Anda di halaman 1dari 22

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Neighborhood

2.1.1 Definisi Neighborhood

Definisi “neighborhood” tergolong sangat relatif. Oleh karena itu,


tugas seorang peneliti adalah menentukan apa yang dimaksud
dengan neighborhood tersebut. Neighborhood secara umum
diartikan sebagai skala territorial terkecil dari kehidupan suatu kota
(Jensen, 2020 dalam Sunarti 2020). Secara harfiah, kata
neighborhood sendiri dalam bahasa inggris memiliki beberapa arti
diantaranya area atau region, district atau locality dan community.
Dalam bahasa Indonesia, neighborhood diartikan sebagai
lingkungan, perumahan dan tetangga. Lingkungan memiliki arti
yang sama dengan area dan tetangga memiliki arti yang sama
dengan community.

Menurut Forrest dan Kearns (2001 dalam Ichsan, 2010)


neighborhood (lingkungan) terbagi menjadi tiga tipologi sebagai
berikut:
1. Neighborhood yang merujuk pada “komunitas”, yang mana
tergambarkan dalam ranah pertemanan lokal dan kenalan biasa
yang tetap tampak penting dalam kehidupan sehari-hari;
2. Neighborhood sebagai suatu “konteks”, khusus hal ini
merujuk pada artian stigma negatif seperti perkembangan
perilaku antisosial dan taraf kesehatan yang buruk.
3. Neighborhood sebagai suatu “komoditas”, dimana memiliki
fungsi sebagai domain keselamatan, keamanan serta gaya
hidup.

Kohesi Sosial Lingkungan Ketetanggaan pada Perumahan Berpagar


(Kasus: Emerald View Bintaro Jaya dan Taman Provence BSD City)
Rosianti Citra Puspa Dewi, 2022
11

Dalam perencanaan tata ruang pembangunan dan pengembangan


perumahan perkotaan, dikenal konsep neighborhood unit. Kamus
tata ruang (Soefaat, 1977 dalam Hasanuddin, 2014)
mendefinisikan neighborhood unit sebagai unit lingkungan yang
tergambarkan dalam suatu kawasan perumahan dalam berbagai
bentuk dan ukuran dengan penataan tanah dan ruang, prasarana dan
sarana lingkungan yang terstruktur. Neighborhood unit mengacu
pada wilayah hunian dengan ukuran tertentu yang di dalamnya
terdapat fasilitas yang mendukung kehidupan penghuni dan
perumahan itu sendiri (Brody, 2009 dalam Hasanuddin, 2019) serta
dikelilingi jaringan transportasi internal yang nyaman dan jalan-
jalan utama (Byun, 2014).

Neighborhood unit dianggap sebagai suatu konsep desain fisik


yang ideal bagi lingkungan hunian dalam memenuhi kebutuhan
sosio-psikologi penghuninya (Putri, dkk, 2016 dalam Sunarti,
2020). Di Indonesia sendiri dasar penerapan konsep neighborhood
unit seringkali dikaitkan dengan unit administrasi RT maupun RW,
yang mana ditinjau dari komposisi penduduknya yaitu RT (150-
250 jiwa) dan RW (2.500 jiwa atau 8-10 RT). Konsep
neighborhood unit ini pun telah diterapkan pada pengembangan
perumahan dan permukiman di Indonesia. Hal ini karena konsep
ini dapat menyesuaikan dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku, yaitu disesuaikan dengan SNI terutama dengan
mengkaji kriteria-kriteria lokasinya.

2.1.2 Prinsip-Prinsip Konsep Neighborhood Unit

Clarence Perry memperkenalkan konsep neighborhood unit pada


tahun 1929 sebagai bagian dari Rencana Regional New York.
Konsep ini mengusulkan prinsip perumahan berdasarkan jumlah
penduduk (Byun, et.al, 2014). Terdapat enam prinsip dasar

Kohesi Sosial Lingkungan Ketetanggaan pada Perumahan Berpagar


(Kasus: Emerald View Bintaro Jaya dan Taman Provence BSD City)
Rosianti Citra Puspa Dewi, 2022
12

perencanaan tata ruang untuk blok perumahan, yaitu ukuran, batas,


sistem jaringan jalan internal, ruang terbuka, area institusi dan
pertokoan lokal. Penjelasan terkait keenam prinsip tersebut untuk
lebih jelasnya adalah sebagai berikut:

Gambar 3. Konsep Neighborhood Unit Clarence Perry


Sumber: Pinnegar, 2013 dalam Asfour, 2017

a. Ukuran (Size)
Pembangunan unit tempat tinggal perlu menentukan
besaran/cakupan wilayah dan populasi agar menghasilkan
lingkungan perumahan dengan kehidupan sosial yang efektif.
Jenis hunian harus pula diperhatikan dalam penyediaan

Kohesi Sosial Lingkungan Ketetanggaan pada Perumahan Berpagar


(Kasus: Emerald View Bintaro Jaya dan Taman Provence BSD City)
Rosianti Citra Puspa Dewi, 2022
13

perumahan yang dapat meningkatkan efektifitas sosial.


