Anda di halaman 1dari 279
Pendahuluan 1 Pendahuluan Walaupun kitab ini seringkali ditafsirkan dengan pendekatan yang bermacam-macam, sangat diharapkan agar pembahasan berikut ini akan membawa berkat yang besar, karena di dalam setiap pembahasan Kitab Wahyu seyogyanya ditafsirkan untuk diterapkan di dalam kehidupan umat Allah. Memang, dalam kitab ini ada banyak hal yang sulit dimengerti. Tetapi yang menggelisahkan hati kita bukanlah apa yang tidak kita mengerti, melainkan justru apa yang dimengerti namun tidak diterapkan dalam kehidupan pribadi dan dalam jemaat Kristus. Penulis Kitab Wahyu Kitab Wahyu 1:1, 1:4, 1:9, dan 22:8 menyatakan tanpa penjelasan bahwa Kitab Wahyu ditulis oleh “Yohanes”. Oleh karena tidak ada keterangan tentang seorang Yohanes yang lain, maka menurut penulis, Yohanes yang dimaksudkan adalah Rasul Yohanes.' Justinus Martyr menulis dalam Dialog dengan Trypho (tahun 135) bahwa Rasul Yohanes adalah penulis Kitab Wahyu. Pernyataan itu dapat diterima kebenarannya, karena selama beberapa tahun Justinus tinggal di Efesus.’ Eusebius, Irenius,’ Clement, Origen, Tertullianus dan Hippolytus juga mendukung pengertian ini, yaitu bahwa Rasul Yohanes sendiri penulis Kitab Wahyu. Pada pertengahan abad ketiga Dionysius, uskup Aleksandria, berkata bahwa Rasul Yohanes tidak mungkin menulis Kitab Wahyu IKalau suratkabar berkata bahwa Yeltsin melakukan sesuatu di Rusia, kita tidak bertanya, “Yeltsin yang mana? Ada empat belas orang di Moskow dengan nama Yeltsin”, karena kita mengerti bahwa Yeltsin yang dimaksudkan adalah Presiden Yeltsin. 2Mounce, hlm. 27. Robert M. Mounce, PhD., dekan di Potter College of Arts and Humanities di Western Kentucky University, menulis buku tafsiran Kitab Wahyu yang seimbang, lengkap, dan teliti. 3Pernyataan-pernyataan Irenius bahwa Kitab Wahyu ditulis oleh “Yohanes, murid Tuhan” dapat diterima kebenarannya karena sebagai pemuda, Irenius mengenal Polikarpus, yang mengenal Rasul Yohanes (Mounce, hlm. 27). 2 TAFSIRAN KITAB WAHYU karena kosa kata dan tata bahasa Kitab Wahyu berbeda dengan kosa kata dan tata bahasa Injil Yohanes dan Surat-surat Yohanes. Menurut dia, bahasa Yunani yang dipakai dalam Injil Yohanes dan ketiga Surat Yohanes adalah bahasa Yunani yang halus dan indah, tetapi bahasa Yunani yang dipakai dalam Kitab Wahyu tidak baku, malah ada “idiom yang tidak beradab”.+ Memang betul, bahasa yang dipakai dalam Injil Yohanes dan ketiga Surat Yohanes jauh berbeda dibandingkan bahasa yang dipakai dalam Kitab Wahyu.’ Peraturan tata bahasa yang baku seringkali dilanggar dalam Kitab Wahyu, tetapi “pelanggaran” tersebut tidak sembarangan. Pelangaran peraturan tata bahasa yang ada dalam Kitab Wahyu me- nguatkan kesan dan suasana yang diciptakan oleh si penulis, sesuai dengan tujuan nas yang bersangkutan.® Pada zaman Rasul Paulus, penulis surat seringkali dibantu seorang ahli tulis. Kebiasaan ini nyata dalam | Korintus 16:21, di mana Rasul Paulus menulis, “Dengan tanganku sendiri aku menulis ini: Salam dari Paulus.”’ Perincian kerjasama antara penulis surat dan jurutulis sulit dipastikan. Pimpinan perusahaan dapat menyuruh sekretarisnya me- nyusun surat undangan untuk rapat minggu depan, dan perumusan isi surat tersebut dapat diserahkan sepenuhnya kepada sekretaris, lalu dia tinggal menandatangani surat itu, atau dia dapat juga mendikte isi surat kata per kata. Demikian juga dengan ahli tulis pada zaman Rasul Yohanes. Ladd’ mengemukakan kemungkinan bahwa Injil Yohanes ditulis oleh Yohanes dengan ditolong oleh sekretaris yang adalah muridnya sendiri, dan Kitab Wahyu ditulis tanpa sekretaris. Dengan demikian, Kitab Wahyu mencerminkan bahasa Yunani yang biasa digunakan Yohanes, scorang Yahudi. Kesimpulan ini dikuatkan 4Mounce, him. 29. 5Mounce (hlm. 30) mencatat beberapa perbedaan yang menonjol. Misalnya, istilah “percaya” dipakai 98 kali dalam Injil Yohanes, tetapi tidak dipakai sama sekali dalam Kitab Wahyv, Selain itu, dari segi kosa kata, seperdelapan kata yang dipakai dalam Kitab Wahyu tidak dipakai sama sekali di kitab lain dalam PB. Morris, him. 29-30, Buku tafsiran ini oleh Leon Morris, M.Sc., M.Th., Ph.D., singkat dan padat. 7Lihat juga Rm. 16:22; Gal. 6:11; Ef. 1:20; Kol, 4:18 ; 2 Tes. 3:17; Flm 1:19. 8Him. 8, Dr. George Eldon Ladd, yang dulu mengajar Perjanjian Baru di Fuller ‘Theological Seminary, memegang pengertian “Post-Tribulasi”. Buku tafsiran Dr. Ladd singkat, tetapi dia menyebut dan menilai pendapat sarjana-sarjana yang lain. Pendahuluan 3 dengan pengamatan bahwa di Pulau Patmos kemungkinan besar tidak ada sekretaris untuk membantu Rasul Yohanes! Argumentasi Dionysius dan sarjana-sarjana lain yang menolak Rasul Yohanes sebagai penulis Kitab Wahyu tidak masuk akal. Bahasa Yunani yang seperti apa ditulis oleh seseorang yang baru “tersungkur di depan kaki-Nya sama seperti orang mati”! Pasti kalau orang menulis tentang topik atau hal yang begitu luar biasa, kosa kata dan tata bahasa yang dia pakai juga luar biasa. Berdasarkan argumen di atas, jelaslah bahwa Kitab Wahyu ditulis oleh Rasul Yohanes. Tahun Penulisan Menurut sarjana zaman ini, Kitab Wahyu ditulis pada masa kerajaan Kaisar Domitianus di Roma (tahun 81-96), atau pada akhir kerajaan Kaisar Nero (tahun 54-68). Oleh karena faktor-faktor yang berikut ini, maka jauh lebih besar kemungkinan kitab ini ditulis pada kerajaan Kaisar Domitianus: 1. Irenius mengatakan bahwa Wahyu ditulis pada akhir Kerajaan Domitianus. 2. Sudah ada pengalaman yang matang dari ketujuh jemaat itu. Jika hal itu terjadi pada masa kerajaan Nero, belum ada waktu untuk memungkinkan terjadinya kemerosotan jemaat Tiatira, Sardis, dan Laodikia, ataupun ketekunan jemaat Efesus, Smirna, dan Filadelfia yang diceritakan dalam pasal 2-3. 3. Kota atau jemaat di Laodikia menganggap dirinya kaya (Wahyu 3:17), tetapi pada masa kerajaan Nero kota itu terkena gempa bumi (tahun 60 atau 61), sehingga pada saat itu mereka tidak lagi menganggap dirinya kaya. 4. Adanya penganiayaan (1:9; 2:10, 13; 3:10) cocok dengan zaman Domitianus. Setelah musibah kebakaran Kota Roma, Nero mengkambinghitamkan orang Kristen di Kota Roma, dan mereka dianiaya secara kejam. Penganiayaan tersebut bukan- lah yang diceritakan dalam Kitab Wahyu, karena peng- aniayaan tersebut hanya terjadi di Kota Roma, sedangkan yang disebutkan dalam Kitab Wahyu juga terjadi di Asia Kecil. Pada zaman kerajaan Kaisar Domitianus penyembahan kepada Kaisar sudah menjadi kewajiban yang membawa hukuman 4 TAFSIRAN KITAB WAHYU maut. Orang Kristen yang tidak siap menyembah Kaisar Domitianus dianiaya di setiap tempat.” Data-data di atas menjadi bukti yang kuat bahwa Kitab Wahyu ditulis kira-kira tahun 95. Penerima Kitab Wahyu Secara khusus, kitab ini ditulis untuk tujuh jemaat tertentu di tujuh kota di “Asia Kecil”, yaitu Propinsi Asia yang terletak di bagian barat negara Turki (Wahyu 1:11), Jarak antara tujuh kota itu sekitar 50-80 kilometer. Setiap tujuh kota tersebut mempunyai kantor pos besar un- tuk wilayah Propinsi Asia bagian barat-tengah."° Secara umum, sebagai bagian dari Alkitab, kitab ini juga ditulis untuk setiap orang Kristen (Wahyu 2:7, 17, 29, dsb) Tujuan Utama Kitab Wahyu ditulis dan dikirim kepada orang-orang Kristen dari ketujuh jemaat (dan kepada kita) untuk mendorong, menegur, dan membesarkan hati mereka (dan hati kita). Hal ini diungkapkan secara jelas melalui teguran-teguran Tuhan Yesus dan janji kemenangan-Nya yang akan mengalahkan segala kejahatan yang mengancam mereka. Selain itu, kitab ini juga ditulis untuk menantang supaya mereka ber- tobat atau supaya mereka berdiri tegak, sesuai dengan keadaan mereka masing-masing. Dengan demikian, jika mereka menaati apa yang tertulis dalam kitab ini, mereka akan turut bersukacita karena Tuhan Yesus dan kemenangan-Nya (Wahyu 1:3; 2:7, 11, 17, dan 15-28) Dalam pasal 2 dan 3, tantangan dan pengobaran semangat sangat nyata. Penglihatan-penglihatan tentang kedatangan kedua dari Tuhan Yesus menjelaskan bahwa kemenangan-Nya akan membawa kehan- curan kepada “yang diam di bumi” dan membawa pahala kepada mereka yang setia. Jadi, penglihatan itu secara tidak langsung men- dukung tantangan dan dorongan tersebut. Kristus Raja akan kembali dengan kemenangan, dan akan memberikan hadiah kepada mereka yang menang terhadap godaan dan pencobaan sebagaimana Dia pun menang. Dengan demikian, maksud kitab ini sangat praktis dan perlu diterapkan. 