Anda di halaman 1dari 121

ANALISIS KANDUNGAN MIKROPLASTIK

DI PANTAI PADANG

TUGAS AKHIR
Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
Program Strata-1
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknik Universitas Andalas

Oleh:
SITI MAHARANI NASUTION
1710943020

Dosen Pembimbing:
BUDHI PRIMASARI, M.Sc
YOMMI DEWILDA, M.T

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK - UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2021
PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang ditulis dengan judul: Analisis
Kandungan Mikroplastik di Pantai Padang adalah benar hasil kerja/karya saya
sendiri dan bukan merupakan tiruan hasil kerja/karya orang lain, kecuali kutipan
pustaka yang sumbernya dicantumkan. Jika kemudian hari pernyataan ini tidak
benar, maka status kelulusan dan gelar yang saya peroleh menjadi batal dengan
sendirinya.

Padang, 22 November 2021


Yang Membuat Pernyataan

Siti Maharani Nasution


ABSTRAK

Sebanyak 15–40% dari semua plastik yang dibuang bermuara ke laut akan
mengalami degradasi menjadi mikroplastik. Penelitian ini dilakukan untuk
menganalisis kandungan mikroplastik di Pantai Padang dan menganalisis korelasi
antara konsentrasi mikroplastik dengan pH, Dissolved Oxygen (DO), temperatur,
serta curah hujan. Karakteristik mikroplastik yang dianalisis yaitu konsentrasi,
warna, bentuk, ukuran, serta jenis polimer. Sampel diambil pada sembilan titik
dengan frekuensi tiga kali pengambilan. Konsentrasi mikroplastik pada sampel
dengan menghitung jumlah partikel mikroplastik per satuan volume sampel air
atau satuan massa sedimen kering. Karakteristik warna, bentuk, dan ukuran
dianalisis menggunakan mikroskop, sedangkan jenis polimer dianalisis dengan
spektroskopi Fourier Transform Infra Red (FTIR). Konsentrasi mikroplastik rata-
rata pada sampel air adalah 1,667 – 6,667 partikel/L dan 54,882 – 84,544
partikel/kg pada sampel sedimen. Mikroplastik yang dominan ditemukan adalah
bentuk fiber dengan persentase 95% pada sampel air dan 79,012% pada sampel
sedimen. Warna dominan yang ditemukan adalah warna biru dengan persentase
47,619% pada sampel air dan 65,432% pada sampel sedimen. Ukuran
mikroplastik yang paling banyak ditemukan adalah Large Microplastic (LMP)
dengan persentase 76,190% pada sampel air dan 64,l98% pada sampel sedimen.
Analisis polimer menunjukkan bahwa jenis polimer penyusun yang ditemukan
adalah polyvinyl chloride (PVC), polikarbonat (PC), polipropilena (PP), dan
polietilen tereftalat (PET). Hasil uji ANOVA menunjukkan tidak terdapat
perbedaan yang signifikan antara konsentrasi mikroplastik dengan perbedaan
lokasi pengambilan sampel dan waktu pengambilan sampel. Selain itu, analisis
korelasi menunjukkan tidak ada korelasi antara konsentrasi mikroplastik dengan
pH, DO, temperatur, serta curah hujan. Kegiatan masyarakat di Pantai Padang
berpengaruh terhadap karakteristik mikroplastik yang ditemukan di Pantai
Padang.
Kata kunci: karakteristik mikroplastik, konsentrasi mikroplastik, parameter
lingkungan, sampel air, sampel sedimen.

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbill’alamin, segala puji dan syukur kepada Allah SWT atas


segala rahmat dan karunia yang dilimpahkan-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul Analisis Kandungan Mikroplastik di
Pantai Padang. Shalawat dan salam Penulis sampaikan kepada Nabi Besar
Muhammad SAW. Penulisan Tugas Akhir ini dimaksudkan untuk memenuhi
salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Strata-1 pada Jurusan Teknik
Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Andalas.

Penulis mendapat banyak bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara
langsung atau tidak langsung dalam melaksanakan Tugas Akhir sampai
tersusunnya laporan ini. Penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima
kasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Orang tua tercinta Ayah Ahmad Nasution dan Ibu Yulinar (Alm) serta abang
Andrian Manggala Nasution yang selalu memberikan bantuan, dorongan
moril dan materil serta doa-doa yang tulus dan tiada henti demi keberhasilan
Penulis;
2. Ibu Budhi Primasari, M.Sc dan Ibu Yommi Dewilda, MT selaku dosen
pembimbing yang telah meluangkan waktu dan dengan sabar memberikan
saran, bimbingan, dukungan dan doa yang sangat berharga bagi penulis
sehingga dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini;
3. Bapak Rizki Aziz, Ph.D selaku dosen Pembimbing Akademik yang telah
membimbing dan memberikan saran kepada penulis dari awal perkuliahan
hingga Tugas Akhir ini;
4. Bapak Alqadri Asri Putra, M. Eng dan Ibu Yenni Ruslinda, M.T selaku dosen
penguji yang telah memberikan saran dan masukan yang berharga dalam
penyempurnaan Tugas Akhir ini;
5. Ibu Tivany Edwin, M. Eng selaku Koordinator Tugas Akhir dan Ketua Prodi
Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Andalas yang telah
membantu memberikan arahan selama menjalani setiap tahapan Tugas Akhir;
6. Bapak Rizki Aziz, Ph.D selaku Ketua Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas
Teknik Universitas Andalas;

ii
7. Bapak dan Ibu staf pengajar beserta karyawan-karyawati Jurusan Teknik
Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Andalas, serta staf pengajar yang
berada di Universitas Andalas yang telah memberikan ilmu kepada penulis;
8. Ibu Syofni, S.Si yang telah membantu mengarahkan dan memberikan bantuan
serta dukungan selama melakukan penelitian untuk menyelesaikan Tugas
Akhir ini;
9. Teman-teman seperjuangan penelitian Tugas Akhir, Fadel Ikrar Jamika dan
Farhan Hanieve yang saling membantu, berbagi ilmu, dan memberikan saran,
serta saling menyemangati sejak awal pengerjaan Tugas Akhir;
10. Teman-teman Brazil yaitu Gadis Pops, Besti, Mitus, Patma, Farel, dan Deva
yang menjadi keluarga dan telah membersamai penulis dari zaman TB
Menggambar Rekayasa hingga tersematnya gelar di belakang nama;
11. Sahabat KOS OMA yaitu Elva, Ipudh, dan Danti yang telah menghibur dan
memberi dukungan kepada Penulis untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini.
12. Alfindo, Besti, Elva, Fadel, dan Farhan yang telah membantu Penulis dalam
melakukan Sampling untuk penelitian Tugas Akhir ini;
13. Untuk teman-teman EVEREST yang telah mewarnai hari-hari perkuliahan di
Teknik Lingkungan, memberikan dukungan, bantuan, dan semangat baik
selama perkuliahan maupun dalam penyelesaian Tugas Akhir ini;
14. Uda, uni, rekan-rekan dan adik-adik anggota Himpunan Mahasiswa Teknik
Lingkungan (HMTL) Fakultas Teknik Universitas Andalas yang telah
memberikan dukungan dan semangat kepada Penulis.
15. Semua pihak yang turut membantu Penulis dalam menyelesaikan Tugas
Akhir ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Akhir kata Penulis berharap tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Penulis
menerima segala bentuk kritik dan saran demi kesempurnaan laporan ini dan
perbaikan di masa yang akan datang. Semoga Allah SWT membalas kebaikan
dengan yang lebih baik, Aamin ya Robbal A’lamin.
Padang, 10 November 2021
Wassalam,

Siti Maharani Nasution

iii
DAFTAR ISI

ABSTRAK .............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL................................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xi
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Maksud dan Tujuan Penelitian .................................................................... 3
1.3 Manfaat Penelitian....................................................................................... 3
1.4 Batasan Masalah .......................................................................................... 3
1.5 Sistematika Penulisan .................................................................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 5
2.1 Plastik .......................................................................................................... 5
2.2 Pengertian Mikroplastik .............................................................................. 6
2.3 Sumber Mikroplastik ................................................................................... 7
2.4 Klasifikasi Mikroplastik ............................................................................ 10
2.4.1 Klasifikasi Bentuk dan Ukuran ....................................................10
2.4.2 Klasifikasi Berdasarkan Warna ....................................................12
2.4.3 Klasifikasi Berdasarkan Polimer ..................................................13
2.5 Degradasi Mikroplastik ............................................................................. 14
2.6 Faktor yang Mempengaruhi Kandungan Mikroplastik di Perairan ........... 15
2.7 Jalur Transportasi Mikroplastik ................................................................ 16
2.8 Dampak Mikroplastik di Perairan ............................................................. 18
2.9 Metode Analisis Mikroplastik ................................................................... 20
2.9.1 Identifikasi Bentuk dan Warna Mikroplastik ...............................20
2.9.2 Identifikasi Ukuran Mikroplastik .................................................22
2.9.3 Analisis Konsentrasi Mikroplastik ...............................................22
2.9.4 Analisis Jenis Polimer Penyusun Mikroplastik ............................23
2.10 Kebijakan tentang Mikroplastik ................................................................ 23
2.11 Pantai Padang ............................................................................................ 24
2.11.1 Pantai Padang ...............................................................................24
2.11.2 Kondisi Pantai Padang ..................................................................27
2.11.3 Pembagian Sektor Pantai Padang .................................................27
2.11.4 Curah Hujan Kota Padang ............................................................28
2.12 Metode Statistika ....................................................................................... 29
2.12.1 Analisis Deskriptif ........................................................................30

iv
2.12.2 Analysis of Variance (ANOVA) .................................................. 30
2.12.3 Analisis Korelasi .......................................................................... 31
2.13 Penelitian Terdahulu tentang Mikroplastik di Pantai ................................ 31
2.13.1 Karakteristik Mikroplastik pada Sedimen Garis Pantai dari
Pantai Tropis dan Perkotaan di Da Nang, Vietnam ..................... 32
2.13.2 Distribusi Spasial dan Mikroplastik Musiman pada Pantai
Berpasir di Sepanjang Pantai Semenanjung Hengchun, Taiwan . 32
2.13.3 Distribusi dan Komposisi Mikroplastik di Sedimen Pantai
Andaman Selatan ......................................................................... 32
2.13.4 Pencemaran Mikroplastik dalam Sedimen dari Laut Bohai dan
Laut Kuning, Cina ........................................................................ 33
2.13.5 Pencemaran Mikroplastik di Pantai Maowei, Teluk Budidaya
Cina .............................................................................................. 33
2.13.6 Analisis Kuantitatif Pencemaran Mikroplastik di Sepanjang
Garis Pantai Tenggara Afrika Selatan.......................................... 33
2.13.7 Analisis Kandungan Mikroplastik di Tempat Pemrosesan
Akhir (TPA) Sampah Air Dingin, Padang ................................... 33
2.13.8 Analisis Kandungan Mikroplastik pada Sampel Air dan
Sedimen di Daerah Sungai Batang Arau, Padang ........................ 34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .......................................................... 38
3.1 Umum ........................................................................................................ 38
3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian ..................................................................... 38
3.3 Tahapan Penelitian..................................................................................... 38
3.4 Survei Pendahuluan ................................................................................... 41
3.5 Persiapan Penelitian ................................................................................... 43
3.5.1 Peralatan Penelitian...................................................................... 43
3.5.2 Bahan Penelitian .......................................................................... 44
3.6 Pengumpulan Data Sekunder ..................................................................... 44
3.7 Pengambilan Data Primer .......................................................................... 44
3.7.1 Pengambilan Sampel Air ............................................................. 44
3.7.2 Pengambilan Sampel Sedimen ..................................................... 46
3.8 Analisis Laboratorium ............................................................................... 47
3.9 Analisis Statistik ........................................................................................ 50
3.9.1 Variabel Penelitian ....................................................................... 50
3.9.2 Analysis of Variance (ANOVA) .................................................. 51
3.9.3 Analisis Korelasi .......................................................................... 51
3.9.4 SPSS (Statistical Product and Service Solution) ......................... 52

v
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 53
4.1 Umum ........................................................................................................ 53
4.2 Kondisi Saat Pengambilan Sampel ........................................................... 53
4.3 Hasil Pengukuran ...................................................................................... 55
4.3.1 Dissolved Oxygen (DO)................................................................55
4.3.2 Temperatur ...................................................................................56
4.3.3 Derajat Keasaman (pH) ................................................................57
4.4 Analisis Kandungan Mikroplastik pada Sampel Air ................................. 58
4.4.1 Konsentrasi Mikroplastik .............................................................58
4.4.2 Bentuk...........................................................................................59
4.4.3 Warna ...........................................................................................62
4.4.4 Ukuran ..........................................................................................65
4.4.5 Jenis Polimer Mikroplastik ...........................................................67
4.5 Analisis Kandungan Mikroplastik pada Sampel Sedimen ........................ 71
4.5.1 Konsentrasi ...................................................................................71
4.5.2 Bentuk...........................................................................................72
4.5.3 Warna ...........................................................................................75
4.5.4 Ukuran ..........................................................................................77
4.5.5 Polimer Penyusun .........................................................................80
4.6 Analisis Spasial dan Temporal .................................................................. 83
4.7 Analisis Korelasi ....................................................................................... 84
4.7.1 Uji Normalitas pada Parameter Lingkungan ................................84
4.7.2 Analisis Korelasi antara Konsentrasi Mikroplastik dengan
Parameter Lingkungan..................................................................85
4.8 Perbandingan Konsentrasi Mikroplastik pada Sampel Air dengan Sampel
Sedimen ..................................................................................................... 92
4.9 Pengaruh Aktivitas Masyarakat di Pantai Padang dengan Konsentrasi
Mikroplastik .............................................................................................. 94
BAB V KESIMPULAN ....................................................................................... 98
5.1 Kesimpulan................................................................................................ 98
5.2 Saran .......................................................................................................... 99
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Jenis Polimer Plastik .......................................................................... 6


Tabel 2.2 Sumber Utama Mikroplastik Primer dan Sekunder di Lingkungan ... 8
Tabel 2.3 Jenis Mikroplastik Berdasarkan Bentuk dan Ukuran ....................... 12
Tabel 2.4 Dampak Mikroplastik pada Berbagai Organisme ............................ 19
Tabel 2.5 Rincian Fasilitas yang Terdapat di Pantai Padang ........................... 27
Tabel 2.6 Curah Hujan di Kota Padang Tahun 2011 – 2019............................ 29
Tabel 2.7 Penelitian tentang Mikroplastik di Pantai dan di Kota Padang ........ 35
Tabel 3.1 Aktivitas pada Titik Sampling .......................................................... 41
Tabel 3.2 Peralatan Sampling dan Analisis Laboratorium ............................... 43
Tabel 3.3 Bahan Penelitian Analisis Mikroplastik ........................................... 44
Tabel 3.4 Titik Pengambilan Contoh Area Pesisir yang Dipengaruhi
Kegiatan di Darat Berdasarkan Kedalaman ..................................... 45
Tabel 3.5 Titik Koordinat Lokasi Sampling ..................................................... 46
Tabel 3.6 Metode Analisis Parameter .............................................................. 48
Tabel 4.1 Waktu Pengambilan Sampel ............................................................ 53
Tabel 4.2 Data Lokasi Pengambilan Sampel.................................................... 54
Tabel 4.3 Hasil Pengukuran Dissolved Oxygen (DO) pada Lokasi Sampling . 55
Tabel 4.4 Hasil Pengukuran Temperatur pada Lokasi Sampling ..................... 56
Tabel 4.5 Hasil Pengukuran pH pada Lokasi Sampling ................................... 57
Tabel 4.6 Uji One-way ANOVA Berdasarkan Analisis Spasial dan
Temporal pada Sampel Air dan Sedimen ......................................... 83
Tabel 4.7 Rekapitulasi Uji Normalitas Konsentrasi Mikroplastik dengan
Parameter Lingkungan ..................................................................... 85
Tabel 4.8 Rekapitulasi Hasil Korelasi Konsentrasi Mikroplastik dengan
Parameter Lingkungan ..................................................................... 86
Tabel 4.9 Perbandingan Konsentrasi Mikroplastik pada Sampel Air dan
Sedimen ............................................................................................ 93
Tabel 4.10 Perbandingan Konsentrasi Mikroplastik dengan Aktivitas
Masyarakat di Pantai Padang ........................................................... 95

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Mikroplastik Primer yang Ditemukan di Perairan yang Diamati


pada Mikroskop dengan Perbesaran 40 Kali ....................................9
Gambar 2.2 Mikroplastik Sekunder yang Ditemukan di Perairan yang
Diamati pada Mikroskop dengan Perbesaran 40 Kali ....................10
Gambar 2.3 Jalur Transportasi Mikroplastik di Lingkungan Perairan ...............17
Gambar 2.4 Contoh Mikroplastik Berbentuk Fragmen ......................................21
Gambar 2.5 Contoh Mikroplastik Berbentuk Fiber/Serat ..................................21
Gambar 2.6 Contoh Mikroplastik Berbentuk Film ............................................21
Gambar 2.7 Contoh Hasil Analisis Mikroplastik ...............................................23
Gambar 2.8 Peta Pantai Padang .........................................................................26
Gambar 2.9 Pembagian Sektor Pantai Padang ...................................................28
Gambar 3.1 Diagram Alir Tahapan Penelitian ...................................................39
Gambar 3.2 Lokasi Sampling Pantai Padang Kota Padang ............................... 42
Gambar 3.3 Kedalaman Pengambilan Sampel Air ............................................ 45
Gambar 3.4 Cara Pengambilan Sampel Sedimen di Lapangan ......................... 47
Gambar 3.5 Tahapan Analisis Kandungan Mikroplastik .................................. 48
Gambar 3.6 Contoh Hasil Analisis Mikroplastik Berdasarkan Warna: a)
Hitam; b) Biru; c) Merah; d) Hijau.................................................49
Gambar 3.7 Grafik FTIR Polimer Penyusun Mikroplastik ............................... 50
Gambar 4.1 Kadar Dissolved Oxygen (DO) Rata-Rata pada Lokasi Sampling .55
Gambar 4.2 Hasil Pengukuran Temperatur Air Rata-Rata pada Lokasi
Sampling .........................................................................................56
Gambar 4.3 Nilai pH Rata-Rata pada Lokasi Sampling .................................... 57
Gambar 4.4 Konsentrasi Mikroplastik Rata-Rata pada Sampel Air ................. 58
Gambar 4.5 Mikroplastik Bentuk Fiber/Serat pada Sampel Air ....................... 60
Gambar 4.6 Mikroplastik Bentuk Film pada Sampel Air ................................. 60
Gambar 4.7 Penyebaran Bentuk Mikroplastik pada Sampel Air ...................... 61
Gambar 4.8 Persentase Bentuk Mikroplastik pada Sampel Air ........................ 61
Gambar 4.9 Mikroplastik Berwarna Hitam ....................................................... 63
Gambar 4.10 Mikroplastik Berwarna Merah ...................................................... 63
Gambar 4.11 Mikroplastik Berwarna Biru .......................................................... 63
Gambar 4.12 Mikroplastik Berwarna Hijau ........................................................ 63
Gambar 4.13 Mikroplastik Berwarna Bening ..................................................... 63
Gambar 4.14 Distribusi Konsentrasi Mikroplastik Rata-Rata Berdasarkan
Warna pada Sampel Air ..................................................................64
Gambar 4.15 Persentase Warna Mikroplastik pada Sampel Air ......................... 64
Gambar 4.16 Mikroplastik Kategori Small Microplastic (SMP) ........................ 65
Gambar 4.17 Mikroplastik Kategori Large Microplastic (LMP) ........................ 66
Gambar 4.18 Distribusi Mikroplastik Berdasarkan Ukuran pada Sampel Air .... 66
Gambar 4.19 Persentase Mikroplastik Berdasarkan Ukuran ............................... 67

viii
Gambar 4.20 Hasil Analisis Polimer Penyusun Mikroplastik pada Sampel Air
Menggunakan Spektroskopi FTIR ................................................. 68
Gambar 4.21 Distribusi Konsentrasi Mikroplastik Berdasarkan Jenis Polimer
pada Sampel Air ............................................................................. 69
Gambar 4.22 Persentase Jenis Polimer Mikroplastik pada Sampel Air .............. 70
Gambar 4.23 Konsentrasi Mikroplastik Rata-Rata pada Sampel Sedimen ......... 71
Gambar 4.24 Mikroplastik Bentuk Fiber/Serat yang Ditemukan pada Sampel
Sedimen.......................................................................................... 72
Gambar 4.25 Mikroplastik Bentuk Fragmen pada Sampel Sedimen................... 73
Gambar 4.26 Mikroplastik Berbentuk Film ......................................................... 73
Gambar 4.27 Distribusi Mikroplastik Berdasarkan Bentuk pada Sampel
Sedimen.......................................................................................... 74
Gambar 4.28 Persentase Mikroplastik Berdasarkan Bentuk pada Sampel
Sedimen.......................................................................................... 74
Gambar 4.29 Mikroplastik Berwarna Hitam ....................................................... 75
Gambar 4.30 Mikroplastik Berwarna Biru .......................................................... 75
Gambar 4.31 Mikroplastik Berwarna Merah ....................................................... 76
Gambar 4.32 Mikroplastik Berwarna Hijau......................................................... 76
Gambar 4.33 Mikroplastik Berwarna Bening ...................................................... 76
Gambar 4.34 Mikroplastik Berwarna Putih ......................................................... 76
Gambar 4.35 Distribusi Mikroplastik Berdasarkan Warna pada Sampel
Sedimen.......................................................................................... 76
Gambar 4.36 Persentase Mikroplastik Berdasarkan Warna pada Sampel
Sedimen.......................................................................................... 77
Gambar 4.37 Mikroplastik Golongan Small Microplastic (SMP) ....................... 78
Gambar 4.38 Mikroplastik Golongan Large Microplastic (LMP) ...................... 78
Gambar 4.39 Distribusi Mikroplastik Berdasarkan Ukuran pada Sampel
Sedimen.......................................................................................... 78
Gambar 4.40 Persentase Mikroplastik Berdasarkan Ukuran pada Sampel
Sedimen.......................................................................................... 79
Gambar 4.41 Hasil Analisis Polimer Penyusun Mikroplastik pada Sampel
Sedimen Menggunakan Spektroskopi FTIR .................................. 80
Gambar 4.42 Penyebaran Jenis Polimer Mikroplastik pada Sampel Sedimen .... 81
Gambar 4.43 Persentase Jenis Polimer Mikroplastik pada Sampel Sedimen ...... 82
Gambar 4.44 Grafik Hubungan Antara DO dengan Konsentrasi Mikroplastik
pada Sampel Air ............................................................................. 87
Gambar 4.45 Grafik Hubungan Antara DO dengan Konsentrasi Mikroplastik
pada Sampel Sedimen .................................................................... 87
Gambar 4.46 Grafik Hubungan Antara Konsentrasi Mikroplastik dengan pH
pada Sampel Air ............................................................................. 88
Gambar 4.47 Grafik Hubungan Antara Konsentrasi Mikroplastik dengan pH
pada Sampel Sedimen .................................................................... 88

ix
Gambar 4.48 Grafik Hubungan Antara Konsentrasi Mikroplastik dengan
Temperatur pada Sampel Air ..........................................................89
Gambar 4.49 Grafik Hubungan Antara Konsentrasi Mikroplastik dengan
Temperatur pada Sampel Sedimen .................................................90
Gambar 4.50 Grafik Hubungan Antara Konsentrasi Mikroplastik dengan
Curah Hujan pada Sampel Air ........................................................91
Gambar 4.51 Grafik Hubungan Antara Konsentrasi Mikroplastik dengan
Curah Hujan pada Sampel Sedimen ...............................................91
Gambar 4.52 Grafik Perbandingan Konsentrasi Mikroplastik pada Sampel Air
dan Sedimen ...................................................................................92
I.

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A SNI 6964.8:2015 Metode Pengambilan Contoh Uji Air Laut

Lampiran B U.S. Environmental Protection Agency Laboratory Services and


Applied Science Division Athens, Georgia, Sediment Sampling

Lampiran C Prosedur Penelitian Mikroplastik Berdasarkan Masura (2015)

Lampiran D Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2021


tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup

Lampiran E Data dan Perhitungan

Lampiran F Dokumentasi

xi
I. BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Plastik berasal dari istilah Yunani Kuno yaitu plastikos, yang berarti sesuatu yang
bisa dicetak. Saat ini, plastik dianggap sebagai bahan yang paling banyak
digunakan. Produksi plastik di dunia telah meningkat drastis menjadi 250 juta ton
pada tahun 2009 (Crawford & Quinn, 2016). Saat ini, Indonesia merupakan
negara penghasil sampah plastik terbanyak kedua di dunia dengan jumlah sebesar
187 juta ton (Budianto, 2017). Jumlah sampah plastik dunia pada tahun 2050
diperkirakan mencapai 850 juta ton. Saat ini diperkirakan sekitar 15–40% dari
semua plastik yang dibuang bermuara ke laut. Sebuah penelitian dilakukan United
Nations Joint Group of Experts on the Scientific Aspects of Marine Pollution
(GESAMP) menyatakan bahwa 80% limbah di laut berasal dari daratan,
sedangkan 20% berasal dari hasil kegiatan di laut (Crawford & Quinn, 2016).

Sampah plastik yang awalnya bersifat persisten di lingkungan, akan mengalami


degradasi sehingga plastik terpecah menjadi partikel yang lebih kecil yang disebut
dengan mikroplastik (Widianarko & Hantoro, 2018). Mikroplastik adalah partikel
plastik yang berukuran antara 5 mm hingga 0,3 mm. Sumber mikroplastik yang
ada di perairan terbagi atas dua jenis, yaitu mikroplastik primer dan mikroplastik
sekunder (Rocha-Santos & Duarte, 2017).

Keberadaan mikroplastik membawa dampak buruk pada makhluk hidup.


Mikroplastik dapat dicerna organisme laut dan dapat berdampak kepada manusia.
Dampak buruk mikroplastik yaitu terjadinya penyumbatan saluran pencernaan
yang menyebabkan konsumsi makanan berkurang dan menyebabkan kematian
(Rocha-Santos & Duarte, 2017). Pencemaran mikroplastik di daerah pantai dapat
merusak estetika daerah pantai. Menurut WHO (2019), persyaratan baku mutu
konsentrasi mikroplastik pada air baku air baku berkisar antara 0-0,007 partikel/L,
sedangkan baku mutu mikroplastik untuk air laut belum ada hingga saat ini.
Penelitian tentang konsentrasi mikroplastik di lingkungan laut sudah
direkomendasikan dalam kerangka Marine Strategy Framework Directive
(MSFD) (Rocha-Santos & Duarte, 2017).
Konsentrasi mikroplastik juga telah diteliti pada perairan Teluk Benoa, Provinsi
Bali yang dilakukan pada bulan Maret sampai Mei 2018. Hasil yang didapat
menunjukkan bahwa terdapat tiga jenis bentuk mikroplastik yaitu fragmen, film,
dan serat/fiber. Konsentrasi mikroplastik total pada sampel air adalah sebesar 0,58
partikel/m3. Konsentrasi total mikroplastik pada sampel sedimen adalah sebesar
113 partikel/kg (Nugroho dkk., 2018).

Hasil penelitian konsentrasi mikroplastik di Teluk Bungus, Sumatra Barat


menunjukkan bahwa terdapat tiga jenis sampel, antara lain serat/fiber, film, dan
fragmen dengan jenis yang paling dominan ditemukan adalah serat/fiber.
Konsentrasi mikroplastik yang ditemukan berkisar antara 191,11-301,11
partikel/kg (Islami dkk., 2020). Berdasarkan penelitian terdahulu yang sudah
dilakukan, maka dapat disimpulkan adalah untuk menganalisis mikroplastik di
perairan dilakukan analisis karakteristik berupa warna, bentuk, ukuran, serta
konsentrasi mikroplastik, sehingga pada penelitian kali ini yang diteliti adalah
konsentrasi, warna, bentuk, ukuran, serta polimer penyusun mikroplastik tersebut.