Sehingga ukuran dalam prinsip neighborhood unit ditinjau
dari populasi penghuni, jumlah anggota keluarga dan jumlah
unit hunian per RT/RW.

b. Batas (Boundary)
Desain dasar konsep sustainable neighborhood unit (Farr,
2008 dalam Hasanuddin, 2014) memerlukan penentuan batas
dengan mengidentifikasi pusat dan tepi lingkungan tersebut.
Dalam hal ini batasan fisik tidak hanya berbentuk jalan namun
dapat terbentuk dari bentang alam maupun buatan manusia,
seperti sungai, topografi ekstrim, rel kereta api, dan ruang
terbuka hijau.

c. Ruang Terbuka (Open Space)


Ruang terbuka dapat berupa taman, koridor hijau dan taman
bermain. Berdasarkan konsep sustainable neighborhood unit
(Farr, 2008 dalam Hasanuddin, 2014) ruang terbuka sebisa
mungkin dirancang multifungsi, sebab dianggap sebagai
bagian dari jaringan pejalan kaki yang mana menyediakan
ruang rekreasi publik dan lahan khusus untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari.

d. Area-Area Institusi (Institution Sites)


Konsep neighborhood unit sangat mendukung pentingnya
sekolah, agama, dan fasilitas masyarakat di wilayah
pemukiman (Vale, 2000 dalam Hasanuddin, 2014).
1. Sekolah
Sekolah dalam neighborhood unit terdiri atas pra-sekolah
(nursery (penitipan), kindergarten (TK)), Sekolah Dasar
(SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah
Menengah Umum (SMU). Namun, yang berperan penting
dalam konsep neighborhood unit adalah Sekolah Dasar,

Kohesi Sosial Lingkungan Ketetanggaan pada Perumahan Berpagar


(Kasus: Emerald View Bintaro Jaya dan Taman Provence BSD City)
Rosianti Citra Puspa Dewi, 2022
14

yang mana berada di tengah dan dijadikan sebagai pusat


lingkungan. Namun pada perkembangan yang dicanangkan
oleh Duanny plater-Zyberk letaknya dipindahkan ke tepi
sebab memerlukan kebutuhan ruang yang lebih besar untuk
taman bermain dan tempat parkir, serta keberadaannya
dibagi antara lingkungan dan sudah tidak perlu dikelilingi
oleh jalan-jalan/trotoar (Hasanuddin, 2014).
2. Tempat Peribadatan
Lokasi tempat peribadatan harus mudah diakses dan
terletak pada sisi jalan kolektor agar dapat melayani lebih
dari satu lingkungan (De Chiara, 1969 dalam Hsin Liu,
1978 dalam Hasanuddin, 2014). Pada wilayah tertentu
lembaga keagamaan biasa menjadi titik hidup
lingkungannya.

e. Toko Lokal (Local Shop)


Pertokoan lokal diletakkan di tepi lingkungan jalan utama dan
di sekitar persimpangan jalur lalu lintas yang mengikat
beberapa lingkungan (Perry, 1929 dalam Hasanuddin, 2014).
Pertokoan dan pusat perbelanjaan harus mudah diakses oleh
pejalan kaki dan lalu lintas kendaraan.

f. Sistem Jalan Internal (Internal Street System)


Jalan internal berada pada sepanjang jalan utama serta pada
node transit yang mana berfungsi menghubungkan hunian
dengan pusat-pusat lingkungan seperti tempat perbelanjaan
dan sekolah untuk pejalan kaki terutama untuk anak sekolah.
Sistem jalan dalam konsep neighborhood unit terdiri atas jalan
kolektor, jalan lokal, cul-de-sac dan jaringan pedestrian yang
saling terhubung satu sama lain.

Kohesi Sosial Lingkungan Ketetanggaan pada Perumahan Berpagar


(Kasus: Emerald View Bintaro Jaya dan Taman Provence BSD City)
Rosianti Citra Puspa Dewi, 2022
15

2.2. Perumahan Berpagar

2.2.1 Definisi dan Karakteristik Perumahan Berpagar

Menurut Undang-Undang Nomor 01 Tahun 2011 tentang


Perumahan dan Kawasan Permukiman, rumah didefinisikan
sebagai bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat tinggal
yang layak huni, sarana pembinaan keluarga, cerminan harkat dan
martabat penghuninya, serta aset bagi pemiliknya dan rumah
secara swadaya adalah rumah yang dibangun atas prakarsa dan
upaya masyarakat. Perumahan didefinisikan sebagai kumpulan
rumah sebagai bagian dari permukiman, baik perkotaan maupun
perdesaan, yang dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan utilitas
umum sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni.
Sementara permukiman didefinisikan sebagai bagian dari
lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan
perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum,
serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan
perkotaan atau kawasan perdesaan.