9Mounce, him. 32-33. 1Mounce, him. 76. cendahuluan 5: Kitab Wahyu tidak diberikan kepada kita sebagai bahan spe- kulasi/perkiraan, misalnya “Mengapa gulungan kitab kecil itu dimakan Yohanes?” “Tanggal berapa nanti Tuhan akan datang!” Yang menjadi tekanarpenting dalam: kitab ini adalah penerapan yang benas, dan bukan pikitan yang siatsia, Latar Belakang 1. Keadaan Sosial Kekaisaran Romawi di puncak kejayaannya mengingatkan Babel yang diceritakan dalam Wahyu 18:11-14. Dalam Kekaisaran Romawi pada waktu Kitab Wahyu ditulis, ada yang kaya raya dan ada yang miskin sekali. Tingkar sosial-ekonomi menengah tidak ada. Jadi, ada jurang yang sangat dalam antara yang kaya dan yang miskin. 2. Keadaan Pemerintahan Kerajaan Kaisar Nero (tahun 54-68) ditandai dengan keba- karan Kota Roma dan penganiayaan orang Kristen setelah keba- karan tersebut. Pagi-pagi sekali pada tanggal 19 Juli 64 ada api di Circus Maximus (tempat perlombaan kereta pertempuran). Sela- ma lima hari api memakan Kota Roma. Menurut beberapa saksi mata ada orang yang membesarkan api itu dengan sengaja, dan orang yang berusaha untuk memadamkannya dihalangi orang lain. Menurut kabar angin, api itu dinyalakan atas perintah Kaisar Nero, karena dia mau membangun kembali Kota Roma sesuai dengan impiannya. Nero menuduh orang Kristen dan menghukum orang-orang Kristen dengan sangat kejam. Ada yang disalibkan, ada yang dijahit dalam kulit binatang, kemudian diburu dan dimakan anjing yang lapar, ada yang dilumuri dengan ter dan dinyalakan sebagai obor. Menurut tradisi yang cukup kuat, Rasul Paulus dan Petrus juga mati syahid dalam penganiayaan yang dilakukan oleh Nero."! Nero meninggal pada canggal 9 Juni tahun 68. Selama satu tahun, yaitu antara kematian Nero dan kedatangan Vespasian, ada perang saudara di Roma, di mana empat kaisar naik takhta Ke- MBruce, him. 399-402. 6 TAESIRAN KITAR WAHYU kaisaran Romawi. Dengan kedatangan Kaisar Vespasian, masa kekacauan politis tersebut diakhiri. Dengan demikian, wangsa Flavianus didirikan. Menurut pengertian tahun penulisan yang diuraikan di atas, Kitab Wahyu ditulis pada akhir wangsa Flavianus, yang terdiri dari Kaisar Vespasian, (tahun 69-79), lalu Kaisar Titus (79-81) dan Kaisar Domitianus (81-96). Wilayah Kekaisaran Romawi sangat luas. Pada dinasti Flavianus, Kekaisaran Romawi mencapai kepu- lauan Inggris dan daerah Jerman. Sistem pemerintahannya tota- liter, kaisar berkuasa mutlak.'? Pada waktu kitab ini ditulis, menyembah Kaisar Domitianus sudah diwajibkan sebagai tanda kesetiaan politis. 3. Keadaan Agama a, Orang Yahudi: Oleh karena Bait Allah di Yerusalem dihan- curkan pada tahun 70 oleh pasukan Jenderal Titus, maka orang Israel tersebar sebagai pendatang, dan pada umumnya mereka dibenci. Pungutan pajak yang berat, khusus bagi orang Yahudi, diadakan oleh Raja Vespasian. b. Orang Roma: Orang Roma menyembah banyak dewa-dewi, termasuk Raja Domitianus sendiri! 12Bruce (him. 413) menyebutkan dua peristiwa di mana kuasa mutlak tersebut dinyatakan. Yang pertama, menurut Eusibius, Kaisar Domitianus memanggil dua cucu dari Yudas, saudara Tuhan Yesus, untuk menentukan apakah mere- ka, sebagai keturunan Raja Daud, akan memperjuangkan kerajaannya. Ter- nyata mereka, sebagai dua buruh yang rendah, tidak tertarik pada masalah politis, maka Kaisar Domitianus membebaskan mereka. Peristiwa yang kedua, keponakan dari Kaisar Domitianus, yang bernama Flavius Clemens, dihukum mati oleh Domitianus atas dakwaan “ateisme, suatu dakwaan yang mengena banyak orang yang terbawa ke dalam kebiasaan orang Yahudi.” Pada zaman itu orang Kristen dikatakan ateis karena mereka tidak mau meayembah dewa- dewa Roma. Juga, agama Kristen dianggap aliran dari agama Yahudi. Oleh karena itu, banyak sarjana berpikir bahwa Clemens adalah orang Kristen. Atas dakwaan yang sama, istrinya dibuang ke Pulau Pandateria. Menurut tradisi gereja, Clemens dan istrinya, Flavia Domitilla, percaya pada Tuhan Yesus. (Gaub sebelum peristiwa tersebut, dua anak Clemens dan Domitilla ditentukan oleh Domitianus sebagai pengganti dan pewarisnya. Hampir-hampir ada kaisar yang dibesarkan di rumah Kristen!) Beberapa bulan setelah Domitilla dibuang, seorang pegawai Domitilla membunuh Kaisar Domitianus. Penggantinya, Kaisar Nerva, membatalkan beberapa tindakan Domitianus, misalnya, Domi- tilla dapat pulang dari pembuangannya. Keadaan dua anaknya itu tidak diketahui. Pendahuluan 7 c. Orang Kristen: Pada tahun 95 agama Kristen sudah dianggap berbeda dengan agama Yahudi. Agama Kristen dianggap ateis, karena orang Kristen tidak mau terlibat dalam agama Roma, dan tidak menyembah dewa-dewi Roma. Beberapa orang Kristen dan beberapa jemaat dianiaya (Wahyu 1:9; 2:10, dan 13). 4. Keadaan Kesusastraan: Banyak sastra yang sejenis dengan Kitab Wahyu disusun antara tahun 200 SM sampai tahun 100 M. Pada masa kini jenis sastra tersebut disebut “apokaliptik””’ atau “penyingkapan”. Kitab Daniel dan Kitab Zakharia mirip jenis sastra ini. Jenis ini berasal dari bangsa Yahudi. Karangan apokaliptik memakai banyak lambang yang aneh bagi pembaca modern, tetapi lambang-lambang tersebut sudah biasa bagi para pembaca pada zaman Yohanes. Pada umumnya, apokaliptik dikarang seolah-olah merupakan wahyu dari Allah melalui malaikat kepada seorang tokoh sejarah Israel, di mana Alleh berjanji untuk meniadakan kesusahan dan meng- hancurkan segala kejahatan." Perlu dicatat juga, bahwa Kitab ‘Wahju dikategotikan. sebagai sastea apokalipak yang luar biasa, oleh karena empat faktor yang berikut: a. Pada umumnya, ada penerangan yang panjang atau “pidato” yang panjang dari malaikat, tetapi dalam Kitab Wahyu tidak ada. b. Biasanya karangan apokaliprik ditulis seolah-olah oleh tokoh sejarah Israel seperti Musa atau Abraham, tetapi Yohanes sen- diri menulis Kitab Wahyu. c. Pasal dua dan pasal tiga, yaitu ketujuh surat kepada ketujuh jemaat, sangat unik sckali, Pada umumnya dalam sastra apokaliptik pertanggungjawaban sama sekali tidak disebutkan, tidak seperti Kitab Wahyu 2 dan 3. d. Dalam apokaliptik yang lain, zaman ini dianggap tanpa arti dan sia-sia saja, sedangkan dalam Kitab Wahyu perilaku umat Allah zaman ini, amat penting di hadapan Tuhan."” \3Dari kata AxoxaAvyic/apokalupsis, yaitu kata pertama dalam Kitab Wahyu. 1M4Mounce, him. 18. 1SMounce, him. 24. 8 ‘TAFSIRAN KITAB WAHYU Kitab Wahyu memiliki beberapa ciri khas dari golongan sastra surat, apokaliptik, dan nubuatan.'® Selain sarana komunikasi antara pribadi, bentuk surat sudah membudaya sebagai sarana bimbingan dari filosof dan ahli ilmu pengetahuan." Khas sastra surat terlihat dalam pasal 1:4. Salah satu aspek dari pengamatan ini adalah bahwa Kitab Wahyu ditujukan kepada si penerima, yaitu ketujuh jemaat di Asia Kecil.!® Hal ini menjadi penting dalam pembahasan penafsiran Kitab Wahyu, karena keadaan mereka di Asia Kecil harus dipertimbangkan dalam setiap tafsiran. Kitab Wahyu juga memiliki khas sastra apokaliptik. Dalam karang- an-karangan apokaliptik, sejarah Israel, ataupun sejarah manusia, dipamerkan untuk menyatakan bahwa walaupun kejahatan akan me- tusak, tetapi tujuan dan maksud Yang Mahakuasa akan diteruskan dan dikembangkan sampai puncak kemenangan yang mulia.'” Selain khas sastra surat dan apokoliptik, Kitab Wahyu juga me- miliki khas nubuatan. Dalam pasal 1:3 dia berkata, Berbahagialah ia yang membacakan dan mereka yang mendengarkan kata-kata nubuat ini dan menuruti apa yang ada tertulis di dalamny: Ciri__khas nubuatan, yang menuntut iman dan ketaatan dari para pendengar (ataupun para pembaca) jelas tampak dalam ketujuh surat, yang dapat dibandingkan dengan tujuh pesan dalam Amos pasal 1-2.”