Pantai Padang merupakan salah satu objek wisata yang sering dikunjungi oleh
masyarakat Kota Padang dan sekitarnya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan
oleh Adfuza (2019), jumlah pengunjung Pantai Padang pada tahun 2018 sebanyak
12.145 orang/hari dengan satuan timbulan sampah plastik di Pantai Padang pada
sebesar 0,142 L/o/h. Hasil proyeksi menunjukkan bahwa pada tahun 2021 jumlah
pengunjung Pantai Padang sebanyak 16.617 orang/hari dengan satuan timbulan
sampah plastik sebesar 0,146 L/o/h.

Sumber sampah di Pantai Padang berasal dari fasilitas wisata, aktivitas


perdagangan di sekitar pantai, fasilitas umum, serta dari muara sungai Batang
Arau. Hal ini membuktikan adanya potensi pencemaran mikroplastik di Pantai
Padang pada air laut maupun sedimen. Sampai saat sekarang ini belum ada
penelitian yang dipublikasi mengenai kandungan mikroplastik di Pantai Padang.
Untuk itu, perlu dilakukan penelitian mengenai mikroplastik Pantai Padang ini
diharapkan dapat memberikan informasi kepada pengunjung Pantai Padang
tentang pencemaran mikroplastik yang terjadi di pantai tersebut. Selain itu, bagi
pemangku kepentingan dapat menggunakan penelitian ini sebagai acuan dalam
melakukan pengendalian pencemaran mikroplastik di Pantai Padang.

2
1.2 Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kandungan mikroplastik di


Pantai Padang, Kota Padang.

Tujuan penelitian ini adalah:


1. Menganalisis kandungan mikroplastik pada air laut dan sedimen secara
spasial dan temporal;
2. Menganalisis pengaruh pH, temperatur, dan curah hujan terhadap konsentrasi
mikroplastik di Pantai Padang;
3. Menganalisis pengaruh konsentrasi mikroplastik terhadap Dissolved Oxygen
(DO) di Pantai Padang;
4. Menganalisis korelasi antara kandungan mikroplastik di Pantai Padang
dengan aktivitas penduduk di sekitar pantai Padang;

1.3 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:


1. Sebagai informasi bagi masyarakat sekitar Pantai Padang mengenai kadar
pencemar mikroplastik pantai tersebut;
2. Sebagai data awal bagi pemangku kepentingan untuk membuat kebijakan
tentang pengelolaan pantai, serta pengendalian pencemaran mikroplastik di
pantai.

1.4 Batasan Masalah

Ruang lingkup penelitian ini adalah:


1. Sampel berasal dari sedimen dan air laut di Pantai Padang dengan total
sembilan sampel air dan sembilan sampel sedimen dengan frekuensi tiga kali
pengambilan;
2. Lokasi sampling yaitu dari Masjid Al-Hakim hingga belakang Hotel
Pangeran;
3. Kandungan mikroplastik yang dianalisis adalah konsentrasi, bentuk, warna,
ukuran, serta jenis polimer penyusun mikroplastik;
4. Parameter yang diamati saat pengambilan sampel adalah pH, Dissolved
Oxygen (DO), dan temperatur;

3
5. Data sekunder yang diperlukan adalah data curah hujan, data pengunjung
Pantai Padang, serta data timbulan sampah plastik Pantai Padang.
6. Aktivitas masyarakat di Pantai Padang diketahui dengan mengamati langsung
kondisi di lapangan;
7. Pengambilan sampel dilakukan dari tanggal 10 Juni-12 Juli 2021.

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan tugas akhir ini adalah:

BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang, maksud dan tujuan penelitian,
manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian dan sistematika
penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Bab ini membahas tentang kualitas air sungai, mikroplastik dan
dampak dari mikroplastik tersebut

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


Bab ini menjelaskan tentang tahap-tahap penelitian yang
dilakukan, metode sampling, metode analisis laboratorium, lokasi
dan waktu penelitian.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


Bab ini berisikan hasil penelitian disertai pembahasannya.

BAB V PENUTUP
Bab ini berisikan kesimpulan dan saran berdasarkan pembahasan
yang telah diuraikan.

4
II. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Plastik

Plastik adalah suatu bahan yang terbuat dari sejumlah senyawa organik sintetis
yang dapat dibentuk menjadi bentuk selagi lunak, dan kemudian dibentuk menjadi
bentuk yang sangat kaku atau agak elastis. International Union of Pure and
Applied Chemistry (IUPAC) mendefinisikan plastik sebagai bahan polimer yang
mengandung zat lainnya berguna untuk meningkatkan kinerja dan/atau
mengurangi biaya produksi suatu barang. Selain mudah dibentuk, kelebihan dari
plastik adalah mudah dalam pembuatannya, memerlukan biaya yang sedikit, tahan
terhadap air dan zat kimia tertentu, dan tahan terhadap cahaya Oleh karena itu,
dalam kehidupan sehari-hari kita menemukan plastik dimana-mana (Rocha-Santos
& Duarte, 2017).

Semua plastik terbentuk dari molekul besar yang disebut juga dengan
makromolekul. Makromolekul ini terbentuk dari kumpulan molekul berukuran
kecil yang disusun secara berulang dan teratur. Zat yang terdiri dari susunan
molekul seperti ini disebut juga dengan polimer. Polimer pertama kali ditemukan
oleh kimiawan asal Jerman yaitu Hermann Staudinger pada tahun 1920-an.
Setelah penemuan polimer tersebut, Hermann menulis jurnal polimer pertama
pada tahun 1940 dan menerima penghargaan Nobel dalam bidang Kimia pada
tahun 1953. Hermann menyebutkan bahwa setiap molekul yang terdapat pada
polimer disebut juga dengan monomer (Crawford & Quinn, 2016). Produksi
plastik di dunia telah meningkat drastis menjadi 250 juta ton pada tahun 2009
(Crawford & Quinn, 2016). Banyaknya plastik yang diproduksi menyebabkan
meningkatnya sampah plastik yang dihasilkan di lingkungan. Saat ini, Indonesia
merupakan negara penghasil sampah plastik terbanyak kedua di dunia dengan
jumlah sebesar 187 juta ton (Budianto, 2017). Mikroplastik yang diproduksi pada
saat ini berasal dari jenis polimer penyusun yang berbeda-beda. Jenis polimer
plastik yang sering digunakan di industri dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Jenis Polimer Plastik
Plastik Singkatan Aplikasi Pemanfaatan
Low-density polyethylene LDPE Kemasan, wadah serba guna, tirai kamar mandi,
ubin lantai

Polietilena PE Tas supermarket, botol plastik

High-density polyethylene HDPE Wadah susu, botol deterjen, tabung

Polipropilena PP Kemasan produk, tutup botol, tali, karpet,


peralatan laboratorium, sedotan minuman

Polistirena PS Kemasan busa, gelas sekali pakai, wadah


makanan, CD, bahan bangunan

High impact polystyrene HIPS Elektronik, gelas pada mesin penjual otomatis

Polyvinyl chloride PVC Polikarbonat

Poliamida (nilon) PA Pipa, bingkai jendela, lantai

Acrylonitrile butadiene styrene ABS Alat musik, printer, monitor komputer, pipa
drainase, alat pelindung

Polikarbonat PC CD, DVD, bahan konstruksi, alat elektronik,


lensa

Poliester/polietilen tereftalat PES/PET Tekstil

Sumber: Crawford & Quinn (2016)

2.2 Pengertian Mikroplastik

Istilah mikroplastik pertama kali dipublikasi oleh US Air Force Materials


Laboratory pada tahun 1968. Saat itu istilah tersebut digunakan untuk
menggambarkan deformasi bahan plastik, dari ukuran yang lebih besar menjadi
lebih kecil. Kemudian, pada tahun 1972, para ahli mulai menyadari adanya
potongan plastik berukuran mikro di lingkungan perairan ketika dilaporkan bahwa
sejumlah besar partikel plastik berukuran kecil ditemukan mengambang di
permukaan Laut Sargasso. Potongan plastik berukuran mikro pada saat itu disebut
sebagai partikel plastik (Crawford & Quinn, 2016). Menurut Widianarko &
Hantoro (2018), mikroplastik ada di lingkungan baik udara, tanah, air tawar, laut.
Pada laut mikroplastik tersebar di pantai, perairan dangkal, perairan dalam. Sejak
abad 20 produksi polimer plastik semakin meningkat, ketika dibuang ke
lingkungan lambat laun mengalami penurunan akibat abrasi, degradasi dan
pemecahan fisik. Lebih baru, industri mulai membuat plastik dalam ukuran mikro
dan nano yang memperburuk lingkungan karena memiliki bahaya potensial.
6
Penggunaan dari istilah mikroplastik baru diperkenalkan pada tahun 2004. Para
peneliti menggunakan istilah 'mikroplastik' di dalam artikelnya untuk
menggambarkan potongan kecil plastik yang dikumpulkan dari pantai dan
sedimen di Plymouth, Britania Raya. Istilah mikroplastik ini akhirnya diadopsi
oleh komunitas ilmiah dan setelah itu, mikroplastik didefinisikan oleh Steering
Committee of the National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA)
Marine Debris Program sebagai potongan plastik yang berukuran lebih kecil dari
5 mm. Akan tetapi, tidak ada batas ukuran bawah yang ditetapkan dari istilah
tersebut (Crawford & Quinn, 2016).

2.3 Sumber Mikroplastik

Menurut Crawford & Quinn (2016), keberadaan mikroplastik di perairan ada yang
merupakan hasil pemecahan dari partikel plastik yang lebih besar, dan ada juga
mikroplastik yang sengaja dibuat oleh manusia. Oleh karena itu, mikroplastik
dapat dibedakan sebagai mikroplastik primer dan mikroplastik sekunder
tergantung pada sumbernya.
1. Mikroplastik Primer
Mikroplastik primer merupakan plastik yang diproduksi dalam ukuran
mikroskopis. Mikroplastik jenis ini biasanya digunakan dalam produk
pembersih wajah dan kosmetik dimana mikroplastik ini berguna sebagai
scrubber wajah. Mikroplastik primer juga ditemukan pada pengobatan sebagai
vektor obat. Sejak mikroplastik primer dipatenkan dalam produk kosmetik
pada 1980-an, penggunaan exfoliating cleanser yang mengandung plastik telah
meningkat secara dramatis. Mikroplastik yang digunakan dalam pembersih
tangan dan scrub wajah, telah menggantikan bahan alami yang digunakan
secara tradisional, termasuk almond, oatmeal dan batu apung. Biasanya
mikroplastik primer ini dipasarkan sebagai ''micro-beads'' atau ''micro-
exfoliates'', plastik ini dapat bervariasi dalam bentuk, ukuran dan komposisi
tergantung pada produknya (Cole dkk., 2011). Sekitar 6% dari produk
pembersih kulit cair yang dijual di Uni Eropa, Swiss dan Norwegia
mengandung mikroplastik, dimana lebih dari 93% terdiri dari polietilena (PE).
Setelah digunakan, plastik mikro yang ada dalam produk tersebut sering kali

7
dibuang dan dapat mencapai lingkungan melalui sistem pengumpulan dan
pengolahan air limbah (Rocha-Santos & Duarte, 2017).

2. Mikroplastik Sekunder
Mikroplastik sekunder adalah mikroplastik yang berasal dari hasil pemecahan
partikel plastik yang berukuran lebih besar. Ketika terpapar oleh suatu unsur
seperti proses fisik, biologis, dan kimia, maka partikel plastik ini dapat
menyebabkan pada pemecahan partikel struktural menjadi puing-puing plastik
(Rocha-Santos & Duarte, 2017). Mikroplastik sekunder terbentuk dari
pemecahan puing-puing plastik yang lebih besar, melalui paparan sinar
matahari, angin, air, dan pemicu lingkungan lainnya. Partikel mikroplastik ini
dapat berasal dari bahan baku industri, jaring ikan, peralatan rumah tangga,
kantong plastik yang terurai di lingkungan, serat sintetis dari pencucian
pakaian, atau akibat pelapukan produk plastik lainnya. Sumber mikroplastik
sekunder berupa serat akibat pencucian pakaian kebanyakan terbuat dari
polyester, poliamida, serta akrilik yang dapat mencapai lebih dari 100 serat per
liter (Victoria, 2017). Serat plastik yang mirip dengan serat di limbah rumah
tangga ditemukan dominan di lokasi pembuangan limbah dan menunjukkan
waktu tinggal yang lama. Oleh karena itu, mikroplastik sumber sekunder ini
juga cenderung memiliki waktu tinggal yang lama di sistem air tawar, seperti
air sungai, waduk atau danau, atau badan air buatan (Eerkes-medrano dkk.,
2015).

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Su dkk., (2016), sumber


mikroplastik yang ada di Danau Taihu ini berasal dari adanya aktivitas manusia
yang berada di sekitar danau. Sumber utama mikroplastik di danau tersebut
berasal dari kegiatan domestik. Selain itu, pada wilayah danau yang diteliti juga
terdapat aktivitas antropogenik lainnya yang menyebabkan adanya konsentrasi
mikroplastik di danau tersebut, misalnya kegiatan pertanian. Air limbah yang
berasal dari sumber pertanian tidak memiliki pengolahan dan menjadi sumber
pencemar pada air danau munculnya mikroplastik disana. Sumber utama
mikroplastik primer dan sekunder untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel
2.2 serta bentuk mikroplastik primer dan sekunder yang ditemukan di lingkungan
perairan dapat dilihat pada Gambar 2.1 dan Gambar 2.2.

8
Tabel 2.2 Sumber Utama Mikroplastik Primer dan Sekunder di Lingkungan
Produk perawatan pribadi, seperti exfoliants
Produk kesehatan khusus, termasuk pemutih
gigi
Mikroplastik Primer Cairan pengeboran
Bahan produksi plastik
Sisa-sisa produksi plastik
Membuang sampah plastik sembarangan
Degradasi plastik di lokasi pembuangan akhir
dan fasilitas daur ulang
Alat tangkap plastik yang ditangani
sembarangan
Mikroplastik Sekunder Cat yang mengandung polimer plastik
Polimer yang digunakan sebagai bahan
tambahan pengomposan
Serat yang dilepaskan dari produk kebersihan
Serat yang dilepaskan dari kain sintetis

Sumber: Rocha-Santos & Duarte (2017)

Gambar 2.1 Mikroplastik Primer yang Ditemukan di Perairan yang Diamati


pada Mikroskop dengan Perbesaran 40 Kali
Sumber: Crawford & Quinn (2016)

9
Gambar 2.2 Mikroplastik Sekunder yang Ditemukan di Perairan yang
Diamati pada Mikroskop dengan Perbesaran 40 Kali
Sumber: Crawford & Quinn (2016)

2.4 Klasifikasi Mikroplastik

Jenis mikroplastik umumnya dibedakan menurut morfologi, antara lain


berdasarkan bentuk, ukuran, serta warnanya. Faktor penentu untuk menentukan
jangkauan efek pada organisme yang digunakan adalah ukuran. Mikroplastik
berpotensi untuk melepas zat-zat kimia apabila luas permukaan besar jika
dibandingkan dengan rasio volumenya (Widianarko & Hantoro, 2018). Menurut
Zhang et al. (2018), mikroplastik yang ada di lingkungan perairan tersedia dalam
berbagai macam bentuk, ada yang berbentuk bulat, sementara mikroplastik yang
lainnya berupa serat atau berbentuk acak. Nasib mikroplastik di lingkungan
beserta efeknya berhubungan dengan jenis-jenis mikroplastik. Sebelumnya, serat
ditemukan lebih toksik jika dibandingkan dengan microbead untuk kutu air.
Klasifikasi mikroplastik tersebut adalah berdasarkan bentuk dan ukuran, warna,
serta polimer penyusun.

2.4.1 Klasifikasi Bentuk dan Ukuran

Mikroplastik dapat dikelompokkan ke dalam kategori bentuk dan ukuran. Pellet


dan bahan baku produksi plastik sejenis biasanya memiliki struktur yang berbeda
dengan fragmen, serat dan partikel butiran yang berukuran lebih kecil dari 1 mm.

10
Sayangnya, ada perbedaan dalam penentuan ukuran antar para peneliti. Ada yang
mengukur serat dalam dimensi panjang dan mengelompokkannya sebagai
mikroplastik berukuran besar atau bahkan mesoplastik. Akan tetapi, jika diukur
berdasarkan diameternya, serat tersebut termasuk dalam kelas ukuran
mikroplastik terkecil (Lusher dkk., 2020).

Mikroplastik terdapat di lingkungan dengan beragam bentuk. Bentuk mikroplastik


tergantung pada bentuk asli primer plastik tersebut, proses degradasi plastik, serta
pengikisan permukaan partikelnya (Rocha-Santos & Duarte, 2017). Berdasarkan
morfologi, mikroplastik secara umum dapat dibedakan menjadi serat, film,
butiran/fragmen, lembaran, bulatan, dan busa. Mikroplastik berbentuk serat paling
banyak ditemukan di perairan dalam sepuluh penelitian yang telah dilakukan.
Mikroplastik jenis serat ini biasanya berasal dari tekstil. Serat dapat lepas ke
perairan karena adanya proses pencucian dari tekstil tersebut (Zhang dkk., 2018).

Menurut Rocha-Santos & Duarte (2017), penggolongan mikroplastik berdasarkan


bentuk ini telah digunakan dalam beberapa penelitian untuk menyimpulkan
tentang asal dan jalurnya. Contohnya adalah microbead yang ditemukan di
permukaan air pantai di Hong Kong mirip dengan microbead yang digunakan
dalam produk perawatan pribadi. Menurut peneliti, microbead tersebut mencapai
laut melalui pembuangan dari pabrik pengolahan lokal, atau dari air limbah yang
langsung dicuci ke saluran air tanpa pengolahan (Rocha-Santos & Duarte, 2017).
Pembagian jenis mikroplastik berdasarkan bentuk dan ukuran selanjutnya dapat
dilihat pada Tabel 2.3.

11
Tabel 2.3 Jenis Mikroplastik Berdasarkan Bentuk dan Ukuran
Jenis
Singkatan Ukuran Keterangan
Mikroplastik
Potongan kecil plastik berbentuk bulat
PT Pellet dengan ukuran diameter antara 5 mm sampai
1 mm.
Potongan plastik berbentuk tidak beraturan
FR Fragmen dengan panjang kurang dari 5 mm sampai 1
mm.
Untaian plastik yang berukuran 5 mm hingga
FB Fiber/serat <5 mm - 1 mm
1 mm.
Potongan tipis seperti selaput plastik dengan
FI Film ukuran panjang kurang dari 5 mm sampai 1
mm.
Potongan spons, busa, atau seperti busa dari
FM Foam bahan plastik yang berukuran kurang dari 5
mm hingga 1 mm dalam dimensi panjang.
Untaian plastik berukuran kurang dari 1 mm
MFB Mikro-fiber
hingga 1 μm dalam dimensi terpanjang.
Potongan plastik berbentuk tidak beraturan
MFR Mikro-fragmen
dengan panjang kurang 1 mm hingga 1 μm.
Potongan tipis seperti selaput plastik
MFI Mikro-film
<1 mm – 1 μm berukuran kurang dari 1 mm hingga 1 μm.
Potongan spons, busa, atau seperti busa dari
MFM Microfoam bahan plastik yang berukuran kurang dari 1
mm hingga 1 μm.
Potongan kecil plastik berbentuk bulat dengan
MBD Microbead
ukuran diameter antara 1 mm hingga 1 μm
Sumber: Crawford & Quinn (2016)

2.4.2 Klasifikasi Berdasarkan Warna

Sepuluh penelitian yang telah dilakukan memaparkan informasi mengenai warna


mikroplastik. Mikroplastik berwarna transparan berasal dari produk kemasan
seperti kantong plastik, gelas, dan botol yang bersifat sekali pakai dan memiliki
umur yang pendek. Mikroplastik berwarna lainnya dilaporkan berasal dari produk
kemasan serta dari produk konsumen plastik lainnya yang memiliki umur
panjang. Mikroplastik transparan paling banyak ditemukan dalam sampel dari
muara Yangtze, TGR, dan Danau Qinghai (Zhang dkk., 2018).

Berdasarkan penelitian Lusher et al. (2020), pembagian mikroplastik berdasarkan


warna terkadang menyebabkan perbedaan antar peneliti. Hal ini disebabkan
adanya perbedaan sumber cahaya pada mikroskop. Meskipun demikian, tetap
disarankan untuk melakukan pengamatan warna pada mikroplastik selama

12
penelitian. Meskipun klasifikasi mikroplastik tidak hanya berdasarkan warna,
pengamatan warna dapat membantu mengidentifikasi mikroplastik lebih luas lagi.

2.4.3 Klasifikasi Berdasarkan Polimer

Mikroplastik yang ada di lingkungan terbentuk dari berbagai jenis polimer yang
berbeda. Hermann menyebutkan bahwa setiap molekul yang terdapat pada
polimer disebut juga dengan monomer (Crawford & Quinn, 2016). Jenis polimer
plastik yang terdapat pada mikroplastik antara lain:
1. PET atau Polyethylene Terephthalate adalah jenis plastik sekali pakai, seperti
biasa botol air mineral dan hampir semua botol minuman lainnya, jika
pemakaiannya dilakukan secara berulang, terutama menampung air panas,
lapisan polimer botol meleleh mengeluarkan zat karsinogenik dan dapat
menyebabkan kanker;
2. HDPE atau High Density Polyethylene merupakan jenis plastik yang aman jika
dibandingkan dengan jenis plastik PET karena memiliki sifat tahan terhadap
temperatur tinggi. HDPE sering dipakai untuk botol susu, tupperware, botol
galon air minum dan lain-lain;
3. PVC atau Polyvinyl Chloride merupakan jenis plastik yang sulit didaur ulang,
seperti botol-botol plastik dan plastik pembungkus. Plastik jenis ini tidak
disarankan untuk membungkus makanan karena jenis plastik ini memiliki
kandungan PVC atau dietil hidroksil amina (DEHA) yang berbahaya untuk
ginjal dan hati;
4. LDPE atau Low Density Polyethylene merupakan jenis plastik yang bisa didaur
ulang, baik dipakai untuk tempat minuman maupun makanan.
5. PP atau polipropilena juga baik digunakan untuk tempat minuman maupun
makanan. jenis plastik semacam ini lebih kuat dan ringan dengan daya tembus
uap yang rendah dan biasanya digunakan untuk botol minum bayi;
6. PS atau polistirena merupakan jenis plastik yang digunakan untuk tempat
minum atau makanan sekali pakai. Mengandung bahan bahan styrene yang
berbahaya untuk kesehatan otak, mengganggu hormon estrogen pada wanita
yang berakibat pada masalah reproduksi dan sistem saraf;
7. Golongan lainnya, jenis plastik ini biasanya ada di tempat makanan dan
minuman seperti botol minum olahraga. Polikarbonat bisa mengeluarkan bahan

13
utamanya yaitu bisphenol-A ke dalam makanan dan minuman yang berpotensi
merusak sistem hormon, jadi sebisa mungkin hindari bahan plastik
polikarbonat.

2.5 Degradasi Mikroplastik

Saat berada di lingkungan plastik dapat mengalami degradasi melalui proses


biotik maupun abiotik. Proses penguraian mikroplastik ini tidak hanya bergantung
pada parameter lingkungan saja, akan tetapi juga dipengaruhi oleh karakteristik
fisika dan kimia dari polimer pembentuknya. Contohnya, poliuretan lebih mudah
terurai karena adanya senyawa ester. (Rocha-Santos & Duarte, 2017). Degradasi
mikroplastik pada umumnya terbagi atas degradasi secara fisik, kimia, dan
biologi. Degradasi mikroplastik secara biotik terjadi pada kerusakan partikel
plastik yang disebabkan oleh mikroorganisme. Degradasi biotik ini terdiri dari dua
tahap, antara lain (Crawford & Quinn, 2016):
1. Degradasi;
Oksigen, kelembaban, panas, sinar ultraviolet, atau enzim yang dihasilkan
mikroba memutus ikatan karbon pada rantai polimer yang menyebabkan
fragmentasi plastik. Plastik pada tahap ini belum sepenuhnya terurai, karena
proses degradasi pada tahap ini juga bergantung kepada struktur molekul
polimer pembentuknya.
2. Biodegradasi
Setelah polimer cukup mengalami fragmentasi, rantai polimer karbon yang
lebih pendek melewati dinding sel mikroba. Karbon yang terkandung dalam
plastik tadi dimanfaatkan oleh mikroorganisme sebagai makanan yang
nantinya akan diubah menjadi energi, air, CO2, atau gas metana.

Proses degradasi secara abiotik merupakan degradasi mikroplastik yang


disebabkan oleh faktor seperti gaya mekanik, temperatur, cahaya, gas, dan air.
Degradasi plastik dianggap sebagai masalah utama pada tahun awal
pengembangan plastik sehingga industri yang ada pada saat itu berlomba-lomba
menciptakan plastik yang tahan terhadap pelapukan. Akibatnya, pada saat ini
keberadaan plastik yang ada di perairan disebabkan oleh sifat plastik yang tahan
terhadap pelapukan tersebut (Crawford & Quinn, 2016).

14
2.6 Faktor yang Mempengaruhi Kandungan Mikroplastik di Perairan

Terdapat beberapa parameter lingkungan yang diduga mempengaruhi adanya


kandungan mikroplastik di perairan. Parameter lingkungan tersebut antara lain:
1. Derajat keasaman (pH);
Mikroplastik jenis tertentu terkadang hanya dapat ditemukan pada perairan
yang memiliki nilai pH yang sesuai. Menurut penelitian yang dilakukan oleh
Layn dkk. (2020), mikroplastik berbentuk pellet memiliki sifat yang
cenderung terikat dengan logam dan hanya ditemukan pada perairan yang
memiliki nilai pH yang tinggi. Nilai pH yang terukur biasanya berada dalam
rentang 7-8.
2. Temperatur;
Temperatur dapat mempengaruhi persebaran mikroplastik di perairan.
Menurut Layn dkk. (2020), semakin tinggi temperatur suatu perairan, maka
densitas air akan semakin rendah, dan mikroplastik akan mengapung ke
permukaan karena densitasnya tidak berubah sehingga konsentrasi
mikroplastik semakin tinggi. Nilai temperatur yang terukur biasanya berkisar
antara 25-31 °C.
3. Curah hujan;
Menurut Salvador dkk. (2017), curah hujan dapat mempengaruhi distribusi
mikroplastik di perairan. Curah hujan yang tinggi akan membuat debit suatu
perairan akan lebih meningkat dari biasanya sehingga distribusi mikroplastik
semakin tersebar meluas ke lingkungan lainnya semakin tinggi. Curah hujan
yang terukur biasanya tergantung kondisi suatu daerah. Apabila penelitian
dilakukan saat musim kemarau, maka curah hujan yang terukur lebih rendah.
Sebaliknya, apabila penelitian dilakukan saat musim hujan maka curah hujan
yang terukur lebih tinggi.
4. Dissolved Oxygen (DO).
Berbeda dengan parameter lingkungan lainnya, kadar Dissolved Oxygen (DO)
di perairan dipengaruhi oleh konsentrasi mikroplastik di perairan. Apabila
konsentrasi mikroplastik di perairan tinggi, maka kadar DO di perairan
semakin rendah. Sumber DO di perairan berasal dari difusi oksigen dari udara
bebas dan dari proses fotosintesis makhluk hidup di air yang menghasilkan
oksigen. Ketika konsentrasi mikroplastik di suatu perairan tinggi, maka
15
cahaya matahari yang masuk ke perairan menjadi terhalang. Hal ini
menghambat proses fotosintesis pada makhluk hidup air, sehingga produksi
oksigen oleh proses fotosintesis tersebut semakin rendah (Barnes dkk., 2009).
Nilai DO yang terukur idealnya berada dalam rentang 6-7,5 mg/L.

