Anda di halaman 1dari 8

Referat

ERISIPELAS

Oleh; Iis Martilopa, S.Ked 04061001052

Dosen Pembimbing: dr.izazi Hari Purwoko, Sp.KK

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN RUMAH SAKIT MOH. HOESIN PALEMBANG FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2010

HALAMAN PENGESAHAN

Referat dengan judul Erisipelas

oleh: Iis Martilopa, S.Ked 04061001052

telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat untuk mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Dr. Moh. Hoesin Palembang periode 3 Agustus 31 Agustus 2010.

Palembang, Agustus 2010

dr. Izazi Hari Purwoko, Sp.KK

KATA PENGANTAR

Pertama-tama, saya mengucapkan puji syukur kepada ALLAH SWT atas kesempatan dan waktu yang telah diberikan sehingga referat yang berjudul Erisipelas ini bisa diselesaikan tepat pada waktunya. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada dr. Izazi Hari Purwoko, Sp.KK sebagai dosen pembimbing kami. Sebagai penulis, saya menyadari bahwa makalah ini banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kritik dan saran diperlukan untuk memperbaikinya. Disamping itu, diperlukan juga berbagai referensi lain untuk mengembangkan makalah ini. Akhir kata, saya sangat berharap bahwa referat ini akan memberikan manfaat bagi kita semua.

Palembang, Agustus 2010

Penulis

BAB I PENDAHULUAN

Erisipelas merupakan bentuk khas selulitis superfisial yang ditandai dengan pembesaran pembuluh limfe. Kata Erysipelas berasal dari bahasa kedokteran latin kuno, dan di perkirakan merupakan gabungan dari dua kata, yaitu dari bahasa yunani erythrs yang artinya kemerahan atau merah dan dari bahasa latin plla yang artinya kulit. Erisipelas sering juga disebut St Anthonys fire, yang diambil dari nama seorang penyembuh di mesir yang telah berhasil mengobati penyakit infeksi. Erysipelas dapat terjadi pada semua usia dan semua bangsa (ras), namun paling sering terjadi pada bayi, anak dan usia lanjut. Kejadian puncak telah dilaporkan pada pasien usia 60-80 tahun, terutama pada pasien yang dianggap berisiko tinggi dan immunocompromised atau mereka dengan masalah drainase limfatik (misalnya, setelah mastektomi, operasi panggul, bypass grafting). Diagnosis erisipelas dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, dan gambaran klinis. Penanganannya perlu memperhatikan faktor predisposisi dan komplikasi yang ada.Antibiotika yang tepat baik jenis, dosis, dan lama/cara pemberian perlu diperhatikan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Definisi Erysipelas atau yang disebut St Anthonys fire atau Ignis sacer adalah bentuk khas selulitis superfisial yang ditandai dengan pembesaran pembuluh limfe.

II.2. Epidemiologi Erysipelas dapat terjadi pada semua usia dan semua bangsa (ras), namun paling sering terjadi pada bayi, anak dan usia lanjut. Kejadian puncak telah dilaporkan pada pasien usia 60-80 tahun, terutama pada pasien yang dianggap berisiko tinggi dan immunocompromised atau mereka dengan masalah drainase limfatik (misalnya, setelah mastektomi, operasi panggul, bypass grafting).

II.3. Etiologi Paling sering disebabkan oleh infeksi bakteri Streptokokus betahemolitikus grup A, Jarang sekali disebabkan oleh Streptococcus grup G atau C, namun pernah dilaporkan pada orang dewasa. Sementara itu, golongan Streptococcus grup B

bertanggung jawab atas kejadian Erysipelas pada bayi baru lahir dan diduga penyebab Erysipelas perinealis dan abdominalis yang terjadi pada wanita post partum. Ada beberapa faktor prediposisi yang mendukung terjadinya erisipelas yaitu luka operasi, fissura (dalam nares, di meatus auditori, di bawah cuping telinga, pada anus atau penis, dan di antara atau di bawah jari kaki, biasanya jari kelingking kaki), lecet atau goresan, pengikatan tali pusat yang tidak bersih, insufisiensi vena, obesitas, lymphedema,dan ulkus kaki kronis.

II.4 Gambaran klinis Gambaran lesinya berupa makula eritematosa numular hingga plakat, tepinya meninggi dan indurasi, berbatas tegas, edema, teraba panas dan nyeri tekan. 4,5 Dapat atau tidak dapat ditemukan vesikel atau bula. Erysipelas pada umumnya diawali dengan gejala prodormal seperti: menggigil, demam tinggi, sakit kepala, muntah dan nyeri sendi.4 Sekitar 85 % Erysipelas terjadi di wajah (umumnya bilateral) dan tungkai bawah. Lesi pada wajah di mulai di sekitar pipi dekat regio nasalis hingga regio preaurikula kemudian menyebar ke kepala. Lesi pada tungkai bawah paling sering dijumpai edema dan bula.

