Referat Mild Cognitive Impairment - Shelin Amanda Pusparesa
Referat Mild Cognitive Impairment - Shelin Amanda Pusparesa
Oleh:
NIM. 2130912320079
Pembimbing:
dr. Steven, M.Si, Med, Sp.S
DEPARTEMEN/KSM NEUROLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN ULM/RSUD ULIN
BANJARMASIN
November, 2022
i
ABSTRAK
ii
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................ i
ABSTRAK................................................................................................ ii
DAFTAR ISI............................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR............................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG................................................................... 1
B. TUJUAN PENULISAN................................................................ 1
C. MANFAAT PENULISAN............................................................ 1
BAB II ISI
A. DEFINISI....................................................................................... 2
B. EPIDEMIOLOGI........................................................................... 2
C. ETIOLOGI..................................................................................... 2
D. FAKTOR RISIKO......................................................................... 5
E. MANIFESTASI KLINIS............................................................... 6
F. KLASIFIKASI............................................................................... 7
G. PATOGENESIS............................................................................ 7
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG.................................................. 9
I. KRITERIA DIAGNOSIS.............................................................. 11
J. DIAGNOSIS BANDING.............................................................. 13
K. TATALAKSANA......................................................................... 14
L. KOMPLIKASI............................................................................... 16
M. PROGNOSIS................................................................................. 17
BAB III PENUTUP................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 19
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar
halaman
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisan dari referat ini adalah untuk mengetahui berbagai
informasi serta ilmu tentang mild cognitive impairment.
C. MANFAAT PENULISAN
Penulisan referat ini diharapkan dapat menambahkan wawasan bagi
penulis serta pembaca tentang mild cognitive impairment.
1
BAB II
ISI
A. DEFINISI
B. EPIDEMIOLOGI
C. ETIOLOGI
2
Mild cognitive impairment (MCI) atau gangguan neurokognitif ringan
adalah keadaan antara penurunan fungsi kognitif karena penuaan normal dan
demensia. Keadaan ini dapat berkembang menjadi demensia, sebagian besar
dalam bentuk Penyakit Alzheimer. Jadi MCI merupakan kondisi predemensia
yang menunjukan berarti bahwa proses penyakit di otak yang menyebabkan
demensia sudah mulai terbentuk. Hal ini menunjukan penyebab demensia juga
bisa menjadi penyebab dari MCI. Tidak ada penyebab tunggal mild cognitive
impairment, Semua kemungkinan penyebab mild cognitive impairment belum
sepenuhnya ditemukan. Berbagai etiologi MCI seperti penyakit sistemik, penyakit
neurologis, obat-obatan, dan gangguan kejiwaan menyebabkan hasil yang
heterogen. Dalam sejumlah kecil kasus, kondisi lain mungkin menyebabkan gejala
yang terlihat pada mild cognitive impairment. Ada banyak penyebab yang dapat
diobati yang dapat berkontribusi atau bahkan menyebabkan MCI. Penyebab ini
sering diabaikan dan diremehkan, karena beberapa penyebab ini mudah diperbaiki
dan akan meningkatkan fungsi kognitif. Salah satu penyebab yang sangat
berpengaruh yang mempengaruhi kognisi sehari-hari adalah polifarmasi. Banyak
kelas obat umum dapat memiliki efek halus pada ingatan, termasuk opioid,
pelemas otot, anxiolytics, antiepileptik, dan obat antikolinergik, yang meliputi
obat antihistamin, antidepresan, antipsikotik, dan obat inkontinensia urin.
Hipotensi relatif dan/atau hipotensi ortostatik, keduanya dapat mengurangi aliran
darah otak dan dapat menyulitkan kemampuan untuk berpikir. Sebuah studi
menemukan bahwa skor kognitif tertinggi didapatkan pada tekanan darah sistolik
sekitar 135 mmHg, tetapi menurun dengan penurunan tekanan darah. Setiap obat
berpotensi memiliki efek sampingnya sendiri dan efek samping ini dapat
ditingkatkan atau diperparah oleh interaksi obat-obat antara berbagai obat.4,5,6
Kontributor lain yang sering diabaikan dan umum untuk MCI adalah
depresi. Depresi adalah masalah besar dan dapat menyebabkan gangguan fungsi
fisik dan kognitif. Fungsi kognisi cenderung membaik begitu depresi ditangani
dan diobati secara memadai. Penelitian juga menunjukkan bahwa depresi dapat
mempercepat konversi MCI ke demensia. Kekurangan metabolik seperti
hipotiroidisme, hipoglikemia dan hiperglikemia, dehidrasi, dan defisiensi vitamin
3
B12 semua harus dinilai dan dapat segera diperbaiki, meningkatkan kognisi.
Fibrilasi atrium dapat menyebabkan kejadian embolik yang kecil dan tidak
terdeteksi, menyebabkan stroke kecil atau serangan iskemik transien, yang
menyebabkan MCI dan akhirnya demensia vaskular. Obstructive sleep apnea
adalah penyakit lain yang dapat diperbaiki yang dapat menyebabkan kelelahan
siang hari dan gangguan kognitif ketika tidak diobati. Bahkan defisit sensorik
seperti gangguan pendengaran dan visual dapat menyebabkan gangguan kognitif
dan kinerja yang buruk pada pengujian kognitif. Sebagian besar kasus dapat
diperbaiki dengan kacamata baru, operasi katarak, atau alat bantu dengar.
Hidrosefalus tekanan normal, yang menyebabkan akumulasi cairan serebrospinal
(CSF) dalam sistem ventrikel otak yang menyebabkan pembesaran ventrikel dan
akhirnya kerusakan otak, dapat memengaruhi kemampuan mengingat informasi.
Gejala hallmark termasuk triad gangguan kognisi, gaya berjalan ataksia, dan
inkontinensia urin. Seringkali, efek kognitif yang merugikan dapat dicegah jika
terdeteksi dan diobati pada awal perjalanan penyakit. Namun, sebagian besar
kasus MCI disebabkan oleh berbagai penyakit, seperti penyakit Alzheimer
parkinson, demensia lewy body , demensia vaskular, demensia frontotemporal,
dan penyebab lainnya. 6
4
Gambar 2.2. Jenis MCI dan kemungkinan etiologi7
D. FAKTOR RISIKO
Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi berupa usia, jenis kelamin,
genetik dan riwayat keluarga, disasibilitas intelektual, dan sindrom down. Risiko
terjadinya demensia meningkat secara nyata dengan meningkatnya usia,
meningkat dua kali lipat setiap 5 tahun pada individu diatas 65 tahun. Diduga
faktor genetik dan lingkungan saling berpengaruh. Di antara semua faktor genetik,
gen Apolipoprotein E yang paling banyak diteliti. Telaah sistematik studi populasi
menerangkan bahwa APOE e4 signifikan meningkatkan risiko demensia terutama
pada wanita dan populasi antara 55-65 tahun, pengaruh ini berkurang pada usia
yang lebih tua. Apabila dicurigai autosomal dominan, maka tes dapat dilakukan
hanya setelah dengan informed consent yang jelas atau untuk keperluan
penelitian.1 Faktor risiko yang dapat dimodifikasi adalah faktor risiko
5
kardiovaskular, berbagi studi kohort dan tinjauan sistematis menunjukkan bahwa
faktor resiko vaskular berkontribusi terhadap meningkatnya resiko demensia.
Secara khusus, hipertensi usia pertengahan, hiperkolesterolemia pada usia
pertengahan, diabetes melitus dan stroke semuanya telah terbukti berhubungan
dengan peningkatan resiko kejadian demensia. Pajanan kronis terhadap kadar
kortisol yang tinggi, seperti terlihat pada fase lanjut depresi juga dihipotesiskan
untuk meningkatkan risiko gangguan kognitif melalui pengurangan volume
hipokampus.1,9
E. MANIFESTASI KLINIS
Gambaran utamanya adalah turunnya penampilan kognitif (terrnasuk
hendaya daya ingat, daya belajar, dan sulit berkonsentrasi). Banyak orang yang
menyadari bahwa mereka secara bertahap menjadi lebih pelupa seiring
bertambahnya usia seperti perlu waktu lebih lama untuk memikirkan kata atau
mengingat nama seseorang. Tetapi ketika terjadi penurunan fungsi kognitif di atas
penurunan normal sesuai dengan penambahan usia menunjukan anda menderita
mild cognitive impairment (MCI). Gejala yang sering muncul pada MCI seperti
memory loss, Gangguan bahasa (misalnya Kesulitan dalam menemukan kata-
kata). Defisit perhatian (misalnya Kesulitan dalam mengikuti atau fokus pada
percakapan). Kemunduran dalam keterampilan visuospatial (misalnya,
disorientasi dalam lingkungan yang akrab dengan tidak adanya kondisi motorik
dan sensorik yang akan menjelaskan keluhan). Pasien yang menderita MCI juga
sering mengeluhkan seperti, lebih sering melupakan berbagai hal, melupakan
acara penting seperti janji temu atau keterlibatan sosial. Merasa semakin sulit
dalam membuat keputusan, merencanakan langkah-langkah untuk menyelesaikan
tugas atau memahami instruksi. kesulitan menemukan jalan di lingkungan yang
akrab dengan diri anda. Menjadi lebih impulsif atau menunjukkan penilaian yang
semakin buruk. Keluarga dan teman terdekat biasanya memperhatikan dan
menyadari adanya perubahan yang terjadi. Penderita MCI mungkin juga
mengalami depresi, mudah marah, agresi, dan gelisah.10’11’12
6
F. KLASIFIKASI
Klasifikasi MCI dikategorikan berdasarkan jenis atau domain defisit
kognitif (memori vs non-memori seperti bahasa, visuospatial, kecepatan dalam
memproses sesuatu atau fungsi eksekutif) dan luasnya defisit (tunggal domain vs.
beberapa domain). Berdasarkan kriteria ini terdapat empat subtipe MCI yaitu:
Amnestic MCI-Single Domain (a-MCI-sd), Amnestic MCI Multiple Domain (a-
MCImd), Non-Amnestic MCI Single Domain (na-MCI-sd) dan Non-Amnestic
MCI-Multiple Domain (na-MCI-md). Jenis kognitif MCI (a-MCI vs na-MCI) dan
jumlah kognitif domain yang terpengaruh (tunggal vs multipel) menentukan hasil
di masa depan dari gangguan kognitif ringan. Amnestic MCI-Single Domain
merupakan prekursor penyakit Alzheimer, sedangkan orang dengan na-MCI
cenderung berkembang menjadi demensia non-AD, seperti demensia lewy body,
demensia fronto-temporal, penyakit Huntington atau Parkinson-Demensia.3
7
penyakit serebrovaskular, demensia frontotemporal (sebagai prekursor), atau tidak
ada patologi spesifik.10
8
mencerminkan degenerasi fungsional otak. Hasil ini menunjukkan akumulasi stres
oksidatif di otak terlibat dalam patogenesis MCI dan pada awal proses AD.13
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
9
phospho tau (p-tau) dapat berdiferensiasi lebih awal pada Penyakit Alzheimer dari
penuaan normal. Beberapa perubahan lokasi dari ekspresi protein terlibat dalam
jalur pathogen dari penyakit Alzheimer (pendekatan proteomik) adalah
pendekatan lain digunakan untuk membantu deteksi dini penyakit Alzheimer.
Beberapa protein (cystatin C, / β-2 microglobulin, dan BEGF polipeptida) telah
terdeteksi melalui teknik baru, dan saat ini sudah ditemukan beberapa protein dari
CSF dan darah yang terlibat dalam patologi penyakit Alzheimer.9
10
munculnya senyawa pelacak PET yang memvisualisasikan plak amiloid dan
neurofibrillary. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa individu dengan
MCI yang pada pemeriksaan PET ditemukan adanya amiloid positif lebih
cenderung berkembang lebih pesat menjadi AD di kemudian hari.9
I. KRITERIA DIAGNOSIS
11
riwayat pengobatan. Beberapa obat, termasuk obat penenang, obat nyeri
narkotika, antikonvulsan atau antikolinergik memiliki potensi untuk
mempengaruhi fungsi kognitif. Penilaian neurologis yang akurat sangat penting
untuk menentukan etiologi gangguan kognitif. Untuk diagnosis yang akurat,
sangat penting untuk mewawancarai anggota keluarga pasien atau kenalan dekat,
yang akrab dengan mereka dalam kegiatan sehari-hari, membutuhkan
keterampilan perencanaan, organisasi dan komunikasi. Idealnya, seorang
informan harus mengenal pasien selama bertahun-tahun untuk secara memadai
mengenali kemunduran dari fungsi kognisi pasien. Informasi diterima dari
berbagai sumber harus diintegrasikan dengan benar.3
12
Tes skrining kognitif merupakan bagian penting lainnya untuk evaluasi
klinis pasien dengan MCI. The Montreal Cognitive Assesment (MoCA) dengan
cutoff 24/25 adalah alat skrining kognitif yang direkomendasikan untuk MCI.
Sensitivitas dan spesifisitas tes adalah 80,48% dan 81,19%. Namun, hal itu
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, faktor gaya hidup, dan keragaman etnis.
Misalnya, versi bahasa Cina Kanton dengan cutoff 22/23 menunjukkan
sensitivitas 78% dan spesifisitas 73% dalam mendeteksi amnestic tipe MCI.
Pemeriksaan Status Mini-Mental (MMSE) dan Skala Penilaian Dementia (DRS)
tidak direkomendasikan sebagai alat skrining untuk MCI karena keterbatasannya
dalam mendeteksi fungsi kognitif yang abnormal. Potensi penjelasan mengenai
batasan kinerja MMSE dalam mendeteksi MCI adalah faktor budaya, tingkat
pendidikan, faktor yang terkait dengan penggunaan bahasa yang sering digunakan,
dan korelasi domain kognitif pada defisit kognitif awal.5
J. DIAGNOSIS BANDING
13
transisi. Dalam praktiknya, membedakan MCI dari penurunan kognitif terkait usia
berada terutama pada tes neuropsikologis, yang menunjukkan penurunan kognitif
lebih parah dari kriteria usia tersebut. Perbedaan utama antara MCI dan penyakit
Alzheimer terletak pada kurangnya gangguan fungsional pada MCI.9
Gambar 2.6. The cognitive continuum pada penuaan normal, MCI, dan demensia9
K. TATALAKSANA
Tujuan dari perawatan MCI adalah untuk mengurangi gejala klinis yang
ada dan untuk menunda perkembangan disfungsi kognitif dan mencegah
terjadinya demensia. Sayangnya, saat ini belum ada terapi farmakologis yang
efektif untuk MCI dan juga tidak ada perawatan yang disetujui oleh FDA untuk
MCI saat ini. Perawatan MCI melibatkan skrining dan diagnosis yang memadai.
Melakukan kontrol terhadap faktor-faktor risiko vaskular (tekanan darah tinggi,
hiperkolesterolemia, diabetes mellitus) dapat bermanfaat sebagai metode
pencegahan metode untuk kasus-kasus MCI yang didasari oleh kelainan vascular.
Mengidentifikasi penyebab-penyebab yang bersifat reversibel dari MCI
(hipotiroidisme, defisiensi vitamin B12, gangguan kognitif akibat obat, depresi)
bisa memberikan manfaat dalam perawatan MCI.3,9
Saat ini belum ada terapi farmakologis yang terbukti efektif untuk MCI.
Inhibitor kolinesterase (donepezil) telah terbukti menyebabkan peningkatan
kognitif pada pasien dengan MCI amnestik bila dibandingkan dengan placebo,
namun hal tersebut belum menunjukkan hasil yang bermakna secara klinis.
Pedoman praktis tentang MCI menurut American Academy of Neurology (2018)
14
menyatakan bahwa tidak ada data yang cukup untuk mendukung penggunaan
inhibitor cholinesterase secara umum. Uji klinis pada efektivitas Inhibitor
kolinesterase tidak membuktikan bahwa mereka dapat menunda timbulnya
penyakit Alzheimer (AD) atau demensia pada individu dengan MCI. Meskipun
proses inflamasi berperan dalam patofisiologi MCI, tetapi tidak ada data saat ini
untuk penggunaani agen anti-inflamasi (misalnya, rofecoxib, celecoxib, dan
aproxen), ginkgo biloba, vitamin E, atau vitamin E ditambah vitamin C
memberikan manfaat dalam penundaan MCI menuju AD. Begitu pula yang
minuman yang mengandung flavonoid, dan V0191 menunjukkan hasil yang tidak
sesuai harapan.3,5
15
Gambar 2.7. Bukti dan kesimpulan untuk terapi nonfarmakologis pada MCI14
16
Gambar. 2.8. Bukti dan kesimpulan untuk terapi farmakologis pada MCI14
L. KOMPLIKASI
17
dari Alzheimer sedangkan MCI multi domain dapat merupakan prekursor untuk
DA maupun DV. MCI non amnestik domain tunggal dapat ditemukan pada fase
prodromal dari DFT, DV, DLB atau kelainan depresi.1
M. PROGNOSIS
18
BAB III
PENUTUP
19
DAFTAR PUSTAKA
20
https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/mild-cognitive-
impairment/symptoms-causes/syc-20354578#:~:text=Mild%20cognitive
%20impairment%20(MCI)%20is,than%20norma.
12. Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari
PPDGJ-III dan DSM-5. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika
Atmajaya. 2013. 46–47
13. Mufson EJ, Binder L, Counts SE, Dekosky ST, Detoledo-Morrell L,
Ginsberg SD, et al. Mild cognitive impairment: Pathology and
mechanisms. Acta Neuropathol. 2012;123(1):13–30.
14. Petersen RC, Lopez O, Armstrong MJ, Getchius TSD, Ganguli M, Gloss
D, et al. Practice guideline update summary: Mild cognitive impairment
report of theguideline development, dissemination, and implementation.
Neurology. 2018;90(3):126–35.
21