   E 2 
 I   Y Y32 Y33 Y34   E3 
........ (I.10)
 3   31  
 I  Y Y44   E 4 
 4   41 Y42 Y43

Untuk memudahkan notasi pada solusi, maka dari persamaan-persamaan (I.9) dan
(2.10) matrik tersebut dapat diwakili menjadi :
 I1   E1 
   
I 
I 2 dan E
E2  ........ (I.11)
I  E 
 3   3 
 I4   E4 

1.3.5. Metode perhitungan


1. Persamaan Aliran Daya
Gambaran mengenai aliran daya yang terjadi dalam sistem beserta profil tegangan
sangat diperlukan untuk keperluan analisa situasi sistem. Untuk mendapatkan

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 9


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan 1. ANALISA SISTEM TENAGA LISTRIK

gambaran mengenai aliran daya ini, diperlukan suatu perhitungan yang biasa disebut
sebagai perhitungan aliran daya. Perhitungan aliran daya ini perlu dilakukan karena
yang diketahui adalah beban daya aktif dan beban daya reaktif yang ada pada setiap
GI atau simpul dalam sistem.
in
P   V V Y Cos  θ  δ  δ  ........ (I.10)
i ji i j ij  ij j i

in
Q   V V Y Sin  θ  δ  δ  ........ (I.11)
i ji i j ij  ij j i

dengan i  1, 2, 3, , n

Dalam membentuk perumusan ini diperlukan suatu teknik pemecahan solusi aliran
daya. Sedangkan untuk menghitung aliran daya dapat dipergunakan beberapa
metode antara lain :
1. Metode iterasi Gauss dengan menggunakan matrik admitansi bus atau
matrik impedansi bus.
2. Metode iterasi Gauss – Sheidel yang merupakan pengembangan dari
metode iterasi Gauss.
3. Metode Newton – Raphson dengan menggunakan matrik admitansi bus.
4. Metode Fast Decoupled yang merupakan penyederhanaan dari metode
Newton Raphson.

Dalam pembahasan selanjutnya teknik penyelesaian pengaturan daya reaktif adalah


dengan menggunakan metode Newton – Raphson yang merupakan pokok dari
permasalahan dari studi ini.

2. Metode Newton - Raphson


Dasar matematis yang digunakan dalam metode Newton – Rhapson adalah dengan
menggunakan deret Taylor. Apabila ada n buah persamaan non linier dengan n
variabel seperti halnya persamaan (I.10) atau persamaan (I.11) untuk sistem dengan
n buah simpul, yang dapat ditulis sebagai :
f (Χ , Χ ,  , Χ n )  K ........ (I.12)
1 1 2
dimana K merupakan suatu konstanta. Untuk memecahkan persamaan (I.12) dicoba
suatu nilai Χ terlebih dahulu misalnya Χ 10 , Χ 02 , , Χ n0 . Selisih antara nilai Χ yang
sebenarnya dengan nilai Χ yang dicoba adalah ΔΧ1 , ΔΧ 2 , , ΔΧ n . Hubungan
matematisnya adalah sebagai berikut :
Χ  Χ 0  Δ Χ , Χ  Χ 0  Δ Χ , , Χn  Χn
0  ΔΧ
n ........ (I.13)
1 1 1 2 2 2
Melihat persamaan (3.12), maka didapat pula :

1 1

K  f Χ 0  ΔΧ , Χ 0  ΔΧ ,  , Χ n
1 2 2
0  ΔΧ
n  0 ........ (I.14)

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 10


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan 1. ANALISA SISTEM TENAGA LISTRIK

Persamaan (3.14) diekspansikan ke dalam teorema deret Taylor akan menjadi :


0 0
 f   f 
 0
K 1  f1 Χ , Χ ,  , Χ
1
0
2
0
n   ΔΧ 1  1   ΔΧ 2  1    
  Χ1   Χ2 
0
 f 
ΔΧ n  1   θ1  0 ........ (I.15)
 Χn 
0 0 0
  f1    f1    f1 
   ΔΧ 2      ΔΧ n   adalah turunan dari f1 terhadap
  Χ1   Χ2   Χn 

Χ , Χ ,  , Χ n dan diberi nilai Χ 0 , Χ 0 ,  , Χ n


0, θ1 adalah fungsi pangkat lebih
1 2 1 2
tinggi, dan bila θ1 diabaikan , maka persamaan (I.15) dalam bentuk matrik
menjadi :

K  f 0   f 0 f
0 0
 ΔΧ 0 
f
 1  1 1  1 
 1
   Χ Χ  Χn 
 
   1 2   
  f 0 f
0
f
0  
0   
 2 2 2   

 0
K f
2   Χ Χ  Χ n    ΔΧ 2  ........ (I.16)
   1 2   
      
      
    fn 0  fn
0 0
 fn   
K  f n0      ΔΧ 0 
 Χn   n 
    Χ1 Χ
2 
atau :

K  f 0  J0 ΔΧ ........ (3.17)
dengan :

f0 = matrik nilai fungsi

J0 = matrik Jacobian
ΔΧ = matrik perubahan nilai  (vektor koreksi)

Dalam alogaritma perhitungan aliran daya dengan menggunakan metode Newton -


Raphson, langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
a. Menghitung nilai-nilai P dan Q yang mengalir ke dalam sistem.
b. Menghitung nilai Δ P pada setiap rel.
c. Menghitung nilai-nilai untuk Jacobian.
d. Mencari invers matrik Jacobian dan mencari nilai nilai koreksi Δ δ dan Δ V .

e. Menghitung nilai-nilai baru dengan menambahkan Δ δ dan Δ V dengan nilai


sebelumnya.
f. Kembali ke langkah a.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 11


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan 1. ANALISA SISTEM TENAGA LISTRIK