° Penafsiran Sebelum Kitab Wahyu dipelajari, sebaiknya hal penafsiran dipikir- kan secara matang, karena rumitnya Kitab Wahyu dan adanya banyak lambang, baik yang dijelaskan (1:20) maupun yang tidak dijelaskan (3:12), menyulitkan penafsirannya. l6Beasley-Murray, hlm. 12-29. Dr. G. R. Beasley-Murray mengajar Perjanjian Baru di Southern Baptist Theological Seminary, di Louisville, Kentucky. Sebelum itu, dia melayani sebagai rektor di Spurgeon’s College di London. Buku tafsiran Dr. Beasley-Murray sangat teliti. 17Beasley-Murray (him. 12) menyebut surat bimbingan Aristoteles kepada Iskandar Zulkarnain sebagai contoh. Surat-surat PB juga merupakan contoh surat Yunani yang membudaya. 18kitab Wahyu jauh berbeda dengan Kitab Enokh, di mana ditulis bahwa apa yang dilihat nabi “bukan untuk generasi ini...” (Beasley-Murray, hlm. 13). 19Beasley-Murray, him. 14. 20Beasley-Murray, him. 22. Pendahuluan 9 Pendekatan pada penafsiran Kitab Wahyu dapat digolongkan men- jadi empat. Yang pertama disebut “Pandangan Preterist”. Menurut mereka, seluruh Kitab Wahyu hanya menceritakan keadaan umat Allah pada zaman Kekaisaran Romawi saja. Segala tafsiran dari penafsir Preterist dikaitkan dengan jemaat Kristus dan lingkungan mereka pada zaman itu. Menurut mereka, nubuatan-nubuatan yang besar dalam Kitab Wahyu telah digenapi dengan jatuhnya Yerusalem pada tahun 70. Kebanyakan penafsir modern memakai pendekatan “Preterist”. Kemenangan total yang diceritakan dalam pasal 18-22 sulit ditahirani oleh para penabi yang wienpenumikan pendekatnving Karena tidaléada kemenangan yane seperti itu pada canain Keksisaran Romawi. Golongan yang kedua disebut “Pandangan Historis”. Menurut mereka, Kitab Wahyu merupakan nubuatan yang menguraikan sejarah Eropa Barat sampai kedatangan Tuhan Yesus pada hari kiamat. Banyak yang memakai pendekatan yang disebut “Historis”, tetapi tafsiran mereka tidak menyatu. Golongan yang ketiga disebut “Pandangan Futuris”. Menurut pendekatan ini, pasal 1-3 menceritakan mengenai zaman penulis, dan pasal 4-22 merupakan nubuatan mengenai akhir zaman. Morris dan Mounce” mengritik pandangan ini karena, menurut mereka, dengan pandangan ini pasal 4-22 tidak mempunyai arti bagi kita, kecuali kita terlibat langsung, sehingga Tuhan Yesus datang dalam masa kehidupan kita. Tetapi sebenernya kritikan mereka tidak mempunyai dasar yang kuat. Berita mengenai kedatangan Tuhan Yesus tetap relevan pada setiap generasi umat Allah karena berita tersebut menghibur umat Allah yang setia, dan menakutkan orang Kristen yang tidak setia. Sama seperti orang tidak mengadakan pesta kebun kalau prakiraan cuaca berkata “hujan lebat”, demikian juga kita tidak hidup untuk diri kita sendiri kalau Firman Allah berkata, “Berba- hagialah ia yang... menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya, sebab waktunya sudah dekat.” Pendekatan “Futuris” adalah pendekatan yang dipakai dalam bahasan ini.” 21 Him. 18. 22HIm. 42-43. 23Mounce (hlm. 42) mencatat bahwa seringkali penafsir yang memakai pende- katan Futuris berkata bahwa ketujuh surat melambangkan tujuh zaman dalam sejarah gereja. Tafsiran tersebut tidak merupakan pokok dari 10 TAFSIRAN KITAB WAHYU. Golongan yang keempat disebut “Pandangan Idealis”. Menurut me- reka, Kitab Wahyu tidak menceritakan kelakuan atau peristiwa, melainkan hanya menguraikan prinsip-prinsip yang bersifat teologis. Kitab Wahyu mereka tafsirkan untuk menyatakan prinsip-prinsip yang dipakai Allah sepanjang masa. Morris dan Mounce menghargai keempat pendekatan tersebut di atas. Menurut mereka, setiap pendekatan mempunyai kekuatan dan kelemahan, dan kita harus belajar dari hasil penafsiran keempat golongan. Golongan “Preterist” dan “Historis” mengingatkan kita bahwa Kitab Wahyu mempunyai akar dalam sejarah dan bahwa latar belakang para pembaca mula-mula amat penting dalam proses penafsiran Kitab Wahyu. Dari golongan “Futuris kita mengingat bahwa kegenapan utama dari pasal 4-22 harus terjadi pada akhir zaman. Dari golongan “Idealis” kita mengingat bahwa prinsip-prinsip yang dinyatakan dalam Kitab Wahyu sungguh berlaku sepanjang sejarah manusia. Penulis setuju dengan sikap Morris dan Mounce, tetapi akhirya memihak golongan “Futuris” sebagai patokan yang menjaga kesatuan struktur Kitab Wahyu. Para penafsir Kitab Wahyu yang awal, seperti Justinus Martyr, Ire- nius, dan Hippolytus, menulis bahwa Kitab Wahyu menubuatkan Kerajaan Seribu Tahun yang harfiah. Setelah Kerajaan Seribu Tahun, ada kebangkitan umum, penghukuman, dan pembaharuan surga dan bumi.”* Tafsiran mereka sesuai dengan tafsiran yang ada dalam bahasan ini. Di wilayah Aleksandria, bapa-bapa gereja, termasuk Origen (tahun 185-254), mengembangkan metode penafsiran yang disebut “spiritual” atau alegoris. Metode penafsiran ini, tidak memperhatikan kebenaran harfiah, melainkan segalanya dipandang sebagai pembicaraan figuratif (kiasan) atau selalu merohanikan sesuatu. Agustinus meneruskan per- kembangan alegoris, sehingga bagi dia arti harfiah sudah tidak diper- hatikan. Sclama seribu tahun metode alegoris merupakan pendekatan yang biasa. Pendekatan ini terkait erat dengan golongan yang keempat yang disebut “Pandangan Idealis”. Pada abad kedua belas Joachim, seorang Katolik di Floris, Italia, menolak tafsiran alegoris yang berpandangan bahwa zaman ini adalah pendekatan Futuris. 24Mounce, him. 39-41. Pendahuluan re Kerajaan Seribu Tahun yang disebutkan dalam Wahyu 20. Menurut dia, Kerajaan Seribu Tahun belum mulai. Nicolas dari Lyra, seorang teolog di Paris yang meninggal pada tahun 1340, memakai “Pandangan Historis” yang telah dijelaskan sebelumnya, sebagai pendekatan untuk menafsirkan Kitab Wahyu. Pada akhir abad keenam belas, seorang Yesuit di Spanyol yang ber- nama Alcasar mengikuti paham “Preterist”. Menurut Alcasar, pasal 20-22 merupakan nubuatan mengenai kemenangan yang dinikmati oleh jemaat Kristus zaman ini, suatu kemenangan yang dimulai pada kerajaan Kaisar Konstantin. Walaupun dalam Kitab Wahyu ada banyak simbol, tetapi itu tidak berarti setiap nas harus ditafsirkan dengan tafsiran kiasan ataupun alegoris. Pendekatan penafsiran harfiah tampaknya seperti menying- kirkan lambang-lambang; tetapi pada dasarnya pendekatan penafsiran harfiah itu mencakup juga arti kiasan yang dinyatakan melalui lambang-lambang. Jadi, dalam hal ini penulis menerima pandangan harfiah. Apa yang dapat diartikan secara harfiah, haruslah diartikan secara harfiah. Sebaliknya, apa yang tidak masuk akal sebagai kata- kata harfiah, haruslah dianggap kiasan, dan diartikan sebagai kiasan (misalnya, “tujuh bintang” yang Ia pegang di tangan kanan-Nya tidak mungkin ditafsirkan sebagai bintang harfiah.) Dalam bahasan ini penulis selalu berusaha untuk berpegang pada empat prinsip penafsiran berikut: 1. Penafsiran berdasarkan konteks serta struktur. 2. Penafsiran dengan mempertimbangkan latar belakang si penulis dan para pembaca mula-mula. 3. Penafsiran yang cenderung menerima arti biasa, yaitu arti har- fiah, kecuali ada alasan kuat yang menuntut arti kiasan. 4. Penafsiran secara menyeluruh (komprehensif), yaitu penafsiran dengan mempertimbangkan seluruh ajaran Alkitab. Penafsiran Angka dan Pengulangan Para pengarang dan filsuf zaman Rasul Yohanes, sangat tertarik de- ngan angka dan makna angka. Kepentingan angka-angka tertentu da- lam segala bidang dibahas panjang Ieber dalam karangan zeman terse- but. Pythagoras dianggap tokoh utama dalam ajaran tersebut. Dia lahir 12 TAFSIRAN KITAB WAHYU. kira-kira tahun 570 SM, dan hidup di Italia selatan. Pengikut-pengikut Pythagoras menganggap angka 1, 2, 4, dan 10 sebagai angka yang paling penting. Pada akhir abad keempat SM angka tujuh mulai dianggap penting, mungkin karena pengaruh dari Babel. Pada waktu yang sama, pengaruh pengikut Pythagoras berkurang, tetapi karangannya tetap dibaca pada abad ketiga dan kedua SM.”° Pada abad kedua SM seorang Yahudi yang bernama Aristobulus mengajar di Aleksandria, Mesir. Menurut dia, angka tujuh sangat penting. Oleh karena dia orang Yahudi, maka diduga bahwa dia dipe- ngaruhi oleh pentingnya angka tujuh dalam Perjanjian Lama Philo, seorang filsuf Yahudi yang juga tinggal di Aleksandria, meng- anggap bahwa angka tujuh sebagai angka yang paling menarik. Dia lahir kira-kita tahun 25 SM.”