TUGAS AKHIR Mikroplastik Di Pantai Padang
TUGAS AKHIR Mikroplastik Di Pantai Padang
DI PANTAI PADANG
TUGAS AKHIR
Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
Program Strata-1
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknik Universitas Andalas
Oleh:
SITI MAHARANI NASUTION
1710943020
Dosen Pembimbing:
BUDHI PRIMASARI, M.Sc
YOMMI DEWILDA, M.T
Sebanyak 15–40% dari semua plastik yang dibuang bermuara ke laut akan
mengalami degradasi menjadi mikroplastik. Penelitian ini dilakukan untuk
menganalisis kandungan mikroplastik di Pantai Padang dan menganalisis korelasi
antara konsentrasi mikroplastik dengan pH, Dissolved Oxygen (DO), temperatur,
serta curah hujan. Karakteristik mikroplastik yang dianalisis yaitu konsentrasi,
warna, bentuk, ukuran, serta jenis polimer. Sampel diambil pada sembilan titik
dengan frekuensi tiga kali pengambilan. Konsentrasi mikroplastik pada sampel
dengan menghitung jumlah partikel mikroplastik per satuan volume sampel air
atau satuan massa sedimen kering. Karakteristik warna, bentuk, dan ukuran
dianalisis menggunakan mikroskop, sedangkan jenis polimer dianalisis dengan
spektroskopi Fourier Transform Infra Red (FTIR). Konsentrasi mikroplastik rata-
rata pada sampel air adalah 1,667 – 6,667 partikel/L dan 54,882 – 84,544
partikel/kg pada sampel sedimen. Mikroplastik yang dominan ditemukan adalah
bentuk fiber dengan persentase 95% pada sampel air dan 79,012% pada sampel
sedimen. Warna dominan yang ditemukan adalah warna biru dengan persentase
47,619% pada sampel air dan 65,432% pada sampel sedimen. Ukuran
mikroplastik yang paling banyak ditemukan adalah Large Microplastic (LMP)
dengan persentase 76,190% pada sampel air dan 64,l98% pada sampel sedimen.
Analisis polimer menunjukkan bahwa jenis polimer penyusun yang ditemukan
adalah polyvinyl chloride (PVC), polikarbonat (PC), polipropilena (PP), dan
polietilen tereftalat (PET). Hasil uji ANOVA menunjukkan tidak terdapat
perbedaan yang signifikan antara konsentrasi mikroplastik dengan perbedaan
lokasi pengambilan sampel dan waktu pengambilan sampel. Selain itu, analisis
korelasi menunjukkan tidak ada korelasi antara konsentrasi mikroplastik dengan
pH, DO, temperatur, serta curah hujan. Kegiatan masyarakat di Pantai Padang
berpengaruh terhadap karakteristik mikroplastik yang ditemukan di Pantai
Padang.
Kata kunci: karakteristik mikroplastik, konsentrasi mikroplastik, parameter
lingkungan, sampel air, sampel sedimen.
i
KATA PENGANTAR
Penulis mendapat banyak bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara
langsung atau tidak langsung dalam melaksanakan Tugas Akhir sampai
tersusunnya laporan ini. Penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima
kasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Orang tua tercinta Ayah Ahmad Nasution dan Ibu Yulinar (Alm) serta abang
Andrian Manggala Nasution yang selalu memberikan bantuan, dorongan
moril dan materil serta doa-doa yang tulus dan tiada henti demi keberhasilan
Penulis;
2. Ibu Budhi Primasari, M.Sc dan Ibu Yommi Dewilda, MT selaku dosen
pembimbing yang telah meluangkan waktu dan dengan sabar memberikan
saran, bimbingan, dukungan dan doa yang sangat berharga bagi penulis
sehingga dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini;
3. Bapak Rizki Aziz, Ph.D selaku dosen Pembimbing Akademik yang telah
membimbing dan memberikan saran kepada penulis dari awal perkuliahan
hingga Tugas Akhir ini;
4. Bapak Alqadri Asri Putra, M. Eng dan Ibu Yenni Ruslinda, M.T selaku dosen
penguji yang telah memberikan saran dan masukan yang berharga dalam
penyempurnaan Tugas Akhir ini;
5. Ibu Tivany Edwin, M. Eng selaku Koordinator Tugas Akhir dan Ketua Prodi
Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Andalas yang telah
membantu memberikan arahan selama menjalani setiap tahapan Tugas Akhir;
6. Bapak Rizki Aziz, Ph.D selaku Ketua Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas
Teknik Universitas Andalas;
ii
7. Bapak dan Ibu staf pengajar beserta karyawan-karyawati Jurusan Teknik
Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Andalas, serta staf pengajar yang
berada di Universitas Andalas yang telah memberikan ilmu kepada penulis;
8. Ibu Syofni, S.Si yang telah membantu mengarahkan dan memberikan bantuan
serta dukungan selama melakukan penelitian untuk menyelesaikan Tugas
Akhir ini;
9. Teman-teman seperjuangan penelitian Tugas Akhir, Fadel Ikrar Jamika dan
Farhan Hanieve yang saling membantu, berbagi ilmu, dan memberikan saran,
serta saling menyemangati sejak awal pengerjaan Tugas Akhir;
10. Teman-teman Brazil yaitu Gadis Pops, Besti, Mitus, Patma, Farel, dan Deva
yang menjadi keluarga dan telah membersamai penulis dari zaman TB
Menggambar Rekayasa hingga tersematnya gelar di belakang nama;
11. Sahabat KOS OMA yaitu Elva, Ipudh, dan Danti yang telah menghibur dan
memberi dukungan kepada Penulis untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini.
12. Alfindo, Besti, Elva, Fadel, dan Farhan yang telah membantu Penulis dalam
melakukan Sampling untuk penelitian Tugas Akhir ini;
13. Untuk teman-teman EVEREST yang telah mewarnai hari-hari perkuliahan di
Teknik Lingkungan, memberikan dukungan, bantuan, dan semangat baik
selama perkuliahan maupun dalam penyelesaian Tugas Akhir ini;
14. Uda, uni, rekan-rekan dan adik-adik anggota Himpunan Mahasiswa Teknik
Lingkungan (HMTL) Fakultas Teknik Universitas Andalas yang telah
memberikan dukungan dan semangat kepada Penulis.
15. Semua pihak yang turut membantu Penulis dalam menyelesaikan Tugas
Akhir ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Akhir kata Penulis berharap tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Penulis
menerima segala bentuk kritik dan saran demi kesempurnaan laporan ini dan
perbaikan di masa yang akan datang. Semoga Allah SWT membalas kebaikan
dengan yang lebih baik, Aamin ya Robbal A’lamin.
Padang, 10 November 2021
Wassalam,
iii
DAFTAR ISI
ABSTRAK .............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL................................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xi
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Maksud dan Tujuan Penelitian .................................................................... 3
1.3 Manfaat Penelitian....................................................................................... 3
1.4 Batasan Masalah .......................................................................................... 3
1.5 Sistematika Penulisan .................................................................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 5
2.1 Plastik .......................................................................................................... 5
2.2 Pengertian Mikroplastik .............................................................................. 6
2.3 Sumber Mikroplastik ................................................................................... 7
2.4 Klasifikasi Mikroplastik ............................................................................ 10
2.4.1 Klasifikasi Bentuk dan Ukuran ....................................................10
2.4.2 Klasifikasi Berdasarkan Warna ....................................................12
2.4.3 Klasifikasi Berdasarkan Polimer ..................................................13
2.5 Degradasi Mikroplastik ............................................................................. 14
2.6 Faktor yang Mempengaruhi Kandungan Mikroplastik di Perairan ........... 15
2.7 Jalur Transportasi Mikroplastik ................................................................ 16
2.8 Dampak Mikroplastik di Perairan ............................................................. 18
2.9 Metode Analisis Mikroplastik ................................................................... 20
2.9.1 Identifikasi Bentuk dan Warna Mikroplastik ...............................20
2.9.2 Identifikasi Ukuran Mikroplastik .................................................22
2.9.3 Analisis Konsentrasi Mikroplastik ...............................................22
2.9.4 Analisis Jenis Polimer Penyusun Mikroplastik ............................23
2.10 Kebijakan tentang Mikroplastik ................................................................ 23
2.11 Pantai Padang ............................................................................................ 24
2.11.1 Pantai Padang ...............................................................................24
2.11.2 Kondisi Pantai Padang ..................................................................27
2.11.3 Pembagian Sektor Pantai Padang .................................................27
2.11.4 Curah Hujan Kota Padang ............................................................28
2.12 Metode Statistika ....................................................................................... 29
2.12.1 Analisis Deskriptif ........................................................................30
iv
2.12.2 Analysis of Variance (ANOVA) .................................................. 30
2.12.3 Analisis Korelasi .......................................................................... 31
2.13 Penelitian Terdahulu tentang Mikroplastik di Pantai ................................ 31
2.13.1 Karakteristik Mikroplastik pada Sedimen Garis Pantai dari
Pantai Tropis dan Perkotaan di Da Nang, Vietnam ..................... 32
2.13.2 Distribusi Spasial dan Mikroplastik Musiman pada Pantai
Berpasir di Sepanjang Pantai Semenanjung Hengchun, Taiwan . 32
2.13.3 Distribusi dan Komposisi Mikroplastik di Sedimen Pantai
Andaman Selatan ......................................................................... 32
2.13.4 Pencemaran Mikroplastik dalam Sedimen dari Laut Bohai dan
Laut Kuning, Cina ........................................................................ 33
2.13.5 Pencemaran Mikroplastik di Pantai Maowei, Teluk Budidaya
Cina .............................................................................................. 33
2.13.6 Analisis Kuantitatif Pencemaran Mikroplastik di Sepanjang
Garis Pantai Tenggara Afrika Selatan.......................................... 33
2.13.7 Analisis Kandungan Mikroplastik di Tempat Pemrosesan
Akhir (TPA) Sampah Air Dingin, Padang ................................... 33
2.13.8 Analisis Kandungan Mikroplastik pada Sampel Air dan
Sedimen di Daerah Sungai Batang Arau, Padang ........................ 34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .......................................................... 38
3.1 Umum ........................................................................................................ 38
3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian ..................................................................... 38
3.3 Tahapan Penelitian..................................................................................... 38
3.4 Survei Pendahuluan ................................................................................... 41
3.5 Persiapan Penelitian ................................................................................... 43
3.5.1 Peralatan Penelitian...................................................................... 43
3.5.2 Bahan Penelitian .......................................................................... 44
3.6 Pengumpulan Data Sekunder ..................................................................... 44
3.7 Pengambilan Data Primer .......................................................................... 44
3.7.1 Pengambilan Sampel Air ............................................................. 44
3.7.2 Pengambilan Sampel Sedimen ..................................................... 46
3.8 Analisis Laboratorium ............................................................................... 47
3.9 Analisis Statistik ........................................................................................ 50
3.9.1 Variabel Penelitian ....................................................................... 50
3.9.2 Analysis of Variance (ANOVA) .................................................. 51
3.9.3 Analisis Korelasi .......................................................................... 51
3.9.4 SPSS (Statistical Product and Service Solution) ......................... 52
v
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 53
4.1 Umum ........................................................................................................ 53
4.2 Kondisi Saat Pengambilan Sampel ........................................................... 53
4.3 Hasil Pengukuran ...................................................................................... 55
4.3.1 Dissolved Oxygen (DO)................................................................55
4.3.2 Temperatur ...................................................................................56
4.3.3 Derajat Keasaman (pH) ................................................................57
4.4 Analisis Kandungan Mikroplastik pada Sampel Air ................................. 58
4.4.1 Konsentrasi Mikroplastik .............................................................58
4.4.2 Bentuk...........................................................................................59
4.4.3 Warna ...........................................................................................62
4.4.4 Ukuran ..........................................................................................65
4.4.5 Jenis Polimer Mikroplastik ...........................................................67
4.5 Analisis Kandungan Mikroplastik pada Sampel Sedimen ........................ 71
4.5.1 Konsentrasi ...................................................................................71
4.5.2 Bentuk...........................................................................................72
4.5.3 Warna ...........................................................................................75
4.5.4 Ukuran ..........................................................................................77
4.5.5 Polimer Penyusun .........................................................................80
4.6 Analisis Spasial dan Temporal .................................................................. 83
4.7 Analisis Korelasi ....................................................................................... 84
4.7.1 Uji Normalitas pada Parameter Lingkungan ................................84
4.7.2 Analisis Korelasi antara Konsentrasi Mikroplastik dengan
Parameter Lingkungan..................................................................85
4.8 Perbandingan Konsentrasi Mikroplastik pada Sampel Air dengan Sampel
Sedimen ..................................................................................................... 92
4.9 Pengaruh Aktivitas Masyarakat di Pantai Padang dengan Konsentrasi
Mikroplastik .............................................................................................. 94
BAB V KESIMPULAN ....................................................................................... 98
5.1 Kesimpulan................................................................................................ 98
5.2 Saran .......................................................................................................... 99
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
Gambar 4.20 Hasil Analisis Polimer Penyusun Mikroplastik pada Sampel Air
Menggunakan Spektroskopi FTIR ................................................. 68
Gambar 4.21 Distribusi Konsentrasi Mikroplastik Berdasarkan Jenis Polimer
pada Sampel Air ............................................................................. 69
Gambar 4.22 Persentase Jenis Polimer Mikroplastik pada Sampel Air .............. 70
Gambar 4.23 Konsentrasi Mikroplastik Rata-Rata pada Sampel Sedimen ......... 71
Gambar 4.24 Mikroplastik Bentuk Fiber/Serat yang Ditemukan pada Sampel
Sedimen.......................................................................................... 72
Gambar 4.25 Mikroplastik Bentuk Fragmen pada Sampel Sedimen................... 73
Gambar 4.26 Mikroplastik Berbentuk Film ......................................................... 73
Gambar 4.27 Distribusi Mikroplastik Berdasarkan Bentuk pada Sampel
Sedimen.......................................................................................... 74
Gambar 4.28 Persentase Mikroplastik Berdasarkan Bentuk pada Sampel
Sedimen.......................................................................................... 74
Gambar 4.29 Mikroplastik Berwarna Hitam ....................................................... 75
Gambar 4.30 Mikroplastik Berwarna Biru .......................................................... 75
Gambar 4.31 Mikroplastik Berwarna Merah ....................................................... 76
Gambar 4.32 Mikroplastik Berwarna Hijau......................................................... 76
Gambar 4.33 Mikroplastik Berwarna Bening ...................................................... 76
Gambar 4.34 Mikroplastik Berwarna Putih ......................................................... 76
Gambar 4.35 Distribusi Mikroplastik Berdasarkan Warna pada Sampel
Sedimen.......................................................................................... 76
Gambar 4.36 Persentase Mikroplastik Berdasarkan Warna pada Sampel
Sedimen.......................................................................................... 77
Gambar 4.37 Mikroplastik Golongan Small Microplastic (SMP) ....................... 78
Gambar 4.38 Mikroplastik Golongan Large Microplastic (LMP) ...................... 78
Gambar 4.39 Distribusi Mikroplastik Berdasarkan Ukuran pada Sampel
Sedimen.......................................................................................... 78
Gambar 4.40 Persentase Mikroplastik Berdasarkan Ukuran pada Sampel
Sedimen.......................................................................................... 79
Gambar 4.41 Hasil Analisis Polimer Penyusun Mikroplastik pada Sampel
Sedimen Menggunakan Spektroskopi FTIR .................................. 80
Gambar 4.42 Penyebaran Jenis Polimer Mikroplastik pada Sampel Sedimen .... 81
Gambar 4.43 Persentase Jenis Polimer Mikroplastik pada Sampel Sedimen ...... 82
Gambar 4.44 Grafik Hubungan Antara DO dengan Konsentrasi Mikroplastik
pada Sampel Air ............................................................................. 87
Gambar 4.45 Grafik Hubungan Antara DO dengan Konsentrasi Mikroplastik
pada Sampel Sedimen .................................................................... 87
Gambar 4.46 Grafik Hubungan Antara Konsentrasi Mikroplastik dengan pH
pada Sampel Air ............................................................................. 88
Gambar 4.47 Grafik Hubungan Antara Konsentrasi Mikroplastik dengan pH
pada Sampel Sedimen .................................................................... 88
ix
Gambar 4.48 Grafik Hubungan Antara Konsentrasi Mikroplastik dengan
Temperatur pada Sampel Air ..........................................................89
Gambar 4.49 Grafik Hubungan Antara Konsentrasi Mikroplastik dengan
Temperatur pada Sampel Sedimen .................................................90
Gambar 4.50 Grafik Hubungan Antara Konsentrasi Mikroplastik dengan
Curah Hujan pada Sampel Air ........................................................91
Gambar 4.51 Grafik Hubungan Antara Konsentrasi Mikroplastik dengan
Curah Hujan pada Sampel Sedimen ...............................................91
Gambar 4.52 Grafik Perbandingan Konsentrasi Mikroplastik pada Sampel Air
dan Sedimen ...................................................................................92
I.