Dengan melihat persamaan (3.17) maka uraian pada butir a sampai dengan butir b
dapat dinyatakan sebagai berikut : f untuk daya nyata ditulis sebagai fiP dan fi
i
untuk daya reaktif ditulis sebagai fiQ , selanjutnya diperoleh :

fiP  Pi (diketahui )  Pi (dihitung)  Δ Pi ........ (I.18)


fiQ  Qi (diketahui)  Qi (dihitung)  Δ Qi ........ (I.19)
disebut nilai residu.
dimana :
Pi didapat melalui persamaan (I.10)
Qi didapat melalui persamaan (I.11)
Sedangkan vektor koreksi pada persamaan (I.17) yaitu x dengan bentuk :  Vi, I
Nilai residu = Matrik Jacobian  nilai koreksi
 Δ Pi   J1 J2   Δ δ i 
Δ Q   J  
J 4   Δ Vi 
........ (I.20)
 i  3

Sedangkan unsur - unsur matrik Jacobian tersebut adalah didapatkan dengan


membuat turunan parsial sebagai berikut :

  P1  P1    P1  P1 
  V 
δ  δn   Vn 
 1   1 
 
J1      J2     
 
 P  
 Pn    Pn  Pn 
 n   
  δ 1  δ n    V1  Vn 

  Q1  Q1   Q1  Q1 
  
 δ  δn  V1  Vn 
 1   
 
J3      J4     
 
 Q  
 Qn   Qn  Qn 
 n
  
  δ 1  δ n    V1  Vn 

Proses iterasi dilakukan dengan jalan menentukan invers dari matrik Jacobian
untuk menentukan nilai koreksi. Selanjutnya setelah nilai koreksi di dapat, maka
proses iterasi dilakukan dengan mencoba nilai baru dari V dan  yang besarnya =
nilai percobaan pertama ditambah nilai koreksi yang didapat Untuk simpul referensi
besar sudut dan tegangan sudah ditentukan, nilai daya aktif dan daya reaktif dihitung
setelah semua proses untuk metode optimasi pada setiap simpul selesai.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 12


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan 1. ANALISA SISTEM TENAGA LISTRIK

1.3.6. Hasil Analisa Aliran Daya


Pada prinsipnya, studi aliran daya menghasilkan suatu kondisi sistem yang biasa
diperlukan yaitu :
1. Tingkat Pembebanan
2. Mutu tegangan
3. Rugi rugi

1.3.6.1. Tingkat Pembebanan


Merepresentasikan aliran daya pada seluruh cabang, beban pada seluruh busbar
serta pembangkitan pada masing masing mesin pembangkit. Dapat juga diketahui
keseluruhan daya yang dibangkitkan.

1.3.6.2. Tingkat Tegangan


Tegangan hasil perhitungan pada seluruh gardu induk dapat dibaca. Dengan
mengamati besarnya tegangan maka dapat diidentifikasi tegangan yang kurang atau
tidak memenuhi syarat. Dalam hal seperti ini, siswa bisa memainkan perannya
dengan cara mencari alternatif dengan mengatur pembangkitan pada titik terdekat,
memasukkan kapasitor dll.

1.3.6.3. Rugi rugi


Seluruh rugi transmisi pada setiap cabang bisa dilihat, dan demikian pula secara total
sistem. Siswa bisa membuat percobaan dengan mengubah komposisi pembangkit
atau konfigurasi jaringan untuk menurunkan rugi rugi transmisi.

1.4. ANALISA HUBUNG SINGKAT

1.4.1. Konsep dasar perhitungan hubung singkat .


Sistem tenaga yang besar, dengan wilayah yang luas, sangat rentan dengan
kemungkinan terjadinya kerusakan peralatan akibat suatu gangguan hubung singkat, baik
yang bersifat temporer, seperti penghantar udara terkena ranting patah atau layang-layang.
Juga yang bersifat permanen seperti kawat penghantar yang putus atau juga petir dan
proses switching (manuver jaringan) yang menimbulkan tegangan berlebih yang bisa
menyebabkan terjadinya flashover pada isolator.
Karena begitu banyaknya kemungkinan gangguan hubung singkat yang mungkin
mengakibatkan kerusakan pada peralatan, maka perlu dilakukan analisa hubung singkat
untuk menentukan kemampuan memutus (breaking capacity) dari suatu alat pengaman (CB)
serta setting rele pengaman yang harus dipasang agar peralatan pengaman tersebut
bekerja secara optimal.
Bagaimana sebenarnya proses terjadinya suatu gangguan hingga dapat menimbulkan
suatu arus hubung singkat yang besar, serta bagaimana peralatan jaringan (seperti

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 13


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan 1. ANALISA SISTEM TENAGA LISTRIK

transformator) dapat rusak jika tidak terpasang alat pengaman atau setting pengaman yang
tidak tepat ?
Pada gambar dibawah terlihat proses terjadinya suatu gangguan. Sebutlah sebuah
pohon besar tumbang dan menimpa salah satu kawat penghantar, akhirnya kawat tersebut
putus. Pada saat kawat tersebut putus, kawat tersebut membelit kedua kawat phasa lainnya,
dan ketiganya menyentuh tanah. Sehingga pada titik gangguan terjadi tegangan 0 (Nol). Hal
ini sesuai dengan hukum Kirchoff, bahwa tegangan tanah diasumsikan nol terhadap
tegangan phasa. Pada saat tersebut, terjadi beda tegangan yang sangat besar antara titik
gangguan dengan GI/ Busbar terdekat, sehingga mengalirlah arus hubung singkat/
gangguan yang besar, baik dari sumber pasokan (incoming), maupun dari penghantar di
sekitarnya. Sebutlah di dekat titik gangguan terdapat transformator. Karena gangguan
tersebut pada transformator mengalir arus yang sangat besar, karena seolah-olah terdapat
beban yang sangat besar dekat transformator tersebut. Dengan mengalirnya arus yang
sangat besar tersebut, yang jauh melebihi kemampuan hantar arus kumparan/ belitannya,
terjadilah pemanasan berlebih pada belitan tersebut, isolasi rusak, yang pada akhirnya dapat
membuat transformator tersebut rusak, meledak dan terbakar. Secara statistik, hal lini sudah
beberapa kali terjadi pada jaringan di PLN.