° Menurut Collins, pakar-pakar sastra apokaliptik berpikir bahwa angka-angka tertentu dipakai dalam sastra apokaliptik untuk memberi kesan bahwa zaman dan semesta alam teratur, dan tidak kacau. Lebih lanjut, Collins menjelaskan bahwa angka-angka jauh lebih penting dalam Kitab Wahyu daripada kebanyakan apokaliptik yang lain. Juga, dalam sastra apokaliptik yang lain, yaitu apokaliptik yang di luar Alkitab, ada “seri tujuh” tetapi tidak dihitung secara tersurat, seperti “seri tujuh segel”, “tujuh sangkakala”, dan “tujuh cawan”, yang dihitung satu per satu dalam Kitab Wahyu.” Secara umum, dapat dikatakan bahwa adanya peristiwa-peristiwa besar yang berjumlah tujuh, memberi penghiburan kepada para pem- baca mula-mula, karena membawa kesan bahwa zaman ini yang tupanya begitu kacau, sebenarnya akan berakhir dengan cara yang direncanakan dan diatur oleh Tuhan sendiri, yang “ditandai” oleh-Nya dengan “seri-seri tujuh”, dan bahwa bentuk tempat kediaman orang- orang suci yang setia, yaitu Yerusalem Baru, diatur dan dibentuk sesuai dengan kehendak Ti.ivan, lengkap dengan “tandatangan-Nya”, yaitu angka dua belas. Collins berkata, “Tidak ada yang acak-acakan. Segala sesuatu terukur dan terhitung. Ada rencana ilahi. Segala 25Collins, hlm. 1253-1255. 26Collins, hlm. 1256. 27Collins, him. 1272-1273. 28iIm. 1286. Pendahuluan 13 sesuatu ada di dalam kuasa Allah, dan hasilnya menjadi sangat baik bagi setiap orang yang setia pada kehendak Allah sebagaimana diilhamkan di dalam Kitab Wahyu.” Pembahasan makna angka di atas bersifat umum dan pasti. Pem- bahasan yang spesifik, mengenai makna angka-angka tertentu, lebih rumit. Collins sendiri berkata, “Sangat sulit untuk memastikan mengapa angka-angka tertentu begitu sering dipakai....” Dalam bahasa sumber, angka dua dipakai 10 kali. Empat kali di antaranya dipakai menunjuk kepada kesaksian, yaitu dalam pasal 11:3, 4 (dua kali), dan 10. Dalam bahasa sumber, angka tiga dipakai sebelas kali, tetapi menurut Bauckham,” pemakaian angka tiga tidak mempunyai makna yang jelas. Angka empat dipakai 19 kali dengan pembagian sebagai berikut: “Empat makhluk” disebut 10 kali (dalam 4:6, 8; 5:6, 8, 14; 6:1, 6; 7:11; 14:3; 15:7 dan 19:4). Dalam pasal 9:13 “keempat tanduk mezbah emas yang di hadapan Allah” disebutkan. Selain yang tersebut di atas, angka empat berkaitan dengan ciptaan Allah dan malaikat yang diberi kuasa atas semesta alam: 7:1, 2; 9:14, 15; dan 20:8. Jadi, dapat dikatekan bahwa unsur semesta alam menonjol dalam pemakaian angka empat, apalagi kalau kita mengingat bahwa empat makhluk itu mempunyai rupa binatang (atau manusia) yang ada dalam semesta alam, yaitu singa, anak lembu, manusia, dan “burung nasar yang sedang terbang”.”" Angka tujuh dipakai 55 kali dalam Kitab Wahyu. Ada tujuh jema- at/kaki dian emas, disebutkan tujuh kali dalam pasal 1, dan sekali dalam pasal 2:1. (Jemaat dan kaki dian emas dihitung bersama-sama berdasarkan pasal 1:20.) Ada tujuh Roh/obot/tanduk/mata,” disebut- kan tujuh kali (pasal 1:4; 3:1; 4:5; dan 5:6). Tujuh malaikat selalu disebutkan berkaitan dengan tujuh sangkakala atau tujuh cawan. (Tu- juh malaikat tidak dikemukakan bethubungan dengan ketujuh segel, 29HiIm. 1285. 0HIm, 51elain itu, Bauckham (hlm. 31) mengamati bahwa ciptaan Allah dibagi empat dalam pasal 8:7-12; 14:7; dan 16:2-9. 32Roh dan obor dihitung bersama-sama berdasarkan pasal 4:5; dan Roh, tanduk, dan mata dihitung bersama-sama berdasarkan pasal 5:6. 14 TAFSIRAN KITAB WAHYU yang dibuka oleh Tuhan Yesus sendiri.) Ada tujuh guruh yang mem- perdengarkan suaranya, tetapi apa yang dikatakan oleh ketujuh guruh itu disegelkan dan tidak ditulis. Tujuh guruh tersebut disebut tiga kali. Kata “celaka”® (atau “celakalah”) dipakai 14 (yaitu 7x2) kali. Nama “Yesus” (yang sering terkait pada kesaksian)” dipakai 14 kali, Demikian juga, Roh Kudus disebut 14 kali. {Kata toh/Roh” dipakai 24 keli dalam Kitab Wahyu: satu kali (11:11) tentang napas Allah, satu kali tentang napas yang diberikan kepada patung (13:15), tiga kali tentang roh jahat (16:13, 14; dan 18:2), satu kali tentang roh manusia (22:6), empat kali tentang ketujuh Roh Allah (1:4; 3:1; 4:5; dan 5:6), dan 14 kali mengenai Roh Allah.} Ungkapan “Aku datang”® dipakai oleh Tuhan Yesus tujuh kali dalam Kitab Wahyu.” Bauckham® mengamati bahwa istilah “Anak Domba” dipakai me- nunjuk kepada Tuhan Yesus 28 kali dalam bahasa sumber.® Istilah tersebut dipakai tujuh kali dalam anak kalimat yang mengaitkan Anak Domba dan Allah, dengan pola yang sama dengan apa yang terlihat dalam pasal 5:13, yang berkata “...Bagi Dia yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba...” atau pasal 14:4, “...korban-korban. sulung bagi Allah dan bagi Anak Domba itu...” Mengingat bahwa angka empat mengacu pada semesta alam (yang dimenangkan melalui pengorbanan Anak Domba Allah), maka tepatlah bahwa Tuhan Yesus disebut “Anak Domba” 4x7 kali dalam Kitab Wahyu. Kepentingan angka empat den tujuh juga terlihat dalam ketujuh anak kalimat di mana empat istilah suku, bahasa, kaum, dan bangsa diulangi. Pengulangan tersebut diuraikan dalam pembahasan pasal 5:9. Selain itu, kepentingan angka empat dan tujuh terlihat dalam ke- tujuh Roh, yang disebut empat kali, yaitu dalam pasal 1:4; 3:1; 4:5; Sovaviouai *4Bauckham, him. 34. 35xvevpo/pneuma 36s 5yopaverkhomai 97Bauckham, him. 34. 38HIm. 34. 3%stilah ini, yaitu apviov/arnion, juga dipakai sekali mengenai binatang yang kedua, dalam pasal 13:11. Kata “Anak Domba” dipakai 34 kal dalam Ter- jemahan Baru. 3 Pendahuluan Is dan 5:6. Jika angka tujuh mengacu pada kelengkapan, dan angka empat mengacu pada semesta alam atau dunia, maka Roh Allah adalah kelengkapan yang kita perlukan untuk menjangkau seluruh dunia. Ternyata angka tujuh juga dipakai mengenai hal-hal yang jahat. Dalam pasal 12:3 naga mempunyai tujuh kepala dan tujuh mahkota, dan dalam pasal 13:1 Anti-Kristus mempunyai tujuh kepala (juga dalam 17:3, 7, dan 9). Dalam pasal 17:10 dan 11 tujuh kepala melam- bangkan tujuh raja, sekutu Anti-Kristus. Kata-kata yang berikut ini diulangi tujuh kali: jurang maut,” layak,*! memerintah sebagai raja (menjadi raja), penuh,” sabit,* zinah/ percabulan,* dan sebutan “Tuhan Allah yang Mahakuasa™*. Kata bintang“ diulangi 14 kali. Dari segi makna tentang angka tujuh dalam Firman Tuhan, Collins® tidak setuju adanya kaitan antara pemakaian angka tujuh dan pekan yang terdiri dari tujuh hari dalam hukum Taurat. Dia berpikir bahwa adanya tujuh planit menjadi alasannya di mana angka tujuh menonjol dalam Kitab Wahyu, dan rasi bintang (Zodiak) adalah sumber kepentingan angka dua belas, tetapi sikap Collins dalam hal ini terlalu membesarkan faktor di luar Alkitab, dan terlalu meremehkan latar belakang yang terlihat dalam Perjanjian Lama, di mana istilah dua belas (atau kedua belas atau seperdua belas) dipakai kira-kira 135 kali, dan istilah tujuh (atau ketujuh atau sepertujuh) dipakai kira-kira 436 kalit® 40 Buccoc/abussos Agtoc/aksios 428acmdevalbasileuo 4Byeyw/gemo 445 penavovidrepanon ropveio/porneia 465 kuproc 0 Bog 0 mavtoKpatap/ho Kurios ho Thecs ho Pantokrator dalam pasal 21:22, Ada sedikit perbedaan antara pasal 1:8; 4:8; 11:17; 16:3; 16:7; 19:6; dan 21:22. 47 gomplaster A8EfIm. 1286. 49Bandingkanlah dengan pengamatan bahwa kata sembilan (atau kesembilan atau sepersembilan) dipakai hanya 51 kali dalam Perjanjian Lama, sekali dalam Kitab Wahyu; kata sebelas (atau kesebelas atau sepersebelas) dipakai 16 TarsiRAN KiB WAHYU Dalam Perjanjian Lama ada suatu kesan yang cukup meyakinkan bahwa angka tujuh, baik sebagai angka yang ditetapkan oleh manusia (Kejadian 21:28-30 dsb.) maupun oleh Allah (Kejadian 4:15; 7:2-4; dsb.) sering mengacu pada “kelengkapan”. Menurut Philo, angka tujuh “membawa kesempurnaan”.”