Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Abortus infeksiosus ialah abortus yang disertai infeksi pada alat genital.
Kejadian inimerupakan salah satu komplikasi dari tindakan abortus yang paling
sering terjadi apalagi bila dilakukan kurang memperhatikan asepsis dan
antisepsis. Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum
janin dapat hidup di luar kemampuan kandungan, dan sebagai batasan
digunakan kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat badan anak kurang dari
500 gram. Diperkirakan frekuensi keguguran spontan berkisar antara 10-15 %.
Lebih dari separuh atau 57% wanita pelakuaborsi, adalah mereka yang berusia
dibawah 25 tahun. Bahkan 24% dari mereka adalah wanita remaja berusia
dibawah 19 tahun. Penyebab abortus dipengaruhi oleh faktor janin, faktor
maternal ataupun faktor eksternal. Untuk penatalaksanaan abortus,disesusaikan
dengan diagnosisnya. Abortus Infeksiosus perlu segera mendapat pengelolaan
yang adekuat kerena dapat menjadi infeksi yang lebih luas selain di sekitar alat
genitalia juga ke ronggaperitoneum, bahkan dapat ke seluruh tubuh (sepsis) dan
dapat jatuh ke dalam syok septik. Kami memilih kasus ini, karena insidensi dari
abortus di Indonesia masih sangat tinggi. Berdasarkan perkiraan dari BKBN, ada
sekitar 2.000.000 kasus aborsi yang terjadi setiap tahunnya di Indonesia. Oleh
karena itu, sebagai tenaga medis perlu untuk lebih mengerti kasus ini sehingga
dapat memberikan edukasi yang tepat pada wanita usia 18-29 tahun yang paling
banyak mengalami abortus, khususnya abortus infeksiosus.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari isi makalah dapat ditarik suatu permasalah yang
akan dibahas adalah sebagai berikut :
a. Apakah Definisi Abortus Infeksiosa ?
b. Bagaimana Epidemiologi Abortus Infeksiosa ?
c. Apakah Etiologi Abortus Infeksiosa ?
d. Bagaimana Patogenesis Abortus Infeksiosa ?
e. Bagaimana Klasifikasi Abortus Infeksiosa ?
f. Apa Komplikasi Abortus Infeksiosa ?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari pada penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui :
a. Definisi
b. Epidemiologi
c. Etiologi
d. Patogenesis
e. Klasifikasi
f. Komplikasi
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin
dapat hidup diluar kemampuan kandungan, dan sebagai batasan digunakan
kehamilan kurang dari20 minggu atau berat badan anak kurang dari 500 gram.
(terakhir, WHO/FIGO 1998 :22 minggu)
Penghentian kehamilan pada usia janin di atas itu tidak lagi disebut
aborsi,tetapi infantisida, atau pembunuhan bayi, yang di negara mana pun pasti
dilarang.
Sedangkan Aborsi tidak aman didefinisikan sebagai terminasi (penghentian)
kehamilan yang dilakukan oleh tenaga yang tidak terlatih atau di tempat yang
tidak memenuhi standar minimal medis, atau keduanya (WHO, 2000). Atau
suatu prosedur penghentian kehamilan oleh tenaga dengan ketrampilan yang
kurang memadai atau dilakukan di lingkungan yang kurang memenuhi syarat
kesehatan atau keduanya. Abortus Infeksiosus adalah abortus yang disertai
infeksi pada alat genitalia.
 