2.7 Jalur Transportasi Mikroplastik

Sampah plastik yang dibuang ke lingkungan pada akhirnya akan masuk ke


wilayah perairan, terutama laut. Plastik merupakan komponen utama dari sampah
yang terdapat di laut. Jumlahnya hampir mencapai 95% dari total sampah yang
terakumulasi di sepanjang garis pantai, permukaan dan dasar laut. Sampah plastik
telah menyebar secara luas di seluruh wilayah perairan. Sampah plastik terdiri
beragam ukuran, dari berukuran mikroskopik hingga makroskopik ditemukan di
seluruh lautan. Bahkan perairan terpencil seperti Laut Arktik, Laut Selatan, dan
laut yang sangat dalam pun tidak lepas dari pencemaran sampah plastik (Victoria,
2017).

Mikroplastik yang digunakan seperti di dalam kosmetik dapat memasuki saluran


air melalui sistem drainase rumah tangga atau industri. Sementara instalasi
pengolahan air limbah akan menjebak makroplastik dan beberapa sampah plastik
kecil di dalam kolam oksidasi atau lumpur limbah dimana sebagian besar
mikroplastik akan melewati sistem filtrasi tersebut (Eerkes-medrano dkk., 2015).
Setelah melewati sistem filtrasi tersebut, mikroplastik yang ada mulai mengalir ke
sungai. Sungai adalah lingkungan yang sangat dinamis dan di sepanjang alirannya
sungai akan mengalami akumulasi input yang berasal dari lahan, misalnya
limpasan jalan, limpasan pertanian, input air limbah dan sampah, yang dapat
berkontribusi pada beban mikroplastik di dalam aliran air. Mikroplastik yang
masuk ke sungai diasumsikan mengapung sehingga mudah terangkut dan mudah
diangkut ke bagian hilir sungai. Sumber mikroplastik terbesar berasal dari
aktivitas manusia, maka bagian hilir sungai yang berpenduduk padat akan
mengandung lebih banyak mikroplastik. Selain itu, bagian hilir sungai juga
menerima mikroplastik dari bagian hulu sungai (Horton dkk., 2018). Jalur
transportasi mikroplastik di lingkungan lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar
2.3.

16
Buan Buangan industri
dan domestik

Gambar 2.3 Jalur Transportasi Mikroplastik di Lingkungan Perairan


Sumber: Rocha-Santos & Duarte (2017)
Sampah plastik yang berukuran lebih besar maupun mikroplastik laut berasal dari
daerah perkotaan dan pedalaman melalui sistem drainase, sungai, serta kegiatan
antropogenik di sepanjang pantai seperti pelabuhan, kegiatan rekreasi, pelabuhan
pelayaran, dan penangkapan ikan. Sampah plastik laut mudah diangkut oleh
pasang surut dan arus air laut sebelum terakumulasi di daerah pesisir. Sampah
plastik yang ukuran lebih besar mengalami degradasi fisik, kimiawi, dan biologis
di lingkungan laut yang mengarah pada pembentukan mikroplastik sekunder
(Mohamed Nor & Obbard, 2014).

Karakteristik mikroplastik itu sendiri juga turut berperan mempengaruhi


distribusinya di perairan, meskipun adaptasi mikroplastik dengan sistem di alam
juga dapat mengubah karakteristik aslinya. Contohnya plastik apung seperti
polietilena dan polipropilena yang memiliki berat jenis lebih kecil dari pada air
laut. Ketika plastik tersebut disentuh oleh organisme laut, maka plastik tersebut
dapat tenggelam ke dasar laut (Salvador dkk., 2017).

17
2.8 Dampak Mikroplastik di Perairan

Menurut Chen & Chen (2020), Keberadaan mikroplastik di perairan tersebar luas,
maka penyerapan mikroplastik pada organisme laut telah banyak dilaporkan dan
menjadi perhatian besar pada saat ini. Dampak buruk serapan mikroplastik pada
organisme laut dapat bersifat fisik, kimiawi, dan biologis. Mikroplastik dapat
menjadi vektor masuknya bahan kimia beracun pada organisme laut. Bahan kimia
tersebut termasuk bahan kimia tambahan dan kontaminan lingkungan yang
teradsorpsi di permukaannya (misalnya, pestisida, polutan organik yang persisten,
hidrokarbon, logam berat).

Plastik yang dikumpulkan di lingkungan akuatik telah terbukti juga mengandung


kontaminan lain, termasuk bahan kimia organik yang ditemukan telah teradsorpsi
dari lingkungan sekitar. Di antara kontaminan organik tersebut, POPs, yang
meliputi polychlorinated biphenyls (PCBs), polycyclic aromatic hydrocarbon
(PAHs), dan pestisida organoklorin (misalnya, dichlorodiphenyltrichloroethane,
atau DDT) menjadi perhatian khusus karena ketahanannya yang tinggi terhadap
degradasi lingkungan melalui biologi, kimia dan mekanisme fotolitik. Akibatnya,
bahan-bahan tersebut dapat menjadi sumber baru pemaparan bahan kimia saat
tertelan (Rocha-Santos & Duarte, 2017).

Mikroplastik dapat menimbulkan risiko potensial terhadap lingkungan sekitar


karena kecenderungannya untuk melepaskan kontaminan tertentu. Oleh karena
itu, sangat penting untuk memahami nasib dan perilaku mikroplastik di
lingkungan. Efek mikroplastik terhadap lingkungan laut sebagian besar masih
bersifat spekulatif dan masih sedikit laporan tentang efek toksikologis
mikroplastik pada organisme laut (Su dkk., 2016). Studi laboratorium yang telah
dilakukan Mohamed Nor & Obbard (2014), menunjukkan bahwa mikroplastik
dapat tertelan oleh berbagai organisme laut karena mikroplastik tersebut dianggap
sebagai makanan karena ukurannya kecil. Mikroplastik berpotensi menimbulkan
ancaman yang lebih serius terhadap organisme apabila dibandingkan dengan
bahan plastik yang berukuran lebih besar. Hal ini dikarenakan organisme yang
menempati trofik yang lebih rendah, seperti plankton, sangat rentan mengonsumsi
mikroplastik pada proses bioakumulasi.

18
Dampak yang ditimbulkan akibat adanya mikroplastik jika organisme perairan
menghirup udara dari dalam air ialah terjerat mikroplastik di dalam insang,
sehingga dapat menyebabkan berkurangnya laju pernapasan. Mikroplastik jenis
polivinil klorida (PVC), polistirena (PS) dan polikarbonat (PC) telah terbukti
melepaskan monomer beracun yang menyebabkan kelainan reproduksi dan kanker
pada invertebrata. Zat aditif yang digunakan dalam pembuatan plastik juga telah
terbukti terlepas dari plastik dan tertelan oleh organisme laut (Rocha-Santos &
Duarte, 2017). Dampak mikroplastik yang telah diteliti pada organisme perairan
lainnya untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.4.
Tabel 2.4 Dampak Mikroplastik pada Berbagai Organisme
No Organisme Jenis Mikroplastik Dampak
1. Daphnia magna 29,5 mm polimetil metakrilat Partikel menembus lapisan
(kutu air tawar) (akrilik) epitel usus
0,02-1 μm partikel polistirena
2. Pomatoschistus microps 1-5 μm polietilena berbentuk Aktivitas
(ikan gobi) bulat berwarna merah asetilkolinesterase
berkurang 20%
3. Cathorops spixii, Fragmen nilon dalam ukuran Ditelan oleh 17%-33%
Cathorops agassizii milimeter dan plastik keras individu
(ikan lele)
4. Eugerres brasilianus, 1-5 mm fragmen nilon berwarna Ditelan oleh 4,9% hingga
(ikan Gerreidae) biru 33,4% individu
5. Mytilus galloprovincialis 1-80 μm partikel HDPE Penurunan stabilitas
(kerang Mediterania) membran lisosom
6. Arenicola marina 400-1300 μm partikel polistirena Penurunan berat badan,
(cacing pantai) aktivitas makan
10,30, dan 90 μm polistirena Penurunan kadar protein
berbentuk bulat dalam tubuh yang
signifikan
7. Oryzias latipes 3 mm LDPE jenis pellet Toksisitas hati, partikel
(ikan beras Jepang) menembus Blood Brain
Barrier
Sumber: Rocha-Santos & Duarte (2017)

Dampak mikroplastik di perairan pada manusia tidak tergambarkan dengan baik.


Misalnya pada bidang pangan, karena informasi yang didapatkan terbatas, ulasan
pada literatur yang ada belum mampu memaparkan konsekuensi dari kehadiran
mikroplastik. Dampak mikroplastik yang dirasakan oleh manusia didapatkan
secara tidak langsung. Manusia terkena zat kimia dari mikroplastik apabila
mengonsumsi seafood yang sudah terpapar mikroplastik (Victoria, 2017).

19
2.9 Metode Analisis Mikroplastik

Terdapat kesulitan pengumpulan, penanganan, identifikasi, dan karakterisasi


mikroplastik dari sampel lingkungan karena ukurannya yang kecil. Oleh karena
itu, diperlukan teknik yang digunakan untuk menilai dan mengukur keberadaan
partikel mikroplastik di dalam sampel. Penelitian mikroplastik ini mengalami
kendala seperti kurang konsistennya data yang didapat. Hal ini sebagian
disebabkan oleh minimnya Standar Operasional Prosedur (SOP) yang ada saat ini
untuk sampling dan deteksi mikroplastik. Beberapa upaya telah dilakukan untuk
mengembangkan metodologi standar, termasuk dari lembaga seperti Uni Eropa.
Berdasarkan sebagian besar laporan yang telah diterbitkan menunjukkan bahwa
upaya pada saat ini tidak cukup untuk mengambil sampel dan mengukur
konsentrasi mikroplastik dengan benar (Rocha-Santos & Duarte, 2017).

Menurut Masura et al. (2015), analisis mikroplastik dilakukan dengan tujuan


untuk menghitung konsentrasi mikroplastik dan mengidentifikasi karakteristiknya,
termasuk jumlahnya, massanya. Analisis mikroplastik yang dilakukan adalah
analisis konsentrasi, polimer mikroplastik, serta morfologi dari mikroplastik itu
sendiri. Mempertimbangkan parameter yang digunakan penting dilakukan untuk
membandingkan hasil yang didapat dengan penelitian lainnya. Metode analisis
konsentrasi mikroplastik antara lain (Masura dkk., 2015):

2.9.1 Identifikasi Bentuk dan Warna Mikroplastik

Identifikasi bentuk mikroplastik dapat dilakukan dengan bantuan mikroskop


dengan perbesaran lensa 40 kali dan 100 kali. Kemudian nanti dapat diketahui
bentuk mikroplastik berdasarkan jenis di bawah ini:
1. Fragmen
Mikroplastik dapat dikatakan berbentuk fragmen apabila mikroplastik tersebut
berbentuk tidak beraturan. Mirkoplastik jenis fragmen diketahui berasal dari
botol plastik dan dari wadah lain yang berbahan dasar plastik (Islami dkk.,
2020). Mikroplastik berbentuk fragmen dapat dilihat pada Gambar 2.4.

20
Gambar 2.4 Contoh Mikroplastik Berbentuk Fragmen
Sumber: Islami dkk., (2020)

2. Fiber/serat
Mikroplastik berbentuk fiber merupakan mikroplastik yang bentuknya seperti
serat berukuran panjang. Mikroplastik bentuk fiber yang ditemukan di laut
berasal dari jaring nelayan, tali kapal, serta serat tali lainnya yang ada di sekitar
pantai (Islami dkk., 2020). Contoh mikroplastik berbentuk fiber dapat dilihat
pada Gambar 2.5.

Gambar 2.5 Contoh Mikroplastik Berbentuk Fiber/Serat


Sumber: Islami dkk., (2020)

3. Film
Mikroplastik berbentuk film merupakan mikroplastik yang bentuknya seperti
selaput. Mikroplastik bentuk film berasal dari kantong plastik, kemasan
berbahan dasar plastik serta dari botol plastik yang tidak di daur ulang dengan
baik (Hanif dkk., 2021). Contoh mikroplastik yang berbentuk film dapat dilihat
pada Gambar 2.6.

Gambar 2.6 Contoh Mikroplastik Berbentuk Film


Sumber: Islami dkk.,(2020)

21
Identifikasi warna mikroplastik dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop
menggunakan perbesaran lensa 40 kali dan 100 kali. Warna yang terdapat pada
analisis mikroplastik antara lain kristal, putih, oranye, hitam, biru, transparan,
hijau, kuning, pink, dan merah.

2.9.2 Identifikasi Ukuran Mikroplastik

Ukuran mikroplastik dapat ditentukan dengan melakukan pengamatan dengan


bantuan mikroskop menggunakan perbesaran lensa 40 kali dan 100 kali. Ukuran
mikroplastik yang diamati biasanya beragam berdasarkan sampel yang diteliti.
Ukuran mikroplastik yang diteliti berkisar antara 0,3 mm hingga 5 mm. Menurut
Scheurer & Bigalke (2018), mikroplastik jika dibagi berdasarkan ukuran terbagi
atas Small Microplastic (SMP) dengan ukuran kurang dari 1 mm dan Large
Microplastic (LMP) dengan ukuran berkisan antara 1 mm hingga 5 mm.

2.9.3 Analisis Konsentrasi Mikroplastik

Metode analisis yang digunakan untuk mengetahui konsentrasi mikroplastik


adalah membagi jumlah partikel mikroplastik yang didapat pada sampel dengan
massa sedimen kering mikroplastik atau dengan volume sampel air yang
digunakan. Sebelum menghitung jumlah partikel mikroplastik pada sampel,
dilakukan ekstraksi mikroplastik dari sampel air dan sedimen terlebih dahulu.
Langkah-langkah yang dilakukan antara lain:
1. Melarutkan zat organik pada sampel menggunakan bahan pelarut yang sesuai
dengan bahan organik yang terdapat pada sampel;
2. Pengendapan analit;
Pengendapan yang berfungsi untuk memisahkan lapisan endapan dengan
supernatan. Lapisan endapan yang terbentuk mengandung material dengan
densitas yang tinggi dan untuk supernatan mengandung zat dengan densitas
yang rendah.
3. Melakukan penyaringan supernatan;
Penyaringan supernatan dapat dilakukan dengan bantuan alat penyaring fiber
glass dengan diameter 0,1 mm serta pompa vakum.
4. Menghitung jumlah mikroplastik pada sampel.

22
2.9.4 Analisis Jenis Polimer Penyusun Mikroplastik

Analisis jenis polimer ini dapat dilakukan dengan metode Spektroskopi Fourier
Transform Infra Red (FTIR). Metode ini dapat menentukan komposisi bahan, laju
degradasi, dan indeks karbonil dalam bahan dan memiliki keterbatasan ukuran
partikel serta manipulasi sampel dilakukan secara manual sehingga memakan
waktu (Victoria, 2017). Contoh hasil identifikasi polimer mikroplastik
menggunakan spektroskopi Fourier Transfer Infra Red (FTIR) disajikan dalam
bentuk spektrum gelombang dan dapat dilihat pada Gambar 2.7.

Gambar 2.7 Contoh Hasil Analisis Mikroplastik


Sumber: Widianarko & Hantoro (2018)

Hasil analisis menggunakan spektroskopi Fourier Transfer Infra Red (FTIR) pada
Gambar 2.7 menunjukkan bahwa mikroplastik yang ditemukan tersusun atas
polimer nylon. Hal ini dibuktikan dengan terdapatnya penyerapan cahaya yang
lemah pada panjang gelombang 4.000 cm-1 sampai 2.500 cm-1, akan tetapi pada
panjang gelombang 2.400 cm-1 terjadi penyerapan cahaya yang kuat. Selain itu,
pada panjang gelombang 2.000 cm-1 sampai 600 cm-1 terjadi penyerapan cahaya
yang lemah.

2.10 Kebijakan tentang Mikroplastik

Mikroplastik pada hakikatnya merupakan elemen dari sampah plastik. Oleh


karena itu permasalahan mikroplastik tercantum pada sejumlah perjanjian
internasional bahkan regional. Menurut WHO (2019), persyaratan baku mutu
konsentrasi mikroplastik pada air baku berkisar antara 0-0,007 partikel/L. Sampai
saat ini belum ada peraturan terkait baku mutu mikroplastik pada air laut.

23
Mikroplastik juga tercantum dalam hukum internasional, konvensi, peraturan,
perjanjian pada undang-undang internasional yang dirancang oleh lembaga
internasional. Lembaga internasional tersebut diantaranya adalah Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB), Convention for the Protection of the Marine Environment
of the North-East Atlantic (OSPAR), European Commission (EC), serta Baltic the
Helsinki Convention on the Protection of the Marine Environment in the Baltic
Sea Area (HELCOM) (Crawford & Quinn, 2016).

Seiring dengan meningkatnya dampak mikroplastik yang ditimbulkan, maka


semakin meningkat pula kepedulian terhadap lingkungan sehingga hal ini
memberi dorongan kepada sejumlah industri kosmetik untuk tidak menggunakan
jenis mikroplastik primer pada Produk Perawatan Pribadi (PCP). Oleh karena itu,
negara Belanda, Austria, Luksemburg, Belgia, dan Swedia telah mengeluarkan
seruan bersama Uni Eropa untuk melarang penggunaan microbeads dalam PCP
untuk menjaga ekosistem laut. Seruan ini mengikuti green paper yang diterbitkan
oleh European Commission yang diterbitkan pada tahun 2013 tentang strategi
eropa terhadap sampah plastik di lingkungan, dengan mikroplastik yang menjadi
fokus utamanya (Crawford & Quinn, 2016).

Berdasarkan Council of the European Union 2014, Legislative Assembly of


Ontario 2015, NSW EPA 2016 (dalam Lam et al., 2018: 11) dijelaskan bahwa
baru-baru ini Pemerintah Federal Amerika Serikat mengeluarkan Microbead-Free
Water Act 2015 yang bertujuan untuk melarang pembuatan dan penjualan
microbead dalam produk kosmetik mulai Juli 2018. Parlemen Kanada juga
mengeluarkan undang-undang untuk melarang pembuatan microbead pada Juni
2017, serta Australian Microplastics Working Group juga dibentuk untuk
mendapatkan persetujuan secara sukarela dari industri untuk menghapus
penggunaan microbead pada Produk Perawatan Pribadi (PPC).

2.11 Pantai Padang

2.11.1 Pantai Padang

Pantai Padang adalah wisata pantai yang berada dalam salah satu kawasan padat
di Kota Padang dan membentang dari daerah Purus hingga muara Batang Arau.
Pantai Padang berada pada titik koordinat 0°57’55”-1°0’34” Lintang Selatan dan

24
100° 20’ 24” - 100° 21’ 53” Bujur Timur. Lokasi Pantai Padang memanjang dari
arah Barat Laut ke tenggara membentuk garis pantai yang lurus yang dapat dilihat
pada Gambar 2.8. Batas-batas administrasi Pantai Padang adalah:
Sebelah utara : Kecamatan Padang Utara
Sebelah timur : Kecamatan Padang Timur
Sebelah selatan : Kecamatan Padang Selatan
Sebelah barat : Selat Mentawai

25
Kec. Padang Utara

Selat Mentawai Kec. Padang Timur

Kec. Padang Selatan

Gambar 2.8 Peta Pantai Padang

26
2.11.2 Kondisi Pantai Padang

Kedalaman rata-rata perairan antara Pantai Padang dengan pulau-pulau kecil


mencapai 80 meter, sementara di luar jajaran pulau tersebut kedalaman mencapai
300 meter. Kondisi perairan di sekitar pulau-pulau kecil berupa karang (fringing
reef) sampai jarak 50 meter dari pantai dengan kedalaman mencapai 3 meter,
kemudian perairan berubah secara tajam dengan kedalaman mencapai 30 sampai
60 meter (Fajri dkk., 2012). Secara umum, bentuk pantai padang berupa sedimen
pasir. Sedimen yang berada di kawasan pantai sebagian besar terbentuk dari pasir
pantai. Selain itu, pada Pantai Padang ditemukan kerikil pada daerah muara pasir
yang menunjukkan adanya proses pengendapan aktif (Istijono, 2013).

Aktivitas masyarakat di Pantai Padang umumnya adalah berdagang, menangkap


ikan, dan aktivitas pariwisata. Fasilitas yang terdapat di Pantai Padang terdiri dari
fasilitas pariwisata, fasilitas penunjang, fasilitas umum, dan fasilitas khusus.
Rincian fasilitas tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.5.
Tabel 2.5 Rincian Fasilitas yang Terdapat di Pantai Padang
Fasilitas Sarana Satuan Jumlah
Fasilitas Pariwisata Hotel/Homestay Buah 3
Tepi pantai m2 56.800
Fasilitas Penunjang PKL Buah 210
Restoran / Cafe Buah 86
Penjual ikan Buah 19
Toko baju Buah 11
Fasilitas Umum Pedestrian dan taman m2 69.000
Tempat ibadah Buah 5
Fasilitas Khusus Muara sungai m2 70
Sumber: Adfuza, (2019)

2.11.3 Pembagian Sektor Pantai Padang

Berdasarkan data dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Padang tahun 2018
panjang total Pantai Padang adalah 4 km dengan luas seluruh sektor sebesar
431,15 Ha. Penggambaran tentang pembagian sektor di Pantai Padang dapat
dilihat pada Gambar 2.9. Sektor Pantai Padang terbagi menjadi enam sektor
berdasarkan arah mata angin dari Selatan menuju Utara, yaitu (Adfuza, 2019):
1. Sektor 1 (0°57’50”- 0°57’32” LS dan 100°21’04”- 100°21’10”BT)
Sektor 1 dikenal dengan sebutan Pantai Muaro, dengan panjang garis pantai 0,6
km, daerah ini meliputi muara Sungai Batang Arau hingga Simpang Nipah.

27
2. Sektor 2 (0°57’32”- 0°57’11” LS dan 100°21’10”-100°21’06”BT)
Sektor 2 disebut juga dengan Pantai Jalan Samudera. Sektor ini memiliki
panjang garis pantai 1 km. Sektor ini mulai dari Simpang Nipah hingga
Simpang Hang Tuah.
3. Sektor 3 (0°57’11”- 0°56’50” LS dan 100°21’06”-100°20’49”BT)
Sektor 3 disebut juga dengan Pantai Olo dengan panjang garis pantai 1 km.
Daerah sektor 3 ini berawal dari Simpang Hang Tuah hingga Simpang Olo
Ladang.
4. Sektor 4 (0°56’50”- 0°56’09” LS dan 100°20’49”-100°20’10”BT)
Sektor 4 dikenal dengan Pantai Purus, dengan panjang garis pantai 0,8 km.
Wilayah sektor 4 dimulai dari Simpang Olo Ladang sampai dengan Tugu
IORA.
5. Sektor 5 (0°55’49” - 0°55’09” LS dan 100°20’10”-100°20’58”BT)
Sektor 5 disebut juga dengan Pantai Cimpago. Sektor 5 tersebut memiliki
panjang garis pantai 0,6 km. Wilayah sektor 5 dimulai dari Tugu IORA sampai
ke Jembatan Purus.
6. Sektor 6 (0°55’09” - 0°55’42” LS dan 100°20’58”- 100°20’11”BT)
Sektor 6 disebut juga dengan Pantai Muara Lasak, dengan panjang garis pantai
0,8 km. Sektor 6 dimulai dari Jembatan Purus sampai Ke Hotel Pangeran.

Gambar 2.9 Pembagian Sektor Pantai Padang


Sumber: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Padang (2018)

2.11.4 Curah Hujan Kota Padang

Curah hujan adalah tinggi jatuhnya air hujan di suatu tempat datar yang dianggap
tidak mengalami penguapan, tidak mengalir, dan tidak meresap ke tanah. Curah
hujan biasanya dinyatakan dalam satuan mm (Mulyono, 2014). Jika jumlah curah
hujan adalah sebesar 1 mm, maka tinggi air hujan yang menutupi permukaan

28
seluas 1 m2 adalah 1 mm, dengan asumsi air tersebut tidak meresap ke dalam
tanah atau menguap ke atmosfer (Fadholi, 2013). Informasi data curah hujan
biasanya disajikan dalam bentuk temporal (runtut waktu) atau spasial. Data
temporal dapat memberikan informasi mengenai sifat hujan di suatu tempat.
Informasi curah hujan spasial dapat memberi gambaran daerah yang memiliki
curah hujan tinggi ataupun rendah sehingga dapat ditentukan strategi dalam
mengelola sumber daya air (Syaifullah, 2014). Data curah hujan Kota Padang dari
tahun 2011 hingga tahun 2019 dapat dilihat pada Tabel 2.6.

Tabel 2.6 Curah Hujan di Kota Padang Tahun 2011 – 2019


Jumlah Curah Hujan (mm)
Bulan
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Januari 156 216 262 291 160 264 364 162 398,5
Februari 240,10 420,40 442 200 216 338 182 385 158,5
Maret 219,50 585,40 81 233 293 750 197 365 274,3
April 327,10 247,50 456 487 385 481 266 261 227,8
Mei 73.10 214,90 233 398 98 447 681 400 147,3
Juni 420,20 244,90 257 224 457 627 112 215 427,8
Juli 199,50 194,90 184 169 112 144 295 177 247,3
Agustus 113,80 211 469 326 422 366 535 189 122,7
September 266,70 235 379 324 353 374 565 343 91,1
Oktober 238,20 322 366 464 140 509 290 562 184,7
November 895 575 426 653 517 296 769 521 77,9
Desember 329 568 615 217 395 458 405 300 398,5
Sumber: Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Prov. Sumatra Barat, (2021)

2.12 Metode Statistika

Istilah statistik berasal dari bahasa Latin, yaitu status yang berarti sebuah negara
atau menyatakan hal lain yang menyangkut tentang ketatanegaraan. Ada tiga hal
penting yang harus ada di dalam statistik, yaitu data, perlakuan data seperti
pengumpulan data dan analisis data, serta angka. Seiring dengan berkembangnya
zaman, istilah statistik semakin meluas seperti berikut ini (Nasution, 2017):
1. Statistik merupakan kumpulan angka untuk memaparkan sesuatu, seperti angka
yang telah tersusun di dalam tabel ataupun angka yang masih acak;
2. Statistik adalah cakupan dari beberapa cara atau aturan tentang pengumpulan,
analisis, serta penafsiran data yang terdiri dari kumpulan angka;
3. Statistik bisa diartikan sebagai kumpulan angka yang menerangkan sifat dari
data hasil penelitian.

29
2.12.1 Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif ialah sebuah bentuk analisis data penelitian yang bertujuan
untuk melakukan uji generalisasi hasil yang didapat dari satu sampel penelitian.
Analisis ini dilakukan dengan pengujian hipotesis deskriptif yang mana hasil dari
analisis deskriptif ini menunjukkan bahwa hipotesis penelitian dapat
digeneralisasi atau tidak (Nasution, 2017). Menurut Maysani & Pujiastuti (2020),
analisis deskriptif pada dasarnya merupakan salah satu ilmu dalam statistik yang
berguna untuk mengumpulkan, mengolah dan memaparkan data kuantitatif secara
deskriptif. Analisis ini juga berguna untuk memudahkan penyampaian informasi
dari sebuah data.

Kesimpulan yang ada di dalam statistik deskriptif biasanya hanya ditujukan data-
data yang ada. Bahasan analisis deskriptif berdasarkan ruang lingkupnya, meliputi
(Nasution, 2017):
1. Distribusi frekuensi berupa:
a. Grafik distribusi seperti histogram, frekuensi, poligon, serta ogive;
b. Ukuran nilai pusat berupa mean, median, modus, dan lainnya;
c. Ukuran penyebaran data meliputi jangkauan, simpangan rata-rata, dan
variansi;
d. Kemencengan serta keruncingan kurva.
2. Angka indeks;
3. Deret waktu;
4. Regresi dan korelasi sederhana.