* Angka sepuluh atau kesepuluh dipakai sepuluh kali dalam Kitab Wahyu. Angka sepersepuluh dipakai sekali. Ada kesusahan selama se- puluh hari dalam pasal 2:10. Dalam pasal 21:20 batu yang kesepuluh adalah krisopras. Selain itu angka sepuluh/kesepuluh dipakai untuk menceritakan jumlah tanduk, mahkota dan raja, yang semuanya mela- wan Tuhan Allah dan umat-Nya. Berdasarkan pengamatan tersebut, rupanya angka sepuluh mengacu pada kejahatan atau penderitaan. Kata-kata yang berikut diulangi sepuluh kali: bear," bilangan (jumlah),? guruh,?? dan patung.* Angka dua belas atau kedua belas dipakai 24 kali dalam Kitab Wahyu. Angka dua belas hanya dipakai berhubungan dengan umat Israel (pasal 7:5-8, 12 kali; dan pasal 12:1) dan Yerusalem Baru (pasal 21:12-22:2). Dalam visi yang terakhir, yaitu pasal 21:9-22:5, angka dua belas atau kedua belas, dipakai sebelas kali, dan angka tiga dipakai empat kali. Jika angka tiga yang dikemukakan empat kali disamakan dengan angka dua belas, maka dalam visi terakhir itu angka atau ga- gasan dua belas muncul dua belas kali. Dalam visi tersebut, istilah “Anak Domba” dan istilah “Allah” dipakai tujuh kali! Tidak mungkin jumlah tersebut terjadi secara kebetulan. Sebutan-sebutan “Tuhan Allah”, “Kristus”, dan “Roh Allah” dipa- kai dengan jumlah yang “baik”, misalnya empat, tujuh, dan dua belas. Tetapi sebutan-sebutan Iblis dan Anti-Kristus dipakai dengan jumlah hanya 34 kali dalam Perjanjian Lama, sekali dalam Kitab Wahyu; dan kata tiga belas (atau ketiga belas atau sepertiga belas) dipakai hanya 24 kali dalam Perjanjian Lama, dan tidak dipakai dalam Kitab Wahyu. Dengan demikian, menjadi nyata bahwa pengaruh Perjanjian Lama sangat besar dalam hal pemakaian angka-angka tertentu. 50;ere0dopogitelesforos, dalam “On the Creation” 102-103, menurut Collins, him, 1277. Padahal, Collins sendiri tidak setujn bahwa angka tujuh mengacu pada “kelengkapan”. Slain Qivos/alethinos Zao Onodarithmos 538 p0ven/bronte S4euxcevleikon Pendahuluan 17 yang tampaknya acak-acakan, tanpa jumlah yang “baik”; misalaya kata “naga”® dipakai 13 kali, kata Yunani yang sering diterjemahkan “Iblis”®* dipakai delapan kali, satu kata lagi yang juga diterjemahkan “Iblis”” dipakai lima kali. Menurut Bauckham® ada kesan bahwa angka yang “berarti” dihindari dalam kaitan dengan tokoh-tokoh yang jahat. Angka yang baik hanya dipakai untuk hal yang jahat jika mereka menirukan yang kudus, seperti misalnya dalam pasal 16:13; 12:3;13:1; dan 17:3. Bauckham® menjelaskan bahwa ada dua macam pengulangan dalam Kitab Wahyu, yang berbeda. Pengulangan yang pertama terdiri atas frase-frase tertentu, misalnya frase “Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di....”, dan “Siapa bertelinga, hendaklah ia mende- ngarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat....” Frase ini diulangi tujuh kali dengan bentuk yang sama persis. Pengulangan seperti itu dipakai untuk menandai pembagian dalam struktur Kitab Wahyu. Dengan demikian, pengulangan frase “supaya ditunjukkan- Nya kepada hamba-hamba-Nya apa yang harus terjadi dengan tiba- tiba” (pasal 1:1) dalam pasal 22:6 (yang sama persis dalam bahasa sumber) menandai bahwa apa yang dimulai dalam pasal 1:1 akan berakhir dalam pasal 22. Selain pengulangan seperti yang disebutkan di atas, ada juga peng- ulangan yang kedua, yaitu pengulangan di mana ada sedikit perbeda- an. Pengulangan ini seringkali terjadi dalam Kitab Wahyu. Pasangan frase yang diulangi dengan perbedaan kecil menjadi seperti acuan silang yang mengaitkan satu nas dengan nas yang lain, misalnya untuk menegaskan kontras. Bandingkanlah pasal 4:8, yang berkata, “Dan keempat makhluk itu masing-masing bersayap enam, sekelilingnya dan di sebelah dalamnya penuh dengan mata dengan tidak berhenti- hentinya mereka berseru siang dan malam: “Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah, Yang Mahokuase, yang sudah ada dan yang ada dan yang akan datang” dengan pasal 14:11, yang berkata, “Maka asap api yang menyiksa mereka itu naik ke atas sampai selama-lamanya, dan siang malam mereka tidak henti-hentinya disiksa, yaitu mereka yang 55Spaxwv/drakon 56Yaravac/Satanas 57§1aBoi0¢diabolos 58HIm. 36. 59HIm. 22-29. 18 TAFSIRAN KITAB WAHYU. menyembah binatang serta patungnya itu, dan barangsiapa yang telah menerima tanda namanya.” Bandingkanlah juga pasal 14:11 dengan 19:3, atau pasal 14:10-11 dengan 20:10. Sebagai kata terakhir, perlu dikatakan bahwa pembahasan makna angka dan pengulangan dalam Kitab Wahyu masih kurang mantap, dan harus diselidiki lebih lanjut dan lebih dalam. Sungguh diharapkan supaya segala pembahasan dalam bidang ini didasari pada pengamatan yang akurat serta prinsip penafsiran yang konsekuen. Kitab Wahyu dan Kanon Alkitab Allah yang berfirman kepada umat-Nya, juga menjaga supaya hanya kitab-kitab yang Dia ilhamkan saja yang akhirnya dikumpulkan. menjadi Alkitab. Proses itu disebut pembentukan Kanon. Dengan pertolongan Allah yang Mahakuasa, umat Allah mengakui surat-surat tertentu, dan karangan-karangan tertentu, sebagai ilham dari Allah. Proses pengakuan Kanon terjadi lebih cepat dengan kitab-kitab tertentu, dan lebih lamban dengan kitab-kitab yang lain. Ada kelompok-kelompok tertentu yang tidak rela menerima Kitab Wahyu sebagai Firman Allah pada zaman bapa-bapa gereja. Mounce'! menegaskan, bahwa ada tokoh Kristen yang melawan Montanisme karena ajaran mereka sering bersikap fanatis (mereka mengajar antara lain bahwa Kerajaan Seribu Tahun sudah dekat dan bahwa Yerusalem Baru akan turun atas Kota Pepuza). Mereka yang melawan Mon- tanisme siap menolak Kitab Wahyu, hanya karena Montanus suka mengutip dari Kitab Wahyu untuk mendukung ajarannya yang mereka anggap ekstrem. Walaupun ada kelompok-kelompok tertentu yang tidak menyukai Kitab Wahyu, Allah tidak minta izin dari kita untuk memasukkan Kitab Wahyu dalam Alkitab kita, dan Alkitab bukan merupakan kafetaria rohani di mana kita hanya mengambil makanan yang sesuai dengan selera kita masing-masing! ©Bauckham, him. 29, menjelaskan bahwa pada zaman itu, orang Yahudi me- makai metode penafsiran yang disebut gezera sawa, di mana satu nas ditafsirkan berdasarkan nas yang lain, yang bunyinya mirip. S1y1m. 39. Pendahuluan 19 Ayat Kunci Wahyu 1:3, yang berbunyi, “Berbahagialah ia yang membacakan dan mereka yang mendengarkan kata-kata nubuat ini, dan yang menututi apa yang ada tertulis di dalamnya, sebab waktunya sudah dekat", merupakan ayat kunci bagi seluruh Kitab Wahyu. Kebaha- giaan itu akan menjadi milik setiap orang yang menaati isi Kitab Wahyu, dan bentuk kebahagiaan itu berupa bermacam-macam pahala. Pahala/hadiah itu dijelaskan antara lain di dalam beberapa ayat berikut ini: Wahyu 2:7, 17, 26-28; 3:5, 11-12, 21; dan 6:11. Risalah/Perkembangan Pemikiran Kitab Wahyu Pengertian terhadap struktur seluruh Kitab Wahyu mempermudah pengertian terhadap rincian-rinciannya. Sudah disebutkan di atas bah- wa Wahyu 1:3 merupakan ayat kunci: “Berbahagialah ia yang... menu- ruti apa yang ada tertulis di dalamnya, sebab waktunya sudah dekat.” Jika kita ingin mengalami kebahagiaan itu, maka kita harus “menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya”. Tetapi ini perlu dipikirkan, karena hanya perintah saja yang dapat dituruti. Di dalam Kitab Wahyu pe tintah-perintah terdapat hanya di dalam pasal dua dan pasal tiga saja. Dalam pasal empat sampai dengan pasal 22 tidak ada perintah. Menurut Barclay,” Luther sendiri seolah-olah marah waktu dia mem- baca Wahyu 1:3, dan dia mengeluh, karena dalam ayat itu ada janji bagi mereka yang menaati kitab ini, tetapi dia merasa Kitab Wahyu mustahil ditaati, karena mustahil dimengerti! Memang ada banyak sekali dalam kitab ini yang tidak akan kita mengerti sebelum digenapi, tetapi yang tidak dimengerti tidak menjadi masalah bagi kita. Yang harus menjadi “masalah” bagi kita adalah pasal dua dan tiga, di mana ada banyak perintah ditulis yang memang sangat mudah dimengerti, namun kadang-kadang sangat sulit ditaati! Wahyu 1:19 merupakan kunci dari pembagian atau struktur Kitab Wahyu. Ayat tersebut merupakan perintah Tuhan Yesus kepada Yohanes supaya dia menulis kitab ini. “Karena itu tuliskanlah apa yang telah kau lihat, apa yang terjadi sekarang, dan apa yang akan terjadi sesudah ini.” Menurut terjemahan ini (yang bersifat harfiah) Kitab Wahyu terdiri dari tiga bagian, yaitu: 621976, him. 11. 