Sejarah May Day
Sejarah May Day
Pemogokan pertama kelas pekerja Amerika Serikat terjadi pada tahun 1806 oleh
pekerja Cordwainers. Pemogokan ini membawa para pengorganisirnya ke meja
pengadilan dan juga mengangkat fakta bahwa kelas pekerja di era tersebut bekerja dari
19 sampai 20 jam seharinya. Banyak para buruh yang meninggal ketika bekerja dan
kelelahan karena lamanya jam kerja. Sejak saat itu, perjuangan untuk menuntut
direduksinya jam kerja menjadi agenda bersama kelas pekerja di Amerika Serikat.
Ada dua orang yang dianggap telah menyumbangkan gagasan untuk menghormati
para pekerja, Peter McGuire dan Matthew Maguire, seorang pekerja mesin dari
Paterson, New Jersey. Pada tahun 1872, McGuire dan 100.000 pekerja melakukan aksi
mogok untuk menuntut mengurangan jam kerja. McGuire lalu melanjutkan dengan
berbicara dengan para pekerja and para pengangguran, melobi pemerintah kota untuk
menyediakan pekerjaan dan uang lembur. McGuire menjadi terkenal dengan sebutan
"pengganggu ketenangan masyarakat".
Satu Mei ditetapkan sebagai hari perjuangan kelas pekerja dunia pada Konggres 1886
oleh Federation of Organized Trades and Labor Unions untuk, selain memberikan
momen tuntutan delapan jam sehari, memberikan semangat baru perjuangan kelas
pekerja yang mencapai titik masif di era tersebut. Tanggal 1 Mei dipilih karena pada
1884 Federation of Organized Trades and Labor Unions, yang terinspirasi oleh
kesuksesan aksi buruh di Kanada 1872, menuntut delapan jam kerja di Amerika Serikat
dan diberlakukan mulai 1 Mei 1886.
Peristiwa Haymarket
Pada tanggal 1 Mei tahun 1886, sekitar 400.000 buruh di Amerika Serikat mengadakan
demonstrasi besar-besaran untuk menuntut pengurangan jam kerja mereka menjadi 8
jam sehari. Aksi ini berlangsung selama 4 hari sejak tanggal 1 Mei. Pada tanggal 4 Mei
1886. Para Demonstran melakukan pawai besar-besaran, Polisi Amerika kemudian
menembaki para demonstran tersebut sehingga ratusan orang tewas dan para
pemimpinnya ditangkap kemudian dihukum mati, para buruh yang meninggal dikenal
sebagai martir. Sebelum peristiwa 1 Mei itu, di berbagai negara, juga terjadi
pemogokan-pemogokan buruh untuk menuntut perlakukan yang lebih adil dari para
pemilik modal.
Pada akhir 1880-an terjadi perubahan situasi, akibat beberapa faktor penting. Pertama,
pertumbuhan yang bertahap dengan penguatan gerakan sosialis dan serikat-serikat
Buruh di seantero Eropa. Kedua, Inggris kehilangan monopolinya secara industrial atas
dunia ; yang mengakibatkan munculnya serikat buruh dengan semangat baru di Inggris
(New Unionisme). Ketiga, Perjuangan kaum buruh-buruh sosialis di Jerman
sebagaimana telah di uraikan sebelumnya.
Kejatuhan monopoli Inggris atas pasar dunia (setelah 1878), berakibat pada
melonjaknya angka pengangguran dan tekanan-tekanan sosial. Hal ini secara tajam
terjadi di pojok timur kota London. Tahun 1886 di Hyde Park, terjadi aksi demonstrasi
kaum pengangguran yang berakhir dengan kekerasan. Dengan anjloknya industri (yang
berakibat menyempitnya lapangan kerja) , membanjirlah gerakan besar dari kalangan
massa pengangguran (yang tak berpendidikan/tak berketrampilan) . Ini terjadi pada
tahun 1889. Momen yang paling mengesankan dari gerakan "Unionisme Baru" tersebut
di pimpin oleh John Burns, Tom Mann dan Bemn Tillet ( yang juga adalah anggota-
anggota Federasi Sosial Demokratik /Social Federatinj Democratic, yang bersimpati
dengan gagasan-gagasan ssosialis). Momen tersebut ketika buruh-buruh galangan
kapal dan minyak melancarkan aksi pemogokan besar-besaran. Berikut ini adalah
pengamatan ringkas yang di buat Engels sehubungan gerakan ini (di tulis oleh Engels
tahun 1892);
Pojok timur kota London (East end of London) tidak lagi merupakan "kubangan" yang
mandul sebagaimana halnya 6 tahun lalu. Ia telah kembali hidup -- menggugurkan sisa-
sisa ketidakberdayaannya-- dengan menjadi pusat markas Unionisme baru ("New
Unionism"). Yakni oirganisasi massa buruh yang " tak berketrampilan" . Organisasi iini
mungkin saja menyerap sebagian bentuk dari serikat-serikat buruh lama (yang
beranggotakan buruh-buruh yang "terampil") namun sama sekali berbeda dalam
wataknya. Serikat-serikat buruh yang lama di bangun dan bekerja, dengan
berlandaskan tradisi mapan yang masih juga di pertahankan. Contohnya saja mereka
memandang sistim pengupahan sebagai sesuatu yang sudah baku, mapan, sinal;
sesuatu yang hanya perlu di 'sesuaikan ' saja, sesuai kebutuhan anggota-anggotanya.
