Anda di halaman 1dari 104

83

5.1.3 PERENCANAAN GELAGAR JEMBATAN

Perencanaan Jembatan Sardjito II direncanakan dengan menggunakan


struktur baja gelagar pelat profil I dengan data sebagai berikut:

 Panjang bentang panjang = 65000 mm

 Panjang bentang pendek = 40000 mm

 Jumlah gelagar = 7 buah

 Jarak antar gelagar = 2200 mm

 Lebar overhang = 1150 mm

 Jarak antar cross-frame, Lb = 5000 mm

 Tegangan leleh profil baja, Fy = 345 Mpa

 Modulus Elastisitas baja, E = 200000 Mpa

 Berat jenis baja = 78,5 kN/m3

 Berat jenis beton, = 24 kN/m3

 Mutu beton, f’c = 30 Mpa

 Tegangan leleh tulangan baja, Fy = 400 Mpa

 Tebal slab beton, ts = 300 mm

A. PERENCANAAN UKURAN/DIMENSI GELAGAR PELAT

1. Pembebanan Pada Gelagar Pelat

Perhitungan pembebanan gelagar pelat meliputi pembebanan akibat


beban mati, beban hidup pada trotoar dan beban hidup kendaraan.
a. Beban Mati

Beban mati yang bekerja pada gelagar dapat dilihat pada tabel 5.3 di
bawah ini.
84

Tabel 5.3. Beban Mati yang Bekerja Pada Gelagar

Lebar Tebal Berat Jenis


No Jenis Konstruksi Berat (kN/m)
(m) (m) (kN/m3)
1 Slab Jembatan Interior 2.2 0.3 24 15.84
2 Slab Jembatan Exterior 2.25 0.3 24 16.2
3 Slab Trotoar 1.5 0.2 24 7.2
4 Median 0.5 0.3 24 3.6
5 Lapisan AspalInterior 2.2 0.05 22.5 2.475
6 Lapisan Aspal Exterior 0.75 0.05 22.5 0.844
7 Genangan Air Hujan 2.2 0.05 9.8 1.078
8 Railing 4.95

Beban-beban tersebut bekerja pada tiap-tiap gelagar, dengan penomoran


gelagar dapat dilihat pada gambar 5.10 dibawah ini, baik untuk bentang
panjang (65m) ataupun untuk bentang pendek (40m).

Gelagar 1 Gelagar 2 Gelagar 3 Gelagar 4 Gelagar 5 Gelagar 6 Gelagar 7

1.15 2.20 2.20 2.20 2.20 2.20 2.20 1.15

Gambar 5.10. Penomoran Gelagar

Untuk bentang panjang (65 m), perhitungan beban mati yang bekerja
pada gelagar adalah:
 Gelagar 1 dan 7 atau gelagar exterior
Beban Mati Struktur (DC)

Berat Sendiri Slab = 16,2 kN/m


Berat Trotoar = 7,2 kN/m
Berat Railing = 4,95 kN/m
Berat Median = 0 kN/m
Beban Mati Total (WDC) = 28,35 kN/m
85

Beban Mati Akibat Air Hujan dan Lapisan Aspal (DW)

Berat Akibat Lapisan Aspal = 0,844 kN/m


Berat Akibat Genangan Air Hujan = 1,078 kN/m
Beban Mati Tambahan Total (WDW) = 1,922 kN/m

 Gelagar 2, 3, 5 dan 6 atau gelagar interior


Beban Mati Struktur (DC)

Berat Sendiri Slab = 15,84 kN/m


Berat Trotoar = 0 kN/m
Berat Railing = 0 kN/m
Berat Median = 0 kN/m
Beban Mati Total (WDC) = 15,84 kN/m

Beban Mati Akibat Air Hujan dan Lapisan Aspal (DW)

Berat Akibat Lapisan Aspal = 2,475 kN/m


Berat Akibat Genangan Air Hujan = 1,078 kN/m
Beban Mati Tambahan Total (WDW) = 3,553 kN/m

 Gelagar 4 atau gelagar interior


Beban Mati Struktur (DC)

Berat Sendiri Slab = 14,84 kN/m


Berat Trotoar = 0 kN/m
Berat Railing = 0 kN/m
Berat Median = 3,6 kN/m
Beban Mati Total (WDC) = 19,44 kN/m

Beban Mati Akibat Air Hujan dan Lapisan Aspal (DW)

Berat Akibat Lapisan Aspal = 2,475 kN/m


Berat Akibat Genangan Air Hujan = 1,078 kN/m
Beban Mati Tambahan Total (WDW) = 3,553 kN/m
86

Tabel 5.4 merupakan rekapitulasi besarnya beban yang digunakan untuk


gelagar exterior dan gelagar interior untuk bentang panjang dan bentang
pendek.

Tabel 5.4. Beban Mati dan Beban Mati Tambahan Pada Gelagar

Beban Mati
Beban Mati /
No Panjang Bentang Gelagar Tambahan / WDW
WDC(kN/m)
(kN/m)
exterior 28,35 1,922
1 Bentang Panjang (65 m)
interior 19,44 3,553
exterior 28,35 1,922
2 Bentang Pendek (40 m)
interior 19,44 3,553

b. Beban Hidup

Beban hidup yang bekerja pada gelagar merupakan beban lalu lintas
kendaraaan dan beban hidup pejalan kaki. Berdasarkan AASHTO LRFD
Bridge Design Specification beban hidup yang digunakan adalah beban
hidul HL-93 yang terdiri dari dua jenis beban kendaraan yaitu beban truk
seperti gambar 5.11 di bawah ini dan beban tandem dengan jarak antar
gandar sebesar 1200 mm dan beban masing-masing gandar sebesar 110 kN.
Selanjutnya beban kendaraan tersebut dikombinasikan dengan beban jalur
sebesar 9,3 N/mm.

Gambar 5.11. Beban Truk


87

Sebelum perhitungan beban kendaraan ini dilakukan perlu ditentukan


beberapa parameter dasar yang akan digunakan dalam perhitungan, yaitu :

Nilai IM (Dynamic Load Allowance) = 33% = 0,33

Nilai IM (Dynamic Load Allowance)untuk fatigue = 15% = 0,15

Nilai m (Multiple Presence Factors):

Dengan satu jalur terbebani, m = 1,2

Dengan dua jalur terbebani, m =1

Dengan tiga atau lebih jalur terbebani, = 0,85

Beban hidup pejalan kaki merupakan beban merata yang bekerja pada
trotoar sebesar 3,6 x 10-3 Mpa = 3,6 kN/m2 atau pada trotoar selebar 1,35 m
adalah sebesar:

2. Perhitungan Momen dan Gaya Geser Akibat Beban Mati

a. Bentang Panjang (65m)

Momen dan gaya geser akibat beban mati untuk bentang panjang (65m)
dapat dihitung dengan perhitungan sebagai berikut.
 Gelagar Interior

Momen dan gaya geser akibat beban mati WDC = 19, 44 kN/m

Momen dan gaya geser akibat beban mati WDW = 3,553 kN/m
88

 Gelagar Exterior

Momen dan gaya geser akibat beban mati WDC = 28,35 kN/m

Momen dan gaya geser akibat beban mati WDW = 1,922 kN/m

b. Bentang Pendek (40m)

Untuk bentang pendek (40m) besarnya momen dan gaya geser yang
digunakan adalah sebagai berikut.
 Gelagar Interior

Momen dan gaya geser akibat beban mati WDC = 19,44kN/m

Momen dan gaya geser akibat beban mati WDW = 3,553 kN/m
89

 Gelagar Exterior

Momen dan gaya geser akibat beban mati WDC = 28,35kN/m

Momen dan gaya geser akibat beban mati WDW = 1,922 kN/m

3. Perhitungan Momen dan Gaya Geser Akibat Beban Hidup

Besarnya momen dan gaya geser akibat beban hidup dihitung dengan
menggunakan garis pengaruh dengan letak kendaraan yang diubah-ubah
untuk menghasilkan momen dan gaya geser terbesar. Garis pengaruh untuk
beban hidup kendaraan dapat dilihat pada bagian lampiran, baik untuk beban
hidup pada bentang panjang maupun bentang pendek.
a. Bentang Panjang (65 m)

Tabel 5.5 merupakan hasil perhitungan momen akibat beban tandem dan
tabel 5.6 merupakan hasil perhitungan momen akibat beban truk.

Tabel 5.5. Momen Akibat Beban Tandem Berdasarkan Garis Pengaruh

No Tinggi Garis Pengaruh (m) Beban (kN) Momen (kN.m)

1 0.35 110 38.5


2 0.95 110 104.5
3 2.05 110 225.5
4 2.65 110 291.5
5 3.75 110 412.5
6 4.35 110 478.5
7 5.45 110 599.5
90

8 6.05 110 665.5


9 7.15 110 786.5
10 7.75 110 852.5
11 8.85 110 973.5
12 9.45 110 1039.5
13 10.55 110 1160.5
14 11.15 110 1226.5
15 12.25 110 1347.5
16 12.85 110 1413.5
17 13.95 110 1534.5
18 14.55 110 1600.5
19 15.65 110 1721.5
20 16.25 110 1787.5
21 15.15 110 1666.5
22 14.55 110 1600.5
23 13.45 110 1479.5
24 12.85 110 1413.5
25 11.75 110 1292.5
26 11.15 110 1226.5
27 10.05 110 1105.5
28 9.45 110 1039.5
29 8.35 110 918.5
30 7.75 110 852.5
31 6.65 110 731.5
32 6.05 110 665.5
33 4.95 110 544.5
34 4.35 110 478.5
35 3.25 110 357.5
36 2.65 110 291.5
37 1.55 110 170.5
38 0.95 110 104.5
Momen Total = 34199

Sehingga momen akibat beban tandem yang digunakan dalam


perhitungan adalah :
91

Tabel 5.6. Momen Akibat Beban Truk Berdasarkan Garis Pengaruh

No Tinggi Garis Pengaruh (m) Beban (kN) Momen (kN.m)

1 1.2 145 174


2 3.35 145 485.75
3 5.5 35 192.5
4 7.65 145 1109.25
5 9.8 145 1421
6 11.95 35 418.25
7 14.1 145 2044.5
8 16.25 145 2356.25
9 14.1 35 493.5
10 11.95 145 1732.75
11 9.8 145 1421
12 7.65 35 267.75
13 5.5 145 797.5
14 3.35 145 485.75
15 1.2 35 42
Momen Total = 13441.75

Sehingga momen akibat beban truk yang digunakan dalam


perhitungan adalah :

Gaya geser yang dihasilkan akibat beban hidup dapat dilihat pada
tabel 5.7 untuk beban tandem dan 5.8 untuk beban truk.