PR
Keterangan
R = Rumah
R P R P = Perumahan
PR = Permukiman

Gambar 4. Ilustrasi Definisi Perumahan dan Permukiman


Sumber: Dewi, 2022

Perumahan berpagar (gated housing/gated neighborhood/gated


community) merupakan konsep perumahan yang diusung atas dasar

Kohesi Sosial Lingkungan Ketetanggaan pada Perumahan Berpagar


(Kasus: Emerald View Bintaro Jaya dan Taman Provence BSD City)
Rosianti Citra Puspa Dewi, 2022
16

keamanan atau zona aman, prestise dan gaya hidup (Blakely &
Snyder, 1997 dalam Asiz, 2008; Belk, 2017 dalam Aulia &
Suryani, 2020; Supriyadi, 2021) sebagai berikut:
1. Zona Aman
Konsep perumahan berpagar yang mengusung dasar
keamanan ini tercermin dari ketakutan pada orang luar yang
dapat mengganggu lingkungannya. Untuk mencegah hal
tersebut, dibangun dan disediakan dinding, pagar serta
gerbang.

2. Prestise
Konsep perumahan berpagar dengan dasar prestise berangkat
dari komposisi penduduknya yang cenderung menengah ke
atas. Hal ini mengakibatkan fungsinya cenderung sebagai
simbol kekayaan atau status bagi penghuninya.

3. Gaya Hidup
Konsep perumahan berpagar yang didasari oleh gaya hidup
berfokus pada kegiatan rekreasi dan ketersediaan fasilitas.
Dasar gaya hidup ini dimaksudkan agar tercipta kebersamaan
antar penghuni melalui aktivitas bersama.

Perumahan berpagar memiliki akses terbatas yang membuat ruang


publik menjadi privat, yang mana akses tersebut dikendalikan oleh
pembatas fisik, dinding atau pagar dan gerbang yang terdapat pada
perumahan tersebut (Blakely & Snyder, 1997 dalam Asiz, 2008
dan Tampubolon & Aulia, 2015). Sebagaimana sebutan atau
namanya, perumahan ini dibatasi dengan tembok dan gerbang yang
dijaga oleh petugas keamanan selama dua puluh empat jam. Saat
ini konsep perumahan berpagar telah menjadi konsep utama dalam
pembangunan perumahan pada kawasan metropolitan, sebab
diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup penghuni dengan

Kohesi Sosial Lingkungan Ketetanggaan pada Perumahan Berpagar


(Kasus: Emerald View Bintaro Jaya dan Taman Provence BSD City)
Rosianti Citra Puspa Dewi, 2022
17

tinggal pada komunitas yang terjaga keamanannya (Hapsariniaty,


dkk., 2018).

Gambar 5. Ilustrasi Perumahan Berpagar


Sumber: Asiz, 2008

Adapun beberapa karakteristik yang membedakannya dengan


konsep pembangunan perumahan lain menurut Supriadi (2021)
dapat dilihat dari aspek-aspek sebagai berikut:
1. Adanya pagar yang mengelilingi kompleks secara fisik untuk
menghalangi akses dan pergerakan masyarakat di luar
penghuni;
2. Adanya ruang privat yang secara tidak sadar terbentuk untuk
kenyamanan penghuni; dan
3. Adanya layanan publik secara privat seperti pengambilan
sampah, area bermain, area olahraga, dan keamanan.

Hapsariniaty, et. al, (2018) mengemukakan karakteristik


perumahan berpagar sebagai berikut:
1. Memiliki tanah yang relatif kecil dan luas kurang dari dua
hektar;
2. Jumlah unit rumah yang sedikit dalam pembangunannya;
3. Fasilitas yang terbatas dalam pembangunannya; dan

Kohesi Sosial Lingkungan Ketetanggaan pada Perumahan Berpagar


(Kasus: Emerald View Bintaro Jaya dan Taman Provence BSD City)
Rosianti Citra Puspa Dewi, 2022
18

4. Sebagian besar dikembangkan untuk mendukung keluarga inti


kecil.
Selain itu, ia juga berpendapat bahwa perumahan cluster dan cul-
de-sac (jalan buntu) dapat digambarkan pula sebagai karakteristik
perumahan berpagar.

