Anda di halaman 1dari 160

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/319968636

Filsafat Ilmu dan Logika

Presentation · January 2009

CITATIONS READS

0 74,212

1 author:

Bahril Hidayat
Universitas Islam Riau
87 PUBLICATIONS   164 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Psychology of Literature View project

Filsafat Ilmu, Psikologi Islami View project

All content following this page was uploaded by Bahril Hidayat on 02 December 2017.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Perkenalan
• Nama Mata Kuliah: Filsafat Ilmu dan Logika
• Nama Dosen: Bahril Hidayat
• Alamat: Pekanbaru, Riau
• HP: 081268338782.
• Alamat email: bahrilhidayat@gmail.com

Bahan Ajar
di Fakultas Psikologi UIN Sultan Syarif Kasim,
Pekanbaru, Riau (2009)
Kontrak Belajar
• Peraturan Fakultas
Terlampir.

• Peraturan Kelas
- Mengikuti Peraturan Fakultas.
- Pindah kelas, misal dari kelas pagi ke siang, dan sebaliknya.
- Keterlambatan maksimal 20 menit berlaku untuk saya dan mahasiswa.
- Boleh memamah-biak di kelas, kecuali makanan dan minuman yang
menimbulkan keributan, misalnya minuman curian, juice Batu Kerikil,
kerupuk, beling, paku, pisau silet, dll.
- Selama di kelas tidak diperkenankan tidur, mengobrol, ketawa-ketiwi
sendiri atau pun bersama orang atau objek lain, baik yang terpersepsi
oleh panca indera maupun tidak, merokok, buang air kecil, sedang, dan
besar.
Kontrak Belajar (lanjutan)
• Tugas Menulis
- Tugas Mandiri
Dikumpulkan pada saat ujian mid-semester.

- Tugas Terstruktur
Dikumpulkan pada saat ujian akhir semester.
Penilaian
• Ujian Mid-semester
Unsur Penilaian: 35 %

• Ujian Akhir Semester


Unsur Penilaian: 35 %

• Tugas Mandiri
Unsur Penilaian: 15 %

• Tugas Terstruktur
Unsur Penilaian: 15 %
Terakhir…
• Ada pertanyaan?

• Jika tidak, saya yang akan bertanya:



Filsafat Ilmu dan Logika
2 SKS

Tujuan Instruksional Umum:


Agar mahasiswa mampu menyebutkan definisi etika, kaidah-
kaidah dalam etika, teori etika, penerapan etika dalam kasus-
kasus psikologi dan logika etika; mengenal dan mengetahui
cara manusia mencapai pengetahuan tentang kenyataan
semesta; mengenal dan memahami fungsi persepsi dan fungsi
berpikir dalam logika; mampu menerapkan kaidah-kaidah
logika untuk menganalisa pernyataan dan putusan; serta
mampu mengevaluasi pernyataan dan putusan yang sesuai
dan tidak sesuai dengan hukum-hukum logika.
Pokok Bahasan
• Etika: Pengertian etika, etika umum,
kebebasan dan tanggung jawab, nilai dan
norma, hak dan kewajiban, serta teori-teori
etika.
• Logika: Pengertian logika; filsafat,
pengetahuan dan logika; ide; universal; istilah
dan definisi; putusan dan proposisi; deduksi;
penalaran (reasoning); silogisme; induksi;
serta kekeliruan berpikir dalam logika.
Perspektif Tentang Ilmu
• Hakikat Ilmu
 Manusia dan Pemikirannya
 Homo Sapiens: Manusia adalah makhluk yang berpikir.
 Berpikir → Ciri Khas dan hakikat manusia.
“Jadi, karena berpikirlah ia menjadi manusia.”
 Pengetahuan adalah buah dari proses berpikir (gerak pemikiran).
 Gerak pemikiran membutuhkan lambang sebagai media deskriptif.
Contoh: Bahasa dan Matematika.
- Bahasa : verbal.
- Matematika : Angka.
- Kombinatif → berkomunikasi.
 Dua jenis berbahasa:
a. Produktif : Menulis dan berbicara.
b. Reseptif : Menyimak dan membaca.
3 Prinsip Pokok Manusia Dalam Memperoleh Ilmu
Pengetahuan

Apakah yang ingin diketahui (what)?


Bagaimana caranya memperoleh pengetahuan itu (how)?
Apa nilai pengetahuan itu bagi kita (value)?

“Ilmu adalah salah satu hasil dari pemikiran manusia dalam


menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas”

Contoh hasil pemikiran lainnya:


a.…………
b.………..
c.…………., dst.
Jadi, ilmu dan buah dari pemikiran manusia lainnya saling melengkapi
kekurangan.
“Ilmu tanpa agama adalah buta,
dan
agama tanpa ilmu adalah lumpuh”
(Albert Einstein)
Koneksitas Ilmu dan Falsafah

• Ilmu
→ Kumpulan pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri tertentu yang
membedakannya dengan pengetahuan lainnya.
• Falsafah
→ suatu cara berpikir yang radikal dan menyeluruh, mengupas sesuatu
sedalam-dalamnya.

Hubungannya:
Falsafah mengupas tema-tema keilmuan secara menyeluruh dan mendalam,
dan hasilnya merupakan dasar bagi eksistensi ilmu.

Cabang falsafah yang muncul dari pertanyaan:


a. What (ontologi: hakikat)
b. How (epistemologi: dasar-dasar {teori} pengetahuan).
c. Value (axiologi:nilai-nilai/etika)
Etika

Penjernihan Istilah
Etika = Moral = Etiket ?
Eksplanasi:
a. Maling!
Melanggar etika/moral.
Ex: Apabila ia mencuri dengan tangan kanan,
Ia adalah maling yang beretiket.
b. Etiket bersifat pergaulan (ada saksi mata), etika bersifat apa adanya (tetap berlaku
tanpa saksi mata).
Ex: Etiket; makan dengan meletakkan kaki di atas meja.
Etika; mencuri.

Konklusi:
Etika = Moral secara etimologis.
Etika ≠ Etiket.
Moralitas: Ciri Khas Manusia
• Manusia adalah binatang-plus (implisit atau eksplisit?).
Solusi: dengan asumsi plus-moralitas.
• Buktinya pada aspek “keharusan”. Ada 2 keharusan, yaitu:
a. Keharusan alamiah. Contoh: Jika pena dilepaskan dari
tangan harus jatuh.
Vocabulary: must; mussen.
b. Keharusan moral. Contoh: barang yang dipinjam harus
dikembalikan.
Vocabulary: should; sollen.
 Keharusan moral mengarahkan dan menyuruh manusia
melakukan sesuatu. Sifatnya: kewajiban.
Etika

Etika: ilmu yang membahas tentang moralitas atau


tentang manusia sejauh berkaitan dengan moralitas;
ilmu yang menyelidiki tentang tingkah laku moral.
Etika merupakan filsafat moral; filsafat praktis;
aktualisasi konsep normatif.
Jadi, konseptor tidak sama dengan eksekutor.
Tiga Ciri Situasi Etis dalam Dunia Modern
• Pluralisme Moral. Ex: perbedaan kultur dan agama.
Dampak dari era komunikasi dan perhubungan yang
pesat.
• Timbul Masalah Etis baru yang tidak terduga.
Ex:Kloning, pengobatan alzheimer dengan jaringan
embrio, fertilisasi in vitro
• Perlunya Kepedulian Etis yang Universal. Ex: Deklarasi
Universal tentang HAM oleh PBB tanggal 10
Desember 1948; bukan pernyataan hak universal
pertama sekali, tetapi pernyataan pertama yang
diterima secara global.
3 Pendekatan Ilmiah dalam mempelajari Moralitas

 Etika Deskriptif
 Melukiskan tingkah laku moral dalam arti luas.
Ex: Adat kebiasaan, baik dan buruk, dll.
 Mempelajari moralitas pada individu tertentu, subkultur-subkultur
tertentu.
 Bersifat melukiskan, tidak melakukan penilaian (benar salah secara
definitif); bersikap relatif netral.
 Ex: prostitusi → just describing, whithout judgement.

 Etika Normatif
 Melakukan penilaian tentang perilaku manusia. Ex: prostitusi → justifikasi.
 Bersifat preskriptif (petunjuk atau memerintahkan) tentang benar/salah.
 Argumentasi tentang benar/salah tidak dapat ditawar-tawar.
3 Pendekatan Ilmiah dalam mempelajari Moralitas
(lanjutan)
 Etika Normatif dibagi atas:
 Etika Umum: memandang tema-tema umum, seperti nilai dan norma,
hak dan kewajiban, kriteria manusia yang bermoral, dll.
 Etika Khusus: menerapkan prinsip-prinsip etis yang umum atas domain
perilaku manusia yang khusus.
Premis normatif dikaitkan dengan premis faktual untuk sampai kepada
suatu kesimpulan etis yang bersifat normatif juga. Ex: abortus provocatus.
- Dilarang keras membunuh manusia yang tidak bersalah.
- Abortus provocatus adalah pembunuhan terhadap manusia yang tidak
berasalah.
- Jadi, abortus provocatus dilarang keras.
Disebut juga dengan istilah applied ethics.
3 Pendekatan Ilmiah dalam mempelajari Moralitas
(lanjutan)

 Metaetika
 Meta (bhs Yunani): melebihi; melampaui.
 Pembahasan bukan hanya pada moralitas secara langsung,
melainkan ucapan-ucapan (istilah; kata-kata) kita di bidang
moralitas. Ex: kata baik (Moore, 1903).
Mobil ini dalam keadaan baik.
Menjadi donor organ tubuh adalah perbuatan yang baik.

Tidak menyimpulkan dan membahas kata baik itu


secara normatif, namun penggunaan kata baik itu
dalam konteks etis.
Moral dan Agama
• Motivasi terpenting dari moralitas: agama. Baik buruk, benar-
salah, menurut agama. Dasar utama: wahyu.
• Pengolahan selanjutnya: akal. Mencakup pengolahan sumber
hukum agama (Quran, hadis, ijma ulama)→dalil aqli.
• Dialog tokoh dalam novel Dostoyevsky, “Seandainya Allah
tidak ada, semua diperbolehkan.” Anti tesis radikal oleh Jean
Paul Sartre,”Tidak benar bagi ateis semuanya diperbolehkan.
Manusia tidak bertanggung-jawab kepada Tuhan, tapi kepada
diri sendiri dan bersifat horizontal.
• Apakah (otomatis) teoritikus etika=praktisi etika?
Moral dan Hukum
Quid leges sine moribus
(Apa artinya hukum kalau tidak disertai moralitas)

• Perbedaan hukum dan moral:


a. Hukum hasil kodifikasi dari moralitas, sedangkan moralitas lebih luas. Jadi
hukum lebih Sistematis, relativitas kepastian interpretasi, dan objektif.
b. Hukum mengatur tingkah laku lahiriah, moralitas memasuki unsur batin.
c. Sanksi hukum bersifat mengikat dan memaksa, sedangkan norma etis sebaiknya
berasal dari dalam (batin). Sanksi moral: nurani; penghakiman Tuhan
d. Hukum didasarkan atas kehendak masyarakat (negara), moralitas melewati
batas individu dan masyarakat.
Moral tidak boleh disusun secara demokratis.
Jadi, moral menilai hukum, tapi hukum tidak bisa menilai moral.
Alkisah…
Pada suatu malam, seorang lelaki paruh baya mengalami musibah. Ban mobilnya
kempes persis di depan Rumah Sakit Jiwa (RSJ). Parahnya, setelah selesai mengganti
ban yang gembos itu, keempat mur bannya hilang. Sudah jatuh, tertimpa tangga.
Lama dia termenung meratapi nasibnya.

Tiba-tiba datanglah seorang pasien RSJ. Dia bertanya, “Ada apa, Pak?”

Laki-laki itu kaget bukan main melihat ada orang gila di dekatnya. Akibat takut,
sekadar mengobati rasa takutnya, bukan karena menghargai penderita skizofrenik itu,
dia menjawab sekenanya, “Ban mobil saya bocor, setelah saya menggantinya dengan
ban serap, ternyata empat mur ban ini hilang. Jadi, saya terjebak di sini karena ban itu
tak bisa dipasang.”

“Lho, kok bisa begitu, Pak? Kan ada solusinya,” terang penderita skizofrenik itu.

Lelaki itu kaget. Apakah orang gila ini ngawur, pikirnya. Tapi tetap ia tanyakan sambil
melenguh, “Oya? Bagaimana caranya? Kan ban ini ga bisa dipasang. Semua bengkel
sudah tutup malam ini. Nggak ada lagi yang jualan mur malam-malam begini.”
Alkisah (lanjutan)…
“Begini aja, Pak,” potong pasien RSJ itu.

“Bapak buka satu mur pada setiap ban di mobil Bapak. Lalu pasang tiga
mur itu pada ban ini. Kan selesai dan aman,” terang orang yang disangka
gila itu.

“Bener juga!” akhirnya lelaki itu girang sekali.

“Tapi, ngomong-ngomong, kamu kok bisa tahu jalan keluarnya? Kamu kan
gila?” tanya lelaki itu mulai akrab karena senang.

“Iya, Pak. Saya memang gila.”

“Tapi saya tidak bodoh,” lanjut orang gila itu berlalu meninggalkan lelaki
yang terperangah malu.
Tugas Mandiri
Tema Esai: Tinjauan Psikologi (Islami) tentang
Hati Nurani.

Penilaian: Otensitas, Sistematika, relevansi, dan


Ilmiah.