Tabel 5.7. Gaya Geser Akibat Beban Tandem Berdasarkan Garis


Pengaruh

Reaksi titik A Reaksi titik B


No Tinggi Garis Beban Reaksi Tinggi Garis Beban Reaksi
Pengaruh (kN) (kN) Pengaruh (kN) (kN)
1 1.000 110 110.00 1.000 0 0.00
2 0.982 110 107.97 0.994 110 109.32
3 0.948 110 104.25 0.960 110 105.60
4 0.929 110 102.22 0.942 110 103.57
5 0.895 110 98.49 0.908 110 99.85
6 0.877 110 96.46 0.889 110 97.82
92

7 0.843 110 92.74 0.855 110 94.09


8 0.825 110 90.71 0.837 110 92.06
9 0.791 110 86.98 0.803 110 88.34
10 0.772 110 84.95 0.785 110 86.31
11 0.738 110 81.23 0.751 110 82.58
12 0.720 110 79.20 0.732 110 80.55
13 0.686 110 75.48 0.698 110 76.83
14 0.668 110 73.45 0.680 110 74.80
15 0.634 110 69.72 0.646 110 71.08
16 0.615 110 67.69 0.628 110 69.05
17 0.582 110 63.97 0.594 110 65.32
18 0.563 110 61.94 0.575 110 63.29
19 0.529 110 58.22 0.542 110 59.57
20 0.511 110 56.18 0.523 110 57.54
21 0.477 110 52.46 0.489 110 53.82
22 0.458 110 50.43 0.471 110 51.78
23 0.425 110 46.71 0.437 110 48.06
24 0.406 110 44.68 0.418 110 46.03
25 0.372 110 40.95 0.385 110 42.31
26 0.354 110 38.92 0.366 110 40.28
27 0.320 110 35.20 0.332 110 36.55
28 0.302 110 33.17 0.314 110 34.52
29 0.268 110 29.45 0.280 110 30.80
30 0.249 110 27.42 0.262 110 28.77
31 0.215 110 23.69 0.228 110 25.05
32 0.197 110 21.66 0.209 110 23.02
33 0.163 110 17.94 0.175 110 19.29
34 0.145 110 15.91 0.157 110 17.26
35 0.111 110 12.18 0.123 110 13.54
36 0.092 110 10.15 0.105 110 11.51
37 0.058 110 6.43 0.071 110 7.78
38 0.040 110 4.40 0.052 110 5.75
39 0.006 110 0.68 0.018 110 2.03
Reaksi total titik A 2174.28 Reaksi total titik B 2115.72

Sehingga gaya geser akibat beban tandem yang digunakan dalam


perhitungan adalah :
93

Tabel 5.8. Gaya Geser Akibat Beban Truk Berdasarkan Garis Pengaruh

Reaksi titik A Reaksi titik B


No Tinggi Garis Beban Reaksi Tinggi Garis Beban
Reaksi (kN)
Pengaruh (kN) (kN) Pengaruh (kN)
1 1.000 0 0.00 1.000 145 145.00
2 0.992 145 143.88 0.934 145 135.41
3 0.926 35 32.42 0.868 35 30.37
4 0.860 145 124.70 0.802 145 116.22
5 0.794 145 115.11 0.735 145 106.63
6 0.728 35 25.47 0.669 35 23.42
7 0.662 145 95.92 0.603 145 87.45
8 0.595 145 86.33 0.537 145 77.85
9 0.529 35 18.52 0.471 35 16.48
10 0.463 145 67.15 0.405 145 58.67
11 0.397 145 57.55 0.338 145 49.08
12 0.331 35 11.58 0.272 35 9.53
13 0.265 145 38.37 0.206 145 29.89
14 0.198 145 28.78 0.140 145 20.30
15 0.132 35 4.63 0.074 35 2.58
16 0.066 145 9.59 0.008 145 1.12
Reaksi total titik A 860.00 Reaksi total titik B 910.00

Sehingga gaya geser akibat beban truk yang digunakan dalam


perhitungan adalah :

Momen dan gaya geser akibat beban jalur, yaitu beban merata
sebesar 9,3 kN/m adalah:

( )

( )
94

Untuk beban hidup pejalan kaki pada gelagar exterior, yaitu beban
merata sebesar 4,86 kN/m adalah:

b. Bentang Pendek (40m)

Tabel 5.9 merupakan hasil perhitungan momen untuk beban tandem dan
tabel 5.10 untuk momen hasil beban truk.

Tabel 5.9. Momen Akibat Beban Tandem Berdasarkan Garis Pengaruh

No Tinggi Garis Pengaruh (m) Beban (kN) Momen (kN.m)

1 0.9 110 99
2 1.5 110 165
3 2.6 110 286
4 3.2 110 352
5 4.3 110 473
6 4.9 110 539
7 6 110 660
8 6.6 110 726
9 7.7 110 847
10 8.3 110 913
11 9.4 110 1034
12 10 110 1100
13 8.9 110 979
14 8.3 110 913
15 7.2 110 792
16 6.6 110 726
17 5.5 110 605
18 4.9 110 539
19 3.8 110 418
20 3.2 110 352
21 2.1 110 231
22 1.5 110 165
23 0.4 110 44
Momen Total 12958
95

Sehingga momen akibat beban tandem yang digunakan dalam


perhitungan adalah :

Tabel 5.10. Momen Akibat Beban Truk Berdasarkan Garis Pengaruh

No Tinggi Garis Pengaruh (m) Beban (kN) Momen (kN.m)

1 1.4 145 203


2 3.55 145 514.75
3 5.7 35 199.5
4 7.85 145 1138.25
5 10 145 1450
6 7.85 35 274.75
7 5.7 145 826.5
8 3.55 145 514.75
9 1.4 35 49
Momen Total 5170.5

Sehingga momen akibat beban truk yang digunakan dalam


perhitungan adalah :

Gaya geser yang dihasilkan akibat beban hidup dapat dilihat pada
tabel 5.11 untuk beban tandem dan 5.12 untuk beban truk.

Tabel 5.11. Gaya Geser Akibat Beban Tandem Berdasarkan Garis


Pengaruh

Reaksi titik A Reaksi titik B


No Tinggi Garis Beban Reaksi Tinggi Garis Beban Reaksi
Pengaruh (kN) (kN) Pengaruh (kN) (kN)
1 1.000 110 110 1.000 0 0
2 0.970 110 106.7 0.965 110 106.15
3 0.915 110 100.65 0.935 110 102.85
4 0.885 110 97.35 0.880 110 96.8
5 0.830 110 91.3 0.850 110 93.5
6 0.800 110 88 0.795 110 87.45
7 0.745 110 81.95 0.765 110 84.15
8 0.715 110 78.65 0.710 110 78.1
96

9 0.660 110 72.6 0.680 110 74.8


10 0.630 110 69.3 0.625 110 68.75
11 0.575 110 63.25 0.595 110 65.45
12 0.545 110 59.95 0.540 110 59.4
13 0.490 110 53.9 0.510 110 56.1
14 0.460 110 50.6 0.455 110 50.05
15 0.405 110 44.55 0.425 110 46.75
16 0.375 110 41.25 0.370 110 40.7
17 0.320 110 35.2 0.340 110 37.4
18 0.290 110 31.9 0.285 110 31.35
19 0.235 110 25.85 0.255 110 28.05
20 0.205 110 22.55 0.200 110 22
21 0.150 110 16.5 0.170 110 18.7
22 0.120 110 13.2 0.115 110 12.65
23 0.065 110 7.15 0.085 110 9.35
24 0.035 110 3.85 0.030 110 3.3
` Reaksi total titik A 1366.20 Reaksi total titik B 1273.80

Sehingga gaya geser akibat beban truk yang digunakan dalam


perhitungan adalah :

Tabel 5.12. Gaya Geser Akibat Beban Truk Berdasarkan Garis Pengaruh
Reaksi titik A Reaksi titik B
No Tinggi Garis Beban Reaksi Tinggi Garis Beban Reaksi
Pengaruh (kN) (kN) Pengaruh (kN) (kN)
1 1.000 145 145 1.000 0 0
2 0.893 145 129.41 0.968 145 140.29
3 0.785 35 27.48 0.860 35 30.1
4 0.678 145 98.24 0.753 145 109.11
5 0.570 145 82.65 0.645 145 93.53
6 0.463 35 16.19 0.538 35 18.81
7 0.355 145 51.48 0.430 145 62.35
8 0.248 145 35.89 0.323 145 46.76
9 0.140 35 4.9 0.215 35 7.53
10 0.033 145 4.71 0.108 145 15.59
Reaksi total titik A 595.94 Reaksi total titik B 524.06
97

Sehingga gaya geser akibat beban truk yang digunakan dalam


perhitungan adalah :

Momen dan gaya geser akibat beban jalur, yaitu beban merata
sebesar 9,3 kN/m adalah:

( )

( )

Untuk beban hidup pejalan kaki pada gelagar exterior, yaitu beban
merata sebesar 4,86 kN/m adalah:

4. Faktor Distribusi Momen dan Geser untuk Beban Hidup

a. Faktor Distribusi Momen (mgm)

Perhitungan faktor distribusi momen untuk bentang panjang (65 m)


adalah sebagai berikut:
 Gelagar Interior

Rumus yang digunakan dalam perhitungan faktor distribusi momen


didasarkan pada tipe dari struktur jembatan dan bentuk dari penampang
melintang (cross section) dari jembatan. Berdasarkan tabel 4.6.2.2.2b-1
AASHTO LRFD Bridge Design Specification (dapat dilihat pada bagian
lampiran) maka faktor distribusi momen dihitung dengan rumus:
98

 Satu Pembebanan Jalur Rencana

( ) ( ) ( )

Pada perencanaan awal ini, nilai Kg/L.ts3 = 1 (asumsi)

( ) ( ) ( )

 Dua atau Lebih Pembebanan Jalur Rencana

( ) ( ) ( )

( ) ( ) ( )

Dipilih/digunakan nilai mgm terbesar yaitu 0,5054.

 Gelagar Exterior
Rumus yang digunakan dalam perhitungan faktor distribusi momen
didasarkan pada tipe dari struktur jembatan dan bentuk dari penampang
melintang (cross section) dari jembatan. Berdasarkan tabel 4.6.2.2.2d-1
AASHTO LRFD Bridge Design Specification (dapat dilihat pada bagian
lampiran) maka faktor distribusi momen dihitung dengan rumus:
 Satu Pembebanan Jalur Rencana

Nilai faktor distribusi dihitung berdasarkan nilai lever rule berdasarkan


gambar 5.12 di bawah ini.
99

1.25
0.95 1.80
0.60
0.5 P 0.5 P
0.35

1.15 2.20

Gambar 5.12.Lever Rule

 Dua atau Lebih Pembebanan Jalur Rencana

Dipilih/digunakan nilai mgm terbesar yaitu 0,4524.

Dengan menggunakan cara yang sama didapatkan nilai faktor distribusi


momen untuk bentang pendek (40m) seperti pada tabel 5.13 di bawah ini.

Tabel 5.13. Nilai Faktor Distribusi Momen Untuk Bentang Pendek

Faktor
Faktor
No Gelagar Jumlah Pembebanan Jalur Distribusi
Distribusi
Pakai
Satu Jalur Rencana 0,3804
1 Gelagar Interior 0,5493
Dua atau Lebih Jalur Rencana 0,5493
Satu Jalur Rencana 0,341
2 Gelagar Exterior 0,492
Dua atau Lebih Jalur Rencana 0,492
100

b. Faktor Distribusi Geser (mgv)


Perhitungan faktor distribusi geser untuk bentang panjang (65 m) adalah
sebagai berikut:
 Gelagar Interior

Rumus yang digunakan dalam perhitungan faktor distribusi geser


didasarkan pada tipe dari struktur jembatan dan bentuk dari penampang
melintang (cross section) dari jembatan. Berdasarkan tabel 4.6.2.2.3a-1
AASHTO LRFD Bridge Design Specification (dapat dilihat pada bagian
lampiran) maka faktor distribusi geser dihitung dengan rumus:
 Satu Pembebanan Jalur Rencana

 Dua atau Lebih Pembebanan Jalur Rencana

( )

( )

Dipilih/digunakan nilai mgm terbesar yaitu 0,7688.

 Gelagar Exterior
Rumus yang digunakan dalam perhitungan faktor distribusi geser
didasarkan pada tipe dari struktur jembatan dan bentuk dari penampang
melintang (cross section) dari jembatan. Berdasarkan tabel 4.6.2.2.3b-1
AASHTO LRFD Bridge Design Specification (dapat dilihat pada bagian
lampiran) maka faktor distribusi momen dihitung dengan rumus:
 Satu Pembebanan Jalur Rencana

Nilai faktor distribusi dihitung berdasarkan nilai lever rule sesuai


dengan gambar 5.12 di atas tadi.
101

Sehingga diperoleh nilai mgv = mgm = 0,341

 Dua atau Lebih Pembebanan Jalur Rencana

Dipilih/digunakan nilai mgm terbesar yaitu 0,551.

Dengan menggunakan cara yang sama didapatkan nilai faktor distribusi


untuk bentang pendek (40m) seperti pada tabel 5.14 di bawah ini.

Tabel 5.14. Nilai Faktor Distribusi Geser Untuk Bentang Pendek

Faktor
Faktor
No Gelagar Jumlah Pembebanan Jalur Distribusi
Distribusi
Pakai
Satu Jalur Rencana 0,6495
1 Gelagar Interior 0,7688
Dua atau Lebih Jalur Rencana 0,7688
Satu Jalur Rencana 0,341
2 Gelagar Exterior 0,551
Dua atau Lebih Jalur Rencana 0,551

5. Perhitungan Momen dan Gaya Geser Terfaktor Beban Hidup

 Gelagar Interior Bentang Panjang (65m)

 Untuk semua jenis pembebanan, IM = 33% = 0,33

(( ( ) )

(( ( ) )

(( ( ) )

Digunakan nilai MLL+IM terbesar yaitu 25472,47 kN.m.


102

(( ( ) )

(( ( ) )

(( ( ) )

Digunakan nilai VLL+IM terbesar yaitu 2455,69 kN.

 Untuk fatigue, IM = 15% = 0.15

(( ( ) )

(( ( ) )

Digunakan nilai MLL+IM terbesar yaitu 22361,05 kN.m.

(( ( ) )

(( ( ) )

Digunakan nilai VLL+IM terbesar yaitu 2154,79 kN.

 Gelagar Exterior Bentang Panjang (65m)

 Untuk semua jenis pembebanan, IM = 33% = 0,33

(( ( ) )
103

(( ( ) )

Digunakan nilai MLL+IM terbesar yaitu 22797,86 kN.m.

(( ( ) )

(( ( ) )

Digunakan nilai VLL+IM terbesar yaitu 1759,91 kN.

 Untuk fatigue, IM = 15% = 0.15

(( ( ) )

(( ( ) )

Digunakan nilai MLL+IM terbesar yaitu 20013,14 kN.m.

(( ( ) )

(( ( ) )

Digunakan nilai VLL+IM terbesar yaitu 1544,27 kN

Momen dan gaya geser terfaktor bentang pendek (40m) akibat beban
hidup dihitung dengan cara yang sama dengan perhitungan di atas dan
104

hasilnya dapat dilihat pada tabel 5.15 untuk momen terfaktor dan 5.16 untuk
gaya geser terfaktor.

Tabel 5.15 Momen Tefaktor Beban Hidup Bentang Pendek (40m)

MLL+IM Tan MLL+IM MLL+IM


No Gelagar IM
(kN.m) truk (kN.m) Pakai (kN.m)

33% 10489,12 4799,43 10489,12


1 Gelagar Interior
15% 8472,1 3945,53 8472,1
33% 9387,77 4295,49 9387,77
2 Gelagar Exterior
15% 8241,01 3837,91 8241,01

Tabel 5.16 Gaya Geser Tefaktor Beban Hidup Bentang Pendek (40m)

VLL+IM Tan VLL+IM VLL+IM


No Gelagar IM
(kN) truk (kN) Pakai (kN)

33% 1540,02 752,38 1540,02


1 Gelagar Interior
15% 1350,95 669,911 1350,95
33% 1103,68 539,21 1103,68
2 Gelagar Exterior
15% 968,18 480,1 968,18

6. Perhitungan Kombinasi Pembebanan

Kombinasi pembebanan dan faktor beban yang digunakan untuk


perencanaan dapat dilihat pada tabel 5.17 di bawah ini.

Tabel 5.17 Kombinasi Pembebanan

Kombinasi Faktor Beban


Beban DC DW LL IM PL WS EQ
Strength I 1.25 1.5 1.75 1.75 1.75 - -
Service II 1 1 1.3 1.3 1.3 - -
Fatigue - - 0.75 0.75 0.75 - -

Kombinasi momen dan gaya geser yang digunakan dalam perhitungan


adalah sebagai berikut:
105

a. Bentang Panjang (65 m)

 Gelagar Interior

Kombinasi momen:

( ) ( )
( )

( ) ( ) ( )

Kombinasi gaya geser:

( ) ( ) ( )

( ) ( ) ( )

 Gelagar Exterior

Kombinasi momen:

( ) ( )
( ) ( )

( ) ( ) ( )
( )

( ) ( )
106

Kombinasi gaya geser:

( ) ( ) ( )
( )

( ) ( ) ( )
( )

( ) ( )

Pada perencanaan gelagar, dimensi gelagar interior dan gelagar exterior


disamakan, sehingga momen dan gaya geser yang digunakan adalah momen
dan gaya geser terbesar dari gelagar interior atau gelagar exterior yang
dihasilkan oleh ketiga kombinasi pembebanan diatas.
Sehingga besarnya momen yang digunakan adalah akibat kombinasi
strength I pada gelagar exterior yaitu 64625,78 kNm.
Untuk gaya geser yang digunakan adalah akibat kombinasi strength I
pada gelagar interior yaitu 5260,42 kN.

b. Bentang Pendek (40 m)

Perhitungan kombinasi pembebanan pada bentang pendek (40m)


dilakukan dengan cara yang sama dengan bentang panjang (65m) dan
hasilnya dapat dilihat pada tabel 5.18 di bawah ini.

Tabel 5.18. Kombinasi Momen dan Gaya Geser Untuk Bentang Pendek

No Gelagar Kombinasi Beban Momen (kN.m) Gaya Geser (kN)


Strength I 24281,87 3287,62
1 Gelagar Interior Service II 18234,46 2461,88
Fatigue 6354,08 1013,21
Strength I 25793,62 2867,94
2 Gelagar Exterior Service II 19522,05 2166,58
Fatigue 6909,75 799,03
107

Berdasarkan tabel 5.18 di atas, besarnya momen yang digunakan untuk


desain adalah momen akibat kombinasi strength I gelagar exterior yaitu
25793,62 kNm.
Gaya geser yang digunakan adalah akibat kombinasi strength I gelagar
interior sebesar 3287,62 kN.

7. Penentuan Dimensi Gelagar Pelat

Perhitungan yang akan dituliskan pada sub-bab ini adalah perhitungan


gelagar pelat untuk bentang panjang (65m), sedangkan untuk bentang
pendek (40m) hanya akan dituliskan hasilnya saja pada bagian akhir.
Gelagar pelat yang didesain adalah gelagar pelat profil I dengan data-data
dan perhitungan sebagai berikut.

Panjang Bentang = 65 m = 65000 mm

Mutu Baja untuk Badan (Fy) = 345 Mpa

Mutu Baja untuk Sayap (Fy) = 345 Mpa

Modulus Elastisitas Baja (E) = 200000 Mpa

Berat jenis baja = 78,5 kN/m3

Faktor reduksi kekuatan lentur = 0,9

Faktor reduksi kekuatan geser = 0,6

Mu yang digunakan = 64625,78 kNm


108

 Menentukan ukuran pelat badan (web):

Tinggi gelagar pelat > 0,033 x L = 0,033 x 65 = 2,145 m

Dicoba tinggi badan (h) = 2,5 m = 2500 mm

Syarat gelagar pelat:

Untuk a/h < 1,5 maka:

( ⁄√ ) ( ⁄√ )

Untuk a/h > 1,5 maka:

√ ( )

( ⁄√ ( )) ( ⁄√ ( )

Berdasarkan syarat-syarat diatas maka dicoba tebal badan = tw = 20 mm

 Menentukan ukuran pelat sayap (flange):

Dicoba tebal pelat sayap = tf = 80 mm

Sehingga lebar sayap (bf),


109

 Menghitung berat sendiri gelagar dan momen total:

( )

( )

Berat sendiri komponen tambahan (pengaku, cross-frame) = 0,25 kN/m

Momen akibat berat sendiri gelagar dan beban tambahan,

⁄ ⁄ ( )

Momen total terfaktor,

( ) ( )

Misal tetap dipakai tebal pelat sayap = tf = 80 mm, maka:


110

 Modulus penampang gelagar pelat:

[( ) ( )]

[( ) ( )]

[ ]

( ) ( )

 Cek terhadap tipe keruntuhan tekuk torsi lateral:

√ √
( ) ( )

L = panjang bentang tidak terkekang = 5000 mm

√ √

√ √

Karena nilai λG< λp maka yang terjadi adalah keruntuhan akibat leleh,

sehingga Fcr = Fy = 345 Mpa


111

[ ] * +

[ ] [ ]

Sehingga dimensi gelagar tersebut aman terhadap tekuk torsi lateral.

 Cek terhadap tipe keruntuhan tekuk lokal flens :

√ √

√ √

0,36≤ ke≤ 0,763

Maka ke pakai = 0,36

√ √
112

Karena nilai λG< λp maka yang terjadi adalah keruntuhan akibat leleh,

sehingga Fcr = Fy = 345 Mpa.