Sementara serikat-sertikat buruh yang baru, di lahirkan ketika kepercayaan/jaminan
bagi kelanggengan sistim pengupahan tengah terguncang sangat keras. Para pendiri
dan penganjur gerkan ini adalah --kaum sosialis-- secara sadar ataupun secara
emosional. Massa buruh yang berlimpah ini -- yang di persatukan dalam ketertindasan
yang sama-- memang nampak lugu, kasar, di pandang remeh oleh kalangan aristokrat
klas buruh. Namun harus di camkan. Pikiran mereka masih benar-benar murni.
Semuanya terbebas dari prasangka-prasangka/pandangan-pandangan "terhormat"
kaum borjuis. Sesuatu yang masih juga di pertahanakan dan diwarisi oleh para
pimpinan/anggota serikat - serikat buruh "lama". Dan sekarang kita lihat sendiri, betapa
serikat-serikat buruh yang baru ini mengambil posisi memimpin. Memberikan arah
gerakan kepada klas buruh pada umumnya. Bahkan dari waktu ke waktu mulai
menyeret serikat buruh lama yang kaya dan sombong (Korespondensi Terseleksi, New
York, halaman 465).
Momen penting yang melatari intrernasional kedua adalah peringatan ke-100 tahun
Revolusi Besar Perancis 1889. Tercatat tidak kurang dari 69 kongres bertaraf
internasional di selenggarakan -- bersamaan dengan pameran internasional yang juga
di adakan di Paris oleh Pemerintah Perancis -- untuk memperingati peringatan
bersejarah tersebut. Di antara kongres-kongres tersebut, terdapat dua kongres terpisah
yang mewakili kaum buruh dan sosialis dari dua kubu yang berbeda. Yang satu di
rancang oleh kaum sosialis Jerman dan di selenggarakan oleh kaum Guesdites
Perancis, sedangkan yang lainnya di rancang oleh pimpinan serikat Buruh Inggris
bersama kauam reformis Perancis (biasa di sebut kaum Posibilis)
Mengenai hal ini, Hyndman, seorang sosialis dari Inggris berkomentar," Dua kongres
yang saling menjelek-jeelekkan satu sama lain itu, diselenggarakan di gedung yang
terpisah; oleh kaum posibilis dan imposibilis. Sedangkan kaum anarkis, bersikap netral
dengan menghadiri kedua-duanya. Pemberitaan di koran-koran tyentang pertengkaran
di antara persaudaraan sosialis yang tidak mau akur, di sambut dengan cemooh/
ejekan oleh dunia yang bebal " (lihat-Braunthal, Sejarah Internasional, Volume 1
halaman 198-200). Apapun juga, adalah kongres kaum Imposibilis yang berbasiskan
prinsip-prinsip Marxis; yang ternyata menghasilkan kesatuan dan vitalitas. Sejarah
mencatat bahwa kongres itu pulalah yang merupakan tonggak pendirian Internasional
Kedua. Kongres itu sendiri secara resmi di sahkan menjadi kongres Internasional
Kedua.
Ada dua persoalan praktis yang mengedepan dalam kongres ini. Untuk menangkis
anggapan pihak-pihak yang bersikap bahwa, " Undang-undang perburuhan adalah tidak
sesuai dengan prinsip-prinsip sosialis"; kongres ini justru menyerukan kaum buruh
untuk mendukung program legislasi/undang-undang perburuhan secara internasional.
Kongres juga menetapkan dukungan untuk perjuangan delapan kerja, yang dilancarkan
oleh Federasi Buruh Amerika (American Federation of Labour/AFL) Walaupun pada
saat itu, AFL tidak hadir dalam salah satu kongres tersebut di atas; AFL telah
mengirimkan pesan dukuhgan kepada kedua-duanya. Pada saat yang sama AFL
mengajak kaum buruh, untuk ikut mendukung kampanye tuntutan delapan jam kerja.