Gambar 6. Ilustrasi Skema Perumahan Berpagar


Sumber: Asiz, 2008

2.2.2 Denah Perumahan Berpagar

Denah perumahan berpagar dapat ditinjau dari tipologi atau pola


jaringan jalan yang terdapat di dalamnya. Jalan yang berada di
lingkungan perumahan merupakan elemen yang menentukan pola
pergerakan penghuni (De Chiara J, 1989 dalam Indrayani, 2012).
Pola jaringan jalan perumahan dapat pula menjadi penentu atau
pendorong terbentuknya berbagai kondisi sosial penghuni, seperti
terbentuknya interaksi sosial, kepuasan tinggal, dan lain
sebagainya.

Kohesi Sosial Lingkungan Ketetanggaan pada Perumahan Berpagar


(Kasus: Emerald View Bintaro Jaya dan Taman Provence BSD City)
Rosianti Citra Puspa Dewi, 2022
19

Adapun pola-pola jaringan yang dimaksud diantaranya terdiri dari


enam pola sebagai berikut:

Gambar 7. Pola Jaringan Jalan Perumahan


Sumber: Indrayani, 2012

a. Pola Grid
Pola jaringan jalan yang dirancang untuk menghindari
monotonitas dan mengurangi beban lalu lintas menerus. Pola
jaringan jalan ini juga mendorong aktivitas berjalan kaki dan
interaksi antar penghuni.

b. Pola Simpangan
Pola jaringan jalan yang hampir mirip dengan pola grid,
namun dirancang untuk menghindari perpotongan jalan serta

Kohesi Sosial Lingkungan Ketetanggaan pada Perumahan Berpagar


(Kasus: Emerald View Bintaro Jaya dan Taman Provence BSD City)
Rosianti Citra Puspa Dewi, 2022
20

memiliki kriteria khusus yaitu titik simpang jalan berjarak 40


meter.

c. Pola Radial
Pola jaringan jalan yang digunakan apabila memiliki kondisi
topografi yang berkontur.

d. Pola Cul-de-sac
Pola jaringan jalan yang masuk ke persil unit hunian yang
diakhiri dengan putaran berbentuk radial memanjang hingga
150 meter.

e. Pola Taman
Pola jaringan jalan yang mengembangkan pola grid dan cul-
de-sac dengan taman pada bagian tengahnya.

f. Pola Loop
Pola jaringan jalan yang mengembangankan pola cul-de-sac
dan taman dalam satu blok unit perumahan yang memutar.

2.2.3 Karakteristik Penghuni Perumahan Berpagar

Pemilihan perumahan berpagar sebagai hunian tinggal tidak lepas


dari karakteristik penghuninya sendiri sebagai kelompok sasaran
dalam pemenuhan akses hunian. Berdasarkan penelitian
Widhyaharto (2009), penghuni perumahan berpagar sering kali
menempel kesan eksklusif atau tertutup. Hal ini karena mereka
merasa sudah terpenuhi seluruh kebutuhannya.

Penghuni perumahan berpagar cenderung homogen dalam taraf


pendapatan dan usia (Asiz, 2008), yang mana didominasi penghuni
pada kelas sosial-ekonomi menengah ke atas, sebab harga jual
hunian yang relatif tinggi. Selain itu, penghuni perumahan
berpagar adalah penghuni yang hampir seluruh anggota
keluarganya memiliki kesibukan pada aktivitas hariannya. Mereka

Kohesi Sosial Lingkungan Ketetanggaan pada Perumahan Berpagar


(Kasus: Emerald View Bintaro Jaya dan Taman Provence BSD City)
Rosianti Citra Puspa Dewi, 2022
21

membutuhkan pengamanan yang ketat untuk harta benda dan


keluarganya sebab sering kali bepergian dalam waktu yang lama
(Asiz, 2008).

2.3. Kohesi Sosial

2.3.1 Definisi Kohesi Sosial

Terdapat berbagai banyak pendekatan konseptual terkait definisi


kohesi sosial. Berdasarkan pengertian secara etimologis, kohesi
berarti keutuhan suatu kelompok, yang semua komponennya saling
berhubungan erat. Bolen dan Hoyle (1990, dalam Ichsan, 2010)
mengemukakan definisi teoritis kohesi sebagai situasi dimana
anggota individu suatu kelompok merasa “terjebak” atau menjadi
bagian dari suatu kelompok sosial tertentu.

Dari perspektif perkotaan, konsep kohesi sosial membahas interaksi


antar penduduk dan nilai kehidupan yang kolektif. Di mana hal ini
sering dianggap secara inheren positif, karena mempromosikan
hubungan lokal non-konfliktual dan dianggap dapat mengatasi
masalah isolasi sosial (Dekker & Kempen, 2009:111 dalam Méndez,
et al., 2021). Secara sederhana, kohesi merupakan kebalikan dari
perpecahan. Oleh karena itu, kebersamaan dan kesatuan adalah dua
kriteria dasar dalam kohesi sosial ini.