Format: Font Times New Roman, 1,5 spasi,


minimal 5 halaman kuarto/A4.
Contoh Kasus Hati Nurani
Thomas Grissom adalah seorang ahli fisika berkebangsaan Amerika Serikat.
Selamat 15 tahun mengembangkan generator neutron
(menghasilkan senjata nuklir) di Laboratorium Nasional Amerika.
Tergugah oleh ucapan sejarawan Arnold Toynbee dalam A Study of History:
Apabila seseorang mempersiapkan perang, maka sudah ada perang.
Grissom gelisah.
Ada pertimbangan dampak finansial, jabatannya diisi atau dilanjutkan oleh
orang lain (nurani prospektif).
Keputusannya:
Dia memilih menjadi dosen di Evergreen State College di Olympia,
Washington, dengan gaji separuh dari penghasilannya di Laboratorium
Nasional
Hati Nurani
• Hati nurani adalah penghayatan tentang baik atau buruk
berhubungan dengan tingkah laku konkret kita. Hati nurani
memerintahkan atau melarang kita melakukan sesuatu kini
dan di sini.
• Nurani berbicara tentang situasi yang sangat konkret, bukan
situasi yang umum. Boleh dan tidak boleh.
• Nurani bukan sekadar pengenalan, tetapi cenderung
membentuk kesadaran (concioussness).
• Hati nurani berkait erat dengan kenyataan bahwa manusia
mempunyai kesadaran.
Hati Nurani
• Pengetahuan memberi kemampuan untuk penggandaan; memisahkan diri dari
objek yang dianalisis.
• Beberapa Ciri kualitas manusia:
Intensionalitas (kedalaman), Pengambilan jarak (self distance), dan pemisahan
terhadap diri sendiri (self detachment).
Intensionalitas, self distance, dan self detachment adalah kualitas-kualitas khas
manusia.
Kesadaran berarti kesanggupan mengenal diri sendiri dan karena itu berefleksi
tentang dirinya. Manusia bukan hanya melihat pohon di kejauhan sana,
melainkan menyadari bahwa dialah yang melihatnya. Dalam diri manusia
terjadi semacam penggandaan: ia bisa kembali kepada dirinya sendiri. Manusia
bisa menjadi subjek yang mengamati juga sebagai objek yang diamati.
• Kesadaran (conscioussness) berasal dari bahasa latin, constientia.
Scire = mengetahui
Con = turut
• Dengan kesadaran itu nurani bisa menciptakan kualitas-kualitas kemanusiaan
individu.
Dua jenis Hati Nurani (ditinjau dari orientasi
waktu)
• Hati Nurani Retrospektif
menilai perbuatan-perbuatan yang telah dilakukan. Contoh,
saya telah berbohong kepada teman. Lalu hati nurani
menghukum saya dengan perasaan bersalah. Hati nurani
retrospektif bertindak dalam bentuk menghukum, menuduh,
atau mencela, juga memuji.
• Hati Nurani Prospektif.
melihat ke masa depan dan menilai perbuatan-perbuatan
yang akan dilakukan. Bentuknya adalah mengajak atau
mengatakan jangan. Contoh, ketika seorang hakim ditawari
suap, hati nuraninya akan mengatakan jangan.
Cakupan Hati Nurani
• Hati nurani bersifat personal, artinya selalu berkaitan erat
dengan pribadi bersangkutan. Hati nurani hanya berbicara
tentang dirinya, dan tidak memberikan penilaian tentang
perbuatan orang lain. Kita bisa memberikan pertimbangan
kepada orang lain, tetapi integritas kita tidak akan merasa
diperkosa bila orang lain melakukan perbuatan yang menurut
kita tidak baik.
• Hati nurani juga bersifat adipersonal, melebihi pribadi,
transenden, seolah-olah ia merupakan instansi di atas kita.
Terhadap hati nurani, kita seakan-akan hanya menjadi
pendengar, membuka diri terhadap suatu yang datang dari
luar. Dalam hal ini, hati nurani sering juga diistilahkan suara
hati, kata hati, suara batin, bahkan suara Tuhan.
Relevansi Hati Nurani dan Rasio
• Hati nurani berkait dengan rasio, karena hati nurani memberikan
penilaian. Namun keputusan yang diberikan hati nurani biasanya
langsung, bersifat intuitif, seakan-akan tidak melalui argumentasi
atau penalaran rasional. Tapi sebenarnya penalaran rasional itu bisa
ditelusuri dengan jelas, terutama hati nurani yang bersifat
prospektif.
• Dipandang dari sudut subjek, hati nurani adalah hakim atau norma
terakhir untuk perbuatan manusia. Hati nurani bertugas
menerjemahkan prinsip-prinsip moral yang umum ke dalam situasi
konkret. Namun demikian, belum tentu suatu perbuatan yang
sesuai hati nurani adalah baik juga secara objektif. Misalnya
pembunuhan yang dilakukan kaum teroris, bisa jadi didorong oleh
suara hati. Klaim hati nurani sulit dibuktikan dan mudah dibelokkan
untuk melakukan kejahatan.
Tinjauan Fisiologis terhadap Potensi Hati
Nurani
Tinjauan Fisiologis terhadap Potensi Hati
Nurani
Moral Insanity
• Pendidikan Nurani=akal budi
Tempat utama: Rumah (orang tua).
• Gabriel Madinier (1895-1958), tempat yang serasi
untuk pendidikan hati nurani adalah keluarga, bukan
sekolah. Pendidikan hati nurani harus dijalankan
sedemikian rupa sehingga anak menyadari tanggung
jawabnya sendiri. Mulanya suatu perbuatan diancam
dengan sanksi fisik, lama-kelamaan ketakutan itu
harus diganti dengan kecintaan akan nilai-nilai baik.
Alkisah…
Sebuah kapal menghadapi badai besar di laut. Karena hempasan
gelombang, seorang anak terjatuh ke laut. Semua orang Cuma bisa
memandang, tak berani menyelamatkan anak yang malang itu.
Tiba-tiba seorang laki-laki yang gendut terlihat menerjang ombak dan
berjuang menyelamatkan anak itu. Setelah bergumul dengan ombak dan
badai, laki-laki gendut tersebut berhasil menggendong anak itu ke atas
kapal. Keberhasilannya disambut riuh tepuk tangan para penumpang,
pujian, dan ucapan terima kasih dari orang tua si anak.
“Terima kasih, Anak Muda. Anda sungguh seorang pahlawan,” ucap Ayah
dari anak kecil itu.
Lelaki gendut itu acuh tak acuh bak seorang pahlawan sungguhan. Sambil
membersihkan diri dan mengeringkan wajahnya yang memerah dan basah
kuyup, lelaki itu bertanya spontan dengan nada marah kepada para
penumpang,
“Siapa yang mendorong saya tadi?”
Hati Nurani

Apakah Monyet sadar bahwa dia seekor monyet?

Apakah Iblis sadar bahwa dia Iblis?

Berikan jawaban beserta alasannya di selembar kertas,


waktu 15 menit.

Tulis nama, NIM, kelas


Individu yang Berfungsi Penuh
Kebebasan dan Tanggung Jawab
Kebebasan
• Pembedaan berdasarkan paradigma filsafat:
Berupa konsep eksplisit (empirik) dan implisit (pengalaman
batin).

• Menurut Henri Bergson (1889):


- Kebebasan adalah hubungan antara “aku konkrit” dan
perbuatan yang dilakukannya.
- Kebebasan pun merupakan suatu fakta dan di antara
fakta-fakta yang ditetapkan orang tidak ada yang lebih jelas
(dalam paradigma pengalaman batin).
Arti Kebebasan Secara Umum

1. Kebebasan Sosial-Politik
 Produk perkembangan sejarah;
“Produk Perjuangan Sejarah”
 Dua bentuk kebebasan sosial-politik (dalam perspektif-historis)
a. Kebebasan Rakyat versus Kebebasan Absolut.
- Sejarah Pemerintahan Inggris.
¤ Dimulai dengan Magna Charta (1215).
Memberikan kebebasan-kebebasan tertentu kepada para Baron dan
Uskup Inggris.
¤ Selesai dengan The Glorious Revolution (1688).
Penerimaan The Bill of Rights oleh William III dan Mary Stuart.
Isinya:
Perumusan Hak-Hak Parlemen terhadap Monarki.
{Kemenangan Parlemen (kontrol) Terhadap Autokrat (Raja)}
Arti Kebebasan Secara Umum

Sejarah Pemerintahan Perancis

Revolusi Perancis (1789)


¤ Runtuhnya kekuasaan Louis XVI. Semboyannya:
Liberte, Egalite, Fraternite
(Kebebasan, Perasamaan, Persaudaraan)

© Ide Pokok Ke 2 Revolusi tersebut:


Kedaulatan Rakyat (The sovereignty of the people)

© Karena Penyebab Utama Munculnya Revolusi:
Penindasan Autokrat

Oleh Karena Itu:
Kedaulatan harus berada di tangan rakyat.
Dua Catatan Penting
•Relevansi Universal
Inggris dan Perancis sebagai pelopor demokrasi
modern

 Relevansi Etis
Kedaulatan harus tetap berada di tangan rakyat,
tidak boleh jatuh kembali ke tangan diktator
(autokrat)
Arti Kebebasan Secara Umum (lanjutan)

b. Kemerdekaan versus Kolonialisme


 Dekolonisasi = Kemerdekaan
 Perspektif Sejarah:
 Amerika : The Declaration of Independence (1776).
 Bolivia sebagai negara terakhir di Amerika Selatan yang merdeka
(1825).
 Di Asia dan Afrika, setelah PD II.

Ide Pokok dari Dekolonisasi:


Di zaman modern tidak pantas suatu bangsa dijajah

Tidak boleh terjadi lagi
(Prinsip etis)
Arti Kebebasan Secara Umum (lanjutan)

2. Kebebasan Individual
 Perbedaan dengan Kebebasan sosial-politik:
Subyek kebebasan Sosial-politik adalah bangsa atau rakyat
(jamak);
subyek kebebasan individual adalah manusia perorangan
(tunggal).
 Kebebasan Individual adalah fokus pembahasan etika umum,
sedangkan kebebasan sosial politik dibahas dalam etika
politik.
Beberapa Arti Kebebasan Lainnya

a. Kesewenang-wenangan (arbitrariness).
Dalam arti terlepas dari segala kewajiban dan
keterikatan; berbuat atau tidak berbuat sesuka
hatinya.
Aplikasi dalam contoh:
1)Pelajar yang libur atau bolos.
2)Pergaulan Bebas, seks bebas, dll.
3)Manajer yang mengatakan,“Jam sekian saya
bebas”.
Beberapa Arti Kebebasan Lainnya
b. Kebebasan Fisik
 Tidak dipasung, dikurung atau dipenjara (narapidana) →
dalam arti dangkal.
 Friedrich Schiller: Manusia diciptakan bebas dan ia tetap
bebas sekalipun lahir terbelengu.
 Tanpa kebebasan fisik bisa disertai dengan kebebasan dalam
arti yang lebih mendalam. Misal: Cut Nyak Dien (pahlawan).
 Sebaliknya, dengan kebebasan fisik manusia bisa “terkekang”.
Misal: penjudi.
Namun,
kebebasan fisik harus dihargai tanpa dalih apapun,
karena
ia sangat bermanfaat untuk menjadikan manusia bebas dalam
arti seutuhnya.
Beberapa Arti Kebebasan Lainnya (lanjutan)

c. Kebebasan Yuridis
 Berkaitan erat dengan hukum dan harus dijamin dengan
hukum.

Kebebasan manusia secara konkrit



Perlu adanya peraturan (UU)

Semua syarat hidup di bidang ekonomis, sosial, dan politik diatur
dan difasilitasi oleh negara

Mewujudkan potensi yang terpendam.
Beberapa Arti Kebebasan Lainnya (lanjutan)

 2 Macam Kebebasan Yuridis (dilihat dari basisnya):


 Kebebasan-Kebebasan yang Didasarkan pada Hukum Kodrat. Ciri-
cirinya:
→ semua kemungkinan manusia untuk bertindak bebas sesuai
dengan kodratnya sehingga tidak pernah boleh untuk diambil
oleh orang lain, manusia mendapatkan kebebasan ini karena ia
manusia, bukan karena ia warga negara atau warga masyarakat.
Contoh: berpikir, berpendapat, dan beragama (pasal 28 dan 29
UUD 45).
 Kebebasan-Kebebasan yang Didasarkan Pada Hukum Positif. Ciri-
cirinya:
→ Diciptakan oleh negara, Penjabaran dan perincian kebebasan-
kebebasan yang didasarkan pada hukum kodrat, dan Kebebasan
beberapa orang atau aspek tertentu harus dibatasi untuk
mencapai kebebasan sebesar mungkin untuk orang banyak.
Contoh: peraturan lalu lintas.
Beberapa Arti Kebebasan Lainnya (lanjutan)

d. Kebebasan Psikologis
 Kemampuan yang dimiliki manusia untuk
mengembangkan serta mengarahkan hidupnya.
 Ciri khasnya → kehendak (freewill).
 Sadar dan berpikir sebelum bertindak → makna
dalam kehidupannya.
 Aspek pentingnya:
1) Kemungkinan untuk Memilih
2) Menjatuhkan pilihan.
3) Melaksanakan (loyalitas-aktualitatif).
Beberapa Arti Kebebasan Lainnya (lanjutan)

e. Kebebasan Moral
 Tanpa kebebasan psikologis mustahil terdapat kebebasan
moral, namun walaupun terdapat kebebasan psikologis
belum tentu terdapat kebebasan moral. Ex: Sandera dipaksa
menandatangani surat pernyataan, Bilal al-Habsy.
 Kebebasan moral (voluntary) = kebebasan psikolois-plus.
f. Kebebasan Eksistensial (kebebasan tertinggi)
 Adalah kebebasan menyeluruh yang menyangkut seluruh
pribadi manusia dan tida terbatas pada salah satu aspek
saja.
 Ciri-cirinya, Otonomi, Kedewasaan, Otensitas, Kematangan
rohani, Contoh: pelukis, cendekiawan.
Batas-Batas Kebebasan
• 1) Faktor-faktor dari dalam
• Kebebasan pertama-tama dibatasi oleh faktor-faktor
dari dalam, baik fisik maupun psikis.
• Kita berbadan tinggi atau pendek, kuat atau lemah,
sehat atau sakit-sakitan. Saya ini laki-laki atau
perempuan. Dari segi umur, saya ini muda, setengah
baya, atau tua.
• Pendeknya, selalu terdapat suatu struktur badani
tertentu yang sangat membatasi kemungkinan-
kemungkinan seseorang; terdapat juga suatu struktur
psikis tertentu.
• Seorang adalah inteligen atau kurang inteligen.
Batas-Batas Kebebasan

• 2) Lingkungan
• Kebebasan dibatasi juga oleh lingkungan, baik
alamiah maupun sosial.
• Indonesia tidak bebas menjadi pusat olah raga ski,
karena hawanya tropis.
• Orang yang berasal dari lingkungan miskin tidak
bebas masuk perguruan tinggi.
• Anak yang dididik dalam keluarga yang terdiri dari
pencuri profesional, tidak bebas berkembang sebagai
orang jujur, dan seterusnya.
Batas-Batas Kebebasan
3) Kebebasan orang lain
• Tidak bisa dibenarkan bahwa saya begitu bebas, sehingga
tidak ada kebebasan lagi untuk orang lain.
• Inilah pembatasan dengan konsekuensi paling besar bagi
etika: alasan utama mengapa diperlukan suatu tatanan
moral di antara manusia.
• Kedua pembatasan yang disebut di atas membatasi
kehendak di luar kemauannya, tapi di sini kehendak
harus membatasi dirinya sendiri.
• Mengakui kebebasan orang lain di sini secara konkret
berarti menghormati hakhaknya.
Tanggung Jawab

• Hubungan Tanggung jawab dan Kebebasan.