Kampanye itu sendiri di jadwalkan untuk di mulai pada 1 Mei 1890. Kongres Pertama
Internasional kedua menetapkan, untuk melakukan persiapan bagi demonstrasi
serentak yang akan di lancarkan secara Internasional pada tanggal tersebut. Dengan
demikian, di awalilah tradisi peringatan 1 Mei (May Day) secara Internasional. AFL
sendiri,-- yang ajakannya melahirkan peringatan 1 Mei -- di kemudian hari ternyata
memisahkan diri dari tradisi peringatan hari libur kaum sosialis (secara internasional).
Mereka malah mempromosikan hari buruh secara tersendiri, dengan semangat
nasionalis borjuis. Pada bulan Juli 1889, Kongres Sosialis Dunia yang diselenggarakan
di Paris menetapkan peristiwa di AS tanggal 1 Mei itu sebagai hari buruh sedunia dan
mengeluarkan resolusi berisi:
Sebuah aksi internasional besar harus diorganisir pada satu hari tertentu dimana
semua negara dan kota-kota pada waktu yang bersamaan, pada satu hari yang
disepakati bersama, semua buruh menuntut agar pemerintah secara legal mengurangi
jam kerja menjadi 8 jam per hari, dan melaksanakan semua hasil Kongres Buruh
Internasional Perancis.
Resolusi ini mendapat sambutan yang hangat dari berbagai negara dan sejak tahun
1890, tanggal 1 Mei, yang diistilahkan dengan May Day, diperingati oleh kaum buruh di
berbagai negara, meskipun mendapat tekanan keras dari pemerintah mereka.
Tahun itu (1904), merupakan masa kejayaan internasional kedua dan gagasan
Marxisme yang diembannya. Kejayaan ini masih tetap di tingkatkan, ketika revolusi
Rusia yang pertama meletus pada tahun berikutnya (1905) … ketika klas buruh yang
masih begitu mudah -- di bawah kepemimpinan sosial demokrasi -- untuk pertama kali
menunjukkan kegagahan Revolusionernya.1
Tapi sejak masa pemerintahan Orde Baru hari Buruh tidak lagi diperingati di Indonesia,
dan sejak itu, 1 Mei bukan lagi merupakan hari libur untuk memperingati peranan buruh
dalam masyarakat dan ekonomi. Ini disebabkan karena gerakan buruh dihubungkan
dengan gerakan dan paham komunis yang sejak kejadian G30S pada 1965 ditabukan
di Indonesia. Semasa Soeharto berkuasa, aksi untuk peringatan May Day masuk
kategori aktivitas subversif, karena May Day selalu dikonotasikan dengan
ideologi komunis. Konotasi ini jelas tidak pas, karena mayoritas negara-negara di dunia
ini (yang sebagian besar menganut ideologi nonkomunis, bahkan juga yang menganut
prinsip antikomunis), menetapkan tanggal 1 Mei sebagai Labour Day dan
menjadikannya sebagai hari libur nasional. Setelah era Orde Baru berakhir, walaupun
bukan hari libur, setiap tanggal 1 Mei kembali marak dirayakan oleh buruh di Indonesia
dengan demonstrasi di berbagai kota.
Kekhawatiran bahwa gerakan massa buruh yang dimobilisasi setiap tanggal 1 Mei
membuahkan kerusuhan, ternyata tidak pernah terbukti. Sejak peringatan May
1
https://www.marxists.org/indonesia/archive/novack/001-2.htm
2
https://www.suara.com/news/2023/04/27/092000/sejarah-dan-arti-may-day-hari-buruh-sedunia-diperingati-
setiap-tanggal-1-mei
Day tahun 1999 hingga 2006 tidak pernah ada tindakan destruktif yang dilakukan oleh
gerakan massa buruh yang masuk kategori "membahayakan ketertiban umum". Yang
terjadi malahan tindakan represif aparat keamanan terhadap kaum buruh, karena
mereka masih berpedoman pada paradigma lama yang menganggap peringatan May
Day adalah subversif dan didalangi gerakan komunis.
1998
Peringatan hari buruh se dunia pra reformasi, sebelum mundurnya Presiden Soeharto,
diperingati pada tanggal 1 Mei 1998, bertempat di Kampus FKUI Salemba, Jakarta.
Diinisiasi STOVIA (organisasi gerakan mahasiwa FKUI Salemba), KBUI (Keluarga
Besar UI) dan KOBAR (Komite Buruh untuk Aksi Reformasi). Aksi pada 1 Mei 1998 ini
hanya dihadiri oleh Mahasiswa sementara elemen gerakan buruh saat itu dihadang
oleh aparat di depan LBH Jakarta.
