Anda di halaman 1dari 7

Nama : linda purwanti

Npm : 19.15. 086

Kelas : reguler

1. jawaban nomor 1

A.pengertian Hukum adalah himpunan peraturan (perintah dan larangan) yang mengurusi tata
tertib suatu masyarakat dan harus ditaati oleh masyarakat tersebut.

Hukum berisi sanksi yang tegas bagi mereka yang melanggar peraturan-peraturan tersebut.

Unsur-unsur yang terkandung dalam definisi hukum sebagai berikut :

1. Peraturan dibuat oleh yang berwenang


2. Tujuannya mengatur tata tertib kehidupan masyarakat
3. Mempunyai ciri memerintah dan melarang
4. Bersifat memaksa dan ditaati

Tujuan Hukum

Menurut Apeldoorn, tujuan hukum adalah mengatur tata tertib dalam masyarakat secara
damai dan adil.

Prof. Soebekti mengatakan, tujuan hukum adalah mengabdi pada tujuan negara yang intinya
mendatangkan kemakmuran dan kebahagiaan rakyatnya.

Peraturan Hukum adalah sekumpulan peraturan yang terdiri atas norma dan sanksi dengan
tujuan untuk menciptakan ketertiban dalam sosialisasi antar manusia.

Peraturan di sini bersifat memaksa dan orang yang melanggarnya akan mendapatkan
hukuman tertentu. peraturan ini tidak mengikat kepada sekelompok orang saja tetapi berlaku
universal kepada setiap orang yang berada dalam lingkup peraturan tersebut diberlakukan.

B.Pengertian Etika

Berasal dari bahasa Yunani “ethos”. Artinya: “custom” atau kebiasaan yang berkaitan dengan
tindakan atau tingkah laku manusia.

Istilah Etika digunakan untuk menyebut ilmu dan prinsip dasar penilaian baik buruknya
perilaku manusia atau berisi tentang kajian ilmiah terhadap ajaran moral.

Etika adalah filsafat moral yang berkaitan dengan studi tentang tindakan baik atau buruk
manusia dalam mencapai kebahagiaan. Modal dasar dalam etika adalah perilaku,,sedang
perilaku manusia dipengaruhi oleh pikiran dan hati (perasaan).

Fungsi Etika

Fungsi etika adalah sarana untuk memperoleh orientasi kritis berhadapan dengan berbagai
moralitas. Orientasi kritis diperlukan karena kita dihadapkan dengan pluralisme moral.

Etika bersifat lebih umum, konseptual, dan hanya berlaku dalam pergaulan (saat ada orang
lain) sedangkan moral bersifat lebih detail dan secara langsung, moral berlaku sepanjang
hidup (ada atau tidak ada orang lain.

Etika adalah kebiasaan atau adat istiadat yang sudah disepakati bersama.

Jenis-Jenis Etika

Ada dua macam etika yang menentukan baik buruknya perilaku manusia yaitu Etik Deskriptif
dan Etik Normatif.

2. jawaban nomor 2
Dasar Hukum juga sangan penting dalam bidang kesehatan, dikarnakan Landasan
pengesahan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan adalah Pasal 20,
Pasal 28H ayat (1), dan Pasal 34 ayat ( 3 ) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
Penjelasan Umum atas UU Kesehatan
Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 tercantum jelas cita-cita bangsa Indonesia
yang sekaligus merupakan tujuan nasional bangsa Indonesia. Tujuan nasional tersebut adalah
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban
dunia yang berdasarkan kemerdekaan perdamaian abadi serta keadilan sosial.
Untuk mencapai tujuan nasional tersebut diselenggarakanlah upaya pembangunan yang
berkesinambungan yang merupakan suatu rangkaian pembangunan yang menyeluruh terarah
dan terpadu, termasuk di antaranya pembangunan kesehatan.
Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus
diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila
dan Pembukaan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Oleh karena itu, setiap kegiatan dan upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya dilaksanakan berdasarkan prinsip nondiskriminatif, partisipatif,
perlindungan, dan berkelanjutan yang sangat penting artinya bagi pembentukan sumber daya
manusia Indonesia, peningkatan ketahanan dan daya saing bangsa, serta pembangunan
nasional.
Upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya pada mulanya berupa
upaya penyembuhan penyakit, kemudian secara berangsur-angsur berkembang ke arah
keterpaduan upaya kesehatan untuk seluruh masyarakat dengan mengikutsertakan masyarakat
secara luas yang mencakup upaya promotif , preventif, kuratif , dan rehabilitatif yang bersifat
menyeluruh terpadu dan berkesinambungan. Perkembangan ini tertuang ke dalam Sistem
Kesehatan Nasional (SKN) pada tahun 1982 yang selanjutnya disebutkan kedalam GBHN
1983 dan GBHN 1988 sebagai tatanan untuk melaksanakan pembangunan kesehatan.
Selain itu, perkembangan teknologi kesehatan yang berjalan seiring dengan munculnya
fenomena globalisasi telah menyebabkan banyaknya perubahan yang sifat dan eksistensinya
sangat berbeda jauh dari teks yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992
tentang Kesehatan. Pesatnya kemajuan teknologi kesehatan dan teknologi informasi dalam
era global ini ternyata belum terakomodatif secara baik oleh Undang-Undang Nomor 23
Tahun 1992 tentang Kesehatan.
Perencanaan dan pembiayaan pembangunan kesehatan yang tidak sejiwa dengan Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 1992, yaitu menitikberatkan pada pengobatan (kuratif),
menyebabkan pola pikir yang berkembang di masyarakat adalah bagaimana cara mengobati
bila terkena penyakit. Hal itu tentu akan membutuhkan dana yang lebih besar bila
dibandingkan dengan upaya pencegahan. Konsekuensinya, masyarakat akan selalu
memandang persoalan pembiayaan kesehatan sebagai sesuatu yang bersifat
konsumtif/pemborosan.
Selain itu, sudut pandang para pengambil kebijakan juga masih belum menganggap kesehatan
sebagai suatu kebutuhan utama dan investasi berharga di dalam menjalankan pembangunan
sehingga alokasi dana kesehatan hingga kini masih tergolong rendah bila dibandingkan
dengan negara lain.
Untuk itu, sudah saatnya kita melihat persoalan kesehatan sebagai suatu faktor utama dan
investasi berharga yang pelaksanaannya didasarkan pada sebuah paradigma baru yang biasa
dikenal dengan paradigma sehat, yakni paradigma kesehatan yang mengutamakan upaya
promotif dan preventif tanpa mengabaikan kuratif dan rehabilitatif.
Dalam rangka implementasi paradigma sehat tersebut, dibutuhkan sebuah undang-undang
yang berwawasan sehat, bukan undang-undang yang berwawasan sakit.
Pada sisi lain, perkembangan ketatanegaraan bergeser dari sentralisasi menuju desentralisasi
yang ditandai dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2008 tentang
Pemerintahan Daerah.
Undang-Undang tersebut memuat ketentuan yang menyatakan bahwa bidang kesehatan
sepenuhnya diserahkan kepada daerah masing-masing yang setiap daerah diberi kewenangan
untuk mengelola dan menyelenggarakan seluruh aspek kesehatan.
Sebagai tindak lanjut dari pelaksanaan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, Pemerintah
telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 yang mengatur tentang
pembagian urusan antara pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/ kota.
Berdasarkan hal tersebut, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan perlu
disesuaikan dengan semangat otonomi daerah.
Oleh karena itu, perlu dibentuk kebijakan umum kesehatan yang dapat dilaksanakan oleh
semua pihak dan sekaligus dapat menjawab tantangan era globalisasi dan dengan semakin
kompleksnya permasalahan kesehatan dalam suatu Undang-Undang Kesehatan yang baru
untuk menggantikan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.
3. jwaban nomor 3
Teori utilitarianisme yang digagas oleh Jeremy Bentham (juga John Stuart Mill dan Rudolf
von Jhering) adalah bentuk reaksi terhadap konsepsi hukum alam pada abad ke delapan belas
dan sembilan belas. Bentham mengecam konsepsi hukum alam, karena menganggap bahwa
hukum alam tidak kabur dan tidak tetap. Bentham mengetengahkan gerakan periodikal dari
yang abstrak, idealis, dan apriori sampai kepada yang konkret, materialis, dan mendasar.

Menurut Bentham, tujuan hukum adalah memberikan kemanfaatan dan kebahagiaan terbesar
kepada sebanyak-banyaknya warga masyarakat. Jadi, konsepnya meletakkan kemanfaatan
sebagai tujuan utama hukum. Ukurannya adalah kebahagian yang sebesar-besarnya bagi
sebanyak-banyaknya orang. Penilaian baik-buruk, adil atau tidaknya hukum ini sangat
tergantung apakah hukum mampu memberikan kebahagian kepada manusia atau tidak.
Kemanfaatan diartikan sama sebagai kebahagiaan (happiness).
Jeremy Bentham dilahirkan di London tahun 1748. Ia hidup selama masa perubahan sosial,
politik dan ekonomi yang masif, juga mengikuti terjadinya revolusi di Perancis dan Amerika
yang membuat Bentham bangkit dengan teorinya. Ia banyak diilhami oleh David Hume
dengan ajarannya bahwa sesuatu yang berguna akan memberikan kebahagiaan. Menurut
Bentham hakikat kebahagiaan adalah kenikmatan dan kehidupan yang bebas dari
kesengsaraan.

Prinsip-prinsip dasar ajaran Bentham dapat dijelaskan sebagai berikut. Tujuan hukum adalah
hukum dapat memberikan jaminan kebahagiaan kepada individu-individu, barulah kepada
orang banyak. ”the greatest happiness of the greatest number” (kebahagiaan yang sebesar-
besarnya dari sebanyak-banyaknya orang). Prinsip ini harus diterapkan secara kuatitatif,
karena kualitas kesenangan selalu sama. Untuk mewujudkan kebahagiaan individu dan
masyarakat maka perundang-undangan harus mencapai empat tujuan: (1) to provide
subsistence (untuk memberi nafkah hidup); (2) to Provide abundance (untuk memberikan
nafkah makanan berlimpah); (3) to provide security (untuk memberikan perlindungan); dan
(4) to attain equity (untuk mencapai persamaan).
Undang-undang yang banyak memberikan kebahagiaan pada bagian terbesar masyarakat
akan dinilai sebagai undang-undang yang baik. Lebih lanjut Bentham berpendapat bahwa
keberadaan negara dan hukum semata-mata sebagai alat untuk mencapai manfaat yang hakiki
yaitu kebahagiaan mayoritas rakyat. Ajaran Bentham yang sifat individualis ini tetap
memperhatikan kepentingan masyarakat, agar kepentingan idividu yang satu dengan individu
yang lain tidak bertabrakan maka harus dibatasi tidak terjadi homo homini lupus. Menurut
Bentham agar tiap-tiap individu memiliki sikap simpati kepada individu lainnya sehingga
akan tercipta kebahagiaan individu dan kebahagiaan masyarakat akan terwujud. Bentham
menyebutkan“The aim of law is the greatest happines for the greatest number” 
Beberapa pemikiran penting Bentham juga dapat ditunjukkan, seperti:

1. Hedonisme kuantitatif yakni paham yang dianut orang-orang yang mencari


kesenangan semata-mata secara kuantitatif. Kesenangan bersifat jasmaniah dan
berdasarkan penginderaan.
2. Summun bonum yang bersifat materialistik berarti bahwa kesenangan-kesenangan
bersifat fisik dan tidak mengakui kesenangan spritual dan menganggapnya sebagai
kesenangan palsu.
3. Kalkulus hedonistik (hedonistik calculus) bahwa kesenangan dapat diukur atau
dinilai dengan tujuan untuk mempermudah pilihan yang tepat antara kesenangan-
kesenangan yang saling bersaing. Seseorang dapat memilih kesenangan dengan
jalan menggunakan kalkulus hedonistik sebagai dasar keputusannya. Adapun
kriteria kalkulus yakni: intensitas dan tingkat kekuatan kesenangan, lamanya
berjalan kesenangan itu, kepastian dan ketidakpastian yang merupakan jaminan
kesenangan, keakraban dan jauh dekatnya kesenangan dengan waktu,kemungkinan
kesenangan akan mengakibatkan adanya kesenangan tambahan
berikutnya kemurnian tentang tidak adanya unsur-unsur yang menyakitkan,
dan kemungkinan berbagi kesenangan dengan orang lain. Untuk itu ada sanksi
yang harus dan akan diterapkan untuk menjamin agar orang tidak melampaui batas
dalam mencapai kesenangan yaitu: sanksi fisik, sanksi politik, sanksi moral atau
sanksi umum, dan sanksi agama atau sanksi kerohanian.

Teori Bentham tentu saja memiliki kelemahan. Pertama, rasionalitas yang abstrak dan


doktriner, yang mencegah melihat orang sebagai keseluruhan yang kompleks, sebagai
campuran materialisme dan idealisme, bangsawan dan golongan rendah, egoisme yang
menyebabkan Bentham melebih-lebihkan kekuasaan-kekuasaan pembuat undang-undang dan
meremehkan perlunya menginduvidualisasikan kebijaksanaan dan keluwesan dalam
penerapan hukum. Begitu besar kepercayaannya yang naif akan sifat umum dan prinsip-
prinsip kodifikasi ilmiah, sehingga ia bekerja dengan antusiasisme yang sama dan tidak
menghiraukan perbedaan-perbedaan nasional dan historis. Kedua, adalah akibat kegagalan
Bentham untuk mengembangkan dengan jelas konsepsinya sendiri mengenai keseimbangan
antara kepentingan individu dan kepentingan mayarakat. Bentham percaya bahwa
kepentingan-kepentingan yang tak terbatas dari individu-individu yang sangat luar biasa
banyaknya secara otomatis berakibat bagi kepentingan-kepentingan masyarakat tetapi
Bentham tidak menjelaskan mengapa demikian.
Namun demikian apa yang disampaikan oleh Bentham mempunyai arti penting dalam sejarah
filsafat hukum. Bentham menghubungkan dasar pemikiran filsafat dengan dalil-dalil hukum
praktis, meletakkan individualisme atas dasar materilistis baru, menghubungkan hak-hak
individu yang tahu diri dan menempatkannya di bawah kebahagiaan sejumlah besar individu-
individu dengan tuntutan yang sama yang hidup dalam masyarakat, mengarahkan tujuan-
tujuan hukum pada tujuan-tujuan sosial praktis, bukannya pada dalil-dalil yang abstrak,
meletakkan dasar untuk kecenderungan relitivitas baru dalam ilmu hukum, yang di kemudian
hari disebut ilmu hukum sosiologis dan menghubungkan hukum dengan tujuan-tujuan sosial
yang pasti dan keseimbangan dari pelbagai kepentingan, memandang jaminan keamanan
sebagai objek hukum yang penting, sebagai fungsi yang dikembangkan, untuk tidak
menghiraukan orang-orang lain, dengan positivisme analitis, memberi tekanan pada
kebutuhan dan mengembangkan cara pembentukan hukum yang disadari, dengan kodifikasi
melalui pengadilan atau evolusi melalui kebiasaan.

Bertentangan dengan prinsip keadilan


Keberatan paling pokok yang biasa dikemukakan terhadap teori etika Utilitarisme
adalah bahwa kaidah dasar yang dikemukakan oleh teori tersebut dapat
bertentangan dengan prinsip keadilan. Keberatan ini adalah keberatan yang secara
kritis dapat dikemukakan terhadap penentuan kebijakan pemerintah atau penguasa
yang mengambil prinsip atau kaidah utilitarian sebagai pokok acuan untuk
berargumentasi. Sebagai contoh misalnya dalam suatu proyek pembuatan jalan tol,
keluarga Sukri terkena gusur. Ia tidak mau membongkar rumahnya dan berpindah
tempat karena ia merasa diperlakukan tidak adil. Uang ganti rugi yang ia peroleh
jauh dari mencukupi untuk dapat membeli rumah yang kurang lebih sama di
tempat lain. Ia juga merasa jengkel karena ini sudah kedua kalinya ia terkena
gusur. Dulu sebelum membeli tanah dan membangun rumah di tempat itu ia sudah
bertanya pada dinas tatakota tentang rencana pembangunan kota, dan ia mendapat
jawaban bahwa daerah itu aman. Ternyata, baru beberapa tahun sudah ada
perubahan.

Setelah perundingan yang alot, akhirnya pemerintah daerah memberikan ultimatum


pada Sukri bahwa bagaimanapun juga proyek harus jalan, dan kalau pada tanggal
tertentu Sukri dan keluarganya tidak pindah, maka rumahnya akan dibuldozer
dengan paksa. Dalam membela tindakannya, pihak pemda selalu menyatakan
bahwa Sukri terlalu mendahulukan kepentingannya sendiri dan tidak
mempedulikan kepentingan umum. Pemda sebenarnya tidak mau merugikan Sukri,
tetapi tidak ada jalan lain. Sukri semestinya sadar bahwa kerugian yang dia
tanggung tidaklah seberapa dibandingkan dengan keuntungan yang akan dapat
dinikmati oleh orang banyak dengan adanya jalan tol di daerah itu.

Berdasarkan prinsip Utilitarian, penalaran aparat pemda di atas logis dan dapat
dibenarkan. Akan tetapi prinsip tersebut bertentangan dengan prinsip keadilan,
karena menurut prinsip keadilan setiap manusia sebagai seorang pribadi (persona)
itu bernilai dan merupakan tujuan dalam dirinya sendiri. Manusia sebagai seorang
pribadi tidak pernah boleh dikorbankan demi manusia lain. Ia mempunyai hak
asasi yang sama dengan manusia lain. Ini berarti bahwa dalam kasus di atas, Sukri
sebagai seorang pribadi mempunyai hak-hak asasi yang harus dihormati pula oleh
pihak pemda. Menjadikan dia dan keluarganya sebagai “tumbal” yang harus
dikorbankan demi kesejahteraan banyak orang lain, secara moral tidak dapat
diterima.

Tidak memadainya prinsip Utilitarian sebagai prinsip moral karena bertentangan


dengan prinsip keadilan juga nampak dalam kasus lain sebagai berikut: Menjelang
Pemilu biasanya situasi agak rawan dan adanya “gang” atau kelompok-kelompok
“gali” yang merampok dan membuat kerusuhan akan mudah ditunggangi oleh
mereka yang sengaja mau mengacaukan keadaan. Maka demi menjaga ketenangan
masyarakat dan mengamankan Pemilu diadakanlah operasi penertiban keamanan
masyarakat. Orang-orang yang dicurigai sebagai “gali” dan perusuh langsung
diculik dan dijebloskan ke dalam penjara atau malah ada yang secara misterius
hilang dan tahu-tahu sudah diketemukan sebagai mayat di suatu tempat. Operasi
tersebut secara pragmatik-utilitarian sepertinya menguntungkan bagi masyarakat.
Banyak anggota masyarakat merasa senang karena mereka tidak diganggu lagi oleh
para “gali” tersebut. Yang dirugikan hanyalah orang-orang yang dituduh ataupun
dicap sebagai “gali”.Apa yang secara pragmatik-utilitarian nampaknya
menguntungkan banyak orang itu sebenarnya secara moral tidak dapat dibenarkan,
karena bertentangan dengan prinsip keadilan.
4. jawaban nomor 4

Ketiga unsur ada yang mengalami penguatan ada juga yang mengalami perubahan sebagai
dampak pendemi covit19, pertama adalah sebagai gagasan, merupakan sabagai kontruksi
pemikiran yang dibangun secara sosial dimasyarakat sebagai pengambang budaya dalam
minyikapi lingkungan dan keadan, termaksud dalam kondisi pendemic ini. Kuatnya gagsan
masyrakat pedesan yaitu tidak makan jika tidak berkerja menjadi salah satu aktorpenguat
mereka tetap berkeja dan tidak mengindahkan himbauan pemeintah untuk tetap diumah.yang
keduah adalah nilai, merupakan gagasan mengenai ukuran apakan suatu pengalaman atau
tidakan bisa bearti pantas atau tidak pantas dilingkungan masyarakat pedesaan. Sepertihalnya
nilai kepercayaan yang sebagian mengalami perubahan akibat kebijakan publik yang ada
ditengan pandemic. Masyaakat pedasaan y6ang bisa melakukan takjia, tahlilan,dan
sebagainya. Sekarang mulai dibatasi warga, dan selalu menjaga jarak.

5. jawaban nomor 5
             Kata "Etika" dan "Etis" tidak selalu dipakai dalam arti yang samadan karena itu pula
"etika bisnis" bisa berbeda artinya. suatu uraian sistematis tentang etika bisnis sebaiknya
dimulai dengan menyelidiki dan menjernikan cara kata seperti etika dan etis.
untuk menganalisa arti-arti etika adalah membedakan antara etika sebagai praksis dan etika
sebagai refleksi.
 Etika sebagai refleksi adalah pemikiran moral. dalam etika sebagai refleksi kita
berpikir tentang apa yang dilakukan dan khususnya tentang apa yang harus dilakukan atau
tidak boleh dilakukan.
 Etika sebagai refleksi berbicara tentang etika sebagai praksis atau mengambil praksis
etis sebagai obyeknya. 
 Etika refleksi menyoroti baik
 buruknya perilaku orang.

Anda mungkin juga menyukai