Filog Bahan Ajar Lengkap 2009
Filog Bahan Ajar Lengkap 2009
net/publication/319968636
CITATIONS READS
0 74,212
1 author:
Bahril Hidayat
Universitas Islam Riau
87 PUBLICATIONS 164 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Bahril Hidayat on 02 December 2017.
Bahan Ajar
di Fakultas Psikologi UIN Sultan Syarif Kasim,
Pekanbaru, Riau (2009)
Kontrak Belajar
• Peraturan Fakultas
Terlampir.
• Peraturan Kelas
- Mengikuti Peraturan Fakultas.
- Pindah kelas, misal dari kelas pagi ke siang, dan sebaliknya.
- Keterlambatan maksimal 20 menit berlaku untuk saya dan mahasiswa.
- Boleh memamah-biak di kelas, kecuali makanan dan minuman yang
menimbulkan keributan, misalnya minuman curian, juice Batu Kerikil,
kerupuk, beling, paku, pisau silet, dll.
- Selama di kelas tidak diperkenankan tidur, mengobrol, ketawa-ketiwi
sendiri atau pun bersama orang atau objek lain, baik yang terpersepsi
oleh panca indera maupun tidak, merokok, buang air kecil, sedang, dan
besar.
Kontrak Belajar (lanjutan)
• Tugas Menulis
- Tugas Mandiri
Dikumpulkan pada saat ujian mid-semester.
- Tugas Terstruktur
Dikumpulkan pada saat ujian akhir semester.
Penilaian
• Ujian Mid-semester
Unsur Penilaian: 35 %
• Tugas Mandiri
Unsur Penilaian: 15 %
• Tugas Terstruktur
Unsur Penilaian: 15 %
Terakhir…
• Ada pertanyaan?
• Ilmu
→ Kumpulan pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri tertentu yang
membedakannya dengan pengetahuan lainnya.
• Falsafah
→ suatu cara berpikir yang radikal dan menyeluruh, mengupas sesuatu
sedalam-dalamnya.
Hubungannya:
Falsafah mengupas tema-tema keilmuan secara menyeluruh dan mendalam,
dan hasilnya merupakan dasar bagi eksistensi ilmu.
Penjernihan Istilah
Etika = Moral = Etiket ?
Eksplanasi:
a. Maling!
Melanggar etika/moral.
Ex: Apabila ia mencuri dengan tangan kanan,
Ia adalah maling yang beretiket.
b. Etiket bersifat pergaulan (ada saksi mata), etika bersifat apa adanya (tetap berlaku
tanpa saksi mata).
Ex: Etiket; makan dengan meletakkan kaki di atas meja.
Etika; mencuri.
Konklusi:
Etika = Moral secara etimologis.
Etika ≠ Etiket.
Moralitas: Ciri Khas Manusia
• Manusia adalah binatang-plus (implisit atau eksplisit?).
Solusi: dengan asumsi plus-moralitas.
• Buktinya pada aspek “keharusan”. Ada 2 keharusan, yaitu:
a. Keharusan alamiah. Contoh: Jika pena dilepaskan dari
tangan harus jatuh.
Vocabulary: must; mussen.
b. Keharusan moral. Contoh: barang yang dipinjam harus
dikembalikan.
Vocabulary: should; sollen.
Keharusan moral mengarahkan dan menyuruh manusia
melakukan sesuatu. Sifatnya: kewajiban.
Etika
Etika Deskriptif
Melukiskan tingkah laku moral dalam arti luas.
Ex: Adat kebiasaan, baik dan buruk, dll.
Mempelajari moralitas pada individu tertentu, subkultur-subkultur
tertentu.
Bersifat melukiskan, tidak melakukan penilaian (benar salah secara
definitif); bersikap relatif netral.
Ex: prostitusi → just describing, whithout judgement.
Etika Normatif
Melakukan penilaian tentang perilaku manusia. Ex: prostitusi → justifikasi.
Bersifat preskriptif (petunjuk atau memerintahkan) tentang benar/salah.
Argumentasi tentang benar/salah tidak dapat ditawar-tawar.
3 Pendekatan Ilmiah dalam mempelajari Moralitas
(lanjutan)
Etika Normatif dibagi atas:
Etika Umum: memandang tema-tema umum, seperti nilai dan norma,
hak dan kewajiban, kriteria manusia yang bermoral, dll.
Etika Khusus: menerapkan prinsip-prinsip etis yang umum atas domain
perilaku manusia yang khusus.
Premis normatif dikaitkan dengan premis faktual untuk sampai kepada
suatu kesimpulan etis yang bersifat normatif juga. Ex: abortus provocatus.
- Dilarang keras membunuh manusia yang tidak bersalah.
- Abortus provocatus adalah pembunuhan terhadap manusia yang tidak
berasalah.
- Jadi, abortus provocatus dilarang keras.
Disebut juga dengan istilah applied ethics.
3 Pendekatan Ilmiah dalam mempelajari Moralitas
(lanjutan)
Metaetika
Meta (bhs Yunani): melebihi; melampaui.
Pembahasan bukan hanya pada moralitas secara langsung,
melainkan ucapan-ucapan (istilah; kata-kata) kita di bidang
moralitas. Ex: kata baik (Moore, 1903).
Mobil ini dalam keadaan baik.
Menjadi donor organ tubuh adalah perbuatan yang baik.
Tiba-tiba datanglah seorang pasien RSJ. Dia bertanya, “Ada apa, Pak?”
Laki-laki itu kaget bukan main melihat ada orang gila di dekatnya. Akibat takut,
sekadar mengobati rasa takutnya, bukan karena menghargai penderita skizofrenik itu,
dia menjawab sekenanya, “Ban mobil saya bocor, setelah saya menggantinya dengan
ban serap, ternyata empat mur ban ini hilang. Jadi, saya terjebak di sini karena ban itu
tak bisa dipasang.”
“Lho, kok bisa begitu, Pak? Kan ada solusinya,” terang penderita skizofrenik itu.
Lelaki itu kaget. Apakah orang gila ini ngawur, pikirnya. Tapi tetap ia tanyakan sambil
melenguh, “Oya? Bagaimana caranya? Kan ban ini ga bisa dipasang. Semua bengkel
sudah tutup malam ini. Nggak ada lagi yang jualan mur malam-malam begini.”
Alkisah (lanjutan)…
“Begini aja, Pak,” potong pasien RSJ itu.
“Bapak buka satu mur pada setiap ban di mobil Bapak. Lalu pasang tiga
mur itu pada ban ini. Kan selesai dan aman,” terang orang yang disangka
gila itu.
“Tapi, ngomong-ngomong, kamu kok bisa tahu jalan keluarnya? Kamu kan
gila?” tanya lelaki itu mulai akrab karena senang.
“Tapi saya tidak bodoh,” lanjut orang gila itu berlalu meninggalkan lelaki
yang terperangah malu.
Tugas Mandiri
Tema Esai: Tinjauan Psikologi (Islami) tentang
Hati Nurani.
1. Kebebasan Sosial-Politik
Produk perkembangan sejarah;
“Produk Perjuangan Sejarah”
Dua bentuk kebebasan sosial-politik (dalam perspektif-historis)
a. Kebebasan Rakyat versus Kebebasan Absolut.
- Sejarah Pemerintahan Inggris.
¤ Dimulai dengan Magna Charta (1215).
Memberikan kebebasan-kebebasan tertentu kepada para Baron dan
Uskup Inggris.
¤ Selesai dengan The Glorious Revolution (1688).
Penerimaan The Bill of Rights oleh William III dan Mary Stuart.
Isinya:
Perumusan Hak-Hak Parlemen terhadap Monarki.
{Kemenangan Parlemen (kontrol) Terhadap Autokrat (Raja)}
Arti Kebebasan Secara Umum
Relevansi Etis
Kedaulatan harus tetap berada di tangan rakyat,
tidak boleh jatuh kembali ke tangan diktator
(autokrat)
Arti Kebebasan Secara Umum (lanjutan)
2. Kebebasan Individual
Perbedaan dengan Kebebasan sosial-politik:
Subyek kebebasan Sosial-politik adalah bangsa atau rakyat
(jamak);
subyek kebebasan individual adalah manusia perorangan
(tunggal).
Kebebasan Individual adalah fokus pembahasan etika umum,
sedangkan kebebasan sosial politik dibahas dalam etika
politik.
Beberapa Arti Kebebasan Lainnya
a. Kesewenang-wenangan (arbitrariness).
Dalam arti terlepas dari segala kewajiban dan
keterikatan; berbuat atau tidak berbuat sesuka
hatinya.
Aplikasi dalam contoh:
1)Pelajar yang libur atau bolos.
2)Pergaulan Bebas, seks bebas, dll.
3)Manajer yang mengatakan,“Jam sekian saya
bebas”.
Beberapa Arti Kebebasan Lainnya
b. Kebebasan Fisik
Tidak dipasung, dikurung atau dipenjara (narapidana) →
dalam arti dangkal.
Friedrich Schiller: Manusia diciptakan bebas dan ia tetap
bebas sekalipun lahir terbelengu.
Tanpa kebebasan fisik bisa disertai dengan kebebasan dalam
arti yang lebih mendalam. Misal: Cut Nyak Dien (pahlawan).
Sebaliknya, dengan kebebasan fisik manusia bisa “terkekang”.
Misal: penjudi.
Namun,
kebebasan fisik harus dihargai tanpa dalih apapun,
karena
ia sangat bermanfaat untuk menjadikan manusia bebas dalam
arti seutuhnya.
Beberapa Arti Kebebasan Lainnya (lanjutan)
c. Kebebasan Yuridis
Berkaitan erat dengan hukum dan harus dijamin dengan
hukum.
d. Kebebasan Psikologis
Kemampuan yang dimiliki manusia untuk
mengembangkan serta mengarahkan hidupnya.
Ciri khasnya → kehendak (freewill).
Sadar dan berpikir sebelum bertindak → makna
dalam kehidupannya.
Aspek pentingnya:
1) Kemungkinan untuk Memilih
2) Menjatuhkan pilihan.
3) Melaksanakan (loyalitas-aktualitatif).
Beberapa Arti Kebebasan Lainnya (lanjutan)
e. Kebebasan Moral
Tanpa kebebasan psikologis mustahil terdapat kebebasan
moral, namun walaupun terdapat kebebasan psikologis
belum tentu terdapat kebebasan moral. Ex: Sandera dipaksa
menandatangani surat pernyataan, Bilal al-Habsy.
Kebebasan moral (voluntary) = kebebasan psikolois-plus.
f. Kebebasan Eksistensial (kebebasan tertinggi)
Adalah kebebasan menyeluruh yang menyangkut seluruh
pribadi manusia dan tida terbatas pada salah satu aspek
saja.
Ciri-cirinya, Otonomi, Kedewasaan, Otensitas, Kematangan
rohani, Contoh: pelukis, cendekiawan.
Batas-Batas Kebebasan
• 1) Faktor-faktor dari dalam
• Kebebasan pertama-tama dibatasi oleh faktor-faktor
dari dalam, baik fisik maupun psikis.
• Kita berbadan tinggi atau pendek, kuat atau lemah,
sehat atau sakit-sakitan. Saya ini laki-laki atau
perempuan. Dari segi umur, saya ini muda, setengah
baya, atau tua.
• Pendeknya, selalu terdapat suatu struktur badani
tertentu yang sangat membatasi kemungkinan-
kemungkinan seseorang; terdapat juga suatu struktur
psikis tertentu.
• Seorang adalah inteligen atau kurang inteligen.
Batas-Batas Kebebasan
• 2) Lingkungan
• Kebebasan dibatasi juga oleh lingkungan, baik
alamiah maupun sosial.
• Indonesia tidak bebas menjadi pusat olah raga ski,
karena hawanya tropis.
• Orang yang berasal dari lingkungan miskin tidak
bebas masuk perguruan tinggi.
• Anak yang dididik dalam keluarga yang terdiri dari
pencuri profesional, tidak bebas berkembang sebagai
orang jujur, dan seterusnya.
Batas-Batas Kebebasan
3) Kebebasan orang lain
• Tidak bisa dibenarkan bahwa saya begitu bebas, sehingga
tidak ada kebebasan lagi untuk orang lain.
• Inilah pembatasan dengan konsekuensi paling besar bagi
etika: alasan utama mengapa diperlukan suatu tatanan
moral di antara manusia.
• Kedua pembatasan yang disebut di atas membatasi
kehendak di luar kemauannya, tapi di sini kehendak
harus membatasi dirinya sendiri.
• Mengakui kebebasan orang lain di sini secara konkret
berarti menghormati hakhaknya.
Tanggung Jawab
Isi:
• Pendahuluan; Latar Belakang Masalah
• Dasar Teori
• Kasus dan Analisis Kasus
• Simpulan dan Saran
Daftar Pustaka
Persiapan dan Petunjuk Presentasi
Menurut Dr. Jan Hendrik Rapar, proposisi merupakan ungkapan lahiriah dari
suatu putusan. Secara definisi, proposisi adalah suatu pernyataan dalam
bentuk kalimat yang memiliki arti penuh dan utuh yang di dalamnya
manusia mengakui atau mengingkari sesuatu tentang sesuatu yang lain.
Sebuah proposisi adalah suatu kalimat yang memiliki nilai kebenaran (truth
value) benar (true).
Asas-Asas Pemikiran
Asas adalah pangkal atau asal darimana sesuatu itu muncul. Asas
pemikiran merupakan pengetahuan dimana pengetahuan lain
muncul dan dimengerti. Asas pemikiran mencakup tiga hal, yaitu:
2. Logika Artifisialis/Logika Ilmiah (Mantiq asSuri), memperhalus, mempertajam, dan menunjukkan jalan
pemikiran yang benar agar akal dapat bekerja lebih teliti, efisien, mudah dan aman.
Menurut Mundiri (2000: 32), kata yang tidak memiliki sifat diferentia, misalnya kata
marah, benci, senang sebagai bagian dari genera aktivitas mental tidak bisa
diberi definisinya. Benarkah demikian???
Solusinya:
Jenis-Jenis Definisi
Jenis-Jenis Definisi
• Menurut Alex Lanur, Poespoprodjo dan Nicholas Rescher secara garis besar
jenis definisi dibagi menjadi 2, yaitu :
1. Definisi Nominal (Nominal Definition or Stipulative Definition)
• Suatu jenis definisi yang baru sama sekali atau memberikan suatu arti baru
pada kata yang sudah lama ada. Dan definisi ini merupakan suatu cara untuk
menjelaskan sesuatu dengan menguraikan arti katanya. Contoh : Madrasah
adalah sekolah agama bagi orang yang mempelajari tentang Islam.
• Dalam Definisi Nominal dapat dinyatakan dalam 3 cara, yaitu :
a. Definisi dapat diuraikan dari asal-usulnya (etimologi), contoh : Filsafat, yaitu
dari Philos yang berarti pencinta dan sophia yang berarti kebijaksanaan jadi arti
Filsafat adalah Pencinta Kebijaksanaan
b. Namun tidak semua bisa dilakukan dengan cara etimologi, maka supaya jelas
definisi nominal ini harus dilengkapi keterangan tentang bagaimana definisi
ini telah digunakan dalam masyarakat.
c. Dapat dinyatakan dengan menggunakan sinonim
Jenis-Jenis Definisi
• 2. Definisi Riil (Real Definition or Lexical Definition)
Mendefinisikan kata yang sudah umum digunakan, biasanya yang terdapat
dalam kamus bahasa. Definisi Riil dapat dibedakan dalam 4 jenis definisi, yaitu :
a. Definisi Hakiki, definisi yang sungguh-sungguh menyatakan hakekat sesuatu,
atau suatu pengertian yang abstrak yang hanya mengandung unsur pokok yang
sungguh-sungguh perlu untuk memahami suatu golongan yang tertentu dan
untuk membedakannya dari semua golongan yang lain, sehingga sifat golongan
itu tidak termasuk dalam hakekat sesuatu itu. Contoh : Burung Merpati dan
manusia dapat dibedakan.
b. Definisi Deskriptif, definisi ini menggunakan ciri khas asesuatu yang akan
didefinisikan. Ciri khas adalah ciri yang selalu dan tetap terdapat pada setiap
benda yang tertentu, contoh : cinta kasih itu sabar, cinta kasih itu murah hati,
tidak memegahkan diri, tidak angkuh, tidak lekas marah, tidak mementingkan
diri sendiri, suka akan kebenaran.
Jenis-Jenis Definisi
c. Definisi Final atau definisi yang menunjukkan maksud dan
tujuan sesuatu.
Contoh : arloji adalah suatu alat untuk menunjukkan waktu
yang disusun sedemikian rupa sehingga dapat dimasukkan
dalam saku atau diikat di lengan.
d. Definisi Kausalitas, yaitu definisi yang menunjukkan sebab
akibat.
Contoh : gerhana bulan terjadi karena bumi berada diantara
bulan dan matahari.
Tak Bersayap
Bagian Lima: Proposisi
A. Pengertian
Proposisi – disebut juga putusan, keputusan, judgement, pernyataan,
kalimat logika – adalah kegiatan atau perbuatan manusia di mana ia
mengiyakan atau mengingkari sesuatu.
Term adalah pernyataan verbal sebuah gagasan atau sejumlah gagasan.
Term terdiri dari term Subjek (S), term Predikat (P) dan term antara (M)
dan kopula.
Perlu diketahui meskipun simbol A digunakan juga sebagai lambang proposisi Singular Positif dan simbol E
sebagai lambang Singular Negatif, tetapi fokusnya simbol A dan E merupakan permasalahan Universal.
Proposisi Kategorik
E Tertebar Tertebar
S, P
Diagram Euler
Diagram II: Prediket lebih luas daripada Subjek.
Contoh: Semua anggota MPR (S) bisa baca tulis (P).
Diagram ini berbentuk A, yaitu S tertebar dan P tak tertebar
(sama dengan diagram I).
S P
Diagram Euler
• Diagram III: Sebagian S tercakup dalam P.
Contoh: Sebagian mahasiswa adalah seniman.
Diagram ini berbentuk I, yaitu S tak tertebar dan P tak tertebar.
S P
Diagram Euler
Diagram IV: S dan P tidak berkaitan secara
keseluruhan.
Contoh: Semua Merpati bukan Kucing.
Diagram ini berbentuk E, yaitu S tertebar dan P tertebar.
S P
Diagram Euler
Diagram V: Sebagian S tidak tercakup dalam P.
Contoh: Sebagian mahasiswa (S) tidak jujur (P).
Diagram ini berbentuk O, yaitu S tak tertebar dan P tertebar.
S P
Proposisi
D. Proposisi Hipotetik
Perbedaan sangat jelas antara Kategorik dengan Hipotetik. Kopula Kategorik ”adalah”, ”bukan”,
”tidak”, sedangkan Hipotetik menggunakan kopula ”jika”, ”apabila” yang kemudian akan dilanjutkan
dengan kata ”maka”.
- Pada Kategorik, kopula menghubungkan dua term, sedangkan pada Hipotetik kopula
menghubungkan dua pernyataan.
Pada Hipotetik dipengaruhi oleh syarat dan kopulanya sekarang menghubungkan antara dua buah
pernyataan.
Bentuk Proposisi Hipotetik:
Hubungan sebab akibat dalam proposisi Hipotetik bisa berupa hubungan kebiasaan, misalnya "Apabila
Aku lulus, maka ayah akan memberiku hadiah".
Atau bisa juga berupa hubungan keharusan, misalnya "Apabila matahari sudah terbenam, maka waktu
sholat maghrib pun tiba."
Proposisi
E. Proposisi Disyungtif (Proposisi Kondisional)
Hampir mirip dengan Hipotetik, misalnya terdiri dari dua proposisi kategorik.
Perbedaannya adalah kopula pada Proposisi Hipotetik menghubungkan sebab-
akibat, sedangkan pada Proposisi Disyungtif lebih dititikberatkan pada
penghubungan antara dua buah alternatif. Bentuk kopula Proposisi Disyunktif
mencakup kalau, tidak, atau, bukan, adalah, maka.
Contoh:
Hidup kalau tidak bahagia adalah susah
Jika bukan Gani yang mencuri, maka Budi.
(A) (E)
I
M
P
L kontradiktori
I
K
A
S
I
(I) (O)
(Sub-Kontrari)
Eduksi (Pernyataan yang sama)
• Eduksi merupakan bentuk lain proses penyimpulan
dalam Logika.
• Penyimpulan eduksi menunjukkan tentang
bagaimana seharusnya mengubah suatu proposisi
kepada proposisi lain tanpa mengubah makna
sebelumnya.
• Contoh eduksi dalam sehari-hari,”Apa yang saya
sampaikan bukannya tidak beralasan.” Sebenarnya
kalimat itu semakna dengan,”Apa yang saya
sampaikan adalah beralasan.”
Teknik-Teknik Eduksi: Konversi
1. Konversi ( S . P ) ( P . S )
konversi adalah cara mengungkapkan kembali suatu prosisi yang semakna dengan
menukar kedudukan S dan P pernyataan aslinya. Artinya dirumuskan pada formula:
Contoh:
Tidak satu pun mahasiswa adalah buta huruf.
(S) (P)
Tidak satu pun yang buta huruf adalah mahasiswa.
(P) (S)
Konversi cukup mudah, tapi harus berhati-hati dalam beberapa kasus yang tidak bisa
dikonversi begitu saja untuk mendapat proposisi yang benar. Contoh:
Semua Kuda adalah binatang
S P
Semua binatang adalah Kuda. (proposisi salah)
P S
-Pernyataan asli disebut konvertend, sedangkan pernyataan baru yang dihasilkan
disebut konverse.
Teknik-Teknik Eduksi: Konversi
Patokan dalam Berpikir Konverse
Jadi, rumusnya:
a. A = E
b. I = O
Teknik-Teknik Eduksi: Kontraposisi
3. Kontraposisi ( S . P ) ( - P . - S )
Kontraposisi adalah cara mengungkapkan kembali suatu proposisi kepada
proposisi lain yang semakna dengan menukar kedudukan S dan P pernyataan asli
dan mengkontradiksikan masing-masing di antara keduanya.
- Pernyataan yang asli disebut kontraponend, sedangkan pernyataan yang
dihasilkan disebut kontrapositif.
- Tahapannya Obversi - Konversi - Obversi = Kontrapositif.
Contoh:
1) Bentuk A menjadi A
Semua binatang adalah fana. (kontraponend)
Semua binatang adalah bukan tak-fana. (Obversi)
Semua yang tak fana adalah bukan binatang (Konversi )
Semua yang tak fana adalah non-binatang (Obverse)= Kontrapositif.
2) Bentuk I
Sebagian cendekiawan pemarah (kontraponend)
Sebagian cendekiawan bukan tak pemarah (Obverse)
…………. (tidak bisa dikonversikan) →lihat patokan Konversi poin b.
Teknik-Teknik Eduksi: Kontraposisi
3) Bentuk E menjadi O
Semua emas bukan benda gas. (Kontraponend)
Semua emas adalah non-benda gas. (Obversi)
Sebagian yang non-benda gas adalah emas. (Konversi )
Sebagian yang non-benda gas adalah bukan non-emas. (Obverse)=
Kontrapositif.
4) Bentuk O menjadi O
Sebagian pegawai tidak jujur. (Kontraponend)
Sebagian pegawai non-jujur. (Obversi)
Sebagian yang non-jujur adalah pegawai. (Konversi )
Sebagian yang non-jujur adalah bukan non-pegawai. (Obverse)= Kontrapositif.
Contoh 1:
Semua patriot adalah pemberani. (Kontraponend)
Semua yang non-pemberani adalah non-patriot. (Kontrapositif).
Contoh 2:
Sebagian politikus tidak berpendidikan tinggi. (Kontraponend)
Sebagian yang non berpendidikan tinggi adalah bukan non-politikus.
(Kontrapositif).
Teknik-Teknik Eduksi: Inversi
4. Inversi ( S . P ) ( - S . - P )
Inversi adalah cara mengungkapkan kembali suatu proposisi yang semakna dengan
mengkontradiksikan S dan P aslinya.
Untuk menghasilkan inversi, kita harus menggunakan teknik konversi dan obversi secara
berulang-ulang.
Tetapi I dan O tidak dapat ditarik Proposisi Inversinya sebagaimana dapat dilihat pada Teknik
Konversi dan Kontraposisi.
Pada patokan teknik Konversi poin d disebutkan Pernyataan bentuk O tidak dapat
dikonversikan. Demikian juga pada proses Proposisi bentuk I tidak bisa dikonversikan karena
bentuk I hanya bisa menjadi bentuk I juga (lihat patokan konversi poin b). Hal ini perlu
diketahui agar tidak terjadi kesalahan dalam proses penyimpulan inversi.
Jadi, dalam proses penyimpulan Inversi hanya bisa diterapkan untuk permasalahan A dan E
saja.
Permasalahan A dimulai dengan Obversi.
Permasalahan E dimulai dengan Konversi.
Pernyataan asli disebut Invertend, sedangkan pernyataan yang dihasilkan disebut Inverse.
Teknik-Teknik Eduksi: Inversi
Contoh tahapan Inversi bentuk A:
Semua emas adalah logam. (Invertend)
Semua emas adalah bukan non-logam. (Obverse)
Semua yang non-logam bukan emas. (Konverse)
Semua yang non logam adalah non-emas. (Obverse)
Sebagian yang non-emas adalah non-logam. (Konverse)
Jika kita ingin menyusun Inversi secara langsung berdasarkan pedoman di atas, dapat dilihat pada contoh
berikut ini.
Contoh Inversi yang melangar patokan O (lihat Konversi poin d) pada Inversi
bentuk E.
Semua binatang adalah gajah. (Invertend) → Salah!
Sebagian binatang adalah gajah. (konversi O; partikular negatif tidak bisa
dikonversikan).
Kalau dipaksakan bisa pecah kepala ini, hehehe…
4. Dari dua premis yang sama-sama negatif, tidak menghasilkan kesimpulan apa pun,
karena tidak ada mata rantai yang menghubungkan kedua proposisi premisnya.
Kesimpulan diambil bila sedikitnya salah satu premisnya positif. Kesimpulan yang ditarik
dari dua premis negatif adalah tidak sah.
Kerbau bukan bunga mawar.
Kucing bukan bunga mawar.
….. (Tidak ada kesimpulan) Tidak satu pun drama yang baik mudah dipertunjukk Tidak
satu pun drama Shakespeare mudah dipertunju
Jadi: Semua drama Shakespeare adalah baik. (Kesimpulan tidak sah)
Hukum-hukum Silogisme Katagorik
5. Paling tidak salah satu dari term penengah harus tertebar (mencakup). Dari dua
premis yang term penengahnya tidak tertebar menghasilkan kesimpulan yang
salah, seperti:
Semua ikan berdarah dingin.
Binatang ini berdarah dingin
Jadi: Binatang ini adalah ikan.
(Padahal bisa juga binatang melata).
8. Silogisme harus terdiri tiga term, yaitu term Subjek, Predikat, dan Term
Penengah (Middle term), begitu juga jika terdiri dari dua atau lebih dari
tiga term tidak bisa diturunkan konklusinya.
Absah dan Benar
Dalam membicarakan silogisme mengenal dua istilah yaitu absah dan
benar.
Absah (valid) berkaitan dengan prosedur penyimpi apakah pengambilan
konklusi sesuai dengan patokan atau tidak. Dikatakan valid apabila sesuai
dengan patokan di atas dan dan tidak valid bila sebaliknya.
• Benar berkaitan dengan proposisi dalam silogisme itu, apakah didukung
atau sesuai dengan fakta atau tidak. Bila sesuai fakta, proposisi itu benar,
bila tidak ia salah.
Keabsahan dan kebenaran dalam silogisme merupakan satuan yang tidak
bisa dipisahkan, untuk mendapatkan yang sah dan benar. Hanya konklusi
dari premis yang benar prosedur yang sah konklusi itu dapat diakui.
Mengapa demikian?
Karena bisa terjadi: dari premis salah dan prosedur valid menghasilkan
konklusi yang benar, demikian juga dari premis salah dan prosedur invalid
dihasilkan konklusi benar.
Variasi Absah dan Benar
• Variasi-variasinya adalah sebagai berikut:
1. Prosedur valid, premis salah dan konklusi benar.
Semua yang baik itu haram. (salah)
Semua yang memabukkan itu baik. (salah)
Jadi: Semua yang memabukkan itu haram. (benar)
Tidak sah atau salah karena kenaikan harga bahan makanan bisa
disebabkan oleh sebab atau faktor lain
Silogisme Disyunktif
C. Silogisme Disyunktif
• Silogisme Disyungtif adalah silogisme yang premis mayornya keputusan disyungtif
sedangkan premis minornya kategorik yang mengakui atau mengingkari salah satu
alternatif yang disebut oleh premis mayor.
Seperti pada silogisme hipotetik istilah premis mayor dan premis minor adalah
secara analog bukan yang semestinya.
• Silogisme ini ada dua macam, silogisme disyungtif dalam arti
sempit dan silogisme disyungtif dalam arti luas. Silogisme disyungtif
dalam arti sempit mayornya mempunyai alternatif kontradiktif,
seperti:
la lulus atau tidak lulus.
Ternyata ia lulus, jadi
la bukan tidak lulus.
• Silogisme disyungtif dalam arti luas premis mayomya mempunyai alternatif bukan
kontradiktif, seperti:
• Hasan di rumah atau di pasar.
Ternyata tidak di rumah.
Jadi di pasar.
Tipe Silogisme Disyunktif
• Silogisme disyungtif dalam arti sempit maupun arti iuas mempunyai dua tipe yaitu
sebagai berikut.
1) Premis minornya mengingkari salah satu alternatif, konklusi-nya adalah mengakui
alternatif yang lain, seperti:
la berada di luar atau di dalam.
Ternyata tidak berada di luar.
Jadi ia berada di dalam.
2. Silogisme disyungtif dalam arti luas, kebenaran koi adalah sebagai berikut:
a. Bila premis minor mengakui salah satu alterna konklusinya sah (benar), seperti:
Budi menjadi guru atau pelaut.
la adalah guru.
Jadi bukan pelaut
Budi menjadi guru atau pelaut.
la adalah pelaut.
Jadi bukan guru
b. Bila premis minor mengingkari salah satu a konklusinya tidak sah (salah), seperti:
Penjahat itu lari ke Solo atau ke Yogya.
Ternyata tidak lari ke Yogya.
Jadi ia lari ke Solo. (Bisa jadi ia lari ke kota lain).
Budi menjadi guru atau pelaut.
Ternyata ia bukan pelaut.
Jadi ia guru. (Bisa j’adi ia seorang pedagang).
Bagian Sembilan: Generalisasi
A. Pengertian
Generalisasi adalah suatu proses penalaran
yang bertolak dari sejumlah fenomena
individual (khusus) menuju kesimpulan umum
yang mengikat selutuh fenomena sejenis
dengan fenomena individual yang diselidiki.
Generalisasi
B. Macam-Macam Generalisasi
(1) Generalisasi sempurna adalah generalisasi di mana seluruh fenomena yang
menjadi dasar penyimpulan diselidiki.
Misalnya setelah kita memperhatikan jumlah hari pada setiap bulan tahun Masehi
kemudian disimpulkan bahwa:
Semua bulan Masehi mempunyai hari tidak lebih dari 31.
Dalam penyimpulan ini, keseluruhan fenomena yaitu jumlah hari pada setiap
bulan kita selidiki tanpa ada yang kita tinggalkan.
Generalisasi macam ini memberikan kesimpulan amat kuat
dan tidak dapat diserang. Tetapi tentu saja tidak praktis dan
tidak ekonomis.
(2) Generalisasi tidak sempurna, yaitu generalisasi berdasarkan sebagian
fenomena untuk mendapatkan kesimpulan yang berlaku bagi fenomena sejenis
yang belum diselidiki.
Misalnya setelah kita menyelidiki sebagian bangsa Indonesia bahwa mereka adalah
manusia yang suka bergotong-royong, kemudian kita simpulkan bahwa bangsa
Indonesia adalah bangsa yang suka bergotong-royong, maka penyimpulan ini
adalah generalisasi tidak sempurna.