B. Epidemiologi
Diperkirakan frekuensi keguguran spontan berkisar antara 10-15 %. Namun
demikian, frekuensi seluruh keguguran yang pasti sukar ditentukan, karena
abortus buatan banyak yang tidak dilaporkan, kecuali bila telah terjadi
komplikasi. Juga karenasebagian keguguran spontan hanya disertai gejala dan
tanda ringan, sehingga wanitatidak datang ke dokter atau rumah sakit.Lebih dari
separuh atau 57% wanita pelaku aborsi, adalah mereka yang berusiadibawah 25
tahun. Bahkan 24% dari mereka adalah wanita remaja berusia dibawah 19tahun.
Insidensi abortus menurut umur :
Jika terjadi kehamilan diluar nikah, 82% wanita di Amerika akan melakukan
aborsi.Jadi, para wanita muda yang hamil diluar nikah, cenderung dengan
mudah akan memilih membunuh anaknya sendiri. Untuk di Indonesia, jumlah ini
tentunya lebih besar, karena didalam adat Timur, kehamilan diluar nikah adalah
merupakan aib, dan merupakan suatu tragedi yang sangat tidak bisa diterima
masyarakat maupun lingkungan keluarga, maka kasus ini jarang dilaporkan.
Akan tetapi, berdasarkan perkiraan dari BKBN, ada sekitar 2.000.000
kasusaborsi yang terjadi setiap tahunnya di Indonesia. Data statistik mengenai
kasus aborsi di luar negeri, khususnya di Amerika dikumpulkan oleh dua badan
utama, yaitu Federal Centers for Disease Control (CDC)dan Alan Guttmacher
Institute (AGI). Hasil pendataan mereka menunjukkan bahwa jumlah nyawa yang
dibunuh dalam kasus aborsi di Amerika, yaitu hampir 2 juta jiwa lebih banyak
dari jumlah nyawa manusia yang dibunuh dalam perang manapun dalam sejarah
negara itu. WHO memperkirakan dari 200 juta kehamilan per tahun, sekitar
38%(75 juta) merupakan kehamilan tak diinginkan (KTD).
Sebanyak dua per tiga perempuan di dunia yang mengalami KTD (50 juta)
akan berakhir dengan aborsi disengaja (induced abortion), di mana 60% (30 juta)
diantaranya dilakukan secara aman dengan bantuan tenaga professional yang
terlatih, sedangkan sisanya 40% (20 juta) dilakukan secara tidak aman oleh
tenaga yang tidak berkompetensi tempat-tempat yang tidak memenuhi
persyaratan medis,
Menurut estimasi WHO sekurangnya 78.000 (estimasi lain menyebutkan
sebanyak 150.000 – 200.000) perempuan setiap tahunnya meninggal karena
komplikasi akibataborsi yang tidak aman.

C. Etiologi
a. Faktor janin
1) Faktor genetik 
a) Paling sering menimbulkan abortus spontan adalah abnormalitas
kromosom pada janin. Lebih dari 60% abortus spontan yang terjadi
padatrimester pertama menunjukkan beberapa tipe abnormalitas
genetik 
b) Kelainan telur, blighted ovum, kerusakan embrio
c) Embrio dgn kelainan local
d) Kelainan pada plasentaEndometritis dapat terjadi dalam villi korialis
dan menyebabkan oksigenasiplasenta terganggu, sehingga
menyebabkan gangguan pertumbuhan dankematian janin. Keadaan
ini bisa terjadi sejak kehamilan muda misalnyakarena hipertensi
menahun.
2) Faktor maternala)
a) Kelainan anatomis ibu
Abnormalitas anatomi maternal yang dihubungkan dengan
kejadian abortus spontan yang berulang termasuk inkompetensi
serviks,kongenital dan defek uterus yang didapatkan ( acquired ).
Lingkungan diendometrium disekitar tempat implansasi kurang
sempurna sehingga pemberian zat-zat makanan pada hasil konsepsi
terganggu.
b) Infeksi
Infeksi intrauterin sering dihubungkan dengan abortus spontan
berulang. Organisme-organisme yang sering diduga sebagai
penyebab antara lain Chlamydia, Ureaplasma, Mycoplasma,
Cytomegalovirus, Listeriamonocytogenes dan Toxoplasma gondii
b. Faktor Endokrin
Hipertiroidismus, diabetes melitus dan defisisensi progesteron.
c. Penyakit kronis yang melemahkan, misalnya penyakit tuberkulosis
ataukarsinomatosis, namun keadaan ini jarang menyebabkan abortus;
sebaliknyapasien meninggal dunia karena penyakit ini tanpa melahirkan.
Penyakit kronislain (diabetes melitus, hipertensi kronis, penyakit liver/ ginjal
kronis).
d. Nutrisi
Malnutrisi umum yang sangat berat memiliki kemungkinan paling besar
menjadipredisposisi abortus. Meskipun demikian, belum ditemukan bukti
yangmenyatakan bahwa defisiensi salah satu / semua nutrien dalam
makananmerupakan suatu penyebab abortus yang penting.
e. Faktor imunologis yang telah terbukti signifikan dapat menyebabkan abortus
spontan yang berulang antara lain: antibodi antinuklear, antikoagulan lupus
danantibodi cardiolipin. Inkompatibilitas golongan darah A, B, O, dengan
reaksiantigen antibodi dapat menyebabkan abortus berulang, karena
pelepasanhistamin mengakibatkan vasodilatasi dan peningkatan fragilitas
kapiler.
f. Psikologis
Dibuktikan bahwa ada hubungan antara abortus yang berulang dengan
keadaanmental akan tetapi belum dapat dijelaskan sebabnya. Yang peka
terhadapterjadinya abortus ialah wanita yang belum matang secara
emosionaldan sangat penting dalam menyelamatkan kehamilan.
1) Faktor eksternala)
a) RadiasiDosis 1-10 rad bagi janin UK 9 minggu pertama dapat
merusak janin,dan pada dosis yang lebih tinggi dapat menyebabkan
kematian.
b) Obat-obatanAntagonis asam folat, antikoagulan, dll.
c) Bahan kimia lain (arsen & benzena)
 