Kohesi sosial dapat terlihat dalam aktivitas sehari-hari suatu


kelompok komunitas yang ditunjukkan melalui keintiman,
komunikasi tatap muka, adanya kerja sama dan konflik, serta adanya
suatu kelompok yang menghabiskan waktu bersama dan saling
mengenal dengan baik. Tingkat kohesi sosial dapat digambarkan
sebagai kemampuan suatu anggota masyarakat untuk bekerja sama
dan merespon secara kolektif dalam pencapaian tujuan bersama serta

Kohesi Sosial Lingkungan Ketetanggaan pada Perumahan Berpagar


(Kasus: Emerald View Bintaro Jaya dan Taman Provence BSD City)
Rosianti Citra Puspa Dewi, 2022
22

dalam menangani masalah ekonomi, sosial, politik, atau tekanan


lingkungan yang mempengaruhi mereka.

Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa, kohesi sosial didefinisikan


sebagai perasaan integrasi, keterikatan pada daerah dan kerjasama
daripada konflik antar anggota kelompok dalam tingkat masyarakat
tertentu yang dikembangkan melalui interaksi yang intens dalam
kehidupan sehari-hari serta kehidupan harmoni dengan mengurangi
ketimpangan dan menghargai hakikat keragaman yang ada dalam
kelompok atau masyarakat tersebut.

2.3.2 Pengukuran Kohesi Sosial

Kohesi sosial adalah konsep multi dimensi yang saling terkait satu
sama lain. Tidak ada definisi khusus mengenai definisi, pengukuran,
dan penerapannya. Forrest dan Kerns (2001, dalam Stone & Hulse,
2007) menggambarkan kohesi sosial ke dalam lima domain. Kelima
domain yang dimaksud adalah;
a. Nilai-nilai bersama dan budaya sipil;
b. Ketertiban sosial dan kontrol sosial;
c. Solidaritas sosial dan pengurangan kesenjangan kekayaan;
d. Jaringan sosial dan modal sosial; dan
e. Keterikatan tempat dan identitas.

Sementara Stone dan Hulse (2007 dalam Ichsan, 2010)


mengemukakan bahwa kohesi terbagi menjadi tiga dimensi, mereka
menyarankan bahwa kohesi sosial adalah sebuah interaksi yang
tumpang tindih dan dinamis antara keterhubungan sosial di bawah
gagasan modal sosial, serta ketidaksetaraan di bawah konsep
eksklusi sosial. Mereka juga menambahkan lingkungan budaya
sebagai dimensi ketiga. Lingkungan budaya merupakan situasi di
mana interaksi sosial berlangsung dan mencakup ide-ide tentang

Kohesi Sosial Lingkungan Ketetanggaan pada Perumahan Berpagar


(Kasus: Emerald View Bintaro Jaya dan Taman Provence BSD City)
Rosianti Citra Puspa Dewi, 2022
23

berbagi nilai, tujuan bersama, dan keterikatan/kepemilikan tempat


dan identitas bersama.

Gambar 8. Dimensi Kohesi Sosial


Sumber: Stone and Hulse, 2007 dalam Ichsan, 2010

Dalam skala neighborhood atau lingkungan ketetanggaan, kohesi


sosial cukup terukur melalui (Abu-Ghazzeh,1999; Liu, et. al., 2017;
Wilkerson, et, al., 2012; Zhu & Fu, 2017, dalam Mousavinia, et. al.,
2019):
a. Tingkat mengenal individual atau penghuni pada lingkungan
tempat tinggalnya;
b. Rasa percaya kepada tetangga atau penghuni lain;
c. Rasa saling menjaga;
d. Rasa saling tolong-menolong; dan
e. Frekuensi interaksi antar penghuni

2.3.3 Kohesi Sosial di Perumahan Berpagar

Neighborhood cohesion di perumahan berpagar didukung oleh


komposisi homogenitas yang muncul sebagai strategi perencanaan

Kohesi Sosial Lingkungan Ketetanggaan pada Perumahan Berpagar


(Kasus: Emerald View Bintaro Jaya dan Taman Provence BSD City)
Rosianti Citra Puspa Dewi, 2022
24

untuk mengatasi tidak adanya rasa komunitas (Wilson-Doenges,


2000 dalam Youssef & Tsenkova, 2020). Rasa memiliki (sense of
belonging) dan perasaan memiliki atau hak atas lingkungannya serta
kelas sosial merupakan aspek mendasar dari kohesi yang dirasakan
oleh penghuni perumahan berpagar (Méndez, 2021).

Pengukuran suatu neighborhood sendiri sebagai unit lingkungan


terkecil berdasarkan prinsip neighborhood unit dapat dilihat dari
cakupan wilayahnya, di mana mencakup jumlah unit hunian, jenis
hunian, total KK per RT dan/atau RW, dan luas kavling yang
diidentifikasi dengan jarak ideal jangkauan pejalan kaki
(Hasanuddin, 2019). Berdasarkan penelitian terdahulu kohesi sosial
pada perumahan berpagar cenderung tinggi terutama dalam hal
ketetanggaan serta semakin tinggi tingkat gerbang implisit, semakin
banyak penghuni menikmati dan menunjukkan rasa kohesi
lingkungan yang lebih tinggi (Youssef, 2015). Hal ini diasumsikan
berdampak dari latar belakang penghuni dan lingkungan
ketetanggaan yang memiliki komposisi homogen, terutama dari segi
pendapatan, dimana penghuni perumahan berpagar cenderung
berasal dari strata menengah ke atas.

2.4. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Hasil tinjauan literatur atau teoritis atas berbagai hasil penelitian terdahulu
dan tinjauan pustaka penunjang lainnya dirangkum serta disajikan dalam
bentuk tabulasi. Tinjauan literatur bersumber dari artikel jurnal penelitian
baik nasional maupun internasional yang sesuai dengan kata kunci
penelitian. Tinjauan penelitian terdahulu berisikan enam kolom yang
terdiri dari judul artikel penelitian, tujuan/pertanyaan penelitian/rumusan
masalah, unit analisis penelitian, variabel penelitian, metode penelitian,
dan intisari atau kesimpulan penelitian. Tabel hasil tinjauan penelitian
terdahulu dapat dilihat pada Tabel 1.

Kohesi Sosial Lingkungan Ketetanggaan pada Perumahan Berpagar


(Kasus: Emerald View Bintaro Jaya dan Taman Provence BSD City)
Rosianti Citra Puspa Dewi, 2022
25

Tabel 1. Tabel Tinjauan Penelitian Terdahulu

Tujuan/
Judul Pertanyaan Penelitian/ Unit Analisis Variabel Metode Kesimpulan
Rumusan Masalah
Socializing in The Suburbs: Menyelidiki hubungan Neighborhood Interaksi Sosial  Observasi &  Tipe jalan, tutupan
Relationship Between timbal balik antara  Kepuasan terhadap wawancara pohon, dan
Neighbourhood Design and korelasi interaksi sosial, lingkungan  Kuesioner penyediaan ruang
Social Interaction in Low- tingkat aktivitas sosial  Keterikatan  Exploratory terbuka ditemukan
Density Housing Contexts dan karakteristik desain terhadap factor analysis secara signifikan
lingkungan umum dari lingkungan  Correlation memprediksi
Penulis: pinggiran kota dengan  Ketetanggan analysis kepuasan
Zainab Ibrahim Abass, et al kepadatan rendah.  Kemudahan  Hierarchical lingkungan dan
(2019) berjalan dan multiple rasa komunitas.
kemanan regressions  Desain lingkungan
 Tingkat aktivitas penting untuk
sosial interaksi sosial
yang dapat
Karakteristik Desain mempengaruhi
 Tata letak jalan rasa komunitas dan
 Lingkungan kepuasan
pejelan kaki lingkungan
 Konektivitas perumahan.
lingkungan
 Penyediaan ruang
publik
 Bentuk tempat
tinggal

Kohesi Sosial Lingkungan Ketetanggaan pada Perumahan Berpagar


(Kasus: Emerald View Bintaro Jaya dan Taman Provence BSD City)
Rosianti Citra Puspa Dewi, 2022
26

Tujuan/
Judul Pertanyaan Penelitian/ Unit Analisis Variabel Metode Kesimpulan
Rumusan Masalah
Measuring the Impact of Menentukan apakah Neighborhood  Kohesi komunitas  Survei Skala spasial yang
Spatial Network Layout on salah satu karakteristik  Spatial Network  Data mining sesuai dengan jarak
Community Social jaringan yang dapat kita Design (radius)  Uji validitas berjalan kaki biasa
Cohesion: A Cross- ukur merupakan faktor variabel serta konektivitas
Sectional Study penting atau  Regresi fisik memiliki
berhubungan dengan multivariat pengaruh yang
Penulis: tingkat kohesi sosial signifikan terhadap
Crispin H. V. Cooper, et. al dalam suatu komunitas kohesi sosial
(2014)
Neighbourhood Density Mengevaluasi hubungan Neighborhood  Kepadatan  Survei Lokasi Bentuk bangunan,
and Social Sustainability in antara keberlanjutan  Keberlanjutan  Kuesioner tata letak, desain dan
Cities of Developing sosial dan kepadatan sosial  The Statistical jumlah campuran
Countries perkotaan  Penggunaan lahan Package for the penggunan lahan,
campuran Social Sciences serta variabel sosio-
Penulis:  Bentuk bangunan (SPSS) demografis seperti
Seema Dave (2011)  Desain & tata letak  Multiple pendapatan keluarga
 Sosio-demografis Centrality dan lokasi memiliki
Assessment peran penting dalam
(MCA) mencapai
 Uji korelasi keberlanjutan sosial.
sederhana
(Pearson’s dan
Kendall’s)