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran F Dokumentasi
xi
I. BAB I
PENDAHULUAN
Plastik berasal dari istilah Yunani Kuno yaitu plastikos, yang berarti sesuatu yang
bisa dicetak. Saat ini, plastik dianggap sebagai bahan yang paling banyak
digunakan. Produksi plastik di dunia telah meningkat drastis menjadi 250 juta ton
pada tahun 2009 (Crawford & Quinn, 2016). Saat ini, Indonesia merupakan
negara penghasil sampah plastik terbanyak kedua di dunia dengan jumlah sebesar
187 juta ton (Budianto, 2017). Jumlah sampah plastik dunia pada tahun 2050
diperkirakan mencapai 850 juta ton. Saat ini diperkirakan sekitar 15–40% dari
semua plastik yang dibuang bermuara ke laut. Sebuah penelitian dilakukan United
Nations Joint Group of Experts on the Scientific Aspects of Marine Pollution
(GESAMP) menyatakan bahwa 80% limbah di laut berasal dari daratan,
sedangkan 20% berasal dari hasil kegiatan di laut (Crawford & Quinn, 2016).
Pantai Padang merupakan salah satu objek wisata yang sering dikunjungi oleh
masyarakat Kota Padang dan sekitarnya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan
oleh Adfuza (2019), jumlah pengunjung Pantai Padang pada tahun 2018 sebanyak
12.145 orang/hari dengan satuan timbulan sampah plastik di Pantai Padang pada
sebesar 0,142 L/o/h. Hasil proyeksi menunjukkan bahwa pada tahun 2021 jumlah
pengunjung Pantai Padang sebanyak 16.617 orang/hari dengan satuan timbulan
sampah plastik sebesar 0,146 L/o/h.
2
1.2 Maksud dan Tujuan Penelitian
3
5. Data sekunder yang diperlukan adalah data curah hujan, data pengunjung
Pantai Padang, serta data timbulan sampah plastik Pantai Padang.
6. Aktivitas masyarakat di Pantai Padang diketahui dengan mengamati langsung
kondisi di lapangan;
7. Pengambilan sampel dilakukan dari tanggal 10 Juni-12 Juli 2021.
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang, maksud dan tujuan penelitian,
manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian dan sistematika
penulisan.
BAB V PENUTUP
Bab ini berisikan kesimpulan dan saran berdasarkan pembahasan
yang telah diuraikan.
4
II. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Plastik
Plastik adalah suatu bahan yang terbuat dari sejumlah senyawa organik sintetis
yang dapat dibentuk menjadi bentuk selagi lunak, dan kemudian dibentuk menjadi
bentuk yang sangat kaku atau agak elastis. International Union of Pure and
Applied Chemistry (IUPAC) mendefinisikan plastik sebagai bahan polimer yang
mengandung zat lainnya berguna untuk meningkatkan kinerja dan/atau
mengurangi biaya produksi suatu barang. Selain mudah dibentuk, kelebihan dari
plastik adalah mudah dalam pembuatannya, memerlukan biaya yang sedikit, tahan
terhadap air dan zat kimia tertentu, dan tahan terhadap cahaya Oleh karena itu,
dalam kehidupan sehari-hari kita menemukan plastik dimana-mana (Rocha-Santos
& Duarte, 2017).
Semua plastik terbentuk dari molekul besar yang disebut juga dengan
makromolekul. Makromolekul ini terbentuk dari kumpulan molekul berukuran
kecil yang disusun secara berulang dan teratur. Zat yang terdiri dari susunan
molekul seperti ini disebut juga dengan polimer. Polimer pertama kali ditemukan
oleh kimiawan asal Jerman yaitu Hermann Staudinger pada tahun 1920-an.
Setelah penemuan polimer tersebut, Hermann menulis jurnal polimer pertama
pada tahun 1940 dan menerima penghargaan Nobel dalam bidang Kimia pada
tahun 1953. Hermann menyebutkan bahwa setiap molekul yang terdapat pada
polimer disebut juga dengan monomer (Crawford & Quinn, 2016). Produksi
plastik di dunia telah meningkat drastis menjadi 250 juta ton pada tahun 2009
(Crawford & Quinn, 2016). Banyaknya plastik yang diproduksi menyebabkan
meningkatnya sampah plastik yang dihasilkan di lingkungan. Saat ini, Indonesia
merupakan negara penghasil sampah plastik terbanyak kedua di dunia dengan
jumlah sebesar 187 juta ton (Budianto, 2017). Mikroplastik yang diproduksi pada
saat ini berasal dari jenis polimer penyusun yang berbeda-beda. Jenis polimer
plastik yang sering digunakan di industri dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Jenis Polimer Plastik
Plastik Singkatan Aplikasi Pemanfaatan
Low-density polyethylene LDPE Kemasan, wadah serba guna, tirai kamar mandi,
ubin lantai
High impact polystyrene HIPS Elektronik, gelas pada mesin penjual otomatis
Acrylonitrile butadiene styrene ABS Alat musik, printer, monitor komputer, pipa
drainase, alat pelindung
Menurut Crawford & Quinn (2016), keberadaan mikroplastik di perairan ada yang
merupakan hasil pemecahan dari partikel plastik yang lebih besar, dan ada juga
mikroplastik yang sengaja dibuat oleh manusia. Oleh karena itu, mikroplastik
dapat dibedakan sebagai mikroplastik primer dan mikroplastik sekunder
tergantung pada sumbernya.
1. Mikroplastik Primer
Mikroplastik primer merupakan plastik yang diproduksi dalam ukuran
mikroskopis. Mikroplastik jenis ini biasanya digunakan dalam produk
pembersih wajah dan kosmetik dimana mikroplastik ini berguna sebagai
scrubber wajah. Mikroplastik primer juga ditemukan pada pengobatan sebagai
vektor obat. Sejak mikroplastik primer dipatenkan dalam produk kosmetik
pada 1980-an, penggunaan exfoliating cleanser yang mengandung plastik telah
meningkat secara dramatis. Mikroplastik yang digunakan dalam pembersih
tangan dan scrub wajah, telah menggantikan bahan alami yang digunakan
secara tradisional, termasuk almond, oatmeal dan batu apung. Biasanya
mikroplastik primer ini dipasarkan sebagai ''micro-beads'' atau ''micro-
exfoliates'', plastik ini dapat bervariasi dalam bentuk, ukuran dan komposisi
tergantung pada produknya (Cole dkk., 2011). Sekitar 6% dari produk
pembersih kulit cair yang dijual di Uni Eropa, Swiss dan Norwegia
mengandung mikroplastik, dimana lebih dari 93% terdiri dari polietilena (PE).
Setelah digunakan, plastik mikro yang ada dalam produk tersebut sering kali
7
dibuang dan dapat mencapai lingkungan melalui sistem pengumpulan dan
pengolahan air limbah (Rocha-Santos & Duarte, 2017).
2. Mikroplastik Sekunder
Mikroplastik sekunder adalah mikroplastik yang berasal dari hasil pemecahan
partikel plastik yang berukuran lebih besar. Ketika terpapar oleh suatu unsur
seperti proses fisik, biologis, dan kimia, maka partikel plastik ini dapat
menyebabkan pada pemecahan partikel struktural menjadi puing-puing plastik
(Rocha-Santos & Duarte, 2017). Mikroplastik sekunder terbentuk dari
pemecahan puing-puing plastik yang lebih besar, melalui paparan sinar
matahari, angin, air, dan pemicu lingkungan lainnya. Partikel mikroplastik ini
dapat berasal dari bahan baku industri, jaring ikan, peralatan rumah tangga,
kantong plastik yang terurai di lingkungan, serat sintetis dari pencucian
pakaian, atau akibat pelapukan produk plastik lainnya. Sumber mikroplastik
sekunder berupa serat akibat pencucian pakaian kebanyakan terbuat dari
polyester, poliamida, serta akrilik yang dapat mencapai lebih dari 100 serat per
liter (Victoria, 2017). Serat plastik yang mirip dengan serat di limbah rumah
tangga ditemukan dominan di lokasi pembuangan limbah dan menunjukkan
waktu tinggal yang lama. Oleh karena itu, mikroplastik sumber sekunder ini
juga cenderung memiliki waktu tinggal yang lama di sistem air tawar, seperti
air sungai, waduk atau danau, atau badan air buatan (Eerkes-medrano dkk.,
2015).
8
Tabel 2.2 Sumber Utama Mikroplastik Primer dan Sekunder di Lingkungan
Produk perawatan pribadi, seperti exfoliants
Produk kesehatan khusus, termasuk pemutih
gigi
Mikroplastik Primer Cairan pengeboran
Bahan produksi plastik
Sisa-sisa produksi plastik
Membuang sampah plastik sembarangan
Degradasi plastik di lokasi pembuangan akhir
dan fasilitas daur ulang
Alat tangkap plastik yang ditangani
sembarangan
Mikroplastik Sekunder Cat yang mengandung polimer plastik
Polimer yang digunakan sebagai bahan
tambahan pengomposan
Serat yang dilepaskan dari produk kebersihan
Serat yang dilepaskan dari kain sintetis
9
Gambar 2.2 Mikroplastik Sekunder yang Ditemukan di Perairan yang
Diamati pada Mikroskop dengan Perbesaran 40 Kali
Sumber: Crawford & Quinn (2016)
10
Sayangnya, ada perbedaan dalam penentuan ukuran antar para peneliti. Ada yang
mengukur serat dalam dimensi panjang dan mengelompokkannya sebagai
mikroplastik berukuran besar atau bahkan mesoplastik. Akan tetapi, jika diukur
berdasarkan diameternya, serat tersebut termasuk dalam kelas ukuran
mikroplastik terkecil (Lusher dkk., 2020).
11
Tabel 2.3 Jenis Mikroplastik Berdasarkan Bentuk dan Ukuran
Jenis
Singkatan Ukuran Keterangan
Mikroplastik
Potongan kecil plastik berbentuk bulat
PT Pellet dengan ukuran diameter antara 5 mm sampai
1 mm.
Potongan plastik berbentuk tidak beraturan
FR Fragmen dengan panjang kurang dari 5 mm sampai 1
mm.
Untaian plastik yang berukuran 5 mm hingga
FB Fiber/serat <5 mm - 1 mm
1 mm.
Potongan tipis seperti selaput plastik dengan
FI Film ukuran panjang kurang dari 5 mm sampai 1
mm.
Potongan spons, busa, atau seperti busa dari
FM Foam bahan plastik yang berukuran kurang dari 5
mm hingga 1 mm dalam dimensi panjang.
Untaian plastik berukuran kurang dari 1 mm
MFB Mikro-fiber
hingga 1 μm dalam dimensi terpanjang.
Potongan plastik berbentuk tidak beraturan
MFR Mikro-fragmen
dengan panjang kurang 1 mm hingga 1 μm.
Potongan tipis seperti selaput plastik
MFI Mikro-film
<1 mm – 1 μm berukuran kurang dari 1 mm hingga 1 μm.
Potongan spons, busa, atau seperti busa dari
MFM Microfoam bahan plastik yang berukuran kurang dari 1
mm hingga 1 μm.
Potongan kecil plastik berbentuk bulat dengan
MBD Microbead
ukuran diameter antara 1 mm hingga 1 μm
Sumber: Crawford & Quinn (2016)
12
penelitian. Meskipun klasifikasi mikroplastik tidak hanya berdasarkan warna,
pengamatan warna dapat membantu mengidentifikasi mikroplastik lebih luas lagi.
Mikroplastik yang ada di lingkungan terbentuk dari berbagai jenis polimer yang
berbeda. Hermann menyebutkan bahwa setiap molekul yang terdapat pada
polimer disebut juga dengan monomer (Crawford & Quinn, 2016). Jenis polimer
plastik yang terdapat pada mikroplastik antara lain:
1. PET atau Polyethylene Terephthalate adalah jenis plastik sekali pakai, seperti
biasa botol air mineral dan hampir semua botol minuman lainnya, jika
pemakaiannya dilakukan secara berulang, terutama menampung air panas,
lapisan polimer botol meleleh mengeluarkan zat karsinogenik dan dapat
menyebabkan kanker;
2. HDPE atau High Density Polyethylene merupakan jenis plastik yang aman jika
dibandingkan dengan jenis plastik PET karena memiliki sifat tahan terhadap
temperatur tinggi. HDPE sering dipakai untuk botol susu, tupperware, botol
galon air minum dan lain-lain;
3. PVC atau Polyvinyl Chloride merupakan jenis plastik yang sulit didaur ulang,
seperti botol-botol plastik dan plastik pembungkus. Plastik jenis ini tidak
disarankan untuk membungkus makanan karena jenis plastik ini memiliki
kandungan PVC atau dietil hidroksil amina (DEHA) yang berbahaya untuk
ginjal dan hati;
4. LDPE atau Low Density Polyethylene merupakan jenis plastik yang bisa didaur
ulang, baik dipakai untuk tempat minuman maupun makanan.
5. PP atau polipropilena juga baik digunakan untuk tempat minuman maupun
makanan. jenis plastik semacam ini lebih kuat dan ringan dengan daya tembus
uap yang rendah dan biasanya digunakan untuk botol minum bayi;
6. PS atau polistirena merupakan jenis plastik yang digunakan untuk tempat
minum atau makanan sekali pakai. Mengandung bahan bahan styrene yang
berbahaya untuk kesehatan otak, mengganggu hormon estrogen pada wanita
yang berakibat pada masalah reproduksi dan sistem saraf;
7. Golongan lainnya, jenis plastik ini biasanya ada di tempat makanan dan
minuman seperti botol minum olahraga. Polikarbonat bisa mengeluarkan bahan
13
utamanya yaitu bisphenol-A ke dalam makanan dan minuman yang berpotensi
merusak sistem hormon, jadi sebisa mungkin hindari bahan plastik
polikarbonat.
14
2.6 Faktor yang Mempengaruhi Kandungan Mikroplastik di Perairan
16
Buan Buangan industri
dan domestik
17
2.8 Dampak Mikroplastik di Perairan
Menurut Chen & Chen (2020), Keberadaan mikroplastik di perairan tersebar luas,
maka penyerapan mikroplastik pada organisme laut telah banyak dilaporkan dan
menjadi perhatian besar pada saat ini. Dampak buruk serapan mikroplastik pada
organisme laut dapat bersifat fisik, kimiawi, dan biologis. Mikroplastik dapat
menjadi vektor masuknya bahan kimia beracun pada organisme laut. Bahan kimia
tersebut termasuk bahan kimia tambahan dan kontaminan lingkungan yang
teradsorpsi di permukaannya (misalnya, pestisida, polutan organik yang persisten,
hidrokarbon, logam berat).