• Tingkat-Tingkat Tanggung Jawab


(a) Ali mencuri, tapi ia tidak tahu bahwa ia mencuri.
(b) Budi mencuri, karena dia seorang kleptoman.
(c) Cipluk mencuri, karena dalam hal ini ia sangka ia
boleh mencuri.
(d) Darso mencuri, karena orang lain memaksa dia
dengan mengancam nyawanya.
(e) Eko mencuri, karena ia tidak bisa mengendalikan
nafsunya.
Masalah Tentang Tanggung Jawab Kolektif
• Contoh:
 Perkelahian suporter klub sepakbola Inggris dan
Italia (1985) dalam piala Champion.
 Bangsa Jerman dalam PD II (termasuk Jepang).
 Terminologi:
Tanggung jawab kolektif ialah bahwa orang A, B, C, D,
dan seterusnya, secara pribadi tidak bertanggung
jawab, sedangkan mereka semua bertanggung jawab
sebagai kelompok atau keseluruhan
(dalam konteks solidaritas bangsa)
Diskusi & Presentasi Kelompok
• Buatlah enam kelompok (dengan jumlah anggota 5-6 orang/kelompok).
Diskusikan tema-tema berikut ini.
• Kelompok I: Peran Pendidikan Nilai dan Norma di Rumah Tangga
• Kelompok II: Tinjauan Filsafat Moral Keislaman tentang Hak dan Kewajiban
• Kelompok III: Sistem Filsafat Moral yang sesuai di Indonesia
• Kelompok IV: Aplikasi Nilai dan Norma di Dunia Akademik
• Kelompok V: Fenomena Hedonisme Kontemporer di Indonesia
• Kelompok VI: Hak dan Kewajiban Ilmuwan Psikologi Muslim/Muslimah
Format Laporan Diskusi
Sampul:
Judul, Nomor Kelompok, dan Nama Mahasiswa berikut NIM.

Isi:
• Pendahuluan; Latar Belakang Masalah
• Dasar Teori
• Kasus dan Analisis Kasus
• Simpulan dan Saran

Daftar Pustaka
Persiapan dan Petunjuk Presentasi

- Laporan diketik dengan format font Times New Roman, font


size 12, satu setengah spasi, ukuran kertas kuarto.

- Laporan ditulis tangan dengan rapi di kertas HVS ukuran


kuarto dengan huruf latin dan bisa terbaca oleh semua
orang.

- Setiap kelompok menyiapkan salinan; fotokopian laporan


sebanyak (minimal) rangkap enam pada saat presentasi.
Jadwal Presentasi
• Kelompok I dan II:
Kamis, 9 April 2009

• Kelompok III, IV, V, dan VI:


Sabtu, tanggal 11 April 2009

Fokus Penilaian Presentasi:


Keaktifan presenter dan audiens.
Tugas Pada Pertemuan Hari Ini
Diskusikan dan tentukan kasus yang akan
diangkat sebagai laporan berdasarkan format
yang ada.
Ujian Mid-Semester
• Dilaksanakan pada tanggal 16 April 2009
sesuai jadwal kuliah masing-masing kelas.
• Bentuk soal: Esai.
Arti dan Sejarah Logika
• Definisi (terminologi) Logika
Menurut Poerwadarminta dkk (1959) berasal dari
kata logos yang berarti perkataan atau sabda.
Logika juga berarti hasil pertimbangan akal pikiran
yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan melalui
bahasa.
Istilah lainnya (alMunawir, 1984): Mantiq berasal dari
kata nataqa yang berarti berkata/berucap.
Istilah sehari-hari: logis; masuk akal.
Arti dan Sejarah Logika (lanjutan)
• Kneller (1966) mantiq disebut sebagai penyelidikan tentang
dasar-dasar dan metode-metode berpikir benar.
• Menurut Thaib Thahir A. Muin (1966) ilmu untuk
menggerakkan pikiran kepada jalan yang lurus untuk
memperoleh suatu kebenaran.
• Menurut Irving M. Copi mengatakan logika adalah ilmu yang
mempelajari metode dan hukum-hukum yang digunakan
untuk membedakan penalaran yang betul dari penalaran yang
salah.
• Logika adalah cabang filsafat praktis (bisa dipraktikkan dalam
kehidupan sehari-hari).
Sejarah Logika (lanjutan)
• Logika dimulai sejak Thales (624 SM - 548 SM), filsuf Yunani pertama yang meninggalkan
segala dongeng, takhayul, dan cerita-cerita isapan jempol dan berpaling kepada akal budi
untuk memecahkan rahasia alam semesta.
• Thales mengatakan bahwa air adalah arkhe (Yunani) yang berarti prinsip atau asas utama
alam semesta. Saat itu Thales telah mengenalkan logika induktif.
• Aristoteles kemudian mengenalkan logika sebagai ilmu, yang kemudian disebut logica
scientica. Aristoteles mengatakan bahwa Thales menarik kesimpulan bahwa air adalah
arkhe alam semesta dengan alasan bahwa air adalah jiwa segala sesuatu.
• Dalam logika Thales, air adalah arkhe alam semesta, yang menurut Aristoteles
disimpulkan dari:
- Air adalah jiwa tumbuh-tumbuhan (karena tanpa air tumbuhan mati)
- Air adalah jiwa hewan dan jiwa manusia
- Air jugalah uap
- Air jugalah es
- Jadi, air adalah jiwa dari segala sesuatu, yang berarti, air adalah arkhe alam semesta.
Sejak saat Thales sang filsuf mengenalkan pernyataannya, logika telah mulai
dikembangkan. Kaum Sofis beserta Plato (427 SM-347 SM) juga telah merintis dan
memberikan saran-saran dalam bidang ini.
Sejarah Logika (lanjutan)
• Pada masa Aristoteles logika masih disebut dengan analitica , yang secara khusus meneliti
berbagai argumentasi yang berangkat dari proposisi yang benar, dan dialektika yang secara
khusus meneliti argumentasi yang berangkat dari proposisi yang masih diragukan
kebenarannya. Inti dari logika Aristoteles adalah silogisme.
• Buku Aristoteles to Organon (alat) berjumlah enam, yaitu:
1. Categoriae menguraikan pengertian-pengertian
2. De interpretatione tentang keputusan-keputusan
3. Analytica Posteriora tentang pembuktian.
4. Analytica Priora tentang Silogisme.
5. Topica tentang argumentasi dan metode berdebat.
6. De sohisticis elenchis tentang kesesatan dan kekeliruan berpikir.
• Pada 370 SM - 288 SM Theophrastus, murid Aristoteles yang melanjutkan pengembangan
logika.
• Istilah logika untuk pertama kalinya dikenalkan oleh Zeno dari Citium 334 SM - 226 SM
pelopor Kaum Stoa. Sistematisasi logika terjadi pada masa Galenus (130 M - 201 M) dan
Sextus Empiricus 200 M, dua orang dokter medis yang mengembangkan logika dengan
menerapkan metode geometri. Inilah dasar referensi Logika Tradisional.
Sejarah Logika Dunia Islam (lanjutan)
• Pada abad II Hijriyah terjadi penerjemahan karya-karya ilmuwan Yunani ke dunia Arab.
• Logika termasuk kajian yang menarik kaum Muslim.
• Imam Nawawi menghukumi haram mempelajari logika secara mendalam. Imam Ibnu
Taimiyah menghukumi haram mempelajari logika.
• Imam al-Ghazali menganjurkan dan menganggap baik mempelajari logika.
• Jumhur ulama membolehkan bagi orang-orang yang kuat akalnya dan kokoh keimanannya.
• Terma dan atau redaksi afalaa ya’qilun, afalaa tatafakkarun, di antaranya Surah Al-Baqarah:
44, 76, Ali Imran: 65, Al-An’am: 32, Al-A’raf: 169, Hud: 51, Yusuf: 109, Al-Anbiya’: 67, Al-
Mukminun: 80, Al-Qashash: 60, Shaffat: 138. Hal itu bermakna Quran menganjurkan kita
untuk terus menggunakan potensi pikiran dan menjadikkannya sebagai instrumen penjelas
(dalil aqli) terhadap ayat Quran (dalil naqli).
Ayat Qouliyah (al Quran)

Ayat Kauniyah (alam semesta)


Arti Ilmu dan Arti Benar
• Ilmu (science; sains) tidak sama dengan pengetahuan (knowledge).
• Pengetahuan adalah hasil dari aktivitas mengetahui, yaitu tersingkapnya suatu kenyataan ke
dalam jiwa sehingga tidak ada keraguan terhadapnya (alGhazali).
• Syarat utama pengetahuan adalah ketidakraguan. Contoh: dua sudah pasti lebih besar
daripada satu.
• Segala sesuatu benda yang tidak ada keraguan untuk mengetahuinya, maka hal itu
dikategorikan sebagai pengetahuan (ke dalam jiwa). Termasuk kursi, wangi, panas, mendidih,
dll.
• Ilmu (sains) menghendaki penjelasan lebih lanjut dari sekadar pengetahuan. Apa (ontologi),
bagaimana (epistemologi), dan manfaat; nilai (aksiologi).
Misal, pengetahuan = air yang sehat adalah dimasak;dipanaskan sampai mendidih
Ilmu = apa itu air mendidih (air yang dipanaskan dengan api/pemanas ditunjukkan dengan ciri-ciri
panas, adanya gelembung, uap air, dst)
Bagaimana air itu mendidih = siapkan air yang jernih di dalam panci, siapkan tungku,
api;pemanas, panaskan air itu, ukur suhu air sampai mencapai 100 derajat celcius.
Aksiologi= manfaat air itu sebagai minuman yang sehat bagi manusia.
Arti Ilmu dan Arti Benar
• Menurut Wajid Anwar (1969), ada dua kelompok
ilmu, yaitu a posteriori dan a priori. a posteriori
mencakup ilmu yang diperoleh dari pengalaman
inderawi (ilmu kimia, ilmu hayat, kesehatan,dll). a
priori adalah ilmu yang tidak diperoleh dari
pengalaman (empiris) dan eksperimen (percobaan),
tapi bersumber pada akal itu sendiri.
• Logika termasuk jenis ilmu a priori.
Arti Benar
Benar adalah persesuaian antara pikiran dan kenyataan: ada persesuaian
atau tidak adanya pertentangan di dalam dirinya. Contoh: Tuhan
menurunkan Quran kepada Nabi Musa, Ali adalah seseorang yang jujur
yang suka menipu.

Menurut Dr. Jan Hendrik Rapar, proposisi merupakan ungkapan lahiriah dari
suatu putusan. Secara definisi, proposisi adalah suatu pernyataan dalam
bentuk kalimat yang memiliki arti penuh dan utuh yang di dalamnya
manusia mengakui atau mengingkari sesuatu tentang sesuatu yang lain.

Sebuah proposisi adalah suatu kalimat yang memiliki nilai kebenaran (truth
value) benar (true).
Asas-Asas Pemikiran
Asas adalah pangkal atau asal darimana sesuatu itu muncul. Asas
pemikiran merupakan pengetahuan dimana pengetahuan lain
muncul dan dimengerti. Asas pemikiran mencakup tiga hal, yaitu:

a. Asas Identitas (principium identitatis)


Sesuatu itu adalah dia sendiri, bukan lainnya. Jika proposisi benar,
maka benarlah ia.
b. Azas Kontradiksi (principium contradictoris)
Pengingkaran terhadap sesuatu tidak mungkin sama dengan
pengakuannya; dua kenyataan yang kontradiktoris tidak mungkin
bersama-sama secara simultan. Artinya, tidak ada proposisi yang
sekaligus benar atau salah.
c. Asas Penolakan Kemungkinan Ketiga (Principium exlusi tertii)
Asas ini mengatakan antara pengakuan dan pengingkaran
kebenarannya terletak pada salah satunya. Pengakuan dan
pengingkaran merupakan pertentangan mutlak. Artinya, suatu
proposisi selalu dalam keadaan yang benar atau salah.
Cara Mendapatkan Kebenaran
• Metode Induksi (khusus-umum)
Kesimpulan dari hal-hal yang bersifat khusus menuju kesimpulan yang umum.
Contoh:
Besi dipanaskan memuai.
Seng dipanaskan memuai.
Timah dipanaskan memuai.
Jadi, semua logam dipanaskan memuai.

• Metode Deduksi (umum-khusus)


Kesimpulan dari pernyataan yang umum menuju kesimpulan yang khusus.
Contoh: Semua logam jika dipanaskan akan memuai.
Tembaga adalah logam.
Jadi, jika tembaga dipanaskan, memuai.
Pembagian Logika
A. Logika dilihat dari segi kualitasnya, dapat dibagi atas:
1. Logika Naturalis (Mantiq alFitri), yaitu kecakapan berlogika berdasarkan kemampuan akal bawaan
manusia. Contohnya, ahli pidato atau seorang politikus merupakan figur yang mampu mengutarakan jalan
pikirannya dengan logis meskipun belum membaca buku Logika. Untuk mengatasi kelemahan Logika
Naturalis, dibutuhkan Logika Artifisialis.

2. Logika Artifisialis/Logika Ilmiah (Mantiq asSuri), memperhalus, mempertajam, dan menunjukkan jalan
pemikiran yang benar agar akal dapat bekerja lebih teliti, efisien, mudah dan aman.