B
A

a. sebelum terjadi gangguan (normal)

B A

b. setelah terjadi gangguan

Dari kejadian tersebut kita dapat menganalisa bahwa kita sangat sulit mencegah
terjadinya gangguan di alam (seperti pohon tumbang), tetapi kita dapat mencegah
meluasnya gangguan tersebut atau mencegah terjadinya arus berlebih pada peralatan,
dengan pemakaian peralatan pengaman serta seting peralatan tersebut secara optimal.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 14


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan 1. ANALISA SISTEM TENAGA LISTRIK

1.4.2. Model Komponen dan kebutuhan data


Untuk melakukan analisa hubung singkat, terlebih dahulu kita melakukan simulasi
dengan aplikasi perangkat lunak. Untuk itu setiap peralatan yang berkaitan erat dengan
simulasi ini harus dimodelkan secara akurat. Peralatan-peralatan tersebut antara lain :

- Busbar (kapasitas PMT)


Pada simulasi hubung singkat kita memerlukan data MVA hubung singkat pada
setiap busbar yang ada. Praktisnya, hal ini berkaitan ldengan kemampuan
pemutusan arus (breaking capacity) dari PMT yang terdapat pada busbar tersebut.
Contoh : 40 kA
Gambar :

40 kA

- Generator(reaktansi)
Setiap unit pembangkit dimodelkan atas sumber tegangan serta impedansi dalam
unit pembangkit tersebut
Gambar :

R1 X’d

X’d = reaktansi transien


R = resistansi dalam pembangkit

- Transmisi (impedansi)
Setiap transmisi/ penghantar dimodelkan atas impedansi penghantar tersebut sesuai
panjang hantarannya.
Gambar :
R1 X

X = reaktansi ekivalen
R = resistansi ekivalen
- Trafo (impedansi)
Setiap transformator dimodelkan atas ratio tegangan serta impedansi hubung singkat
transformator tersebut sesuai ratio tegangannya.

Gambar :
R1 X

V1/V2

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 15


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan 1. ANALISA SISTEM TENAGA LISTRIK

X = reaktansi hubung singkat


R = cooper losses/ rugi-rugi tembaga
V1/V2 = ratio belitan trafo

1.5. HUBUNG SINGKAT PADA SISTEM TENAGA LISTRIK.


Hubung singkat yang terjadi di sistem tenaga listrik dapat terjadi antar fasa atau antara fasa
dan tanah seperti dapat dilihat pada gambar II.5 dibawah ini(1).

R R
S S
T T
If3F If2F

a. Gangguan hubung singkat 3 fasa


b. Gangguan hubung singkat 2 fasa

R R
S S
T T
If2FT If2FR
If1F-tanah

If2F-tanah

c. Gangguan hubung singkat 2 fasa- d. Gangguan hubung singkat 1 fasa


tanah tanah

Gambar 1.5: Macam-macam gangguan hubung singkat yang


terjadi pada sistem tenaga listrik.

Keterangan Gambar 1.5:

= Arus dari sumber


= Arus gangguan hubung singkat
If3F = Arus gangguan hubung singkat 3 fasa
If2F = Arus gangguan hubung singkat 2 fasa
If1F-tan ah = Arus gangguan hubung singkat 1 fasa-tanah
IF2F-tanah = Arus gangguan hubung singkat 2 fasa-tanah

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 16


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan 1. ANALISA SISTEM TENAGA LISTRIK

1.5.1. Kenaikan Arus Hubung Singkat

Jaringan sistem tenaga listrik sederhana, seperti terlihat pada gambar II.6 dibawah
ini, dipasok dari arus bolak balik. Impedansi hubung singkat ZSC (short circuit) terdiri dari
tahanan (R) dan reaktansi (X), yang diperoleh dari penjumlahan impedansi sumber, trafo
tenaga dan jaringan tenaga listrik, dimana besar kecilnya nilai impedansi sumber, trafo
tenaga dan tergantung pada luas penampang jaringan serta jarak titik gangguan hubung
singkat ke sumber.
R X

I A

ZSC
S
Zbeban
e

B
Gambar 1 6: jaringan sistem tenaga listrik

Impedansi beban (Zbeban) tersambung pada sistem tenaga listrik , Bila saklar S ditutup, maka
akan mengalir arus I dari sumber yang besarnya tergantung pada kapasitas dari beban (VA,
Watt atau ohm).
Saat jaringan beroperasi terjadi hubung singkat antara titik A dan B, maka timbul arus
gangguan hubung singkat pada jaringan tersebut. Dalam hal ini kapasitas beban tidak
berpengaruh pada arus gangguan, yang berpengaruh adalah kapasitas sumber, impedansi
sumber dan jaringan tenaga listrik menjadi impedansi hubung singkat. Besarnya impedansi
hubung singkat, sebagai berikut:

ZSC = (R 2  X 2 (I.21)
Dimana:
ZSC = impedansi hubung singkat (ohm,pu)
R = Tahanan sistem (ohm,pu)
X = Reaktansi sistem (ohm, pu)
Dalam sistem tenaga listrik, reaktansi X = 2f.L nilainya jauh lebih besar dari tahanan (R) ,
perbandingan antara R dan X atau R/X antara 0,1 s/d 0,3(1). Nilai R/X hampir sama dengan
nilai Cos, dimana nilainya adalah
R
Cos = (I.22)
R X2
2

Secara umum kondisi kenaikan/transient arus hubung singkat berbeda, tergantung lokasi titik
gangguan hubung singkat dan jauh atau dekatnya generator dari titik gangguan. Jika
gangguan dekat generator yang dominan adalah impedansi generator, tetapi kalau
gangguan jauh dari generator yang dominan adalah impedansi generator, trafo dan jaringan.
Penjelasan gangguan hubung singkat pada sistem tenaga listrik dijelaskan. sebagai berikut:
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 17
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan 1. ANALISA SISTEM TENAGA LISTRIK

a. Gangguan hubung singkat jauh dari generator.