2.12.2 Analysis of Variance (ANOVA)

Menurut Harinaldi (2005), Analysis of Variance atau disebut juga dengan


ANOVA merupakan metode dalam ilmu statistika yang bertujuan untuk melihat
apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara variabel satu dengan yang
lainnya. ANOVA dapat menjadi teknik statistik yang akurat untuk diterapkan
menggunakan asumsi dibawah ini:
1. Populasi yang dikaji memiliki distribusi normal;
2. Sampling dilakukan acak dan tiap sampel tidak berkaitan dengan sampel
lainnya;
3. Populasi di mana nilai sampel diperoleh memiliki nilai varians yang sama.
30
Prosedur uji ANOVA mengikuti uji hipotesis yang terdiri dari tujuh langkah.
Langkah-langkah tersebut antara lain (Harinaldi, 2005):
1. Pernyataan hipotesis nol dan hipotesis alternatif;
2. Pemilihan tingkat kepentingan;
3. Penentuan distribusi pengujian yang digunakan;
4. Pendefinisian daerah penolakan atau kritis;
5. Pernyataan aturan keputusan;
6. Perhitungan rasio uji;
7. Pengambilan kesimpulan secara statistik.

2.12.3 Analisis Korelasi

Analisis korelasi adalah suatu teknik analisis dalam ilmu statistika untuk
menentukan adanya kecenderungan keterkaitan antara dua variabel atau lebih.
Setidaknya harus ada dua variabel yang dikorelasikan dalam melakukan analisis
korelasi tersebut. Hasil dari analisis korelasi berupa koefisien korelasi yang
menunjukkan besarnya hubungan antar variabel. Analisis ini juga tidak
mempermasalahkan adanya hubungan sebab-akibat atau sebaliknya (Budiwanto,
2017).

Variabel yang dianalisis kaitannya merupakan variabel terikat dan variabel bebas.
Jika dilihat menurut jumlah variabel yang dikorelasikan, variabel tersebut dapat
digolongkan menjadi korelasi dua variabel (bivariat) dan korelasi ganda (multi-
variat). Variabel bebas disebut juga dengan variabel prediktor, sedangkan variabel
terikat disebut dengan variabel kriterium. Koefisien korelasi antara variabel yang
satu dengan variabel yang lain dapat digambarkan menggunakan gambar diagram
pencar (scatter gram) (Budiwanto, 2017).

2.13 Penelitian Terdahulu tentang Mikroplastik di Pantai

Penelitian tentang analisis konsentrasi mikroplastik di Pantai ini sudah dilakukan


oleh sejumlah peneliti di seluruh dunia. Penelitian tentang mikroplastik ini terus
dilakukan hingga sekarang karena semakin hari, semakin meningkatnya jumlah
sampah plastik di perairan sampai saat ini.

31
2.13.1 Karakteristik Mikroplastik pada Sedimen Garis Pantai dari Pantai
Tropis dan Perkotaan di Da Nang, Vietnam

Penelitian ini dilakukan oleh Tran Nguyen et al., (2020) di Pantai Da Nang.
Bentuk mikroplastik paling dominan yang ditemukan adalah serat/fiber dengan
persentase sebesar 99,2%. Warna yang paling dominan ditemukan adalah warna
biru sebesar 59,9% dan putih sebesar 22,9%. Konsentrasi mikroplastik rata-rata
yang didapat adalah 9.238±2.097 partikel/kg. Sementara itu, mikroplastik bentuk
fiber lebih banyak tersebar pada lapisan permukaan dibandingkan dengan lapisan
lebih dalam.

2.13.2 Distribusi Spasial dan Mikroplastik Musiman pada Pantai Berpasir di


Sepanjang Pantai Semenanjung Hengchun, Taiwan

Penelitian ini telah dilakukan oleh Chen & Chen (2020) di pantai di sepanjang
Semenanjung Hengchun. Konsentrasi mikroplastik yang didapat berkisar antara
80 hingga 480 partikel/kg. Jenis mikroplastik yang paling banyak ditemukan
adalah serat/fiber dengan persentase lebih dari 97% dan warna dominan
ditemukan adalah putih atau transparan sebesar 57%. Analisis spektroskopi FTIR
menunjukkan bahwa jenis polimer mikroplastik yang ditemukan adalah jenis
polietilena (PE) dan polipropilena (PP). Adanya kandungan mikroplastik di
daerah ini dikaitkan dengan adanya aktivitas pariwisata di pantai.

2.13.3 Distribusi dan Komposisi Mikroplastik di Sedimen Pantai Andaman


Selatan

Penelitian ini dilakukan oleh Patchaiyappan et al. (2020) pada Pantai Andaman
Selatan, India. Konsentrasi mikroplastik rata-rata yang didapat pada semua stasiun
adalah 414,35±87,4 partikel/kg pada sampel sedimen. Terdapat 13 jenis polimer
mikroplastik pada sampel sedimen. Pencemaran mikroplastik yang terdapat di
Pantai Andaman ini berasal dari pengelolaan limbah padat yang tidak tepat serta
dari kegiatan wisata di sekitar pantai.

32
2.13.4 Pencemaran Mikroplastik dalam Sedimen dari Laut Bohai dan Laut
Kuning, Cina

Penelitian mikroplastik di Laut Bohai dan Laut Kuning telah dilakukan oleh Zhao
et al. (2018). Konsentrasi mikroplastik rata-rata yang didapat adalah sebesar 171,8
partikel/kg di Laut Bohai, 123,6 item/kg di Laut Kuning Utara, dan 72 item/kg di
Laut Kuning Selatan. Jenis mikroplastik yang paling banyak ditemukan adalah
jenis serat dengan persentase 93,88%. Jenis polimer yang paling banyak
ditemukan adalah polietilena (PE) dan polietilen tereftalat (PET).

2.13.5 Pencemaran Mikroplastik di Pantai Maowei, Teluk Budidaya Cina

Penelitian mikroplastik di Pantai Maowei dilakukan oleh Zhu et al., (2019).


Konsentrasi mikroplastik rata-rata yang ditemukan sebesar 4,5±0,1 partikel/L.
Sebanyak 66 spesies ikan telah dikumpulkan dalam penelitian ini. Mikroplastik
ditemukan di saluran pencernaan pada 12 spesies ikan. Jenis polimer mikroplastik
yang paling banyak ditemukan adalah rayon dan poliester yang cenderung
berwarna putih dengan jenis serat. Sumber mikroplastik diketahui berasal dari
aktivitas antropogenik.

2.13.6 Analisis Kuantitatif Pencemaran Mikroplastik di Sepanjang Garis


Pantai Tenggara Afrika Selatan

Analisis konsentrasi mikroplastik telah diteliti oleh Nel & Froneman (2015) di
sepanjang garis Pantai Afrika Selatan. Konsentrasi mikroplastik rata-rata yang
ditemukan sebesar 688,9±348,2 partikel/m2 pada sampel sedimen dan
257,9±53,36 partikel/m3 pada sampel air. Berdasarkan penelitian yang dilakukan,
diketahui bahwa pencemaran mikroplastik tidak berasal dari kepadatan penduduk,
melainkan dari proses sirkulasi air.

2.13.7 Analisis Kandungan Mikroplastik di Tempat Pemrosesan Akhir


(TPA) Sampah Air Dingin, Padang

Penelitian ini dilakukan oleh Ihsan (2021) di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA)
Sampah Air Dingin, Padang. Konsentrasi mikroplastik yang ditemukan pada air
lindi dan sedimen pengolah lindi secara berturut-turut sebesar 1,7 partikel/L dan
46,2 partikel/kg. Karakteristik mikroplastik yang dominan ditemukan adalah

33
bentuk fragmen, putih, dan ukuran 1-5 mm. Adanya pencemaran mikroplastik di
TPA Air Dingin dipengaruhi oleh usia degradasi mikroplastik di TPA.

2.13.8 Analisis Kandungan Mikroplastik pada Sampel Air dan Sedimen di


Daerah Sungai Batang Arau, Padang

Penelitian ini dilakukan oleh Triadi (2021) di Sungai Batang Arau Padang.
Konsentrasi mikroplastik yang didapat pada sampel air berkisar antara 1,667-10
partikel/L, sedangkan pada sampel sedimen 26,57-168,86 partikel/kg.
Karakteristik mikroplastik yang dominan ditemukan baik pada sampel air dan
sedimen adalah berbentuk fragmen dengan warna dominan yang ditemukan
adalah hitam dan berukuran 1-5mm. Penelitian terkait mikroplastik di lainnya
dapat dilihat pada Tabel 2.7.

34
Tabel 2.7 Penelitian tentang Mikroplastik di Pantai dan di Kota Padang
No Nama Peneliti Lokasi Penelitian Parameter Kandungan Mikroplastik
1. Patchaiyappan dkk., (2020) Pantai Andaman Selatan,  Aktivitas wisata  Konsentrasi mikroplastik: 414,35±87,4 partikel/kg.
India  Pemusatan daerah  Polimer: ada 13 jenis
perkotaan di sekitar pantai  Bentuk dominan: fiber dan fragmen
 Sampah plastik rumah
tangga

2. Zhao dkk., (2018) Pantai Laut Bohai dan Laut  Limbah dari industri  Konsentrasi mikroplastik: 171,8 partikel/kg (Laut
Kuning, China  Aktivitas manusia Bohai); 123,6 partikel/kg (Laut Kuning Utara), dan
 Pencemaran sampah plastik 72 partikel/kg (Laut Kuning Selatan)
di sungai  Polimer dominan: RY, PE, dan PET.

3. Zhu dkk., (2019) Pantai Maowei, China  Sampah plastik di perairan  Konsentrasi mikroplastik: 4,5 partikel/L
 Aktivitas antropogenik  Polimer dominan: polyester dan rayon
 Warna dominan: putih
 Bentuk dominan: serat/fiber

4. Nel & Froneman, (2015) Sepanjang garis pantai  Aktivitas antropogenik  Konsentrasi mikroplastik: 688,9±348,2 partikel/m2
tenggara Afrika Selatan (sedimen), 1.215±276,7 partikel/m3 (air)
 Bentuk dominan: mikrofiber

5. Ayuningtyas dkk., (2019) Perairan Banyuurip,  Kondisi arus  Konsentrasi mikroplastik: 711 partikel/m3 (air)
Kabupaten Gresik, Jawa  Bentuk dominan: fragmen, fiber, dan film
Timur
6. Tran Nguyen dkk., (2020) Pantai Da Nang, Vietnam  Aktivitas masyarakat  Bentuk dominan: serat/fiber
sekitar pantai  Warna dominan: biru dan putih
 Dampak terhadap biota laut  Konsentrasi mikroplastik: 9.238±2.097 partikel/kg.

7. Korez dkk., (2019) Sepanjang pantai di  Aktivitas wisata  Konsentrasi mikroplastik: 0,5 partikel/kg (Maret)
Slovenia (Laut Adriatik,  Kegiatan industri dan 1,0 partikel/kg (Agustus)

35
Lanjutan Tabel 2.7 Penelitian tentang Mikroplastik di Pantai dan di Kota Padang
No Nama Peneliti Lokasi Penelitian Parameter Kandungan Mikroplastik
Mediterania)  Bentuk: fragmen, fiber, dan film, dan busa.
8. Chen & Chen, (2020) Semenanjung Hengchun,  Aktivitas antropogenik  Konsentrasi mikroplastik: 80 hingga 480 partikel/kg
Taiwan  Bentuk dominan: fiber (97%)
 Polimer dominan: PE dan PP

9. Triadi, (2021) Sungai Batang Arau,  Parameter lingkungan  Konsentrasi mikroplastik: 1,667-10 partikel/L (air),
Padang  Timbulan sampah 26,57-168,86 partikel/kg (sedimen)
 Curah hujan  Bentuk dominan: fragmen
 Aktivitas masyarakat  Warna dominan: hitam
 Ukuran dominan: LMP (1-5 mm)

10. Ihsan, (2021) TPA Air Dingin, Padang  Parameter lingkungan  Konsentrasi mikroplastik: 1,7 partikel/L (air lindi)
 Timbulan sampah dan 46,2 partikel/kg (sedimen)
 Bentuk dominan: fragmen
 Ukuran dominan: 1-5 mm (LMP)
 Warna dominan: putih.

11. Islami dkk., (2020) Teluk Bungus, Sumatra  Temperatur  Konsentrasi mikroplastik: 191,11-301,11
Barat  Salinitas partikel/kg
 pH  Bentuk: serat/fiber, fragmen, dan film
 Mikroplastik lebih banyak ditemukan pada
kedalaman 0-10 cm.

12. Nugroho dkk., (2018) Teluk Benoa, Bali  Aktivitas masyarakat  Konsentrasi mikroplastik: 0,58 partikel/m3 (air), 113
partikel/kg (sedimen)
 Bentuk: fragmen, film, dan serat/fiber.
 Aktivitas masyarakat mempengaruhi konsentrasi
mikroplastik yang didapat.

36
Berdasarkan Tabel 2.7 dapat dilihat bahwa jenis mikroplastik yang paling banyak
ditemukan adalah serat/fiber, fragmen, film dengan warna dominan adalah warna
biru, putih, dan hitam. Selain itu, jenis polimer pembentuk mikroplastik yang
banyak ditemukan adalah polietilena (PE). Konsentrasi mikroplastik tinggi
apabila pada pantai tersebut terdapat kegiatan wisata dan aktivitas antropogenik
lainnya di sekitar pantai. Analisis kosentrasi mikroplastik yang ditemukan pada
sungai, TPA, dan pantai memiliki kesamaan yaitu konsentrasi mikroplastik pada
sedimen lebih tinggi ditemukan dari pada sampel air karena mikroplastik yang
awalnya berada di air lama kelamaan akan mengendap di sedimen.

37
III. BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Umum

Penelitian tugas akhir bertujuan untuk mengetahui kandungan mikroplastik pada


air dan sedimen Pantai Padang, Kota Padang. Metodologi penelitian memaparkan
lokasi, waktu penelitian, tahapan penelitian yang meliputi metode sampling dan
pengukuran di laboratorium, serta pengolahan data dan pembahasan.

3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian

Waktu pengambilan sampel dimulai dari bulan Juni 2021 hingga bulan Juli 2021.
Lokasi penelitian adalah di Pantai Padang, Kota Padang. Lokasi pengujian sampel
dilakukan di beberapa tempat, yaitu:
1. Laboratorium Air Jurusan Teknik Lingkungan
Kegiatan yang dilakukan di Laboratorium Air yaitu proses mengekstraksi
atau menyisihkan mikroplastik pada sampel air dan sedimen.
2. Laboratorium Mikrobiologi Lingkungan Jurusan Teknik Lingkungan
Kegiatan yang dilakukan adalah menganalisis karakteristik mikroplastik yang
telah diekstraksi dari air dan sedimen dengan bantuan mikroskop.
3. Laboratorium Kimia Universitas Negeri Padang
Kegiatan yang dilakukan ialah menganalisis jenis polimer mikroplastik
menggunakan alat spektroskopi Fourier Transform Infra Red (FTIR).

3.3 Tahapan Penelitian

Tahap-tahap penelitian terdiri dari studi literatur, pengumpulan data. Setelah


semua data yang dibutuhkan terkumpul maka tahap selanjutnya adalah studi
pendahuluan, penelitian utama dan analisis serta pembahasan hasil penelitian.
Diagram alir tahapan penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Studi literatur meliputi kegiatan pengumpulan bahan dan literatur sebagai dasar
teori yang berkaitan dengan penulisan laporan penelitian dan bersumber dari buku
teks, jurnal, dan penelitian sebelumnya. Studi literatur penelitian ini mencakup
tentang kandungan mikroplastik pada air dan sedimen serta timbulan sampah
khususnya plastik yang akan dibuang ke badan air.
Mulai

Studi Literatur

Survei Pendahuluan:
1. Survei kondisi Pantai
Padang;
2. Penentuan lokasi sampling.

Persiapan Penelitian
1. Persiapan alat;
2. Persiapan bahan.

Pengumpulan Data Sekunder: Pengumpulan Data Primer :


1. Data pengunjung wisata Pantai 1. Penentuan titik sampling;
Padang; 2. Sampling air dan sedimen
2. Data curah hujan; kandungan mikroplastik, pH,
3. Data timbulan sampah plastik. DO, temperatur.

Analisis Laboratorium:
1. Proses ekstraksi mikroplastik pada sampel;
2. Analisis konsentrasi mikroplastik;
3. Analisis warna, bentuk, ukuran mikroplastik dengan uji
mikroskop;
4. Analisis polimer menggunakan spektroskopi FTIR.

Analisis Data dan Pembahasan:


1. Analisis deskriptif;
2. Uji Anova;
3. Analisis korelasi Pearson dan Rank Spearman;

Laporan Tugas Akhir

Selesai

Gambar 3.1 Diagram Alir Tahapan Penelitian


39
1. Studi Literatur
Studi literatur bertujuan untuk mendapatkan informasi dan teori-teori yang
berkaitan dengan penelitian yang dilakukan. Studi literatur dalam laporan ini
mengkaji tentang mikroplastik, penyebab adanya mikroplastik pada sedimen
serta dampak yang ditimbulkan.
2. Survei Pendahuluan
Survei pendahuluan ini dilakukan sebagai observasi awal sebelum memulai
survei utama. Proses pengumpulan data-data sekunder untuk melihat parameter
atau faktor-faktor yang mempengaruhi kandungan mikroplastik di air laut
dilakukan pada tahap ini.
3. Pengumpulan Data Sekunder
Data sekunder yang digunakan diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan
terhadap timbulan sampah Pantai Padang, jumlah pengunjung Pantai Padang,
serta data curah hujan dari Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi
Sumatra Barat.
4. Persiapan Penelitian
Persiapan penelitian ini bertujuan untuk mempersiapkan segala hal yang
berkaitan dengan penelitian di laboratorium. Persiapan penelitian ini terdiri atas
persiapan alat dan persiapan bahan penelitian.
5. Pengumpulan Data Primer
Data primer yang didapatkan dari sampling yaitu data pH menggunakan pH
meter, temperatur dan DO menggunakan DO meter. Pengambilan data
dilakukan langsung saat sampling. Data primer berikutnya yang didapatkan
adalah kandungan mikroplastik dalam sampel dengan analisis di laboratorium.
Sampel yang diambil adalah sampel air dan sedimen Pantai Padang dengan
titik lokasi sampling yang mewakili kandungan mikroplastik di Pantai Padang.
6. Analisis di Laboratorium
Analisis data yang dilakukan pada sampel sedimen dan air yang diambil adalah
sebagai berikut:
a. Konsentrasi mikroplastik;
b. Bentuk dan ukuran mikroplastik;
c. Warna mikroplastik;
d. Jenis polimer mikroplastik.

40
7. Analisis data dan pembahasan
Data primer dan sekunder yang telah diperoleh selanjutnya dilakukan analisis.
Analisis yang digunakan melalui variabel penelitian adalah analisis deskriptif,
Analysis of Variance (ANOVA) untuk melihat kesamaan data dari sampling
dan uji normalitas, dan analisis korelasi untuk melihat pengaruh parameter
lingkungan (DO, pH, temperatur), dan data curah hujan terhadap konsentrasi
mikroplastik. Pembahasan disusun setelah analisis selesai pada laporan tugas
akhir.

3.4 Survei Pendahuluan

Survei pendahuluan dilakukan dengan tujuan menentukan titik-titik sampling.


Penentuan titik sampling perlu dilakukan agar lokasinya mewakili penelitian di
lokasi tersebut. Titik sampling ditentukan berdasarkan pembagian rata dari
panjang pantai dilakukan sebanyak tiga kali pengulangan (Mauludy dkk., 2019).
Selain itu, titik sampling juga ditentukan berdasarkan aktivitas masyarakat di
sepanjang Pantai Padang. Jarak antar titik pengambilan sampel di Pantai Padang
adalah sebesar 360 m. Aktivitas yang terdapat pada masing-masing titik
pengambilan sampel dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Aktivitas pada Titik Sampling


Lokasi
No Titik Koordinat Aktivitas Detail Lokasi
Sampling
1. Titik 1 0°57’15” LS Aktivitas wisata Dekat Masjid Al-
100°21’11” BT Hakim
2. Titik 2 0°57’08” LS Aktivitas wisata Dekat Kantor Dinas
100°21’09” BT Kebudayaan Sumatra
Barat
3. Titik 3 0°56’47” LS Aktivitas wisata dan Belakang SD Negeri
100°21’05” BT perdagangan 19 Kepala Koto
4. Titik 4 0°56’42” LS Perdagangan dan Dekat Hotel My All
100°21’03” BT penangkapan ikan
5. Titik 5 0°56’24” LS Perdagangan dan Dekat Tempat
100°21’03” BT penangkapan ikan Pelelangan Ikan
6. Titik 6 0°56’18” LS Perdagangan dan aktivitas Dekat Tugu IORA
100°21’02” BT wisata
7. Titik 7 0°56’03” LS Aktivitas perdagangan Dekat jembatan purus
100°21’02” BT
8. Titik 8 0°55’41” LS Aktivitas wisata Dekat tugu merpati
100°20’59” BT
9. Titik 9 0°55’40” LS Aktivitas wisata Belakang Hotel
100°20’58” BT Pangeran

Gambaran titik sampling dapat dilihat pada Gambar 3.2.


41
Gambar 3.2 Lokasi Sampling Pantai Padang Kota Padang

42
3.5 Persiapan Penelitian

Persiapan penelitian yang dilakukan meliputi persiapan alat dan persiapan yang
akan digunakan untuk melakukan analisis mikroplastik.

3.5.1 Peralatan Penelitian

Peralatan yang dipakai untuk sampling disesuaikan dengan peralatan yang


tersedia di laboratorium, sedangkan alat untuk analisis mikroplastik di
laboratorium mengacu kepada Masura dkk., (2015). Peralatan yang dibutuhkan
dapat dilihat pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Peralatan Sampling dan Analisis Laboratorium
No Alat Spesifikasi Kegunaan
PERALATAN SAMPLING
1. DO meter Lutron DO-5510 Mengukur DO sampel air dan temperatur air
2. pH meter Hanna HI 9813-5 Mengukur pH sampel air
3. GPS - Mendeteksi titik koordinat sampling
4. Botol sedimen Kemasan 100 g Wadah untuk menyimpan sampel sedimen
5. Botol sampel air Ukuran 1L Wadah untuk menyimpan sampel air
6. Wadah plastik Tempat untuk menghomogenkan sampel
PERALATAN ANALISIS LABORATORIUM
1. Beaker glass 250 ml Wadah untuk mengekstraksi sampel
Mettler Toledo
2. Neraca analitik Menimbang sampel sedimen
JB1603-C/FACT
3. Oven Yamato DKN 401 Mengeringkan sampel sedimen
Batang - Mengaduk sampel saat dipanaskan pada hotplate
4.
pengaduk
5. Kertas saring Whatman no.40 Wadah sampel hasil saringan akhir
Mengaduk sampel setelah ditambahkan NaCl
6. Magnetic stirrer Corning PC-620D
jenuh
7. Spatula logam - Mengeruk sampel sedimen
8. Labu ukur Ukuran 500 ml Wadah untuk membuat larutan FeSO4
Memanaskan sampel setelah ditambahkan H2O2
9. Hot plate Corning PC-620D
30% dan FeSO4
10. Labu semprot - Wadah aquadest
11. Corong pisah - Alat untuk menyaring supernatan
Erlenmeyer
12. Ukuran 1L Wadah menampung residu akhir
berlengan
13. Pompa vakum JTC VP225 Membantu proses penyaringan pada corong pisah
Wadah untuk mempermudah proses
14. Corong -
pembentukan lapisan endapan dan supernatan
15. Mikroskop National Mengamati karakteristik mikroplastik
Product Test Sieve
16. Saringan ukuran 0,3 mm dan Menyaring sampel air dan sedimen tahap pertama
5 mm
Spektroskopi
17. Perkin-Elmer Analisis jenis polimer mikroplastik
FTIR

43
3.5.2 Bahan Penelitian

Bahan-bahan yang diperlukan dalam melakukan analisis konsentrasi mikroplastik


menurut Masura dkk. (2015) dapat dilihat pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3 Bahan Penelitian Analisis Mikroplastik
No Alat Kegunaan
1. Ferro sulfat heptahidrat (FeSO4.7H2O) Bahan untuk membuat larutan FeSO4
2. Larutan asam sulfat (H2SO4) pekat Bahan untuk membuat larutan FeSO4
Larutan Hidrogen peroksida (H2O2)
3. Menghancurkan zat organik pada sampel
30%
4. Aquadest Bahan untuk membuat larutan FeSO4
5. Natrium klorida (NaCl) padat Memisahkan endapan dan supernatan

3.6 Pengumpulan Data Sekunder

Data sekunder yang dibutuhkan seperti curah hujan Kota Padang tahun 2011
hingga 2019 didapat dari Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi Sumatra
Barat yang dapat dilihat pada Tabel 2.4 di Bab II halaman 18 yang akan
diproyeksikan menjadi data curah hujan pada tahun 2021. Data sekunder
selanjutnya adalah data pengunjung Pantai Padang dan data timbulan sampah
plastik Pantai Padang. Data pengunjung Pantai Padang pada tahun 2021 hasil
proyeksi penelitian Adfuza (2019) adalah sebesar 16.617 orang/hari, sedangkan
untuk data satuan timbulan sampah plastik Pantai Padang pada tahun 2021 adalah
sebesar 0,146 L/o/h.

3.7 Pengambilan Data Primer

3.7.1 Pengambilan Sampel Air

Sampel yang akan diuji ialah sampel sedimen dan sampel air Pantai Padang.
Proses pengambilan sampel air laut Pantai Padang diambil langsung
menggunakan botol sampel air. Sampel air diambil dengan frekuensi tiga kali
pengambilan dengan selang waktu dua minggu. Sampel diambil pada pagi hari
karena air laut sedang surut sehingga memudahkan dalam proses pengambilan
sampel. Sampel air diambil pada lima sektor dan antara masing-masing sektor
diambil sampel air sebanyak satu titik yang dibagi rata dari panjang pantai
(Mauludy dkk., 2019). Jarak antar titik sampling adalah sebesar 360 m. Selain itu,
penentuan titik sampling dilakukan dengan mempertimbangkan aktivitas
masyarakat di sepanjang pantai.

44
Sampel air laut dilakukan berdasarkan SNI 6964.8:2015 tentang Metode
Pengambilan Contoh Uji Air Laut. Proses sampling untuk perairan pesisir yang
dipengaruhi oleh kegiatan di darat, di daerah pelabuhan, atau perairan dangkal
lainnya dapat dilihat pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4 Titik Pengambilan Contoh Area Pesisir yang Dipengaruhi


Kegiatan di Darat Berdasarkan Kedalaman
Titik Pengambilan Sampel Area Pesisir
0-1 mb)
Titik pengambilan sampel berdasarkan 0,2 D
kedalaman 0,5 D
0,8 D
Catatan:
b) Mewakili air laut permukaan (Grasshoff)
D : kedalaman dari permukaan air laut
Sumber: SNI 6964.8:2015

Berdasarkan Tabel 3.4, pengambilan sampel air pada tiap titik sampling di Pantai
Padang diambil pada kedalaman air laut 1 m pada tiga titik kedalaman yang
berbeda. Sampel pertama diambil pada kedalaman 20 cm, sampel kedua diambil
pada kedalaman 50 cm, dan sampel dan ketiga diambil pada kedalaman 80 cm.
Gambaran pengambilan sampel air dapat dilihat pada Gambar 3.3. Setelah itu,
sampel yg diambil pada tiga titik tersebut kemudian dihomogenkan. Titik
koordinat lokasi sampling dapat dilihat pada Tabel 3.5.

Gambar 3.3 Kedalaman Pengambilan Sampel Air

45
Tabel 3.5 Titik Koordinat Lokasi Sampling
Jumlah Jumlah Total Total
Titik
No Titik Koordinat Sampel Sampel Frek. Sampel Sampel
Sampling
Air Sedimen Air Sedimen
a. 0°57’15” LS
Pantai
100°21’11” BT
1. Jalan 2 2 3 6 6
b. 0°57’08” LS
Samudera
100°21’09” BT
a. 0°56’47” LS
100°21’05” BT
2. Pantai Olo 2 2 3 6 6
b. 0°56’42” LS
100°21’03” BT
a. 0°56’24” LS
Pantai 100°21’03” BT
3. 2 2 3 6 6
Purus b. 0°56’18” LS
100°21’02” BT
Pantai a. 0°56’03” LS
4. 1 1 3 3 3
Cimpago 100°21’02” BT
a. 0°55’41” LS
Pantai
100°20’59” BT
5. Muaro 2 2 3 6 6
b. 0°55’40” LS
Lasak
100°20’58” BT
Total 27 27

Berdasarkan Tabel 3.5 titik sampling berjumlah 9 titik dengan jumlah sampel air
sebanyak 27 sampel. Pengambilan sampel dilakukan sebanyak tiga kali dan
diambil pada titik sampling yang sama. Saat dilakukan pengambilan sampel air
laut, parameter lingkungan seperti pH, Dissolved Oxygen (DO), dan temperatur
langsung diukur di lapangan.