D. Patogenesis 
Pada permulaan terjadi perdarahan dalam desidua basalis, diikuti oleh
nekrosis jaringan sekitarnya, kemudian sebagian atau seluruh hasil konsepsi
terlepas. Karenadianggap benda asing, maka uterus akan berkontraksi untuk
mengeluarkannya. Saatkantung gestasi terbuka, biasanya ditemukan cairan di
sekitar janin yang maserasi atau tidak ditemukan janin ( disebut Blighted Ovum).
Pada kehamilan di bawah 8 minggu,hasil konsepsi dikeluarkan seluruhnya,
karena vili korialis belum menembus desiduaterlalu dalam, sedangkan pada
kehamilan 8-14 minggu, telah masuk agak dalam,sehingga sebagian keluar dan
sebagian lagi akan tertinggal. Hilangnya kontraksi yangdihasilkan dari aktivitas
kontraksi dan retraksi miometrium menyebabkan banyak terjadi perdarahan. Bila
terjadi pada umur kehamilan yang lebih tua, janin mungkin mengalami
maserasi,dimana tulang tengkorak kolaps, distensi abdomen, dengan cairan
bercampur darah dandegenerasi organ dalam. Kulit menjadi melepuh dan
terkelupas. Dapat juga ditemukancairan amnion terabsorbsi sehingga terjadi
kompresi janin.
 Infeksi yang terjadi pada abortus infeksiosus biasanya disebabkan karena
tindakanaborsi yang tidak aman, karena kurang memperhatikan asepsis dan
antisepsis. Jika jaringan tersisa di dalam rahim, muncul luka, cerukan,
dikhawatirkan bisa memicu terjadinya infeksi. Sebab, kuman senang sekali
dengan daerah-daerah yang basah olehcairan seperti darah.
Karena sisa jaringan biasanya menyebabkan perdarahan.Mekanisme
perdarahan pada kasus keguguran adalah dengan adanya sisa
jaringanmenyebabkan rahim tidak bisa berkontraksi dengan baik sehingga
pebuluh darah pada lapisan dalam rahim tidak dapat tertutup dan menyebabkan
perdarahan.Mediator-mediator yang berperan dalam terjadinya infeksi dan
sepsis antara lain,TNF- α, interleukin 1-6, PAF, leukotriene, tromboxane A2,
kinin, trombin, MDF dan β-endorfin. Peranan Struktur organisme patogen dan
juga aktivasi endotel pembuluh darah.