Gangguan hubung singkat seperti ini, sering dijumpai pada sistem tenaga listrik. Dimana
kondisi transient yang diperoleh dari aplikasi tegangan persis sama besar dengan
rangkaian reactor-resistansi . Tegangannya, sebagai berikut(1):
e = E 2 sin(t + ) (I.23).
Dan arus (i) yang timbul diperoleh dari penjumlahan komponen sinusoidal arus bolak
balik dari arus seketika (intantaneous) iac dan komponen tidak periodik (aperiodic) dari
arus seketika idc.
i = iac + idc (I.24).
Dimana:
Arus iac adalah arus bolak-balik yang berbentuk sinusoidal dengan persamaan sebagai
berikut:
iac = I 2 sin (t +  - ) (I.25).
E
I=
ZSC
 = sudut antara permulaan gangguan dan tegangan nol (zero voltage).
Arus idc adalah komponen tidak periodic (aperiodic) yang dikatakan sebagai arus dc
(direct current) yang tergantung pada nilai R/L, sebagai berikut:
Rt

L
idc = -I 2 sin(-) e (I.26)
Penjumlahan gelombang kedua arus (lihat persamaan II.8),

Dimana:
 = Sudut fase ( arus berpengaruh pada tegangan)
t = Waktu
Saat terjadi gangguan hubung singkat, tegangan dapat di nyatakan sebagai berikut:
u = E 2 .sin(t+) (I.27)

Dari persamaan I.24., I.25, I.26 dan I.27 dapat diekpresikan dalam bentuk gelombang
seperti terlihat pada gambar 1.7
I
Kurva arus gangguan

iac=Isin(t+-)

I
t

α 
idc=-Isin(-)e-R/ L t i = iac + idc
ω

Gambar 1.7: Grafik arus gangguan hubung singkat jauh dari


generator
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 18
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan 1. ANALISA SISTEM TENAGA LISTRIK

Dari pengembangan arus gangguan hubung singkat seperti pada persamaan (II.8), yang
telah diekspresikan, diperoleh:
R
E 2  t
i= [ sin(t +  - ) – sin (-) e L ] (I.28)
Z
Dengan dua komponen, dimana arus bolak-balik tergantung pada nilai  yang
berpengaruh pada tegangan dan komponen kedua sebagai aperiodik yang waktu (t)
menuju nol (zero), hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
 Bila :  =  = /2 dikatakan simetris (seimbang), Arus gangguannya, sebagai berikut:
E 2
I= sin (t) (I.29)
Z
Dimana gelombang sinusoidalnya mempunyai nilai sama dengan puncak gelombang
= E/Z. Hal inilah yang dikatakan sebagai gangguan simetris. Dari persamaan I.28 &
I.29 dapat digambar gelombang arus dan tegangannya seperti terlihat pada gambar
I.8.
I,V

Kurva tegangan & arus gangguan simetris


u

I V2

i = iac + idc

Gambar 1.8: Grafik simetris untuk arus & tegangan saat


gangguan hubung singkat

 Bila  = 0, dikatakan tidak simetris (asymmetrical), Arus gangguannya, sebagai


berikut:
R
E 2  t
i= [ sin(t - ) + sin  e L ] (I.30).
Z
R
 t
Dimana arus awal puncak (Ip) tergantung dari nilai R/X = cos. Dan Faktor e L

adalah faktor yang ditentukan oleh nilai R/L atau R/X. Gelombang sinusoidal yang
terjadi mempunyai nilai tidak sama pada puncak gelombangnya, hal ini yang
dikatakan sebagai gangguan yang tidak simetris. Seperti terlihat pada gambar I.9.
Arus Ip dari gangguan tidak simetris, diperhitungkan untuk menentukan making
capacity dari pengaman (circuit breaker) dan electrodynamic forces dari instalasi
listrik di Pusat Listrik atau Gardu Induk.
Arus Ip , diperhitungkan dari rms arus hubung singkat maksimum simetris
(I”k ), sebagai berikut: (1)
IP = k. 2 .I”k (I.31)
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 19
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan 1. ANALISA SISTEM TENAGA LISTRIK

Dimana:
IP = Arus maksimum (puncak pertama), saat terjadi gangguan hubung singkat
asimetris
I”k = Arus hubung singkat maksimum simetris.
k = faktor koefisien, untuk menentukan besarnya puncak arus gangguan
hubung singkat(1), yang diperoleh dari gambar II.9 sebagai fungsi dari ratio
R/X atau R/L.
R
3
L
= 1,02 + 0,98 e

I,V Kurva tegangan & arus gangguan tidak simetris

Ip
i = iac + idc u

idc

i = iac + idc

Gambar 1.9: Grafik tidak simetris untuk arus & tegangan saat gangguan
hubung singkat.

b. Gangguan hubung singkat dekat dengan generator.


Bilamana terjadi gangguan hubung singkat dekat dengan generator yang dominan
adalah reaktansi dari generator sebagai impedansi hubung singkat.
Beberapa reaktansi yang timbul dari generator sebagai electromotive force, antara lain(1):
 Subtransient dengan waktu (t) =10 – 20 milidetik dari saat mulai terjadi gangguan
hubung singkat.
 Transient dengan waktu (t) = sampai dengan 500 mili detik
 Steady-state (reaktansi sinkron).

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 20


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan 1. ANALISA SISTEM TENAGA LISTRIK

Hal tersebut diatas dapat dilihat pada gambar II.10.


Kurva tegangan & arus gangguan simetris

a) t (detik)

b) t (detik)

c) t (detik)

d) t (detik)

e) t (detik)

Gambar 1.10: Tiga komponen yang terjadi


saat terjadi arus gangguan hubung singkat
dan total ketiga arus gangguan e)
Keterangan Gambar: 1.10
a) Reaktansi Subtransient = Xd”
b) Reaktansi Transient = Xd’
c) Reaktansi sinkron = Xd
d) Komponen tidak periodik (aperiodic)
e) Total arus gangguan hubung singkat dan Kontribusi dari tiap komponen.