3.7.2 Pengambilan Sampel Sedimen

Titik pengambilan sampel sedimen sejajar dengan titik pengambilan sampel air.
Sampel sedimen diambil menggunakan pipa paralon sepanjang 15 cm dan pada
masing-masing titik sampling, sampel sedimen diambil pada empat daerah yang
kemudian dihomogenkan pada satu wadah. Berikut ini merupakan empat daerah
pengambilan sampel sedimen di Pantai Padang dan dapat dilihat pada Gambar
3.4.
1. Area upper, merupakan area yang mendekat bangunan atau vegetasi;
2. Area middle, area pertengahan;
3. Area water edge, merupakan area yang terkena aktivitas pasang;
4. Area water, merupakan area yang terendam air laut.

46
Gambar 3.4 Cara Pengambilan Sampel Sedimen di Lapangan
Proses homogenisasi sampel sedimen mengacu kepada U.S EPA. Sampel sedimen
perlu dihomogenisasi apabila pada satu titik sampling diambil lebih dari satu
sampel sedimen. Homogenisasi sampel ini dilakukan dengan cara menempatkan
sampel ke dalam wadah homogenisasi. Metode pencampuran yang umum disebut
dengan quartering. Prosedur pencampuran secara quartering antara lain (U.S.
EPA, 2020):
1. Sampel yang berada di dalam wadah dibagi atas empat bagian dan tiap
bagiannya dicampur satu per satu;
2. Kemudian dua perempat bagiannya diaduk dan setelah itu dibagi menjadi dua
bagian;
3. Dua bagian tersebut kemudian diaduk lagi hingga menjadi sampel yang
homogen.

3.8 Analisis Laboratorium

Sebelum dilakukan analisis laboratorium, dilakukan pengukuran parameter


lingkungan di lapangan terlebih dahulu. Parameter yang diambil berupa Dissolved
Oxygen (DO), derajat keasaman (pH), serta temperatur. Pengukuran DO, pH, dan
temperatur dilakukan langsung di lapangan menggunakan alat ukur. Pengukuran
parameter dilakukan masing-masing satu kali pada tiap pengambilan sampel.
Konsentrasi mikroplastik serta karakteristik mikroplastik pada sampel air dan
sedimen diperoleh sesudah dilakukannya pengujian di laboratorium. Analisis
parameter yang dilakukan dapat dilihat pada Tabel 3.6 dan tahapan analisis
mikroplastik secara umum dapat dilihat pada Gambar 3.5.

47
Tabel 3.6 Metode Analisis Parameter
Parameter Satuan Metode
DO mg/L DO meter
pH pH meter
o
Temperatur C Termometer
Konsentrasi mikroplastik partikel/L atau partikel/kg Perhitungan manual
Warna, bentuk dan satuan Analisis mikroskop
ukuran
Karakteristik mikroplastik
Analisis dengan spektroskopi
Polimer mikroplastik
FTIR

Penyaringan sampel dengan Pembentukan


Pengukuran
alat penyaring dan pelarutan endapan dan
volume sampel
senyawa organik (WPO) supernatan

Analisis Perhitungan konsentrasi Uji Penyaringan


polimer dan karakteristik mikroskop supernatan
mikroplastik

Gambar 3.5 Tahapan Analisis Kandungan Mikroplastik

1. Analisis Mikroplastik pada Sampel Sedimen


Analisis mikroplastik pada sampel sedimen dianalisis dengan cara menyisihkan
mikroplastik dari sedimen. Setelah mikroplastik disisihkan dari sedimen, maka
partikel mikroplastik yang tersaring diamati pada mikroskop dengan
perbesaran 4× atau 10× untuk dianalisis karakteristiknya. Gambar hasil
pengamatan diambil menggunakan kamera handphone. Prosedur detail dapat
dilihat pada Lampiran C.
2. Analisis Mikroplastik pada Sampel Air
Analisis mikroplastik pada air dianalisis dengan cara menyisihkan mikroplastik
dari sampel air. Setelah mikroplastik disisihkan dari air, maka partikel
mikroplastik yang tersaring diamati pada mikroskop dengan perbesaran 4× atau
10× untuk dianalisis karakteristiknya. Gambar hasil pengamatan diambil
menggunakan kamera handphone. Prosedur detail dapat dilihat pada
Lampiran C.

Contoh hasil analisis bentuk mikroplastik dapat dilihat dari Gambar 2.4 sampai
Gambar 2.6 pada halaman 21 sampai 22, analisis warna pada mikroplastik
bertujuan untuk mengidentifikasi warna sampah plastik dari mikroplastik yang
didapat pada sampel. Contoh hasil analisis warna dapat dilihat pada Gambar 3.6.

48
Gambar 3.6 Contoh Hasil Analisis Mikroplastik Berdasarkan Warna: a)
Hitam; b) Biru; c) Merah; d) Hijau
Sumber: (Murphy dkk., 2016)

Analisis mikroplastik berdasarkan ukuran dilakukan dengan membagi


mikroplastik berdasarkan dua kategori antara lain Small Microplastic (SMP) yang
merupakan mikroplastik berukuran berkisar dari 0,3 mm – 1 mm dan Large
Microplastic (LMP) yaitu mikroplastik yang memiliki ukuran berkisar antara 1
mm - 5 mm. Mikroplastik dengan kategori SMP diduga telah mengalami
degradasi yang lebih lama dibandingkan dengan kategori LMP. Konsentrasi
mikroplastik dianalisis dengan menghitung jumlah partikel mikroplastik yang
didapat per satuan volume air atau satuan massa sedimen kering yang mengacu
kepada Masura dkk., (2015) dan dapat dirumuskan sebagai berikut:

Jumlah partikel mikroplastik (partikel)


Konsentrasi mikroplastik = ..................... (1)
olume air (L

Jumlah partikel mikroplastik (partikel)


Konsentrasi mikroplastik = ...................... (2)
massa sedimen kering (kg

Massa sedimen kering (c) dapat dihitung dengan mengurangi massa beaker glass
berisi sedimen kering (b) dengan massa beaker glass kosong (a), sehingga dapat
dirumuskan menjadi:

c = b – a ................................................................................................................ (3)

Setelah konsentrasi mikroplastik dihitung, maka dilakukan analisis jenis polimer


mikroplastik menggunakan alat spektroskopi FTIR. Sampel mikroplastik yang
didapat kemudian dikirim ke Laboratorium Kimia Universitas Negeri Padang.

49
Data yang disajikan berupa grafik yang terdiri atas data transmitan yang
dinyatakan dalam satuan persen dan data panjang gelombang dalam satuan cm-1.
Analisis jenis polimer mikroplastik dilakukan dengan spektroskopi Fourier
Transform Infra Red (FTIR) untuk mengetahui jenis polimer mikroplastik yang
dianalisis sehingga sampah plastik dari mikroplastik tersebut dapat diidentifikasi.
Grafik spektrum FTIR sampel mikroplastik dibandingkan dengan standar grafik
manufaktur spektroskopi FTIR. Contoh grafik FTIR yang diperoleh nantinya
dapat dilihat pada Gambar 3.7.

Gambar 3.7 Grafik FTIR Polimer Penyusun Mikroplastik


Sumber: Rocha-Santos & Duarte, (2017)

3.9 Analisis Statistik

3.9.1 Variabel Penelitian

Variabel penelitian terbagi atas variabel terikat (X) yaitu: kandungan mikroplastik
yang terdapat di wilayah penelitian, dan variabel bebas (Y) yang mempengaruhi
variabel terikat, seperti kandungan mikroplastik di dalam sampel sedimen dan
sampel air laut, antara lain:
1. Data curah hujan bulanan Kota Padang tahun 2021;
2. Data temperatur air, pH, serta Dissolved Oxygen (DO) sampel air Pantai
Padang.

50
3.9.2 Analysis of Variance (ANOVA)

Analysis of Variance (ANOVA) merupakan metode analisis yang berfungsi untuk


menguji analisis konsentrasi mikroplastik secara spasial (perbedaan antar titik
sampling) dan temporal (perbedaan waktu sampling). Data yang didapat dari
analisis ini berupa tabel yang menunjukkan nilai signifikan. Jika nilai
signifikannya bernilai >0,05 maka terdapat perbedaan yang signifikan antara
konsentrasi mikroplastik terhadap lokasi sampling dan waktu sampling.
Sebaliknya, jika nilai signifikannya <0,05 maka tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara konsentrasi mikroplastik terhadap lokasi sampling dan waktu
sampling. Uji ANOVA pada penelitian ini dilakukan menggunakan aplikasi
Statistical Product and Service Solution (SPSS)

3.9.3 Analisis Korelasi

Analisis korelasi berfungsi untuk mengamati korelasi parameter lingkungan


dengan konsentrasi mikroplastik. Jenis analisis korelasi yang dapat digunakan
pada penelitian kali ini adalah korelasi Pearson yang merupakan analisis korelasi
yang untuk data yang terdistribusi normal dan korelasi Rank-Spearman untuk data
yang tidak terdistribusi normal. Oleh karena itu, terlebih dahulu dilakukan uji
normalitas pada parameter lingkungan untuk menentukan apakah data parameter
tersebut terdistribusi normal atau tidak. Analisis korelasi dan uji normalitas
dilakukan menggunakan aplikasi Statistical Product and Service Solution (SPSS).
Dasar pengambilan keputusan pada uji normalitas adalah:
1. Apabila nilai signifikan > 0,05 dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi
normal;
2. Apabila nilai signifikan < 0,05 dapat diambil keputusan bahwa data tidak
terdistribusi normal.
Setelah dilakukan uji normalitas, dapat ditentukan metode analisis korelasi yang
akan digunakan. Analisis korelasi pada penelitian analisis mikroplastik ini
bertujuan untuk melihat pengaruh dari:
1. Pengaruh pH dengan kandungan mikroplastik;
2. Pengaruh temperatur terhadap kandungan mikroplastik;
3. Pengaruh DO terhadap kandungan mikroplastik;
4. Pengaruh curah hujan terhadap kandungan mikroplastik;

51
Analisis korelasi terjadi jika terdapat kenaikan atau penurunan variabel terikat (X)
selalu sebanding dengan kenaikan atau penurunan variabel bebas (Y). Apabila
digambarkan dengan diagram titik, titik-titik berderet kemudian membentuk garis
lurus. Data yang didapat pada analisis korelasi adalah berupa tabel yang
mencantumkan nilai korelasi, nilai N, dan nilai signifikan. Cara yang dilakukan
untuk menentukan analisis korelasi adalah:
1. Hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat diukur dengan koefisien
korelasi;
2. Simbol p = koefisien korelasi dan r = koefisien korelasi sampel;
3. Besar nilai koefisien korelasi berada dalam rentang -1 sampai dengan +1,
apabila:
a. Koefisien korelasi bernilai nol, hal ini menunjukkan bahwa tidak ada
hubungan kedua variabel tersebut;
b. Koefisien korelasi nilainya negatif, hal ini menunjukkan bahwa hubungan
kedua variabel tersebut berbanding terbalik.
4. Koefisien korelasi dapat bernilai positif, maka hubungan antara variabel
tersebut adalah berbanding lurus.

3.9.4 SPSS (Statistical Product and Service Solution)

Statistical Product and Service Solution (SPSS) ialah suatu aplikasi yang
bertujuan untuk menghitung angka yang rumit dalam materi statistika. SPSS
merupakan aplikasi yang yang dapat menjadikan pekerjaan menjadi lebih akurat.
Selain itu, SPSS mempunyai sistem manajemen pada lingkungan grafis
menggunakan menu deskriptif sehingga mudah dipahami dalam penggunaannya
(Nurhayati, 2020). Aplikasi SPSS digunakan untuk melakukan uji one-way
ANOVA, uji normalitas, serta analisis korelasi Pearson dan Rank Spearman.
Aplikasi SPSS yang digunakan pada penelitian ini adalah IBM SPSS Statistic 25
Version.

52
IV. BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Umum

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis konsentrasi mikroplastik yang


terdapat dalam sampel air dan sampel sedimen Pantai Padang dengan parameter
lingkungan seperti pH, Dissolved Oxygen (DO), temperatur, curah hujan, serta
timbulan sampah plastik Pantai Padang. Penelitian dilakukan selama enam
minggu dengan periode pengambilan sampel setiap dua minggu dengan frekuensi
tiga kali pengambilan sampel. Sampel diambil pada sembilan titik pada lima
sektor Pantai Padang.

Setelah dilakukan pengambilan sampel, selanjutnya dilakukan analisis


mikroplastik di laboratorium. Analisis laboratorium dilakukan untuk menentukan
karakteristik mikroplastik seperti konsentrasi, bentuk, ukuran, warna mikroplastik
pada sampel. Selain itu dilakukan pula analisis polimer untuk mengetahui sumber
mikroplastik di Pantai Padang. Analisis dan pengolahan data statistik dilakukan
untuk menganalisis korelasi antara konsentrasi mikroplastik dengan parameter
lingkungan seperti DO, pH, temperatur, timbulan sampah plastik, curah, serta
daya hantar listrik baik secara spasial (perbedaan lokasi sampling) dan temporal
(perbedaan waktu sampling).

4.2 Kondisi Saat Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dari awal Juni hingga pertengahan Juli 2021.
Pengambilan sampel dilakukan bersamaan dengan pengukuran Dissolved Oxygen
(DO), pH, dan temperatur. Waktu pengambilan sampel dapat dilihat pada Tabel
4.1.

Tabel 4.1 Waktu Pengambilan Sampel


No Pengambilan Sampel Tanggal Pengambilan Sampel
1 I 10 Juni 2021
2 II 23 Juni 2021
3 III 12 Juli 2021

Kondisi eksisting pengambilan sampel meliputi titik koordinat, elevasi, jarak titik
pengambilan sampel, serta cuaca sebelum dan saat pengambilan sampel dapat
dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Data Lokasi Pengambilan Sampel
No Parameter Sampling L1 L2 L3 L4 L5 L6 L7 L8 L9
0°57’08”
0°57’15” 0°56’47” 0°56’42” 0°56’24” 0°56’18” 0°56’03” 0°55’41” 0°55’40”
LS
LS LS LS LS LS LS LS LS
1 Koordinat I-III 100°21’09
100°21’11” 100°21’05” 100°21’03” 100°21’03” 100°21’02” 100°21’02” 100°20’59” 100°20’58”

BT BT BT BT BT BT BT BT
BT
Elevasi
2 I-III 0 0 0 0 0 0 0 0 0
(mdpl)
Cerah Cerah Cerah Cerah Cerah Cerah Cerah Cerah Cerah
I
Cuaca Berawan Berawan Berawan Berawan Berawan Berawan Berawan Berawan Berawan
3 Sebelum Cerah Cerah Cerah Cerah Cerah Cerah Cerah Cerah Cerah
II
Sampling Berawan Berawan Berawan Berawan Berawan Berawan Berawan Berawan Berawan
III Berawan Berawan Berawan Berawan Berawan Berawan Berawan Berawan Berawan
Cerah Cerah Cerah Cerah Cerah Cerah Cerah Cerah Cerah
I
Berawan Berawan Berawan Berawan Berawan Berawan Berawan Berawan Berawan
Cuaca Saat
4 Cerah Cerah Cerah Cerah Cerah Cerah Cerah Cerah Cerah
Sampling II
Berawan Berawan Berawan Berawan Berawan Berawan Berawan Berawan Berawan
III Berawan Berawan Berawan Berawan Berawan Berawan Berawan Berawan Berawan

54
4.3 Hasil Pengukuran

Hasil pengukuran yang dipaparkan adalah hasil pengukuran parameter lingkungan


seperti pH, temperatur, Dissolved Oxygen (DO) pada lokasi pengambilan sampel.
Hasil pengukuran parameter lingkungan ini disajikan dalam bentuk tabel dan
grafik yang memaparkan nilai dan rata-rata parameter lingkungan yang didapat
pada masing-masing titik sampling.

4.3.1 Dissolved Oxygen (DO)

Hasil pengukuran kadar Dissolved Oxygen (DO) pada lokasi sampling


menunjukkan bahwa kadar DO pada masing-masing titik tidak memiliki
perbedaan yang signifikan karena titik sampling berada di garis pantai yang sama.
Hasil pengukuran kadar DO pada masing-masing titik dapat dilihat pada Tabel
4.3 dan analisis kadar DO rata-rata pada tiap titik sampling dapat dilihat pada
Gambar 4.1.

Tabel 4.3 Hasil Pengukuran Dissolved Oxygen (DO) pada Lokasi Sampling
Lokasi
Parameter Sampling
T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9
I 7,3 6,4 6,5 6,7 7,5 6,2 6,9 6,0 6,2
II 7,5 7,3 6,3 6,7 6,6 6,2 7,3 7,5 7,7
DO (mg/L) III 7,8 7,1 7,0 6,8 7,0 6,3 6,8 7,0 7,0
Rata-rata 7,5 6,9 6,6 6,7 7,0 6,2 7,0 6,8 7,0
Std. Deviasi 0,2 0,5 0,4 0,1 0,4 0,1 0,3 0,8 0,8

9
8
7
6
DO (mg/L)

5
4
3
2
1
0
T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9
Titik Sampling

Gambar 4.1 Kadar Dissolved Oxygen (DO) Rata-Rata pada Lokasi Sampling

55
Berdasarkan Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa rata-rata kadar Dissolved Oxygen
(DO) tertinggi terletak pada titik sampling T1 dengan nilai rata-rata 7,53 mg/L.
Hal ini disebabkan karena pada titik 1 tidak terdapat kegiatan perdagangan
masyarakat yang berwisata ke sana juga sangat sedikit. Nilai rata-rata DO
terendah terdapat pada T6 yaitu sebesar 6,23 mg/L karena pada titik ini terdapat
banyak kegiatan seperti perdagangan dan pada titik ini padat pengunjung.
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, baku mutu
untuk kadar Dissolved Oxygen (DO) di laut dengan peruntukan sebagai wisata
bahari adalah >5 mg/L. Hal ini berarti kadar DO rata-rata pada lokasi sampling
memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan

4.3.2 Temperatur

Hasil pengukuran temperatur pada tiap lokasi sampling tidak jauh berbeda satu
sama lain. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa temperatur pada semua lokasi
sampling berkisar antara 25,3°C-30,2°C. Hasil pengukuran temperatur pada
masing-masing titik sampling dapat dilihat pada Tabel 4.4 dan analisis nilai
temperatur rata-rata dapat dilihat pada Gambar 4.2.

Tabel 4.4 Hasil Pengukuran Temperatur pada Lokasi Sampling


Lokasi
Parameter Sampling
T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9
I 27,4 25,3 27,3 27,9 29,7 29,8 28,7 30,0 29,5
II 29,6 28,1 28,7 27,4 28,2 30,2 26,7 29,8 28,6
III 28,2 26,1 27,3 28,2 29,2 27,2 28,4 26,7 27,5
Temperatur
Rata-
(oC) 28,4 26,5 27,8 27,8 29,0 29,0 27,9 28,8 28,5
rata
Std.
1,1 1,4 0,8 0,4 0,8 1,6 1,1 1,8 1,0
Deviasi

35
30
Temperatur (°C)

25
20
15
10
5
0
T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9
Titik Sampling
Gambar 4.2 Hasil Pengukuran Temperatur Air Rata-Rata pada Lokasi
Sampling

56
Berdasarkan Gambar 4.2 dapat dilihat bahwa temperatur air rata-rata tertinggi
terdapat pada titik 6 yaitu sebesar 29,07°C dan temperatur terendah terdapat pada
T2 yaitu sebesar 26,50°C. Hal ini terjadi karena pada T6 sinar matahari langsung
mengenai air laut dan pada saat itu juga tidak ada angin, sedangkan pada T2
terdapat angin pada saat mengambil sampel. Berdasarkan Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, baku mutu untuk temperatur air laut dengan
peruntukan wisata bahari adalah temperatur alami, sehingga hasil pengukuran
tersebut memenuhi baku mutu.

4.3.3 Derajat Keasaman (pH)

Hasil pengukuran pH pada masing-masing titik tidak jauh berbeda satu sama lain.
Hasil pengukuran menunjukkan bahwa nilai pH yang didapat pada tiap lokasi
sampling adalah berkisar antara 8-8,5. Hasil pengukuran pH pada tiap titik dapat
dilihat pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5 Hasil Pengukuran pH pada Lokasi Sampling
Lokasi
Parameter Sampling
T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9
I 8,1 8,1 8,2 8,3 8,1 8,3 8,1 8,0 8,2
II 8,3 8,0 8,0 8,1 8,2 8,3 8,4 8,2 8,3
pH III 8,4 8,2 8,1 8,3 8,3 8,5 8,0 8,2 8,4
Rata-rata 8,3 8,1 8,1 8,2 8,2 8,4 8,2 8,1 8,3
Std. Deviasi 0,2 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,2 0,1 0,1

8,6
8,5
8,4
8,3
8,2
pH

8,1
8,0
7,9
7,8
7,7
7,6
T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9
Titik Sampling

Gambar 4.3 Nilai pH Rata-Rata pada Lokasi Sampling

57
Berdasarkan Gambar 4.3 dapat dilihat bahwa pH rata-rata tertinggi terdapat pada
T6 yaitu sebesar 8,37 dan pH rata-rata terendah terdapat pada T2 dan T3 yaitu
sebesar 8,10. Hal ini disebabkan karena pada T6 terdapat banyak aktivitas
perdagangan dan kegiatan wisata yang berpotensi menyebabkan terjadinya
pencemaran air laut pada titik ini, sedangkan pada T2 dan T3 hanya terdapat
kegiatan wisata. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22
Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup, baku mutu pH air laut dengan peruntukan wisata bahari berkisar antara 7-
8,5 sehingga nilai pH untuk lokasi sampling di Pantai Padang ini memenuhi baku
mutu yang telah ditetapkan.

4.4 Analisis Kandungan Mikroplastik pada Sampel Air

Konsentrasi mikroplastik dianalisis di laboratorium mengacu pada penelitian yang


dilakukan oleh Masura (2015). Karakteristik mikroplastik pada sampel air yang
diamati adalah konsentrasi, warna, bentuk, ukuran, serta polimer penyusun
mikroplastik. Satuan konsentrasi mikroplastik pada sampel air adalah partikel/L.

4.4.1 Konsentrasi Mikroplastik

Konsentrasi mikroplastik rata-rata pada tiap titik sampling berbeda-beda. Selain


itu, konsentrasi mikroplastik pada sampel air juga dipengaruhi oleh berat jenis
polimernya. Semakin besar berat jenisnya, maka mikroplastik akan mengendap
pada sedimen. Sebaliknya, jika berat jenisnya lebih rendah, maka mikroplastik
tersebut dapat mengapung pada permukaan air. Distribusi konsentrasi rata-rata
mikroplastik pada tiap titik sampling dapat dilihat pada Gambar 4.4.
10
9
Konsentrasi Mikroplastik

8
7
(partikel/L)

6
5
4
3
2
1
0
T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9
Titik Sampling
Gambar 4.4 Konsentrasi Mikroplastik Rata-Rata pada Sampel Air

58
Berdasarkan Gambar 4.4 diketahui bahwa konsentrasi mikroplastik rata-rata
yang tertinggi terletak pada T2 yaitu sebesar 6,667 partikel/L karena di tepi pantai
tersebut banyak tumpukan sampah sehingga berpotensi terjadinya pemecahan
partikel plastik disana. Konsentrasi mikroplastik rata-rata terendah terdapat di T1
dan T9 dengan konsentrasi rata-rata sebesar 1,667 partikel/L. Hal ini terjadi
karena pada T1 tidak terdapat tumpukan sampah dan pada T1 tidak didatangi
banyak pengunjung, sedangkan pada T9 tidak terdapat aktivitas perdagangan dan
juga tidak dikunjungi oleh banyak masyarakat. Konsentrasi mikroplastik pada T4
memiliki nilai standar deviasi berdasarkan gambar di atas. Hal ini terjadi karena
konsentrasi mikroplastik pada T4 dari pengambilan sampel pertama hingga ketiga
memiliki perbedaan yang cukup jauh, sehingga nilai simpangan data konsentrasi
mikroplastik pada lokasi tersebut cukup tinggi. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Zhu dkk. (2019), konsentrasi mikroplastik yang didapatkan di Laut
Maowei, China berkisar antara 4,5-10 partikel/L. Sumber mikroplastik berasal
dari kegiatan budidaya biota laut dan sampah yang terbawa oleh sungai. Hasil
penelitian Digka dkk. (2018), menunjukkan bahwa konsentrasi mikroplastik pada
sampel air laut di Laut Ionia Utara adalah sebesar 1,61 partikel/m 2. Sumber
mikroplastik berasal dari kegiatan wisata, kegiatan perikanan, serta transportasi
laut yang ada di sekitar pantai. Konsentrasi mikroplastik yang didapat pada
perairan Teluk Benoa adalah 0,43-0,58 partikel/m3. Sumber mikroplastik di
daerah ini berasal dari kegiatan masyarakat di sekitar pelabuhan. Selain itu juga
terdapat sampah yang berserakan di sekitar pantai (Nugroho dkk., 2018).

4.4.2 Bentuk

Menurut Crawford & Quinn (2016), klasifikasi mikroplastik berdasarkan bentuk


yaitu serat/fiber, fragmen, film, pellet, dan foam. Saat pengambilan sampel dari
yang pertama dan ketiga, bentuk mikroplastik yang didapat berupa serat/fiber dan
film. Mikroplastik jenis pellet, fragmen, dan foam tidak ditemukan pada sampel
air, mulai dari sampling pertama hingga ketiga. Analisis bentuk diamati
menggunakan mikroskop dengan perbesaran 4× dan gambar diambil
menggunakan kamera handphone.

Mikroplastik jenis fiber/serat berasal dari pelapukan serat kain, jaring yang
digunakan oleh nelayan untuk menangkap ikan pada Pantai Padang, serta

59
pelapukan serat tali yang digunakan untuk mengikat perahu. Mikroplastik jenis
serat/fiber dapat dilihat pada Gambar 4.4.

Gambar 4.5 Mikroplastik Bentuk Fiber/Serat pada Sampel Air


Mikroplastik berbentuk film berasal dari pemecahan plastik kemasan makanan
dan minuman. Selain itu, mikroplastik berbentuk film juga berasal dari kantong
plastik. hal ini terjadi karena masih banyaknya masyarakat yang membuang
plastik kemasan makanan dan minuman sembarangan di sekitar pantai.
Mikroplastik jenis film ini diamati menggunakan mikroskop dengan perbesaran 4x
dan dapat dilihat pada Gambar 4.5.

Gambar 4.6 Mikroplastik Bentuk Film pada Sampel Air


Penyebaran bentuk mikroplastik yang didapat pada masing-masing titik
pengambilan sampel dapat dilihat pada Gambar 4.7 dan persentase bentuk
mikroplastik yang ditemukan pada sampel air dapat dilihat pada Gambar 4.8.