Peringatan pada 1 Mei tetap berlangsung tanpa kehadiran elemen gerakan buruh. Aksi
gabungan peringatan hari buruh sedunia 1 Mei 1998 dilakukan lagi sehari sesudahnya
pada tanggal 2 Mei 1998, tetap bertempat di Kampus FKUI Salemba, bersamaan
dengan hari Pendidikan Nasional dan dihadiri oleh massa gerakan buruh dan gerakan
mahasiswa. Di Indonesia sendiri, baru pada masa reformasi, hari buruh kembali rutin
dirayakan di banyak kota, dan mengusung berbagai tuntutan mulai dari kesejahteraan
hingga penghapusan sistem alih daya. BJ Habibie sebagai presiden pertama di
reformasi melakukan ratifikasi konvensi ILO Nomor 81 tentang kebebasan berserikat
buruh.
1999
Peringatan hari buruh se dunia pertama di awal Era Reformasi diperingati pada tanggal
1 Mei 1999, bertempat di Kampus FKUI Salemba, Jakarta. Diinisiasi STOVIA
(organisasi gerakan mahasiwa FKUI Salemba), KBUI (Keluarga Besar UI) dan KOBAR
(Komite Buruh untuk Aksi Reformasi). Peringatan hari Buruh Sedunia 1 Mei 1999 ini
dihadiri oleh ribuan peserta, baik dari gerakan buruh yang diorganisir oleh KOBAR dan
mahasiswa STOVIA - FKUI, dan KBUI.
2003
Tahun 2003 di bawah rezim Megawati,pemerintah mengesahkan UU No. 13 tentang
Ketenagakerjaan, yang dimana UU ini dikritik oleh serikat buruh karena melegalkan
system kerja kontrak dan outsourcing. Terdapat Labor Market Flexibility (Fleksibilitas
pasar tenaga kerja) yang dipraktekkan sehingga buruh dianggap sebagai komoditi yang
bisa dipecat kapan aja, dan direkrut kapan saja. Ini membuktikan system neoliberalisme
dilakukan dalam system kerja benar-benar terjadi. Tahun-tahun berikutnya semakin
banyak serikat buruh yang mengkritisi hal ini dengan bersatu membuat sebuah aliansi
yang bernama ABM (Aliansi Buruh Menggugat) yang menolak UU ini.
2006
Aksi May Day 2006 terjadi di berbagai kota di Indonesia, seperti
di Jakarta, Lampung, Makassar, Malang, Surabaya, Medan, Denpasar, Bandung, Sema
rang, Samarinda, Manado, dan Batam. Di Jakarta unjuk rasa puluhan ribu buruh
terkonsentrasi di beberapa titik seperti Bundaran HI dan Parkir Timur Senayan, dengan
sasaran utama adalah Gedung MPR/DPR di Jalan Gatot Subroto dan Istana
Negara atau Istana Kepresidenan. Selain itu, lebih dari 2.000 buruh juga beraksi di
Kantor Wali Kota Jakarta Utara. Buruh yang tergabung dalam aksi di Jakarta datang
dari sejumlah kawasan industri di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang,
dan Bekasi (Jabodetabek) yang tergabung dalam berbagai serikat atau organisasi
buruh. Mereka menolak revisi Undang-undang Nomor 13 tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan yang banyak merugikan kalangan buruh dengan aliansi ABM.
2007
Di Jakarta, ribuan buruh, mahasiswa, organisasi kepemudaan, dan masyarakat turun ke
jalan. Berbagai titik di Jakarta dipenuhi para pengunjuk rasa, seperti Kawasan Istana
Merdeka, Gedung MPR-DPR-DPD, Gedung Balai Kota dan DPRD DKI, Gedung
Depnaker dan Disnaker DKI, serta Bundaran Hotel Indonesia.
Di Yogyakarta, ratusan mahasiswa dan buruh dari berbagai elemen memenuhi Kota
Yogyakarta. Simpang empat Tugu Yogya dijadikan titik awal pergerakan. Buruh dan
mahasiswa berangkat dari titik simpul Tugu Yogya menuju depan Kantor Pos
Yogyakarta. Di Solo, aksi dimulai dari Perempatan Panggung yang dilanjutkan dengan
berjalan kaki menuju Bundaran Gladag sejauh 3 km untuk menggelar orasi lalu
berbelok menuju Balai Kota Surakarta yang terletak beberapa ratus meter dari Gladag.
Aksi serupa juga digelar oleh dua ratusan buruh di Sukoharjo. Massa aksi tersebut
mendatangi Kantor Bupati dan Kantor DPRD Sukoharjo. Di Bandung, para buruh
melakukan aksi di Gedung Sate dan bergerak menuju Polda Jawa Barat dan kantor
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinaskertrans) Jawa Barat. Di Serang, ruas
jalan menuju Pandeglang, Banten, lumpuh sejak pukul 10.00 WIB. Sekitar 10.000 buruh
yang tumplek di depan Gedung DPRD Banten memblokir Jalan Palima. Di Semarang,
ribuan buruh berunjuk rasa secara bergelombang sejak pukul 10.00 WIB. Mengambil
start di depan Masjid Baiturrahman di Kawasan Simpang Lima, Kampus Undip
Pleburan, dan Bundaran Air Mancur di Jalan Pahlawan, lalu menuju gedung DPRD
Jawa Tengah.