Sehingga dimensi gelagar tersebut aman terhadap tekuk lokal flens.

Berat sendiri gelagar jembatan per meter untuk bentang panjang:

( )

( )

Hasil perhitungan dimensi gelagar untuk bentang pendek (40m) dapat


dilihat dibawah ini.

Tinggi badan, h = 1700 mm

Tebal badan, tw = 15 mm

Lebar sayap, bf = 850 mm

Tebal sayap, tf = 60 mm

Φ.Mn yang dihasilkan = 29057,56 kN.m


113

Mu yang bekerja = 28122,8 kN.m

Berat sendiri gelagar jembatan per meter untuk bentang pendek:

( )

( )

Gambar 5.13 di bawah ini menunjukkan ukuran gelagar pelat untuk


bentang panjang dan bentang pendek.

bf = 1200 mm

bf = 850 mm

tw = 20 mm
h = 2500 mm
tw = 15 mm
h = 1700 mm

tf = 80 mm
tf = 60 mm

Bentang Panjang Bentang Pendek

Gambar 5.13. Dimensi Profil Gelagar Pelat


114

B. PERHITUNGAN STRUKTUR KOMPOSIT

Perhitungan struktur komposit yang dituliskan pada sub-bab ini adalah


perhitungan untuk bentang panjang (65m). Sedangkan untuk bentang pendek
(40m) hanya akan dituliskan hasil perhitungannya pada bagian akhir sub-bab ini.
Perhitungan struktur komposit yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Penentuan Lebar Efektif (be)

a. Gelagar Interior

Digunakan nilai be terkecil yaitu be = 2200 mm

b. Gelagar Exterior

Digunakan nilai be terkecil yaitu be = 2250 mm


115

Nilai lebar efektif (be) yang digunakan dalam perhitungan adalah lebar
efektif pada gelagar interior yaitu be = 2200 mm.

2. PerhitunganProperti Penampang

Hasil perhitungan properti potongan melintang gelagar baja dapat dilihat


pada tabel 5.19 di bawah ini, dengan nilai y ditinjau dari bagian teratas sayap
atas.

Tabel 5.19. Perhitungan Properti Potongan Melintang Gelagar Baja

Area /A y -y ' Ax(y -y ')2


Komponen y (mm) Axy (mm3) Io
(mm2) (mm) (mm)
Sayap Atas 96000 40 3840000 -1290 1.59754E+11 51200000
Badan 50000 1330 66500000 0 0 26041666667
Sayap Bawah 96000 2620 251520000 1290 1.59754E+11 51200000
Total 242000 321860000 3.19507E+11 26144066667

( )

3. Perhitungan Momen dan Gaya Geser

a. Momen dan Geser Akibat Beban Mati

Momen dan gaya geser yang digunakan dalam perhitungan sama dengan
momen dan gaya geser yang sudah dihitung pada perhitungan dimensi gelagar,
hanya pada momen dan geser akibat beban mati DC perlu dilakukan
perhitungan ulang. Hal ini dikarenakan pada perhitungan sebelumnya beban
akibat berat sendiri gelagar dan beban akibat komponen tambahan (pengaku
dan cross-frame) belum dimasukkan, sehingga perlu dilakukan perhitungan
ulang dengan memasukkan kedua beban tersebut.
116

 Gelagar Interior
 Momen dan gaya geser akibat beban mati (DC)

Berat gelagar dan komponen tambahan = 19,247 kN/m

WDC = 19,44 kN/m

WDC tot = 19,44+ 19,247= 38,687 kN/m

 Momen dan gaya geser akibat beban mati DW


Momen dan gaya geser akibat beban mati WDW = 3,553 kN/m sama
dengan perhitungan sebelumnya yaitu:

 Gelagar Exterior
 Momen dan gaya geser akibat beban mati (DC)

Berat gelagar dan komponen tambahan = 19,247 kN/m

WDC = 28,35 kN/m

WDC tot = 28,35+ 19,247 = 47,597 kN/m

 Momen dan gaya geser akibat beban mati DW


Momen dan gaya geser akibat beban mati WDW = 1,922 kN/m sama
dengan perhitungan sebelumnya yaitu:
117

b. Momen dan Gaya Geser Akibat Beban Hidup

Momen dan gaya geser yang digunakan dalam perhitungan sama dengan
momen dan gaya geser yang sudah dihitung pada perhitungan sebelumnya
yaitu pada tabel 5.5, 5.6, 5.7, dan 5.8 momen dan gaya geser maksimal akibat
beban hidup.

4. Faktor Distribusi Momen dan Geser untuk Beban Hidup

a. Faktor Distribusi Momen (mgm)

Faktor distribusi momen perlu dihitung ulang karena dimensi gelagar pelat
telah diperoleh dan karena pada perhitungan sebelumnya nilai Kg/L.ts3
diasumsikan sama dengan 1. Berikut adalah perhitungan faktor distribusi
momen.

( ( )√ )

( )

( )

 Gelagar Interior

 Satu Pembebanan Jalur Rencana

( ) ( ) ( )

( ) ( ) ( )
118

 Dua atau Lebih Pembebanan Jalur Rencana

( ) ( ) ( )

( ) ( ) ( )

Dipilih/digunakan nilai mgm terbesar yaitu 0,757.

 Gelagar Exterior
 Satu Pembebanan Jalur Rencana

Sama dengan perhitungan sebelumnya yaitu:

 Dua atau Lebih Pembebanan Jalur Rencana

Untuk nilai esama dengan perhitungan sebelumnya yaitu:

Dipilih/digunakan nilai mgm terbesar yaitu .

b. Faktor Distribusi Geser (mgv)


Sedangkan untuk faktor distribusi geser tidak perlu dilakukan
perhitungan ulang sehingga nilai faktor distribusi geser sama dengan yang
sudah dihitung pada perhitungan sebelumnya yaitu:
 Gelagar Interior

Nilai mgv pakai yaitu 0,7688.

 Gelagar Exterior

Nilai mgv pakai yaitu 0,551.


119

5. Perhitungan Momen dan Gaya Geser Terfaktor Beban Hidup

Karena telah diperoleh nilai faktor distribusi momen yang baru, maka
perlu dihitung ulang besarnya momen terfaktor akibat beban hidup.
Sedangkan untuk gaya geser terfaktor tidak perlu dilakukan perhitungan ulang
karena faktor distribusi gesernya tidak berubah, sehingga digunakan gaya
geser terfaktor sama dengan perhitungan yang telah dilakukan sebelumnya.

a. Gelagar Interior

 Momen Terfaktor

 Untuk semua jenis pembebanan, IM = 33% = 0,33

(( ( ) )

(( ( ) )

(( ( ) )

Digunakan nilai MLL+IM terbesar yaitu kN.m.

 Untuk fatigue, IM = 15% = 0.15

(( ( ) )

(( ( ) )

Digunakan nilai MLL+IM terbesar yaitu kN.m.


120

 Gaya Geser Terfaktor

 Untuk semua jenis pembebanan, IM = 33% = 0,33

Digunakan nilai VLL+IMyang sama seperti pada perhitungan


sebelumnya yaitu 2455,69 kN.
 Untuk fatigue, IM = 15% = 0.15

Digunakan nilai VLL+IMyang sama seperti pada perhitungan


sebelumnya yaitu 2154,79 kN

b. Gelagar Exterior

 Momen Terfaktor

 Untuk semua jenis pembebanan, IM = 33% = 0,33

(( ( ) )

(( ( ) )

Digunakan nilai MLL+IM terbesar yaitu kN.m.

 Untuk fatigue, IM = 15% = 0.15

(( ( ) )

(( ( ) )

Digunakan nilai MLL+IM terbesar yaitu kN.m.


121

 Gaya Geser Terfaktor

 Untuk semua jenis pembebanan, IM = 33% = 0,33

Digunakan nilai VLL+IM yang sama seperti pada perhitungan


sebelumnya yaitu 1759,91 kN.
 Untuk fatigue, IM = 15% = 0.15

Digunakan nilai VLL+IM yang sama seperti pada perhitungan


sebelumnya yaitu 1544,27 kN

6. Perhitungan Kombinasi Pembebanan

Kombinasi pembebanan yang digunakan sama dengan kombiasi


pembebanan pada perhitungan dimensi gelagar yaitu strength I, service II, dan
fatigue. Perhitungan kombinasi momen dan gaya geser untuk gelagar interior
adalah sebagai berikut:
a. Kombinasi Momen

( ) ( )
( )

( ) ( ) ( )

b. Kombinasi Geser
( ) ( ) ( )

( ) ( ) ( )
122

Perhitungan kombinasi momen dan gaya geser untuk gelagar exterior


adalah sebagai berikut:
a. Kombinasi Momen

( ) ( )
( ) ( )

( ) ( ) ( )
( )

( ) ( )

b. Kombinasi Geser
( ) ( ) ( )
( )

( ) ( ) ( )
( )

( ) ( )

Untuk perencanaan selanjutnya digunakan momen dan gaya geser terbesar


dari kombinasi pembebanan gelagar interior atau gelagar exterior di atas.
Sehingga, besarnya momen yang digunakan adalah akibat kombinasi strength
I pada gelagar exterior yaitu 97212,66 kNm.
Untuk gaya geser yang digunakan adalah akibat kombinasi strength I
pada gelagar interior yaitu 6042,33 kN.
123

7. Menghitung Kapasitas Momen Nominal

Momen nominal (Mn) untuk penampang komposit dihitung sebagai


berikut:
Nilai gaya tekan (C) yang digunakan adalah nilai terkecil dari :

Sehingga digunakan nilai C = 16830000 N.

Karena seluruh slab jembatan mengalami tekan,


sehingga letak garis netral berada di pelat badan atau pelat sayap, dapat dilihat
pada gambar 5.14 di bawah ini.

a x C
tf PNA

y'

Gambar 5,14. Lokasi Garis Netral (PNA)

Letak garis netral dianggap berada pada sayap atas.Besar nilai x dapat
dihitung dengan menggunakan keseimbangan gaya-gaya yang terjadi yaitu
sebagai berikut:

( )
124

( )

( )

( ) ( ) ( )
( )

Hasil perhitungan properti potongan melintang gelagar baja pada saat aksi
komposit terjadi dapat dilihat pada tabel 5.20 di bawah ini, dengan nilai y
ditinjau dari bagian teratas sayap atas.