60
7

Kelimpahan Mikroplastik
6
Film
5
Fiber/Serat
(partikel/L) 4
3
2
1
0
T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9
Lokasi Sampling
Gambar 4.7 Penyebaran Bentuk Mikroplastik pada Sampel Air
Berdasarkan Gambar 4.7 dapat dilihat bahwa mikroplastik berbentuk film hanya
ditemukan pada T1 dengan konsentrasi rata-rata adalah sebesar 1,667 partikel/L,
untuk T2 hingga T9 tidak ditemukan mikroplastik berbentuk film. Mikroplastik
berbentuk fiber/serat ditemukan pada T2 hingga T9. Rata-rata konsentrasi
mikroplastik berbentuk fiber tertinggi terletak pada T2 yaitu sebesar 6,667
partikel/L. Mikroplastik berbentuk serat/fiber diduga berasal dari serat tekstil.
Mikroplastik berbentuk film banyak ditemukan pada T1 karena pada lokasi
tersebut banyak terdapat sampah plastik kemasan makanan yang berserakan di
tepi pantai dan juga tidak terdapat aktivitas nelayan dengan kapal di lokasi
tersebut. Bentuk fiber banyak ditemukan karena di sepanjang pantai terdapat
pengunjung yang berenang di tepi pantai dan adanya karung berisi pasir yang
terletak pada bagian bawah batu penahan ombak. Selain itu jenis serat/fiber
banyak ditemukan karena adanya aktivitas memancing, atau dari tali perahu yang
masuk ke perairan.

5%

Fiber/Serat
Film
95%

Gambar 4.8 Persentase Bentuk Mikroplastik pada Sampel Air

61
Berdasarkan Gambar 4.8 diketahui bahwa bentuk mikroplastik yang paling
dominan ditemukan pada sampel air adalah bentuk serat/fiber dengan persentase
fiber/serat adalah sebesar 95% dengan konsentrasi sebesar 33,333 partikel/L dan
mikroplastik berbentuk film sebanyak 5% dengan konsentrasi sebesar 1,667
partikel/L. Hal ini sesuai dengan Zhang dkk. (2018), bahwa mikroplastik bentuk
serat/fiber paling banyak ditemukan di perairan dalam sepuluh penelitian yang
telah dilakukan sebelumnya. Mikroplastik jenis fiber juga dominan ditemukan
pada Pantai Da Nang, Vietnam dengan persentase sebesar 99,2% (Tran Nguyen
dkk., 2020). Mikroplastik jenis serat diduga berasal dari tekstil. Serat dapat lepas
ke perairan karena adanya proses pencucian dari tekstil tersebut. Penelitian yang
dilakukan oleh Nugroho dkk. (2018) menunjukkan bahwa mikroplastik yang
dominan ditemukan adalah jenis fragmen. Sumber sampah jenis fragmen berasal
dari degradasi kemasan produk yang terbawa dari Sungai Bualu dan dari aktivitas
masyarakat di sekitar pantai.

4.4.3 Warna

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, warna mikroplastik yang berhasil


ditemukan dari sampling pertama hingga ketiga ada empat warna, yaitu merah,
hijau, biru, dan hitam. Mikroplastik berwarna putih ditemukan pada sampling
ketiga, sedangkan mikroplastik berwarna bening ditemukan pada sampling
pertama. Warna mikroplastik total yang berhasil diidentifikasi adalah enam
warna. Analisis warna diamati menggunakan mikroskop dengan perbesaran 10×
dan gambar diambil menggunakan kamera handphone.

Mikroplastik berwarna biru, hitam, merah, hijau berasal dari serpihan wadah
berbahan plastik atau serat tali dan kain. Mikroplastik berwarna bening diduga
berasal dari plastik kemasan makanan dan minuman di sekitar pantai.
Mikroplastik berwarna putih diduga berasal dari wadah plastik yang terdapat di
pantai. Analisis warna mikroplastik yang berhasil dianalisis dapat dilihat pada
Gambar 4.9 sampai Gambar 4.13.

62
Gambar 4.9 Mikroplastik Gambar 4.10 Mikroplastik
Berwarna Hitam Berwarna Merah

Gambar 4.11 Mikroplastik Gambar 4.12 Mikroplastik


Berwarna Biru Berwarna Hijau

Gambar 4.13 Mikroplastik Berwarna Bening


Persebaran warna mikroplastik yang didapat pada masing-masing titik sampling
dan persentase warna mikroplastik yang berhasil diidentifikasi dapat dilihat pada
Gambar 4.14 dan Gambar 4.15.

63
7

5
Konsentrasi Mikroplastik

4 Hijau
(partikel/L)

Bening
3 Merah

2 Hitam
Biru
1

0
T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9
Titik Sampling

Gambar 4.14 Distribusi Konsentrasi Mikroplastik Rata-Rata Berdasarkan


Warna pada Sampel Air
Berdasarkan Gambar 4.14 dapat dilihat bahwa warna yang paling dominan
ditemukan pada sampel air adalah berwarna biru, karena hampir di semua titik
ditemukan mikroplastik berwarna biru. Mikroplastik berwarna biru terbanyak
terdapat pada T4 dan T6 dengan konsentrasi rata-rata adalah 3,333 partikel/L.
Mikroplastik berwarna hijau dan warna bening merupakan warna yang paling
sedikit ditemukan pada sampel air, sedangkan mikroplastik berwarna merah
ditemukan pada T6 hingga T8. Mikroplastik berwarna hijau hanya ditemukan
pada T2 dengan konsentrasi rata-rata sebesar 1,667 partikel/L dan mikroplastik
berwarna bening ditemukan hanya di T1 dengan konsentrasi rata-rata sebesar
1,667 partikel/L. Hasil ini mengindikasikan bahwa mayoritas mikroplastik yang
ditemukan pada sampel air berasal dari sampah plastik berwarna biru.

4,762% 4,762%
Biru
14,286% 47,619% Hitam
Merah
28,571%
Bening
Hijau

Gambar 4.15 Persentase Warna Mikroplastik pada Sampel Air

64
Berdasarkan Gambar 4.15 diketahui bahwa mikroplastik berwarna biru paling
banyak ditemukan dengan persentase 47,619% dengan konsentrasi sebesar 16,667
partikel/L. Selanjutnya, mikroplastik berwarna hitam ditemukan pada sampel air
dengan persentase 28,571% dengan konsentrasi 10 partikel/L dan mikroplastik
berwarna merah dengan persentase 14,286% dengan konsentrasi sebesar 5
partikel/L. Mikroplastik berwarna bening dan hijau memiliki persentase yang
sama yaitu 4,762% dengan konsentrasi sebesar 1,667 partikel/L. Hasil yang
didapatkan sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Tran Nguyen dkk.
(2020), didapatkan hasil bahwa mikroplastik dominan ditemukan berwarna biru
dengan persentase sebesar 59,9%. Akan tetapi, pada penelitian mikroplastik yang
dilakukan di Pantai Ayah warna dominan yang ditemukan adalah berwarna bening
karena sampah plastik yang banyak ditemukan di sekitar lokasi penelitian adalah
berwarna bening (Ridlo dkk., 2020). Penelitian yang dilakukan oleh Nel &
Froneman (2015), menyatakan bahwa mikroplastik yang ditemukan di sepanjang
garis pantai bagian tenggara di Afrika Selatan lebih dari 90% berwarna biru.

4.4.4 Ukuran

Mikroplastik yang ditemukan pada masing-masing titik sampling memiliki ukuran


yang berbeda-beda. Mikroplastik yang ukurannya lebih besar diduga baru
mengalami proses degradasi, sedangkan untuk mikroplastik yang berukuran lebih
kecil telah lama mengalami proses degradasi. Persebaran mikroplastik
berdasarkan ukuran ini dibagi atas Small Microplastic (SMP) yaitu mikroplastik
yang berukuran sekitar 0,3-1 mm dan Large Microplastic (LMP) dengan ukuran
antara 1-5 mm. Mikroplastik dengan kategori SMP dan LMP diamati
menggunakan mikroskop dengan perbesaran 4× dan dapat dilihat pada Gambar
4.16 dan Gambar 4.17.

Gambar 4.16 Mikroplastik Kategori Small Microplastic (SMP)

65
Gambar 4.17 Mikroplastik Kategori Large Microplastic (LMP)
Data persebaran mikroplastik kategori SMP dan LMP pada tiap titik sampling
dapat dilihat pada Gambar 4.18, sedangkan persentase mikroplastik kategori
SMP dan LMP yang dianalisis pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar
4.18.

7
LMP (1-5 mm)
6 SMP (>1 mm)
Kelimpahan Rata-Rata

5
(partikel/L)

0
T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9
Titik Sampling
Gambar 4.18 Distribusi Mikroplastik Berdasarkan Ukuran pada Sampel Air
Berdasarkan Gambar 4.18 dapat dilihat bahwa mikroplastik jenis Large
Microplastic (LMP) tersebar merata di setiap titik sampling. Mikroplastik berjenis
Small Microplastic (SMP) hanya ditemukan pada T2, T3, T6, T7, dan T8.
Mikroplastik berjenis LMP paling banyak ditemukan pada T2 dengan konsentrasi
sebesar 5 partikel/L. Mikroplastik jenis SMP yang ditemukan pada T2, T3, T6,
T7, dan T8 memiliki konsentrasi rata-rata yang sama, yakni sebesar 1,667
partikel/L. Hasil ini menunjukkan bahwa kebanyakan mikroplastik yang
ditemukan pada sampel air baru mengalami degradasi.

66
23,810%

SMP
76,190% LMP

Gambar 4.19 Persentase Mikroplastik Berdasarkan Ukuran pada Sampel


Air
Berdasarkan Gambar 4.19 dapat dilihat bahwa Large Microplastic (LMP)
merupakan jenis mikroplastik paling dominan yang dianalisis pada penelitian ini
dengan persentase sebesar 76,190% dengan total konsentrasi sebesar 26,667
partikel/L. Mikroplastik jenis Small Microplastic (SMP) dengan persentase
23,810% dengan konsentrasi total adalah sebesar 8,333 partikel/L. Mikroplastik
dengan kategori LMP juga dominan ditemukan di Pantai Kondang Merak dan
Pantai Sendang Biru yang berasal dari serpihan jaring yang digunakan oleh
nelayan saat menangkap ikan di pantai (Savira, 2020). Penelitian yang dilakukan
oleh Digka dkk. (2018) di Laut Mediterania juga menyatakan bahwa mikroplastik
yang paling banyak ditemukan adalah jenis LMP dengan persentase sebesar
56,20%. Sebaliknya, penelitian yang dilakukan oleh Peng dkk. (2017),
menunjukkan bahwa mikroplastik yang ditemukan di Muara Chanjiang, China
lebih lebih dominan kategori SMP dengan persentase sebesar 58% yang berarti
mikroplastik yang ditemukan diduga telah lama terdegradasi sehingga ukurannya
sangat kecil.

4.4.5 Jenis Polimer Mikroplastik

Analisis polimer penyusun mikroplastik dilakukan menggunakan alat


spektroskopi Fourier Transform Infra Red (FTIR). Informasi yang dipaparkan
oleh analisis ini adalah % transmitan dan panjang gelombang. Jenis mikroplastik
yang ditemukan baik pada sampel air yaitu film bening, fiber biru, fiber hitam,
fiber hijau, fiber merah. Analisis jenis polimer ini berguna untuk mengetahui asal
sampah plastik dari mikroplastik yang didapat pada sampel air. Hasil analisis
FTIR mikroplastik pada sampel air dapat dilihat pada Gambar 4.20.

67
100% Film Bening (PC)
Fiber Hijau (PP)
% Transmittance

95% Fiber Hitam (PET)


Fiber Biru (PET)
Fiber Merah (PC)
90%

85%

80%
3.500 2.500 1.500 500
Wavenumber /cm
Gambar 4.20 Hasil Analisis Polimer Penyusun Mikroplastik pada Sampel
Air Menggunakan Spektroskopi FTIR
Berdasarkan Gambar 4.20 dapat dilihat bahwa mikroplastik jenis film bening dan
fiber merah tersusun dari polimer polikarbonat (PC) karena terdapat penyerapan
cahaya yang lemah pada rentang panjang gelombang 4.000-3.500 cm-1, kemudian
terdapat penyerapan cahaya yang kuat pada panjang gelombang 3.000 cm -1, serta
penyerapan cahaya yang kuat pada rentang panjang gelombang 2.000-500 cm-1.
Polimer polikarbonat biasanya digunakan pada kemasan pembungkus makanan
yang dibuang di tepi pantai.

Mikroplastik jenis fiber hijau tersusun dari polimer polipropilena (PP). Grafik
hasil analisis menunjukkan terdapat penyerapan cahaya yang kuat pada panjang
gelombang 3.000 cm-1 dan pada panjang gelombang 1.500 cm-1, sedangkan pada
panjang gelombang lainnya terjadi penyerapan cahaya yang lemah. Polimer
polietilena biasanya digunakan sebagai bahan dasar pembuatan botol susu,
kemasan pembungkus makanan, kantong belanja, tutup botol, serta mainan.

68
Mikroplastik jenis fiber biru, fiber hitam dan fiber merah terbentuk dari polimer
polietilen tereftalat (PET). Hal ini dibuktikan pada grafiknya menunjukkan bahwa
adanya penyerapan cahaya yang lemah pada panjang gelombang 3.500 cm-1 dan
3.000 cm-1 dan terdapat penyerapan cahaya yang lemah pada panjang gelombang
2.500 cm-1 hingga 2.000 cm-1 akan tetapi penyerapan cahaya mulai kuat kembali
pada panjang gelombang 1.500 cm-1 sampai 500 cm-1. Polietilen tereftalat
merupakan bahan dasar pembuatan tali tambang, wadah minuman, serat sintetis,
serta wadah makanan. Distribusi jenis polimer mikroplastik yang ditemukan pada
sampel air dapat dilihat pada Gambar 4.21.

7
Rata-rata Konsentrasi Mikroplastik

6 PP

5 PC
(partikel/L)

4 PET

0
T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9
Titik Sampling
Gambar 4.21 Distribusi Konsentrasi Mikroplastik Berdasarkan Jenis
Polimer pada Sampel Air
Berdasarkan Gambar 4.21 dapat dilihat bahwa jenis polimer polietilen tereftalat
(PET) terdapat di tiap titik sampling, kecuali di T1. Konsentrasi mikroplastik
dengan jenis polimer PET tertinggi terdapat pada T2 yaitu sebesar 5 partikel/L.
Polimer plastik yang paling sedikit ditemukan pada sampel air adalah
polipropilena (PP) dengan konsentrasi mikroplastik rata-rata adalah 1,667
partikel/L. Jenis polimer PP hanya ditemukan pada T2. Polimer polikarbonat (PC)
ditemukan pada T1, T6, T7, dan T8 dengan konsentrasi mikroplastik pada tiap
titik sama, yaitu 1,667 partikel/L. Selanjutnya, persentase jenis polimer
mikroplastik pada sampel air dapat dilihat pada Gambar 4.22.

69
4,762% PET PC PP

19,048%

76,190%

Gambar 4.22 Persentase Jenis Polimer Mikroplastik pada Sampel Air

Berdasarkan Gambar 4.22 dapat ditarik kesimpulan bahwa jenis polimer PET
paling dominan ditemukan pada sampel air dengan persentase 76,190% dan
konsentrasi rata-rata sebesar 26,667 partikel/L. Persentase jenis polimer PC yang
didapat sampel air adalah sebesar 19,048% dengan konsentrasi rata-rata 6,667
partikel/L. Jenis polimer PP didapat pada sampel air dengan persentase yang
sama, yaitu 4,762% dengan konsentrasi rata-rata sebesar 1,667 partikel/L.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Savira (2020) didapatkan bahwa jenis
polimer yang paling banyak ditemukan adalah polistirena (PS) dengan persentase
50%. Jenis polimer tersebut dominan ditemukan karena berdasarkan pengamatan
di lapangan, terdapat banyak styrofoam yang digunakan sebagai coolbox ikan.
Penelitian mikroplastik di pesisir Pantai Mangrove Singapura menunjukkan
bahwa jenis polimer yang dominan ditemukan adalah polietilena (PE) dan
polipropilena (PP). Jenis polimer tersebut paling banyak ditemukan karena di
sekitar pantai terdapat banyak potongan tali, serat sintetis, sampah popok, dan
jaring untuk menangkap ikan (Mohamed Nor & Obbard, 2014). Penelitian yang
dilakukan oleh Digka dkk. (2018) menunjukkan bahwa jenis polimer PE paling
banyak ditemukan di Laut Mediterania dengan persentase sebesar 67,20%.
Polimer PE paling dominan karena banyaknya sampah kemasan produk yang
ditemukan di sekitar Laut Mediterania.

70
4.5 Analisis Kandungan Mikroplastik pada Sampel Sedimen

Karakteristik mikroplastik pada sampel air yang diamati adalah konsentrasi,


warna, bentuk, ukuran, serta polimer penyusun mikroplastik. Satuan konsentrasi
mikroplastik pada sampel sedimen adalah partikel/kg sedimen kering.

4.5.1 Konsentrasi

Konsentrasi mikroplastik rata-rata pada tiap titik sampling berbeda-beda.


Konsentrasi mikroplastik pada sampel sedimen dipengaruhi oleh berat jenis
polimernya. Distribusi konsentrasi rata-rata mikroplastik pada tiap titik sampling
dapat dilihat pada Gambar 4.23.

140
120
Konsentrasi Rata-Rata

100
(partikel/kg)

80
60
40
20
0
T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9
Titik Sampling

Gambar 4.23 Konsentrasi Mikroplastik Rata-Rata pada Sampel Sedimen


Berdasarkan Gambar 4.23 terlihat bahwa konsentrasi mikroplastik tertinggi rata-
rata pada sampel sedimen terletak pada T5 dengan konsentrasi rata-rata sebesar
84,544 partikel/kg sedimen kering, sedangkan konsentrasi mikroplastik terendah
terdapat pada T9 dengan konsentrasi terendah sebesar 54,882 partikel/kg sedimen
kering. Hal ini disebabkan karena pada T6 banyak pengunjung pantai dan disana
ada aktivitas perdagangan, sedangkan pada T9 dikunjungi oleh sedikit wisatawan
dan juga tidak ada aktivitas perdagangan. Oleh karena itu, dapat diketahui bahwa
konsentrasi mikroplastik yang ditemukan pada sampel sedimen berkisar antara
54,882 sampai 84,544 partikel/kg sedimen kering. Hasil penelitian yang dilakukan
oleh Islami dkk. (2020), menyatakan bahwa konsentrasi mikroplastik yang
didapatkan di Teluk Bungus, Sumatra Barat berkisar antara 191,11-301,11
partikel/kg sedimen kering. Hal ini disebabkan oleh letak lokasi penelitian yang
lebih dekat dengan laut lepas, yaitu Samudera Hindia. Kemudian, konsentrasi
71
mikroplastik rata-rata yang didapat pada beberapa pantai wisata Kabupaten
Badung, Bali adalah sebesar 90,7±59,1 partikel/kg. Besarnya konsentrasi
mikroplastik yang didapat di pantai ini dipengaruhi oleh kegiatan wisata dan
kegiatan penangkapan ikan di sekitar pantai daerah Kabupaten Badung, Bali
(Mauludy dkk., 2019). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sagawa dkk.
(2018), konsentrasi mikroplastik yang didapatkan pada Teluk Hiroshima adalah
sebesar 1.245 partikel/kg sedimen kering. Konsentrasi yang didapatkan pada
Teluk Hiroshima ini jauh lebih banyak daripada yang didapatkan di Pantai Padang
dikarenakan lokasi sampling yang lebih luas daripada di Pantai Padang. Luas
lokasi penelitian di Teluk Hiroshima adalah 1.043 km2.

4.5.2 Bentuk

Bentuk mikroplastik yang ditemukan pada sampel sedimen mulai dari sampling
pertama hingga sampling ketiga adalah fiber/serat dan fragmen. Perbedaan bentuk
mikroplastik yang ditemukan pada sampel sedimen ini disebabkan oleh jenis
plastik yang mengalami degradasi yang berbeda pula. Mikroplastik berbentuk
pellet, film, dan foam tidak ditemukan pada sampel sedimen, mulai dari sampling
pertama hingga ketiga.

Mikroplastik berbentuk fiber/serat diduga berasal dari berasal dari pelapukan serat
kain, jaring yang digunakan oleh nelayan untuk menangkap ikan pada Pantai
Padang, serta pelapukan serat tali yang digunakan untuk mengikat perahu.
Mikroplastik jenis serat/fiber ini diamati menggunakan mikroskop dengan
perbesaran 10× dan dapat dilihat pada Gambar 4.24.

Gambar 4.24 Mikroplastik Bentuk Fiber/Serat yang Ditemukan pada


Sampel Sedimen

72
Mikroplastik berbentuk fragmen yang ditemukan berasal dari wadah plastik,
patahan plastik yang kaku, serta benda plastik lainnya yang berada di sekitar
pantai. Horton dkk. (2018) memaparkan mikroplastik berbentuk fragmen berasal
botol-botol plastik, kantong plastik dan patahan plastik yang keras . Mikroplastik
berbentuk fragmen diamati menggunakan mikroskop perbesaran 4× dapat dilihat
pada Gambar 4.25.

Gambar 4.25 Mikroplastik Bentuk Fragmen pada Sampel Sedimen


Mikroplastik berbentuk film berasal dari sampah kantong plastik. Selain itu,
mikroplastik berbentuk film juga berasal dari wadah pembungkus makanan atau
minuman yang dijual di sekitar Pantai Padang. Mikroplastik berbentuk film
diamati menggunakan mikroskop perbesaran 4× dan dapat dilihat pada Gambar
4.26.

Gambar 4.26 Mikroplastik Berbentuk Film


Berikut ini adalah persebaran mikroplastik berdasarkan bentuk pada semua titik
sampling yang dapat dilihat pada Gambar 4.27 dan persentase bentuk
mikroplastik yang ditemukan pada sampel sedimen pada Gambar 4.28.

73
20
18
16
Konsentrasi Rata-Rata

14
(partikel/kg)

12
10 Film
8 Fragmen
6 Fiber
4
2
0
T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9
Titik Sampling
Gambar 4.27 Distribusi Mikroplastik Berdasarkan Bentuk pada Sampel
Sedimen
Berdasarkan Gambar 4.27 dapat dilihat bahwa mikroplastik berbentuk serat/fiber
tersebar merata pada semua titik sampling. Konsentrasi mikroplastik berbentuk
serat/fiber tertinggi terletak pada T3 dengan konsentrasi rata-rata sebesar 16,773
partikel/kg sedimen kering. Mikroplastik berbentuk fragmen hanya ditemukan
pada T4 hingga T8 dengan konsentrasi mikroplastik fragmen tertinggi terletak
pada T5 yaitu sebesar 10,064 partikel/kg sedimen kering. Mikroplastik berbentuk
film hanya ditemukan pada T6.

Fiber Fragmen Film


1,235%

19,753%

79,012%

Gambar 4.28 Persentase Mikroplastik Berdasarkan Bentuk pada Sampel


Sedimen
Berdasarkan Gambar 4.28 dapat dilihat bahwa mikroplastik berbentuk serat/fiber
yang paling dominan ditemukan pada sampel sedimen. Persentase bentuk fiber
yang ditemukan adalah sebesar 79,012% dengan konsentrasi sebesar 109,021
partikel/kg sedimen kering dan persentase bentuk fragmen adalah sebesar
19,753% dengan konsentrasi sebesar 26,836 partikel/kg sedimen kering.

74
Mikroplastik berbentuk film memiliki persentase paling kecil, yaitu 1,235%
dengan konsentrasi sebesar 1,692 partikel/kg sedimen kering. Hasil penelitian ini
sesuai dengan penelitian Ridlo dkk. (2020), bahwa mikroplastik yang dominan
ditemukan adalah berbentuk fiber/serat dengan persentase lebih dari 70% pada
semua sampel. Penelitian yang dilakukan oleh Mauludy dkk. (2019), juga
menunjukkan bahwa mikroplastik yang dominan ditemukan di seluruh pantai
wisata di Kabupaten Badung, Bali adalah jenis fiber karena sumber sampah
plastik untuk jenis fiber lebih banyak ditemukan pada semua pantai wisata di
daerah tersebut. Mikroplastik jenis fiber juga banyak ditemukan di sepanjang
Pantai Barat dan Timur daerah Auckland, Selandia Baru dengan persentase 88%
dan mikroplastik jenis film paling sedikit dengan persentase 4% (Bridson dkk.,
2020).

4.5.3 Warna

Warna yang ditemukan pada sampel sedimen beragam pada tiap titik sampling.
Warna yang ditemukan adalah biru, merah, hijau, hitam, bening, dan putih.
Perbedaan warna mikroplastik ini terjadi akibat adanya banyak plastik yang
mengalami degradasi memiliki warna yang berbeda. Mikroplastik berwarna biru
dan hitam ditemukan pada sampel sedimen dari sampling pertama hingga
sampling ketiga, sedangkan untuk warna merah ditemukan pada sampling kedua
dan ketiga, dan untuk warna putih hanya ditemukan pada sampling kedua dan
warna bening hanya ditemukan pada sampling ketiga. Warna mikroplastik yang
ditemukan pada sampel sedimen diamati menggunakan mikroskop perbesaran 4×
dan dapat dilihat pada Gambar 4.29 hingga Gambar 4.34 .

Gambar 4.29 Mikroplastik Gambar 4.30 Mikroplastik


Berwarna Hitam Berwarna Biru

75
Gambar 4.31 Mikroplastik Gambar 4.32 Mikroplastik
Berwarna Merah Berwarna Hijau

Gambar 4.33 Mikroplastik Gambar 4.34 Mikroplastik


Berwarna Bening Berwarna Putih
Persebaran mikroplastik berdasarkan kategori warna dapat dilihat pada Gambar
4.35 dan persentase warna mikroplastik yang ditemukan pada sampel sedimen
dapat dilihat pada Gambar 4.36.

4,0
3,5
Konsentrasi Rata-Rata

3,0 Hijau
(partikel/kg)

2,5 Putih
2,0 Bening
1,5 Merah
1,0 Hitam
0,5 Biru
0,0
T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9
Titik Sampling
Gambar 4.35 Distribusi Mikroplastik Berdasarkan Warna pada Sampel
Sedimen
Berdasarkan Gambar 4.35 dapat dilihat bahwa mikroplastik biru ditemukan pada
setiap titik sampling, sedangkan mikroplastik berwarna hitam hampir ditemukan
pada setiap titik sampling, kecuali pada T7. Mikroplastik berwarna bening hanya
ditemukan pada T6 dan mikroplastik berwarna putih ditemukan pada T5.
Mikroplastik berwarna biru paling banyak ditemukan pada T6 dan T7 dengan
konsentrasi rata-rata sebesar 13,418 partikel/kg sedimen kering.

76
Biru Hitam Merah Putih Bening Hijau
1,235% 1,235% 2,469%
8,642%

20,988%

65,432%

Gambar 4.36 Persentase Mikroplastik Berdasarkan Warna pada Sampel


Sedimen
Berdasarkan Gambar 4.36 dapat dilihat bahwa warna yang paling dominan
ditemukan pada sampel sedimen Pantai Padang adalah warna biru dengan
persentase 65,432% dengan konsentrasi adalah sebesar 88,894 partikel/kg
sedimen kering. Warna mikroplastik paling banyak ditemukan berikutnya adalah
warna hitam dengan persentase 20,988% dengan konsentrasi sebesar 28,513
partikel/kg sedimen kering. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Wahdani
dkk. (2020) yaitu warna mikroplastik yang paling dominan ditemukan pada
penelitiannya adalah warna biru dan hitam. Mikroplastik yang didapat pada Laut
Baltik Selatan dominan ditemukan berwarna biru dan hitam dengan persentase
masing-masing sebesar 48,92% dan 26,08%. Mikroplastik yang ditemukan di
Muara Changjiang, Cina dominan berwarna bening dengan persentase sebesar
42% (Peng dkk., 2017). Sumber mikroplastik berwarna bening diduga berasal dari
kemasan produk yang berwarna bening yang dibawa oleh aliran Sungai Huangpu.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nel & Froneman (2015),
menunjukkan bahwa mikroplastik yang ditemukan di sepanjang garis pantai
tenggara Afrika Selatan mayoritas berwarna biru dan hitam dengan persentase
keduanya sebesar 90% yang berasal dari sampah kemasan yang ada di laut dan
kemudian terbawa ke tepi pantai.