Sekitar 2 ribu buruh di kota Makassar mengawali aksinya dengan berkumpul di simpang
Tol Reformasi. Dari tempat tersebut, mereka kemudian berjalan kaki menuju kantor
Gubernur Sulsel Jl Urip Sumoharjo. Di kota Palembang, aksi buruh dipusatkan di
lapangan Monumen Perjuangan Rakyat (Monpera). Di Sidoarjo, ratusan buruh yang
melakukan aksi di Gedung DPRD Sidoarjo, Jawa Timur. Ribuan buruh
di Pekalongan melakukan demo mengelilingi Kota Pekalongan. Aksi dimulai dari Alun-
alun Pekauman Kota Pekalongan, melewati jalur pantura di Jalan Hayam Wuruk, dan
berakhir di halaman Gedung DPRD Kota Pekalongan. Longmarch dilakukan sepanjang
sekitar enam kilometer. Di Medan, sekitar 5 ribu buruh mendatangi DPRD Sumut dan
Pengadilan Negeri Medan.
2008
Sekitar 20 ribu buruh melakukan aksi longmarch menuju Istana Negara pada
peringatan May Day 2008 di Jakarta. Mereka berkumpul sejak pukul 10 pagi
di Bundaran Hotel Indonesia.
Sementara itu 187 aktivis Jaringan Anti Otoritarian dihadang dan ditangkap dengan
tindakan represif oleh personel Polres Jakarta Selatan seusai demonstrasi di depan
Wisma Bakrie, saat hendak bergabung menuju bundaran HI. Di Depok, 5 truk
rombongan buruh yang hendak menuju Jakarta ditahan personel Polres Depok. Di
Medan, polisi melarang aksi demonstrasi dengan alasan hari raya Kenaikan Isa
Almasih. Aksi buruh di Yogyakarta juga dihadang Forum Anti Komunis Indonesia.
Aksi ini dilakukan oleh pelbagai organisasi buruh yang tergabung Aliansi Buruh
Menggugat dan Front Perjuangan Rakyat, serta diikuti berbagai serikat buruh dan
organisasi lain, seperti Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jakarta, Buruh Putri Indonesia,
Kesatuan Alinasi Serikat Buruh Independen (KASBI), Serikat
Pekerja Carrefour Indonesia, Serikat Buruh Jabotabek (SBJ), komunitas waria, organ-
organ mahasiswa dan lain sebagainya.[6]
2009
Belasan ribu buruh, aktivis dan mahasiswa dari berbagai elemen dan organisasi
memperingati Hari Buruh Sedunia dengan melakukan aksi longmarch dari Bundaran HI
menuju Istana Negara, Jakarta. Aksi ini tergabung dalam dua organisasi payung, Front
Perjuangan Rakyat (FPR) dan Aliansi Buruh Menggugat (ABM). Ribuan buruh yang
tergabung dalam ABM, tertahan dan dihadang oleh ratusan aparat kepolisian sekitar
500 meter dari Istana.
2010
Bertepatan dengan Hari Buruh Internasional, ribuan pengunjuk rasa melakukan unjuk
rasa di Bundaran Hotel Indonesia di Jalan M.H. Thamrin, Jakarta Pusat. Dari Bundaran
HI, mereka kemudian bergerak ke depan Istana Negara.[8] Mereka menuntut akan
jaminan sosial bagi buruh. Kalangan buruh menganggap penerapan jaminan sosial saat
ini masih diskriminatif, terbatas, dan berorientasi keuntungan. [9]
Di depan Istana, sempat terjadi kericuhan yang berlangsung sekitar 15 menit pada
pukul 14.00 WIB. Petugas kepolisian mengamankan dua orang pengunjuk rasa untuk
dimintai keterangan. Menurut Kadiv Humas Polri, Irjen Pol Edward Aritonang, kedua
demonstran tersebut berasal dari salah satu lembaga antikorupsi, KAPAK (Komite Aksi
Pemuda Anti Korupsi). Setelah insiden itu, secara umum kondisi aksi unjuk rasa
berjalan kondusif kembali hingga selesainya aksi pada pukul 16.00 WIB
2011
Ribuan buruh Indonesia merayakan Hari Buruh Internasional atau May Day, Minggu
(01/05) di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta. Mereka menyerukan adanya kepastian
jaminan sosial bagi para buruh di Indonesia sambil meneriakkan yel-yel perjuangan
eperti "Hidup Buruh" dan "Berikan Hak-Hak Buruh," serta mereka berpawai menuju
Istana Negara.