20 TAFSIRAN KITAB WAHYU 1. Apa yang telah kaulihat (pasal 1). 2. Apa yang terjadi sekarang (pasal 2-3). 3. Apa yang akan terjadi sesudah ini (pasal 4-22). Susunan/garis besar ini didukung oleh Wahyu 4:1, yang berbunyi, “Naiklah kemari dan Aku akan menunjukkan kepadamu apa yang harus terjadi sesudah ini.” Kata-kata tersebut hampir sama dengan Wahyu 1:19, schingga jelaslah bahwa pada ayat ini (Wahyu 4:1) Yohanes menginjak ke bagian yang berikutnya. Inti dari bagian yang pertama (pasal satu) adalah penglihatan Yohanes tentang pribadi Tuhan Yesus. Penglihatan ini merupakan dasar Kitab Wahyu, dan fungsinya adalah untuk mengingatkan para pembaca akan sifat Tuhan Yesus. Untuk hidup bagi Tuhan Yesus kita harus tahu, siapakah Dia. Kita harus mengerti mengenai sikap-Nya terhadap apa yang kita alami. Bagian yang kedua terdiri dari tujuh pesan/surat kepada ketujuh je- maat. Ketujuh surat itu menuntut penerapan dari penglihatan tentang pribadi Tuhan Yesus, dan menjanjikan hadiah kepada yang menuruti tuntutan itu. Bagian yang ketiga menjelaskan bagaimana caranya Tuhan Yesus akan kembali ke bumi ini dan mengalahkan “yang diam di bumi”. Fungsi dari bagian ini adalah untuk membesarkan hati para pembaca, bahwa “Tuhan Yesus akan menang!” Kedatangan-Nya dan keme- nangan-Nya akan membuktikan kebenaran sifat-sifat-Nya seperti yang dijelaskan dalam pasal | (khususnya penglihatan tentang Tuhan Yesus). Maka kemenangan-Nya akan memberi kesempatan untuk membagikan hadiah-hadiah yang dijanjikan itu di dalam bagian yang kedua (yaitu ketujuh surat). Ringkasan: Bagian pertama: pasal 1. Menyatakan, siapakah Tuhan Yesus. Bagian kedua: pasal 2-3. Tujuh surat yang menuntut penerapan dan menjanjikan hadiah. Bagian ketiga: pasal 4-22. Kedatangan dan kemenangan Tuhan Ye- sus, yang akan mengalahkan setiap musuh, dan membagikan hadiah. Pendahuluan. 21 Hubungan antarbagian: Bagian pertama, penglihatan tentang pribadi Tuhan Yesus, meru- pakan dasar Kitab Wahyu. Dengan demikian, selayaknya sifat Tuhan Yesus merupakan dasar segala kegiatan dan pikiran kita. Selayaknya Yesus Kristus menjadi pusat keberadaan kita. Bagian kedua didasari bagian pertama. Setiap surat dimulai dengan suatu fakta tentang Tuhan Yesus, yang sudah disebutkan di dalam penglihatan tentang diri-Nya. Tetapi bagian kedua, yaitu ketujuh surat, juga berhubungan erat dengan bagian ketiga, yang menceritakan kedatangan dan kemenangan Tuhan Yesus. Bagian ketiga belum terjadi, tetapi sangat penting juga. Walaupun sulit hidup bagi Kristus, dan sulit menaati ketujuh surat-Nya, ketaatan sangat bermanfaat karena Ia akan kembali dengan kemenangan, hadiah, dan sukacita bagi yang menaati. Bagian ketiga ini mence- ritakan kedatangan-Nya dan kemenangan-Nya. Garis Besar Kitab Wahyu I. Bagian Pertama: “...apa yang telah kaulihat...” (1:1-20) A. Pembukaan Kitab (1:1-8) J. Judul dan kata pengantar (1:1-3) 2. Salam (1:4-8) B. Penglihatannya (1:9-20) 1. Latar belakang dari penglihatan (19-11) 2, Penglihatannya senda (1:12.20) IL Bagian Kedua: “...apa yang terjadi sekarang.....”” (2:1-3:22) Surat kepada Jemaat di Efesus (2:1-7) Surat kepada Jemaat di Smirna (2:8-11) Surat kepada Jemaat di Pergamus (2:12-17) Surat kepada Jemaat di Tiatira (2:18-29) Surat kepada Jemaat di Sardis (3:1-6) Surat kepada Jemaat di Filadelfia (3:7-13) Surat kepada Jemaat di Laodikia (3:14-22) OmmMOOM> TAFSIRAN KiTAB Walia U Catatan: di setiap surat kepada ketujuh jemaat tersebut, berisi: 1 2. 3, 4 5. 6. 7. Alamat surat . Sifat Kristus Pajian uncuk Jemaat Kritikan . Tuntutan Ancaman . Janji IIL. Bagian Ketiga: “... apa yang akan terjadi sesudah ini...” (4-22) A. B. Tam! Tami Visi Ruangan Takhta Sebagai Pendahuluan (4: 1. Peralihan (4:1-2) 2. Takhta dan sekelilingnya (4:3-11) 3. Gulungan Kitab dan Anak Domba (5:1-7) 4. Pujian kepada Dia yang mengambil gulungan kitab (5:8- 14) Masa Kesengsaraan (6:1-20:3) 1. Ketujuh Segel (6:1-8:6) . Segel Pertama (6: 1-2) . Segel Kedua (6:3-4) . Segel Ketiga (6:5-6) |. Segel Keempat (6:7-8) . Segel Kelima (6:9-11) Segel Keenam (6:12-17) bahan Pertama: 144.000 Orang Disegel (7: 1-8) bahan Kedua: Orang banyak... yang keluar dari kesusahan besar 5:14) mean oe (7:9-17) g. Segel Kerujuh (8:1-6) 2. Ketujuh Sangkakala (8:7-11:19) a. Keempat Sangkakala Pertama (8:7-12) b. Ketiga Sangkakala Terakhir (8:13-11:19) i. Sangkakala Kelima (8:13-9:12) ii, Sangkakala Keenam (9:13-21) Tambahan Ketiga: Gulungan Kitab (10:1-11) Tambahan Keempat: Dua Saksi (11:1-14) Pendahuluan 23 iii. Sangkakala Ketujuh (11:15-19) Tambahan Kelima: Seorang Perempuan, Anaknya, dan Naga (12:1- 17) Tambahan Keenam: Binatang Pertama (13:1-10) Tambahan Ketujuh: Binatang Kedua (13: 11-18) Tambahan Kedelapan: 144.000 Orang (14:1-5) Tambahan Kesembilan: Tiga Malaikat (14:6-13) Tambahan Kesepuluh: Tuaian Gandum di Bumi (14: 14-16) Tambahan Kesebelas: Tuaian Buah Angeur di Bumi (14:17-20) 3. Ketujuh Cawan (15:1-16:21) a. Pendahuluan Ketujuh Cawan (15:1-16:1) b. Ketujuh Cawan Ditumpahkan (16:2-21) 4. Babel Dikiaskan sebagai Pelacur (17:1-18) . Kota Babel Dimusnahkan (18:1-24) a. Pemusnahan Babel Diberitakan (18:1-8) b. Tanggapan Dunia (18:9-19) c. Babel Tidak akan Pulih (18:20-24) 6. Sukacita di Surga (19:1-10) - Dia Kembali (19:11-16) 8. Dia Mengalahkan Binatang itu serta Tentaranya (19:17- 21) 9. Iblis Dikalahkan (20:1-3) C. Kerajaan Seribu Tahun (20:4-15) 1. Orang-orang yang Memerintah dengan Tuhan Yesus selama Seribu Tahun (20:4-6) 2. Pemberontakan Terakhir (20:7-10) 3. Penghakiman di Takhta Putih (20:11-15) D. Langit yang Baru dan Bumi yang Baru (21:1-22:5) 1. Pendahuluan: Yerusalem Baru (21:1-8) 2. Benteng dan Pintu Gerbang Yerusalem Baru (21:9-21) 3. Kemuliaan Yerusalem Baru (21:22-27) 4. Sungai Kehidupan dan Hamba Anak Domba di Yerusalem Baru (22:1-5) E. Penjelasan Akhir dari Penglihatan (22:6-17) F. Bagian Penutup dari Kitab (22:18-21) wn Bahan dengan hak cipia 1:1-20 *...apayang telah kautihat..." 25 Komentar Kitab Wahyu J. Bagian Pertama : “...apa yang telah kaulihat...” (1:1- 20) Bagian ini merupakan dasar seluruh Kitab Wahyu, karena di dalam bagian ini terdapat penglihatan tentang pribadi Tuhan Yesus sendiri. A. Pembukaan Kitab (1:1-8) Tidak mungkin Yohanes secara langsung menceritakan penglihatan tentang pribadi Tuhan Yesus. Para pembaca harus diberitahu menge- nai identitas dan keadaan penulis Kitab Wahyu. Juga salam kepada para pembaca mula-mula disampaikan oleh Yohanes. 1. Judul dan kata pengantar (1:1-3) 1:1 Inilah wahyu! Yesus? Kristus,? yang diberikan Allah kepada- Nya, supaya ditunjukkan-Nya kepada hamba-hamba-Nya' apa yang harus terjadi dengan tiba-tiba.’ Dan oleh malaikat-Nya yang diutus- Nya, Ia® telah menyatakannya’ kepada hamba-Nya Yohanes. IKata Anoxadvyic/apokalupsis menunjuk pada sesuatu yang dahulu diraha- siakan, tetapi sekarang dinyatakan. 2Kata Yesus dipakai 14 kali dalam Kitab Wahyu. $Kata Kristus dipakai tujuh kali dalam Kitab Wahyu. 