Bagian Sepuluh: Analogi
A. Pengertian
Analogi adalah suatu bentuk penalaran dengan jalan
mempersamakan dua hal yang berlainan. Kedua hal itu
diperbandingkan untuk dicari persamaannya. Analogi dilakukan
dengan mempersamakan kedua hal yang sebenarnya berlainan.
Analogi dan generalisasi dapat dikatakan mempunyai hubungan,
dalam analogi kita membandingkan dua hal atau lebih yang memiliki
kesamaan tertentu pada beberapa segi dan menyimpulkan keduanya
memiliki kesamaan dalam segi yang lain. Sedangkan generalisasi
memperhatikan hal yang sama dari hal-hal yang berbeda dan
kesimpulannya bersifat universal, sedangkan pada analogi
kesimpulannya berlaku partikular.
Analogi
B. Macam-Macam Analogi
Dalam setiap tindakan penyimpulan analogis terdapat tiga unsur, yaitu:
1.Peristiwa pokok yang menjadi dasar analogi
2.Persamaan prinsipal yang menjadi pengikat
3.Fenomena yang hendak kita analogikan.
Dari unsur-unsur tersebut akan muncul berbagai macam analogi berikut ini.
1.Analogi Induktif
Analogi yang disusun berdasarkan persamaan prinsipal yang ada pada dua fenomena,
kemudian menarik kesimpulan bahwa yang ada pada peristiwa pertama juga ada pada
peristiwa kedua. Misalnya, Tim Uber Indonesia mampu masuk babak final karena berlatih
setiap hari. Maka tim Thomas Indonesia akan masuk babak final jika berlatih setiap hari.
2.Analogi Deklaratif
Analogi yang menjelaskan atau menegaskan sesuatu yang belum dikenal atau masih
samar, dengan sesuatu yang di kenal. Contoh:
Ilmu pengetahuan dibangun oleh fakta-fakta sebagaimana sebuah rumah dibangun oleh
batu-batu. Tapi tidak semua kumpulan fakta adalah ilmu, sebagaimana tidak semua
kumpulan batu adalah rumah.
Analogi: Cara Menilai Analogi
1. Sedikit banyaknya peristiwa sejenis yang dianalogikan. Semakin banyak peristiwa
sejenis yang dianalogikan, semakin besar taraf kepercayaannya. Misalnya, suatu
ketika saya mengambil mata kuliah Logika dengan dosen bapak Faizin dan
ternyata beliau murah hati dalam memberikan nilai kepada mahasiswanya,
maka atas dasar analogi, saya bisa menyarankan kepada teman saya, si B, untuk
memilih bapak Faizin sebagai dosen mata kuliah logikanya. Analogi saya
menjadi lebih kuat setelah B juga mendapat nilai yang memuaskan dari bapak
Faizin. Analogi menjadi lebih kuat lagi setelah ternyata C, D, E, dan F juga
mengalami hal serupa.
Contoh:
“Antara kita dan binatang mempunyai persamaan yang sangat dekat.
Binatang bernafas, kita juga bernafas. Binatang makan, kita juga makan.
Binatang tidur dan istirahat, kita juga tidur dan istirahat. Binatang kawin,
kita juga kawin. Jadi dalam keseluruhan binatang sama dengan kita.”
Contoh:
Keadaan Akibat
A B C abc
A D E adc
A B C a bc
B C bc
Teori terdiri atas sekumpulan prinsip dan defenisi yang secara konseptual
mengorganisasikan aspek-aspek dunia empiris secara sistematis. Teori
terdiri dari asumsi-asumsi, proposisi-proposisi, dan aksioma-aksioma
dasar yang saling berkaitan.
13. Fallacy of Irrelevant Argument (Kekeliruan Karena argumen yang Tidak Relevan)
Mengajukan argumen yang tidak ada hubungannya pada permasalahan yang yang menjadi
topik, seperti: Kau tidak mau mengenakan baju yang aku belikan. Apakah engkau mau
telanjang berangkat ke perjamuan.
Poespoprodjo. (1999). Logika Scientifika: Pengantar Dialektika dan Ilmu. Bandung: Pustaka Grafika.
Lubis, B. H., & Nashori, F. (2002). Dialektika psikologi dan pandangan Islam. Unri Press.
Copi, Irving M, 1976. Introduction to Logic, 2nd ed. The Macmillan Company, New York.
Rescher, N. 1964. Introduction to Logic, St. Martinis Press, New York. Solomon.
Soetriono dan Rita Hanafie. 2007. Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Andi.
Suriasumantri, J. S (editor). 1999. Ilmu Dalam Perspektif. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
W. Poespoprodjo, EK T Gilarso. 1999. Logika Ilmu Menalar : Dasar-dasar Berpikir Tertib, Logis, Kritis,
Analitis, Dialektis, cet. 1, Bandung: Pustaka Grafika