E. Klasifikasi
a. Menurut jenisnya
1) Abortus spontan
Merupakan abortus yang berlangsung tanpa tindakan secara alamiah
tanpa intervensi luar. Terminologi umum untuk masalah ini adalah
keguguran atau miscarriage.
2) Abortus buatan
Merupakan tindakan pengakhiran kehamilan sebelum umur 20 minggu
akibat intervensi tertentu.
 Abortus provokatus terapeutik adalah abortus buatan yangdilakukan
atas indikasi medik. 
 Abortus provokatus kriminalis adalah abortus buatan yangdilakukan
tanpa indikasi medik.
Terminasi untuk masalah ini adalah pengguran, aborsi, atau
abortusprovokatus.
b. Menurut derajatnya
1) Abortus iminens
Abortus tingkat permulaan, dimana terjadi pendarahan pervaginam
atauperdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum umur kehamilan
20minggu, ostium msih tertutup dan hasil konsepsi masih baik
dalamkandungan/uterus dan tanpa adanya dilatasi serviks. Dalam
keadaan inikehamilan masil mungkin berlanjut atau dipertahankan.
2) Abortus insipiens
Abortus yang sedang mengancam dimana serviks telah mendatar
atauadanya dilatasi serviks uteri yang meningkat dan ostium uteri
telahterbuka terjadi perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20
minggu,akan tetapi hasil konsepsimasih daam kavum uteri. Kondisi
inimenunjukkan proses abortus sedang berlangsung dn akan
berlanjutmenjadi abortus inkomplit atau komplit.
3) Abortus inkompletus
Merupakan pengeluaran hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20minggu
dengan masih ada sisa yang tertinggal di dalam kavum uteri.
4) Abortus kompletusMerupakan pengeluaran seluruh hasil konsepsi dari
kavum uteri padakehamilan kurang dari 20 minggu.
5) Missed abortion
Kematian embrio atau fetus/janin sebelum kehamilan 20 minggu,
tetapikonsepsi seluruhnya tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih. Hal
ini dapat bermanifestasi berupa kehamilan anembriogenik (kantung kehamilan
kosong atau blighted ovum) atau kehamilan fetus sebelumusia kehamilan 20
minggu.
6) Abortus habitualis
Merupakan keadaan dimana terjadinya abortus tiga kali berturut-turut atau
lebih.
7) Abortus infeksiosus
Abortus yang disertai infeksi pada genital, adanya penyebaran kumanatau
toksin ke dalam sirkulasi atau kavum peritoneum yang dapatmenimbulkan
septikemi, sepsis atau peritonitis.
8) Abortus septik 
Abortus infeksiosus berat disertai penyebaran kuman atau toksin kedalam
peredaran darah atau peritoneum. Infeksi dalam uterus atausekitarnya dapat
terjadi pada setiap abortus, tetapi biasanya ditemukanpada abortus inkomplit
dan lebih sering pada abortus buatan kriminalis.Infeksi pada abortus
infeksiosus terbatas pada desidua, sedangkan padaabortus septik, infeksi
menyebar ke miometrium, tuba, parametrium. Jikainfeksi menyebar lebih
jauh lagi, dapat terjadi peritonitis dan sepsisbahkan syok.

Diagnosis :
a) Tanda infeksi alat genital :
- Panas, takikardi
- Perdarahan pervaginam berbau
- Uterus membesar, lembek, nyeri tekan
- Leukositosis
b) Tanda sepsis
- Demam tinggi, menggigil
- Tekanan darah menurun

F. Komplikasi
Komplikasi terapi kuretase pada abortus infeksiosus sama kemungkinannya
seperti komplikasi kuretase pada umumnya,antara laina.
a. Perforasi
Dalam melakukandilatasidan kerokan harus diingat bahwa selalu
adakemungkinan terjadinyaperforasidindinguterus,yang dapat menjurus
kerongga peritoneum,keligamentum latum,atau kekandung kencing.Oleh
sebab itu, letak  uterus harus ditetapkan lebih dahulu dengan seksama pada
awal tindakan, dan padadilatasi servikstidak boleh digunakan tekanan
berlebihan. Kerokankuretdimasukkan dengan hati-hati, akan tetapi penarikan
kuret ke luar dapat dilakukan dengan tekananyang lebih besar. Bahaya
perforasi ialahperdarahandanperitonitis.Apabila terjadi perforasi atau diduga
terjadi peristiwa itu, penderita harus diawasi dengan seksamadengan
mengamati keadaan umum,nadi, tekanan darah,kenaikansuhu,turunnya
hemoglobin,dan keadaan perut bawah. Jika keadaan meragukan atau ada
tanda-tandabahaya, sebaiknya dilakukanlaparatomipercobaan dengan
segerab.
b. Luka pada serviks uteri
Apabila jaringan serviks keras dan dilatasi dipaksakan maka dapat
timbulsobekan padaserviks uteriyang perlu dijahit. Apabila terjadi luka
padaostium uteri internum,maka akibat yang segera timbul ialah perdarahan
yang memerlukan pemasangantamponpadaserviksdanvagina.Akibat jangka
panjang ialah kemungkinan timbulnyaincompetent cerviks
c. Pelekatan pada kavum uteri
Melakukan kerokan secara sempurna memerlukan pengalaman. Sisa-sisa
hasilkonsepsi harus dikeluarkan, tetapi jaringanmiometrium jangan sampai
terkerok,karena hal itu dapat mengakibatkan terjadinya perlekatan
dindingkavum uteridibeberapa tempat. Sebaiknya kerokan dihentikan pada
suatu tempat apabila pada suatutempat tersebut dirasakan bahwa jaringan
tidak begitu lembut lagi.
d. Perdarahan
Kerokan pada kehamilan yang sudah agak tua atau padamola
hidatidosater dapat bahaya perdarahan. Oleh sebab itu, jika perlu hendaknya
dilakukantransfusi darahdan sesudah itu, dimasukkan tampon kasa ke dalam
uterus dan vagina.
e. Infeksi
Apabila syarata sepsis dan antisepsis tidak diindahkan, maka bahaya
infeksi sangat besar. Infeksi kandungan yang terjadi dapat menyebar ke
seluruh peredarandarah, sehingga menyebabkan kematian. Bahaya lain yang
ditimbulkan antara laininfeksi padasaluran telur.Akibatnya, sangat mungkin
tidak bisa terjadi kehamilanlagi.
f. Lain– lain
Komplikasi yang dapat timbul dengan segera pada pemberian NaCl
hipertonik adalah apabila larutan garam masuk ke dalam rongga peritoneum
atau ke dalam pembuluh darah dan menimbulkan gejala-gejala konvulsi,
penghentian kerja jantung, penghentian pernapasan, atau hipofibrinogenemia.
Sedangkan komplikasi yang dapat ditimbulkan pada pemberian prostaglandin
antara lain panas, rasa eneg,muntah,dan diare. Bila abortus infeksiosus ini
tidak segera mendapat penanganan yang adekuat dapat menimbulkan syok
septik dan kematian pada ibu.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin
dapathidup di luar kemampuan kandungan, dan sebagai batasan digunakan
kehamilan kurangdari 20 minggu atau berat badan anak kurang dari 500 gram.
Abortus infeksiosus ialahabortus yang disertai infeksi pada alat genital. Kejadian
ini merupakan salah satukomplikasi dari tindakan abortus yang paling sering
terjadi apalagi bila dilakukankurang memperhatikan asepsis dan antisepsis.
Mengingat adanya kemungkinan komplikasi infeksi sistemik, pasien
dengankasus abortus Infeksiosus perlu segera mendapat pengelolaan yang
adekuat kerena dapatmenjadi infeksi yang lebih luas selain di sekitar alat
genitalia juga ke rongga peritoneum,bahkan dapat ke seluruh tubuh (sepsis) dan
dapat jatuh ke dalam syok septik.

B. Saran
Semoga dalam makalah ini sasaran yang dibahas dapat menuju apa
yang telah diharapkan dan memperoleh apa yang telah di tetapkan dalam
makalah ini, oleh sebab itu kami meminta kritikan dari pembaca guna
kesempurnaan makalah ini selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Hanifa W, dkk. 1999. „Kelainan Dalam Lamanya Kehamilan‟.  Ilmu Kebidanan .Edisi
2. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. Hal : 302 – 122. 

Sulaiman S, dkk. 2005. „Kelainan Lama Kehamilan‟. Obstetri Patologi. PenerbitEGC.


Jakarta. Hal 1 – 9

Sarwono P. 2010. Perdarahan pada Kehamilan Muda. Ilmu Kebidanan Edisi

Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. Hal: 473

Anda mungkin juga menyukai