Kohesi Sosial Lingkungan Ketetanggaan pada Perumahan Berpagar


(Kasus: Emerald View Bintaro Jaya dan Taman Provence BSD City)
Rosianti Citra Puspa Dewi, 2022
27

Tujuan/
Judul Pertanyaan Penelitian/ Unit Analisis Variabel Metode Kesimpulan
Rumusan Masalah
Gated-ness, Income Menguji hubungan Neighborhood  Psychological  Semakin
Studi literatur tinggi
Segregation and antara lingkungan sense of community  Wawancaratingkat gerbang
Neighbourhood Cohesion berpagar dan kohesi  Keterikatan tempat  Kuesionerimplisit, semakin
in Two Western Canadian lingkungan di wilayah  Neighborliness  banyak
Perbandingan penghuni
Metropolises metropolitan Kanada (Keramahtamahan) menikmati
ilustratif dan dan
Barat, serta merumuskan  Jenis Kelamin analitik menunjukkan rasa
Penulis: rekomen-dasi tentang  Pendapatan rumah kohesi lingkungan
 Uji statistik
Karim W. F. Youssef keamanan lingkungan tangga yang lebih tinggi.
(2015)  Lama tinggal Dimana terlihat dari
tata letak perumahan
 Enveloping space
yang kompak,
(lingkungan
keberadaan taman
perumahan
yang melimpah dan
berpagar)
dua sekolah dasar
yang tercermin
dalam indeks kohesi
sosial ditemukan
cukup tinggi
Neighborhood Scale and Mengeksplorasi Neighborhood  Persepsi penghuni  Kajian literatur  Penghuni pada
Collective Efficacy: Does inkonsistensi definisi terhadap  Analisa deskriptif lingkungan yang
Size Matter? lingkungan di seluruh lingkungan kecil melaporkan
studi empiris dalam  Dampak lingkugan tingkat kohesi
Penulis: kriminologi dan geografi terhadap perilaku yang tinggi, karena
Rachel E. Stein (2014) penghuni sifat populasi yang
homogen.

Kohesi Sosial Lingkungan Ketetanggaan pada Perumahan Berpagar


(Kasus: Emerald View Bintaro Jaya dan Taman Provence BSD City)
Rosianti Citra Puspa Dewi, 2022
28

Tujuan/
Judul Pertanyaan Penelitian/ Unit Analisis Variabel Metode Kesimpulan
Rumusan Masalah
 Lingkungan yang
kecil cenderung
memiliki interaksi
dan keterikatan
terbesar.
Housing Layout, Perceived Mempelajari dampak Neighborhood  Kepadatan yang  Statistik Tata letak memiliki
Density and Social relatif kepadatan, tata dirasakan deskriptif peran yang penting
Interactions in Gated letak, dan desain pada  Rasa aman  Uji analisis faktor pada interaksi sosial
Communities: Mediational interaksi sosial dan  Terirorialitas konfirmatori
Role of Territoriality memperoleh  Interaksi sosial  Pemodelan
pemahaman yang lebih  Kepemilikan persamaan
Penulis: dalam terkait proses hunian struktual
Seyyedeh Fatemeh psikologis yang  Lama tinggal
Mousavinia, et. al. (2019) mendasari penilaian
 Lingkungan binaan
individu terhadap
lingkungan dan persepsi

Kohesi Sosial Lingkungan Ketetanggaan pada Perumahan Berpagar


(Kasus: Emerald View Bintaro Jaya dan Taman Provence BSD City)
Rosianti Citra Puspa Dewi, 2022
29

Berdasarkan hasil tinjauan penelitian terdahulu, faktor atau aspek spasial lingkup
ketetanggan perumahan berpagar berpengaruh pada kohesi sosial penghuni.
Pengaruh tersebut digambarkan melalui ukuran lingkungan, ketersediaan
fasilitas, dan layout perumahan. Kohesi sosial antar penghuni yang terbentuk
dinilai atas tiga dimensi yang sesuai dengan cakupan penelitian yaitu rasa saling
tolong menolong, kesempatan untuk menghabiskan waktu bersama, dan rasa
kedekatan.