Tabel 5.20. Perhitungan Properti Potongan Melintang Gelagar Baja


Komposit

Komponen Area /A (mm2) y (mm) Axy (mm3)

Gelagar Pelat 242000 1330 321860000


Sayap Atas 96000 40 3840000
Total 146000 318020000

Jarak dari bagian teratas pelat sayap atas dengan bagian yang mengalami
tarik (y’) dapat dihitung sebagai berikut atau dapat dilihat pada gambar 5.15 di
bawah ini.
125

a x
C
tf
PNA

ds
dt
y'

Gambar 5.15. Jarak y’ dan Jarak Gaya Tekan Terhadap Pusat Gaya Tarik

Sedangkan jarak untuk masing-masing gaya tekan terhadap pusat gaya


tarik (dapat dilihat pada gambar 5.15) adalah:

( ) ( )

( ) ( )
126

8. Perencanaan Shear Connector

Perhitungan untuk shear connector adalah sebagai berikut:


Diameter maksimum stud connector adalah:

Digunakan diameter stud = 22 mm

Misal digunakan tinggi stud = 175 mm

Ratio perbandingan tinggi dengan diameter stud harus memenuhi syarat:

Berdasarkan peraturan AASHTO:

√ √

√ √

Qn pakai = 159574,8 N sehingga,

Jumlah shear connector untuk setengah bentang adalah:


127

Untuk keseluruhan bentang jumlah shear connector adalah

Digunakan5 buah shear connector pada 1 baris sehingga jarak antar


barisshear connector adalah:

( ⁄ )

Sehingga,

Untuk jarak antar stud dalam 1 baris digunakan jarak 150 mm.

Sehingga,

Jarak minimal antara stud terluar dengan pinggir sayap adalah 25 mm,
sehingga jarak antara stud terluar dengan pinggir sayap gelagar yang dipakai
adalah:

( )

( )

Sehingga digunakan jumlah shear connector sebanyak 250 buah dengan


jarak antar baris adalah 1300 mm dan masing-masing baris terdiri dari 5 buah
stud. Gambar 5.16 di bawah ini menunjukkan jumlah stud pada satu baris dan
jarak-jarak yang digunakan.
128

150 mm
22 mm 175 mm 300 mm

249 mm

1200 mm

Gambar 5.16.Jumlah Shear Connector Pada Satu Baris

9. Perencanaan Geser

Perhitungan perencanaan geser adalah sebagai berikut:


Koefisien tekuk geser (k) =5

√ √

√ √

( ) ( )
( )
( )
129

Sehingga;

Maka dalam perencanaan gelagar ini diperlukan pengaku. Pengaku yang


digunakan adalah pengaku transversal petengahan (transverse intermediate
stiffeners) dan pengaku tumpuan (bearing stiffeners).

10. Perencanaan Pengaku Transversal Pertengahan (Transverse


Intermediate Stiffeners)

Jarak antar pengaku (do)harus kurang dari:

( ) ( )

Dicoba digunakan do = 6500 mm

( )

( )

( ) ( )

√ √

√ √
130

Sehingga:

( ) ( )
( )
( )

( )

√ ( ) ]
[

( )

√ ( )
[ ]

Sehingga;

Maka dengan menggunakan pengaku transversal petengahan (transverse


intermediate stiffeners) gelagar tersebut mampu menahan gaya geser yang
terjadi akibat pembebanan yang terjadi.
Dimensi pengaku dihitung sebagai berikut:

Dicoba tebal pengaku (tp) = 20 mm

Lebar pengaku (bt) harus memenuhi syarat:

Dicoba digunakan bt = 300 mm

( )

( )
131

( ( ) )

( ( ) )

[ ( ) ]

[ ( ) ]

Sehingga dimensi pengaku dan jarak antar pengaku yang digunakan


aman untuk menahan gaya geser yang terjadi. Gambar dimensi pengaku dan
jarak antar pengaku untuk bentang panjang dapat dilihat pada gambar 5.17
di bawah ini.
132

Potongan A-A

tp = 20 mm
Pot A-A
Pelat Badan
tw = 20 mm

bt = 300 mm transverse
intermediate
stiffeners
do = 6500 mm
tp = 20 mm

Gambar.5.17. Dimensi dan Jarak antar Pengaku Antara

11. Perencanaan Pengaku Tumpuan (Bearing Stiffeners)

Misal digunakan tebal pelat pengaku (tp) = 20 mm

√ √

Digunakan lebar pengaku (bt) = 300 mm

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 5.18 dan 5.19 di bawah.
Potongan A-A

Pot A-A tw = 20 mm

bt = 300 mm bearing
stiffeners

tp = 20 mm

Gambar 5.18. Ukuran Pengaku Tumpuan


133

bearing
stiffeners

Las Sudut
25 mm x 25 mm

25 mm

bt = 300 mm

Gambar 5.19. Lebar Efektif Pengaku Tumpuan

Berdasarkan pada perhitungan pembebanan pada sub-bab sebelumnya,


reaksi pada daerah tumpuan untuk kombinasi strength I adalah:

Sehingga,

Karena reaksi yang terjadi lebih besar daripada gaya yang dihasilkan oleh
pengaku tumpuan, maka perlu ditambah jumlah pengaku tumpuan yang
dipasang seperti pada gambar 5.20 di bawah ini.
134

bearing stiffeners

Tengah-Tengah
Pelat Badan tw = 20 mm

9tw = 180 mm 9tw = 180 mm

bt = 300 mm

tp = 20 mm

Gambar 5.20. Penampang Efektif Pengaku Tumpuan

( ) ( )

Sehingga,

Cek pengaku tumpuan terhadap tekanan aksial berdasarkan penampang


efektif pengaku tumpuan :
[( ( ) ) ( )]

( ) ( )

√ √

( ) ( )
135

Karena λ = 0,0266 ≤ 2,25 , maka:

Sehingga,

Maka digunakan dua pengaku tumpuan dengan jarak 180 mm dan


dimensi pengaku tumpuan adalah, bt = 300 mm dan tp = 20 mm.

12. Cek Terhadap Beban Angin

Cek terhadap beban angin dilakukan terhadap kombinasi pembebanan


strength V berdasarkan lalu lintas kendaraan normal pada jembatan. Jembatan
merupakan jembatan gelagar yang terletak di kota (city) sehingga:

VB = 160 km/jam

PB = 0,0024 Mpa

V10 = 160 km/jam

V0 = 19,3 km/jam

Z0 = 2500 mm

Z (tinggi jembatan) = 17000 mm

γ (kombinasi strength v) = 0,4

( ) ( )

( ) ( )
136

( ) ( )

Lb (jarak antar cross-frame) = 5000 mm

d (tinggi total struktur atas jembatan) =

Sehingga:

Sehingga beban angin tidak mengontrol pada desain gelagar dan desain
gelagar untuk bentang panjang aman terhadap beban angin yang terjadi.
137

Untuk bentang pendek (40m) data-data dan hasil perhitungan untuk struktur
komposit adalah sebagai berikut:

Panjang bentang = 40000 mm

Modulus elastis baja, E = 200000 Mpa

Tegangan leleh baja, Fy = 345 Mpa

Koefisien tekuk geser (k) =5

Tebal slab beton (ts) = 300 mm

Kuat tekan beton (f’c) = 30 Mpa

Tinggi pelat badan (h) = 1700 mm

Tebal pelat badan (tw) = 15 mm

Lebar sayap (bf) = 850 mm

Tebal sayap (tf) = 60 mm

Luas gelagar pelat (As) = 127500 mm2

Momen inertia gelagar pelat (I) = 8,52 x 1010 mm4

Lebar efektif yang digunakan (be) = 2200 mm

Momen ultimit desain (Mu) = 33831,27 x 106 N.mm

Gaya geser ultimit (Vu) = 3544,09 x 103 N

Momen nominal yang dihasilkan (Mn) = 46956,18 x 106 N.mm

Sehingga,
138

Digunakan pengaku antara dengan:

Lebar pengaku antara (bt) = 200 mm

Tebal pengaku antara (tp) = 15 mm

Jarak pengaku antara (do) = 2000 mm

Gaya geser yang dihasilkan (Vn) = 4380,45 x 103 N

Sehingga,

Gambar 5.21 menunjukkan dimensi dan jarak antar pengaku antara yang
digunakan pada bentang pendek.

Potongan A-A

tp = 15 mm
Pot A-A
Pelat Badan
tw = 15 mm

bt = 200 mm transverse
intermediate
stiffeners
do = 2000 mm
tp = 15 mm

Gambar 5.21. Dimensi dan Jarak antar Pengaku Antara Bentang Pendek

Digunakan pengaku tumpuan dengan:

Lebar pengaku tumpuan (bt) = 200 mm

Tebal pengaku tumpuan (tp) = 15 mm

Digunakan 2 pengaku tumpuan dengan jarak = 135 mm

Gaya yang dihasilkan (Pn) = 5472,03 x 103 N


139

Sehingga,

Gambar 5.22 menunjukkan dimensi dan jarak antar pengaku tumpuan yang
digunakan pada bentang pendek.

bearing stiffeners

Tengah-Tengah
Pelat Badan tw = 15 mm

9tw = 135 mm 9tw = 135 mm

bt = 200 mm

tp = 15 mm

Gambar 5.22. Dimensi dan Jarak Pengaku Tumpuan Bentang Pendek

Digunakan shear connector:

Diameter stud connector(d) = 22 mm

Tinggi shear connector (h) = 175 mm

Jumlah shear connector pada satu bentang (n) = 250 buah

Jarak antar shear connector = 800 mm

Jumlah shear connector pada satu bagian = 5 buah

Gambar 5.23 menunjukkan dimensi dan jarak antar shear connector pada satu
bagian yang digunakan pada bentang pendek.
140

150 mm
22 mm 175 mm 300 mm

125 mm

850 mm

Gambar 5.23. Dimensi dan Jarak Antar Shear ConnectorBentang Pendek


141

C. PERENCANAAN SAMBUNGAN BAUT PELAT SAYAP

Pada perencanaan sambungan baut pada pelat sayap, hanya akan diperlihatkan
perhitungan untuk bentang panjang saja, sedangkan untuk bentang pendek hanya
akan diperlihatkan hasil akhirnya karena perhitungan yang dilakukan
menggunakan cara yang sama. Berikut adalah data-data yang diperlukan dalam
perhitungan:
Tegangan leleh baja, Fy = 345 Mpa

Tegangan ultimate baja, Fu = 450 Mpa

Tinggi pelat badan, h = 2500 mm

Tebal pelat badan, tw = 20 mm

Lebar pelat sayap, bf = 1200 mm

Tebal pelat sayap, tf = 80 mm

Diameter baut, d = 22 mm

Diameter lubang baut, dlub = 25 mm

Tegangan ultimate baut, Fu = 830 Mpa

Tebal slab beton, ts = 300 mm

Lebar effektif, be = 2200 mm

Diameter tulangan slab, = 16 mm

Luas tulangan, Ad = 200,96 mm2

Jarak tulangan negatif (tulangan atas), s = 150 mm

Jarak tulangan positif (tulangan bawah), s = 150 mm

Luas tulangan atas , Aatas =


142

Luas tulangan atas , Abawah =

Faktor ketahanan terhadap lentur, Φf = 1,0

Faktor ketahanan terhadap geser, Φs = 1,0

Faktor ketahanan terhadap tekanan aksial, Φc = 0,9

Faktor ketahanan patah tarik pada luas bersih, Φu = 0,8

Faktor ketahanan patah tarik pada luas kotor, Φy = 0,95

Faktor ketahanan baut, Φb = 0,8

Faktor ketahanan baut terhadap geser, Φs = 0,8

Faktor ketahanan pada block shear, Φbs = 0,8

1. Gaya Desain

a. Daerah Tekan (Sayap Atas)

Pada perencanaan gelagar komposit diperoleh nilai x atau tinggi pelat


sayap yang mengalami tekan adalah 80 mm.
Sehingga besar gaya yang digunakan untuk desain pada daerah tekan
adalah:

b. Daerah Tarik (Sayap Bawah)

Pada perencanaan gelagar komposit diperoleh nilai x atau tinggi pelat


sayap yang mengalami tekan adalah 80 mm.
Sehingga besar gaya yang digunakan untuk desain pada daerah tarik
adalah:
143

( )

( ( ) ) ( )
( )

c. Gaya Desain Yang Digunakan

Gaya desain yang digunakan pada pelat sambung sayap disamakan antara
sayap atas dan sayap bawah. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi kesalahan
pemasangan pelat sambung dan tertukarnya jumlah baut yang digunakan
antara sayap atas dengan sayap bawah. Sehinggga besarnya gaya desain yang
digunakan merupakan gaya desain terbesar antara gaya yang terjadi pada
sayap atas dan sayap bawah.