B. Logika dilihat dari objeknya dapat dibagi atas:


1. Logika Formal (Manthiq As-Shuari)
Pemikiran yang benar dapat dibedakan menjadi dua bentuk yang berbeda secara radikal, yakni cara
berpikir dari umum ke khusus dan cara berfikir dari khusus ke umum. Cara pertama disebut berpikir
deduktif dipergunakan dalam logika formal yang mempelajari dasar-dasar persesuaian (tidak adanya
pertentangan) dalam pemikiran dengan mempergunakan hukum-hukum, rumus-rumus, patokan-patokan
berpikir benar
2. Logika Material (al-Manthiq al-maddi).
Cara bepfikir induktif dipergunakan dalam logika material, yakni menilai hasil pekerjaan logika formal dan
menguji benar tidaknya dengan kenyataan empiris. Logika formal disebut juga logika minor. Logika
material disebut logika mayor
Manfaat Logika
Manfaat yang paling asasi mempelajari ilmu
logika adalah untuk membuat seseorang
mampu membedakan antara berpikir yang
benar dan oleh karenanya akan menghasilkan
kesimpulan yang benar dan terhindar dari
kesimpulan yang salah.
Bagian Dua: Pembahasan Kata
• Penyelidikan Logika terhadap kata bertujuan
mencari pengertian kata dan bagaimana
penggunaan setepatnya.
• Beberapa pengertian kata
I. Positif, Negatif, dan Privatif
a. Positif : apabila mengandung penegasan adanya
sesuatu.
b. Negatif : apabila diawali dengan salah satu dari
kata tidak, tak, non, bukan.
c. Privatif : apabila mengandung makna tidak adanya
sesuatu.
Beberapa pengertian kata
Positif Negatif Privatif

Dermawan Tidak Kikir


dermawan
Cantik Tidak cantik Jelek

Luas Tidak luas Sempit

Rajin Tidak rajin Malas

Kuat Tidak Kuat Lemah


Beberapa Pengertian Kata
II. Universal, Partikular, Singular, dan Kolektif
a. Universal: apabila kata mengikat keseluruhan
bawahannya. Contoh: manusia.
b. Partikular: apabila suatu kata mengikat bawahan yang
banyak, tapi tidak mencakup keseluruhan anggota yang
diikatnya. Contoh: sebagian manusia, beberapa manusia.
c. Singular: apabila kata yang diikatnya hanya satu. Terbagi
atas dua jenis, yaitu Nama Unik dan Nama Diri.
d. Kolektif: apabila suatu kata mengikat sejumlah benda
yang mempunyai persamaan fungsi dan membentuk satu
kesatuan. Contoh: regu, tim, panitia.
Beberapa Pengertian Kata
III. Konkrit dan Abstrak
• Kata dengan pengertian konkrit apabila
menunjuk pada suatu benda, orang, atau
eksistensi tertentu. Misal: buku, kursi.
• Kata dengan pengertian abstrak apabila
menunjuk kepada sifat dan keadaan. Misalnya
malu, marah.
Kata sebagai Prediket
• Dalam Struktur Bahasa:
Ibu memasak nasi di dapur.
S P O K
• Dalam Kajian Logika:
Semua logam yang dipanaskan, memuai
S P
• Umumnya, prediket (term) dalam Logika menggunaka istilah Genera (genus; jenis) dan
Differentia (difference; sifat pembeda).
• (1) genera (genus), dalam bahasa Indonesia dikenal dengan istilah jenis, dan (2) differentia
(difference), dalam bahasa Indonesia dikenal dengan istilah sifat pembeda.
• Salah satu unit terkecil dari sifat pembeda disebut spesia (kelas). Contohnya: Genus=Hewan,
Differentia=Menyusui><Tidak Menyusui, Spesia=Kucing><Ayam.
• Unit Pembeda lainnya ada Propria dan Accidentia. Propria (sifat khusus) adalah term yang
menyataka sifat hakikat dari suatu spesia akibat dari sifat pembeda yang dimilikinya.
Accidentia (sifat umum) adalah term yang menunjukkan sifat yang tidak harus dimiliki oleh
satu spesia.
Contoh Penggunaan Term (prediket)
Binatang (Genus;genera; Jenis)

Menyusui (differentia) Tidak Menyusui

Simpanse, manusia (Spesia) Ayam, Itik, Angsa

Manusia=Binatang Berpikir (Propria)

Manusia yang gemuk


(Accidentia)

Manusia yang Kurus


(Accidentia)

Kucing adalah hewan


yang tidak berpikir
Pentingnya Berpikir Ilmiah Melalui
Logika
• Penalaran adalah proses berpikir dalam merumuskan dan menarik suatu
kesimpulan yang berupa pengetahuan. Penalaran ini sangat diperlukan
dalam cabang Logika.
• Manusia adalah satu-satunya makluk yang mempunyai kemampuan untuk
melakukan penalaran karena manusia adalah makluk yang berpikir,
merasa, bersikap dan bertindak. Bersikap dan bertindak bersumber dari
kegiatan merasakan dan berpikir.
• Insting adalah kemampuan merasakan yang dapat digunakan untuk
bersikap dan bertindak, dimiliki manusia dan binatang. Kadang-kadang
binatang memiliki insting yang lebih kuat dari pada manusia, tetapi ia
tidak dapat berfikir secara nalar. Binatang tidak mempunyai kemampuan
untuk melakukan penalaran, Oleh karena itu binatang tidak dapat
mengalahkan manusia dan alam sekitarnya.
Ciri-Ciri Penalaran
• Berpikir logis, adalah suatu kegiatan berpikir dengan
menggunakan suatu pola tertentu atau menurut logika
tertentu. Ketidak-konsistenan menggunakan alur logika dapat
menyebabkan kekacauan atau kekeliruan penalaran.
• Berpikir analitik adalah berpikir yang bersandar kepada logika
ilmiah yang menggunakan atau menuruti langkah-langkah
tertentu dalam bingkai ilmiah tersebut.
• Berpikir imajinatif, adalah berpikir dengan cara merangkai
rambu-rambu dan gambaran pikiran menurut pola tertentu
untuk mengambil keputusan.
Pembentukan Penalaran
• Penalaran dibentuk oleh tiga pemikiran yaitu: pengertian/konsep,
proposisi, dan pernyataan.

• Tanpa tiga bentuk pemikiran tersebut, manusia tidak mungkin


memperoleh penalaran yang benar.
• Contoh sederhana: Mata melihat kambing, warna hitam pada kambing
tadi dan secara bersamaan telinga mendengar suara mengembik dari
kambing tersebut. Ketika indera sedang mengamati dan mendengar, di
dalam otak langsung timbul gambaran imajinasi kata kambing, hitam dan
mengembik.
• Dalam otak sedang berjalan proses pengertian dan konsep. Setelah tahap
ini tersusun proposisi dalam imajinasi berpikir dan mengekspresikan
penilaian tentang kambing, lantas manusia menyerap dan
mengucapkan/menyatakan sesuatu sebagai pernyataan. Pernyataan yang
terucap hasil proses pemikiran tadi disebut penalaran.
Bentuk Pemikiran
• Bentuk pemikiran terdiri dari tiga bagian, setiap bagian berupa proposisi,
yaitu pernyataan (ekspresi) dari penilaian yang diungkapkan dengan kata-
kata.
• Dua proposisi awal berupa tanggapan atau pokok pangkal pemikiran
disebut premis.
• Proposisi pertama bersifat mayor (lebih luas) dan yang kedua bersifat
minor (kecil).
• Sedangkan proposisi ketiga berupa konklusi atau konsekuensi yang diambil
berdasarkan kedua premis yang disediakan, yaitu premis mayor dan
premis minor.
• Jadi ketiga bentuk pemikiran logis adalah premis mayor, premis minor, dan
konklusi. Premis mayor bertindak sebagai hukum dasar, premis minor
bertindak sebagai penghubung, dan konklusi merupakan tujuan. Ketiganya
harus berhubungan secara logis. Hubungan kedua premis yang
menghasilkan konklusi disebut silogisme.
Pengertian tentang Lambang (Simbol)
• Lambang=representasi objek
• Pengertian lambang dalam bahasa adalah kata atau term. Kambing, hitam
dan mengembik adalah term.
• Otak akan merangkaikan ketiga term tadi menjadi imajinasi tersendiri
yang disebut proposisi.
• Proposisi berlangsung dalam dua cara, yaitu pertama terjadi begitu rupa
dengan diterangkan atau diingkari dengan pengertian lain. Kedua terjadi
dengan dua pengakuan yang satu sama lain saling bertentangan.
• Setelah proses pembentukan proposisi yang dihasilkan dari pengamatan
inderawi, maka selanjutnya terjadi penyusunan proposisi tadi menjadi
pernyataan sebagai suatu kesimpulan. Dalam filsafat, proposisi disebut
premis, sedangkan kesimpulan disebut konklusi.
Bagian Tiga: Definisi
A. Definisi dan Unsurnya
• Definisi adalah suatu pernyataan yang memberikan arti pada sebuah
kata atau frase (Solomon, 1985)
• Definisi adalah sebuah penjelasan tentang arti sebuah kata (Rescher,
1964). Penjelasan harus membuat jelas definisi yang dimaksudkan dan
definisi berhubungan dengan kata bukan benda.
• Definisi adalah perumusan yang singkat, padat, jelas dan tepat yang
menerangkan apa sebenarrnya suatu hal itu sehingga dapat dengan
jelas dimengerti dan dibedakan dari semua hal lain (Poespoprodjo,
1999).
• Definisi mempunyai tugas untuk mennetukan batas suatu pengertian
dengan tepat, jelas dan singkat.
Definisi
• Maksudnya adalah menentukan batas-batas pengertian
tertentu sehingga jelas apa yang dimaksud, tidak kabur dan
tidak dicampuradukkan dengan pengertian-pengertian lain,
maka definisi yang baik harus memenuhi syarat:
Merumuskan dengan jelas, lengkap dan singkat semua unsur
pokok (isi) pengertian tertentu, yaitu unsur-unsur yang perlu
dan cukup untuk mengetahui apa sebenarnya barang itu
(tidak lebih dan tidak kurang) sehingga dengan jelas dapat
dibedakan dari semua barang yang lain.
Definisi
• Setiap definisi harus mempunyai 2 bagian, yaitu:
a. Sesuatu yang akan didefinisikan, yang dikenal dengan istilah definiendum
b. Penjelasan yang menjelaskan sesuatu tersebut, yang dikenal dengan istilah
definiens
Contoh : ayah = orang tua laki-laki

• Dalam setiap definiens terbagi lagi menjadi dua, yaitu :


(1) genera (genus), dalam bahasa Indonesia dikenal dengan istilah jenis, dan (2)
differentia (difference), dalam bahasa Indonesia dikenal dengan istilah sifat
pembeda.

Menurut Mundiri (2000: 32), kata yang tidak memiliki sifat diferentia, misalnya kata
marah, benci, senang sebagai bagian dari genera aktivitas mental tidak bisa
diberi definisinya. Benarkah demikian???

Solusinya:
Jenis-Jenis Definisi
Jenis-Jenis Definisi
• Menurut Alex Lanur, Poespoprodjo dan Nicholas Rescher secara garis besar
jenis definisi dibagi menjadi 2, yaitu :
1. Definisi Nominal (Nominal Definition or Stipulative Definition)
• Suatu jenis definisi yang baru sama sekali atau memberikan suatu arti baru
pada kata yang sudah lama ada. Dan definisi ini merupakan suatu cara untuk
menjelaskan sesuatu dengan menguraikan arti katanya. Contoh : Madrasah
adalah sekolah agama bagi orang yang mempelajari tentang Islam.
• Dalam Definisi Nominal dapat dinyatakan dalam 3 cara, yaitu :
a. Definisi dapat diuraikan dari asal-usulnya (etimologi), contoh : Filsafat, yaitu
dari Philos yang berarti pencinta dan sophia yang berarti kebijaksanaan jadi arti
Filsafat adalah Pencinta Kebijaksanaan
b. Namun tidak semua bisa dilakukan dengan cara etimologi, maka supaya jelas
definisi nominal ini harus dilengkapi keterangan tentang bagaimana definisi
ini telah digunakan dalam masyarakat.
c. Dapat dinyatakan dengan menggunakan sinonim
Jenis-Jenis Definisi
• 2. Definisi Riil (Real Definition or Lexical Definition)
Mendefinisikan kata yang sudah umum digunakan, biasanya yang terdapat
dalam kamus bahasa. Definisi Riil dapat dibedakan dalam 4 jenis definisi, yaitu :
a. Definisi Hakiki, definisi yang sungguh-sungguh menyatakan hakekat sesuatu,
atau suatu pengertian yang abstrak yang hanya mengandung unsur pokok yang
sungguh-sungguh perlu untuk memahami suatu golongan yang tertentu dan
untuk membedakannya dari semua golongan yang lain, sehingga sifat golongan
itu tidak termasuk dalam hakekat sesuatu itu. Contoh : Burung Merpati dan
manusia dapat dibedakan.
b. Definisi Deskriptif, definisi ini menggunakan ciri khas asesuatu yang akan
didefinisikan. Ciri khas adalah ciri yang selalu dan tetap terdapat pada setiap
benda yang tertentu, contoh : cinta kasih itu sabar, cinta kasih itu murah hati,
tidak memegahkan diri, tidak angkuh, tidak lekas marah, tidak mementingkan
diri sendiri, suka akan kebenaran.
Jenis-Jenis Definisi
c. Definisi Final atau definisi yang menunjukkan maksud dan
tujuan sesuatu.
Contoh : arloji adalah suatu alat untuk menunjukkan waktu
yang disusun sedemikian rupa sehingga dapat dimasukkan
dalam saku atau diikat di lengan.
d. Definisi Kausalitas, yaitu definisi yang menunjukkan sebab
akibat.
Contoh : gerhana bulan terjadi karena bumi berada diantara
bulan dan matahari.

Jadi, Mundiri bisa mempertimbangkan ulang hipotesis dalam


bukunya itu, hehehehe…
Patokan Membuat Definisi
B. Patokan Membuat Definisi
1. Definisi tidak boleh terlalu luas dan terlalu sempit.
Contoh : Merpati adalah burung yang dapat terbang (terlalu
luas)
Kursi adalah tempat duduk yang terbuat dari kayu (terlalu
sempit)

2. Definisi tidak boleh membentuk lingkaran; berputar; tautologi


atau dengan kata lain apa yang didefinisikan tidak boleh
masuk ke dalam definisi.
Contoh : Logika adalah ilmu yang menerangkan hukum logika.
Patokan Membuat Definisi
3. Definisi harus jelas; tidak membingungkan, harus menghindari
kerancuan dan kesamar-samaran, Contoh : kehidupan adalah
sepotong keju atau aluminium adalah satu tipe besi yang ringan.
Contoh ekstrem:
Definisi Evolusi menurut Spencer
Perubahan terus menerus dari homogenitas yang tidak menentu
dan tidak serasi kepada heterogenitas yang menentu dan serasi
dalam susunan dan kegiatan melalui diferensiasi dan integrasi
sambung menyambung.

4. Definisi sebaiknya tidak boleh dalam bentuk kalimat negatif.


contoh : Keindahan adalah suatu keadaan yang tidak jelek.
Pada beberapa keadaan boleh menggunakan kata negatif, misalnya kebutaan
adalah tidak bisa melihat.
Bagian Empat: Klasifikasi
A. Pengertian
• Klasifikasi adalah mengelompokkan atau membagi sesuatu yang sama dan memisahkannya dari
yang berbeda menurut spesianya. Spesia adalah unit terkecil dari sifat pembeda. Misal: Manusia
Indonesia yang berkulit putih.
Spesia berkulit putih adalah cara logika mengklasifikasi.