2012
Kapolda Metro Jaya, Irjen Polisi DR. Untung S.Rajab, Kamis 3 Mei 2012 menerima
sejumlah tokoh serikat buruh yang terlibat langsung pengerakan aksi demo besar-
besaran di ibu kota Jakarta menyambut May Day 2012 atau Hari Buruh Internasional.
Tokoh buruh yang menemui Kapolda, diantaranya ketua aksi dan koordinator
Lapangan. Kemudian mereka bersama Kapolda memberi keterangan pers.
Bari Silitonga selaku ketua aksi pada peringatan Hari Buruh Internasioanl itu kepada
wartawan mengatakan, kedatangan mereka menemui Kapolda Metro Jaya untuk
memberi apresiasi positif kepada Polda Metro Jaya dan jajarannya yang telah
mengawal aksi demo buruh pada Selasa 1 Mei 2012, sehingga aksi buruh dapat
berjalan lancar, tertib dan aman, tanpa mendapat gangguan sampai selesai.
Meskipun tuntutan serikat buruh hanya sebagaian kecil mendapat tanggapan positif dari
Pemerintah, kami buruh merasa perlu memberi apresiasi kepada jajaran Polda Metro
Jaya yang telah mengamankan aksi demo buruh sejak awal hingga selesai pada 1 Mei
2012. Mengenai tuntutan buruh yang belum tercapai, itu akan terus diperjuangkan
buruh dan tidak akan pernah berhenti, kata Bari Silitonga.
Kedatangan sejumlah tokoh buruh ini, disambut gembira oleh Kapolda Metro Jaya, Irjen
Polisi DR.Untung S.Rajab. Kepada wartawan dikatakannya, jajaran Polda Metro Jaya
juga memberi apresiasi dan sangat berterima kasih kepada seluruh anggota serikat
buruh, dimana selama melakukan aksi demonya pada May Day 2012 tetap tertib dan
tidak melanggar hukum.
Menurut Irjen Polisi DR.Untung S.Rajab, buruh maupun serikat buruh telah
menunjukkan kepada masyarakat suatu contoh positif, bahwa untuk menyampaikan
aspirasi melalui aksi demo dapat dilakukan secara tertib dan damai. Buruh telah
memberi contoh, meskipun massa yang diturunkan puluhan ribu, aksi demo mereka
tidak mengganggung keamanan dan ketertiban masyarakat.
“Aksi buruh 1 Mei kemarin merupakan bukti, bahwa aksi demo tidak identik dengan
kerusuhan. Saya selaku pimpinan Polda Metro Jaya pada berterima kasih dan member
apresiasi kepada buruh. Saya juga berterima kasih dan member apresiasi kepada
mahasiswa yang pada hari buruh internasional kemarin ikut melakukan aksi demo, tapi
tetap tertib”, kata Kapolda Metro.
Lebih lanjut Kapolda Metro Jaya mengatakan, bahwa buruh yang tergabung diberbagai
serikat buruh adalah aset negara. Mereka patut dihargai dan berhak mendapat
pelayanan yang baik dari pemerintah, termasuk dari kepolisian. Oleh karena itu, jajaran
kepolisian pada peringatan hari buruh kemarin mengawal aksi demo buruh agar tidak
mendapat gangguan dari pihak luar, dan kerjasama buruh dengan Polri pada May Day
2012 cukup baik. Apa yang telah diperlihatkan buruh melalui aksi demonya, patut
dicontoh, karena aksi demo tidak identik dengan kekerasan atau kerusuhan.3
2013
Pada tanggal 1 Mei 2013, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menetapkan bahwa
hari buruh menjadi hari libur nasional.
Aliansi Rakyat Untuk Satu Mei atau
disingkat Arus, melakukan long march di
jalan Malioboro dan melakukan orasi di
depan Gedung Agung.
Massa ini merupakan massa gabungan
dari KPR, P3S, Serbuk, LMND, PRD,
SBSI hingga Sekber.
2014
Aliansi yang bernama Gerakan Rakyat
Merayakan Hari Buruh ini merupakan
aliansi terbesar di Yogyakarta yang
merayakan May Day. Adapun organisasi-
organisasi yang tergabung dalam aliansi
adalah: Serikat PRT Tunas Mulai, Serikat
PRT KOY, Paguyuban Sayuk Rukun
Buruh Gendong DIY, Kelompok Pekerja
Rumahan DIY, Kelompok Perempuan
Buruh Industri, BENTOR DIY, SPTI, SBII,
KASBI, , PPR AJI Yogya, Forum LSM DIY,
FPBI, ICM, LBH Yogya, PSB, PKBI,
Perempuan Mahardika, RTND, SP
Kinasih, Samin, SAPDA, YASANTI, LSM
Kembang, KPO PRP, PPI, BEM KM UGM,
PBHI Yogya, SEKBER, SMI, FMPR, KBM
UJB, AIMI, GARUDA Selatan, BEM IST
AKPRIND, HMI MPO, LMND DIY, PLUSH, Cakrawala, Pembebasan, Sosial Movemant
Institute, DEMA Justicia UGM, Mitra Wacana, Aksara, Sapda, Rifka Annisa, LPM
Rhetor, dsb.
Tahun 2014, May Day menjadi hari libur nasional.
2015 4
3
https://id.wikipedia.org/wiki/Hari_Buruh
Di Yogyakarta ratusan buruh dan mahasiswa bergabung menggelar mimbar umum di
depan Istana Negara Gedung Agung yang berada di kawasan Malioboro. Dalam aksi
yang dimulai sejak pukul 11.00 WIB, belasan perwakilan organisasi buruh, masyarakat
dan kelompok mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Yogyakarta menyampaikan
suaranya. Mereka secara bergantian berorasi di atap sebuah mobil yang difungsikan
sebagai panggung utama.
Pimpinan Tingkat Perusahaan (PTP)
Federasi Perjuangan Buruh Indonesia
(FPBI) PT. Sport Glove Indonesia,Godean
ikut menyemarakkan aksi May Day di
depan Gedung Agung.
20165
4
5
https://merahputih.com/post/read/aksi-hari-buruh-di-yogyakarta
2017
2018
6
https://jogja.tribunnews.com/2017/05/01/puluhan-peserta-aksi-hari-buruh-bergerak-menuju-titik-nol-kilometer-
yogya
7
https://www.viva.co.id/berita/nasional/1032069-may-day-di-yogya-ricuh-lima-mahasiswa-diamankan-polisi
Aliansi mendorong agar BPJS diaudit, dan
menindak tegas perusahaan-perusahaan yang
menunggak pembayaran iuran BPJS bagi
tenaga kerjanya.
Pihaknya juga berharap, Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X memberikan
sebagian tanah kesultanan dan tanah kadipaten untuk didirikan perumahan buruh. Hal
tersebut sekaligus sebagai implementasi amanat keistimewaan, dan visi misi Gubernur
DIY periode 2017-2022.8
Masa Pandemi (2020)
Hari Buruh nasional yang dirayakan tiap1 Mei, tahun ini digelar di masa pandemi Covid-
19. Saat beberapa buruh harus dirumahkan, hingga ada yang di-PHK. Data Dinas
Koperasi, UKM, Tenaga Kerja dan Transmigrasi (KUKM-Nakertrans) Kota Jogja
perusahaan terdampak covid-19 di Kota Jogja mencapai 227 perusahaan. Dengan total
7.510 pekerja. Sebanyak 7.299 pekerja di antaranya dirumahkan dan 209 pekerja
mendapat PHK. Dua diantaranya ada yang sakit atau isolasi mandiri.
Kepala Bidang Ketenagakerjaan dan Hubungan Industrial Dinas KUKM-Nakertrans
Kota Jogja Emy Indaryanti mengatakan, pekerja yang dirumahkan ada yang tetep
mendapat gaji dan ada juga yang tidak. Meski secara rinci dia tidak mendata sampai
8
https://www.kabarkota.com/aksi-mayday-2019-di-yogya-dari-isu-pengupahan-hingga-singgung-danais/
detail. Namun tindak lanjut tugasnya saat ini masih mendata kebijakan. “Kalau yang
dirumahkan dan PHK kebanyakan dari perhotelan,” jelasnya kemarin (29/4).
Dia juga meminta kepada perusahaan agar menawarkan pendampingan pendaftaran
kartu prakerja. Pendampingan jarak jauh sampai saat ini telah dilakukan melalui
telekonferensi. Terkait perayaan May Day, dalam situasi masa pandemi covid-19 tidak
memungkinkan mengumpulkan massa. “Untuk mayday tidak ada kegiatan karena
kondisi saat ini,” katanya.
Emy menjelaskan hal itu juga berkaitan dengan anggaran kegiatan saat ini yang
sementara ditiadakan dan dialihkan untuk penanganan covid-19. Rasionalisasi
anggaran yang juga dilakukan di semua OPD. “Pendataan kami tetap ada beberapa
untuk pekerja terdampak covid. Perusahaan-perusahan sudah kami minta kirimkan data
tapi masih berproses,” ujarnya. Ketua SPSI Kota Jogja, Tri Agus Hariadi menuturkan
program kartu pra kerja dinilai bisa membantu menjadi solusi bagi pekerja yang
terdampak covid-19. “Pemerintah tolong perhatikan bagi karyawan ter PHK maupun
yang diistirahatkan. Karena rata-rata mereka juga hanya digaji separo,” imbuhnya. 9
Walaupun ada Corona, pembatasan pertemuan, dan diinteli sama banyak intel,
sebagian tetap aksi memperingati Hari Buruh Sedunia dengan konvoi sepeda gembira.