Catatan:
Penurunan reaktansi generator secara cepat dari komponen tidak periodik (aperiodic),
dapat menyebabkan kejenuhan (saturation) dari rangkaian maknetik generator yang
menjadi penyebab timbulnya beberapa periode sebelum arus mencapai titik nol.
Masing-masing reaktansi, memperoleh nilai tertinggi dari langkahnya seperti terlihat pada
gambar II.10a, II.10b, II.10c. Tetapi setiap perubahan langkah ada penurunan seperti
reaktansi transient berkurang dari reaktansi subtransient, selanjutnya berkurang ke
reaktansi synchronous. Seperti terlihat pada gambar II.10d, dimana efek tersebut
adalah:
 Tiga komponent arus bolak balik (subtransient, transient dan steady state).
 Komponen aperiodic dihasilkan dari arus yang terdapat pada rangkaian listrik
(induktif).

Dari hal tersebut diatas, dapat diekspresikan dalam bentuk matematik sebagai berikut:

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 21


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan 1. ANALISA SISTEM TENAGA LISTRIK

 1 1  t/Td"  1 1   t/Td'

i(t)  E 2   cosω t  E 2 e t/Ta
1
 e  e  (I.32)
 X " X '   X' Xd  Xd  "
 d d   d   Xd

Dimana:
E = Tegangan rms fase-netral pada terminal generator.
X”d = Reaktansi subtransient
X’d = Reaktansi transient
Xd = Reaktansi synchronous (steady state)
T”d = Waktu konstant subtransient
T’d = Waktu konstant transient
Ta = Waktu konstan aperiodic.

Pada arus gangguan hubung singkat dapat dijelaskan, bahwa:


 Pada instalasi listrik, dengan kecepatan breaking dari peralatan listrik, awal arus
gangguan hubung singkat simetris tercatat sebagai I”k dari puncak maksimum amplitude
subtransient Ip. Yang disebut subtransient, dimana nilai subtransient dari arus gangguan
hubung singkat ini, dipergunakan untuk menentukan besarnya breaking capacity dari
peralatan proteksi dan electrodynamic force dari peralatan listrik.
 Pada sistem tegangan tinggi atau tegangan menengah, saat terjadi gangguan hubung
singkat subtransient (tidak simetris), circuit breaker belum membuka, karena
membukanya circuit breaker dimulai pada waktu 40 milidetik (instantenous).

Gambar 1.11: Arus hubung singkat dekat dengan


generator.

Jadi saat terjadi gangguan hubung singkat ada waktu tunda, untuk membukanya circuit
breaker dan gelombang gangguan hubung singkat menurun dari subtransient ke
transient yang diperhitungkan sebagai waktu t = tmin seperti terlihat pada gambar 1.11
(sebelum steady state), circuit breaker mulai membuka. Nilai Transient dari gangguan
hubung singkat dipergunakan untuk relai proteksi (perhitungan arus gangguan hubung
singkat).

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 22


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan 1. ANALISA SISTEM TENAGA LISTRIK

1.6 KOMPONEN SIMETRIS (SYMMETRICAL COMPONENTS)

Menurut teori Fortescue, Dalam sistem tak seimbang yang terdiri dari n buah pasor
yang saling berhubungan dapat diu-raikan menjadi n buah sistem dengan pasor seimbang,
ini dikatakan sebagai komponen simetris (symmetrical component).
Jadi tiga pasor tidak seimbang (three unbalanced phasors) dari suatu sistem tiga fase dapat
diuraikan menjadi tiga sistem pasor seimbang, dimana komponen-komponennya, sebagai
berikut:(2)
a. Komponen urutan positif (positive sequence components), yang terdiri dari tiga pasor
yang sama besarnya dalam magnitude, dimana masing-masing terpisah satu dengan
lainnya dalam sudut fase 1200 dan mempunyai urutan (squence) fase sama seperti pasor
aslinya.
b. Komponen urutan negatif (negative sequence components), adalah terdiri dari tiga pasor
yang sama besarnya dalam magnitude, dimana masing-masing terpisah satu dengan
lainnya dalam sudut fase 1200 dan mempunyai urutan fase yang berlawanan dengan
pasor aslinya.
c. Komponen urutan Nol (Zero sequence components) adalah terdiri dari dari tiga pasor
yang sama besarnya dalam magnitude, dengan pergeseran fase nol (zero) antara pasor
yang satu dengan yang lain.
Secara umum, bahwa notasi untuk penyelesaian komponen sime- tris dalam sistem tiga fase
mempergunakan notasi a , b dan c. Untuk urutan fase tegangan atau arus urutan positif
adalah abc dan urutan negatif adalah acb.
Jika pasor aslinya adalah tegangan, maka tegangan tersebut dapat dinyatakan dengan V a,
Vbdan Vc.
Jadi pada komponen-komponen urutan seperti pernyataan diatas untuk tegangan dapat
dinyatakan sebagai berikut:
Tegangan urutan positif : Va(1), Vb(1), Vc(1) atau dapat ditulis
Va1 , Vb1 , Vc1
Tegangan urutan negatif: Va(2), Vb(2), Vc(2) atau dapat ditulis
Va2 , Vb2 , Vc2
Tegangan urutan Nol : Va , Vb(0), Vc(0) atau dapat ditulis
(0)

Va0 , Vb0 , Vc0


Komponen simetris dari urutan positif, urutan negatif dan urutan nol dari setiap fasenya
dapat dijelaskan, sebagai berikut:
Va = V0 + V1 + V2
Vb = V0 + a2V1 + aV2 (I.33)
2
Vc = V0 + aV1 + a V2

Dan
1
V0 = (Va + Vb + Vc)
3

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 23


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan 1. ANALISA SISTEM TENAGA LISTRIK

1
V1 = (Va + a Vb + a2Vc) (I.34)
3
1
V2 = (Va + a2Vb + aVc)
3

Persamaan 1.33 dan 1.34 dapat di jelaskan seperti terlihat pada gambar II.35, yang mana
tegangan Va, Vb, dan Vc dapat diselesaikan dari ketiga tegangan urutan: V0, V1 dan V2.