Sehingga gaya desain yang digunakan pada perencanaan sambungan sayap


atas maupun sayap bawah adalah :

2. Menentukan Jumlah Baut Pada Pelat Sambung

a. Cek terhadap geser:

Jumlah pelat yang mengalami geser, Ns =2


144

b. Cek terhadap ketahanan tumpu:

Lc2 = jarak bersih antar tepi lubang

[ ]

Berdasarkan cek terhadap geser dan tahanan tumpu baut, maka jumlah
baut yang digunakan adalah:
Jumlah baut yang digunakan untuk sayap atas dan sayap bawah:
( )

Digunakan 224 baut dengan jumlah baut pada satu sisi 112 baut.

3. Menentukan Dimensi Pelat Sambung dan Jarak Antar Baut

a. Dimensi Pelat Sambung

Dicoba:

Tebal pelat sambung luar, tout = 90 mm

Lebar pelat sambung luar, bout = bf = 1200 mm

Tebal pelat sambung dalam, tin = 90 mm

Lebar pelat sambung dalam, bin = 590 mm


145

Gambar 5.24 di bawah ini menunjukan dimensi pelat sambung yang


digunakan:
Daerah Sambungan
Pelat Sambung Luar
Pelat Sayap 1200 x 90 mm
1200 x 80 mm

2 Pelat Sambung Dalam


590 x 90 mm

Pelat Badan
2500 x 20 mm

2 Pelat Sambung Dalam


590 x 90 mm
Pelat Sayap
1200 x 80 mm

Pelat Sambung Luar


1200 x 90 mm

Gambar 5.24. Dimensi Pelat Sambung Sayap Atas dan Bawah

b. Jarak Antar Baut

Persyaratan jarak antar baut:

Dicoba jarak baut, s = 75 mm

Persyaratan jarak baut dengan pinggir pelat untuk baut d=22 mm:

Dipakai, s = 75 mm

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 5.25 untuk jarak
antar baut pada pelat sambung luar dan gambar 5.26 untuk jarak antar baut
pelat sambng dalam.
146

50 mm 50 mm 50 mm 50 mm
7 x 75 mm 7 x 75 mm

75 mm

6 x 75 mm

1200 mm
150 mm

6 x 75 mm

75 mm

Gambar 5.25. Jarak Antar Baut Pada Pelat Sambung Luar

50 mm 50 mm 50 mm 50 mm
7 x 75 mm 7 x 75 mm

75 mm

590 mm 6 x 75 mm

65 mm
20mm
65 mm

590 mm 6 x 75 mm

75 mm

Gambar 5.26. Jarak Antar Baut Pada Pelat Sambung Dalam


147

4. Cek Terhadap Leleh dan Patah Pada Pelat Sambung

a. Cek Terhadap Tarik

1. Pelat Sambung Luar

Untuk leleh pada pelat sambung:

Karena terdapat 2 (dua) buah pelat sambung, sehingga gaya yang harus

ditahan oleh pelat sambung luar adalah:

Sedangkan untuk patah pada pelat sambung adalah:

Karena digunakan 14 baut pada 1 baris maka lebar bersih pelat


sambung,
( ) ( )

Maka:
148

2. Pelat Sambung Dalam

Untuk leleh pada pelat sambung:

Karena terdapat 2 (dua) buah pelat sambung, sehingga gaya yang harus

ditahan oleh pelat sambung luar adalah:

Sedangkan untuk patah pada pelat sambung adalah:

Karena digunakan 7 baut pada 1 sisi maka lebar bersih pelat sambung,
( ) ( )

Maka:

b. Cek Terhadap Tekan

1. Pelat Sambung Luar

Untuk leleh pada pelat sambung:


149

2. Pelat Sambung Dalam

Untuk leleh pada pelat sambung:

5. Cek Tahanan Pada Lubang Baut

Lc1 = jarak bersih tepi lubang terhadap pinggir pelat sambung

Lc2 = jarak bersih antar tepi lubang

Karena Lc2≥ 2.dbaut = 2x22 = 44 mm maka ketahanan nominal pada baris


terakhir:

Sedangkan ketahanan nominal untuk baris awal:


150

6. Cek Terhadap Block Shear

a. Pelat Sambung Luar

Cek terhadap block shear ini dilakukan pada satu sisi pelat sambung,
sehingga besarnya gaya yang digunakan sebagai kontrol adalah:

1. Kasus 1
Patah yang terjadi pada kasus 1 ini dapat dilihat pada gambar 5.27 di
bawah ini.
50 mm 50 mm
7 x 75 mm

75 mm

6 x 75 mm

150 mm

6 x 75 mm

75 mm

Gambar 5.27. Patah yang Terjadi Pada Kasus 1

Keterangan pada perhitungan:

AVg = Luas kotor geser AVn = Luas bersih geser

ATg = Luas kotor tarik ATn = Luas bersih tarik

[( ) ( ) ]

[( ) ( ) ( )]
151

Karena ATn = mm2 ≥ 0,58.AVn =0, maka,

( )
( )

2. Kasus 2
Patah yang terjadi pada kasus 2 ini dapat dilihat pada gambar 5.28 di
bawah ini.
50 mm 50 mm
7 x 75 mm

75 mm

6 x 75 mm

150 mm

6 x 75 mm

75 mm

Gambar 5.28. Patah yang Terjadi Pada Kasus 2

[ ]

[( ) ( ) ]

[( ) ( ) ( )]

Karena ATn = mm2 ≥ 0,58.AVn = mm2, maka,


152

( )

( )

3. Kasus 3
Patah yang terjadi pada kasus 3 ini dapat dilihat pada gambar 5.29 di
bawah ini.
50 mm 50 mm
7 x 75 mm

75 mm

6 x 75 mm

150 mm

6 x 75 mm

75 mm

Gambar 5.29. Patah yang Terjadi Pada Kasus 3

[ ]

[ ( )]

[[ ( )] ]

[[ ( )] ]

Karena ATn = mm2 ≥ 0,58.AVn = mm2, maka,

( )

( )
153

4. Kasus 4
Patah yang terjadi pada kasus 4 ini dapat dilihat pada gambar 5.30 di
bawah ini.
50 mm 50 mm
7 x 75 mm

75 mm

6 x 75 mm

150 mm

6 x 75 mm

75 mm

Gambar 5.30. Patah yang Terjadi Pada Kasus 4

[ ]

[ ( )]

[( ) ]

[( ) ( )]

Karena ATn = mm2≥ 0,58.AVn = mm2, maka,

( )

( )
154

b. Pelat Sambung Dalam

Cek terhadap block shear ini dilakukan pada satu sisi pelat sambung,
sehingga besarnya gaya yang digunakan sebagai kontrol adalah:

1. Kasus 1
Patah yang terjadi pada kasus 1 ini dapat dilihat pada gambar 5.31 di
bawah ini.
50 mm 50 mm
7 x 75 mm

75 mm

6 x 75 mm

65 mm
65 mm

6 x 75 mm

75 mm

Gambar 5.31. Patah yang Terjadi Pada Kasus 1

[( ) ]

[( ) ( )]

Karena ATn = mm2 ≥ 0,58.AVn =0, maka,


( )
( )
155

2. Kasus 2
Patah yang terjadi pada kasus 2 ini dapat dilihat pada gambar 5.32 di
bawah ini.
50 mm 50 mm
7 x 75 mm

75 mm

6 x 75 mm

65 mm
65 mm

6 x 75 mm

75 mm

Gambar 5.32. Patah yang Terjadi Pada Kasus 2

[ ]

[( ) ]

[( ) ( )]

Karena ATn = mm2 ≥ 0,58.AVn = mm2, maka,

( )

( )
156

3. Kasus 3
Patah yang terjadi pada kasus 3 ini dapat dilihat pada gambar 5.33 di
bawah ini.
50 mm 50 mm
7 x 75 mm

75 mm

6 x 75 mm

65 mm
65 mm

6 x 75 mm

75 mm

Gambar 5.33. Patah yang Terjadi Pada Kasus 3

[ ]

[ ( )]

[( ) ]

[( ) ( )]

Karena ATn = mm2 ≥ 0,58.AVn = mm2, maka,

( )

( )
157

4. Kasus 4
Patah yang terjadi pada kasus 4 ini dapat dilihat pada gambar 5.34 di
bawah ini.
50 mm 50 mm
7 x 75 mm

75 mm

6 x 75 mm

65 mm
65 mm

6 x 75 mm

75 mm

Gambar 5.34. Patah yang Terjadi Pada Kasus 4

[ ]

[ ( )]

[( ) ]

[( ) ( )]

Karena ATn = mm2≥ 0,58.AVn = mm2, maka,

( )

( )
158

Gambar 5.35 di bawah ini menunjukan hasil akhir sambungan sayap untuk
gelagar panjang. Jumlah baut dan tebal pelat sambung untuk sayap atas dan
sayap bawah disamakan untuk menghindari kesalahan dalam pemasangan
antara sayap atas dan sayap bawah.
Daerah Sambungan
Total 112 Baut
Jarak @ 75 mm
Pelat Sayap
Pelat Sambung Luar
1200 x 80 mm
1200 x 90 mm

2 Pelat Sambung Dalam


590 x 90 mm

Pelat Badan
2500 x 20 mm

2 Pelat Sambung Dalam


590 x 90 mm

Pelat Sayap Pelat Sambung Luar


1200 x 80 mm 1200 x 90 mm
Total 112 Baut
Jarak @ 75 mm

Gambar 5.35. Sambungan Sayap Bentang Panjang

Sambungan baut pada pelat sayap untuk bentang pendek (40 m) data-data
dan hasil perhitungan yang diperoleh adalah sebagai berikut:

Tegangan leleh baja, Fy = 345 Mpa

Tegangan ultimate baja, Fu = 450 Mpa

Tinggi pelat badan, h = 1700 mm


159

Tebal pelat badan, tw = 15 mm

Lebar pelat sayap, bf = 850 mm

Tebal pelat sayap, tf = 60 mm

Diameter baut, d = 22 mm

Diameter lubang baut, dlub = 25 mm

Tegangan ultimate baut, Fu = 830 Mpa

Tebal slab beton, ts = 300 mm

Lebar effektif, be = 2200 mm

Gaya yang bekerja, Pt = 30408750 N

Jumlah baut keseluruhan, n = 140 baut

Jumlah baut pada satu sisi =70 baut (10 x 7 baris)

Tebal pelat sambung luar, tp = 80 mm

Lebar pelat sambung luar, bp = 850 mm

Tebal pelat sambung dalam, tp = 80 mm

Lebar pelat sambung dalam, bp = 410 mm

Jumlah baut keseluruhan, n = 140 baut

Gaya yang terjadi pada kasus tarik, Pr = 35437500 N

Gaya yang terjadi pada kasus tekan, Rr = 46186875 N

Gambar 5.36 di bawah ini menunjukan detail sambungan sayap untuk


gelagar pendek.Jumlah baut dan tebal pelat sambung untuk sayap atas dan
sayap bawah disamakan untuk menghindari kesalahan dalam pemasangan.
160

Daerah Sambungan
Total 70 Baut
Jarak @ 75 mm
Pelat Sayap Pelat Sambung Luar
850 x 60 mm 850 x 80 mm

2 Pelat Sambung Dalam


410 x 80 mm

Pelat Badan
1700 x 15 mm

2 Pelat Sambung Dalam


410 x 80 mm

Pelat Sayap Pelat Sambung Luar


850 x 60 mm 850 x 80 mm
Total 70 Baut
Jarak @ 75 mm

Gambar 5.36. Sambungan Pada Sayap Bentang Pendek


161

D. PERENCANAAN SAMBUNGAN BAUT PADA BADAN

Pada perencanaan sambungan baut pada pelat badan, hanya akan diperlihatkan
perhitungan untuk bentang panjang saja, sedangkan untuk bentang pendek hanya
akan diperlihatkan hasil akhirnya karena perhitungan yang dilakukan
menggunakan cara yang sama. Sambungan terletak pada jarak 12 meter dari
pinggir bentang.Berikut adalah data-data yang diperlukan dalam perhitungan:
Tegangan leleh baja, Fy = 345 Mpa

Tegangan ultimate baja, Fu = 450 Mpa

Tinggi pelat badan, h = 2500 mm

Tebal pelat badan, tw = 20 mm

Lebar pelat sayap, bf = 1200 mm

Tebal pelat sayap, tf = 80 mm

Diameter baut, d = 22 mm

Diameter lubang baut, dlub = 25 mm

Tegangan ultimate baut, Fu = 830 Mpa

1. Perhitungan Gaya Geser Yang Terjadi

Karena sambungan terletak pada jarak 12 meter dari ujung gelagar, maka
perlu dihitung besarnya gaya geser yang terjadi pada titik tersebut.
Perhitungan gaya geser dilakukan dengan menggunakan gaya pengaruh. Di
bawah ini gambar 5.37 menunjukkan garis pengaruh yang terjadi pada jarak
12 meter. Perhitungan gaya geser dilakukan baik akibat beban mati maupun
akibat beban hidup.
162

A B
12.00
65.00

GP Gaya Geser
Ra dan Rb
0,82

0,18

Gambar 5.37. Garis Pengaruh Gaya Geser Pada Jarak 12 m

a. Akibat Beban Mati

Perhitungan gaya geser akibat beban mati dilakukan baik untuk gelagar
interior maupun gelagar exterior. Di bawah ini adalah perhitungan gaya geser
maksimal untuk gelagar interior pada jarak bentang 12 meter:
Akibat beban mati DC = 38,687 kN/m.

[ ( )]

Akibat beban mati DW = 3,553 kN/m.

[ ( )]

Sedangkan untuk gaya geser maksimal gelagar exterior pada jarak bentang
12 meter dapat dilihat pada perhitungan di bawah ini:
Akibat beban mati DC = 47,597 kN/m.

[ ( )]

Akibat beban mati DW = 1,922 kN/m.

[ ( )]
163

b. Akibat Beban Hidup

Hasil perhitungan gaya geser akibat beban hidup tandem dapat dilihat pada
tabel 5.21 di bawah ini. Dengan letak beban pada garis pengaruh dapat dilihat
pada bagian lampiran.

Tabel 5.21. Reaksi Maksimal dan Minimal Akibat Beban Tandem


Berdasarkan GP Pada Jarak Bentang 12 M

Rmaks Rmins
No Tinggi Garis Beban Reaksi Tinggi Garis Beban Reaksi
Pengaruh (kN) (kN) Pengaruh (kN) (kN)
1 0.820 110 90.20 0.180 110 19.80
2 0.801 110 88.16 0.147 110 16.17
3 0.767 110 84.41 0.129 110 14.19
4 0.749 110 82.37 0.096 110 10.56
5 0.715 110 78.63 0.078 110 8.58
6 0.696 110 76.58 0.045 110 4.95
7 0.662 110 72.84 0.027 110 2.97
8 0.644 110 70.80 Total Reaksi Minimal 77.22
9 0.610 110 67.05
10 0.591 110 65.01
11 0.557 110 61.27
12 0.538 110 59.23
13 0.504 110 55.48
14 0.486 110 53.44
15 0.452 110 49.70
16 0.433 110 47.65
17 0.399 110 43.91
18 0.381 110 41.87
19 0.347 110 38.12
20 0.328 110 36.08
21 0.294 110 32.34
22 0.275 110 30.29
23 0.241 110 26.55
24 0.223 110 24.51
25 0.189 110 20.76
26 0.170 110 18.72
27 0.136 110 14.98
28 0.118 110 12.93
164

29 0.084 110 9.19


30 0.065 110 7.15
31 0.031 110 3.40
32 0.012 110 1.36
Total Reaksi Maksimal = 1464.98

Pada perencanaan sambungan badan, yang digunakan adalah reaksi


maksimal yang terjadi. Maka besarnya reaksi maksimal yang digunakan pada
perencanaan untuk satu gelagar adalah:

Hasil perhitungan gaya geser akibat beban hidup truk dapat dilihat pada
tabel 5.22 di bawah ini. Dengan letak beban pada garis pengaruh dapat dilihat
pada bagian lampiran.

Tabel 5.22. Reaksi Maksimal dan Minimal Akibat Beban Truk


Berdasarkan GP Pada Jarak Bentang 12 M

Rmaks Rmins
No Tinggi Garis Beban Reaksi Tinggi Garis Beban Reaksi
Pengaruh (kN) (kN) Pengaruh (kN) (kN)
1 0.820 145 118.90 0.180 145 26.10
2 0.753 145 109.25 0.116 35 4.04
3 0.687 35 24.04 0.051 145 7.40
4 0.620 145 89.96 Total Reaksi Minimal 37.54
5 0.554 145 80.31
6 0.487 35 17.06
7 0.421 145 61.02
8 0.354 145 51.37
9 0.288 35 10.07
10 0.221 145 32.08
11 0.155 145 22.43
12 0.088 35 3.09
13 0.022 145 3.14
Total Reaksi Maksimal = 622.74
165

Pada perencanaan sambungan badan, yang digunakan adalah reaksi


maksimal yang terjadi. Maka besarnya reaksi maksimal yang digunakan pada
perencanaan untuk satu gelagar adalah:

Gaya geser maksimal untuk satu gelagar akibat beban jalur, yaitu beban
merata sebesar 9,3 kN/m adalah:

[ ( )]

Untuk beban hidup pejalan kaki pada gelagar exterior, yaitu beban merata
sebesar 4,86 kN/m adalah:

[ ( )]

2. Perhitungan Gaya Geser Terfaktor Untuk Beban Hidup

Karena pada sub-bab sebelumnya telah dilakukan perhitungan faktor


distribusi geser untuk tiap-tiap gelagar, yaitu gelagar interior dan gelagar
exterior maka digunakan nilai faktor distribusi yang sama seperti pada
perhitungan sebelumnya. Gaya geser terfaktor akibat beban hidup pada daerah
sambungan (jarak bentang 12 m) dihitung sebagai berikut.
a. Gelagar Interior

Faktor distribusi yang digunakan, mgv = 0,7688


 Untuk semua jenis pembebanan, IM = 33% = 0,33

(( ( ) )

(( ( ) )

(( ( ) )
166

Digunakan nilai VLL+IM terbesar yaitu 1653,4 kN.

 Untuk fatigue, IM = 15% = 0.15

(( ( ) )

(( ( ) )

Digunakan nilai VLL+IM terbesar yaitu 1450,66 kN.

b. Gelagar Exterior

Faktor distribusi yang digunakan, mgv = 0,551.

 Untuk semua jenis pembebanan, IM = 33% = 0,33

(( ( ) )

(( ( ) )

Digunakan nilai VLL+IM terbesar yaitu 1184,93 kN.

 Untuk fatigue, IM = 15% = 0.15

(( ( ) )

(( ( ) )

Digunakan nilai VLL+IM terbesar yaitu 1039,64 kN.