4Dalam pasal 10:7 dan 11:18 ungkapan hamba-hamba-Nya, yaitu para nabi dipakai. Dalam pasal 7:3 dan 19:5 kata hamba-hamba-Nya menunjuk pada orang kudus secara umum. 5Dalam Kitab Wahyu kata cv raxeven takhei juga dipakai dalam pasal 22:6. Kata raysvtakhei berasal dari kata benda tayo¢/takhos, yang berarti “kece- patan”, sehingga cv tayeven takkei dapat diterjemahkan secara harfiah “dengan kecepatan tinggi’, atau dengan tiba-tiba. Dalam Kis, 22:18 dan 25:4 kata ini dapat diterjemahkan “segera”, tetapi dalam Luk. 18:8; Kis. 12:7; Rm. 16:20; Why. 1:1; dan 22:6 terjemahan “dengan tiba-tiba” lebih tepat. Dengan terjemahan dengan tiba-tiba kita mengerti bahwa penulis Firman Allah a 26 TAESIRAN KITAB WAHYU Yohanes tidak mau kitab ini diragukan, maka dengan nada khidmat dia langsung menegaskan wewenang dari karyanya: kitab ini berasal dari Allah. Ia juga tidak menghendaki isi kitab ini hanya sekadar menjadi bahan kuliah dan bahan perdebatan, maka dengan nada mendesak ia menegaskan bahwa semuanya ini harus terjadi dengan tiba-tiba. Menurut pasal 1:1, ilham ini disalurkan kepada manusia melalui semacam rantai dengan “anak rantai” Allah... Kristus.... malaikat- Nya... Yohanes... dan akhitnya hamba-hamba-Nya, yaitu setiap orang yang percaya dan taat kepada-Nya, baik yang di dalam ketujuh jemaat maupun orang kudus yang berada di lain tempat dan zaman. Tirai yang menyembunyikan hari kiamat dari mata kita sudah diambil melalui “rantai ilham” tersebut. Sesuai dengan apa yang dikatakan di atas mengenai tujuan utama dari Kitab Wahyu, yaitu apa yang harus terjadi dengan tiba-tiba harus ditunjukkan kepada hamba-hamba-Nya, supaya hidup mereka segera disesuaikan dengan kenyataan mengenai kedatangan-Nya. 1:2 Yohanes telah bersaksi tentang Firman Allah dan tentang ke- saksian Yesus Kristus,’ yaitu segala sesuatu yang telah dilihatnya. Pernyataan Yohanes dalam ayat dua ini, memberi tekanan secara khusus kepada para pembaca supaya mereka tidak meragukan isi kitab tidak keliru berkata Tuhan akan kembali segera. Memang Dia tidak kembali segera, tetapi kita mengetahui bahwa kedatangan-Nya nanti tidak diawali dengan pemberitahuan, melainkan akan terjadi dengan tiba-tiba. ©Mungkin kata Ja menunjuk kepada Kristus. Mounce (him. 64) mengamati bahwa dalam Injil Yohanes, Yesus Kristus sering mengambil apa yang dari Allah Bapa dan menunjukkannya kepada manusia, seperti dalam Yoh. 1:18; 5:19-23; 12:49; dan 17:8. Ada juga kemungkinan bahwa kata Ja menunjuk kepada Allah. Kalau begitu, kata kerja menyatakan sejajar dengan kata kerja diberikan. Dalam bahasa aslinya, kedua kata kerja tersebut memakai bentuk yang sama (Aorist Active Indicative), schingga tafsiran ini masuk akal. Kalau tafsiran ini benar, maka istilah malaikat-Nya (ayyehov avtov/anggelou autou) menunjuk pada Yesus Kristus. Sebenarnya pengertian ini sesuai dengan apa yang kita amati dalam Kitab Wahyu, yaitu bahwa Kristus sendiri, dan bukan malaikat biasa, yang menjadi perantara antara Allah dan Yohanes. 7 Arti harfiah dari kata kerja ini, yaitu onpo.ve/semaino, adalah “memberitahu melalui tanda/keajaiban” (onpciov/semeion), maka istilah ini sangat tepat dipa- kai dalam nas ini karena Kitab Wahyu memakai banyak tanda dan keajaiban. 8Kata “yang diberikan oleh” dalam Terjemahan Baru dari Lembaga Alkitab Indonesia tidak ada dalam bahasa sumber, yaitu bahasa Yunani. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. 2:1-3:22"... aba yang terjadi sekarang...” 7 IL. Bagian Kedua: “.apa yang terjadi sekarang...” (2:13:22) Fungsi pasal dua dan pasal tiga: Bagian ini menjelaskan dan menerapkan rincian-rincian yang sulit dimengerti dari penglihatan tentang Tuhan Yesus dalam pasal satu. Juga perintah-perintah yang harus kita turuti untuk mengalami kebahagisan yang disebutkan dalam pasal 1:3, terdapat dalam bagian ini. Kalau kita mau mencrima berkat yang diucapkan di dalam pasal 1:3, maka kita perlu membaca bagian ini dan menaati perintah- perintah yang ada di dalamnya. Isi bagian ini: Bagian ini terdiri dari tujuh surat kepada tujuh jemaat. Setiap jemaat adalah sebuah gereja setempat yang harfiah. Oleh karena jemaat-jemaat sepanjang zaman ini mempunyai ciri-ciri yang diuraikan dalam pasal dua dan tiga, maka dapat dikatakan bahwa ketujuh jemaat itu juga mewakili setiap jemaat. Jadi, walaupun sesuatu ditulis untuk jemaat di Efesus, tetapi hal itu juga berlaku bagi kita “yang bertelinga”. Wahyu 2:7 berbunyi, “Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat....” Jadi, semua ini dikatakan kepada jemaat-jemaat Kristus, dan bukan kepada satu jemaat saja. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa surat-surat ini milik kita juga. Ketujuh Kota di Asia Keeil Bentuk bagian ini: Ketujuh surat disusun menurut suatu pola yang mempunyai tujuh bagian, yaitu: 1, Alamat Surat 5. Tuntutan 2. Sifat Kristus 6. Ancaman 3, Pujian untuk Jemaat 7. Janji 4. Kritikan aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. 50 TAESIRAN KITAB WAHYU. diancam tertutup karena semakin dangkal akibat endapan lumpur dari sungai Kaister, dan kota Smirna mengajukan permohonan supaya gu- bernur mendarat di pelabuhan Smirna. namun permohonan Itu ditolak dan penghuni Efesus berhasil menjaga kehormatan tersebut. Dua uang logam dari Efesus menyatakan kebanggaan tersebut. Yang pertama memakai gambar kapal perang Romawi. Tulisan "Pendaratan Pertama" menyatakan bahwa kapal yang digambarkan di uang logam tersebut membawa gubernur Romawi ke provinsi Asia melalui pelabuhan Efesus. Uang logam tersebut dicetak kira-kira tahun 245 M, tetapi Efesus sudah lama bangga karena hak "Pendaratan Pertama". Uang logam yang kedua memakai gambar kapal dagang (layar lazimnya dipakai oleh kapal-kapal dagang). Tulisan "Efesus: Pertama di Asia" juga mengekspresikan rasa bangga kota Efesus. Pada zaman Itu hanya Efesus dan Smirna mempunyai pelabuhan, dan hanya uang logam Efesus dan Smirna memakai gambar kapal. Pelabuhan Miletus, yang dipakai oleh Rasul Paulus dalam Kisah Para Rasul 20:15-17, sudah tidak dapat dipakai lagi. Dari segi politis, Efesus terkemuka. Tidak ada kekacauan politis di situ, jadi pemerintah di Roma menghargai kesetiaan Kota Efesus dengan memberi hak kepadanya untuk memiliki pemerintahan sendiri. Oleh karena itu, Kota Efesus dijadikan “kota bebas”, dan tentara Roma tidak ditempatkan di situ. Juga, kebesaran Kekaisaran Romawi menghormati Efesus secara rutin, karena gubernur dari Kekaisaran Romawi mengadakan pengadilan rutin untuk kasus-kasus yang di- anggap penting di Efesus. Setiap tahun Perlombaan Panonia, yang setara dengan Perlombaan Olimpia, diadakan pada bulan Mei. Kota 2:1-3:22"... apa yang terjadi sekarang...." SI Efesus sudah biasa menyaksikan kemewahan dan keramaian kebu- dayaan Yunani dan Romawi. Dari segi agama, Kuil Artemis’ adalah kebanggaan mereka di sana. Ada tertulis pada uang logam kota yang terkemuka ini, “Efesus, Tukang Sapu dari Kuil Artemis”! Orang Yunani biasa berkata, “Dalam perjalanannya matahari tidak melihat sesuatu yang melebihi Kuil ‘Astemin” Iskandar Zulkamain menawarken’ segala barang jaxahan yang diperolehnya dari peperangannya di wilayah timur, bila mereka mengukir namanya di Kuil Artemis, tetapi tawarannya ditolak! Kuil Artemis berukuran 140 m x 70 m x 20 m, Pilarnya berjumlah 120, semua disumbangkan oleh raja-raja. Di dalam kuil itu ada pacung Artemis. Patung itu hitam, pendek, dan sangat kasar. Dalam Kisah Para Rasul 19:35 panitera Kota Efesus berkata bahwa patung Artemis itu turun dari surga! Dengan sikap fanatik, warga Kota Efesus me- nyembah dan membela kehormatan patung tersebut. Ada juga ribuan imam perempuan yang “melayani” sebagai pelacur di dalam kuil itu. Penyembahan di kuil itu sangat kacau, fanatik, dan ekstrem. Segala sesuatu yang najis, kotor, jijik, dan ngeri terjadi di situ. Di Kota Efesus juga ada beberapa kuil yang dikhususkan untuk pe- nyembahan Kaisar. Dari segi sifat, orang Efesus dikenal sebagai orang yang kotor dan terikat dengan ilmu gaib. Dalam Kisah Para Rasul 19:18-19, penting- nya ilmu gaib bagi penghuni Kota Efesus terlihat nyata. Penjahat yang berhasil lari ke Kuil Artemis tidak bisa ditangkap oleh para petugas karena ada hak perlindungan di dalam dan di dekatnya. Pemerintah tidak berkuasa di dalam kuil itu, dan sekitarnya. Bisa dibayangkan bahwa segala macam penjahat akan berkumpul di sekitar Kuil Artemis. Beberapa suku menghuni Kota Efesus. Ada suku pribumi, yang berada di situ sebelum tempat itu dijajah oleh Kota Atena dari se- berang Laut Agean. Ada keturunan dari penjajah tersebut. Selain itu, ada tiga suku Yunani yang lain, dan tidak sedikit jumlahnya orang Yahudi.” Artemis” menjadi “Diana” dalam bahasa Latin. 7Thomas, him. 129. 