+
Vc

-
[a] - +
Va a

-
Vb

c
+
a2V2
+ Vc
- aV1
+
-
V0
+ + +
- V0 V2 a
V1
- - - -
[b] V0
- Va
+
a2V 1
- + Vb
aV2
+
b

c c c
+ + +
V0 aV1 a 2V 2
[c]
- - + a - - + a - - + a
V0 V1 V2
- - -
V0 a 2V 1 a 2V 2
+ + +
b b b

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 24


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan 1. ANALISA SISTEM TENAGA LISTRIK

aV1 a2 V2
c b
[d] V0
(a,b,c)
V1 V2
a a

a2 V1 aV2
b c
Komponen Komponen urutan Komponen urutan
urutan Nol positif negatif

Gambar I.12: [a], [b], [c] & [d] adalah komponen simetris dari vektor tegangan
untuk urutan positif, urutan negatif dan urutan nol

Dengan bantuan operator a = 1120 0 dan a2 = 1240 0 , maka persamaan I.13, dapat
diperoleh sebagai berikut:

Va = Va1 + Va2 + Va0


Vb = a2Va1 + aVa2 + Va0 (I.35)
Vc = a Va1 + a2Va2 + Va0

BAGAIMANA KOMPONEN SIMETRIS UNTUK ARUS


Sama seperti pada tegangan pada komponen-komponen urutan seperti pernyataan diatas
untuk arus dapat dinyatakan sebagai berikut:
Arus urutan positif : Ia(1), Ib(1), Ic(1) atau dapat ditulis
Ia1, Ib1, Ic1 atau Ia(1), Ib(1), Ic(1)
Arus urutan negatif: Ia , Ib(2), Ic(2) atau dapat ditulis
(2)

Ia2, Ib2 , Ic2 atau Ia(2), Ib(2) , Ic(2)


Arus urutan Nol : Ia , Ib(0), Ic(0) atau dapat ditulis
(0)

Ia0, Ib0 , Ic0 atau Ia(0), Ib(0) , Ic(0)


Dengan bantuan operator a = 1120 0 dan a2 = 1240 0 , diperoleh:
Ia = Ia1 + Ia2 + Ia0
Ib = a2Ib1 + aIb2 + IB0 (I.36)
2
Ic = aIc1 + a Ic2 + Ic0
Dari komponen arus simetris ini, dengan mempergunakan komponen tegangan diperoleh
impedansi sebagai berikut:
V(1) V(2) V(0)
Z(1) = ; Z(2) = ;Z(0) = (I.16)
I (1) I (2) I (0)

Besarnya impedansi urutan positif dan urutan negatif tergantung dari pabrikan dimana Z (1) =
Z(2), kecuali untuk Z(0) tergantung pada putaran mesin dan masing-masing elemen dari
peralatan listrik seperti terlihat pada tabel I.3.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 25


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan 1. ANALISA SISTEM TENAGA LISTRIK

Tabel 1.3: karakteristik urutan Nol (zero sequence) dari variasi elemen pada sistem tenaga
listrik(1)
Elemen Z(0)
Trafo :
(dilihat dari sisi sekunder)
 Tanpa pembumian 
 Yyn atau Zyn: free flux 
forced flux 10 s/d 15 X(1)
 Dyn atau YNyn X(1)
 Dzn atau Yzn 0,1 s/d 0,2 X(1)
Generator:
 Sinkron 0,5 Z(1)
 Asinkron 0
Jaringan 3 Z(1)

a. Hubungan Belitan Transformator

Beberapa contoh pada trafo 3 fase, bagaimana urutan nol ?

1. Hubungan trafo y - d
P Zo Q
P Q

reference

2. Hubungan trafo -D
P P Zo
Q Q

reference

3. Hubungan trafo

Zo
P Q - P Q

reference

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 26


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan 1. ANALISA SISTEM TENAGA LISTRIK

4. Hubungan trafo -

P Q P Zo Q

reference

5. Hubungan trafo D - D

P Q P Q
Zo

reference

Contoh:
Bagaimana menggambarkan rangkaian urutan Nol pada sistem tenaga listrik dengan
bermacam-macam hubungan belitan pada trafo dan generator

CATATAN:
1. Dalam sistem simetris, perbedaan arus dan tegangan dari masing-masing urutannya
tidak saling mempengaruhi. Misal: arus urutan positif hanya dihasilkan dari jatuh
tegangan urutan positif , arus urutan negatif hanya dihasilkan dari jatuh tegangan urutan
negatif dan arus urutan nol hanya dihasilkan dari tegangan urutan nol.
2. Dalam sistem 3 fase 3 kawat, tidak ada arus urutan Nol yang mengalir pada penghantar
fase.
3. Ini karena I0 = (1/3) (Ia + Ib + Ic), oleh karena itu tidak ada arus urutan Nol yang mengalir .
Tetapi pada sistem 3 fase 4 kawat, penghantar netral membawa arus dari beban yang
tidak seimbang In = (Ia + Ib + Ic).