167

3. Menghitung Kombinasi Gaya Geser

a. Gelagar Interior
( ) ( ) ( )

( ) ( ) ( )

( )

b. Gelagar Exterior

( ) ( ) ( )
( )

( ) ( ) ( )
( )

( ) ( )

Untuk perencanaan selanjutnya digunakan gaya geser terbesar dari


kombinasi pembebanan gelagar interior atau gelagar exterior di atas.
Sehingga, gaya geser yang digunakan adalah akibat kombinasi strength I pada
gelagar interior yaitu 4060,09 kN = 4050090 N.
168

4. Menghitung Gaya Geser Desain dan Momen Pada Pelat Badan

a. Gaya Geser Desain

Koefisien tekuk geser (k) =5

√ √

√ √

( ) ( )
( )
( )

Sehingga;

Maka:
169

b. Momen Pada Pelat Badan

Misal:

Jarak antara pelat sayap dengan pelat sambung badan = 300 mm


Jarak pinggir pelat sambung badan dengan lubang baut = 50 mm

Maka:

( ) ( )

5. Menentukan Dimensi Pelat Sambung Badan

Persyaratan pelat sambung badan:

Digunakan:

Tebal pelat sambung badan, tp = 15 mm

Tinggi pelat sambung badan, hp = 1900 mm

Jarak minimal antar baut =

Digunakan jarak antar baut vertikal, s = 75 mm

Digunakan jarak antar baut horisontal, g = 75 mm

Jarak minimal baut dengan pinggir pelat sambung = 39 mm

Digunakan jarak baut dengan pinggir pelat sambung = 50 mm


170

Jumlah baris vertikal baut, m =4

Jumlah baut pada satu baris, n = 25 buah

Jumlah baut pada satu sisi, Nb = 100 buah

Momen inersia =

[ ( ) ( )]

[ ( ) ( )]

6. Keruntuhan Geser dan Patah Sambungan Badan

a. Keruntuhan GeserPada Sambungan Badan

Jumlah pelat sambung badan, Nwp =2

Luas kotor pelat sambung badan, Agw =

( )
( )

Sehingga:

b. Patah Pada Sambungan Badan

Luas bersih daerah geser pelat sambung badan, Avn =

[ ( )]

[ ( )]
171

Sehingga:

( )
( )

Sehingga:

7. Cek Resultan Gaya Yang Terjadi Terhadap Geser Pada Sayap

Gaya geser yang terjadi pada sayap, Ru = 252280,16 N

Gaya geser pada pelat badan, Vuw = N

Gaya horizontal yang terjadi, H =

Gaya geser vertikal yang terjadi, Pv =

Gaya geser horisontal yang terjadi, Ph =

Gaya geser vertikal akibat momen, Pmv =

( )
( )

( )
( )
172

Gaya geser horisontal akibat momen, Pmh =

( )
( )

( )
( )

Resultan gaya yang dihasilkan, Pr =

√( ) ( )

√( ) ( )

Sehingga:

8. Tahanan Pada Lubang Baut

Lc1 = jarak bersih tepi lubang terhadap pinggir pelat sambung

Lc2 = jarak bersih antar tepi lubang

Maka ketahanan nominalnya adalah:

[ ] [ ]

[ ] [ ]
173

Gambar 5.38 di bawah ini menunjukkan detail hasil sambungan baut pada
sayap dan badan dari gelagar panjang (65 m).

Total 112 Baut


Jarak @ 75
Pelat Sayap
Pelat Sambung Luar
1200 x 80 1200 x 90

2 Pelat Sambung Dalam


590 x 90
Pelat Sambung Badan
1900 x 15

Pelat Badan
2500 x 20 Total 100 baut
Jarak @ 75

2 Pelat Sambung Dalam


590 x 90

Pelat Sayap Pelat Sambung Luar


1200 x 80 1200 x 90
Total 112 Baut
Jarak @ 75

Gambar 5.38 Detail Sambungan Baut Pada Gelagar Panjang


174

Sambungan baut pada pelat badan untuk bentang pendek (40 m) data-data
dan hasil perhitungan yang diperoleh adalah sebagai berikut:
Tegangan leleh baja, Fy = 345 Mpa

Tegangan ultimate baja, Fu = 450 Mpa

Tinggi pelat badan, h = 1700 mm

Tebal pelat badan, tw = 15 mm

Lebar pelat sayap, bf = 80 mm

Tebal pelat sayap, tf = 60 mm

Diameter baut, d = 22 mm

Diameter lubang baut, dlub = 25 mm

Tegangan ultimate baut, Fu = 830 Mpa

Tebal pelat sambung badan, tp = 15 mm

Tinggi pelat sambung badan, hp = 1150 mm

Digunakan jarak antar baut vertikal, s = 75 mm

Digunakan jarak antar baut horisontal, g = 75 mm

Digunakan jarak baut dengan pinggir pelat sambung = 50 mm

Jumlah baris vertikal baut, m =5

Jumlah baut pada satu baris, n = 15 buah

Jumlah baut pada satu sisi, Nb = 75 buah

Momen inersia, Ip = 8718750 mm2

Gaya geser ultimit, Vu = 1404010 N

Gaya geser desain, Vuw = 1785413,39 N

Resultan gaya, Pr = 211558,87 N


175

Detail sambungan baut pada bentang pendek (40m) dapat dilihat pada
gambar 5.39 di bawah ini.

Total 70 Baut
Jarak @ 75
Pelat Sayap Pelat Sambung Luar
850 x 60 850 x 80

2 Pelat Sambung Dalam


Pelat Sambung Badan 410 x 80
1650 x 20

Pelat Badan Total 75 baut


1700 x 15 Jarak @ 75

2 Pelat Sambung Dalam


410 x 80

Pelat Sayap Pelat Sambung Luar


850 x 60 850 x 80
Total 70 Baut
Jarak @ 75

Gambar 5.39 Detail Sambungan Baut Pada Gelagar Pendek


176

E. PERENCANAAN SAMBUNGAN LAS

Pada perencanaan sambungan las, hanya akan diperlihatkan perhitungan untuk


bentang panjang, sedangkan untuk bentang pendek hanya akan diperlihatkan hasil
akhirnya karena perhitungan yang dilakukan menggunakan cara yang sama.
Berikut adalah data-data yang diperlukan dalam perhitungan:

Tinggi pelat badan, h = 2500 mm

Tebal pelat badan, tw = 20 mm

Lebar pelat sayap, bf = 1200 mm

Tebal pelat sayap, tf = 80 mm

Jenis las yang digunakan = E483

Kekuatan las, FE483 = 483 Mpa

Perhitungan properti penampang untuk gelagar komposit dapat dilihat pada


tabel 5.23 di bawah ini.

Tabel 5.23. Properti Penampang Gelagar Komposit

Area /A y y -y ' Ax(y -y ')2


Komponen Axy (mm3) Io Itotal
(mm2) (mm) (mm) (mm)
Gelagar Pelat 242000 1330 321860000 338.02 27650051726 3.456E+11 3.73301E+11
Slab beton 97152.29 150 14572843.3 -841.98 68874471322 728642164.8 69603113486
Total 339152.29 336432843.3 4.43E+11
177

1. Sambungan Las Antara Sayap Atas Dan Badan

Tahanan las E483 adalah;

( )

( )

Gaya geser maksimal akibat kombinasi pembebanan strength I adalah:

Gaya geser horizontal yang terjadi per milimeter panjang adalah;

( )

( )

Tebal las sudut yang digunakan = 10 mm

Luas efektif las sudut =

Ketahanan las per milimeter panjang;

Sehingga,
⁄ ⁄
178

2. Sambungan Las Antara Sayap Bawah Dan Badan

Tahanan las E483 adalah;

( )

( )

Gaya geser maksimal akibat kombinasi pembebanan strength I adalah:

Gaya geser horizontal yang terjadi per milimeter panjang adalah;

( )

( )

Tebal las sudut yang digunakan = 10 mm

Luas efektif las sudut =

Ketahanan las per milimeter panjang;

Sehingga,
⁄ ⁄
179

3. Sambungan Las Pengaku

Gambar 5.40 di bawah ini menunjukkan jarak antar pengaku dan dimensi
pengaku yang digunakan.
Potongan A-A

tp = 20 mm
Pot A-A
Pelat Badan
tw = 20 mm

bt = 300 mm transverse
intermediate
stiffeners
do = 6500 mm
tp = 20 mm

Gambar 5.40. Jarak dan Dimensi Pengaku

Tahanan las E483 adalah;

( )

( )

Tebal las sudut yang digunakan = 10 mm

Tebal efektif las sudut untuk satu sisi =

Ukuran potongan/jepitan untuk las sudut = 25 mm

Panjang efektif las sudut untuk satu sisi;

[ ( )] [ ( )]

Luas efektif las untuk dua sisi;


180

Ketahanan las yang dihasilkan;

Sehingga,

Hasil perhitungan dan data-data untuk sambungan las pada bentang pendek
dapat dilihat sebagai berikut:
Tinggi pelat badan, h = 1700 mm

Tebal pelat badan, tw = 15 mm

Lebar pelat sayap, bf = 800 mm

Tebal pelat sayap, tf = 60 mm

Jenis las yang digunakan = E483

Kekuatan las, FE483 = 483 Mpa

Tahanan las E483 = 231,84 Mpa

Gaya geser maksimal, Vu = 3544090 N

Gaya geser pada pengaku, V = 4380450,19 kN

Tebal las sudut sayap atas = 10 mm

Gaya geser horizontal sayap atas per milimeter, V = 886,85 N/mm

Ketahan las per millimeter panjang pada sayap atas, R = 3278,71 N/mm

Sehingga,
⁄ ⁄

Tebal las sudut sayap bawah = 10 mm

Gaya geser horizontal sayap bawah per milimeter, V = 2447,65 N/mm

Ketahan las per millimeter panjang pada sayap bawah, R = 3278,71 N/mm
181

Sehingga,
⁄ ⁄

Tebal las sudut pengaku = 10 mm

Ketahan las yang dihasilkan, R = 13114850,89 N

Sehingga,
182

F. Kontrol Defleksi Pada Gelagar

Data-data yang diperlukan dalam perhitungan defleksi untuk bentang panjang:


Panjang bentang, L = 65000 mm

Modulus elastisitas baja, E = 200000 Mpa

Inersia struktur komposit, Ic = 4,43 x 1011 mm4

Perhitungan defleksi gelagar dilakukan baik untuk gelagar interior maupun


gelagar exterior. Perhitungan defleksi dilakukan sebagai berikut:

1. Defleksi Pada Gelagar Interior

Defleksi akibat beban mati DC = 38,69 N/mm =

Defleksi akibat beban mati DW = 3,553 N/mm =

Defleksi akibat beban hidup tandem (110 kN) + lane (9,3 N/mm) =

Defleksi akibat beban hidup truk(145 kN) + lane (9,3 N/mm) =


183

Kombinasi defleksi gelagar interior bantang panjang;

Sehingga gelagar interior aman terhadap defleksi yang terjadi.

2. Defleksi Pada Gelagar Exterior

Defleksi akibat beban mati DC = 47,6 N/mm =

Defleksi akibat beban mati DW = 1,92 N/mm =

Defleksi akibat beban hidup tandem (110 kN) + lane (9,3 N/mm) =
184

Defleksi akibat beban hidup truk (145 kN) + lane (9,3 N/mm) =

Kombinasi defleksi untuk gelagar exterior bentang panjang;

Sehingga gelagar exterior aman terhadap defleksi yang terjadi.


185

Hasil perhitungan dan data-data untuk perhitungan defleksi pada bentang


pendek dapat dilihat sebagai berikut:
Panjang bentang, L = 40000 mm

Modulus elastisitas baja, E = 200000 Mpa

Inersia struktur komposit, Ic = 1,176 x 1011 mm4

Beban mati DC gelagar interior = 29,7 N/mm

Beban mati DW gelagar interior = 3,553 N/mm

Beban mati DC gelagar exterior = 38,61 N/mm

Beban mati DW gelagar exterior = 1,92 N/mm

Kombinasi defleksi gelagar interior;

Kombinasi defleksi gelagar exterior;


186

Sehingga gelagar interior dan gelagar exterior untuk bentang pendek aman
terhadap defleksi yang terjadi.

Anda mungkin juga menyukai