4.5.4 Ukuran

Mikroplastik yang ditemukan pada sampel sedimen terdiri atas bermacam-macam


ukuran. Klasifikasi mikroplastik berdasarkan ukuran terbagi atas dua kategori,
yaitu Small Microplastic (SMP) dan Large Microplastic (LMP). Mikroplastik
77
golongan SMP dan LMP yang ditemukan pada sampel sedimen dapat dilihat pada
Gambar 4.37 dan Gambar 4.38 dan diamati menggunakan mikroskop dengan
perbesaran 4×.

Gambar 4.37 Mikroplastik Golongan Small Microplastic (SMP)

Gambar 4.38 Mikroplastik Golongan Large Microplastic (LMP)


Mikroplastik golongan Small Microplastic (SMP) dan Large Microplastic (LMP)
tersebar pada tiap titik sampling. Persebaran mikroplastik berdasarkan ukuran
dapat dilihat pada Gambar 4.39 dan persentase mikroplastik berdasarkan ukuran
yang ditemukan pada sampel sedimen dapat dilihat pada Gambar 4.40.

20
18 LMP (1-5 mm)
16 SMP (0,3-1 mm)
Konsentrasi Rata-Rata

14
(partikel/kg)

12
10
8
6
4
2
0
T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9
Titik Sampling
Gambar 4.39 Distribusi Mikroplastik Berdasarkan Ukuran pada Sampel
Sedimen

78
Berdasarkan Gambar 4.39 dapat dilihat bahwa mikroplastik golongan LMP
ditemukan pada tiap titik sampling, sedangkan mikroplastik golongan SMP tidak
ditemukan pada T4. Mikroplastik golongan LMP terbanyak ditemukan pada T3
dan T4 dengan konsentrasi sebesar 15,229 partikel/kg sedimen kering, sedangkan
untuk mikroplastik golongan LMP terbanyak ditemukan pada T5 dan T7 dengan
konsentrasi rata-rata sebesar 10,153 partikel/kg sedimen kering.

SMP (0,3-1 mm) LMP (1-5 mm)

35,802%

64,198%

Gambar 4.40 Persentase Mikroplastik Berdasarkan Ukuran pada Sampel


Sedimen
Berdasarkan Gambar 4.38 dapat simpulkan bahwa mikroplastik yang paling
dominan ditemukan adalah mikroplastik golongan LMP (Large Microplastic)
dengan ukuran berkisar antara 1-5 mm dengan persentase sebesar 64,198%.
Konsentrasi mikroplastik golongan LMP pada sampel sedimen adalah sebesar
87,990 partikel/kg sedimen kering. Mikroplastik golongan SMP memiliki
persentase sebesar 35,803% dengan konsentrasi mikroplastik sebesar 49,071
partikel/kg sedimen kering. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Nabizadeh dkk. (2019) bahwa mikroplastik yang ditemukan pada
garis pantai di Teluk Persia lebih banyak ditemukan dengan golongan LMP
dengan persentase sebesar 67%. Selain itu, Mikroplastik dengan kategori LMP
juga dominan ditemukan di Pantai Kondang Merak dan Pantai Sendang Biru yang
berasal dari serpihan jaring yang digunakan oleh nelayan saat menangkap ikan di
pantai (Savira, 2020). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Digka dkk.
(2018) menyatakan bahwa jenis mikroplastik yang dominan didapat adalah LMP
dengan persentase sebesar 94%. Hal ini membuktikan bahwa mikroplastik yang
didapat belum mengalami degradasi dalam waktu yang lama.

79
4.5.5 Polimer Penyusun

Analisis polimer penyusun mikroplastik dilakukan menggunakan alat


spektroskopi Fourier Transform Infra Red (FTIR). Informasi yang dipaparkan
oleh analisis ini adalah % transmitan dan panjang gelombang. Analisis jenis
polimer ini berguna untuk mengetahui asal sampah plastik dari mikroplastik yang
ditemukan pada sampel sedimen. Jenis mikroplastik yang ditemukan baik pada
sedimen antara lain fragmen hijau, fragmen biru, film bening, fiber biru, fiber
hitam, fiber hijau, fiber merah, fragmen putih, fragmen merah, dan fragmen hitam.
Hasil analisis FTIR mikroplastik dapat dilihat pada Gambar 4.41.

100% Fragmen Hijau (PC)


Fragmen Biru (PVC)
95%
Film Bening (PC)
90%
% Transmittance

Fragmen Putih (PVC)


85%
Fragmen Merah (PC)
80% Fragmen Hitam (PC)
75% Fiber Hijau (PP)

70% Fiber Hitam (PET)


Fiber Biru (PET)
65%
Fiber Merah (PC)
60%
3.500 2.500 1.500 500
Wavenumber /cm
Gambar 4.41 Hasil Analisis Polimer Penyusun Mikroplastik pada Sampel
Sedimen Menggunakan Spektroskopi FTIR
Terdapat 10 jenis mikroplastik yang ditemukan pada sampel air dan sedimen.
Polimer penyusun mikroplastik dapat dilihat dari seberapa kuatnya penyerapan
cahaya pada panjang gelombang tertentu. Mikroplastik jenis fragmen hijau, film
bening, fragmen merah, fragmen hitam, dan fiber merah berasal dari polimer
polikarbonat (PC) karena terdapat penyerapan cahaya yang lemah pada panjang
gelombang 4.000-3.500 cm-1, kemudian terdapat penyerapan cahaya yang kuat
pada panjang gelombang 3.000 cm-1, dan penyerapan gelombang yang kuat pada
rentang panjang gelombang 2.000-500 cm-1. Polikarbonat merupakan bahan dasar
yang digunakan pada wadah penyimpanan dan wadah pembungkus makanan.

Mikroplastik jenis fragmen biru dan fragmen putih berasal dari polimer polyvinyl
chloride (PVC). Hasil analisis menunjukkan terdapat penyerapan cahaya yang
kuat pada panjang gelombang 3.000 cm-1 dan pada rentang panjang gelombang

80
2.000-500 cm-1. Polimer PVC digunakan dalam bahan dasar pembuatan mainan,
kantong plastik, serta wadah penyimpanan makanan.

Mikroplastik jenis fiber hijau tersusun atas polimer polipropilena (PP). Grafik
hasil analisis menunjukkan terdapat penyerapan cahaya yang kuat pada panjang
gelombang 3.000 cm-1 dan pada panjang gelombang 1.500 cm-1, sedangkan pada
panjang gelombang lainnya terjadi penyerapan cahaya yang lemah. Polimer
polipropilena biasanya digunakan sebagai bahan dasar pembuatan botol susu,
kemasan pembungkus makanan, kantong belanja, tutup botol, serta mainan.

Mikroplastik jenis fiber biru, dan fiber hitam terbentuk dari polimer polietilen
tereftalat (PET). Hal ini dibuktikan pada grafiknya menunjukkan bahwa adanya
penyerapan cahaya yang lemah pada panjang gelombang 3.500 cm-1 dan 3.000
cm-1 dan terdapat penyerapan cahaya yang lemah pada panjang gelombang 2.500
cm-1 hingga 2.000 cm-1 akan tetapi penyerapan cahaya mulai kuat kembali pada
panjang gelombang 1.500 cm-1 sampai 500 cm-1. PET merupakan bahan dasar
pembuatan tali tambang, wadah minuman, serat sintetis, serta wadah makanan.
Penyebaran jenis polimer mikroplastik yang ditemukan pada sampel sedimen
dapat dilihat pada Gambar 4.42.

20
18
Konsentrasi Mikroplastik

16
14
(partikel/kg)

12 PVC
10 PP
8 PC
6 PET
4
2
0
T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9
Titik Sampling
Gambar 4.42 Penyebaran Jenis Polimer Mikroplastik pada Sampel Sedimen
Berdasarkan Gambar 4.42 dapat dilihat bahwa jenis polimer polietilen tereftalat
(PET) tersebar merata di tiap titik sampling. Konsentrasi mikroplastik rata-rata
jenis polimer PET tertinggi terdapat pada T3 yaitu sebesar 15 partikel/kg sedimen
kering. Jenis polimer polipropilena (PP) hanya ditemukan pada T9 dengan

81
konsentrasi mikroplastik sebesar 1,667 partikel/kg sedimen kering. Polimer
polyvinyl chloride (PVC) ditemukan pada T4, T5, T6, T7, dan T8 dengan
konsentrasi mikroplastik tertinggi terdapat pada T5 yaitu sebesar 8,333 partikel/kg
sedimen kering. Jenis polimer polikarbonat (PC) ditemukan pada T1, T3, T4, T5,
T6, dan T8. Konsentrasi mikroplastik tertinggi untuk polimer PC terdapat pada T8
yaitu sebesar 5 partikel/kg sedimen kering. Persentase jenis polimer mikroplastik
yang ditemukan pada sampel sedimen dapat dilihat pada Gambar 4.43.

PET PC PP PVC

1,235%
14,815%
12,346%

71,605%

Gambar 4.43 Persentase Jenis Polimer Mikroplastik pada Sampel Sedimen


Berdasarkan Gambar 4.43 dapat dilihat bahwa jenis polimer polietilen tereftalat
(PET) paling banyak ditemukan pada sampel sedimen dengan persentase sebesar
71,605% dengan konsentrasi mikroplastik sebesar 96,667 partikel/kg sedimen
kering. Selain itu, jenis polimer polyvinyl chloride (PVC) didapatkan pada sampel
sedimen dengan persentase 14,815% dengan konsentrasi mikroplastik sebesar
35,391 partikel/kg sampel sedimen. Polimer polikarbonat (PC) didapatkan dengan
persentase 3,704% dengan konsentrasi mikroplastik sebesar 5 partikel/kg sedimen
kering. Selanjutnya, polimer polipropilena (PP) didapatkan dengan persentase
1,235% dengan konsentrasi mikroplastik sebesar 1,667 partikel/kg.

Jenis polimer yang dominan ditemukan di garis pantai Teluk Hiroshima, Jepang
adalah foamed polystyrene (FPS) dengan persentase 90%. Jenis polimer
berikutnya yang ditemukan adalah polietilena (PE) sebanyak 5%, polipropilena
(PP) didapatkan sebanyak 3%, dan polimer lainnya sebanyak 2%. Polimer FPS
banyak ditemukan karena di sekitar Teluk Hiroshima terdapat sampah styrofoam.
Selain itu, polimer FPS lebih lama terurai pada sampel sedimen dibandingkan
dengan polimer lainnya (Sagawa dkk., 2018). Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Rahmadhani (2019), polimer yang dominan ditemukan adalah
82
jenis polietilen glikol (PEG) yaitu sebanyak 33% dan yang paling sedikit
ditemukan adalah polimer ethylene propylene diene monomer (EPDM) yaitu
sebanyak 2%. Banyaknya polimer PEG tersebut ditemukan karena banyaknya
sampah seperti potongan tekstil yang ditemukan di sekitar pantai di Pulau
Mandiangin. Hasil penelitian yang dilakukan di Laut Bohai dan Laut Kuning,
Cina menunjukkan bahwa jenis polimer mikroplastik yang paling banyak didapat
adalah jenis rayon, polietilena, dan polietilen tereftalat (PET). Sumber polimer
tersebut banyak ditemukan karena banyaknya ditemukan sampah tekstil di sekitar
Laut Bohai dan Laut Kuning (Zhao dkk., 2018).

4.6 Analisis Spasial dan Temporal

Analisis spasial merupakan analisis yang digunakan untuk mencari korelasi antara
konsentrasi mikroplastik dengan perbedaan lokasi sampling (titik sampling).
Analisis temporal merupakan analisis yang digunakan untuk mencari korelasi
antara konsentrasi mikroplastik yang didapat dengan waktu pengambilan sampel.
Analisis spasial dan temporal pada sampel air dan sedimen dilakukan
menggunakan uji one-way ANOVA menggunakan software SPSS 25. Tingkat
signifikan yang digunakan adalah sebesar 0,05 atau dengan tingkat kepercayaan
sebesar 95%. Hasil uji one-way ANOVA yang didapat pada analisis spasial dan
temporal terhadap konsentrasi mikroplastik sampel air dan sedimen dapat dilihat
pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6 Uji One-way ANOVA Berdasarkan Analisis Spasial dan Temporal
pada Sampel Air dan Sedimen
Uji ANOVA Kesimpulan
No Sampel
Spasial Temporal Spasial Temporal
Tidak ada perbedaan Tidak ada perbedaan
1 Air 0,649>0,05 0,461<0,05
yang signifikan signifikan antara
antara konsentrasi konsentrasi
mikroplastik sampel mikroplastik sampel
air terhadap air terhadap
perbedaan titik perbedaan waktu
sampling sampling
2 Sedimen 0,988>0,05 0,119>0,05 Tidak ada perbedaan Tidak ada perbedaan
yang signifikan signifikan antara
antara konsentrasi konsentrasi
mikroplastik sampel mikroplastik sampel
sedimen terhadap sedimen terhadap
perbedaan titik perbedaan waktu
sampling sampling

83
Berdasarkan Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa pada uji one-way ANOVA terhadap
analisis spasial tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara konsentrasi
mikroplastik terhadap perbedaan titik sampling, baik pada sampel air maupun
sedimen. Hal ini disebabkan karena pada tiap titik sampling terdapat sampah
plastik di sepanjang pantai meskipun terdapat perbedaan aktivitas masyarakat
pada tiap lokasi sampling sehingga tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada
sampel air. Selain itu, pada sampel air juga tidak terdapat perbedaan yang
signifikan karena tiap titik sampling terletak pada satu garis pantai yang sama
pula.

Hasil analisis temporal menunjukkan pada sampel air dan sedimen juga tidak
terdapat perbedaan yang signifikan terhadap perbedaan waktu pengambilan
sampel. Hal ini disebabkan karena pada saat pengambilan sampel cuacanya cerah,
meskipun pada waktu pengambilan sampel yang ketiga cuacanya berawan. Selain
itu, pengambilan sampel yang dilakukan dari waktu pertama hingga ketiga
dilakukan pada pagi hari, yaitu dari pukul 08.00 WIB hingga pukul 10.00 WIB.

4.7 Analisis Korelasi

Analisis parameter lingkungan rata-rata seperti Dissolved Oxygen (DO), pH, serta
temperatur, serta curah hujan yang telah didapat sebelumnya, selanjutnya
digunakan untuk analisis korelasi. Analisis korelasi yang bisa digunakan ada dua
metode, yakni korelasi Pearson dan Rank Spearman yang bertujuan untuk melihat
korelasi antara konsentrasi mikroplastik yang ditemukan pada sampel air dan
sedimen dengan DO, pH, dan temperatur. Untuk mengetahui analisis korelasi
yang akan digunakan, maka dilakukan uji normalitas terlebih dahulu terhadap data
parameter lingkungan yang telah didapat.

4.7.1 Uji Normalitas pada Parameter Lingkungan

Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah data didapat pada suatu penelitian
terdistribusi normal atau tidak. Data yang diuji adalah data parameter lingkungan
yaitu Dissolved Oxygen (DO), pH, temperatur, serta curah hujan. Uji normalitas
yang digunakan pada penelitian ini adalah uji normalitas Kolmogorov-Smirnov
karena jumlah sampel kurang dari 50 sampel. Hasil uji normalitas pada data
parameter lingkungan dapat dilihat pada Tabel 4.7.

84
Tabel 4.7 Rekapitulasi Uji Normalitas Konsentrasi Mikroplastik dengan
Parameter Lingkungan
Parameter Signifikansi Analisis Korelasi
No
Lingkungan Air Ket Sedimen Ket Air Sedimen
1. DO 0,200 >0,05 0,148 >0,05 Pearson Pearson
2. pH 0,200 >0,05 0,162 >0,05 Pearson Pearson
3. Temperatur 0,200 >0,05 0,200 >0,05 Pearson Pearson
Angka Angka
signifikan signifikan Rank Rank
4. Curah Hujan - -
tidak tidak Spearman Spearman
muncul muncul

Dasar pengambilan keputusan pada uji normalitas Kolmogorof-Smirnov adalah


dengan melihat nilai signifikansi. Apabila nilai signifikansi lebih dari 0,05 maka
data dapat dikatakan terdistribusi normal. Sebaliknya, apabila nilai signifikansi
kurang dari 0,05 maka diambil keputusan bahwa bahwa data tidak terdistribusi
dengan normal. Berdasarkan Tabel 4.7 dapat dilihat bahwa untuk parameter DO,
pH, dan temperatur memiliki nilai signifikansi lebih dari 0,05 yang berarti dapat
ditarik kesimpulan bahwa data terdistribusi dengan normal dan analisis korelasi
yang digunakan adalah korelasi Pearson. Parameter curah hujan tidak
menunjukkan adanya nilai signifikan, sehingga dapat disimpulkan bahwa data
konsentrasi mikroplastik terhadap curah hujan tidak terdistribusi normal sehingga
analisis korelasi yang digunakan adalah Rank Spearman.

4.7.2 Analisis Korelasi antara Konsentrasi Mikroplastik dengan Parameter


Lingkungan

Berdasarkan uji normalitas yang telah dilakukan, maka diputuskan analisis


korelasi untuk konsentrasi mikroplastik terhadap parameter pH, DO, dan
temperatur korelasi Pearson. Analisis korelasi untuk konsentrasi mikroplastik
terhadap data curah hujan menggunakan Rank Spearman. Rekapitulasi analisis
korelasi konsentrasi mikroplastik dengan masing-masing parameter dapat dilihat
pada Tabel 4.8.

85
Tabel 4.8 Rekapitulasi Hasil Korelasi Konsentrasi Mikroplastik dengan Parameter Lingkungan
Korelasi Korelasi
No Parameter
Air Ket Sedimen Ket Air Ket Sedimen Ket
1 DO 0,255 Tidak Berhubungan 0,147 Tidak Berhubungan -0,424 Tidak Berhubungan -0,525 Tidak Berhubungan
2 pH 0,245 Tidak Berhubungan 0,367 Tidak Berhubungan -0,432 Tidak Berhubungan 0,342 Tidak Berhubungan
3 Temperatur 0,268 Tidak berhubungan 0,287 Tidak berhubungan -0,414 Tidak Berhubungan 0,399 Tidak Berhubungan
Sangat kuat
Lemah (berbanding
4 Curah Hujan 0,333 Tidak berhubungan 0,667 Tidak berhubungan -0,866 (berbanding -0,500
terbalik)
terbalik)

86
Berdasarkan Tabel 4.8 jika dilihat dari analisis korelasi, parameter Dissolved
Oxygen (DO) baik pada sampel air dan sedimen menunjukkan nilai signifikan
>0,05 dan nilai korelasi Pearson <0,666 yang berarti tidak ada korelasi antara nilai
DO dengan konsentrasi mikroplastik. Hal ini disebabkan karena nilai DO rata-rata
pada masing-masing titik sampling tidak jauh berbeda karena letak titik sampling
pada penelitian ini berada pada satu garis pantai yang sama. Selain itu, pada
masing-masing titik sampling tidak memiliki perbedaan aktivitas yang mencolok,
seperti adanya industri di sekitar pantai. Selain itu, nilai korelasi Pearson bernilai
negatif sehingga dapat disimpulkan bahwa meningkatnya konsentrasi
mikroplastik tidak berbanding lurus dengan meningkatnya nilai DO. Grafik
hubungan antara DO dengan konsentrasi mikroplastik pada sampel air dan
sedimen dapat dilihat pada Gambar 4.44 dan Gambar 4.45.

7
7
Konsentrasi
7 MP terhadap…
DO (mg/L)

7
7 R²==0,3059
R² 0,300
6
6
6
1,667 3,333 5,000 6,667
Konsentrasi Mikroplastik (partikel/L)

Gambar 4.44 Grafik Hubungan Antara DO dengan Konsentrasi


Mikroplastik pada Sampel Air

8,0
7,8
7,6 Konsentrasi MP
7,4 terhadap DO
DO (mg/L)

7,2
7,0
6,8
6,6
6,4
R²R² = 0,21
= 0,210
6,2
6,0
54,883 57,979 63,478 63,792 66,520 72,883 78,256 79,785 84,544
Konsentrasi Mikroplastik (partikel/kg)
Gambar 4.45 Grafik Hubungan Antara DO dengan Konsentrasi
Mikroplastik pada Sampel Sedimen

87
Berdasarkan Gambar 4.44 dan Gambar 4.45 tersebut dapat dilihat bahwa nilai
R2 pada hubungan antara DO dengan konsentrasi mikroplastik pada sampel air
maupun sedimen bernilai rendah, yaitu 0,300 dan 0,210. Hal ini membuktikan
bahwa memang tidak adanya korelasi yang signifikan antara DO dan konsentrasi
mikroplastik pada sampel air dan sedimen Pantai Padang.

Parameter pH pada sampel air dan sedimen juga menunjukkan nilai signifikan
>0,05 dan nilai korelasi Pearson <0,666 yang berarti tidak adanya korelasi antara
pH dengan konsentrasi mikroplastik pada sampel air dan sedimen. Hal ini terjadi
karena kadar pH di tiap titik sama, sedangkan pada masing-masing titik sampling
jumlah mikroplastik yang ditemukan berbeda pula. Hal ini menunjukkan bahwa
tidak ada keterkaitan antara nilai pH dengan konsentrasi mikroplastik. Grafik
hubungan antara konsentrasi mikroplastik dengan pH pada sampel air dan
sedimen dapat dilihat pada Gambar 4.46 dan Gambar 4.47.

7
pH terhadap
Konsentrasi mikroplastik

6 konsentrasi MP
5
(partikel/L)

4
3

R²==0,460
0,64
2
1
0
8,1 8,18 8,22 8,28
pH

Gambar 4.46 Grafik Hubungan Antara Konsentrasi Mikroplastik dengan


pH pada Sampel Air

90
pH terhadap
Konsentrasi mikroplastik

85
konsentrasi MP
80
(partikel/kg)


R²==0,0839
0,084
75
70
65
60
55
50
8,10 8,13 8,17 8,20 8,23 8,27 8,30 8,37
pH
Gambar 4.47 Grafik Hubungan Antara Konsentrasi Mikroplastik dengan
pH pada Sampel Sedimen
88
Berdasarkan Gambar 4.46 dan Gambar 4.47 tersebut dapat dilihat bahwa nilai
R2 pada hubungan antara konsentrasi mikroplastik dengan pH pada sampel air
maupun sedimen bernilai rendah, yaitu 0,460 dan 0,084. Hal ini membuktikan
bahwa memang tidak adanya korelasi yang signifikan konsentrasi mikroplastik
dengan pH pada sampel air dan sedimen Pantai Padang.

Parameter temperatur menunjukkan nilai signifikan >0,05 pada sampel air dan
sedimen. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada korelasi antara konsentrasi
mikroplastik dengan temperatur. Hal ini disebabkan karena temperatur pada tiap
titik sampling hampir sama. Selain itu, nilai korelasi Pearson bernilai negatif pada
sampel yang berarti konsentrasi mikroplastik pada sampel air tidak berbanding
lurus. Nilai korelasi pearson pada sampel sedimen bernilai positif yang
menandakan konsentrasi mikroplastik pada sampel sedimen berbanding lurus
terhadap temperatur. Akan tetapi pada sampel sedimen maupun pada sampel air
tidak memiliki korelasi karena nilai korelasi Pearson <0,666. Grafik hubungan
antara konsentrasi mikroplastik dengan temperatur pada sampel air dan sedimen
dapat dilihat pada Gambar 4.48 dan Gambar 4.49.

7
Konsentrasi mikroplastik (partikel/L)

3 R²
R²==0,160
0,16

0
26,50 28,21 28,47 28,61
Temperatur (°C)

Gambar 4.48 Grafik Hubungan Antara Konsentrasi Mikroplastik dengan


Temperatur pada Sampel Air

89
90

Konsentrasi mikroplastik 85
(partikel/kg) 80
75
R²R²= =0,2397
0,240
70
65
60
55
50
26,50 27,77 27,83 27,93 28,40 28,53 28,83 29,03 29,07
Temperatur (°C)

Gambar 4.49 Grafik Hubungan Antara Konsentrasi Mikroplastik dengan


Temperatur pada Sampel Sedimen
Berdasarkan Gambar 4.48 dan Gambar 4.49 tersebut dapat dilihat bahwa nilai
R2 pada hubungan antara konsentrasi mikroplastik dengan temperatur pada sampel
air maupun sedimen bernilai rendah, yaitu 0,160 dan 0,240. Hal ini membuktikan
bahwa memang tidak adanya korelasi yang signifikan konsentrasi mikroplastik
dengan temperatur pada sampel air dan sedimen Pantai Padang.

Parameter curah hujan pada sampel air dan sedimen juga menunjukkan nilai
signifikan >0,05 yang berarti tidak adanya korelasi antara curah hujan dengan
konsentrasi mikroplastik pada sampel air dan sedimen. Hal ini berarti curah hujan
pada waktu pengambilan sampel memiliki perbedaan yang cukup signifikan,
sedangkan konsentrasi mikroplastik yang didapat hampir sama pada tiap kali
pengambilan sampel. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada keterkaitan antara
nilai pH dengan konsentrasi mikroplastik. Grafik hubungan antara konsentrasi
mikroplastik dengan curah hujan pada sampel air dan sedimen dapat dilihat pada
Gambar 4.50 dan Gambar 4.51.

90
5,0

Konsentrasi mikroplastik
4,5

(partikel/L) 4,0

3,5
R² =R²0,550
= 0,75
3,0

2,5

2,0
5,17 3,45 22,92
Curah hujan (mm)

Gambar 4.50 Grafik Hubungan Antara Konsentrasi Mikroplastik dengan


Curah Hujan pada Sampel Air

95
Konsentrasi mikroplastik (partikel/L)

90
85
80
75 R²R²==0,0029
0,003

70
65
60
55
50
5,17 3,45 22,92
Curah hujan (mm)

Gambar 4.51 Grafik Hubungan Antara Konsentrasi Mikroplastik dengan


Curah Hujan pada Sampel Sedimen
Berdasarkan Gambar 4.50 dan Gambar 4.51 tersebut dapat dilihat bahwa nilai
R2 pada hubungan antara konsentrasi mikroplastik dengan curah hujan pada
sampel air maupun sedimen bernilai rendah, yaitu 0,550 dan 0,003. Hal ini
membuktikan bahwa memang tidak adanya korelasi yang signifikan konsentrasi
mikroplastik dengan curah hujan pada sampel air dan sedimen Pantai Padang.

91
4.8 Perbandingan Konsentrasi Mikroplastik pada Sampel Air dengan
Sampel Sedimen

Perbandingan antara konsentrasi mikroplastik pada sampel air dan sedimen


digambarkan pada sebuah grafik. Grafik tersebut berisi konsentrasi mikroplastik
rata-rata pada tiap titik sampling selama tiga kali pengambilan sampel, baik pada
sampel air maupun sedimen. Sebelum dilakukan perbandingan konsentrasi
mikroplastik pada sampel air dengan sedimen, dilakukan konversi satuan
konsentrasi mikroplastik pada sampel air untuk menyamakan satuan dengan
konsentrasi mikroplastik pada sampel sedimen. Penyeragaman satuan dilakukan
dengan menghitung konsentrasi mikroplastik pada sampel air dikali massa jenis
air laut. Massa jenis air laut diketahui sebesar 1,025 kg/L. Hasil konversi satuan
konsentrasi mikroplastik pada sampel air dapat dilihat pada Tabel E.45 dalam
Lampiran E. Grafik perbandingan konsentrasi mikroplastik pada sampel air
dengan sampel sedimen dapat dilihat pada Gambar 4.52.

90 7
Konsentrasi Mikroplastik di Sedimen

Sedimen

Konsentrasi Mikroplastik di Air


85 Air 6
80
5
(partikel/kg)
(partikel/kg)

75
4
70
3
65
2
60
55 1

50 0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Titik Sampling

Gambar 4.52 Grafik Perbandingan Konsentrasi Mikroplastik pada Sampel


Air dan Sedimen
Berdasarkan Gambar 4.52 dapat dilihat bahwa mikroplastik pada sampel sedimen
memiliki rata-rata konsentrasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan sampel air.
Konsentrasi mikroplastik pada sampel sedimen berkisar antara 54,882-84,544
partikel/kg, sedangkan pada sampel air konsentrasi mikroplastik rata-rata berkisar
antara 1,626-6,504 partikel/L. Hal ini terjadi karena mikroplastik yang ada di
Pantai Padang lebih banyak tertimbun di dalam sedimen daripada yang

92
mengapung pada air laut. Data perbandingan konsentrasi mikroplastik dalam
sampel air dan sedimen pada masing-masing titik dapat dilihat pada Tabel 4.9.