B. Dasar Pembagian Klasifikasi adalah:


a. Sifat kesamaan yang ada pada genera secara menyeluruh (fundamentum divisionis). Misalnya:
Bidang Datar.
Segitiga Segi Empat
(tiga sisi) (empat sisi)
Jika dari bidang Segi Tiga, maka pembagiannya:
Segitiga sama sisi Segitiga siku-siku

b. Sifat perbedaan yang ada


• Klasifikasi harus berlandaskan satu dasar saja agar jelas dan tidak membingungkan. Klasifikasi
yang berdasarkan lebih dari satu akan menghasilkan klasifikasi yang overlap, cross division, dan
tidak karuan.
Contoh yang benar: manusia berkulit putih, berkulit hitam, berkulit kuning, dan berkulit merah.
Contoh yang salah: manusia berkulit putih, manusia arya, manusia asia, manusia penyabar.
Klasifikasi
C. Pembagian Dikotomi Binatang

Jika Pembagian di atas tidak bisa


dilakukan, maka Pembagian
Dikotomi adalah solusinya.
Dikotomi berasal dari kata Dengan Insang Dengan Paru-Paru
dichotomia (Latin), artinya
berpasang-pasangan. Dalam bahasa
Arab disebut Sunaiyyah.
Pembagian dikotomi adalah Menyusui Tidak Menyusui
pembagian dari satu genera kepada
kepada spesia.
Contoh: lihat tabel.
Bersayap

Tak Bersayap
Bagian Lima: Proposisi
A. Pengertian
Proposisi – disebut juga putusan, keputusan, judgement, pernyataan,
kalimat logika – adalah kegiatan atau perbuatan manusia di mana ia
mengiyakan atau mengingkari sesuatu.
Term adalah pernyataan verbal sebuah gagasan atau sejumlah gagasan.
Term terdiri dari term Subjek (S), term Predikat (P) dan term antara (M)
dan kopula.

Kopula adalah tanda yang menyatakan hubungan antara Subjek dan


prediket. Bisa berbentuk adalah dan jika atau apabila. Khusus pada
kopula jika atau apabila akan dikuti kata maka (lihat nanti pada
Proposisi Hipotetik).
Proposisi
B. Proposisi Kategorik
Yaitu proposisi yang mengandung pernyataan tanpa adanya syarat. Dalam proposisi ini
minimal terdiri dari 1 Subjek, 1 Predikat, 1 Kopula dan satu Quantifier. Dimana quantifier
adalah kata yang menunjukan banyaknya satuan yang diikat oleh term subjek.
Contoh sederhana :

Semua manusia adalah ciptaan Allah


Semua; sebagian = Quantifier
Manusia = term Subjek
Adalah; jika; apabila = Kopula
Ciptaan Allah = term Predikat

Quantifier dapat menunjukkan jenis Proposisi.


· Proposisi Universal, quantifiernya menunjukkan permasalahan yang universal
Contoh : semua tanaman membutuhkan air
· Proposisi Partikular, quantifiernya menunjukkan permasalahan yang particular
Contoh : sebagian manusia dapat menerima pendidikan tinggi
· Proposisi Singular, quantifiernya menunjukkan permasalahan yang singular
Contoh : seorang yang bernama Hasan adalah seorang guru.
Proposisi Kategorik

Kopula juga dapat menunjukkan kualitas proposisi, yaitu sebagai berikut.


1) Proposisi Universal Positif, misalnya : Semua benda hidup pasti akan mati
Kopulanya mengakui hubungan sebjek dan predikatnya secara keseluruhan (dilambangkan dengan huruf
A)
2) Proposisi Universal Negatif, misalnya : Semua petani bukan pekerja kantoran.
Kopulanya mengingkari hubungan sebjek dan predikatnya secara keseluruhan (dilambangkan dengan
huruf E )
3) Proposisi Partikukar Positif, misalnya : Sebagian sarjana adalah orang pandai
Kopulanya mengakui hubungan sebjek dan predikatnya secara sebagian saja (dilambangkan dengan huruf
I)
4) Proposisi Partikukar Negatif, misalnya : Beberapa pelajar tidak masuk sekolah
Kopulanya mengingkari hubungan sebjek dan predikatnya secara keseluruhan (dilambangkan dengan
huruf O)
5) Proposisi Singular Positif, misalnya : Dado seorang mahasiswa
Kopulanya mengakui hubungan sebjek dan predikatnya secara keseluruhan (dilambangkan dengan huruf
A)
6) Proposisi Singular Negatif, misalnya : Iwan tidak pernah belajar mengaji.
(dilambangkan dengan huruf A)

Perlu diketahui meskipun simbol A digunakan juga sebagai lambang proposisi Singular Positif dan simbol E
sebagai lambang Singular Negatif, tetapi fokusnya simbol A dan E merupakan permasalahan Universal.
Proposisi Kategorik

Lambang Permasalahan Rumus

A Universal Positif Semua S adalah


P
I Partikular Positif Sebagian S
adalah P
E Universal Negatif Semua S bukan P

O Partikular Negatif Sebagian S


bukan P
C. Distribusi
Selain itu juga dikenal istilah subjek atau objek tertebar (distributed) dan
tak tertebar (undistributed).
Tertebar apabila melingkupi seluruh denotasinya.
Tak tertebar (undistributed) apabila hanya menyebut sebagian
denotasinya.
Contohnya pada proposisi universal positif;
“Semua kera adalah mamalia“

Subjek kalimat ini menunjukkan keseluruhan denotasinya, yaitu untuk


semua jenis kera. Maka subjek termasuk tertebar. Sedangkan predikatnya
tak tertebar karena predikat hanya menerangkan kera saja padahal
banyak contoh hewan yang digolongkan ke dalam mamalia. Setelah kita
menganalisa dan mencoba hal yang sama pada masing-masing jenis
proposisi didapat hasil pada tabel berikut.
Distribusi
Proposisi Subjek Predikat

A Tertebar Tak Tertebar

I Tak Tertebar Tak Tertebar

E Tertebar Tertebar

O Tak Tertebar Tertebar


Teknik Distribusi Menurut Diagram Euler
• Leonard Euler menyusun diagram distribusi yang sederhana
berikut ini.
Diagram I: Subjek (S) dan Prediket (P) sama luasnya.
Contoh: Semua Makhluk (S) adalah ciptaan Tuhan (P).
Diagram ini berbentuk A, yaitu S tertebar dan P tak tertebar.

S, P
Diagram Euler
Diagram II: Prediket lebih luas daripada Subjek.
Contoh: Semua anggota MPR (S) bisa baca tulis (P).
Diagram ini berbentuk A, yaitu S tertebar dan P tak tertebar
(sama dengan diagram I).

S P
Diagram Euler
• Diagram III: Sebagian S tercakup dalam P.
Contoh: Sebagian mahasiswa adalah seniman.
Diagram ini berbentuk I, yaitu S tak tertebar dan P tak tertebar.

S P
Diagram Euler
Diagram IV: S dan P tidak berkaitan secara
keseluruhan.
Contoh: Semua Merpati bukan Kucing.
Diagram ini berbentuk E, yaitu S tertebar dan P tertebar.

S P
Diagram Euler
Diagram V: Sebagian S tidak tercakup dalam P.
Contoh: Sebagian mahasiswa (S) tidak jujur (P).
Diagram ini berbentuk O, yaitu S tak tertebar dan P tertebar.

S P
Proposisi
D. Proposisi Hipotetik

Perbedaan sangat jelas antara Kategorik dengan Hipotetik. Kopula Kategorik ”adalah”, ”bukan”,
”tidak”, sedangkan Hipotetik menggunakan kopula ”jika”, ”apabila” yang kemudian akan dilanjutkan
dengan kata ”maka”.
- Pada Kategorik, kopula menghubungkan dua term, sedangkan pada Hipotetik kopula
menghubungkan dua pernyataan.

Pada Hipotetik dipengaruhi oleh syarat dan kopulanya sekarang menghubungkan antara dua buah
pernyataan.
Bentuk Proposisi Hipotetik:

1) Bila P adalah Q maka P adalah R


Contoh : Bila Dudut rajin bekerja maka ia akan berpenghasilan tinggi.
2) Bila P adalah Q maka R adalah S
Contoh : Bila hari hujan maka kebun akan basah

Hubungan sebab akibat dalam proposisi Hipotetik bisa berupa hubungan kebiasaan, misalnya "Apabila
Aku lulus, maka ayah akan memberiku hadiah".
Atau bisa juga berupa hubungan keharusan, misalnya "Apabila matahari sudah terbenam, maka waktu
sholat maghrib pun tiba."
Proposisi
E. Proposisi Disyungtif (Proposisi Kondisional)
Hampir mirip dengan Hipotetik, misalnya terdiri dari dua proposisi kategorik.
Perbedaannya adalah kopula pada Proposisi Hipotetik menghubungkan sebab-
akibat, sedangkan pada Proposisi Disyungtif lebih dititikberatkan pada
penghubungan antara dua buah alternatif. Bentuk kopula Proposisi Disyunktif
mencakup kalau, tidak, atau, bukan, adalah, maka.
Contoh:
Hidup kalau tidak bahagia adalah susah
Jika bukan Gani yang mencuri, maka Budi.

Bentuk Proposisi Disyungtif ada dua macam:


1) Proposisi Disyungtif Sempurna (P mungkin Q mungkin (non Q))
Contoh : Yogi bercelana hitam atau .......
2) Proposisi Disyungtif Tak Sempurna (P mungkin Q mungkin R)
Contoh : Kita pergi berbelanja atau menonton film
Bagian Enam: Oposisi
Pengertian
Oposisi merupakan pertentangan antara dua
pernyataan atas dasar pengolahan term yang sama.
Oposisi dalam Hubungan Logika memiliki enam
jenis, yaitu Hubungan independen (tak bertautan),
Hubungan ekuivalen, Hubungan Kontradiktori,
Hubungan Subkontrari, Hubungan Implikasi.
Jenis-Jenis Oposisi
1) Hubungan Independen (tak bertautan) adalah dua pernyataan memiliki hubungan
independen apabila keduanya menampilkan permasalahan/term yang terpisah.
Contoh:
Semua kelinci adalah lemah.
Semua manusia adalah fana.
(Ciri utama: benar salah dari salah satu pernyataan tidak bisa menentukan benar
salah pernyataan yang lain)

2) Hubungan Ekuivalen adalah dua pernyataan memiliki hubungan ekuivalen apabila


keduanya memiliki kesamaan makna. Contoh:
Semua besi adalah logam.
Sebagian logam adalah besi.
(Ciri utama: pernyataan yang satu menentukan benar salah pernyataan yang lain.
Jika pernyataan yang satu benar, begitu juga pernyataan yang lain. Begitu juga
sebaliknya)
Jenis-Jenis Oposisi
3) Hubungan Kontrari ialah pertentangan dua pernyataan universal atas dasar
satu term yang sama, tetapi berbeda kualitasnya. Terdapat dalam
pernyataan A dan E, misalnya:
Semua politikus curang (A)
Semua politikus tidak curang. (E)
(Ciri utama: A dan E sama-sama salah).

4) Hubungan Subkontrari ialah pertentangan dua pernyataan partikular atas


dasar satu term yang sama, tetapi berbeda kualitasnya. Terdapat pada
pernyataan I dan O, misalnya:
Sebagian pedagang kikir. (I)
Sebagian pedagang tidak kikir (O)
(Ciri utama : I dan O sama-sama benar)
Jenis-Jenis Oposisi
5) Hubungan Kontrari ialah pertentangan antara dua pernyataan atas dasar term yang
sama, tetapi berbeda dalam kuantitas dan kualitasnya. Terdapat pada pernyataan A dan O
atau pasangan E dan I.
Semua orang yang sukses adalah rajin (A)
Sebagian yang sukses tidak rajin (O)
(Ciri utama: Universal pada A otomatis mencakup partikular pada O)

Semua orang shaleh tidak pendengki (E)


Sebagian orang shaleh pendengki (I)
(Ciri utama: Hubungan antara E dan I harus salah satu benar sedangkan yang lain
adalah salah)

6. Hubungan Implikasi adalah dua pernyataan memiliki hubungan implikasi (mencakup;


keterlibatan) apabila kualitas term subjek dan prediket itu sama, tetapi berbeda dalam
kuantitas. Contoh:
Semua mahasiswa kelas D adalah rajin (A)
Sebagian mahasiswa kelas C rajin (I)
(Ciri utama: Hubungan implikasi terdapat pada pernyataan A dan I, juga pada E dan O).
Skema Empat Persegi Oposisi
Kontrari

(A) (E)
I
M
P
L kontradiktori
I
K
A
S
I

(I) (O)

(Sub-Kontrari)
Eduksi (Pernyataan yang sama)
• Eduksi merupakan bentuk lain proses penyimpulan
dalam Logika.
• Penyimpulan eduksi menunjukkan tentang
bagaimana seharusnya mengubah suatu proposisi
kepada proposisi lain tanpa mengubah makna
sebelumnya.
• Contoh eduksi dalam sehari-hari,”Apa yang saya
sampaikan bukannya tidak beralasan.” Sebenarnya
kalimat itu semakna dengan,”Apa yang saya
sampaikan adalah beralasan.”
Teknik-Teknik Eduksi: Konversi
1. Konversi ( S . P ) ( P . S )
konversi adalah cara mengungkapkan kembali suatu prosisi yang semakna dengan
menukar kedudukan S dan P pernyataan aslinya. Artinya dirumuskan pada formula:
Contoh:
Tidak satu pun mahasiswa adalah buta huruf.
(S) (P)
Tidak satu pun yang buta huruf adalah mahasiswa.
(P) (S)

Konversi cukup mudah, tapi harus berhati-hati dalam beberapa kasus yang tidak bisa
dikonversi begitu saja untuk mendapat proposisi yang benar. Contoh:
Semua Kuda adalah binatang
S P
Semua binatang adalah Kuda. (proposisi salah)
P S
-Pernyataan asli disebut konvertend, sedangkan pernyataan baru yang dihasilkan
disebut konverse.
Teknik-Teknik Eduksi: Konversi
Patokan dalam Berpikir Konverse

a. Pernyataan bentuk A harus dikonversikan menjadi I. Contoh:


Semua kuda adalah binatang (konvertend)
Sebagian binatang adalah kuda (konverse).
b. Pernyataan bentuk I harus dikonversikan menjadi bentuk I juga. Contoh:
Sebagian mahasiswa telah berkeluarga. (konvertend)
Sebagian yang telah berkeluarga adalah mahasiswa. (konverse).
c. Pernyataan bentuk E harus dikonversikan menjadi bentuk E juga. Contoh:
Semua yang saleh bukan pencuri. (konvertend)
Semua pencuri bukan orang saleh. (konverse)
d. Pernyataan bentuk O tidak dapat dikonversikan. Contoh:
Sebagian binatang bukan gajah (konvertend)
Sebagian gajah bukan binatang. (konverse)→salah.