52 TAFSIRAN KITAB WAHYU Keadaan Kota Efesus sungguh-sungguh luar biasa. Penghuni Kota Efesus selalu menghadapi godaan untuk bermegah dalam kemewahan kota mereka, dan godaan untuk jatuh dalam dosa di Kuil Artemis. Perkembangan pelayanan Injil di sana, mulai dengan kunjungan yang pertama dari Rasul Paulus, dapat dipelajari dalam nas-nas yang berikut: Kisah Para Rasul 18-20; 1 Korintus 15:32; 16:8; 1 Timotius 1:3; 2 Timotius 1:18; dan 4:12. Kota Efesus, yang memi transportasi yang menonjol, memang menjadi sangat strategis dalam pelayanan Rasul Paulus. Menurut tradisi Kristen, beberapa tahun setelah Tikhikus disuruh Paulus pergi ke Efesus, Rasul Yohanes sendiri pindah ke sana. Rasul Yohanes melayani di sana sampai dia dibuang ke Pulau Patmos. sarana Sekarang, yang ada tinggal reruntuhan saja di sana. Sungai Kaister telah membawa begitu banyak lumpur, sehingga pelabuhan di sana sudah lama tertimbun endapan lumpur. Tempat yang dahulu ramai dengan segala macam keramaian sekarang menjadi sepi sekali. 2. Sifat Kristus (2:1) Inilah Firman dari Dia, yang memegang® ketujuh bintang itu di tangan kanan-Nya dan berjalan di antara ketujuh kaki dian emas itu. Lambang bintang dan kaki dian emas sudah dijelaskan oleh Tuhan Yesus sendiri dalam pasal 1:20. Ketujuh bintang itu melambangkan “malaikat” ketujuh jemaat, dan ketujuh kaki dian emas melam- bangkan ketujuh jemaat yang menerima pesan-pesan ini. Jadi, artinya Tuhan Yesus berada di antara atau di dalam jemaat-jemaat itu, dan Dia aktif, Dia berjalan, di situ. Dengan kata lain, Dia mempunyai hubungan yang erat dengan jemaat-jemaat-Nya. Ini menekankan kehadiran Tuhan Yesus di dalam jemaat kita, dan di dalam setiap gereja setempat. Sebaiknya kita mengingat bahwa walaupun 8palam penglihatan tentang Tuhan Yesus dalam pasal satu dikatakan bahwa Tuhan Yesus “mempunyai” ketujuh bintang, dan bahwa Dia “ada” di tengah- tengah kaki dian emas, sedangkan dalam nas ini dikatakan bahwa Dia me- megang ketujuh bintang, dan bahwa Dia berjalan di antara ketujuh kaki dian itu. Apa yang dikatakan mengenai Kristus dalam pasal satu lebih diaktifean dalam nas ini. “Mempunyai” menjadi memegang, dan “ada” menjadi berjalan. 2:1-3:22 "... apa yang terjadi sekarang..." 53 keanggotaan kita ada dalam gereja kita masing-masing, tetapi Dia hadir di dalam setiap jemaat, baik yang kuat maupun yang lemah. Menurut Kristus, para anggota jemaat Efesus perlu mengingat bah- wa Dia berada di tengah-tengah mereka. Mengapa mercka perlu mengingat hal ini? Justru inilah yang akan dinyatakan dalam surat mereka. 3. Pujian untuk Jemaat (2:2-3) 2:2 Aku tahu segala’ pekerjaanmu: baik jerih payahmu'’ maupun. ketekunanmu. Aku tahu, bahwa engkau tidak dapat sabar ter- hadap orang-orang jahat, bahwa engkau telah mencobai mereka yang menyebut dirinya rasul, tetapi yang sebenarnya tidak demi- kkian, bahwa engkan telah mendapati mereka pendusta. Apa yang dikatakan oleh Tuhan Yesus sebagai pujian mengenai je- maat di Efesus mirip dengan apa yang dikatakan kepada jemaat dalam. 1 Tesalonika 1:3, tetapi ada perbedaan yang sangat penting juga. Jemaat di Tesalonika mempunyai “pekerjaan iman, usaha kasih, dan ketekunan pengharapan”, sedangkan jemaat di Efesus hanya mem- punyai pekerjaan, jerih payah, dan ketekunan. Sesuai dengan apa yang dikatakan Tuhan Yesus kepada jemaat di Efesus dalam ayat-ayat yang berikut, bahwa apabila pekerjaan, jerih payah, dan ketekunan tidak didasari dengan iman, kasih, dan pengharapan, maka segala usaha mereka sia-sia belaka. Apa yang dinubuatkan Rasul Paulus dalam Kisah Para Rasul 20:29 memang terjadi. Pentingnya Kota Efesus di dalam seluruh Propinsi Asia menarik perhatian rasul palsu. Beberapa penafsir berusaha untuk memastikan identitas mereka yang menyebut dirinya rasul, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, padahal sebenarnya pada zaman ini identitas mereka sudah kabur. Tidak mustahil bahwa “pengikut-pe- ngikut Nikolaus” (pasal 2:6) dimaksudkan di sini, tetapi identitas mereka pun kabur. Mungkin jemaat di Efesus sudah diserang oleh beberapa kelompok rasul palsu, dan mereka telah menolak semuanya. Bentuk ajaran sesat bermacam-macam, dan jemaat Efesus bertekun 9Walaupun dalam aslinya kata segala tidak dipakai, tetapi penulis tetap memakai istilah itu, karena ada kata sandang: “Aku tahu pekerjaanmu itu.” Demikian juga dalam 2:19; 8:1, 8, dan 15. 10Kata ini (konoc/Aopos) menunjuk pada pekerjaan yang begitu berat sampai keringat keluar. Mereka yang di Efesus memang bekerja keras. 34 TAFSIRAN KITAB WAHYU menolak mereka, walaupun rasul palsu tersebut pandai menyampaikan ajaran mereka untuk menyesatkan jemaat. 2:3 Dan engkau tetap sabar dan menderita oleh karena nama-Ku; dan engkau tidak mengenal lelah. Lebih-lebih lagi, jemaat Efesus dikatakan sabar dan menderita oleh karena nama Kristus. Sebenarnya jemaat Efesus (yang mempunyai ciri khas tersendiri) luar biasa. Jarang ada jemaat yang begitu rajin, bahkan sampai menderita. Jemaat Efesus giat dari segi pelayanan dan mumi dari segi ajaran. Ajaran buruk mereka tolak, dan rasul palsu tidak mereka terima sama sekali. Ajaran ditekankan di dalam jemaat Efesus. Suasana kebaktian jemaat Efesus, terutama khotbah, pasti mengesankan. Tuhan Yesus memuji kegiatan dan ketekunan itu. Tetapi, seperti apa yang di- katakan Mounce, “setiap sikap yang baik juga mengandung dalam dirinya bibit-bibit penghancuran dirinya.”"' 4. Kritikan (2:4) 2:4 Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula. Kritikan Tuhan Yesus disampaikan secara langsung, singkat, dan je- las. Dengan sikap waspada terhadap kemurnian ajaran yang begitu ketat, jemaat di Efesus sudah meninggalkan kasih mereka yang semula. Mereka membenci ajaran yang sesat. Kuasa kebencian sudah memadamkan kasih dalam jemaat Efesus. Hati mereka terhadap Tuhan Yesus sudah agak dingin. Dulu mereka selalu ingat bagaimana Tuhan Yesus berada di tengah-tengah mereka, tetapi kemudian mereka jarang sekali mengingat akan kehadiran-Nya. Jadi, ajaran mereka selalu baik, namun kasih mereka sudah berkurang. Kasih yang dimaksudkan dalam ayat ini terutama adalah kasih ke- pada Kristus (maka jemaat di Efesus diingatkan bahwa Dia berjalan di tengah-tengah mereka). Tetapi kasih kepada Kristus tidak dapat dipisahkan dari kasih kepada sesama manusia, seperti apa yang dite- kankan dalam 1 Yohanes 4:20, yang berkata, “Jika seorang berkata: ‘Aku mengasihi Allah,’ dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah ‘Vilm. 88. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. 2:1-3:22".... aba yang terjadi sekarang..." 57. Identitas pengikut-pengikut Nikolaus tidak dapat dipastikan. Mungkin Nikolaus ini sama dengan Nikolaus yang diangkat oleh jemaat di Yerusalem dalam Kisah Para Rasul 6:5, yang murtad di kemudian hari, sesuai dengan tradisi gereja mula-mula, tetapi ada juga bapa gereja yang menolak hubungan itu. Penafsir lain menjelaskan bahwa kata Nikolaus berasal dari dua kata Yunani yang berarti “kemenangan” dan “rakyat”,'? sehingga kelompok itu mengalahkan rakyat dengan ajaran mereka yang sesat. Tafsiran tersebut tidak mustahil, tetapi ada kemungkinan bahwa Nikolaus dinamai Nikolaus karena kakeknya bernama Nikolaus! Sebenarnya identitas mereka tidak jelas.'® Yang jelas bahwa mereka adalah pengajax’sjaren'sesat, dan:perbuatan, mercka dibenci oleh Tus han, jige’dibenct oleh:jemaac di Elseus, Stkap ima layak: diteladani, Tetapi para pembaca surat ini sudah mengerti bahwa sikap itu jangan berlebihan hingga meninggalkan Kasih yang semula! 8. Janji (2:7) 1:7a Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikata- kan Roh kepada jemaat-jemaat: Imbauan ini sebenarnya bukan sebagian dari janji, tetapi dalam ketujuh surat, imbauan yang sama seperti ini diulangi. Dalam ketiga surat yang pertama, imbauan ini mendahului janji Kristus, dan dalam keempat surat yang terakhir imbauan ini mengikuti janji Kristus kepada mereka yang menang. Oleh karena kita semua mempunyai telinga, maka kita semua diperintahkan untuk mendengarkan pesan. Secara khusus, yang harus didengarkan adalah bukan saja sebagian dari satu surat, ataupun hanya satu surat saja, tetapi apa yang dikatakan Roh kepada jemaat- jemaat. Oleh karena kata jemaat memakai bentuk jamak, maka imbauan ini juga tertuju pada kita agar memperhatikan dengan saksama seluruh bagian ini, yaitu pesan-pesan Kristus kepada ketujuh jemaat. Apa yang dikatakan kepada mereka yang ada di Smirna harus didengar pula oleh mereka yang ada di Filadelfia, dan apa yang 17\.Ko0/nikos berarti “kemenangan’, dan ).ao

Anda mungkin juga menyukai