Tabel 4.9 Perbandingan Konsentrasi Mikroplastik pada Sampel Air dan


Sedimen
Titik Konsentrasi Mikroplastik
Perbandingan
Sampling Air (partikel/kg) Sedimen (partikel/kg)
T1 1,626 66,520 1:40
T2 6,504 57,979 1:9
T3 3,252 72,883 1:22
T4 3,252 79,785 1:24
T5 3,252 78,256 1:23
T6 4,878 84,544 1:17
T7 4,878 63,792 1:13
T8 4,878 63,478 1:13
T9 1,626 54,882 1:34

Berdasarkan Tabel 4.9 dapat dilihat bahwa perbandingan mikroplastik paling


besar terdapat pada T1 dengan perbandingan sebesar 1:40. Perbandingan
mikroplastik paling kecil terdapat pada T2 dengan perbandingan sebesar 1:9. Hal
ini menunjukkan bahwa perbedaan jumlah partikel mikroplastik yang kecil antara
sampel air dan sampel sedimen karena mikroplastik yang ada lebih banyak
mengendap di sedimen daripada mikroplastik yang mengapung di air laut.
Mikroplastik berada pada sedimen karena mikroplastik yang ada di air laut
terbawa oleh ombak ke tepi pantai pada saat pasang dan tertinggal di sedimen
pada saat air laut kembali surut. Mikroplastik pada T1 memiliki nilai
perbandingan yang tinggi karena pada T1 terdapat sampah yang berserakan di tepi
pantai. Mikroplastik pada T3, T4, dan T5 memiliki perbandingan yang sama,
karena pada lokasi tersebut terdapat aktivitas perdagangan. Perbandingan
mikroplastik pada T7 dan T8 juga sama karena pada lokasi tersebut sama-sama
terdapat aktivitas wisata dan perdagangan. Selain itu, daerah tersebut didatangi
banyak pengunjung.

Penelitian yang dilakukan oleh Nugroho dkk. (2018), menunjukkan bahwa


konsentrasi mikroplastik pada sampel sedimen lebih banyak ditemukan
dibandingkan dengan sampel air. Penelitian mikroplastik di Laut Ionia Utara juga
menunjukkan hasil yang sama, konsentrasi mikroplastik pada sampel sedimen
lebih besar dari pada sampel air. Hal ini disebabkan karena air laut yang
membawa mikroplastik dari air ke tepi pantai (Digka dkk., 2018). Hasil penelitian
mikroplastik di Perairan Bangsring, Jawa Timur juga menunjukkan bahwa
mikroplastik lebih banyak didapat pada sampel sedimen dibandingkan dengan

93
sampel air. Kemudian, distribusi mikroplastik juga dipengaruhi oleh pergerakan
air di laut, sehingga mikroplastik yang awalnya berada di air secara tidak
langsung akan berpindah ke sampel sedimen (Aji, 2017).

4.9 Pengaruh Aktivitas Masyarakat di Pantai Padang dengan Konsentrasi


Mikroplastik

Konsentrasi mikroplastik yang ada di sekitar pantai padang dipengaruhi oleh


aktivitas masyarakat di Pantai Padang. Menurut Widianarko & Hantoro (2018),
semakin banyak aktivitas manusia di suatu pantai, maka konsentrasi mikroplastik
di pantai tersebut akan semakin tinggi. Menurut penelitian yang dilakukan oleh
Adfuza (2019), satuan timbulan sampah plastik di Pantai Padang pada tahun 2021
berdasarkan hasil proyeksi adalah sebanyak 0,146 L/o/h. Hal ini membuktikan
bahwa adanya potensi pencemaran mikroplastik di Pantai Padang. Perbandingan
konsentrasi mikroplastik yang didapat pada tiap titik sampling dengan aktivitas
masyarakat di Pantai Padang dapat dilihat pada Tabel 4.10.

Berdasarkan Tabel 4.10 dapat dilihat bahwa konsentrasi mikroplastik paling


tinggi terdapat pada T6 dengan konsentrasi mikroplastik pada sampel air sebesar 5
partikel/L dan pada sampel sedimen sebesar 84,544 partikel/kg sedimen kering.
Aktivitas manusia paling banyak terdapat pada T6 karena disana banyak
masyarakat yang berdagang di tepi pantai. Selain itu, pada T6 juga lebih dipadati
didatangi oleh pengunjung dibandingkan dengan lokasi sampling lainnya.
Konsentrasi mikroplastik paling rendah terdapat pada T9 dengan konsentrasi
mikroplastik pada sampel air sebesar 1,667 partikel/L sedangkan pada sampel
sedimen sebesar 54,882 partikel/kg sedimen kering karena pada T9 tidak terdapat
aktivitas perdagangan dan juga lebih sedikit didatangi oleh pengunjung
dibandingkan dengan lokasi sampling lainnya.

94
Tabel 4.10 Perbandingan Konsentrasi Mikroplastik dengan Aktivitas Masyarakat di Pantai Padang
Konsentrasi
Titik Jenis Polimer
No Aktivitas Mikroplastik Sumber Sampah Sumber Polimer Plastik
Sampling Mikroplastik
Air Sedimen
Aktivitas Kantong plastik, wadah produk, serat sintetis, Wadah produk → PC PET
1 T1 wisata 1,667 66,520 kemasan makanan, botol minuman, karung PVC PC
PE
Aktivitas PET
Sedotan minuman, tutup botol plastik, kantong PET
2 T2 wisata 6,667 57,979 PP PP
plastik, serat sintetis, kemasan produk, karung
PVC
Aktivitas Serat sintetis → PET
Plastik pembungkus makanan, botol minuman, serat PVC PET
3 T3 wisata dan 3,333 72,883
sintetis, kantong plastik PC
perdagangan
Kantong plastik → PET
Perdagangan PP PET
dan Serat tali, serat jaring, kantong plastik, wadah PVC
4 T4 3,333 79,785 PC
penangkapan produk, serat sintetis PVC
ikan Botol minuman → PET
Perdagangan PE
dan Kantong plastik, botol minuman, wadah produk, PP PVC
5 T5 3,333 78,256 kemasan makanan, sedotan minuman, serat sintetis, PC PET
penangkapan
serat tali PC
ikan Tali dan jaring → PP
Perdagangan Kantong plastik, botol minuman, wadah produk, PET PVC
6 T6 dan aktivitas 5,000 84,544 kemasan makanan, sedotan minuman, serat sintetis, PVC PET
wisata karung PC
Karung → PET
Aktivitas PET
Kantong plastik, botol minuman, wadah produk, PE
7 T7 perdagangan 5,000 63,792 PVC
kemasan makanan, sedotan minuman, serat sintetis
Sedotan → PP PC
Aktivitas PET
PET
wisata Botol minuman, kemasan produk, serat sintetis,
8 T8 5,000 63,478 Tutup botol → PP PVC
kemasan makanan
PET PC
Aktivitas
PET
wisata Botol minuman, kemasan produk, tutup botol plastik, Kemasan PC
9 T9 1,667 54,882 PP
sedotan minuman, kemasan makanan makanan → PP
PET

95
Selain itu, pada semua titik sampling terdapat mikroplastik yang berasal dari
polimer PET dan PVC. Hal ini disebabkan karena di sepanjang Pantai Padang
ditemukan sampah plastik seperti kantong plastik, botol minuman, dan kemasan
produk. Sampah karung terletak pada T1 karena pada disana terdapat batu
penahan ombak dan pada bagian bawahnya diberi karung yang berisi tanah padat.
Serat tali terdapat pada T4 karena disana terdapat aktivitas nelayan menangkap
ikan menggunakan jaring dan mengikat perahu di tepi pantai menggunakan tali.
Serat sintetis yang ada di lokasi sampling berasal dari kain yang dipasang sebagai
tenda di tepi pantai.

Jenis sampah plastik yang ditemukan di Pantai Padang sesuai dengan hasil
analisis spektroskopi Fourier Transform Infra Red (FTIR). Sampah dari wadah
produk berasal dari polimer polikarbonat (PC), polyvinyl chloride (PVC),
polietilena (PE), polietilen tereftalat (PET), dan poliropilena (PP) sehingga sesuai
dengan hasil analisis FTIR karena pada tiap titik sampling ditemukan mikroplastik
dengan jenis polimer PET, PVC, PP, dan PC. Serat sintetis biasanya terbuat dari
polimer PET dan PVC. Polimer tersebut cocok dengan jenis polimer yang
ditemukan pada T1 hingga T8, karena pada titik sampling ditemukan jenis
polimer PET. Serat sintetis tersebut berasal dari serpihan kain tenda yang
digunakan masyarakat sekitar pantai untuk berdagang. Selain itu, serat sintetis
juga berasal dari potongan kain atau benang yang digunakan oleh pengunjung
yang berenang di pantai.

Jenis polimer yang digunakan untuk membuat kantong plastik adalah polyvinyl
chloride (PVC), polietilen tereftalat (PET), dan poliropilen (PP). Hasil analisis
FTIR menunjukkan bahwa polimer tersebut ditemukan di tiap titik sampling,
sehingga dapat disimpulkan bahwa polimer PET, PVC, dan PP berasal dari
kantong plastik yang digunakan oleh masyarakat pantai untuk membungkus
makanan yang dijual di sekitar Pantai Padang. Sampah botol minuman berasal
dari polimer PET, PE, PP, dan PC, hal ini mengindikasikan bahwa polimer
mikroplastik jenis PET, PP, dan PC juga bersumber dari botol minuman yang
dijual para pedagang di sekitar Pantai Padang.

Polimer jenis polipropilena (PP), polietilen tereftalat (PET), dan polyvinyl


chloride (PVC) juga digunakan untuk membuat tali dan jaring. Polimer PET dan
PVC juga ditemukan pada T4 dan disana terdapat aktivitas penangkapan ikan dan
96
terdapat banyak perahu yang diikat menggunakan tali, sehingga polimer pada T4
dapat disimpulkan berasal dari serpihan tali dan jaring. Karung terbuat dari
polimer PET dan PE. Sampah karung terdapat pada T1, T2, dan T6 karena pada
titik sampling tersebut terdapat karung yang diisi dengan tanah yang diletakkan
dibawah batu penahan ombak. Jadi, polimer PET pada T1, T2, dan T6 berasal dari
serpihan karung.

Sedotan dan tutup botol diketahui berasal dari polimer polipropilena (PP) dan
polietilen tereftalat (PET), sehingga polimer polipropilena (PP) yang ditemukan
pada T2 dan T9 diduga berasal dari sedotan minuman dan tutup botol minuman.
Sampah kemasan makanan terbuat dari polimer PET, PP, dan PC. Hal ini sesuai
dengan jenis polimer yang ditemukan pada tiap titik sampling, karena kemasan
makanan hampir ditemukan pada tiap titik sampling.

Pencemaran mikroplastik di Pantai Padang terjadi karena pengelolaan terhadap


sampah plastik belum maksimal dilakukan. Berdasarkan hasil penelitian yang
didapat, rekomendasi yang diberikan adalah perlu dilakukannya pengelolaan
sampah plastik dengan baik dan benar, seperti menerapkan prinsip 3R (reduce,
reuse, dan recycle) untuk menekan jumlah sampah plastik yang dihasilkan,
sehingga mengurangi potensi terjadinya pencemaran sampah plastik di perairan,
khususnya di daerah pantai.

97
BAB V
KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian kandungan mikroplastik di Pantai Padang, dapat


disimpulkan bahwa:
1. Karakteristik mikroplastik yang ditemukan pada sampel air dan sedimen di
Pantai Padang yaitu:
a. Konsentrasi mikroplastik rata-rata berkisar antara 1,667-6,667 partikel/L
pada sampel air dan 54,882-84,544 partikel/kg sedimen kering pada
sampel sedimen;
b. Bentuk mikroplastik paling dominan ditemukan adalah bentuk fiber/serat
dengan persentase 95% dengan konsentrasi sebesar 33,333 partikel/L pada
sampel air dan 79,012% dengan konsentrasi sebesar 109,021 partikel/kg
sedimen kering pada sampel sedimen;
c. Warna mikroplastik yang paling banyak ditemukan adalah warna biru baik
pada sampel air maupun sampel sedimen dengan persentase 47,619%
dengan konsentrasi sebesar 16,667 partikel/L pada sampel air dan
65,432% dengan konsentrasi adalah sebesar 88,894 partikel/kg sedimen
kering pada sampel sedimen;
d. Ukuran mikroplastik yang paling banyak ditemukan pada sampel air dan
sedimen adalah kategori Large Microplastic (LMP) dengan persentase
sebesar 76,190% dengan total konsentrasi sebesar 26,667 partikel/L dan
64,198% dan konsentrasi sebesar 87,990 partikel/kg sedimen kering pada
sampel sedimen;
e. Polimer penyusun mikroplastik dominan yang ditemukan pada sampel air
dan sedimen adalah polimer polietilen tereftalat (PET) dengan persentase
sebesar 76,190% dengan konsentrasi mikroplastik sebesar 26,667
partikel/L pada sampel air dan 71,605% dengan konsentrasi mikroplastik
sebesar 96,667 partikel/kg sedimen kering.
2. Hasil analisis spasial dan temporal menunjukkan tidak terdapat perbedaan
yang signifikan antara konsentrasi mikroplastik dengan perbedaan lokasi
sampling dan perbedaan waktu sampling, serta analisis korelasi menunjukkan

98
bahwa tidak terdapatnya korelasi antara kelimpahan mikroplastik di Pantai
Padang dengan parameter Dissolved Oxygen (DO), pH, temperatur, serta
curah hujan;
3. Aktivitas masyarakat di Pantai Padang mempengaruhi konsentrasi
mikroplastik yang di Pantai Padang dan jenis polimer mikroplastik yang
didapat pada sampel sedimen dan sampel air.

5.2 Saran

Saran yang diberikan oleh Penulis terhadap penelitian selanjutnya adalah sebagai
berikut:
1. Pemerintah dan lembaga terkait lainnya sebaiknya menyusun kebijakan yang
mengatur pengendalian sampah plastik untuk meminimalisir terjadinya
pencemaran mikroplastik di perairan;
2. Menghitung timbulan sampah plastik pada masing-masing titik sampling
sehingga bisa dilakukan analisis korelasi antara konsentrasi mikroplastik pada
masing-masing titik sampling dengan timbulan sampah plastik pada masing-
masing titik sampling;
3. Mengidentifikasi jenis polimer sampah plastik yang didapat di sekitar pantai
sehingga hasil analisis FTIR yang dilakukan pada penelitian, sehingga dapat
dicocokkan dengan jenis polimer pada sampah plastik yang ditemukan;
4. Melakukan analisis konsentrasi mikroplastik dengan faktor lain parameter lain
seperti arah angin dan arah arus air laut.

99
DAFTAR PUSTAKA

Adfuza, G. P. (2019). Perencanaan Sistem Pengelolaan Sampah Kawasan Wisata


Pantai Padang, Sumatra Barat. Tugas Akhir. Andalas University: Padang.

Aji, N. A. T. (2017). Identifikasi Mikroplastik di Perairan Bangsring, Jawa Timur.


Skripsi (Vol. 4). Universitas Brawijaya.

Ayuningtyas, W. C., Yona, D., Julinda, S. H., & Iranawati, F. (2019). Kelimpahan
Mikroplastik pada Perairan di Banyuurip, Gresik, Jawa Timur. JFMR-
Journal of Fisheries and Marine Research, 3(1), 41–45.

Barnes, D. K. A., Galgani, F., Thompson, R. C., & Barlaz, M. (2009).


Accumulation and Fragmentation of Plastic Debris in Global Environments.
Philosophical Transactions of the Royal Society B: Biological Sciences,
364(1526), 1985–1998.

Bridson, J. H., Patel, M., Lewis, A., Gaw, S., & Parker, K. (2020). Microplastic
Contamination in Auckland (New Zealand) Beach Sediments. Marine
Pollution Bulletin, 151(December 2019), 110867.

Budianto, A. (2017). Pirolisis Botol Plastik Bekas Minuman Air Mineral Jenis Pet
Menjadi Fuel. Seminar Nasional Sains dan Teknologi Terapan V, 201–206.

Budiwanto, S. (2017). Metode Statistika: Untuk Mengolah Data Keolahragaan. In


Metode Statistika. Universitas Negeri Malang.

Chen, M. C., & Chen, T. H. (2020). Spatial and Seasonal Distribution of


Microplastics on Sandy Beaches Along The Coast of the Hengchun
Peninsula, Taiwan. Marine Pollution Bulletin, 151(September 2019),
110861.

Cole, M., Lindeque, P., Halsband, C., & Galloway, T. S. (2011). Microplastics As
Contaminants in the Marine Environment: A Review. Marine Pollution
Bulletin, 62(12), 2588–2597.

Crawford, C. B., & Quinn, B. (2016). Microplastic Pollutants. In Microplastic


Pollutants. Candice G. Ja

Digka, N., Tsangaris, C., Kaberi, H., Adamopoulou, A., & Zeri, C. (2018).
Microplastic Abundance and Polymer Types in a Mediterranean
Environment. 17–24.
Eerkes-medrano, D., Thompson, R. C., & Aldridge, D. C. (2015). ScienceDirect
Microplastics in freshwater systems : A Review of the Emerging Threats ,
Identification of Knowledge Gaps and Prioritisation of Research Needs.
Water Research, 75, 63–82.

Fadholi, A. (2013). Studi Dampak El Nino dan Indian Ocean Dipole ( IOD ).
Jurnal Ilmu Lingkungan, 11(1), 43–50.

Fajri, F., Rifardi, & Tanjung, A. (2012). Studi Abrasi Pantai Padang Kota Padang
Provinsi Sumatra Barat. Jurnal Perikanan dan Kelautan, 2, 36–42.

Hanif, K. H., Suprijanto, J., & Pratikto, I. (2021). Identifikasi Mikroplastik di


Muara Sungai Kendal, Kabupaten Kendal. Journal of Marine Research,
10(1), 1–6.

Harinaldi. (2005). Statistik untuk Teknik dan Sains (L. Simarmata (ed.)). Erlangga.

Horton, A. A., Jürgens, M. D., Lahive, E., van Bodegom, P. M., & Vijver, M. G.
(2018). The influence of exposure and physiology on microplastic ingestion
by the freshwater fish Rutilus rutilus (roach) in the River Thames, UK.
Environmental Pollution, 236, 188–194.
https://doi.org/10.1016/j.envpol.2018.01.044

Islami, M. D., Elizal, & Siregar, Y. I. (2020). Distribution of Microplastic at


Sediments in the Coast of Bungus Bay Padang West Sumatra Province.
Journal of Coastal and Ocean Sciences, 1(1), 7–15.

Istijono, B. (2013). Tinjauan Lingkungan dan Penanggulangan Abrasi Pantai


Padang-Sumatra Barat. Jurnal Rekayasa Sipil, 9(2), 42–49.

Korez, Š., Gutow, L., & Saborowski, R. (2019). Microplastics at the strandlines of
Slovenian beaches. Marine Pollution Bulletin, 145(May), 334–342.
https://doi.org/10.1016/j.marpolbul.2019.05.054

Lam, C. S., Ramanathan, S., Carbery, M., Gray, K., Vanka, K. S., Maurin, C.,
Bush, R., & Palanisami, T. (2018). A Comprehensive Analysis of Plastics
and Microplastic Legislation Worldwide. Water, Air, and Soil Pollution,
229(11). https://doi.org/10.1007/s11270-018-4002-z

Layn, A. A., Emiyarti, ., & Ira, . (2020). Distribusi Mikroplastik Pada Sedimen Di
Perairan Teluk Kendari. Jurnal Sapa Laut (Jurnal Ilmu Kelautan), 5(2), 115.
https://doi.org/10.33772/jsl.v5i2.12165

Lusher, A. L., Bråte, I. L. N., Munno, K., Hurley, R. R., & Welden, N. A. (2020).
Is It or Isn’t It: The Importance of isual Classification in Microplastic
Characterization. In Applied Spectroscopy (Vol. 74, Nomor 9).

Masura, J., Baker, J., Foster, G., & Courtney, A. (2015). Laboratory Methods for
the Analysis of Microplastics in the Marine Environment: Recommendations
for quantifying synthetic particles in waters and sediments. July.

Mauludy, M. S., Yunanto, A., & Yona, D. (2019). Microplastic Abundances in the
Sediment of Coastal Beaches in Badung, Bali. Jurnal Perikanan Universitas
Gadjah Mada, 21(2), 73.

Maysani, R., & Pujiastuti, H. (2020). Analisis Kesulitan Mahasiswa dalam Mata
Kuliah Statistika Deskriptif. Al Khawarizmi: Jurnal Pendidikan dan
Pembelajaran Matematika, 4(1), 32.

Mohamed Nor, N. H., & Obbard, J. P. (2014). Microplastics in Singapore’s


coastal mangrove ecosystems. Marine Pollution Bulletin, 79(1–2), 278–283.
https://doi.org/10.1016/j.marpolbul.2013.11.025

Mulyono, D. (2014). Analisis Karakteristik Curah Hujan di Wilayah Kabupaten


Garut Selatan. Jurnal Konstruksi, 13, 1–9.

Murphy, F., Ewins, C., Carbonnier, F., & Quinn, B. (2016). Wastewater
Treatment Works (WwTW) as a Source of Microplastics in the Aquatic
Environment. Environmental Science and Technology, 50(11), 5800–5808.

Nabizadeh, R., Sajadi, M., Rastkari, N., & Yaghmaeian, K. (2019). Microplastic
pollution on the Persian Gulf shoreline : A Case Study of Bandar Abbas city ,
Hormozgan Province , Iran. Marine Pollution Bulletin, 145(June), 536–546.

Nasution, L. M. (2017). Statistik Deskriptif. Jurnal Hikmah, 14(1), 5472–5476.

Nel, H. A., & Froneman, P. W. (2015). A Quantitative Analysis of Microplastic


Pollution Along The South-Eastern Coastline of South Africa. Marine
Pollution Bulletin, 101(1), 274–279.

Nugroho, D. H., Restu, I. W., & Ernawati, N. M. (2018). A Study of Microplastics


Abundance in Benoa Bay, Bali. Current Trends in Aquatic Science, 1(1), 80–
90.
Nurhayati. (2020). Pengaruh Peer Teaching Berbantuan Aplikasi SPSS terhadap
Kemampuan Penguasaan Konsep pada Materi Statistika. Jurnal Gammath, 5,
72–78.

Patchaiyappan, A., Ahmed, S. Z., Dowarah, K., Jayakumar, S., & Devipriya, S. P.
(2020). Occurrence, Distribution and Composition of Microplastics in the
Sediments of South Andaman Beaches. Marine Pollution Bulletin,
156(March), 111227.

Peng, G., Zhu, B., Yang, D., Su, L., Shi, H., & Li, D. (2017). Microplastics in
Sediments of the Changjiang Estuary, China. Environmental Pollution, 225,
283–290.

Rahmadhani, F. (2019). Identifikasi dan Analisis Kandungan Mikroplastik pada


Ikan Pelagis dan Demersal serta Sedimen dan Air Laut di Perairan Pulau
Mandangin Kabupaten Sampang. Skripsi, 1–66.

Ridlo, A., Ario, R., Al Ayyub, A. M., Supriyantini, E., & Sedjati, S. (2020).
Mikroplastik pada Kedalaman Sedimen yang Berbeda di Pantai Ayah
Kebumen Jawa Tengah. Jurnal Kelautan Tropis, 23(3), 325–332.

Rocha-Santos, T. A. ., & Duarte, A. C. (2017). Characterization and Analysis of


Microplastics.

Sagawa, N., Kawaai, K., & Hinata, H. (2018). Abundance and Size of
Microplastics in A Coastal Sea: Comparison Among Bottom Sediment,
Beach Sediment, and Surface Water. Marine Pollution Bulletin, 133
(March), 532–542.

Salvador, F., Turra, A., & Baruque-ramos, J. (2017). Science of the Total
Environment Synthetic Fibers As Microplastics in the Marine Environment :
A Review from Textile Perspective with A Focus on Domestic Washings.
Science of the Total Environment, 598, 1116–1129.

Savira, B. M. (2020). Kelimpahan dan Karakteristik Mikroplastik di Pantai


Kondang Merak dan Pantai Sendang Biru, Malang Selatan. Universitas
Brawijaya: Malang.

Scheurer, M., & Bigalke, M. (2018). Microplastics in Swiss Floodplain Soils.


Environmental Science and Technology, 52(6), 3591–3598.
SNI 6964 Bagian 8 tentang Metode Pengambilan Contoh Uji Air Laut, (2015).

Su, L., Xue, Y., Li, L., Yang, D., Kolandhasamy, P., Li, D., & Shi, H. (2016).
Microplastics in Taihu Lake, China. Environmental Pollution, 216, 711–719.

Syaifullah, M. D. (2014). Validasi Data TRMM Terhadap Data Curah Hujan


Aktual di Tiga DAS Di Indonesia. Jurnal Meteorologi dan Geofisika, 15(2),
109–118.

Tran Nguyen, Q. A., Nguyen, H. N. Y., Strady, E., Nguyen, Q. T., Trinh-Dang,
M., & Vo, V. M. (2020). Characteristics of Microplastics in Shoreline
Sediments from A Tropical and Urbanized Beach (Da Nang, Vietnam).
Marine Pollution Bulletin, 161(October), 111768.

U.S. Environmental Protection Agency. (2020). Sediment Sampling. 1–17.

Victoria, A. V. (2017). Kontaminasi Mikroplastik di Perairan Tawar. January.

Wahdani, A., Yaqin, K., Rukminasari, N., Suwarni, Nadiarti, Dwi, F. I., &
Fachruddin, L. (2020). Microplastics concentration on Manila Clam
Venerupis philippinarum in Maccini Baju Waters, Labakkang District,
Pangkajene Kepulauan Regency, South Sulawesi (in Bahasa). Maspari
Journal, 12(2), 1–13.

WHO. (2019). Microplastic In Drinking-Water. World Health Organization.

Widianarko, B., & Hantoro, I. (2018). Mikroplastik Mikroplastik dalam Seafood


Seafood dari Pantai Utara Jawa. Unika Soegijapranata:Semarang.

Zhang, K., Shi, H., Peng, J., Wang, Y., Xiong, X., Wu, C., & Lam, P. K. S.
(2018). Microplastic Pollution in China’s Inland Water Systems: A Review
of Findings, Methods, Characteristics, Effects, and Management. Science of
the Total Environment, 630, 1641–1653.

Zhao, J., Ran, W., Teng, J., Liu, Y., Liu, H., Yin, X., Cao, R., & Wang, Q. (2018).
Microplastic Pollution in Sediments from the Bohai Sea and the Yellow Sea,
China. Science of the Total Environment, 640–641, 637–645.

Zhu, J., Zhang, Q., Li, Y., Tan, S., Kang, Z., Yu, X., Lan, W., Cai, L., Wang, J., &
Shi, H. (2019). Microplastic Pollution in the Maowei Sea, A Typical
Mariculture Bay of China. Science of the Total Environment, 658, 62–68.
ANALISIS KANDUNGAN MIKROPLASTIK DI PANTAI PADANG
ORIGINALITY REPORT

5 %
SIMILARITY INDEX
5%
INTERNET SOURCES
1%
PUBLICATIONS
0%
STUDENT PAPERS

PRIMARY SOURCES

1
scholar.unand.ac.id
Internet Source 1%
2
repository.ub.ac.id
Internet Source 1%
3
cogentoa.tandfonline.com
Internet Source 1%
4
www.antonsutrisno.com
Internet Source 1%
5
123dok.com
Internet Source 1%
6
www.researchgate.net
Internet Source 1%

Exclude quotes On Exclude matches < 1%


Exclude bibliography On

Anda mungkin juga menyukai