Jadi, rumus konversi:


a. (A – I).
b. (I - I).
c. (E – E).
d. (O x)
Teknik-Teknik Eduksi: Obversi
2. Obversi ( S . P ) ( S . - P )
- Obversi adalah mengungkapkan kembali suatu prosisi yang semakna dengan kontradiksi
predikatnya.
- Pernyataan asli disebut obvertend, sedangkan pernyataan yang dihasilkan disebut
obverse.
- Bentuk obversi dari proposisi yang ada ialah:
a. Bentuk A menjadi E. Contoh:
Semua makhluk adalah fana (Obvertend)
Semua makhluk adalah bukan non-fana. (Obverse)
b. Bentuk I menjadi O. Contoh:
Sebagian mahasiswa mata keranjang. (Obvertend)
Sebagian mahasiswa bukan tak mata keranjang. (Obverse)
c. Kebalikan dari bentuk a di atas.
d. Kebalikan dari bentuk b di atas.

Jadi, rumusnya:
a. A = E
b. I = O
Teknik-Teknik Eduksi: Kontraposisi
3. Kontraposisi ( S . P ) ( - P . - S )
Kontraposisi adalah cara mengungkapkan kembali suatu proposisi kepada
proposisi lain yang semakna dengan menukar kedudukan S dan P pernyataan asli
dan mengkontradiksikan masing-masing di antara keduanya.
- Pernyataan yang asli disebut kontraponend, sedangkan pernyataan yang
dihasilkan disebut kontrapositif.
- Tahapannya Obversi - Konversi - Obversi = Kontrapositif.
Contoh:
1) Bentuk A menjadi A
Semua binatang adalah fana. (kontraponend)
Semua binatang adalah bukan tak-fana. (Obversi)
Semua yang tak fana adalah bukan binatang (Konversi )
Semua yang tak fana adalah non-binatang (Obverse)= Kontrapositif.

2) Bentuk I
Sebagian cendekiawan pemarah (kontraponend)
Sebagian cendekiawan bukan tak pemarah (Obverse)
…………. (tidak bisa dikonversikan) →lihat patokan Konversi poin b.
Teknik-Teknik Eduksi: Kontraposisi
3) Bentuk E menjadi O
Semua emas bukan benda gas. (Kontraponend)
Semua emas adalah non-benda gas. (Obversi)
Sebagian yang non-benda gas adalah emas. (Konversi )
Sebagian yang non-benda gas adalah bukan non-emas. (Obverse)=
Kontrapositif.

4) Bentuk O menjadi O
Sebagian pegawai tidak jujur. (Kontraponend)
Sebagian pegawai non-jujur. (Obversi)
Sebagian yang non-jujur adalah pegawai. (Konversi )
Sebagian yang non-jujur adalah bukan non-pegawai. (Obverse)= Kontrapositif.

Jadi, rumus Kontraposisi:


1) A - A
2) E - O
3) O - O
4) I x
Teknik-Teknik Eduksi: Kontraposisi
Berdasarkan tahap di atas, kita bisa membuat proposisi Kontrapositif
secara langsung seperti contoh berikut ini.

Contoh 1:
Semua patriot adalah pemberani. (Kontraponend)
Semua yang non-pemberani adalah non-patriot. (Kontrapositif).

Contoh 2:
Sebagian politikus tidak berpendidikan tinggi. (Kontraponend)
Sebagian yang non berpendidikan tinggi adalah bukan non-politikus.
(Kontrapositif).
Teknik-Teknik Eduksi: Inversi
4. Inversi ( S . P ) ( - S . - P )
Inversi adalah cara mengungkapkan kembali suatu proposisi yang semakna dengan
mengkontradiksikan S dan P aslinya.
Untuk menghasilkan inversi, kita harus menggunakan teknik konversi dan obversi secara
berulang-ulang.
Tetapi I dan O tidak dapat ditarik Proposisi Inversinya sebagaimana dapat dilihat pada Teknik
Konversi dan Kontraposisi.
Pada patokan teknik Konversi poin d disebutkan Pernyataan bentuk O tidak dapat
dikonversikan. Demikian juga pada proses Proposisi bentuk I tidak bisa dikonversikan karena
bentuk I hanya bisa menjadi bentuk I juga (lihat patokan konversi poin b). Hal ini perlu
diketahui agar tidak terjadi kesalahan dalam proses penyimpulan inversi.
Jadi, dalam proses penyimpulan Inversi hanya bisa diterapkan untuk permasalahan A dan E
saja.
Permasalahan A dimulai dengan Obversi.
Permasalahan E dimulai dengan Konversi.
Pernyataan asli disebut Invertend, sedangkan pernyataan yang dihasilkan disebut Inverse.
Teknik-Teknik Eduksi: Inversi
Contoh tahapan Inversi bentuk A:
Semua emas adalah logam. (Invertend)
Semua emas adalah bukan non-logam. (Obverse)
Semua yang non-logam bukan emas. (Konverse)
Semua yang non logam adalah non-emas. (Obverse)
Sebagian yang non-emas adalah non-logam. (Konverse)

Contoh tahapan Inversi dalam bentuk E:


Semua burung bukan kambing. (Invertend)
Semua burung adalah non kambing. (Obverse)
Sebagian yang non-kambing adalah burung. (Konverse)
Sebagian yang non-kambing adalah non burung. (Obverse)

Jika kita ingin menyusun Inversi secara langsung berdasarkan pedoman di atas, dapat dilihat pada contoh
berikut ini.

Semua mahasiswa pandai baca tulis. (Invertend)


Sebagian yang non mahasiswa adalah tidak pandai baca tulis. (Inverse)

Semua pendengki tidak bahagia. (Invertend)


Sebagian yang tidak pendengki bukan tak bahagia. (Inverse)
Teknik-Teknik Eduksi: Inversi
Contoh Inversi yang melanggar patokan pada I dan O.
Kesalahan pada patokan I (lihat Konversi poin b) pada Inversi bentuk A.
Semua yang berkeluarga adalah mahasiswa (Invertend) → salah!
Sebagian mahasiswa telah berkeluarga. (Konversi I; partikular positif)

Contoh Inversi yang melangar patokan O (lihat Konversi poin d) pada Inversi
bentuk E.
Semua binatang adalah gajah. (Invertend) → Salah!
Sebagian binatang adalah gajah. (konversi O; partikular negatif tidak bisa
dikonversikan).
Kalau dipaksakan bisa pecah kepala ini, hehehe…

Jadi rumus Inversinya:


1) A=E
2) I x dan O x
3) A dimulai dengan Obversi
4) E dimulai dengan Konversi
Bagian Delapan: Silogisme
A. Silogisme Kategorik
Silogisme Kategorik adalah silogisme yang semua proposisinya
merupakan proposisi kategorik. Proposisi yang mendukung silogisme
disebut dengan premis yang kemudian dapat dibedakan dengan premis
mayor (premis yang termnya menjadi predikat), dan premis minor
(premis yang termnya menjadi subjek). Yang menghubungkan di antara
kedua premis tersebut adalah term penengah (Middle term).
Contoh :
Semua Tanaman membutuhkan air (premis mayor)
M P
Akasia adalah Tanaman (premis minor)
S M
Akasia membutuhkan air (konklusi)
S P
(S = Subjek, P = Predikat, dan M = Middle term)
Hukum-hukum Silogisme Kategorik
1. Apabila dalam satu premis partikular, kesimpulan harus partikular juga,
seperti:
Semua yang halal dimakan menyehatkan
Sebagian makanan tidak menyehatkan,
Jadi Sebagian makanan tidak halal dimakan
(Kesimpulan tidak boleh: Semua makanan tidak halal
dimakan).
2. Apabila salah satu premis negatif, kesimpulan harus negatif juga, seperti:
Semua korupsi tidak disenangi.
Sebagian pejabat adalah korupsi, jadi
Sebagian pejabat tidak disenangi.
(Kesimpulan tidak boleh: Sebagian pejabat disenangi)
3. Dari dua premis yang sama-sama partikular tidak sah diambil kesimpulan.
Beberapa politikus tidak jujur.
Banyak cendekiawan adalah politikus, jadi:
Banyak cendekiawan tidak jujur.
Jadi: Beberapa pedagang adalah kikir.
Hukum-hukum Silogisme Katagorik
Kesimpulan yang diturunkan dari premis partikular tidak pernah menghasilkan kebenaran
yang pasti, oleh karena itu kesimpulan seperti:
Sebagian besar pelaut dapat menganyam tali secara baik
Hasan adalah pelaut, jadi:
Kemungkinan besar Hasan dapat menganyam tali secara baik
adalah tidak sah.
Sembilan puluh persen pedagang pasar Johar juju Kumar adalah pedagang pasar Johar,
jadi: Sembilan puluh persen Kumar adalah jujur.

4. Dari dua premis yang sama-sama negatif, tidak menghasilkan kesimpulan apa pun,
karena tidak ada mata rantai yang menghubungkan kedua proposisi premisnya.
Kesimpulan diambil bila sedikitnya salah satu premisnya positif. Kesimpulan yang ditarik
dari dua premis negatif adalah tidak sah.
Kerbau bukan bunga mawar.
Kucing bukan bunga mawar.
….. (Tidak ada kesimpulan) Tidak satu pun drama yang baik mudah dipertunjukk Tidak
satu pun drama Shakespeare mudah dipertunju
Jadi: Semua drama Shakespeare adalah baik. (Kesimpulan tidak sah)
Hukum-hukum Silogisme Katagorik
5. Paling tidak salah satu dari term penengah harus tertebar (mencakup). Dari dua
premis yang term penengahnya tidak tertebar menghasilkan kesimpulan yang
salah, seperti:
Semua ikan berdarah dingin.
Binatang ini berdarah dingin
Jadi: Binatang ini adalah ikan.
(Padahal bisa juga binatang melata).

6. Term-predikat dalam kesimpulan harus konsisten dengan term predikat yang


ada pada premisnya. Bila tidak, kesimpulan menjadi salah, seperti:
Kerbau adalah binatang.
Kambing bukan kerbau.
Jadi: Kambing bukan binatang.
(’Binatang’ pada konklusi merupakan term negatif sedangkan pada premis adalah
positif)
Hukum-hukum Silogisme Katagorik
7. Term penengah harus bermakna sama, baik dalam premis mayor
maupun premis minor. Bila term penengah bermakna ganda kesimpulan
menjadi lain, seperti:
Bulan itu bersinar di langit.
Januari adalah bulan.
Jadi: Januari bersinar di langit.
(Bulan pada premis minor adalah nama dari ukuran waktu
yang panjangnya 31 hari, sedangkan pada premis mayor
berarti planet yang mengelilingi bumi).

8. Silogisme harus terdiri tiga term, yaitu term Subjek, Predikat, dan Term
Penengah (Middle term), begitu juga jika terdiri dari dua atau lebih dari
tiga term tidak bisa diturunkan konklusinya.
Absah dan Benar
Dalam membicarakan silogisme mengenal dua istilah yaitu absah dan
benar.
Absah (valid) berkaitan dengan prosedur penyimpi apakah pengambilan
konklusi sesuai dengan patokan atau tidak. Dikatakan valid apabila sesuai
dengan patokan di atas dan dan tidak valid bila sebaliknya.
• Benar berkaitan dengan proposisi dalam silogisme itu, apakah didukung
atau sesuai dengan fakta atau tidak. Bila sesuai fakta, proposisi itu benar,
bila tidak ia salah.
Keabsahan dan kebenaran dalam silogisme merupakan satuan yang tidak
bisa dipisahkan, untuk mendapatkan yang sah dan benar. Hanya konklusi
dari premis yang benar prosedur yang sah konklusi itu dapat diakui.
Mengapa demikian?
Karena bisa terjadi: dari premis salah dan prosedur valid menghasilkan
konklusi yang benar, demikian juga dari premis salah dan prosedur invalid
dihasilkan konklusi benar.
Variasi Absah dan Benar
• Variasi-variasinya adalah sebagai berikut:
1. Prosedur valid, premis salah dan konklusi benar.
Semua yang baik itu haram. (salah)
Semua yang memabukkan itu baik. (salah)
Jadi: Semua yang memabukkan itu haram. (benar)

2. Prosedur invalid (tak sah) premis benar konklusi salah.


Plato adalah filosof. (benar)
Aristoteles bukan Plato. (benar)
Jadi: Aristoteles bukan filosof (salah)

3. Prosedur invalid, premis salah, konklusi benar.


Sebagian politikus adalah tetumbuhan. (salah)
Sebagian manusia adalah tetumbuhan. (salah)
Jadi: Sebagian manusia adalah politikus (benar)

4. Prosedur valid, premis salah, dan konklusi salah.


Semua yang keras tidak berguna. (salah)
Adonan roti adalah keras. (salah)
Jadi: Adonan roti tidak berguna (salah)
Silogisme
B. Silogisme Hipotetik
Silogisme Hipotetik adalah argumen yang premis mayornya berupa proposisi hipotetik, sedangkan
premis minornya adalah proposisi kategorik yang menetapkan atau mengingkari term antecedent atau
term konsekuen premis mayornya.