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 27


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan 1. ANALISA SISTEM TENAGA LISTRIK

Impedansi urutan positif/negatif dan urutan nol, untuk trafo dengan berbagai macam vektor
group disampaikan pada gambar dibawah ini :

SAMBUNGA URUTAN NOL URUTAN


NNNNN L ZPOSITIP&NEGATIP
Z H
L L Z Z H
H L H
L H

L Z Z H
L H L H L Z Z H
Zn 3Zn L H
H H
L Z Z H
L H L H L Z Z H
L H
L Z Z H
L H L Z Z H
L H
L H

L H L Z Z H
L H Z 3Zn 3Zn Z
Zn Zn L L H H L H
L H
L Z Z H
H L L Z Z H
L H
L H

L Z Z H
L H L H L Z Z H
L H
L Z Z H
L H L H L Z Z H
L H

SAMBUNGAN URUTAN NOL URUTAN


POSITIP/NEGATIP M Z M Z
M H Z H Z H
M M
L Z H L Z H
L L L

M M Z
H M Z H H
Z
L Z H
L 3Zn L Z H
L
H L
M Z
M H Z H H
M Z
L L Z H
L Z H
L
L
M H M 3Zn Z
L M M Z H H
Z
L Z H
3Zn L Z H
L
H L
M H M Z
L M Z H H
Z
L Z H
L Z H
L
L

H M Z
M L M Z H H
Z
L Z H H
3Zn L Z
L
H L

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 28


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan 1. ANALISA SISTEM TENAGA LISTRIK

b. Jenis-jenis gangguan Hubung Singkat


Gangguan hubung singkat dapat dikelompokkan menjadi :
a) Gangguan 3 phasa
b) Gangguan 2 phasa
c) Gangguan 2 phasa ke tanah
d) Gangguan 1 phasa ke tanah
Berdasarkan teori komponen simetris, pendekatan model untuk ke-empat gangguan diatas
adalah sebagai berikut :

b.1. Gangguan 3 phasa

ZA

EA
ZB
EB
EC

ZC

Pada titik gangguan :


Va = Vb = Vc = 0
berdasarkan teori komponen sismetris :
V a+ = 1/3.(V a + α.V b + α2.V c)
V a- = 1/3.(V a + α2.V b + α.V c )
V a0 = 1/3.(V a + V b + V c )
sehingga :
V a+ = E a+ - I a+ .Z a+ = 0  I a+ =E a+ /.Z a+
V a- = - I a- .Z a- = 0
I a- .Z a- = 0 , Z a- ≠ 0  I a- = 0
V a0 = - I a0 .Z a0 = 0
I a0 .Z a0 = 0 ; Z a0 ≠ 0  I a0 = 0

selanjutnya:
I a = E a+ /.Z a+
I b = α2.(E a+ /.Z a+)
I c = α.(E a+ /.Z a+)

I HS3φ = E a+ /.Z a+

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 29


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan 1. ANALISA SISTEM TENAGA LISTRIK

b.2. Gangguan 2 phasa

ZA

EA
ZB

EC
EB

ZC

Pada titik gangguan :


Vb = Vc ; Ib = - Ic ; Ia = 0
berdasarkan teori komponen sismetris :
V b = α2.V a+ + α .V a- + V a0
V c = α.V a+ + α2.V a- + V c0

sehingga :
(α2 - α).V a+ = (α2 - α).Z a-  Va+ = Z a-
I a0 = 1/3.(I a + I b + I c )  I a0 = 0
V a0 = - I a0 .Z a0 ; I a0 = 0  V a0 = 0
I a = I a+ + I a- + I a0  I a+ = I a-
selanjutnya:
Ia=0
I b = -(j. √3.E a+) / (Z a+ + Z a-)
I c = (j. √3.E a+) / (Z a+ + Z a-)

I HS2φ = (√3.E a+) / (Z a+ + Z a-)

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 30


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan 1. ANALISA SISTEM TENAGA LISTRIK

b.3. Gangguan 2 phasa ke tanah

ZA

EA
EB ZB

EC

ZC

Pada titik gangguan :


Ia= 0 ; Vb = Vc = 0

berdasarkan teori komponen sismetris :


I a = I a+ + I a- + I a0 ; I a = 0  I a+ = -I a- - I a0
2
3.V a+ = V a + α.V b + α .V c = V a
3. V a- = V a + α2.V b + α.V c = V a
3. V a0 = V a + V b + V c = V a

sehingga :
V a+ = V a- = V a0

selanjutnya:
Ia=0
I b = -(j. √3.E a+).(Z a0 - α.Z a-) / (Z a+.Z a- + Z a+.Z a0 + Z a-.Z a0)
I c = (j. √3.E a+).(Z a0 - α2.Z a-) / (Z a+.Z a- + Z a+.Z a0 + Z a-.Z a0)
V a = 3.E a+ Z a+.Z a0 / (Z a+.Z a- + Z a+.Z a0 + Z a-.Z a0)
Vb=Va=0

I HS2φN = √3.E a+.(Z a0 - α.Z a-) / (Z a+.Z a- + Z a+.Z a0 + Z a-.Z a0)

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 31


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan 1. ANALISA SISTEM TENAGA LISTRIK

b.4. Gangguan 1 phasa ke tanah


ZA

EA
ZB

EC EB

ZC

Pada titik gangguan :


Va= 0 ; Ib = Ic = 0

berdasarkan teori komponen sismetris :


I a+ = 1/3.(I a + α.I b + α2.I c)
I a- = 1/3.(I a + α2.I b + α.I c )
I a0 = 1/3.(I a + I b + I c )

sehingga :
I a+ = I a- = I a0 = 1/3.I a

selanjutnya:
I a+ + I a- + I a0 = I a
I a = 3.I a+
V a = V a+ + V a- + V a0
V a = E a+ - I a+.Z a+ - I a-.Z a- - I a0.Z a0
0 = E a+ - I a+.(Z a+ + Z a- + Z a0)
I a = 3.E a+ / (Z a+ + Z a- + Z a0)

I HS1φN = 3.E a+ / (Z a+ + Z a- + Z a0)

1.7. Pemahaman Hasil Perhitungan Hubung Singkat

1. 7.1. Besar arus hubung singkat pada titik gangguan


Setelah melakukan simulasi hubung singkat, kita akan melihat hasil keluaran berupa
besar arus hubung singkat di titik gangguan. Hasil ini dapat merefleksikan seberapa
besar kemampuan memutus arus (breaking capacity) pada pengaman (PMT). Hasil
ini bila kita melakukan simulasi gangguan 3 phasa. Hasil lain yaitu berapa besar
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 32
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan 1. ANALISA SISTEM TENAGA LISTRIK

seting yang harus dipasang pada rele pengaman agar peralatan tetap aman dan
sistem pengaman bekerja selektif (bekerja hanya bila terjadi gangguan). Hal ini bila
kita melakukan simulasi gangguan 1 phasa ke tanah.