2.5. Faktor Spasial yang Mempengaruhi Kohesi Sosial di Perumahan


Berpagar

Variabel dependen atau variabel laten dalam penelitian ini adalah kohesi sosial.
Sedangkan variabel independen dalam penelitian ini adalah faktor spasial
perumahan berpagar yang berfungsi untuk mengetahui tingkat kohesi sosial
penghuni pada perumahan berpagar, yang mana pada penelitian ini terdapat tiga
faktor spasial yaitu ukuran lingkungan, ketersediaan fasilitas dan layout
perumahan.

Gambaran kerangka konsep penelitian diperlihatkan pada Gambar 8 yang


bersumber dari hasil penelitian terdahulu.

(X1) Ukuran Lingkungan

(X2) Ketersediaan Fasilitas (Y) Kohesi Sosial

(X3) Layout Perumahan

Gambar 9. Kerangka Konsep

Hipotesis penelitian adalah kohesi sosial penghuni yang terbentuk pada


perumahan Emerald View Bintaro Jaya dan Taman Provence BSD City adalah
tinggi, yang mana hal tersebut dipengaruhi oleh faktor spasial lingkungan
ketetanggan, dengan rincian sebagai berikut:
1. Variabel ukuran lingkungan berpengaruh pada kohesi sosial lingkungan
ketetanggan pada perumahan berpagar.

Kohesi Sosial Lingkungan Ketetanggaan pada Perumahan Berpagar


(Kasus: Emerald View Bintaro Jaya dan Taman Provence BSD City)
Rosianti Citra Puspa Dewi, 2022
30

2. Variabel ketersediaan fasilitas berpengaruh pada kohesi sosial


lingkungan ketetanggan pada perumahan berpagar.
3. Variabel layout perumahan berpengaruh pada kohesi sosial lingkungan
ketetanggan pada perumahan berpagar.

Untuk membuktikan hipotesis penelitian ini, diperoleh tiga variabel yang merupakan
faktor spasial dalam lingkup ketetanggan perumahan berpagar serta variabel kohesi
sosial yang bersumber dari tinjauan teori penelitian terdahulu pada Tabel 1. Selain
itu, diperoleh pula variabel pendukung yang bersumber dari tinjauan penelitian
terdahulu serta tinjauan literatur lainnya. Adapun pada Tabel 2 dan Tabel 3 disajikan
tabulasi yang menjelaskan variabel penelitian, definisi operasional variabel, dan
indikator tiap variabel penelitian.

Tabel 2. Tabel Variabel dan Indikator Penelitian

Variabel Definisi Operasional Indikator


Jumlah Unit Rumah dalam Dua
Deretan yang Saling
Berhadapan
Jumlah unit rumah dalam
Jumlah Unit Rumah dalam Dua
Ukuran dua deretan yang saling
Deretan yang Saling
Lingkungan berhadapan dalam suatu
Berhadapan dan Dikenal Baik
kluster perumahan berpagar
Jumlah Rumah Tetangga
dalam Kluster Perumahan
Responden yang Dikenal Baik
Jenis Fasilitas yang Digunakan
Fasilitas bersama terdekat
Ketersediaan Bersama
yang tersedia di dalam suatu
Fasilitas Jenis Fasilitas Bersama
kluster perumahan berpagar
Terdekat
Tata letak bangunan rumah-
Layout
rumah di dalam suatu kluster Pola Jalan Kluster Perumahan
Perumahan
perumahan berpagar
Kondisi keintiman penghuni Rasa Saling Tolong Menolong
perumahan berpagar dalam Kesempatan Untuk
lingkup komunitas tatap Menghabiskan Waktu Bersama
muka yang ditandai dengan
Kohesi Sosial
adanya kerja sama, adanya
penghabisan waktu bersama Rasa Kedekatan
serta saling mengenal
dengan baik

Kohesi Sosial Lingkungan Ketetanggaan pada Perumahan Berpagar


(Kasus: Emerald View Bintaro Jaya dan Taman Provence BSD City)
Rosianti Citra Puspa Dewi, 2022
31

Tabel 3. Tabel Variabel dan Indikator Pendukung

Variabel Definisi Operasional Indikator


Usia Kepala Keluarga
Etnis
Agama
Tingkat Pendidikan Kepala
Gambaran penghuni Keluarga
Karakteristik
perumahan berpagar dalam
Penghuni Jenis Pekerjaan Kepala
aspek sosial dan ekonomi Keluarga
Pendapatan per Bulan
Status Kepemilikan
Lama Tinggal
Karakteristik Ukuran Rumah Tinggal
Gambaran perumahan
Perumahan Harga Rumah Sewaktu
berpagar yang ditinggali
Berpagar Dibeli

Kohesi Sosial Lingkungan Ketetanggaan pada Perumahan Berpagar


(Kasus: Emerald View Bintaro Jaya dan Taman Provence BSD City)
Rosianti Citra Puspa Dewi, 2022

Anda mungkin juga menyukai