Gambar 1. Erysiplas pada wajah

II.5 Diagnosis banding Di wajah, Erysipelas mungkin dibingungkan dengan Dermatitis Kontak alergi, Lupus Erythematosus atau Angioneurotic edema. Pada dermatitis kontak

alergi dan angioneurotic edema biasanya demam, nyeri tidak ada dan gatal dirasakan lebih berat di banding erisipelas. Erysipelas juga didiagnosis banding dengan Selulitis. Pada pemeriksaan klinis erisipelas, didapatkan adanya makula eritematous yang agak meninggi, berbatas jelas, teraba panas dan terasa nyeri. Di atas makulaeritematous dapat dijumpai vesikel. Penderita biasanya demam. Sedangkan

pada pemenksaan klinis selulitis : adanya makula eritematous, tepi tidak meninggi, batas tidak jelas, edema, infiltrat dan teraba panas. Dapat disertai limfangitis dan limfadenitis. Penderita biasanya demam dan dapat menjadi septikemi.

II.6. Pemeriksaan penunjang Pada pemeriksaan laboratorium darah tepi Erysipelas didapatkan leukositosis (20.000/mm3 atau lebih) dengan pergesaran ke kiri dan kecepatan sedimentasi leukosit yang meninggi. Pada fase konvalesen terdapat peninggian titer streptozim, titer antistreptolisin-O, atau titer DNA-ase B. Pada pemeriksaan urine ditemukan proteinuria dan hematuria bila telah ada komplikasi pada ginjal. Seringkali tidak mungkin membuat kultur dan lesi terhadap Streptokokus karena hanya positif untuk Streptokokus saat gejala klinis Erysipelas belum timbul; tetapi kuman tersebut dapat dijumpai pada tenggorokan, hidung atau mata. Titer ASTO meningkat pada minggu I. Sreptokokus dapat diperiksa dari tengah atau permukaan lesi, jika masih jelas, atau dari aspirasi jaringan. Pada biopsi terdapat edema yang jelas di lapisan dermis dan subktis dengan dilatasi vaskuler dan infiltrasi netrofil ke dalam jaringan limfatik. Pada biakan darah, usapan tenggorokan hidung dapat diisolasi Streptokokus B hemolitikus.

II.7. Penatalaksanaan Penisilin merupakan obat pilihan untuk erisipelas. Pada kasus yang ringan biasanya digunakan Procaine Penicilline G 600000-2000000 IU selama 6 hari atau digunakan Penicilline V 500 mg perhari peroral selama 10-14 hari. Pada anak-anak, dosis penisilin G 50000-100000 IU/kgbb/hari IM. Perbaikan secara umum terjadi dalam 24-48 jam tetapi penyembuhan lesi kulit memerlukan beberapa hari. Pengobatan yang adekuat minimal selama 10 hari. Pada penderita yang alergi terhadap penisilin diberikan eritomisin (dewasa 12 gram/hari; anak-anak: 3050 mg/kgbb/hari) selama 7-14 hari. Erysipelas yang lebih luas atau pasien dengan

penyakit-penyakit seperti diabetes melitus harus di rawat di rumah sakit.

memerlukan antibiotik intravena dan

Penderita dianjurkan istirahat. Bila lokasi lesi pada tungkai bawah dan kaki maka bagian yang terserang ini ditinggikan. Secara lokal, dapat diberikan kompres terbuka yaitu kompres dingin untuk mengurangi rasa sakit.

II.7. Prognosis Erisipelas cenderung rekuren pada lokasi yang sama, mungkin disebabkan oleh kelainan imunologis, tetapi faktor predisposisi yang berperan pada serangan pertama harus dipertimbangkan sebagai penyebab misalnya obstruksi limfatik akibat mastektomi radikal (merupakan faktor predisposisi erisipelas rekuren).

II.8. Komplikasi Septikemia sampai Acute glomerulonephritis Deep cellulites Necrotizing faciitis Kematian; Pada bayi dan penderita usia lanjut yang lemah, serta penderita yang sementara mendapat pengobatan dengan kortikosteroid, erisipelas dapat progresif bahkan bisa terjadi kematian (mortalitas pada bayi bisa mencapai 50%)

Anda mungkin juga menyukai