Sambil membagikan nasi bungkus di jalananan. Menelusuri jalanan di sekitaran kota
Jogja. Bersepeda dengan tetap mengikuti prosedur Covid-19 dengan memakai
masker,jaga jarak fisik, dan cuci tangan. Sambil nyanyi lagu buruh internasional
"Internasionale" karya Eugene Potier. Dengan beberapa tuntutan yaitu sebagai berikut :
#atasiviruscabutomnibus , #gagalkanomnibuslaw , #rakyatbanturakyat 10
2021
Majelis Persatuan Buruh Indonesia (MPBI) DIY menggelar peringatan aksi May Day
2021 di Tugu Yogyakarta. Dalam aksi tersebut, aliansi buruh DIY bersama mahasiswa
mengusung beberapa isu pokok buruh, di antaranya masalah tunjangan hari raya
(THR) dan upah murah.
Irsyad Ade Irawan, Ketua Dewan Pimpinan Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh
Indonesia (DPD KSPSI) menyatakan dirinya dan para buruh mendesak pemerintah
untuk membayarkan THR tepat waktu, yaitu tujuh hari sebelum hari raya dan secara
penuh yakni sebesar gaji pokoknya. “Kami meminta kepada pemerintah agar mendesak
pengusaha membayar THR secara penuh dan tepat waktu,” tegas Irsyad.
Namun, dengan dikeluarkannya Surat Edaran (SE) Menaker Nomor M/6/HK.04/VI/2021
tentang Pelaksanaan Pemberian Tunjangan Hari Raya Keagamaan Tahun 2021 bagi
Pekerja/Buruh, menyebabkan buruh terhambat dalam memperoleh hak tunjangan
tersebut. Dalam SE tersebut, perusahaan diperbolehkan membayar uang THR paling
9
https://radarjogja.jawapos.com/breaking-news/2020/04/30/tahun-ini-tak-ada-perayaan-may-day/
10
Instagram post : @saktyarestu
lambat H-1 sebelum hari raya. Padahal dalam aturan sebelumnya, THR harus
dibayarkan maksimal H-7 hari raya.
Dalam Permenaker No. 6 Tahun 2006 tentang THR Pekerja/Buruh Pasal 10 ditetapkan
bahwa pengusaha yang terlambat membayar THR Keagamaan kepada Pekerja/Buruh
sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 ayat (4) dikenai denda sebesar 5% dari total
THR Keagamaan yang harus dibayar sejak berakhirnya batas waktu kewajiban
pengusaha untuk membayar. Kendati telah diberikan kelonggaran mencicil, ada
sejumlah perusahaan yang masih terlambat membayarkan upah THR kepada
buruhnya. Berdasarkan data dari tahun lalu, Menteri Ketenagakerjaan, Ida Fauziyah,
mengatakan bahwa terdapat 410 laporan pengaduan terkait dengan pembayaran THR.
Ada 103 perusahaan yang terlambat membayar THR 2020.
Selain masalah tunjangan, buruh DIY juga memiliki masalah upah murah. Upah murah
memang menjadi isu yang terus menerus digaungkan oleh buruh, khususnya buruh
DIY. Pasalnya, berdasarkan Surat Keputusan (SK) Upah Minimum dari Gubernur DIY
yang menyatakan bahwa upah buruh di DIY sebesar Rp. 1.765.000. Upah tersebut
termasuk jumlah upah termurah se-Indonesia. Berdasarkan data dari MPBI DIY, upah
yang ditetapkan kepada buruh mengalami defisit kesejahteraan sebesar Rp.
1.343.944.Pasalnya, angka kehidupan hidup layak (KHL) DIY jauh dari upah yang
ditetapkan, yakni sebesar Rp. 3.109.012.11
2022
May Day tahun ini terdapat beberapa tuntutan yang disuarakan oleh Majelis Pekerja
Buruh Indonesia ( MPBI ) wilayah DIY. Meski isu utama yang diusung dalam May Day
kali ini para buruh memprotes langkah pemerintah yang mempermudah proses
pembuatan dan revisi Undang-undang Cipta Kerja, namun satu dari beberapa tuntutan
itu terdengar sangat nyaring di telinga. Yakni para buruh meminta pemerintah DIY
menyisihkan anggaran Dana Keistimewaan dan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah
(APBD) agar digunakan sebagai Jaminan Sosial Istimewa Daerah.
11
https://jogjapolitan.harianjogja.com/read/2021/04/30/510/1070463/may-day-2021-mpbi-diy-masih-soroti-
ironi-upah-murah
12
https://jogja.tribunnews.com/2022/05/12/may-day-2022-buruh-minta-jatah-sultan-ground-dan-pakualaman-
ground-untuk-perumahan-kelas-buruh