18
Dampak yang ditimbulkan akibat adanya mikroplastik jika organisme perairan
menghirup udara dari dalam air ialah terjerat mikroplastik di dalam insang,
sehingga dapat menyebabkan berkurangnya laju pernapasan. Mikroplastik jenis
polivinil klorida (PVC), polistirena (PS) dan polikarbonat (PC) telah terbukti
melepaskan monomer beracun yang menyebabkan kelainan reproduksi dan kanker
pada invertebrata. Zat aditif yang digunakan dalam pembuatan plastik juga telah
terbukti terlepas dari plastik dan tertelan oleh organisme laut (Rocha-Santos &
Duarte, 2017). Dampak mikroplastik yang telah diteliti pada organisme perairan
lainnya untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.4.
Tabel 2.4 Dampak Mikroplastik pada Berbagai Organisme
No Organisme Jenis Mikroplastik Dampak
1. Daphnia magna 29,5 mm polimetil metakrilat Partikel menembus lapisan
(kutu air tawar) (akrilik) epitel usus
0,02-1 μm partikel polistirena
2. Pomatoschistus microps 1-5 μm polietilena berbentuk Aktivitas
(ikan gobi) bulat berwarna merah asetilkolinesterase
berkurang 20%
3. Cathorops spixii, Fragmen nilon dalam ukuran Ditelan oleh 17%-33%
Cathorops agassizii milimeter dan plastik keras individu
(ikan lele)
4. Eugerres brasilianus, 1-5 mm fragmen nilon berwarna Ditelan oleh 4,9% hingga
(ikan Gerreidae) biru 33,4% individu
5. Mytilus galloprovincialis 1-80 μm partikel HDPE Penurunan stabilitas
(kerang Mediterania) membran lisosom
6. Arenicola marina 400-1300 μm partikel polistirena Penurunan berat badan,
(cacing pantai) aktivitas makan
10,30, dan 90 μm polistirena Penurunan kadar protein
berbentuk bulat dalam tubuh yang
signifikan
7. Oryzias latipes 3 mm LDPE jenis pellet Toksisitas hati, partikel
(ikan beras Jepang) menembus Blood Brain
Barrier
Sumber: Rocha-Santos & Duarte (2017)
19
2.9 Metode Analisis Mikroplastik
20
Gambar 2.4 Contoh Mikroplastik Berbentuk Fragmen
Sumber: Islami dkk., (2020)
2. Fiber/serat
Mikroplastik berbentuk fiber merupakan mikroplastik yang bentuknya seperti
serat berukuran panjang. Mikroplastik bentuk fiber yang ditemukan di laut
berasal dari jaring nelayan, tali kapal, serta serat tali lainnya yang ada di sekitar
pantai (Islami dkk., 2020). Contoh mikroplastik berbentuk fiber dapat dilihat
pada Gambar 2.5.
3. Film
Mikroplastik berbentuk film merupakan mikroplastik yang bentuknya seperti
selaput. Mikroplastik bentuk film berasal dari kantong plastik, kemasan
berbahan dasar plastik serta dari botol plastik yang tidak di daur ulang dengan
baik (Hanif dkk., 2021). Contoh mikroplastik yang berbentuk film dapat dilihat
pada Gambar 2.6.
21
Identifikasi warna mikroplastik dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop
menggunakan perbesaran lensa 40 kali dan 100 kali. Warna yang terdapat pada
analisis mikroplastik antara lain kristal, putih, oranye, hitam, biru, transparan,
hijau, kuning, pink, dan merah.
22
2.9.4 Analisis Jenis Polimer Penyusun Mikroplastik
Analisis jenis polimer ini dapat dilakukan dengan metode Spektroskopi Fourier
Transform Infra Red (FTIR). Metode ini dapat menentukan komposisi bahan, laju
degradasi, dan indeks karbonil dalam bahan dan memiliki keterbatasan ukuran
partikel serta manipulasi sampel dilakukan secara manual sehingga memakan
waktu (Victoria, 2017). Contoh hasil identifikasi polimer mikroplastik
menggunakan spektroskopi Fourier Transfer Infra Red (FTIR) disajikan dalam
bentuk spektrum gelombang dan dapat dilihat pada Gambar 2.7.
Hasil analisis menggunakan spektroskopi Fourier Transfer Infra Red (FTIR) pada
Gambar 2.7 menunjukkan bahwa mikroplastik yang ditemukan tersusun atas
polimer nylon. Hal ini dibuktikan dengan terdapatnya penyerapan cahaya yang
lemah pada panjang gelombang 4.000 cm-1 sampai 2.500 cm-1, akan tetapi pada
panjang gelombang 2.400 cm-1 terjadi penyerapan cahaya yang kuat. Selain itu,
pada panjang gelombang 2.000 cm-1 sampai 600 cm-1 terjadi penyerapan cahaya
yang lemah.
23
Mikroplastik juga tercantum dalam hukum internasional, konvensi, peraturan,
perjanjian pada undang-undang internasional yang dirancang oleh lembaga
internasional. Lembaga internasional tersebut diantaranya adalah Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB), Convention for the Protection of the Marine Environment
of the North-East Atlantic (OSPAR), European Commission (EC), serta Baltic the
Helsinki Convention on the Protection of the Marine Environment in the Baltic
Sea Area (HELCOM) (Crawford & Quinn, 2016).
Pantai Padang adalah wisata pantai yang berada dalam salah satu kawasan padat
di Kota Padang dan membentang dari daerah Purus hingga muara Batang Arau.
Pantai Padang berada pada titik koordinat 0°57’55”-1°0’34” Lintang Selatan dan
24
100° 20’ 24” - 100° 21’ 53” Bujur Timur. Lokasi Pantai Padang memanjang dari
arah Barat Laut ke tenggara membentuk garis pantai yang lurus yang dapat dilihat
pada Gambar 2.8. Batas-batas administrasi Pantai Padang adalah:
Sebelah utara : Kecamatan Padang Utara
Sebelah timur : Kecamatan Padang Timur
Sebelah selatan : Kecamatan Padang Selatan
Sebelah barat : Selat Mentawai
25
Kec. Padang Utara
26
2.11.2 Kondisi Pantai Padang
Berdasarkan data dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Padang tahun 2018
panjang total Pantai Padang adalah 4 km dengan luas seluruh sektor sebesar
431,15 Ha. Penggambaran tentang pembagian sektor di Pantai Padang dapat
dilihat pada Gambar 2.9. Sektor Pantai Padang terbagi menjadi enam sektor
berdasarkan arah mata angin dari Selatan menuju Utara, yaitu (Adfuza, 2019):
1. Sektor 1 (0°57’50”- 0°57’32” LS dan 100°21’04”- 100°21’10”BT)
Sektor 1 dikenal dengan sebutan Pantai Muaro, dengan panjang garis pantai 0,6
km, daerah ini meliputi muara Sungai Batang Arau hingga Simpang Nipah.
27
2. Sektor 2 (0°57’32”- 0°57’11” LS dan 100°21’10”-100°21’06”BT)
Sektor 2 disebut juga dengan Pantai Jalan Samudera. Sektor ini memiliki
panjang garis pantai 1 km. Sektor ini mulai dari Simpang Nipah hingga
Simpang Hang Tuah.
3. Sektor 3 (0°57’11”- 0°56’50” LS dan 100°21’06”-100°20’49”BT)
Sektor 3 disebut juga dengan Pantai Olo dengan panjang garis pantai 1 km.
Daerah sektor 3 ini berawal dari Simpang Hang Tuah hingga Simpang Olo
Ladang.
4. Sektor 4 (0°56’50”- 0°56’09” LS dan 100°20’49”-100°20’10”BT)
Sektor 4 dikenal dengan Pantai Purus, dengan panjang garis pantai 0,8 km.
Wilayah sektor 4 dimulai dari Simpang Olo Ladang sampai dengan Tugu
IORA.
5. Sektor 5 (0°55’49” - 0°55’09” LS dan 100°20’10”-100°20’58”BT)
Sektor 5 disebut juga dengan Pantai Cimpago. Sektor 5 tersebut memiliki
panjang garis pantai 0,6 km. Wilayah sektor 5 dimulai dari Tugu IORA sampai
ke Jembatan Purus.
6. Sektor 6 (0°55’09” - 0°55’42” LS dan 100°20’58”- 100°20’11”BT)
Sektor 6 disebut juga dengan Pantai Muara Lasak, dengan panjang garis pantai
0,8 km. Sektor 6 dimulai dari Jembatan Purus sampai Ke Hotel Pangeran.
Curah hujan adalah tinggi jatuhnya air hujan di suatu tempat datar yang dianggap
tidak mengalami penguapan, tidak mengalir, dan tidak meresap ke tanah. Curah
hujan biasanya dinyatakan dalam satuan mm (Mulyono, 2014). Jika jumlah curah
hujan adalah sebesar 1 mm, maka tinggi air hujan yang menutupi permukaan
28
seluas 1 m2 adalah 1 mm, dengan asumsi air tersebut tidak meresap ke dalam
tanah atau menguap ke atmosfer (Fadholi, 2013). Informasi data curah hujan
biasanya disajikan dalam bentuk temporal (runtut waktu) atau spasial. Data
temporal dapat memberikan informasi mengenai sifat hujan di suatu tempat.
Informasi curah hujan spasial dapat memberi gambaran daerah yang memiliki
curah hujan tinggi ataupun rendah sehingga dapat ditentukan strategi dalam
mengelola sumber daya air (Syaifullah, 2014). Data curah hujan Kota Padang dari
tahun 2011 hingga tahun 2019 dapat dilihat pada Tabel 2.6.
Istilah statistik berasal dari bahasa Latin, yaitu status yang berarti sebuah negara
atau menyatakan hal lain yang menyangkut tentang ketatanegaraan. Ada tiga hal
penting yang harus ada di dalam statistik, yaitu data, perlakuan data seperti
pengumpulan data dan analisis data, serta angka. Seiring dengan berkembangnya
zaman, istilah statistik semakin meluas seperti berikut ini (Nasution, 2017):
1. Statistik merupakan kumpulan angka untuk memaparkan sesuatu, seperti angka
yang telah tersusun di dalam tabel ataupun angka yang masih acak;
2. Statistik adalah cakupan dari beberapa cara atau aturan tentang pengumpulan,
analisis, serta penafsiran data yang terdiri dari kumpulan angka;
3. Statistik bisa diartikan sebagai kumpulan angka yang menerangkan sifat dari
data hasil penelitian.
29
2.12.1 Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif ialah sebuah bentuk analisis data penelitian yang bertujuan
untuk melakukan uji generalisasi hasil yang didapat dari satu sampel penelitian.
Analisis ini dilakukan dengan pengujian hipotesis deskriptif yang mana hasil dari
analisis deskriptif ini menunjukkan bahwa hipotesis penelitian dapat
digeneralisasi atau tidak (Nasution, 2017). Menurut Maysani & Pujiastuti (2020),
analisis deskriptif pada dasarnya merupakan salah satu ilmu dalam statistik yang
berguna untuk mengumpulkan, mengolah dan memaparkan data kuantitatif secara
deskriptif. Analisis ini juga berguna untuk memudahkan penyampaian informasi
dari sebuah data.
Kesimpulan yang ada di dalam statistik deskriptif biasanya hanya ditujukan data-
data yang ada. Bahasan analisis deskriptif berdasarkan ruang lingkupnya, meliputi
(Nasution, 2017):
1. Distribusi frekuensi berupa:
a. Grafik distribusi seperti histogram, frekuensi, poligon, serta ogive;
b. Ukuran nilai pusat berupa mean, median, modus, dan lainnya;
c. Ukuran penyebaran data meliputi jangkauan, simpangan rata-rata, dan
variansi;
d. Kemencengan serta keruncingan kurva.
2. Angka indeks;
3. Deret waktu;
4. Regresi dan korelasi sederhana.
Analisis korelasi adalah suatu teknik analisis dalam ilmu statistika untuk
menentukan adanya kecenderungan keterkaitan antara dua variabel atau lebih.
Setidaknya harus ada dua variabel yang dikorelasikan dalam melakukan analisis
korelasi tersebut. Hasil dari analisis korelasi berupa koefisien korelasi yang
menunjukkan besarnya hubungan antar variabel. Analisis ini juga tidak
mempermasalahkan adanya hubungan sebab-akibat atau sebaliknya (Budiwanto,
2017).
Variabel yang dianalisis kaitannya merupakan variabel terikat dan variabel bebas.
Jika dilihat menurut jumlah variabel yang dikorelasikan, variabel tersebut dapat
digolongkan menjadi korelasi dua variabel (bivariat) dan korelasi ganda (multi-
variat). Variabel bebas disebut juga dengan variabel prediktor, sedangkan variabel
terikat disebut dengan variabel kriterium. Koefisien korelasi antara variabel yang
satu dengan variabel yang lain dapat digambarkan menggunakan gambar diagram
pencar (scatter gram) (Budiwanto, 2017).
31
2.13.1 Karakteristik Mikroplastik pada Sedimen Garis Pantai dari Pantai
Tropis dan Perkotaan di Da Nang, Vietnam
Penelitian ini dilakukan oleh Tran Nguyen et al., (2020) di Pantai Da Nang.
Bentuk mikroplastik paling dominan yang ditemukan adalah serat/fiber dengan
persentase sebesar 99,2%. Warna yang paling dominan ditemukan adalah warna
biru sebesar 59,9% dan putih sebesar 22,9%. Konsentrasi mikroplastik rata-rata
yang didapat adalah 9.238±2.097 partikel/kg. Sementara itu, mikroplastik bentuk
fiber lebih banyak tersebar pada lapisan permukaan dibandingkan dengan lapisan
lebih dalam.
Penelitian ini telah dilakukan oleh Chen & Chen (2020) di pantai di sepanjang
Semenanjung Hengchun. Konsentrasi mikroplastik yang didapat berkisar antara
80 hingga 480 partikel/kg. Jenis mikroplastik yang paling banyak ditemukan
adalah serat/fiber dengan persentase lebih dari 97% dan warna dominan
ditemukan adalah putih atau transparan sebesar 57%. Analisis spektroskopi FTIR
menunjukkan bahwa jenis polimer mikroplastik yang ditemukan adalah jenis
polietilena (PE) dan polipropilena (PP). Adanya kandungan mikroplastik di
daerah ini dikaitkan dengan adanya aktivitas pariwisata di pantai.
Penelitian ini dilakukan oleh Patchaiyappan et al. (2020) pada Pantai Andaman
Selatan, India. Konsentrasi mikroplastik rata-rata yang didapat pada semua stasiun
adalah 414,35±87,4 partikel/kg pada sampel sedimen. Terdapat 13 jenis polimer
mikroplastik pada sampel sedimen. Pencemaran mikroplastik yang terdapat di
Pantai Andaman ini berasal dari pengelolaan limbah padat yang tidak tepat serta
dari kegiatan wisata di sekitar pantai.
32
2.13.4 Pencemaran Mikroplastik dalam Sedimen dari Laut Bohai dan Laut
Kuning, Cina
Penelitian mikroplastik di Laut Bohai dan Laut Kuning telah dilakukan oleh Zhao
et al. (2018). Konsentrasi mikroplastik rata-rata yang didapat adalah sebesar 171,8
partikel/kg di Laut Bohai, 123,6 item/kg di Laut Kuning Utara, dan 72 item/kg di
Laut Kuning Selatan. Jenis mikroplastik yang paling banyak ditemukan adalah
jenis serat dengan persentase 93,88%. Jenis polimer yang paling banyak
ditemukan adalah polietilena (PE) dan polietilen tereftalat (PET).