1.7.2. Kontribusi arus hubung singkat sekitar lokasi gangguan


Di samping arus hubung singkat di titik gangguan, dapat diketahui juga kontribusi dari
setiap titik/ busbar/ GI di sekitar lokasi gangguan. Hal ini berguna untuk mengatur
topologi sub-sistem yang paling ideal untuk sistem yang sedang ditinjau. Tentunya
akan dipilih topologi yang paling handal, meminimkan terjadi pemadaman bila terjadi
gangguan, tetapi dengan tetap menjaga keamanan peralatan itu sendiri (dengan
mengatur topologi agar arus gangguan sekecil mungkin)

1.7.3. Jatuh Tegangan di Busbar/ GI sekitar lokasi gangguan


Dari simulasi hubung singkat dapat diperoleh juga besar tegangan di setiap titik/
busbar/ GI, terutama di sekitar lokasi gangguan. Hal ini untuk memahami seberapa
luas pengaruh gangguan yang terjadi serta menentukan topologi optimal untuk tetap
menjaga keandalan sistem.

1.8 . GANGGUAN HUBUNG SINGKAT DAPAT MERUSAK PERALATAN


antara lain:
 Secara Themis
Termis atau pemanasan berlebih pada peralatan listrik yang di-lalui oleh arus gangguan
dapat merusak peralatan listrik. Dimana kerusakan akibat arus gangguan tergantung
pada besar dan lamanya arus gangguan, hal ini dapat dilihat pada persamaan dibawah
ini:
t

I
2
1. Panas = R.dt (joule) (I.16)
0

2. Konstanta Panas = I2 .t (amp2 detik) (I.17)


Dimana: I = arus gangguan (amp)
R = tahanan penghantar/konduktor (ohm)
t = waktu lamanya arus gangguan (detik)
Panas ini, akan menaikkan suhu penghantar yang dilalui oleh arus gangguan. Jika terlalu
lama, suhu penghantar akan terlalu tinggi sehingga merusak isolasinya atau
mempercepat penuaannya. Hal ini dapat dilihat pada persamaan (I.16)
Arus juga dapat merusak atau menghancurkan selain isolasi juga penghantar tersebut.
Hal ini dapat dibuktikan dengan mempergunakan persamaan (I.17).
Misal: Netral Grounding Resistance (NGR) yang terpasang pada Gardu Induk sisi 20 kV
= 40 ohm, kemampuan arus = 300 amp dan waktu (t) = 10 detik.
Dengan mempergunakan persamaan (I.2), dapat diperoleh:
Panas = (300)2 . 10 (amp2 detik) = 9. 105 (amp2 detik).

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 33


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan 1. ANALISA SISTEM TENAGA LISTRIK

Dari penjelasan diatas, artinya NGR akan rusak jangka waktu 10 detik dengan arus 300
amp.
Sesuai peninjauan lapangan (nameplate) NGR yang terpasang di Gardu induk di
Indonesia adalah:

Tahanan NGR Arus (waktu (detik)


(ohm)
500 ohm 28-30 amp 10 detik
40 ohm 300 amp 10 detik
12 ohm 1000 amp 10 detik

 Secara Mekanis
Mekanis atau gaya tarik menarik/tolak-menolak pada peng-hantar fase yang terganggu
karena adanya frekwensi elektris yang dapat menimbulkan frekwensi mekanis.
Dimana arus gangguan hubung singkat yang terjadi, dapat menimbulkan gaya tarik
menarik atau tolak menolak pada penghantar yang dilalui arus gangguan tersebut.
Misalnya material Busbar pada cubicle, switchgear atau belitan pada transformator
tenaga, material ini harus memiliki kekuatan secara mekanis sehingga tahan terhadap
gaya-gaya tersebut.
Misal: Cubicle 20 kV harus tahan terhadap arus yang keluar dari trafo tenaga
(150kV/20kV) selama 0-40 milli detik (breaking capacity) saat terjadi gangguan hubung
singkat di sistem 20 kV.

Kapasitas Reaktansi Arus Breaking


trafo trafo XT Maksimum capacity
tenaga (%) (amp) (MVA)
100 MVA 13% 22.206 769
60 MVA 12,8% 13.532 466
30 MVA 12% 7.217 250
20 MVA 11% 5.249 182
10 MVA 10% 2.887 100

Untuk memperoleh arus maksimum dan breaking capacity dapat mempergunakan


persamaan dibawah ini:
V( pu)
Arus maksimum trafo (If maks) = I N trafo
X T ( pu)

S Trafo
IN Trafo = amp
3V

Breaking capacity = 3 x V x If Trafo


Dari tabel diatas terlihat, bila cubicle yang terpasang digardu induk untuk trafo tenaga
dengan kapasitas 30 MVA. Karena sesuatu hal ( beban bertambah) trafo tenaga yang
terpasang di gardu induk diganti menjadi 60 MVA, maka cubicle tersebut harus juga
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 34
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan 1. ANALISA SISTEM TENAGA LISTRIK

diganti yang disesuaikan dengan kapasitas trafo tenaga yang terpasang. Bila tidak
diganti, kalau ada yang hubung singkat di sistem distribusi (di tegangan 20 kV), cubicle
dengan breaking capacity yang rendah akan meledak, akibat dari kekuatan mekanis
yang timbul saat terjadi gangguan hubung singkat.

CATATAN: Bila trafo tenaga di Gardu Induk di ganti dengan kapasitas yang lebih besar,
perlu diperhatikan, antara lain:
- Breaking capacity pada cubicle outgoing dan cubicle di gardu distribusi.
- Arus thermis pada current transformer yang terpasang pada outgoing feeder dan yang
terpasang pada Pelanggan yang mempunyai daya > 200 kVA.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 35

Anda mungkin juga menyukai