Ada 4 (empat) macam tipe silogisme hipotetik:


1. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian antecedent, seperti:
Jika hujan, saya naik becak.
Sekarang hujan.
Jadi saya naik becak.
2. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian konsekuennya, seperti:
Bila hujan, bumi akan basah.
Sekarang bumi telah basah.
Jadi hujan telah turun.
3. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari antecedent, seperti:
Jika politik pemerintah dilaksanakan dengan paksa, maka
kegelisahan akan timbul.
Politik pemerintahan tidak dilaksanakan dengan paksa,
Jadi kegelisahan tidak akan timbul.
4. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari bagian konsekuennya, seperti:
Bila mahasiswa turun ke jalanan, pihak penguasa akan gelisah
Pihak penguasa tidak gelisah.
Jadi mahasiswa tidak turun ke jalanan
Hukum-hukum Silogisme Hipotetik
• Mengambil konklusi dari silogisme hipotetik jauh lebih mudah dibanding
dengan silogisme kategorik. Tetapi yang penting di sini dalah menentukan
‘kebenaran konklusinya bila premis-premisnya merupakan pernyataan yang
benar.
• Bila antecedent kita lambangkan dengan A dan konsekuen dengan B, jadwal
hukum silogisme hipotetik adalah sebagai berikut.
1) Bila A terlaksana maka B juga terlaksana.
Bila terjadi peperangan harga bahan makanan membubung tinggi
Nah, peperangan terjadi.
Jadi harga bahan makanan membubung tinggi.( benar = terlaksana)
Benar karena mempunyai hubungan kausalitas yang diakui kebenarannya

2) Bila A tidak terlaksana maka B tidak terlaksana. (tidak sah = salah)


Bila terjadi peperangan harga bahan makanan membubung tinggi
Nah, peperangan tidak terjadi.
Jadi harga bahan makanan tidak membubung tinggi. (tidak sah = salah)
Hukum-hukum Silogisme Hipotetik
3) Bila B terlaksana, maka A terlaksana. (tidak sah = salah)
Bila terjadi peperangan harga bahan makanan membubung tinggi
Nah, sekarang harga bahan makanan membumbung tinggi.
Jadi, peperangan terjadi. (tidak sah = salah)

4) Bila B tidak terlaksana maka A tidak terlaksana (tidak sah = salah)


Bila terjadi peperangan harga bahan makanan membubung tinggi
Harga bahan makanan tidak membubung tinggi.
Jadi, peperangan tidak terjadi.

Tidak sah atau salah karena kenaikan harga bahan makanan bisa
disebabkan oleh sebab atau faktor lain
Silogisme Disyunktif
C. Silogisme Disyunktif
• Silogisme Disyungtif adalah silogisme yang premis mayornya keputusan disyungtif
sedangkan premis minornya kategorik yang mengakui atau mengingkari salah satu
alternatif yang disebut oleh premis mayor.
Seperti pada silogisme hipotetik istilah premis mayor dan premis minor adalah
secara analog bukan yang semestinya.
• Silogisme ini ada dua macam, silogisme disyungtif dalam arti
sempit dan silogisme disyungtif dalam arti luas. Silogisme disyungtif
dalam arti sempit mayornya mempunyai alternatif kontradiktif,
seperti:
la lulus atau tidak lulus.
Ternyata ia lulus, jadi
la bukan tidak lulus.
• Silogisme disyungtif dalam arti luas premis mayomya mempunyai alternatif bukan
kontradiktif, seperti:
• Hasan di rumah atau di pasar.
Ternyata tidak di rumah.
Jadi di pasar.
Tipe Silogisme Disyunktif
• Silogisme disyungtif dalam arti sempit maupun arti iuas mempunyai dua tipe yaitu
sebagai berikut.
1) Premis minornya mengingkari salah satu alternatif, konklusi-nya adalah mengakui
alternatif yang lain, seperti:
la berada di luar atau di dalam.
Ternyata tidak berada di luar.
Jadi ia berada di dalam.

Ia berada di luar atau di dalam.


temyata tidak berada di dalam.
Jadi ia berada di luar.

2) Premis minor mengakui salah satu alternatif, kesimpulannya adalah mengingkari


alternatif yang lain, seperti:
Budi di masjid atau di sekolah.
la berada di masjid.
Jadi ia tidak berada di sekolah.

Budi di masjid atau di sekolah.


la berada di sekolah.
Jadi ia tidak berada di masjid.
Hukum-Hukum Silogisme Disyungtif
1. Silogisme disyungtif dalam arti sempit, konklusi yang dihasilkan selalu benar, apabila prosedur
penyimpulannya valid, seperti :
Hasan berbaju putih atau tidak putih.
Ternyata berbaju putih.
Jadi ia bukan tidak berbaju putih.
Hasan berbaju putih atau tidak putih.
Ternyata ia tidak berbaju putih.
Jadi ia berbaju non-putih.

2. Silogisme disyungtif dalam arti luas, kebenaran koi adalah sebagai berikut:
a. Bila premis minor mengakui salah satu alterna konklusinya sah (benar), seperti:
Budi menjadi guru atau pelaut.
la adalah guru.
Jadi bukan pelaut
Budi menjadi guru atau pelaut.
la adalah pelaut.
Jadi bukan guru

b. Bila premis minor mengingkari salah satu a konklusinya tidak sah (salah), seperti:
Penjahat itu lari ke Solo atau ke Yogya.
Ternyata tidak lari ke Yogya.
Jadi ia lari ke Solo. (Bisa jadi ia lari ke kota lain).
Budi menjadi guru atau pelaut.
Ternyata ia bukan pelaut.
Jadi ia guru. (Bisa j’adi ia seorang pedagang).
Bagian Sembilan: Generalisasi
A. Pengertian
Generalisasi adalah suatu proses penalaran
yang bertolak dari sejumlah fenomena
individual (khusus) menuju kesimpulan umum
yang mengikat selutuh fenomena sejenis
dengan fenomena individual yang diselidiki.
Generalisasi
B. Macam-Macam Generalisasi
(1) Generalisasi sempurna adalah generalisasi di mana seluruh fenomena yang
menjadi dasar penyimpulan diselidiki.
Misalnya setelah kita memperhatikan jumlah hari pada setiap bulan tahun Masehi
kemudian disimpulkan bahwa:
Semua bulan Masehi mempunyai hari tidak lebih dari 31.
Dalam penyimpulan ini, keseluruhan fenomena yaitu jumlah hari pada setiap
bulan kita selidiki tanpa ada yang kita tinggalkan.
Generalisasi macam ini memberikan kesimpulan amat kuat
dan tidak dapat diserang. Tetapi tentu saja tidak praktis dan
tidak ekonomis.
(2) Generalisasi tidak sempurna, yaitu generalisasi berdasarkan sebagian
fenomena untuk mendapatkan kesimpulan yang berlaku bagi fenomena sejenis
yang belum diselidiki.
Misalnya setelah kita menyelidiki sebagian bangsa Indonesia bahwa mereka adalah
manusia yang suka bergotong-royong, kemudian kita simpulkan bahwa bangsa
Indonesia adalah bangsa yang suka bergotong-royong, maka penyimpulan ini
adalah generalisasi tidak sempurna.
Bagian Sepuluh: Analogi
A. Pengertian
Analogi adalah suatu bentuk penalaran dengan jalan
mempersamakan dua hal yang berlainan. Kedua hal itu
diperbandingkan untuk dicari persamaannya. Analogi dilakukan
dengan mempersamakan kedua hal yang sebenarnya berlainan.
Analogi dan generalisasi dapat dikatakan mempunyai hubungan,
dalam analogi kita membandingkan dua hal atau lebih yang memiliki
kesamaan tertentu pada beberapa segi dan menyimpulkan keduanya
memiliki kesamaan dalam segi yang lain. Sedangkan generalisasi
memperhatikan hal yang sama dari hal-hal yang berbeda dan
kesimpulannya bersifat universal, sedangkan pada analogi
kesimpulannya berlaku partikular.
Analogi
B. Macam-Macam Analogi
Dalam setiap tindakan penyimpulan analogis terdapat tiga unsur, yaitu:
1.Peristiwa pokok yang menjadi dasar analogi
2.Persamaan prinsipal yang menjadi pengikat
3.Fenomena yang hendak kita analogikan.

Dari unsur-unsur tersebut akan muncul berbagai macam analogi berikut ini.
1.Analogi Induktif
Analogi yang disusun berdasarkan persamaan prinsipal yang ada pada dua fenomena,
kemudian menarik kesimpulan bahwa yang ada pada peristiwa pertama juga ada pada
peristiwa kedua. Misalnya, Tim Uber Indonesia mampu masuk babak final karena berlatih
setiap hari. Maka tim Thomas Indonesia akan masuk babak final jika berlatih setiap hari.

2.Analogi Deklaratif
Analogi yang menjelaskan atau menegaskan sesuatu yang belum dikenal atau masih
samar, dengan sesuatu yang di kenal. Contoh:

Ilmu pengetahuan dibangun oleh fakta-fakta sebagaimana sebuah rumah dibangun oleh
batu-batu. Tapi tidak semua kumpulan fakta adalah ilmu, sebagaimana tidak semua
kumpulan batu adalah rumah.
Analogi: Cara Menilai Analogi
1. Sedikit banyaknya peristiwa sejenis yang dianalogikan. Semakin banyak peristiwa
sejenis yang dianalogikan, semakin besar taraf kepercayaannya. Misalnya, suatu
ketika saya mengambil mata kuliah Logika dengan dosen bapak Faizin dan
ternyata beliau murah hati dalam memberikan nilai kepada mahasiswanya,
maka atas dasar analogi, saya bisa menyarankan kepada teman saya, si B, untuk
memilih bapak Faizin sebagai dosen mata kuliah logikanya. Analogi saya
menjadi lebih kuat setelah B juga mendapat nilai yang memuaskan dari bapak
Faizin. Analogi menjadi lebih kuat lagi setelah ternyata C, D, E, dan F juga
mengalami hal serupa.

2. Sedikit banyaknya aspek-aspek yang menjadi dasar analogi. Semakin banyak


aspek yang menjadi dasar analogi, semakin besar taraf kepercayaannya.
Misalnya, tentang flashdisk yang baru saja saya beli di sebuah toko A. Bahwa
flashdisk yang baru saya beli tentu akan awet dan tidak mudah terserang virus
karena flashdisk yang dulu dibeli di toko A juga demikian. Analogi menjadi lebih
kuat lagi misalnya diperhitungkan juga harganya, mereknya, dan kapasitasnya.
Analogi: Cara Menilai Analogi
3. Sifat dari analogi yang kita buat. Semakin rendah taksiran yang dianalogikan,
semakin kuat analogi itu. Misalnya, Ahmad yang duduk di kelas unggulan di
SLTP Harapan Bangsa dapat menyelesaikan 50 soal matematika dalam waktu 60
menit. Kemudian kita menyimpulkan bahwa Olivia, teman satu kelas Ahmad
juga akan bisa menyelesaikan 50 soal matematika dalam waktu 60 menit,
analogi demikian cukup kuat. Analogi ini akan lebih kuat jika kita mengatakan
bahwa Olivia akan menyelesaikan 50 soal matematika dalam waktu 50 menit,
dan menjadi lemah jika kita mengatakan bahwa Olivia akan menyelesaikan 50
soal matematika dalam waktu 75 menit.

4. Mempertimbangkan ada tidaknya unsur-unsur yang berbeda pada peristiwa


yang dianalogikan. Semakin banyak pertimbangan atas unsur-unsurnya yang
berbeda, semakin kuat analogi itu. Misalnya, kita menyimpulkan bahwa Fahri
adalah mahasiswa yang pandai karena dia berhasil menjadi delegasi untuk
dikirim ke Mesir. Analogi ini menjadi lebih kuat jika dipertimbangkan juga
perbedaan yang ada pada para delegasi sebelumnya, A, B, C, D dan E yang
mempunyai latar belakang yang berbeda dalam ekonomi, pendidikan SLTA,
keluarga, daerah, pekerjaan orang tua, toh kesemuanya adalah mahasiswa yang
pandai.
Analogi: Cara Menilai Analogi
5. Relevan dan tidaknya masalah yang dianalogikan. Bila masalah yang
dianalogikan itu relevan, maka semakin kuat analogi itu. Bila tidak,
analoginya tidak kuat dan bahkan bisa gagal. Analogi yang relevan
biasanya terdapat pada peristiwa yang mempunyai hubungan kausal.
Misalnya, kita tahu bahwa sambungan rel kereta api dibuat tidak rapat
untuk menjaga kemungkinan mengembangnya. Bila kena panas, rel tetap
pada posisinya. Maka ketika hendak membangun rumah, kita menyuruh
tukang untuk memberikan jarak pada tiap sambungan besi pada rangka
rumah. Disini kita hanya mendasarkan pada suatu hubungan kausal bahwa
karena besi memuai bila kena panas, maka jarak yang dibuat antara dua
sambungan besi akan menghindarkan bangunan dari bahaya melengkung.
Analogi
D. Analogi yang Pincang

Contoh:
“Antara kita dan binatang mempunyai persamaan yang sangat dekat.
Binatang bernafas, kita juga bernafas. Binatang makan, kita juga makan.
Binatang tidur dan istirahat, kita juga tidur dan istirahat. Binatang kawin,
kita juga kawin. Jadi dalam keseluruhan binatang sama dengan kita.”

Pernyataan di atas hendak menyimpulkan bahwa manusia sama dengan


binatang dengan mempertimbangkan persamaan-persamaan yang ada
pada keduanya, padahal yang disamakan itu bukan masalah yang pokok,
yaitu akal.
Kausalitas
• Ada penyebab dan ada akibat.
• Tidak mudah untuk menentukan syarat kausalitas;
diperdebatkan oleh para ahli
• Ada pendapat bahwa kausalitas lebih terletak di
dalam pikiran manusia sehingga sulit menentukan
objektivitasnya secara mutlak.
• Sangat berguna untuk keperluan prediksi.
Kausalitas Induksi John Stuart Mill
Metode Penyimpulan Induktif Mill

(1) Metode kecocokan


Jika satu dan hanya satu keadaan relevan yang ada di semua kasus yang
menghasilkan akibat, maka keadaan itu adalah penyebab atau berkaitan
dengan penyebab. Contoh:
Setiap hari si Anu sakit perut. Ia menduga makanan pagi adalah penyebabnya
• Senin: pisang, kopi, gula, roti, mentega
• Selasa: pisang, susu, roti, sirup
• Rabu: pisang, kopi, gula, ikan, roti
• Kamis: pisang, havermout, gula, susu, telur
• Jumlah: pisang, susu, kue, sirup

• Diduga penyebabnya adalah pisang


Metode Penyimpulan Induktif Mill
(2) Metode Perbedaan
Jika keadaan adalah sama dalam segala hal kecuali satu,
dan jika akibat terjadi pada semua hal kecuali pada hal
tiadanya satu itu, maka satu itu adalah penyebab atau
terkait dengan penyebab. Contoh:

Minum vodka dengan es.


Minum vodka tanpa es.
Kalau masih mabuk tanpa es, maka es bukan penyebab
mabuk.
Metode Penyimpulan Induktif Mill
(3) Gabungan metoda kecocokan dan perbedaan
Jika ada sekumpulan faktor yang menyebabkan terjadi peristiwa (akibat), tetapi salah
satu faktor tidak ada lantas tidak terjadi akibat, maka faktor itu adalah penyebab
atau terkait dengan penyebab.