Analisis konsentrasi mikroplastik telah diteliti oleh Nel & Froneman (2015) di
sepanjang garis Pantai Afrika Selatan. Konsentrasi mikroplastik rata-rata yang
ditemukan sebesar 688,9±348,2 partikel/m2 pada sampel sedimen dan
257,9±53,36 partikel/m3 pada sampel air. Berdasarkan penelitian yang dilakukan,
diketahui bahwa pencemaran mikroplastik tidak berasal dari kepadatan penduduk,
melainkan dari proses sirkulasi air.
Penelitian ini dilakukan oleh Ihsan (2021) di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA)
Sampah Air Dingin, Padang. Konsentrasi mikroplastik yang ditemukan pada air
lindi dan sedimen pengolah lindi secara berturut-turut sebesar 1,7 partikel/L dan
46,2 partikel/kg. Karakteristik mikroplastik yang dominan ditemukan adalah
33
bentuk fragmen, putih, dan ukuran 1-5 mm. Adanya pencemaran mikroplastik di
TPA Air Dingin dipengaruhi oleh usia degradasi mikroplastik di TPA.
Penelitian ini dilakukan oleh Triadi (2021) di Sungai Batang Arau Padang.
Konsentrasi mikroplastik yang didapat pada sampel air berkisar antara 1,667-10
partikel/L, sedangkan pada sampel sedimen 26,57-168,86 partikel/kg.
Karakteristik mikroplastik yang dominan ditemukan baik pada sampel air dan
sedimen adalah berbentuk fragmen dengan warna dominan yang ditemukan
adalah hitam dan berukuran 1-5mm. Penelitian terkait mikroplastik di lainnya
dapat dilihat pada Tabel 2.7.
34
Tabel 2.7 Penelitian tentang Mikroplastik di Pantai dan di Kota Padang
No Nama Peneliti Lokasi Penelitian Parameter Kandungan Mikroplastik
1. Patchaiyappan dkk., (2020) Pantai Andaman Selatan, Aktivitas wisata Konsentrasi mikroplastik: 414,35±87,4 partikel/kg.
India Pemusatan daerah Polimer: ada 13 jenis
perkotaan di sekitar pantai Bentuk dominan: fiber dan fragmen
Sampah plastik rumah
tangga
2. Zhao dkk., (2018) Pantai Laut Bohai dan Laut Limbah dari industri Konsentrasi mikroplastik: 171,8 partikel/kg (Laut
Kuning, China Aktivitas manusia Bohai); 123,6 partikel/kg (Laut Kuning Utara), dan
Pencemaran sampah plastik 72 partikel/kg (Laut Kuning Selatan)
di sungai Polimer dominan: RY, PE, dan PET.
3. Zhu dkk., (2019) Pantai Maowei, China Sampah plastik di perairan Konsentrasi mikroplastik: 4,5 partikel/L
Aktivitas antropogenik Polimer dominan: polyester dan rayon
Warna dominan: putih
Bentuk dominan: serat/fiber
4. Nel & Froneman, (2015) Sepanjang garis pantai Aktivitas antropogenik Konsentrasi mikroplastik: 688,9±348,2 partikel/m2
tenggara Afrika Selatan (sedimen), 1.215±276,7 partikel/m3 (air)
Bentuk dominan: mikrofiber
5. Ayuningtyas dkk., (2019) Perairan Banyuurip, Kondisi arus Konsentrasi mikroplastik: 711 partikel/m3 (air)
Kabupaten Gresik, Jawa Bentuk dominan: fragmen, fiber, dan film
Timur
6. Tran Nguyen dkk., (2020) Pantai Da Nang, Vietnam Aktivitas masyarakat Bentuk dominan: serat/fiber
sekitar pantai Warna dominan: biru dan putih
Dampak terhadap biota laut Konsentrasi mikroplastik: 9.238±2.097 partikel/kg.
7. Korez dkk., (2019) Sepanjang pantai di Aktivitas wisata Konsentrasi mikroplastik: 0,5 partikel/kg (Maret)
Slovenia (Laut Adriatik, Kegiatan industri dan 1,0 partikel/kg (Agustus)
35
Lanjutan Tabel 2.7 Penelitian tentang Mikroplastik di Pantai dan di Kota Padang
No Nama Peneliti Lokasi Penelitian Parameter Kandungan Mikroplastik
Mediterania) Bentuk: fragmen, fiber, dan film, dan busa.
8. Chen & Chen, (2020) Semenanjung Hengchun, Aktivitas antropogenik Konsentrasi mikroplastik: 80 hingga 480 partikel/kg
Taiwan Bentuk dominan: fiber (97%)
Polimer dominan: PE dan PP
9. Triadi, (2021) Sungai Batang Arau, Parameter lingkungan Konsentrasi mikroplastik: 1,667-10 partikel/L (air),
Padang Timbulan sampah 26,57-168,86 partikel/kg (sedimen)
Curah hujan Bentuk dominan: fragmen
Aktivitas masyarakat Warna dominan: hitam
Ukuran dominan: LMP (1-5 mm)
10. Ihsan, (2021) TPA Air Dingin, Padang Parameter lingkungan Konsentrasi mikroplastik: 1,7 partikel/L (air lindi)
Timbulan sampah dan 46,2 partikel/kg (sedimen)
Bentuk dominan: fragmen
Ukuran dominan: 1-5 mm (LMP)
Warna dominan: putih.
11. Islami dkk., (2020) Teluk Bungus, Sumatra Temperatur Konsentrasi mikroplastik: 191,11-301,11
Barat Salinitas partikel/kg
pH Bentuk: serat/fiber, fragmen, dan film
Mikroplastik lebih banyak ditemukan pada
kedalaman 0-10 cm.
12. Nugroho dkk., (2018) Teluk Benoa, Bali Aktivitas masyarakat Konsentrasi mikroplastik: 0,58 partikel/m3 (air), 113
partikel/kg (sedimen)
Bentuk: fragmen, film, dan serat/fiber.
Aktivitas masyarakat mempengaruhi konsentrasi
mikroplastik yang didapat.
36
Berdasarkan Tabel 2.7 dapat dilihat bahwa jenis mikroplastik yang paling banyak
ditemukan adalah serat/fiber, fragmen, film dengan warna dominan adalah warna
biru, putih, dan hitam. Selain itu, jenis polimer pembentuk mikroplastik yang
banyak ditemukan adalah polietilena (PE). Konsentrasi mikroplastik tinggi
apabila pada pantai tersebut terdapat kegiatan wisata dan aktivitas antropogenik
lainnya di sekitar pantai. Analisis kosentrasi mikroplastik yang ditemukan pada
sungai, TPA, dan pantai memiliki kesamaan yaitu konsentrasi mikroplastik pada
sedimen lebih tinggi ditemukan dari pada sampel air karena mikroplastik yang
awalnya berada di air lama kelamaan akan mengendap di sedimen.
37
III. BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Umum
Waktu pengambilan sampel dimulai dari bulan Juni 2021 hingga bulan Juli 2021.
Lokasi penelitian adalah di Pantai Padang, Kota Padang. Lokasi pengujian sampel
dilakukan di beberapa tempat, yaitu:
1. Laboratorium Air Jurusan Teknik Lingkungan
Kegiatan yang dilakukan di Laboratorium Air yaitu proses mengekstraksi
atau menyisihkan mikroplastik pada sampel air dan sedimen.
2. Laboratorium Mikrobiologi Lingkungan Jurusan Teknik Lingkungan
Kegiatan yang dilakukan adalah menganalisis karakteristik mikroplastik yang
telah diekstraksi dari air dan sedimen dengan bantuan mikroskop.
3. Laboratorium Kimia Universitas Negeri Padang
Kegiatan yang dilakukan ialah menganalisis jenis polimer mikroplastik
menggunakan alat spektroskopi Fourier Transform Infra Red (FTIR).
Studi literatur meliputi kegiatan pengumpulan bahan dan literatur sebagai dasar
teori yang berkaitan dengan penulisan laporan penelitian dan bersumber dari buku
teks, jurnal, dan penelitian sebelumnya. Studi literatur penelitian ini mencakup
tentang kandungan mikroplastik pada air dan sedimen serta timbulan sampah
khususnya plastik yang akan dibuang ke badan air.
Mulai
Studi Literatur
Survei Pendahuluan:
1. Survei kondisi Pantai
Padang;
2. Penentuan lokasi sampling.
Persiapan Penelitian
1. Persiapan alat;
2. Persiapan bahan.
Analisis Laboratorium:
1. Proses ekstraksi mikroplastik pada sampel;
2. Analisis konsentrasi mikroplastik;
3. Analisis warna, bentuk, ukuran mikroplastik dengan uji
mikroskop;
4. Analisis polimer menggunakan spektroskopi FTIR.
Selesai
40
7. Analisis data dan pembahasan
Data primer dan sekunder yang telah diperoleh selanjutnya dilakukan analisis.
Analisis yang digunakan melalui variabel penelitian adalah analisis deskriptif,
Analysis of Variance (ANOVA) untuk melihat kesamaan data dari sampling
dan uji normalitas, dan analisis korelasi untuk melihat pengaruh parameter
lingkungan (DO, pH, temperatur), dan data curah hujan terhadap konsentrasi
mikroplastik. Pembahasan disusun setelah analisis selesai pada laporan tugas
akhir.
42
3.5 Persiapan Penelitian
Persiapan penelitian yang dilakukan meliputi persiapan alat dan persiapan yang
akan digunakan untuk melakukan analisis mikroplastik.
43
3.5.2 Bahan Penelitian
Data sekunder yang dibutuhkan seperti curah hujan Kota Padang tahun 2011
hingga 2019 didapat dari Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi Sumatra
Barat yang dapat dilihat pada Tabel 2.4 di Bab II halaman 18 yang akan
diproyeksikan menjadi data curah hujan pada tahun 2021. Data sekunder
selanjutnya adalah data pengunjung Pantai Padang dan data timbulan sampah
plastik Pantai Padang. Data pengunjung Pantai Padang pada tahun 2021 hasil
proyeksi penelitian Adfuza (2019) adalah sebesar 16.617 orang/hari, sedangkan
untuk data satuan timbulan sampah plastik Pantai Padang pada tahun 2021 adalah
sebesar 0,146 L/o/h.
Sampel yang akan diuji ialah sampel sedimen dan sampel air Pantai Padang.
Proses pengambilan sampel air laut Pantai Padang diambil langsung
menggunakan botol sampel air. Sampel air diambil dengan frekuensi tiga kali
pengambilan dengan selang waktu dua minggu. Sampel diambil pada pagi hari
karena air laut sedang surut sehingga memudahkan dalam proses pengambilan
sampel. Sampel air diambil pada lima sektor dan antara masing-masing sektor
diambil sampel air sebanyak satu titik yang dibagi rata dari panjang pantai
(Mauludy dkk., 2019). Jarak antar titik sampling adalah sebesar 360 m. Selain itu,
penentuan titik sampling dilakukan dengan mempertimbangkan aktivitas
masyarakat di sepanjang pantai.
44
Sampel air laut dilakukan berdasarkan SNI 6964.8:2015 tentang Metode
Pengambilan Contoh Uji Air Laut. Proses sampling untuk perairan pesisir yang
dipengaruhi oleh kegiatan di darat, di daerah pelabuhan, atau perairan dangkal
lainnya dapat dilihat pada Tabel 3.4.
Berdasarkan Tabel 3.4, pengambilan sampel air pada tiap titik sampling di Pantai
Padang diambil pada kedalaman air laut 1 m pada tiga titik kedalaman yang
berbeda. Sampel pertama diambil pada kedalaman 20 cm, sampel kedua diambil
pada kedalaman 50 cm, dan sampel dan ketiga diambil pada kedalaman 80 cm.
Gambaran pengambilan sampel air dapat dilihat pada Gambar 3.3. Setelah itu,
sampel yg diambil pada tiga titik tersebut kemudian dihomogenkan. Titik
koordinat lokasi sampling dapat dilihat pada Tabel 3.5.
45
Tabel 3.5 Titik Koordinat Lokasi Sampling
Jumlah Jumlah Total Total
Titik
No Titik Koordinat Sampel Sampel Frek. Sampel Sampel
Sampling
Air Sedimen Air Sedimen
a. 0°57’15” LS
Pantai
100°21’11” BT
1. Jalan 2 2 3 6 6
b. 0°57’08” LS
Samudera
100°21’09” BT
a. 0°56’47” LS
100°21’05” BT
2. Pantai Olo 2 2 3 6 6
b. 0°56’42” LS
100°21’03” BT
a. 0°56’24” LS
Pantai 100°21’03” BT
3. 2 2 3 6 6
Purus b. 0°56’18” LS
100°21’02” BT
Pantai a. 0°56’03” LS
4. 1 1 3 3 3
Cimpago 100°21’02” BT
a. 0°55’41” LS
Pantai
100°20’59” BT
5. Muaro 2 2 3 6 6
b. 0°55’40” LS
Lasak
100°20’58” BT
Total 27 27
Berdasarkan Tabel 3.5 titik sampling berjumlah 9 titik dengan jumlah sampel air
sebanyak 27 sampel. Pengambilan sampel dilakukan sebanyak tiga kali dan
diambil pada titik sampling yang sama. Saat dilakukan pengambilan sampel air
laut, parameter lingkungan seperti pH, Dissolved Oxygen (DO), dan temperatur
langsung diukur di lapangan.
Titik pengambilan sampel sedimen sejajar dengan titik pengambilan sampel air.
Sampel sedimen diambil menggunakan pipa paralon sepanjang 15 cm dan pada
masing-masing titik sampling, sampel sedimen diambil pada empat daerah yang
kemudian dihomogenkan pada satu wadah. Berikut ini merupakan empat daerah
pengambilan sampel sedimen di Pantai Padang dan dapat dilihat pada Gambar
3.4.
1. Area upper, merupakan area yang mendekat bangunan atau vegetasi;
2. Area middle, area pertengahan;
3. Area water edge, merupakan area yang terkena aktivitas pasang;
4. Area water, merupakan area yang terendam air laut.
46
Gambar 3.4 Cara Pengambilan Sampel Sedimen di Lapangan
Proses homogenisasi sampel sedimen mengacu kepada U.S EPA. Sampel sedimen
perlu dihomogenisasi apabila pada satu titik sampling diambil lebih dari satu
sampel sedimen. Homogenisasi sampel ini dilakukan dengan cara menempatkan
sampel ke dalam wadah homogenisasi. Metode pencampuran yang umum disebut
dengan quartering. Prosedur pencampuran secara quartering antara lain (U.S.
EPA, 2020):
1. Sampel yang berada di dalam wadah dibagi atas empat bagian dan tiap
bagiannya dicampur satu per satu;
2. Kemudian dua perempat bagiannya diaduk dan setelah itu dibagi menjadi dua
bagian;
3. Dua bagian tersebut kemudian diaduk lagi hingga menjadi sampel yang
homogen.
47
Tabel 3.6 Metode Analisis Parameter
Parameter Satuan Metode
DO mg/L DO meter
pH pH meter
o
Temperatur C Termometer
Konsentrasi mikroplastik partikel/L atau partikel/kg Perhitungan manual
Warna, bentuk dan satuan Analisis mikroskop
ukuran
Karakteristik mikroplastik
Analisis dengan spektroskopi
Polimer mikroplastik
FTIR
Contoh hasil analisis bentuk mikroplastik dapat dilihat dari Gambar 2.4 sampai
Gambar 2.6 pada halaman 21 sampai 22, analisis warna pada mikroplastik
bertujuan untuk mengidentifikasi warna sampah plastik dari mikroplastik yang
didapat pada sampel. Contoh hasil analisis warna dapat dilihat pada Gambar 3.6.
48
Gambar 3.6 Contoh Hasil Analisis Mikroplastik Berdasarkan Warna: a)
Hitam; b) Biru; c) Merah; d) Hijau
Sumber: (Murphy dkk., 2016)
Massa sedimen kering (c) dapat dihitung dengan mengurangi massa beaker glass
berisi sedimen kering (b) dengan massa beaker glass kosong (a), sehingga dapat
dirumuskan menjadi:
c = b – a ................................................................................................................ (3)
49
Data yang disajikan berupa grafik yang terdiri atas data transmitan yang
dinyatakan dalam satuan persen dan data panjang gelombang dalam satuan cm-1.
Analisis jenis polimer mikroplastik dilakukan dengan spektroskopi Fourier
Transform Infra Red (FTIR) untuk mengetahui jenis polimer mikroplastik yang
dianalisis sehingga sampah plastik dari mikroplastik tersebut dapat diidentifikasi.
Grafik spektrum FTIR sampel mikroplastik dibandingkan dengan standar grafik
manufaktur spektroskopi FTIR. Contoh grafik FTIR yang diperoleh nantinya
dapat dilihat pada Gambar 3.7.
Variabel penelitian terbagi atas variabel terikat (X) yaitu: kandungan mikroplastik
yang terdapat di wilayah penelitian, dan variabel bebas (Y) yang mempengaruhi
variabel terikat, seperti kandungan mikroplastik di dalam sampel sedimen dan
sampel air laut, antara lain:
1. Data curah hujan bulanan Kota Padang tahun 2021;
2. Data temperatur air, pH, serta Dissolved Oxygen (DO) sampel air Pantai
Padang.
50
3.9.2 Analysis of Variance (ANOVA)
51
Analisis korelasi terjadi jika terdapat kenaikan atau penurunan variabel terikat (X)
selalu sebanding dengan kenaikan atau penurunan variabel bebas (Y). Apabila
digambarkan dengan diagram titik, titik-titik berderet kemudian membentuk garis
lurus. Data yang didapat pada analisis korelasi adalah berupa tabel yang
mencantumkan nilai korelasi, nilai N, dan nilai signifikan. Cara yang dilakukan
untuk menentukan analisis korelasi adalah:
1. Hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat diukur dengan koefisien
korelasi;
2. Simbol p = koefisien korelasi dan r = koefisien korelasi sampel;
3. Besar nilai koefisien korelasi berada dalam rentang -1 sampai dengan +1,
apabila:
a. Koefisien korelasi bernilai nol, hal ini menunjukkan bahwa tidak ada
hubungan kedua variabel tersebut;
b. Koefisien korelasi nilainya negatif, hal ini menunjukkan bahwa hubungan
kedua variabel tersebut berbanding terbalik.
4. Koefisien korelasi dapat bernilai positif, maka hubungan antara variabel
tersebut adalah berbanding lurus.
Statistical Product and Service Solution (SPSS) ialah suatu aplikasi yang
bertujuan untuk menghitung angka yang rumit dalam materi statistika. SPSS
merupakan aplikasi yang yang dapat menjadikan pekerjaan menjadi lebih akurat.
Selain itu, SPSS mempunyai sistem manajemen pada lingkungan grafis
menggunakan menu deskriptif sehingga mudah dipahami dalam penggunaannya
(Nurhayati, 2020). Aplikasi SPSS digunakan untuk melakukan uji one-way
ANOVA, uji normalitas, serta analisis korelasi Pearson dan Rank Spearman.
Aplikasi SPSS yang digunakan pada penelitian ini adalah IBM SPSS Statistic 25
Version.
52
IV. BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Umum
Pengambilan sampel dilakukan dari awal Juni hingga pertengahan Juli 2021.
Pengambilan sampel dilakukan bersamaan dengan pengukuran Dissolved Oxygen
(DO), pH, dan temperatur. Waktu pengambilan sampel dapat dilihat pada Tabel
4.1.
Kondisi eksisting pengambilan sampel meliputi titik koordinat, elevasi, jarak titik
pengambilan sampel, serta cuaca sebelum dan saat pengambilan sampel dapat
dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Data Lokasi Pengambilan Sampel
No Parameter Sampling L1 L2 L3 L4 L5 L6 L7 L8 L9
0°57’08”
0°57’15” 0°56’47” 0°56’42” 0°56’24” 0°56’18” 0°56’03” 0°55’41” 0°55’40”
LS
LS LS LS LS LS LS LS LS
1 Koordinat I-III 100°21’09
100°21’11” 100°21’05” 100°21’03” 100°21’03” 100°21’02” 100°21’02” 100°20’59” 100°20’58”
”
BT BT BT BT BT BT BT BT
BT
Elevasi
2 I-III 0 0 0 0 0 0 0 0 0
(mdpl)
Cerah Cerah Cerah Cerah Cerah Cerah Cerah Cerah Cerah
I
Cuaca Berawan Berawan Berawan Berawan Berawan Berawan Berawan Berawan Berawan
3 Sebelum Cerah Cerah Cerah Cerah Cerah Cerah Cerah Cerah Cerah
II
Sampling Berawan Berawan Berawan Berawan Berawan Berawan Berawan Berawan Berawan
III Berawan Berawan Berawan Berawan Berawan Berawan Berawan Berawan Berawan
Cerah Cerah Cerah Cerah Cerah Cerah Cerah Cerah Cerah
I
Berawan Berawan Berawan Berawan Berawan Berawan Berawan Berawan Berawan
Cuaca Saat
4 Cerah Cerah Cerah Cerah Cerah Cerah Cerah Cerah Cerah
Sampling II
Berawan Berawan Berawan Berawan Berawan Berawan Berawan Berawan Berawan
III Berawan Berawan Berawan Berawan Berawan Berawan Berawan Berawan Berawan
54
4.3 Hasil Pengukuran
Tabel 4.3 Hasil Pengukuran Dissolved Oxygen (DO) pada Lokasi Sampling
Lokasi
Parameter Sampling
T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9
I 7,3 6,4 6,5 6,7 7,5 6,2 6,9 6,0 6,2
II 7,5 7,3 6,3 6,7 6,6 6,2 7,3 7,5 7,7
DO (mg/L) III 7,8 7,1 7,0 6,8 7,0 6,3 6,8 7,0 7,0
Rata-rata 7,5 6,9 6,6 6,7 7,0 6,2 7,0 6,8 7,0
Std. Deviasi 0,2 0,5 0,4 0,1 0,4 0,1 0,3 0,8 0,8
9
8
7
6
DO (mg/L)
5
4
3
2
1
0
T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9
Titik Sampling
Gambar 4.1 Kadar Dissolved Oxygen (DO) Rata-Rata pada Lokasi Sampling
55
Berdasarkan Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa rata-rata kadar Dissolved Oxygen
(DO) tertinggi terletak pada titik sampling T1 dengan nilai rata-rata 7,53 mg/L.
Hal ini disebabkan karena pada titik 1 tidak terdapat kegiatan perdagangan
masyarakat yang berwisata ke sana juga sangat sedikit. Nilai rata-rata DO
terendah terdapat pada T6 yaitu sebesar 6,23 mg/L karena pada titik ini terdapat
banyak kegiatan seperti perdagangan dan pada titik ini padat pengunjung.
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, baku mutu
untuk kadar Dissolved Oxygen (DO) di laut dengan peruntukan sebagai wisata
bahari adalah >5 mg/L. Hal ini berarti kadar DO rata-rata pada lokasi sampling
memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan
4.3.2 Temperatur
Hasil pengukuran temperatur pada tiap lokasi sampling tidak jauh berbeda satu
sama lain. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa temperatur pada semua lokasi
sampling berkisar antara 25,3°C-30,2°C. Hasil pengukuran temperatur pada
masing-masing titik sampling dapat dilihat pada Tabel 4.4 dan analisis nilai
temperatur rata-rata dapat dilihat pada Gambar 4.2.
35
30
Temperatur (°C)
25
20
15
10
5
0
T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9
Titik Sampling
Gambar 4.2 Hasil Pengukuran Temperatur Air Rata-Rata pada Lokasi
Sampling
56
Berdasarkan Gambar 4.2 dapat dilihat bahwa temperatur air rata-rata tertinggi
terdapat pada titik 6 yaitu sebesar 29,07°C dan temperatur terendah terdapat pada
T2 yaitu sebesar 26,50°C. Hal ini terjadi karena pada T6 sinar matahari langsung
mengenai air laut dan pada saat itu juga tidak ada angin, sedangkan pada T2
terdapat angin pada saat mengambil sampel. Berdasarkan Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, baku mutu untuk temperatur air laut dengan
peruntukan wisata bahari adalah temperatur alami, sehingga hasil pengukuran
tersebut memenuhi baku mutu.
Hasil pengukuran pH pada masing-masing titik tidak jauh berbeda satu sama lain.
Hasil pengukuran menunjukkan bahwa nilai pH yang didapat pada tiap lokasi
sampling adalah berkisar antara 8-8,5. Hasil pengukuran pH pada tiap titik dapat
dilihat pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5 Hasil Pengukuran pH pada Lokasi Sampling
Lokasi
Parameter Sampling
T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9
I 8,1 8,1 8,2 8,3 8,1 8,3 8,1 8,0 8,2
II 8,3 8,0 8,0 8,1 8,2 8,3 8,4 8,2 8,3
pH III 8,4 8,2 8,1 8,3 8,3 8,5 8,0 8,2 8,4
Rata-rata 8,3 8,1 8,1 8,2 8,2 8,4 8,2 8,1 8,3
Std. Deviasi 0,2 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,2 0,1 0,1
8,6
8,5
8,4
8,3
8,2
pH
8,1
8,0
7,9
7,8
7,7
7,6
T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9
Titik Sampling
57
Berdasarkan Gambar 4.3 dapat dilihat bahwa pH rata-rata tertinggi terdapat pada
T6 yaitu sebesar 8,37 dan pH rata-rata terendah terdapat pada T2 dan T3 yaitu
sebesar 8,10. Hal ini disebabkan karena pada T6 terdapat banyak aktivitas
perdagangan dan kegiatan wisata yang berpotensi menyebabkan terjadinya
pencemaran air laut pada titik ini, sedangkan pada T2 dan T3 hanya terdapat
kegiatan wisata. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22
Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup, baku mutu pH air laut dengan peruntukan wisata bahari berkisar antara 7-
8,5 sehingga nilai pH untuk lokasi sampling di Pantai Padang ini memenuhi baku
mutu yang telah ditetapkan.
8
7
(partikel/L)
6
5
4
3
2
1
0
T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9
Titik Sampling
Gambar 4.4 Konsentrasi Mikroplastik Rata-Rata pada Sampel Air
58
Berdasarkan Gambar 4.4 diketahui bahwa konsentrasi mikroplastik rata-rata
yang tertinggi terletak pada T2 yaitu sebesar 6,667 partikel/L karena di tepi pantai
tersebut banyak tumpukan sampah sehingga berpotensi terjadinya pemecahan
partikel plastik disana. Konsentrasi mikroplastik rata-rata terendah terdapat di T1
dan T9 dengan konsentrasi rata-rata sebesar 1,667 partikel/L. Hal ini terjadi
karena pada T1 tidak terdapat tumpukan sampah dan pada T1 tidak didatangi
banyak pengunjung, sedangkan pada T9 tidak terdapat aktivitas perdagangan dan
juga tidak dikunjungi oleh banyak masyarakat. Konsentrasi mikroplastik pada T4
memiliki nilai standar deviasi berdasarkan gambar di atas. Hal ini terjadi karena
konsentrasi mikroplastik pada T4 dari pengambilan sampel pertama hingga ketiga
memiliki perbedaan yang cukup jauh, sehingga nilai simpangan data konsentrasi
mikroplastik pada lokasi tersebut cukup tinggi. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Zhu dkk. (2019), konsentrasi mikroplastik yang didapatkan di Laut
Maowei, China berkisar antara 4,5-10 partikel/L. Sumber mikroplastik berasal
dari kegiatan budidaya biota laut dan sampah yang terbawa oleh sungai. Hasil
penelitian Digka dkk. (2018), menunjukkan bahwa konsentrasi mikroplastik pada
sampel air laut di Laut Ionia Utara adalah sebesar 1,61 partikel/m 2. Sumber
mikroplastik berasal dari kegiatan wisata, kegiatan perikanan, serta transportasi
laut yang ada di sekitar pantai. Konsentrasi mikroplastik yang didapat pada
perairan Teluk Benoa adalah 0,43-0,58 partikel/m3. Sumber mikroplastik di
daerah ini berasal dari kegiatan masyarakat di sekitar pelabuhan. Selain itu juga
terdapat sampah yang berserakan di sekitar pantai (Nugroho dkk., 2018).
4.4.2 Bentuk
Mikroplastik jenis fiber/serat berasal dari pelapukan serat kain, jaring yang
digunakan oleh nelayan untuk menangkap ikan pada Pantai Padang, serta
59
pelapukan serat tali yang digunakan untuk mengikat perahu. Mikroplastik jenis
serat/fiber dapat dilihat pada Gambar 4.4.
60
7
Kelimpahan Mikroplastik
6
Film
5
Fiber/Serat
(partikel/L) 4
3
2
1
0
T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9
Lokasi Sampling
Gambar 4.7 Penyebaran Bentuk Mikroplastik pada Sampel Air
Berdasarkan Gambar 4.7 dapat dilihat bahwa mikroplastik berbentuk film hanya
ditemukan pada T1 dengan konsentrasi rata-rata adalah sebesar 1,667 partikel/L,
untuk T2 hingga T9 tidak ditemukan mikroplastik berbentuk film. Mikroplastik
berbentuk fiber/serat ditemukan pada T2 hingga T9. Rata-rata konsentrasi
mikroplastik berbentuk fiber tertinggi terletak pada T2 yaitu sebesar 6,667
partikel/L. Mikroplastik berbentuk serat/fiber diduga berasal dari serat tekstil.
Mikroplastik berbentuk film banyak ditemukan pada T1 karena pada lokasi
tersebut banyak terdapat sampah plastik kemasan makanan yang berserakan di
tepi pantai dan juga tidak terdapat aktivitas nelayan dengan kapal di lokasi
tersebut. Bentuk fiber banyak ditemukan karena di sepanjang pantai terdapat
pengunjung yang berenang di tepi pantai dan adanya karung berisi pasir yang
terletak pada bagian bawah batu penahan ombak. Selain itu jenis serat/fiber
banyak ditemukan karena adanya aktivitas memancing, atau dari tali perahu yang
masuk ke perairan.
5%
Fiber/Serat
Film
95%
61
Berdasarkan Gambar 4.8 diketahui bahwa bentuk mikroplastik yang paling
dominan ditemukan pada sampel air adalah bentuk serat/fiber dengan persentase
fiber/serat adalah sebesar 95% dengan konsentrasi sebesar 33,333 partikel/L dan
mikroplastik berbentuk film sebanyak 5% dengan konsentrasi sebesar 1,667
partikel/L. Hal ini sesuai dengan Zhang dkk. (2018), bahwa mikroplastik bentuk
serat/fiber paling banyak ditemukan di perairan dalam sepuluh penelitian yang
telah dilakukan sebelumnya. Mikroplastik jenis fiber juga dominan ditemukan
pada Pantai Da Nang, Vietnam dengan persentase sebesar 99,2% (Tran Nguyen
dkk., 2020). Mikroplastik jenis serat diduga berasal dari tekstil. Serat dapat lepas
ke perairan karena adanya proses pencucian dari tekstil tersebut. Penelitian yang
dilakukan oleh Nugroho dkk. (2018) menunjukkan bahwa mikroplastik yang
dominan ditemukan adalah jenis fragmen. Sumber sampah jenis fragmen berasal
dari degradasi kemasan produk yang terbawa dari Sungai Bualu dan dari aktivitas
masyarakat di sekitar pantai.
4.4.3 Warna
Mikroplastik berwarna biru, hitam, merah, hijau berasal dari serpihan wadah
berbahan plastik atau serat tali dan kain. Mikroplastik berwarna bening diduga
berasal dari plastik kemasan makanan dan minuman di sekitar pantai.
Mikroplastik berwarna putih diduga berasal dari wadah plastik yang terdapat di
pantai. Analisis warna mikroplastik yang berhasil dianalisis dapat dilihat pada
Gambar 4.9 sampai Gambar 4.13.
62
Gambar 4.9 Mikroplastik Gambar 4.10 Mikroplastik
Berwarna Hitam Berwarna Merah
63
7
5
Konsentrasi Mikroplastik
4 Hijau
(partikel/L)
Bening
3 Merah
2 Hitam
Biru
1
0
T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9
Titik Sampling
4,762% 4,762%
Biru
14,286% 47,619% Hitam
Merah
28,571%
Bening
Hijau
64
Berdasarkan Gambar 4.15 diketahui bahwa mikroplastik berwarna biru paling
banyak ditemukan dengan persentase 47,619% dengan konsentrasi sebesar 16,667
partikel/L. Selanjutnya, mikroplastik berwarna hitam ditemukan pada sampel air
dengan persentase 28,571% dengan konsentrasi 10 partikel/L dan mikroplastik
berwarna merah dengan persentase 14,286% dengan konsentrasi sebesar 5
partikel/L. Mikroplastik berwarna bening dan hijau memiliki persentase yang
sama yaitu 4,762% dengan konsentrasi sebesar 1,667 partikel/L. Hasil yang
didapatkan sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Tran Nguyen dkk.
(2020), didapatkan hasil bahwa mikroplastik dominan ditemukan berwarna biru
dengan persentase sebesar 59,9%. Akan tetapi, pada penelitian mikroplastik yang
dilakukan di Pantai Ayah warna dominan yang ditemukan adalah berwarna bening
karena sampah plastik yang banyak ditemukan di sekitar lokasi penelitian adalah
berwarna bening (Ridlo dkk., 2020). Penelitian yang dilakukan oleh Nel &
Froneman (2015), menyatakan bahwa mikroplastik yang ditemukan di sepanjang
garis pantai bagian tenggara di Afrika Selatan lebih dari 90% berwarna biru.
4.4.4 Ukuran
65
Gambar 4.17 Mikroplastik Kategori Large Microplastic (LMP)
Data persebaran mikroplastik kategori SMP dan LMP pada tiap titik sampling
dapat dilihat pada Gambar 4.18, sedangkan persentase mikroplastik kategori
SMP dan LMP yang dianalisis pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar
4.18.
7
LMP (1-5 mm)
6 SMP (>1 mm)
Kelimpahan Rata-Rata
5
(partikel/L)
0
T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9
Titik Sampling
Gambar 4.18 Distribusi Mikroplastik Berdasarkan Ukuran pada Sampel Air
Berdasarkan Gambar 4.18 dapat dilihat bahwa mikroplastik jenis Large
Microplastic (LMP) tersebar merata di setiap titik sampling. Mikroplastik berjenis
Small Microplastic (SMP) hanya ditemukan pada T2, T3, T6, T7, dan T8.
Mikroplastik berjenis LMP paling banyak ditemukan pada T2 dengan konsentrasi
sebesar 5 partikel/L. Mikroplastik jenis SMP yang ditemukan pada T2, T3, T6,
T7, dan T8 memiliki konsentrasi rata-rata yang sama, yakni sebesar 1,667
partikel/L. Hasil ini menunjukkan bahwa kebanyakan mikroplastik yang
ditemukan pada sampel air baru mengalami degradasi.
66
23,810%
SMP
76,190% LMP
67
100% Film Bening (PC)
Fiber Hijau (PP)
% Transmittance
85%
80%
3.500 2.500 1.500 500
Wavenumber /cm
Gambar 4.20 Hasil Analisis Polimer Penyusun Mikroplastik pada Sampel
Air Menggunakan Spektroskopi FTIR
Berdasarkan Gambar 4.20 dapat dilihat bahwa mikroplastik jenis film bening dan
fiber merah tersusun dari polimer polikarbonat (PC) karena terdapat penyerapan
cahaya yang lemah pada rentang panjang gelombang 4.000-3.500 cm-1, kemudian
terdapat penyerapan cahaya yang kuat pada panjang gelombang 3.000 cm -1, serta
penyerapan cahaya yang kuat pada rentang panjang gelombang 2.000-500 cm-1.
Polimer polikarbonat biasanya digunakan pada kemasan pembungkus makanan
yang dibuang di tepi pantai.
Mikroplastik jenis fiber hijau tersusun dari polimer polipropilena (PP). Grafik
hasil analisis menunjukkan terdapat penyerapan cahaya yang kuat pada panjang
gelombang 3.000 cm-1 dan pada panjang gelombang 1.500 cm-1, sedangkan pada
panjang gelombang lainnya terjadi penyerapan cahaya yang lemah. Polimer
polietilena biasanya digunakan sebagai bahan dasar pembuatan botol susu,
kemasan pembungkus makanan, kantong belanja, tutup botol, serta mainan.
68
Mikroplastik jenis fiber biru, fiber hitam dan fiber merah terbentuk dari polimer
polietilen tereftalat (PET). Hal ini dibuktikan pada grafiknya menunjukkan bahwa
adanya penyerapan cahaya yang lemah pada panjang gelombang 3.500 cm-1 dan
3.000 cm-1 dan terdapat penyerapan cahaya yang lemah pada panjang gelombang
2.500 cm-1 hingga 2.000 cm-1 akan tetapi penyerapan cahaya mulai kuat kembali
pada panjang gelombang 1.500 cm-1 sampai 500 cm-1. Polietilen tereftalat
merupakan bahan dasar pembuatan tali tambang, wadah minuman, serat sintetis,
serta wadah makanan. Distribusi jenis polimer mikroplastik yang ditemukan pada
sampel air dapat dilihat pada Gambar 4.21.
7
Rata-rata Konsentrasi Mikroplastik
6 PP
5 PC
(partikel/L)
4 PET
0
T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9
Titik Sampling
Gambar 4.21 Distribusi Konsentrasi Mikroplastik Berdasarkan Jenis
Polimer pada Sampel Air
Berdasarkan Gambar 4.21 dapat dilihat bahwa jenis polimer polietilen tereftalat
(PET) terdapat di tiap titik sampling, kecuali di T1. Konsentrasi mikroplastik
dengan jenis polimer PET tertinggi terdapat pada T2 yaitu sebesar 5 partikel/L.
Polimer plastik yang paling sedikit ditemukan pada sampel air adalah
polipropilena (PP) dengan konsentrasi mikroplastik rata-rata adalah 1,667
partikel/L. Jenis polimer PP hanya ditemukan pada T2. Polimer polikarbonat (PC)
ditemukan pada T1, T6, T7, dan T8 dengan konsentrasi mikroplastik pada tiap
titik sama, yaitu 1,667 partikel/L. Selanjutnya, persentase jenis polimer
mikroplastik pada sampel air dapat dilihat pada Gambar 4.22.
69
4,762% PET PC PP
19,048%
76,190%
Berdasarkan Gambar 4.22 dapat ditarik kesimpulan bahwa jenis polimer PET
paling dominan ditemukan pada sampel air dengan persentase 76,190% dan
konsentrasi rata-rata sebesar 26,667 partikel/L. Persentase jenis polimer PC yang
didapat sampel air adalah sebesar 19,048% dengan konsentrasi rata-rata 6,667
partikel/L. Jenis polimer PP didapat pada sampel air dengan persentase yang
sama, yaitu 4,762% dengan konsentrasi rata-rata sebesar 1,667 partikel/L.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Savira (2020) didapatkan bahwa jenis
polimer yang paling banyak ditemukan adalah polistirena (PS) dengan persentase
50%. Jenis polimer tersebut dominan ditemukan karena berdasarkan pengamatan
di lapangan, terdapat banyak styrofoam yang digunakan sebagai coolbox ikan.
Penelitian mikroplastik di pesisir Pantai Mangrove Singapura menunjukkan
bahwa jenis polimer yang dominan ditemukan adalah polietilena (PE) dan
polipropilena (PP). Jenis polimer tersebut paling banyak ditemukan karena di
sekitar pantai terdapat banyak potongan tali, serat sintetis, sampah popok, dan
jaring untuk menangkap ikan (Mohamed Nor & Obbard, 2014). Penelitian yang
dilakukan oleh Digka dkk. (2018) menunjukkan bahwa jenis polimer PE paling
banyak ditemukan di Laut Mediterania dengan persentase sebesar 67,20%.
Polimer PE paling dominan karena banyaknya sampah kemasan produk yang
ditemukan di sekitar Laut Mediterania.
70
4.5 Analisis Kandungan Mikroplastik pada Sampel Sedimen
4.5.1 Konsentrasi
140
120
Konsentrasi Rata-Rata
100
(partikel/kg)
80
60
40
20
0
T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9
Titik Sampling
4.5.2 Bentuk
Bentuk mikroplastik yang ditemukan pada sampel sedimen mulai dari sampling
pertama hingga sampling ketiga adalah fiber/serat dan fragmen. Perbedaan bentuk
mikroplastik yang ditemukan pada sampel sedimen ini disebabkan oleh jenis
plastik yang mengalami degradasi yang berbeda pula. Mikroplastik berbentuk
pellet, film, dan foam tidak ditemukan pada sampel sedimen, mulai dari sampling
pertama hingga ketiga.
Mikroplastik berbentuk fiber/serat diduga berasal dari berasal dari pelapukan serat
kain, jaring yang digunakan oleh nelayan untuk menangkap ikan pada Pantai
Padang, serta pelapukan serat tali yang digunakan untuk mengikat perahu.
Mikroplastik jenis serat/fiber ini diamati menggunakan mikroskop dengan
perbesaran 10× dan dapat dilihat pada Gambar 4.24.
72
Mikroplastik berbentuk fragmen yang ditemukan berasal dari wadah plastik,
patahan plastik yang kaku, serta benda plastik lainnya yang berada di sekitar
pantai. Horton dkk. (2018) memaparkan mikroplastik berbentuk fragmen berasal
botol-botol plastik, kantong plastik dan patahan plastik yang keras . Mikroplastik
berbentuk fragmen diamati menggunakan mikroskop perbesaran 4× dapat dilihat
pada Gambar 4.25.
73
20
18
16
Konsentrasi Rata-Rata
14
(partikel/kg)
12
10 Film
8 Fragmen
6 Fiber
4
2
0
T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9
Titik Sampling
Gambar 4.27 Distribusi Mikroplastik Berdasarkan Bentuk pada Sampel
Sedimen
Berdasarkan Gambar 4.27 dapat dilihat bahwa mikroplastik berbentuk serat/fiber
tersebar merata pada semua titik sampling. Konsentrasi mikroplastik berbentuk
serat/fiber tertinggi terletak pada T3 dengan konsentrasi rata-rata sebesar 16,773
partikel/kg sedimen kering. Mikroplastik berbentuk fragmen hanya ditemukan
pada T4 hingga T8 dengan konsentrasi mikroplastik fragmen tertinggi terletak
pada T5 yaitu sebesar 10,064 partikel/kg sedimen kering. Mikroplastik berbentuk
film hanya ditemukan pada T6.
19,753%
79,012%
74
Mikroplastik berbentuk film memiliki persentase paling kecil, yaitu 1,235%
dengan konsentrasi sebesar 1,692 partikel/kg sedimen kering. Hasil penelitian ini
sesuai dengan penelitian Ridlo dkk. (2020), bahwa mikroplastik yang dominan
ditemukan adalah berbentuk fiber/serat dengan persentase lebih dari 70% pada
semua sampel. Penelitian yang dilakukan oleh Mauludy dkk. (2019), juga
menunjukkan bahwa mikroplastik yang dominan ditemukan di seluruh pantai
wisata di Kabupaten Badung, Bali adalah jenis fiber karena sumber sampah
plastik untuk jenis fiber lebih banyak ditemukan pada semua pantai wisata di
daerah tersebut. Mikroplastik jenis fiber juga banyak ditemukan di sepanjang
Pantai Barat dan Timur daerah Auckland, Selandia Baru dengan persentase 88%
dan mikroplastik jenis film paling sedikit dengan persentase 4% (Bridson dkk.,
2020).
4.5.3 Warna
Warna yang ditemukan pada sampel sedimen beragam pada tiap titik sampling.
Warna yang ditemukan adalah biru, merah, hijau, hitam, bening, dan putih.
Perbedaan warna mikroplastik ini terjadi akibat adanya banyak plastik yang
mengalami degradasi memiliki warna yang berbeda. Mikroplastik berwarna biru
dan hitam ditemukan pada sampel sedimen dari sampling pertama hingga
sampling ketiga, sedangkan untuk warna merah ditemukan pada sampling kedua
dan ketiga, dan untuk warna putih hanya ditemukan pada sampling kedua dan
warna bening hanya ditemukan pada sampling ketiga. Warna mikroplastik yang
ditemukan pada sampel sedimen diamati menggunakan mikroskop perbesaran 4×
dan dapat dilihat pada Gambar 4.29 hingga Gambar 4.34 .
75
Gambar 4.31 Mikroplastik Gambar 4.32 Mikroplastik
Berwarna Merah Berwarna Hijau
4,0
3,5
Konsentrasi Rata-Rata
3,0 Hijau
(partikel/kg)
2,5 Putih
2,0 Bening
1,5 Merah
1,0 Hitam
0,5 Biru
0,0
T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9
Titik Sampling
Gambar 4.35 Distribusi Mikroplastik Berdasarkan Warna pada Sampel
Sedimen
Berdasarkan Gambar 4.35 dapat dilihat bahwa mikroplastik biru ditemukan pada
setiap titik sampling, sedangkan mikroplastik berwarna hitam hampir ditemukan
pada setiap titik sampling, kecuali pada T7. Mikroplastik berwarna bening hanya
ditemukan pada T6 dan mikroplastik berwarna putih ditemukan pada T5.
Mikroplastik berwarna biru paling banyak ditemukan pada T6 dan T7 dengan
konsentrasi rata-rata sebesar 13,418 partikel/kg sedimen kering.
76
Biru Hitam Merah Putih Bening Hijau
1,235% 1,235% 2,469%
8,642%
20,988%
65,432%
4.5.4 Ukuran
20
18 LMP (1-5 mm)
16 SMP (0,3-1 mm)
Konsentrasi Rata-Rata
14
(partikel/kg)
12
10
8
6
4
2
0
T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9
Titik Sampling
Gambar 4.39 Distribusi Mikroplastik Berdasarkan Ukuran pada Sampel
Sedimen
78
Berdasarkan Gambar 4.39 dapat dilihat bahwa mikroplastik golongan LMP
ditemukan pada tiap titik sampling, sedangkan mikroplastik golongan SMP tidak
ditemukan pada T4. Mikroplastik golongan LMP terbanyak ditemukan pada T3
dan T4 dengan konsentrasi sebesar 15,229 partikel/kg sedimen kering, sedangkan
untuk mikroplastik golongan LMP terbanyak ditemukan pada T5 dan T7 dengan
konsentrasi rata-rata sebesar 10,153 partikel/kg sedimen kering.
35,802%
64,198%
79
4.5.5 Polimer Penyusun
Mikroplastik jenis fragmen biru dan fragmen putih berasal dari polimer polyvinyl
chloride (PVC). Hasil analisis menunjukkan terdapat penyerapan cahaya yang
kuat pada panjang gelombang 3.000 cm-1 dan pada rentang panjang gelombang
80
2.000-500 cm-1. Polimer PVC digunakan dalam bahan dasar pembuatan mainan,
kantong plastik, serta wadah penyimpanan makanan.
Mikroplastik jenis fiber hijau tersusun atas polimer polipropilena (PP). Grafik
hasil analisis menunjukkan terdapat penyerapan cahaya yang kuat pada panjang
gelombang 3.000 cm-1 dan pada panjang gelombang 1.500 cm-1, sedangkan pada
panjang gelombang lainnya terjadi penyerapan cahaya yang lemah. Polimer
polipropilena biasanya digunakan sebagai bahan dasar pembuatan botol susu,
kemasan pembungkus makanan, kantong belanja, tutup botol, serta mainan.
Mikroplastik jenis fiber biru, dan fiber hitam terbentuk dari polimer polietilen
tereftalat (PET). Hal ini dibuktikan pada grafiknya menunjukkan bahwa adanya
penyerapan cahaya yang lemah pada panjang gelombang 3.500 cm-1 dan 3.000
cm-1 dan terdapat penyerapan cahaya yang lemah pada panjang gelombang 2.500
cm-1 hingga 2.000 cm-1 akan tetapi penyerapan cahaya mulai kuat kembali pada
panjang gelombang 1.500 cm-1 sampai 500 cm-1. PET merupakan bahan dasar
pembuatan tali tambang, wadah minuman, serat sintetis, serta wadah makanan.
Penyebaran jenis polimer mikroplastik yang ditemukan pada sampel sedimen
dapat dilihat pada Gambar 4.42.
20
18
Konsentrasi Mikroplastik
16
14
(partikel/kg)
12 PVC
10 PP
8 PC
6 PET
4
2
0
T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9
Titik Sampling
Gambar 4.42 Penyebaran Jenis Polimer Mikroplastik pada Sampel Sedimen
Berdasarkan Gambar 4.42 dapat dilihat bahwa jenis polimer polietilen tereftalat
(PET) tersebar merata di tiap titik sampling. Konsentrasi mikroplastik rata-rata
jenis polimer PET tertinggi terdapat pada T3 yaitu sebesar 15 partikel/kg sedimen
kering. Jenis polimer polipropilena (PP) hanya ditemukan pada T9 dengan
81
konsentrasi mikroplastik sebesar 1,667 partikel/kg sedimen kering. Polimer
polyvinyl chloride (PVC) ditemukan pada T4, T5, T6, T7, dan T8 dengan
konsentrasi mikroplastik tertinggi terdapat pada T5 yaitu sebesar 8,333 partikel/kg
sedimen kering. Jenis polimer polikarbonat (PC) ditemukan pada T1, T3, T4, T5,
T6, dan T8. Konsentrasi mikroplastik tertinggi untuk polimer PC terdapat pada T8
yaitu sebesar 5 partikel/kg sedimen kering. Persentase jenis polimer mikroplastik
yang ditemukan pada sampel sedimen dapat dilihat pada Gambar 4.43.
PET PC PP PVC
1,235%
14,815%
12,346%
71,605%
Jenis polimer yang dominan ditemukan di garis pantai Teluk Hiroshima, Jepang
adalah foamed polystyrene (FPS) dengan persentase 90%. Jenis polimer
berikutnya yang ditemukan adalah polietilena (PE) sebanyak 5%, polipropilena
(PP) didapatkan sebanyak 3%, dan polimer lainnya sebanyak 2%. Polimer FPS
banyak ditemukan karena di sekitar Teluk Hiroshima terdapat sampah styrofoam.
Selain itu, polimer FPS lebih lama terurai pada sampel sedimen dibandingkan
dengan polimer lainnya (Sagawa dkk., 2018). Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Rahmadhani (2019), polimer yang dominan ditemukan adalah
82
jenis polietilen glikol (PEG) yaitu sebanyak 33% dan yang paling sedikit
ditemukan adalah polimer ethylene propylene diene monomer (EPDM) yaitu
sebanyak 2%. Banyaknya polimer PEG tersebut ditemukan karena banyaknya
sampah seperti potongan tekstil yang ditemukan di sekitar pantai di Pulau
Mandiangin. Hasil penelitian yang dilakukan di Laut Bohai dan Laut Kuning,
Cina menunjukkan bahwa jenis polimer mikroplastik yang paling banyak didapat
adalah jenis rayon, polietilena, dan polietilen tereftalat (PET). Sumber polimer
tersebut banyak ditemukan karena banyaknya ditemukan sampah tekstil di sekitar
Laut Bohai dan Laut Kuning (Zhao dkk., 2018).
Analisis spasial merupakan analisis yang digunakan untuk mencari korelasi antara
konsentrasi mikroplastik dengan perbedaan lokasi sampling (titik sampling).
Analisis temporal merupakan analisis yang digunakan untuk mencari korelasi
antara konsentrasi mikroplastik yang didapat dengan waktu pengambilan sampel.
Analisis spasial dan temporal pada sampel air dan sedimen dilakukan
menggunakan uji one-way ANOVA menggunakan software SPSS 25. Tingkat
signifikan yang digunakan adalah sebesar 0,05 atau dengan tingkat kepercayaan
sebesar 95%. Hasil uji one-way ANOVA yang didapat pada analisis spasial dan
temporal terhadap konsentrasi mikroplastik sampel air dan sedimen dapat dilihat
pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6 Uji One-way ANOVA Berdasarkan Analisis Spasial dan Temporal
pada Sampel Air dan Sedimen
Uji ANOVA Kesimpulan
No Sampel
Spasial Temporal Spasial Temporal
Tidak ada perbedaan Tidak ada perbedaan
1 Air 0,649>0,05 0,461<0,05
yang signifikan signifikan antara
antara konsentrasi konsentrasi
mikroplastik sampel mikroplastik sampel
air terhadap air terhadap
perbedaan titik perbedaan waktu
sampling sampling
2 Sedimen 0,988>0,05 0,119>0,05 Tidak ada perbedaan Tidak ada perbedaan
yang signifikan signifikan antara
antara konsentrasi konsentrasi
mikroplastik sampel mikroplastik sampel
sedimen terhadap sedimen terhadap
perbedaan titik perbedaan waktu
sampling sampling
83
Berdasarkan Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa pada uji one-way ANOVA terhadap
analisis spasial tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara konsentrasi
mikroplastik terhadap perbedaan titik sampling, baik pada sampel air maupun
sedimen. Hal ini disebabkan karena pada tiap titik sampling terdapat sampah
plastik di sepanjang pantai meskipun terdapat perbedaan aktivitas masyarakat
pada tiap lokasi sampling sehingga tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada
sampel air. Selain itu, pada sampel air juga tidak terdapat perbedaan yang
signifikan karena tiap titik sampling terletak pada satu garis pantai yang sama
pula.
Hasil analisis temporal menunjukkan pada sampel air dan sedimen juga tidak
terdapat perbedaan yang signifikan terhadap perbedaan waktu pengambilan
sampel. Hal ini disebabkan karena pada saat pengambilan sampel cuacanya cerah,
meskipun pada waktu pengambilan sampel yang ketiga cuacanya berawan. Selain
itu, pengambilan sampel yang dilakukan dari waktu pertama hingga ketiga
dilakukan pada pagi hari, yaitu dari pukul 08.00 WIB hingga pukul 10.00 WIB.
Analisis parameter lingkungan rata-rata seperti Dissolved Oxygen (DO), pH, serta
temperatur, serta curah hujan yang telah didapat sebelumnya, selanjutnya
digunakan untuk analisis korelasi. Analisis korelasi yang bisa digunakan ada dua
metode, yakni korelasi Pearson dan Rank Spearman yang bertujuan untuk melihat
korelasi antara konsentrasi mikroplastik yang ditemukan pada sampel air dan
sedimen dengan DO, pH, dan temperatur. Untuk mengetahui analisis korelasi
yang akan digunakan, maka dilakukan uji normalitas terlebih dahulu terhadap data
parameter lingkungan yang telah didapat.
Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah data didapat pada suatu penelitian
terdistribusi normal atau tidak. Data yang diuji adalah data parameter lingkungan
yaitu Dissolved Oxygen (DO), pH, temperatur, serta curah hujan. Uji normalitas
yang digunakan pada penelitian ini adalah uji normalitas Kolmogorov-Smirnov
karena jumlah sampel kurang dari 50 sampel. Hasil uji normalitas pada data
parameter lingkungan dapat dilihat pada Tabel 4.7.
84
Tabel 4.7 Rekapitulasi Uji Normalitas Konsentrasi Mikroplastik dengan
Parameter Lingkungan
Parameter Signifikansi Analisis Korelasi
No
Lingkungan Air Ket Sedimen Ket Air Sedimen
1. DO 0,200 >0,05 0,148 >0,05 Pearson Pearson
2. pH 0,200 >0,05 0,162 >0,05 Pearson Pearson
3. Temperatur 0,200 >0,05 0,200 >0,05 Pearson Pearson
Angka Angka
signifikan signifikan Rank Rank
4. Curah Hujan - -
tidak tidak Spearman Spearman
muncul muncul
85
Tabel 4.8 Rekapitulasi Hasil Korelasi Konsentrasi Mikroplastik dengan Parameter Lingkungan
Korelasi Korelasi
No Parameter
Air Ket Sedimen Ket Air Ket Sedimen Ket
1 DO 0,255 Tidak Berhubungan 0,147 Tidak Berhubungan -0,424 Tidak Berhubungan -0,525 Tidak Berhubungan
2 pH 0,245 Tidak Berhubungan 0,367 Tidak Berhubungan -0,432 Tidak Berhubungan 0,342 Tidak Berhubungan
3 Temperatur 0,268 Tidak berhubungan 0,287 Tidak berhubungan -0,414 Tidak Berhubungan 0,399 Tidak Berhubungan
Sangat kuat
Lemah (berbanding
4 Curah Hujan 0,333 Tidak berhubungan 0,667 Tidak berhubungan -0,866 (berbanding -0,500
terbalik)
terbalik)
86
Berdasarkan Tabel 4.8 jika dilihat dari analisis korelasi, parameter Dissolved
Oxygen (DO) baik pada sampel air dan sedimen menunjukkan nilai signifikan
>0,05 dan nilai korelasi Pearson <0,666 yang berarti tidak ada korelasi antara nilai
DO dengan konsentrasi mikroplastik. Hal ini disebabkan karena nilai DO rata-rata
pada masing-masing titik sampling tidak jauh berbeda karena letak titik sampling
pada penelitian ini berada pada satu garis pantai yang sama. Selain itu, pada
masing-masing titik sampling tidak memiliki perbedaan aktivitas yang mencolok,
seperti adanya industri di sekitar pantai. Selain itu, nilai korelasi Pearson bernilai
negatif sehingga dapat disimpulkan bahwa meningkatnya konsentrasi
mikroplastik tidak berbanding lurus dengan meningkatnya nilai DO. Grafik
hubungan antara DO dengan konsentrasi mikroplastik pada sampel air dan
sedimen dapat dilihat pada Gambar 4.44 dan Gambar 4.45.
7
7
Konsentrasi
7 MP terhadap…
DO (mg/L)
7
7 R²==0,3059
R² 0,300
6
6
6
1,667 3,333 5,000 6,667
Konsentrasi Mikroplastik (partikel/L)
8,0
7,8
7,6 Konsentrasi MP
7,4 terhadap DO
DO (mg/L)
7,2
7,0
6,8
6,6
6,4
R²R² = 0,21
= 0,210
6,2
6,0
54,883 57,979 63,478 63,792 66,520 72,883 78,256 79,785 84,544
Konsentrasi Mikroplastik (partikel/kg)
Gambar 4.45 Grafik Hubungan Antara DO dengan Konsentrasi
Mikroplastik pada Sampel Sedimen
87
Berdasarkan Gambar 4.44 dan Gambar 4.45 tersebut dapat dilihat bahwa nilai
R2 pada hubungan antara DO dengan konsentrasi mikroplastik pada sampel air
maupun sedimen bernilai rendah, yaitu 0,300 dan 0,210. Hal ini membuktikan
bahwa memang tidak adanya korelasi yang signifikan antara DO dan konsentrasi
mikroplastik pada sampel air dan sedimen Pantai Padang.
Parameter pH pada sampel air dan sedimen juga menunjukkan nilai signifikan
>0,05 dan nilai korelasi Pearson <0,666 yang berarti tidak adanya korelasi antara
pH dengan konsentrasi mikroplastik pada sampel air dan sedimen. Hal ini terjadi
karena kadar pH di tiap titik sama, sedangkan pada masing-masing titik sampling
jumlah mikroplastik yang ditemukan berbeda pula. Hal ini menunjukkan bahwa
tidak ada keterkaitan antara nilai pH dengan konsentrasi mikroplastik. Grafik
hubungan antara konsentrasi mikroplastik dengan pH pada sampel air dan
sedimen dapat dilihat pada Gambar 4.46 dan Gambar 4.47.
7
pH terhadap
Konsentrasi mikroplastik
6 konsentrasi MP
5
(partikel/L)
4
3
R²
R²==0,460
0,64
2
1
0
8,1 8,18 8,22 8,28
pH
90
pH terhadap
Konsentrasi mikroplastik
85
konsentrasi MP
80
(partikel/kg)
R²
R²==0,0839
0,084
75
70
65
60
55
50
8,10 8,13 8,17 8,20 8,23 8,27 8,30 8,37
pH
Gambar 4.47 Grafik Hubungan Antara Konsentrasi Mikroplastik dengan
pH pada Sampel Sedimen
88
Berdasarkan Gambar 4.46 dan Gambar 4.47 tersebut dapat dilihat bahwa nilai
R2 pada hubungan antara konsentrasi mikroplastik dengan pH pada sampel air
maupun sedimen bernilai rendah, yaitu 0,460 dan 0,084. Hal ini membuktikan
bahwa memang tidak adanya korelasi yang signifikan konsentrasi mikroplastik
dengan pH pada sampel air dan sedimen Pantai Padang.
Parameter temperatur menunjukkan nilai signifikan >0,05 pada sampel air dan
sedimen. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada korelasi antara konsentrasi
mikroplastik dengan temperatur. Hal ini disebabkan karena temperatur pada tiap
titik sampling hampir sama. Selain itu, nilai korelasi Pearson bernilai negatif pada
sampel yang berarti konsentrasi mikroplastik pada sampel air tidak berbanding
lurus. Nilai korelasi pearson pada sampel sedimen bernilai positif yang
menandakan konsentrasi mikroplastik pada sampel sedimen berbanding lurus
terhadap temperatur. Akan tetapi pada sampel sedimen maupun pada sampel air
tidak memiliki korelasi karena nilai korelasi Pearson <0,666. Grafik hubungan
antara konsentrasi mikroplastik dengan temperatur pada sampel air dan sedimen
dapat dilihat pada Gambar 4.48 dan Gambar 4.49.
7
Konsentrasi mikroplastik (partikel/L)
3 R²
R²==0,160
0,16
0
26,50 28,21 28,47 28,61
Temperatur (°C)
89
90
Konsentrasi mikroplastik 85
(partikel/kg) 80
75
R²R²= =0,2397
0,240
70
65
60
55
50
26,50 27,77 27,83 27,93 28,40 28,53 28,83 29,03 29,07
Temperatur (°C)
Parameter curah hujan pada sampel air dan sedimen juga menunjukkan nilai
signifikan >0,05 yang berarti tidak adanya korelasi antara curah hujan dengan
konsentrasi mikroplastik pada sampel air dan sedimen. Hal ini berarti curah hujan
pada waktu pengambilan sampel memiliki perbedaan yang cukup signifikan,
sedangkan konsentrasi mikroplastik yang didapat hampir sama pada tiap kali
pengambilan sampel. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada keterkaitan antara
nilai pH dengan konsentrasi mikroplastik. Grafik hubungan antara konsentrasi
mikroplastik dengan curah hujan pada sampel air dan sedimen dapat dilihat pada
Gambar 4.50 dan Gambar 4.51.
90
5,0
Konsentrasi mikroplastik
4,5
(partikel/L) 4,0
3,5
R² =R²0,550
= 0,75
3,0
2,5
2,0
5,17 3,45 22,92
Curah hujan (mm)
95
Konsentrasi mikroplastik (partikel/L)
90
85
80
75 R²R²==0,0029
0,003
70
65
60
55
50
5,17 3,45 22,92
Curah hujan (mm)
91
4.8 Perbandingan Konsentrasi Mikroplastik pada Sampel Air dengan
Sampel Sedimen
90 7
Konsentrasi Mikroplastik di Sedimen
Sedimen
75
4
70
3
65
2
60
55 1
50 0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Titik Sampling
92
mengapung pada air laut. Data perbandingan konsentrasi mikroplastik dalam
sampel air dan sedimen pada masing-masing titik dapat dilihat pada Tabel 4.9.
93
sampel air. Kemudian, distribusi mikroplastik juga dipengaruhi oleh pergerakan
air di laut, sehingga mikroplastik yang awalnya berada di air secara tidak
langsung akan berpindah ke sampel sedimen (Aji, 2017).
94
Tabel 4.10 Perbandingan Konsentrasi Mikroplastik dengan Aktivitas Masyarakat di Pantai Padang
Konsentrasi
Titik Jenis Polimer
No Aktivitas Mikroplastik Sumber Sampah Sumber Polimer Plastik
Sampling Mikroplastik
Air Sedimen
Aktivitas Kantong plastik, wadah produk, serat sintetis, Wadah produk → PC PET
1 T1 wisata 1,667 66,520 kemasan makanan, botol minuman, karung PVC PC
PE
Aktivitas PET
Sedotan minuman, tutup botol plastik, kantong PET
2 T2 wisata 6,667 57,979 PP PP
plastik, serat sintetis, kemasan produk, karung
PVC
Aktivitas Serat sintetis → PET
Plastik pembungkus makanan, botol minuman, serat PVC PET
3 T3 wisata dan 3,333 72,883
sintetis, kantong plastik PC
perdagangan
Kantong plastik → PET
Perdagangan PP PET
dan Serat tali, serat jaring, kantong plastik, wadah PVC
4 T4 3,333 79,785 PC
penangkapan produk, serat sintetis PVC
ikan Botol minuman → PET
Perdagangan PE
dan Kantong plastik, botol minuman, wadah produk, PP PVC
5 T5 3,333 78,256 kemasan makanan, sedotan minuman, serat sintetis, PC PET
penangkapan
serat tali PC
ikan Tali dan jaring → PP
Perdagangan Kantong plastik, botol minuman, wadah produk, PET PVC
6 T6 dan aktivitas 5,000 84,544 kemasan makanan, sedotan minuman, serat sintetis, PVC PET
wisata karung PC
Karung → PET
Aktivitas PET
Kantong plastik, botol minuman, wadah produk, PE
7 T7 perdagangan 5,000 63,792 PVC
kemasan makanan, sedotan minuman, serat sintetis
Sedotan → PP PC
Aktivitas PET
PET
wisata Botol minuman, kemasan produk, serat sintetis,
8 T8 5,000 63,478 Tutup botol → PP PVC
kemasan makanan
PET PC
Aktivitas
PET
wisata Botol minuman, kemasan produk, tutup botol plastik, Kemasan PC
9 T9 1,667 54,882 PP
sedotan minuman, kemasan makanan makanan → PP
PET
95
Selain itu, pada semua titik sampling terdapat mikroplastik yang berasal dari
polimer PET dan PVC. Hal ini disebabkan karena di sepanjang Pantai Padang
ditemukan sampah plastik seperti kantong plastik, botol minuman, dan kemasan
produk. Sampah karung terletak pada T1 karena pada disana terdapat batu
penahan ombak dan pada bagian bawahnya diberi karung yang berisi tanah padat.
Serat tali terdapat pada T4 karena disana terdapat aktivitas nelayan menangkap
ikan menggunakan jaring dan mengikat perahu di tepi pantai menggunakan tali.
Serat sintetis yang ada di lokasi sampling berasal dari kain yang dipasang sebagai
tenda di tepi pantai.
Jenis sampah plastik yang ditemukan di Pantai Padang sesuai dengan hasil
analisis spektroskopi Fourier Transform Infra Red (FTIR). Sampah dari wadah
produk berasal dari polimer polikarbonat (PC), polyvinyl chloride (PVC),
polietilena (PE), polietilen tereftalat (PET), dan poliropilena (PP) sehingga sesuai
dengan hasil analisis FTIR karena pada tiap titik sampling ditemukan mikroplastik
dengan jenis polimer PET, PVC, PP, dan PC. Serat sintetis biasanya terbuat dari
polimer PET dan PVC. Polimer tersebut cocok dengan jenis polimer yang
ditemukan pada T1 hingga T8, karena pada titik sampling ditemukan jenis
polimer PET. Serat sintetis tersebut berasal dari serpihan kain tenda yang
digunakan masyarakat sekitar pantai untuk berdagang. Selain itu, serat sintetis
juga berasal dari potongan kain atau benang yang digunakan oleh pengunjung
yang berenang di pantai.
Jenis polimer yang digunakan untuk membuat kantong plastik adalah polyvinyl
chloride (PVC), polietilen tereftalat (PET), dan poliropilen (PP). Hasil analisis
FTIR menunjukkan bahwa polimer tersebut ditemukan di tiap titik sampling,
sehingga dapat disimpulkan bahwa polimer PET, PVC, dan PP berasal dari
kantong plastik yang digunakan oleh masyarakat pantai untuk membungkus
makanan yang dijual di sekitar Pantai Padang. Sampah botol minuman berasal
dari polimer PET, PE, PP, dan PC, hal ini mengindikasikan bahwa polimer
mikroplastik jenis PET, PP, dan PC juga bersumber dari botol minuman yang
dijual para pedagang di sekitar Pantai Padang.
Sedotan dan tutup botol diketahui berasal dari polimer polipropilena (PP) dan
polietilen tereftalat (PET), sehingga polimer polipropilena (PP) yang ditemukan
pada T2 dan T9 diduga berasal dari sedotan minuman dan tutup botol minuman.
Sampah kemasan makanan terbuat dari polimer PET, PP, dan PC. Hal ini sesuai
dengan jenis polimer yang ditemukan pada tiap titik sampling, karena kemasan
makanan hampir ditemukan pada tiap titik sampling.
97
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
98
bahwa tidak terdapatnya korelasi antara kelimpahan mikroplastik di Pantai
Padang dengan parameter Dissolved Oxygen (DO), pH, temperatur, serta
curah hujan;
3. Aktivitas masyarakat di Pantai Padang mempengaruhi konsentrasi
mikroplastik yang di Pantai Padang dan jenis polimer mikroplastik yang
didapat pada sampel sedimen dan sampel air.
5.2 Saran
Saran yang diberikan oleh Penulis terhadap penelitian selanjutnya adalah sebagai
berikut:
1. Pemerintah dan lembaga terkait lainnya sebaiknya menyusun kebijakan yang
mengatur pengendalian sampah plastik untuk meminimalisir terjadinya
pencemaran mikroplastik di perairan;
2. Menghitung timbulan sampah plastik pada masing-masing titik sampling
sehingga bisa dilakukan analisis korelasi antara konsentrasi mikroplastik pada
masing-masing titik sampling dengan timbulan sampah plastik pada masing-
masing titik sampling;
3. Mengidentifikasi jenis polimer sampah plastik yang didapat di sekitar pantai
sehingga hasil analisis FTIR yang dilakukan pada penelitian, sehingga dapat
dicocokkan dengan jenis polimer pada sampah plastik yang ditemukan;
4. Melakukan analisis konsentrasi mikroplastik dengan faktor lain parameter lain
seperti arah angin dan arah arus air laut.
99
DAFTAR PUSTAKA
Ayuningtyas, W. C., Yona, D., Julinda, S. H., & Iranawati, F. (2019). Kelimpahan
Mikroplastik pada Perairan di Banyuurip, Gresik, Jawa Timur. JFMR-
Journal of Fisheries and Marine Research, 3(1), 41–45.
Bridson, J. H., Patel, M., Lewis, A., Gaw, S., & Parker, K. (2020). Microplastic
Contamination in Auckland (New Zealand) Beach Sediments. Marine
Pollution Bulletin, 151(December 2019), 110867.
Budianto, A. (2017). Pirolisis Botol Plastik Bekas Minuman Air Mineral Jenis Pet
Menjadi Fuel. Seminar Nasional Sains dan Teknologi Terapan V, 201–206.
Cole, M., Lindeque, P., Halsband, C., & Galloway, T. S. (2011). Microplastics As
Contaminants in the Marine Environment: A Review. Marine Pollution
Bulletin, 62(12), 2588–2597.
Digka, N., Tsangaris, C., Kaberi, H., Adamopoulou, A., & Zeri, C. (2018).
Microplastic Abundance and Polymer Types in a Mediterranean
Environment. 17–24.
Eerkes-medrano, D., Thompson, R. C., & Aldridge, D. C. (2015). ScienceDirect
Microplastics in freshwater systems : A Review of the Emerging Threats ,
Identification of Knowledge Gaps and Prioritisation of Research Needs.
Water Research, 75, 63–82.
Fadholi, A. (2013). Studi Dampak El Nino dan Indian Ocean Dipole ( IOD ).
Jurnal Ilmu Lingkungan, 11(1), 43–50.
Fajri, F., Rifardi, & Tanjung, A. (2012). Studi Abrasi Pantai Padang Kota Padang
Provinsi Sumatra Barat. Jurnal Perikanan dan Kelautan, 2, 36–42.
Harinaldi. (2005). Statistik untuk Teknik dan Sains (L. Simarmata (ed.)). Erlangga.
Horton, A. A., Jürgens, M. D., Lahive, E., van Bodegom, P. M., & Vijver, M. G.
(2018). The influence of exposure and physiology on microplastic ingestion
by the freshwater fish Rutilus rutilus (roach) in the River Thames, UK.
Environmental Pollution, 236, 188–194.
https://doi.org/10.1016/j.envpol.2018.01.044
Korez, Š., Gutow, L., & Saborowski, R. (2019). Microplastics at the strandlines of
Slovenian beaches. Marine Pollution Bulletin, 145(May), 334–342.
https://doi.org/10.1016/j.marpolbul.2019.05.054
Lam, C. S., Ramanathan, S., Carbery, M., Gray, K., Vanka, K. S., Maurin, C.,
Bush, R., & Palanisami, T. (2018). A Comprehensive Analysis of Plastics
and Microplastic Legislation Worldwide. Water, Air, and Soil Pollution,
229(11). https://doi.org/10.1007/s11270-018-4002-z
Layn, A. A., Emiyarti, ., & Ira, . (2020). Distribusi Mikroplastik Pada Sedimen Di
Perairan Teluk Kendari. Jurnal Sapa Laut (Jurnal Ilmu Kelautan), 5(2), 115.
https://doi.org/10.33772/jsl.v5i2.12165
Lusher, A. L., Bråte, I. L. N., Munno, K., Hurley, R. R., & Welden, N. A. (2020).
Is It or Isn’t It: The Importance of isual Classification in Microplastic
Characterization. In Applied Spectroscopy (Vol. 74, Nomor 9).
Masura, J., Baker, J., Foster, G., & Courtney, A. (2015). Laboratory Methods for
the Analysis of Microplastics in the Marine Environment: Recommendations
for quantifying synthetic particles in waters and sediments. July.
Mauludy, M. S., Yunanto, A., & Yona, D. (2019). Microplastic Abundances in the
Sediment of Coastal Beaches in Badung, Bali. Jurnal Perikanan Universitas
Gadjah Mada, 21(2), 73.
Maysani, R., & Pujiastuti, H. (2020). Analisis Kesulitan Mahasiswa dalam Mata
Kuliah Statistika Deskriptif. Al Khawarizmi: Jurnal Pendidikan dan
Pembelajaran Matematika, 4(1), 32.
Murphy, F., Ewins, C., Carbonnier, F., & Quinn, B. (2016). Wastewater
Treatment Works (WwTW) as a Source of Microplastics in the Aquatic
Environment. Environmental Science and Technology, 50(11), 5800–5808.
Nabizadeh, R., Sajadi, M., Rastkari, N., & Yaghmaeian, K. (2019). Microplastic
pollution on the Persian Gulf shoreline : A Case Study of Bandar Abbas city ,
Hormozgan Province , Iran. Marine Pollution Bulletin, 145(June), 536–546.
Patchaiyappan, A., Ahmed, S. Z., Dowarah, K., Jayakumar, S., & Devipriya, S. P.
(2020). Occurrence, Distribution and Composition of Microplastics in the
Sediments of South Andaman Beaches. Marine Pollution Bulletin,
156(March), 111227.
Peng, G., Zhu, B., Yang, D., Su, L., Shi, H., & Li, D. (2017). Microplastics in
Sediments of the Changjiang Estuary, China. Environmental Pollution, 225,
283–290.
Ridlo, A., Ario, R., Al Ayyub, A. M., Supriyantini, E., & Sedjati, S. (2020).
Mikroplastik pada Kedalaman Sedimen yang Berbeda di Pantai Ayah
Kebumen Jawa Tengah. Jurnal Kelautan Tropis, 23(3), 325–332.
Sagawa, N., Kawaai, K., & Hinata, H. (2018). Abundance and Size of
Microplastics in A Coastal Sea: Comparison Among Bottom Sediment,
Beach Sediment, and Surface Water. Marine Pollution Bulletin, 133
(March), 532–542.
Salvador, F., Turra, A., & Baruque-ramos, J. (2017). Science of the Total
Environment Synthetic Fibers As Microplastics in the Marine Environment :
A Review from Textile Perspective with A Focus on Domestic Washings.
Science of the Total Environment, 598, 1116–1129.
Su, L., Xue, Y., Li, L., Yang, D., Kolandhasamy, P., Li, D., & Shi, H. (2016).
Microplastics in Taihu Lake, China. Environmental Pollution, 216, 711–719.
Tran Nguyen, Q. A., Nguyen, H. N. Y., Strady, E., Nguyen, Q. T., Trinh-Dang,
M., & Vo, V. M. (2020). Characteristics of Microplastics in Shoreline
Sediments from A Tropical and Urbanized Beach (Da Nang, Vietnam).
Marine Pollution Bulletin, 161(October), 111768.
Wahdani, A., Yaqin, K., Rukminasari, N., Suwarni, Nadiarti, Dwi, F. I., &
Fachruddin, L. (2020). Microplastics concentration on Manila Clam
Venerupis philippinarum in Maccini Baju Waters, Labakkang District,
Pangkajene Kepulauan Regency, South Sulawesi (in Bahasa). Maspari
Journal, 12(2), 1–13.
Zhang, K., Shi, H., Peng, J., Wang, Y., Xiong, X., Wu, C., & Lam, P. K. S.
(2018). Microplastic Pollution in China’s Inland Water Systems: A Review
of Findings, Methods, Characteristics, Effects, and Management. Science of
the Total Environment, 630, 1641–1653.
Zhao, J., Ran, W., Teng, J., Liu, Y., Liu, H., Yin, X., Cao, R., & Wang, Q. (2018).
Microplastic Pollution in Sediments from the Bohai Sea and the Yellow Sea,
China. Science of the Total Environment, 640–641, 637–645.
Zhu, J., Zhang, Q., Li, Y., Tan, S., Kang, Z., Yu, X., Lan, W., Cai, L., Wang, J., &
Shi, H. (2019). Microplastic Pollution in the Maowei Sea, A Typical
Mariculture Bay of China. Science of the Total Environment, 658, 62–68.
ANALISIS KANDUNGAN MIKROPLASTIK DI PANTAI PADANG
ORIGINALITY REPORT
5 %
SIMILARITY INDEX
5%
INTERNET SOURCES
1%
PUBLICATIONS
0%
STUDENT PAPERS
PRIMARY SOURCES
1
scholar.unand.ac.id
Internet Source 1%
2
repository.ub.ac.id
Internet Source 1%
3
cogentoa.tandfonline.com
Internet Source 1%
4
www.antonsutrisno.com
Internet Source 1%
5
123dok.com
Internet Source 1%
6
www.researchgate.net
Internet Source 1%