Contoh:
Keadaan Akibat
A B C abc
A D E adc
A B C a bc
B C bc

• Jadi A adalah bagian penyebab timbulnya a.


Contoh kasus:
- Eijkman beri makan beras putih pada ayam, lalu ayam terkena radang syaraf.
- Eijkman beri makanan beras dicampur dedak kepada kelompok ayam lainnya, namun
tak ada ayam yang sakit.
- Lalu Eijkman memberi makanan beras dicampur dedak kepada ayam yang sakit itu dan
akhirnya ayam-ayam itu sembuh.
Metode Penyimpulan Induktif Mill
4) Metoda Persamaan Variasi
Apabila satu keadaan berubah secara teratur ketika keadaan lain
berubah, maka ada semacam hubungan kausal di antara mereka.
Contoh: jika pengusaha menjaga manajemen keuangan dengan baik,
mulai dari pembukuan, pelayanan, distribusi, pengawasan,
mengakibatkan usahanya meningkat.

(5) Metoda Sisasisihan/Residu


Apabila bagian dari akibat tidak dapat dijelaskan oleh keadaan
penyebab yang diketahui, maka keadaan tambahan (sisa) perlu dicari
untuk menjelaskan bagian yang tidak terjelaskan dari akibat itu.
Contoh: jika pengusaha menjaga manajemen usahanya, mulai dari
pembukuan, distribusi, produksi, pengawasan, tapi mengakibatkan
usahanya menurun. Lalu ia menemukan ada residu/sisa/faktor lain
yang sangat mempengaruhi, yaitu pelayanan kepada konsumen.
Teori
Teori memiliki dua ciri umum:
(1) semua teori adalah abstraksi tentang sesuatu hal, yang
berarti suatu teori bersifat terbatas.
(2) Semua teori adalah konstruksi ciptaan individual manusia.

Oleh karena itu, sifatnya relatif dalam arti tergantung pada


cara pandang si pencipta teori, sifat dan aspek yang diamati,
serta kondisi-kondisi lain yang mengikat seperti waktu, tempat
dan lingkungan sekitarnya.
Teori
Secara umum istilah teori mengandung beberapa pengertian, yaitu teori
adalah abstraksi dari realitas.

Teori terdiri atas sekumpulan prinsip dan defenisi yang secara konseptual
mengorganisasikan aspek-aspek dunia empiris secara sistematis. Teori
terdiri dari asumsi-asumsi, proposisi-proposisi, dan aksioma-aksioma
dasar yang saling berkaitan.

Teori terdiri atas teorema-teorema yakni generalisasi-generalisasi yang


diterima/terbukti secara empiris. Tegasnya, teori pada dasarnya
merupakan konseptualisasi atau penjelasan logis dan empirik tentang
suatu fenomena. Bentuknya merupakan pernyataan-pernyataan yang
berupa kesimpulan tentang suatu fenomena.
Teori
Soetriono dan Hanafie (2007: 142) mengemukakan
bahwa teori adalah seperangkat konsep, definisi, dan
proposisi-proposisi yang berhubungan satu sama lain
yang menunjukkan fenomena secara sistematis dan
bertujuan untuk menjelaskan dan meramalkan
fenomen-fenomena. Hal ini menunjukkan bahwa
teori bukan suatu spekulasi melainkan suatu
konstruksi yang jelas yang dibangun atas jalinan
fakta-fakta.
Peran Teori terhadap Ilmu
1. Teori sebagai orientasi: ilmuwan dapat mempersempit cakupan yang akan
ditelaah.
2. Teori sebagai konseptual dan klasifikasi: dapat memberikan petunjuk
tentang kejelasan hubungan antara konsep-konsep dan fenomena atas
dasar klasifikasi tertentu.
3. Teori sebagai generalisasi: memberikan rangkuman terhadap generalisasi
empirik dan antar hubungan dari berbagai proposisi.
4. Teori sebagai peramal fakta: membuat prediksi tentang adanya fakta
dengan cara membuat ekstrapolasi dari yang sudah diketahui kepada yang
belum diketahui.
5. Theory points to gap in our knowledge: menunjukkan adanya kesenjangan
dalam pengetahuan kita. Ahli teori tidak dapat secara lengkap menyusun
teori yang telah menjadi pengetahuan. Tebuka kesempatan untuk
menutupi kesenjangan melalui melengkapi, menjelaskan, dan
mempertajam.
Kekeliruan Berpikir
A. Kekeliruan Formal
1. Fallacy of four terms (kesalahan karena menggunakan empat term).
Kekeliruan berpikir karena menggunakan empat term dalam silogisme
kategoris. Contoh; Orang yang berpenyakit menular harus di asingkan.Orang
yang berpenyakit panu adalah membuat penularan penyakit, Jadi dia harus
diasingkan.

2. Fallacy of Undistributed Middle (Kekeliruan karena kedua term penengah tidak


mencakup). Contoh: Orang yang terlalu banyak belajar kurus. Dia kurus sekali,
karena itu tentulah ia banyak belajar.

3. Fallacy of Illicit Process (Kekeliruan Karena Proses Tidak Benar)


Term premis tidak mencakup ( undistributed) tetapi dalam konklusi mencakup.
Contoh: Kura-kura adalah binatang melata. Ular bukan kura-kura, karena itu ia
bukan binatang melata.
Kekeliruan Berpikir: Formal
4. Fallacy of Two Negative Premises (Kekeliruan Karena Menyimpulkan Dari Dua
Premis yang Negatif)
Contoh: Tidak satupun barang yang baik itu murah dan semua barang di toko itu
adalah tidak murah, jadi kesemua barang di toko itu adalah baik.

5. Fallacy of Affirming the Consequent (kekeliruan Karena Mengakui Akibat)


Kekeliruan berpikir dalam silogisme hipotetika karena membenarkan akibat
kemudian membenarkan pula sebaliknya, Contoh: Bila pecah perang harga barang-
barang naik. Sekarang harga barang naik, Jadi perang telah pecah.

6. Fallacy of Denying Antecedent (Kekeliruan Karena Menolak Sebab)


Kekeliruan berpikir dalam silogisme hipotetika karena mengingkari sebab
kemudian disimpulkan bahwa akibat juga tidak terlaksana. Contoh : Bila datang
elang maka ayam berlarian, sekarang elang tidak datang, jadi ayam tidak berlarian.
Kekeliruan Berpikir: Formal
7. Fallacy of disjunction( Kekeliruan dalam Bentuk Disyungtif)
Yaitu pengingkaran terhadap alternatif pertama, kemudian
membenarkan alternatif yang lain. Seperti: Dia menulis cerita
atau pergi ke Surabaya. Dia tidak pergi ke Surabaya, jadi tentu
ia menulis cerita.

8. Fallacy of Inconsistency (Kekeliruan Karena Tidak Konsisten)


Tidak runtutnya pernyataan yang satu dengan yang diakui
sebelumnya. Contoh: Anggaran Dasar Organisasi kita sudah
sempurna, maka kita perlu melengkapinya lagi agar komplit5.
Kekeliruan Berpikir: Informal
B. Kekeliruan Informal yang disebabkan oleh:
1. Fallacy of Hasty Generalization (Kekeliruan Karena Membuat Generalisasi yang
Terburu-buru)
Yaitu, mengambil kesimpulan umum yang ditarik dari kasus individual yang terlampau
sedikit, seperti: Panen di kudus gagal, kalau begitu Indonesia harus mengimpor beras.

2. Fallacy Of Forced Hypothesis (Kekeliruan Karena Memaksakan Praduga)


Yaitu menjadikan wahmi seperti qoth’i, seperti; Seorang pegawai datang ke kantor
dengan bekas goresan di ppinya. Seorang menyatakan bahwa isterinyalah yang
melukainya dalam suatu percekcokan karena di ketahuinya selama ini orang itu kurang
harminis hubungannya dengan isterinya, padahal sebenarnya karena goresan besi
pagar.

3. Fallacy of Beginning the Question (Kekeliruan Karena Mengundang Permasalahan)


Hal ini terjadi karena mengambil konklusi dari premis yang sebenarnya harus di
buktikan dulu kebenarannya, seperti: Allah itu mesti ada karena ada bumi (orang
mengatakan begitu tapi tidak membuktikan bahwa bumi adalah ciptaan Allah).
Kekeliruan Berpikir: Informal
4. Fallacy of Circular Argument (kekeliruan Karena Menggunakan
Argument yang berputar)
Kekeliruan berpikir karena mengambil konklusi dari suatu
premis kemudian konklusi tersebut dijadikan premis dan
sebaliknya pada argument selanjutnya, seperti: Paijo itu
orangnya kaya karena ganteng. Mengapa Paijo
ganteng?Jawabnya karena Paijo kaya.

5. Fallacy of Argumentative Leap (kekeliruan karena Berganti


Dasar)
Mengambil konklusi yang tidak diturunkan dari premisnya.
Contoh: Pantas Tulkiyem cantik karena kuliahnya di kampus
ini.
Kekeliruan Berpikir: Informal
6. Fallacy of Appealing to Autority ( Kekeliruan karena Mendasarkan Pada
Otoritas)
Yaitu otoritas seseorang di gunakan untuk permasalahan di luar otoritas
ahli tersebut. Contohnya: Gedung ini sungguh kokoh, sebab David
Beckham mengatakan demikian.

7. Fallacy of Appealing to Force ( Kekeliruan Karena Mendasarkan Diri pada


Kekuasaan)
Kekeliruan berpikir karena berargumen dengan kekuasaan yang
dimilikinya, seperti: Kau masih juga membantahku. Kau baru satu tahun
duduk di bangku perguruan tinggi, aku sudah lima tahun.

8. Fallacy of Abusing (Kekeliruan Karena Menyerang Pribadi)


Seperti menolak argumen yang dikemukakan seseorang dengan
menyerang pribadinya. Contoh: Dia adalah seorang brutal, jangan
dengarkan pendapatnya.
Kekeliruan Berpikir: Informal
9. Fallacy of Ignorance ( Kekeliruan Karena Kurang Tahu)
Yaitu menganggap bila lawan bicara tidak bisa membuktikan argumentasinya,
maka dengan sendirinya argumentasinya benar, seperti: Kalau kau tidak bisa
membuktikan bahwa Tuhan itu tidak ada maka teranglah pendapatku benar,
bahwa Tuhan itu tidak ada.

10. Fallacy of Complex Question (Kekeliruan Karena Pertanyaan Yang Ruwet)


Kekeliruan berpikir karena mengajukan pertanyaan yang bersifat menjebak,
seperti: jam berapa kau pulang semalam? (padahal kenyataannya yang ditanya
tidak pergi).

11. Fallacy of Over Simplification (Kekeliruan Karena Alasan terlalu Sederhana)


Berargumentasi dengan alasan yang tidak cukup kuat, seperti: Kejahatan selalu
ada, karena Tuhan menghendaki kejahatan, berarti Tuhan itu jahat.
Kekeliruan Berpikir: Informal
12. Fallacy of Accident (Kekeliruan Karena Menetapkan Sifat )
Kekeliruan berpikir karena menetapkan sifat bukan keharusan yang ada pada suatu benda
bahwa sifat itu tetap ada selamanya, seperti: Daging yang kita makan hari ini adalah dibel
kemarin. Daging yang di beli kemarin adalah daging mentah, jadi hari ini kita makan daging
mentah.

13. Fallacy of Irrelevant Argument (Kekeliruan Karena argumen yang Tidak Relevan)
Mengajukan argumen yang tidak ada hubungannya pada permasalahan yang yang menjadi
topik, seperti: Kau tidak mau mengenakan baju yang aku belikan. Apakah engkau mau
telanjang berangkat ke perjamuan.

14. Fallacy of False Analogy (Kekeliruan Karena Salah Mengambil Analogi)


Menganalogikan permasalahan yang kelihatannya mirip tapi berbeda secara mendasar,
seperti: Seniman Patung memerlukan bahan untuk menciptakan karya-karya seni, maka
Tuhan pun menciptakan alam semesta memerlukan bahan.

15. Fallacy of Appealing to Pity (Kekeliruan Karena Mengundang Belas Kasihan)


Sengaja menggunakan uraian yang menarik belas kasihan untuk mendapatkan konklusi yang
diharapkan.Seperti halnya yang sering digunakan dalam peradilan oleh para advokad untuk
membela kliennya.
Kekeliruan Berpikir karena penggunaan bahasa
1. Fallacy of Composition ( Kekeliruan Karena Komposisi)
Menetapkan sifat yang ada pada bagaian untuk mensifati keseluruhan, seperti: Mur ini
sangat ringan, karena itu mesinnya tentu ringan juga.

2. Fallacy of Division ( Kekeliruan dalam Pembagaian)


Menetapkan sifat pada keseluruhan pada setiap bagaiannnya, seperti: Kompleks ini
dibangun di atas tanah yang luas, tentulah kamar-kamar tidurnya luas juga.

3. Fallacy of Accent (Kekeliruan Karena Tekanan)


Contoh: Ibu, ayah pergi (padahal yang di maksud pembicara adalah ibu dan ayah
pergi).

4. Fallacy of Amphiboly (Kekeliruan Karena Amphiboly)


Menggunakan susunan kalimat yang dapat ditafsirkan berbeda, seperti: kamu akan
mendapatkan pengalaman yang bagus. Jawab peramal kepada seseorang yang akan
berjudi. Tapi pada kenyatannya seorang tersebut kalah. Kemudian peramal
mengatakan bahwa dengan kalah kamu mendapatkan pengalaman yang bagus.
REFERENSI
Bertens, K. (2004). Etika. Jakarta: Gramedia.

Poespoprodjo. (1999). Logika Scientifika: Pengantar Dialektika dan Ilmu. Bandung: Pustaka Grafika.

Mundiri. (2000). Logika. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Lubis, B. H., & Nashori, F. (2002). Dialektika psikologi dan pandangan Islam. Unri Press.

Copi, Irving M, 1976. Introduction to Logic, 2nd ed. The Macmillan Company, New York.

Rescher, N. 1964. Introduction to Logic, St. Martinis Press, New York. Solomon.

Soetriono dan Rita Hanafie. 2007. Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Andi.

Suriasumantri, J. S (editor). 1999. Ilmu Dalam Perspektif. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

W. Poespoprodjo, EK T Gilarso. 1999. Logika Ilmu Menalar : Dasar-dasar Berpikir Tertib, Logis, Kritis,
Analitis, Dialektis, cet. 1, Bandung: Pustaka Grafika

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai