Anda di halaman 1dari 60

Penulis:

Lukas Maserona Sarungu

Penerbit

Unisri Press © 2021

i
Pengantar (Singkat) Ilmu Komunikasi

Penulis :
Lukas Maserona Sarungu, S.Sos., M.I.Kom.

Editor:
Haryo Kusumo Aji, S.I.Kom., M.I.Kom

ISBN : 978-623-96670-2-3

Penyunting : Nuniek Prasetyowati


Desain sampul : Anindyo Mahendra Prasetyo

Penerbit: UNISRI Press

Redaksi:
Jalan Sumpah Pemuda No 18. Joglo,
Banjarsari, Kota Surakarta
Press.unisri.ac.id
unisripress@gmail.com
Anggota APPTI

Dicetak oleh Percetakan Kurnia Solo


Cetakan Pertama, 2021

Copyright © 2021

ISI MERUPAKAN TANGGUNG JAWAB PENULIS


Hak cipta dilindungi oleh undang-undang, dilarang memperbanyak
sebagian atau seluruh isi buku tanpa izin tertulis dari penerbit.

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan YME atas


terselesaikannya buku “Pengantar (Singkat) Ilmu
Komunikasi”. Buku ini ditujukan sebagai panduan bagi
mahasiswa/mahasiswi komunikasi yang sama sekali
tidak memiliki latar belakang ilmu komunikasi sama
sekali. Penyelesaian buku ini tentu saja tidak dapat
terwujud tanpa dukungan dan bantuan banyak pihak.

Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada


keluarga besar Universitas Slamet Riyadi, terutama
kepada Pimpinan Yayasan, Pimpinan Universitas,
Pimpinan Fakultas dan Program Studi Ilmu Komunikasi
Universitas Slamet Riyadi yang telah memberikan
dorongan dan kesempatan untuk menyelesaikan
penulisan buku ini. Selain itu ucapan terima kasih juga
penulis haturkan kepada semua pihak yang turut
mendukung penulis yang tidak bisa disebutkan satu
per satu.

Apabila ada kesalahan dalam penulisan buku ini


maka segala kesalahan yang tercetak di buku ini
adalah kesalahan penulis semata. Karena itu setiap

iii
dukungan dalam bentuk kritik dan saran akan selalu
diterima demi perbaikan buku ini.

Akhir kata, buku yang dirancang untuk menjadi


pengantar yang ringkas dan ringan ini saya
persembahkan kepada sidang pembaca sebagai
pengantar menuju petualangan di bidang ilmu
komunikasi.

Surakarta, 1 Juni 2021

Penulis

Lukas Maserona Sarungu

iv
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................III

DAFTAR ISI.................................................................................... V

PENDAHULUAN............................................................................ 1

BAB I KOMUNIKASI DAN ILMU KOMUNIKASI.................... 4

A. PERBEDAAN KOMUNIKASI SEHARI-HARI DENGAN ILMU


KOMUNIKASI................................................................................. 5
B. MANFAAT MEMPELAJARI ILMU KOMUNIKASI........................... 8
C. PELUANG KARIR BAGI SARJANA KOMUNIKASI......................12
LATIHAN SOAL BAB I.................................................................14

BAB II DEFINISI DAN UNSUR-UNSUR KOMUNIKASI....... 15

A. ARTI KOMUNIKASI................................................................ 16
B. UNSUR-UNSUR KOMUNIKASI................................................ 16
C. MODEL-MODEL KOMUNIKASI.............................................. 20
LATIHAN SOAL BAB II............................................................... 26

BAB III BENTUK DAN KONTEKS KOMUNIKASI................. 27

A. KOMUNIKASI VERBAL NON-VERBAL............................ 28


DAN

B. PENGERTIAN KONTEKS KOMUNIKASI.................................... 30


C. JENIS-JENIS KONTEKS KOMUNIKASI..................................... 32
LATIHAN SOAL BAB III.............................................................. 36

BAB IV PRINSIP-PRINSIP KOMUNIKASI, KOMPETENSI


KOMUNIKASI DAN LITERASI MEDIA.................................... 37

v
A. PRINSIP-PRINSIP KOMUNIKASI.............................................. 38
B. KOMPETENSI KOMUNIKASI.................................................... 44
C. LITERASI MEDIA.................................................................... 47
LATIHAN SOAL BAB IV.............................................................. 52

DAFTAR PUSTAKA.................................................................... 53

PROFIL PENULIS.........................................................................54

vi
PENDAHULUAN

Mengapa komunikasi penting untuk dipelajari?


Bukankah sudah sejak kecil hingga menjadi mahasiswa
kita berkomunikasi? Mengapa masih perlu dipelajari di
tingkat universitas? Jadi, untuk apa komunikasi
dipelajari di tingkat universitas apabila kita semua
sudah mempelajarinya sejak kecil dan bahkan sudah
menjadi sangat ahli dalam berkomunikasi? Apakah
tidak menyia-nyiakan waktu saja mempelajari
komunikasi? Bukankah lebih baik mempelajari ilmu-
ilmu lain yang memang belum pernah diajarkan di
sekolah dasar dan menengah?

Pertanyaan-pertanyaan tersebut sering muncul di


benak pemuda-pemudi kita ketika melihat jurusan
komunikasi di dalam pilihan program studi yang
tersedia di formulir pendaftaran sebuah universitas.
Memang benar bahwa kita belajar berkomunikasi sejak
masih bayi. Hasilnya, kita semua menjadi sangat hebat
dalam berkomunikasi sehingga setiap kegiatan
komunikasi kita (membaca buku, berbicara, menelpon,
menonton televisi, dan aktif di media sosial)

1
tampaknya berlangsung otomatis dan nyaris tidak
merepotkan sama sekali. Bukankah kita nyaris tidak
pernah mengalami kesulitan dalam memahami lawan
bicara kita? Teman ma-bar kita? Atau youtuber favorit
kita?

Pertanyaan-pertanyaan diatas menunjukkan


bahwa perbedaan pemahaman antara kegiatan
komunikasi sehari-hari dengan ilmu komunikasi secara
umum, sangat jarang diketahui oleh masyarakat awam.
Untuk itulah tujuan buku ini ditulis, yaitu
menjembatani pemahaman mahasiswa-mahasiswi baru
tentang perbedaan komunikasi sehari-hari dengan
ilmu komunikasi yang dipelajari di tingkat universitas.
Gap yang ada diantara keduanya perlu dijelaskan
secara sistematis namun ringkas agar memudahkan
setiap mahasiswa baru dalam memulai petualangannya
di ranah ilmu komunikasi yang sangat luas.

Untuk itu, penekanan buku ini adalah pada


memperkenalkan kepada para mahasiswa/mahasiswi
baru kepada istilah-istilah dasar yang sering dipakai
dalam Ilmu Komunikasi. Pengenalan istilah-istilah ini

2
sangat penting karena tanpa mengetahui kata/kalimat
teknis yang tepat dalam Ilmu Komunikasi, maka
mahasiswa/mahasiswi akan mudah terjebak dalam
kompleksitas Ilmu Komunikasi.

Selain itu, penulis berusaha agar buku ini sangat


ringkas. Buku yang tebal akan membuat mahasiswa
baru berkecil hati hanya dengan melihat bentuk yang
tebal dan jumlah halaman yang beratus-ratus. Bentuk
yang tipis dan jumlah halaman yang sedikit diharapkan
membuat mahasiswa terpacu untuk membaca.

Satu lagi kelebihan buku ini adalah Bahasa dibuat


“seringan” mungkin. Bahasa-bahasa yang terlalu teknis
keilmuan sengaja dihindari agar tidak membingungkan
pembaca. Diharapkan Bahasa yang ringan akan
memudahkan pembaca untuk melanjutkan bacaan
menuju buku-buku ilmu komunikasi yang lebih
berbobot dan berguna dalam studi mereka.

3
BAB I
KOMUNIKASI DAN
ILMU KOMUNIKASI

TUJUAN PEMBELAJARAN BAB I :

1. Mahasiswa dapat menjelaskan perbedaan aktivitas


komunikasi sehari-hari dengan ilmu komunikasi.

2. Mahasiswa mampu menerangkan apa saja


keuntungan mempelajari ilmu komunikasi.

3. Mahasiswa mampu mendeskripsikan apa saja


peluang bagi lulusan sarjana komunikasi.

4
A. PERBEDAAN KOMUNIKASI SEHARI-HARI DENGAN
ILMU KOMUNIKASI

Perbedaan antara komunikasi sehari-hari dengan


ilmu komunikasi sangatlah fundamental. Untuk
menjelaskan hal ini secara sederhana penulis akan
mengacu kepada definisi KBBI mengenai komunikasi
dan ilmu. Setelah itu baru diuraikan perbedaan-
perbedaan keduanya.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)


(kbbi.kemdikbud.go.id) “komunikasi adalah pengiriman
dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang
atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat
dipahami”. Jadi semua aktivitas komunikasi yang sering
kita lakukan seperti berbicara dengan teman, membaca
twitter, update status di media sosial, menonton
Youtube. Semuanya adalah tentang pengiriman dan
penerimaan pesan dengan orang lain yang bertujuan
agar kita (pengirim dan penerima) akan saling
memahami. Itulah inti dari aktivitas komunikasi yang
sehari-hari kita lakukan.

5
Di sisi lain, masih menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI), Ilmu adalah pengetahuan tentang
suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut
metode tertentu, yang dapat digunakan untuk
menerangkan gejala tertentu di bidang (pengetahuan)
itu. Nah, dari definisi ilmu ini saja sudah tampak lebih
rumit dari definisi sebelumnya. Untuk mempermudah,
akan diparafrase definisi diatas dengan memasukkan
kata “komunikasi”. Jadi bisa dikatakan bahwa Ilmu
Komunikasi adalah (kumpulan) pengetahuan tentang
komunikasi yang disusun secara sistematis menurut
metode ilmiah, yang dapat digunakan untuk
menerangkan gejala tertentu di bidang komunikasi.

Dari parafrase diatas terlihat bahwa ilmu


komunikasi tidak sesederhana aktivitas menerima dan
mengirim pesan semata. Namun, jauh lebih rumit dari
itu, ini adalah kumpulan pengetahuan di bidang
komunikasi yang dikumpulkan oleh para guru besar
(professor) dan ilmuwan komunikasi melalui riset
ilmiah yang tekun dan teliti. Pengetahuan yang
dikumpulkan pun sangat beragam. Ada yang mengenai
komunikasi efektif, ada yang membahas strategi

6
kehumasan, ada yang tentang pengaruh media, yang
lain membahas tentang komunikasi dalam organisasi,
dan masih banyak lagi.

Dapat kita simpulkan bahwa komunikasi sehari-


hari adalah semua aktivitas komunikasi yang setiap
saat kita lakukan tanpa perlu banyak energi untuk
mencapai pemahaman dengan orang lain. Sedangkan
ilmu komunikasi adalah kumpulan pengetahuan di
bidang komunikasi yang tersusun secara sistematis
dan diperoleh melalui metode ilmiah. Untuk mencapai
taraf ahli dalam bidang yang pertama, sudah kita
lakukan sepanjang hayat, sehingga kita tidak perlu
mengeluarkan energi besar untuk menjadi ahli dalam
berkomunikasi sehari-hari. Di sisi lain, untuk menjadi
ahli ilmu komunikasi diperlukan usaha yang sangat
besar, terstruktur dan waktu yang relatif lama, karena
harus mempelajari banyak hal-hal baru yang
ditemukan oleh para ilmuwan dan professor
komunikasi.

Dari uraian diatas dapat kita simpulkan bahwa


mempelajari ilmu komunikasi sangatlah berbeda dari

7
aktivitas komunikasi sehari-hari. Apabila kita terbiasa
melakukan aktivitas komunikasi secara otomatis, maka
untuk mempelajari ilmu komunikasi kita harus
menggunakan energi yang besar untuk berkonsentrasi,
mengalokasikan waktu, tenaga dan pikiran untuk bisa
memahami ilmu komunikasi.

Setelah tahu bahwa ilmu komunikasi tidaklah


semudah yang dibayangkan. Dan perlu banyak
pengorbanan untuk memahaminya diharapkan
mahasiswa-mahasiswi tetap bersemangat untuk
mempelajarinya. Apabila dipelajari dengan serius maka
banyak hal yang akan didapat oleh mahasiswa-
mahasiswi yang tekun karena banyak sekali manfaat
yang akan didapat oleh mereka.

B. MANFAAT MEMPELAJARI ILMU KOMUNIKASI

Salah satu pertanyaan penting sebelum


mempelajari ilmu komunikasi adalah menanyakan apa
manfaatnya? Apa gunanya mempelajari ilmu
komunikasi?

8
Jawabannya, tentu saja, ada beberapa keuntungan
mempelajari ilmu komunikasi. Ilmu pengetahuan dan
keterampilan yang didapatkan oleh mahasiswa/
mahasiswi selama mengikuti perkuliahan komunikasi
akan membantu mereka dalam mencapai puncak karier
apapun yang mereka pilih. Berikut beberapa
ketrampilan yang disarikan dari buku Human
Communication:The Basic Course karangan DeVito
(2018):

1. Mempelajari Keterampilan Berpikir Secara Kritis


dan Kreatif
Mempelajari ilmu komunikasi, atau ilmu
lainnya, akan melatih mahasiswa/mahasiswi untuk
berpikir secara kritis, yaitu berpikir secara hati-
hati, analitis dan argumentative. Selain itu mereka
juga berlatih untuk berpikir secara kreatif yaitu,
berpikir secara imajinatif dan cerdas dalam
menemukan solusi atau sintesis dari suatu
permasalahan yang dihadapi. Latihan untuk kedua
hal ini biasanya dapat ditemui dalam tugas-tugas
esai dan makalah dari dosen.

9
2. Meningkatkan Ketrampilan Bersosialisasi
Beberapa pelajaran dalam komunikasi akan
membantu para mahasiswa/mahasiswi kita dalam
sosialisasi sehari-hari mereka di masyarakat.
Seperti wawancara kerja, etika berbicara dalam
rapat, seni berpidato, seni menjual atau menangani
complain pelanggan. Dengan menguasai Teknik-
teknik komunikasi tersebut anda akan dapat
menangani situasi-situasi di atas dengan lebih
tenang, terstruktur, sistematis dan efektif.

3. Memperkuat Kemampuan Untuk Menjalin


Hubungan/Relasi
Perbedaan dari ketrampilan bersosialisasi
dengan Ketrampilan dalam menjalin relasi adalah
ketrampilan bersosialisasi hanya untuk kegiatan
komunikasi dalam jangka waktu pendek/singkat.
Sedangkan ketrampilan dalam menjalin relasi
adalah untuk semua kegiatan komunikasi yang
melibatkan hubungan jangka Panjang. Contohnya
adalah hubungan dengan teman, keluarga,
pimpinan dan rekan dalam organisasi. Ketrampilan

10
yang dapat dilatih adalah kemampuan untuk
memulai, membangun, mempertahankan dan
memutuskan hubungan dengan orang lain.

4. Melatih Kepemimpinan
Meningkatkan kemampuan berkomunikasi
dalam kelompok dan organisasi secara efektif
mensyaratkan kemampuan untuk terampil
memimpin dan menjadi anggota grup. Pemimpin
yang efektif adalah pemimpin yang bisa
mengkomunikasikan visinya secara efektif kepada
bawahannya, mengorganisir informasi dan solusi
yang tepat dari dan untuk bawahannya.

5. Keterampilan Presentasi
Ketrampilan presentasi diri, apabila dilatih
dengan baik, dapat meningkatkan kredibilitas,
efektivitas dan efisiensi dalam menyampaikan
informasi. Kemampuan ini berguna baik dalam
konteks komunikasi tatap-muka, online, maupun
pidato.

11
6. Keterampilan Literasi Media
Keterampilan ini, secara umum, berguna
dalam memandu mahasiswa dalam menggunakan
media massa dan media sosial. Secara khusus,
ketrampilan ini meningkatkan wawasan tentang
bagaimana media sosial dan media massa
beroperasi, apa saja pilihan kita agar bisa
berinteraksi secara efektif dengan media, atau
bagaimana cara menjadi konten creator media
yang efektif. Topik ini akan kita bahas secara lebih
mendalam di Bab IV.

C. PELUANG KARIR BAGI SARJANA KOMUNIKASI

Salah satu manfaat mempelajari ilmu komunikasi


adalah prospek karir di bidang komunikasi yang
terbentang luas. Bagi yang tertarik berkarir di media
massa bisa memilih untuk menjadi jurnalis, juru suara,
operator/teknisi studio. Sedangkan yang memilih
untuk berkarir di perusahaan swasta/BUMN bisa
menjadi pelaksana humas, sekretaris perusahaan, staf
bagian sumber daya manusia. Mereka yang memiliki

12
minat untuk menjadi peneliti bisa berkarir sebagai
dosen, peneliti atau relawan Penelitian di lembaga
swadaya masyarakat (LSM).

Di sisi lain, bagi mereka yang berminat berkarir di


pemerintahan dapat memilih jalur diplomat, penyuluh,
analis komunikasi, atau pun diplomat. Terakhir, bagi
yang memiliki ketrampilan lebih dalam ilmu desain,
video dan fotografi dapat membuka wirausaha jasa
desain, vlogger, fotografi, hingga youtuber.

13
LATIHAN SOAL BAB I

1. Apa perbedaan aktivitas komunikasi sehari-hari


dengan ilmu komunikasi?
2. Pengetahuan dalam ilmu komunikasi dikumpulkan
dengan metode apa?
3. Apa saja manfaat mempelajari ilmu komunikasi?
4. Apa kegunaan literasi media secara umum?
5. Apa saja peluang karir bagi lulusan ilmu
komunikasi?

14
BAB II
DEFINISI DAN
UNSUR-UNSUR
KOMUNIKASI

TUJUAN PEMBELAJARAN BAB II :

1. Mahasiswa dapat menjelaskan definisi komunikasi.

2. Mahasiswa mampu mendeskripsikan apa saja


unsur-unsur komunikasi.

15
A. ARTI KOMUNIKASI

Definisi komunikasi antar manusia menurut


DeVito (2017) adalah proses mengirim dan menerima
pesan-pesan verbal dan nonverbal diantara dua orang
atau lebih. Definisi ini terlihat sangat sederhana.
Namun, sejatinya sebuah proses komunikasi terdiri
dari beberapa unsur. Unsur-unsur tersebut antara lain
DeVito (2017): Source (Pengirim) – Message(pesan) –
Channel(media) – Noise(gangguan) – Receiver(penerima)
– Effects(akibat) – Feedbacks (umpan balik) dan
Contexts (konteks).

B. UNSUR-UNSUR KOMUNIKASI

Di sub-bab ini akan dijelaskan satu persatu


unsur-unsur yang terdapat didalam sebuah proses
komunikasi (DeVito, 2017), antara lain :

1. Source (Pengirim)
2. Message (pesan)
3. Channel (media)
4. Noise (gangguan)
5. Receiver (penerima)

16
6. Effects (akibat), dan
7. Feedbacks (umpan balik)
8. Contexts (kondisi dimana proses komunikasi
berlangsung)

Source atau pengirim adalah pengirim pesan atau


sering disebut juga sebagai komunikator. Contoh
komunikator antara lain presiden yang sedang
berpidato, redaksi koran yang menulis tajuk rencana,
guru yang sedang mengajar di depan kelas,
narasumber yang berbicara di suatu webinar.
Kesamaan dari semuanya adalah mereka semua
mengirimkan pesan.

Message atau pesan adalah informasi yang


dikirimkan oleh komunikator kepada penerima.
Sebagai contoh, isi berita di sebuah harian nasional,
tulisan di sebuah surat, rekaman video yang diupload
di Youtube, puisi yang disebar melalui media sosial,
ataupun narasi suara yang diunggah di podcast,
kesemuanya memenuhi unsur pesan dalam definisi
komunikasi menurut Berlo.

17
Channel adalah media yang digunakan untuk
menyalurkan pesan. Contoh dari media adalah Harian
Media Indonesia atau Harian Kompas, Radio Republik
Indonesia (RRI), Surat Elektronik (E-mail), Youtube,
Podcast, Tiktok, atau media sosial lainnya.

Noise atau gangguan adalah hambatan dan


tantangan yang membuat pesan tidak dapat diterima
dengan baik. Noise dapat berupa hasil cetakan yang
tidak jelas (media cetak), suara yang tidak jernih (radio),
atau sinyal yang lemah dan mengganggu kelancaran
Youtube.

Receiver atau penerima adalah mereka yang dituju


untuk menerima pesan, sering disebut juga sebagai
komunikan. Komunikan bisa berupa viewer (Youtube),
followers (Twitter, Instagram), pembaca (koran),
pendengar (radio/podcast). Semuanya merupakan
penerima pesan.

Effects adalah akibat terhadap komunikan yang


timbul dari pesan yang diterimanya. Efek ini bisa
terjadi dalam tiga tingkatan yaitu, efek kognitif berupa
bertambahnya pengetahuan komunikan. Efek konatif,

18
yaitu mempengaruhi sikap komunikan terhadap
seseorang atau isu tertentu. Dan efek psikomotorik,
yaitu efek yang mempengaruhi perilaku atau Tindakan
seseorang.

Sedangkan feedbacks adalah umpan balik atau


respon dari komunikan terhadap komunikator.
Feedback biasanya berupa pengisian kolom komentar,
symbol like atau angry (media sosial), suara pembaca
(koran), surat balasan (email/surat tradisional), atau
percakapan (komunikasi interpersonal).

Konteks adalah kondisi dimana proses


komunikasi terjadi, dan konteks ikut menentukan
makna setiap pesan verbal dan nonverbal yang
dikomunikasikan. Sekedar sapaan pagi yang ramah
dapat direspons secara berbeda oleh teman-teman kita.
Teman yang satu bisa saja merespon dengan baik
karena menyadari bahwa sapaan pagi adalah ritual
ramah-tamah di dalam masyarakat.

Namun, sapaan pagi terhadap teman yang sedang


dalam tekanan untuk menyelesaikan tugas makalahnya
yang hanya tinggal beberapa jam lagi harus

19
dikumpulkan, dapat direspon dengan bentakan karena
sapaan tersebut dianggap mengganggu konsentrasinya.
Pemahaman konteks komunikasi sangat penting agar
kita dapat menjadi komunikator yang kompeten.
Kompetensi komunikasi ini nanti akan kita bahas lebih
detil di Bab IV.

C. MODEL-MODEL KOMUNIKASI

Secara umum dikenal 3 model komunikasi yang


sering dijadikan referensi oleh para ilmuwan
komunikasi. Sebenarnya, ada banyak model
komunikasi yang dibuat oleh para ilmuwan komunikasi.
Namun, dalam buku-buku pengantar ilmu komunikasi,
berbagai model tersebut diringkas ke dalam 3 jenis
model yaitu, model linear, interaksional dan
transaksional. Berikut penjelasan 3 jenis model
komunikasi yang disarikan dari buku Communication
in Our Lives karya Wood (2009) :

1. Model Komunikasi Linear

Laswell (1948 dalam Wood, 2009)


mengajukan model linear pertama kali. Model ini

20
menggambarkan komunikasi sebagai proses satu
arah. Model ini juga disebut sebagai model
transmisi karena model ini mengandaikan bahwa
komunikasi dikirimkan secara satu arah dari
pengirim (komunikator) kepada penerima
(komunikan). Secara verbal, Laswell menggunakan
pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :

Siapa?

Mengatakan apa?

Melalui saluran apa?

Kepada siapa?

Apa efeknya?

Claude Shannon and Warren Weaver (1949


dalam Wood, 2009) menyempurnakan model
transmisi dari Laswell tersebut. Mereka
menambahkan konsep noise (gangguan), yaitu apa
pun yang mengganggu penyampaian makna dari
komunikator ke komunikan. Karena itu, noise
dapat menyebabkan salah paham antara pengirim
dan penerima.

21
Gambar 1.1 Model Komunikasi Linear (Transmisi)
Diambil dari :
https://www.communicationtheory.org/wpcontent/uploads/2011/06/
shannon_weaver_model.jpg

2. Model Komunikasi Interaktif

Kekurangan model linear atau model


transmisi adalah asumsi bahwa komunikasi hanya
berjalan satu arah. Hal ini terlalu
menyederhanakan proses komunikasi yang terjadi
di dunia nyata. Selanjutnya, teoretisi komunikasi
menambahkan konsep feedback (umpan balik) ke
dalam model tersebut. Feedback adalah respon
dari komunikan (penerima) terhadap pesan dari
pengirim (komunikator).

22
Wilbur Schramm (1955 dalam Wood, 2009)
mengungkapkan bahwa komunikator menciptakan
dan memahami pesan dalam fields of experience
(berdasar pengalaman) pribadi masing-masing.
Karena itu masing-masing pengirim dan penerima
melakukan proses encoder (pengemasan pesan)
dan decoder (penguraian pesan) dalam setiap
proses komunikasinya.

Gambar 1.2 Model Komunikasi Interaktif Schramm


Diambil dari https://www.communicationtheory.org/osgood-
schramm-model-of-communication/

3. Model Komunikasi Transaksional

Model komunikasi transaksional


menyempurnakan model komunikasi interaktif.

23
Apabila komunikasi interaktif belum
mengandaikan proses komunikasi terjadi secara
berurutan, maka model komunikasi transaksional
ini mengandaikan komunikasi terjadi secara
simultan. Dengan kata lain, komunikasi
transaksional lebih realistis dibanding
pendahulunya.

Selain itu model interaktif masih memisahkan


antara pengirim dan penerima dalam proses
komunikasi. Dalam model transaksional semua
pihak yang berpartisipasi dalam proses komunikasi
bertindak sebagai pengirim dan penerima secara
simultan. Penyempurnaan lainnya adalah model
transaksional sudah mengakomodasi asumsi
bahwa proses komunikasi yang terjadi akan terus
berkembang seiring dengan perkembangan
hubungan diantara komunikator dan komunikan.

24
Gambar 1.3 Model Komunikasi Transaksional
Diadaptasi dari Wood (2009).
https://www.oum.edu.my/wpcontent/uploads/2019/03/OUMH1303-
Topic-1.pdf

Dari penjelasan di atas, dapat kita simpulkan


bahwa model komunikasi yang paling akurat dalam
menjelaskan proses komunikasi antar manusia
adalah model komunikasi transaksional. Alasannya,
karena model ini menjelaskan bagaimana manusia
berkomunikasi dengan sesamanya melalui simbol
dan memahami maknanya seiring waktu dan
berkembangnya hubungan yang terjalin.

25
LATIHAN SOAL BAB II

1. Sebutkan apa saja unsur-unsur komunikasi?


2. Sebutkan tiga level efek komunikasi?
3. Apakah noise itu?
4. Apa arti komunikator?

26
BAB III
BENTUK DAN KONTEKS
KOMUNIKASI

TUJUAN PEMBELAJARAN BAB III :

1. Mahasiswa dapat menjelaskan bentuk-bentuk


komunikasi.

2. Mahasiswa mampu mempresentasikan berbagai


macam konteks komunikasi.

27
A. KOMUNIKASI VERBAL DAN NON-VERBAL

Tanda-tanda yang digunakan dalam


berkomunikasi terbagi menjadi dua (2), yaitu tanda
verbal dan non-verbal (DeVito, 2018). Tanda verbal
merupakan tanda-tanda yang berupa bahasa. Bisa
berupa alfabet, hieroglif atau huruf tertulis yang lain.
Sedangkan tanda non-verbal adalah tanda yang tidak
menggunakan tulisan, bisa berupa isyarat, sinyal, asap,
dan lain-lain.

Komunikasi verbal sendiri terdiri dari lisan dan


tulisan. Komunikasi lisan adalah komunikasi yang
diucapkan oleh manusia, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Contoh komunikasi lisan secara
langsung adalah pembicaraan antara hakim dan jaksa
di dalam ruang sidang, atau pembicaraan antara
sesama mahasiswa di kantin. Sedangkan komunikasi
tulisan adalah komunikasi yang menggunakan huruf
tertulis baik secara cetak maupun elektronik.

Komunikasi verbal sangatlah penting bagi umat


manusia. Karena dengan tulisan, maka pengetahuan
bisa dibagikan dan diwariskan kepada orang banyak

28
dengan jangkauan yang luas. Ilmu pengetahuan
berkembang pesat karena ada banyak tulisan yang
tersedia untuk dijadikan rujukan bagi para peneliti.

Komunikasi Non-verbal adalah komunikasi yang


tida k melibatkan huruf/abja d da lam Baha sa.
Komunikasi ini hanya menggunakan isyarat, sinyal,
kode tangan, asap, dan lain sebagainya. Banyak
manusia modern menganggap bahwa komunikasi
non-verbal ini tidak terlalu penting lagi sejak manusia
menemukan abjad dan mulai menulis.

Hal ini tentu saja tidak benar. Di dunia militer,


Bahasa isyarat berkembang sangat pesat, karena para
tentara sering mengalami situasi dimana mereka harus
berkomunikasi secara senyap/rahasia agar tidak
membuka posisi mereka kepada musuh. Bahasa isyarat
dikembangkan dan diajarkan kepada semua taruna,
agar bisa digunakan selama pertempuran.

Selain militer, kepolisian, petugas layanan darurat


seperti pemadam kebakaran, dan SAR juga berlatih
komunikasi non-verbal untuk mengenali dan

29
memahami kode-kode permintaan pertolongan dari
para korban.

Dalam dunia fesyen dan periklanan, komunikasi


jenis ini berkembang jauh lebih pesat lagi. Apa yang
kita kenakan mencitrakan kepribadian kita. Karena itu
para desainer busana dan praktisi periklanan berusaha
membuat komunikasi non-verbal yang benar-benar
menyentuh emosi para klien dan pemirsanya. Hal ini
tentu saja tak lepas dari kepentingan bisnis dari
desainer dan perusahaan iklan.

Bisa disimpulkan bahwa, komunikasi non-verbal


berkembang pesat, di ranah militer, kedaruratan dan
kebencanaan dan lingkungan bisnis. Mempelajari
komunikasi non-verbal masih sangat dibutuhkan di era
modern ini.

B. PENGERTIAN KONTEKS KOMUNIKASI

Komunikasi selalu terjadi dalam sebuah situasi


dan kondisi tertentu yang disebut konteks (DeVito,
2018; Littlejohn, 2017). Sebagai contoh, apabila
komunikasi terjadi dalam sebuah perusahaan maka

30
disebut sebagai komunikasi yang terjadi dalam
konteks organisasi. Lain lagi apabila seorang presiden
melakukan pidato bagi rakyatnya, maka konteksnya
disebut komunikasi publik. Semua aktivitas komunikasi
pasti terjadi dalam konteks tertentu.

Dalam suatu aktivitas komunikasi bisa melibatkan


beberapa konteks sekaligus. Seorang presiden
Indonesia yang berpidato di depan parlemen Australia
berkomunikasi dengan melibatkan tiga konteks
komunikasi secara bersamaan. Yaitu, komunikasi
publik, komunikasi antar-budaya dan komunikasi
massa. Disebut komunikasi publik karena pidatonya
untuk didengarkan oleh publik (anggota parlemen
Australia). Komunikasi antar-budaya karena antar
Indonesia dan Australia menganut budaya yang sama
sekali berbeda. Komunikasi massa juga terlibat karena
dalam pidatonya juga disiarkan oleh media massa.

31
C. JENIS-JENIS KONTEKS KOMUNIKASI

Konteks komunikasi sangatlah beragam,


beberapa yang sering menjadi kajian ilmuwan
komunikasi adalah :

1. Komunikasi Intrapersonal

Komunikasi Intrapersonal merupakan


komunikasi yang terjadi antara manusia dengan
dirinya sendiri. Misal : apabila manusia sedang
merenungkan atau merefleksikan perbuatannya
maka dia sedang berkomunikasi dengan batinnya,
itulah komunikasi intrapersonal.

2. Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal terjadi apabila ada


dua orang yang sedang berkomunikasi. Contoh :
Anda sedang bercakap-cakap dengan seorang
teman anda.

32
3. Komunikasi Kelompok

Komunikasi kelompok adalah komunikasi


yang terjadi antara 3 orang atau lebih. Misal :
percakapan di pos ronda atau angkringan yang
melibatkan 3 orang atau lebih.

4. Komunikasi Organisasi

Komunikasi organisasi adalah komunikasi


yang terjadi dalam sebuah organisasi yang
mempunyai struktur kewenangan dan jabatan yang
berbeda-beda bagi anggotanya. Misal : komunikasi
antara seorang Jendral Angkatan Darat dengan
prajuritnya.

5. Komunikasi Bisnis

Komunikasi yang terjadi di dalam konteks


dunia bisnis. Contoh : Komunikasi yang terjadi
antara tenaga pemasar dengan calon pelanggan
atau komunikasi yang terjadi antara customer
service dengan pelanggan yang complain.

33
6. Komunikasi Publik

Komunikasi satu arah dari satu orang atau


organisasi kepada banyak orang. Misal : Pidato
pembukaan Asian Games atau Pidato pemimpin
upacara kepada peserta upacara.

7. Komunikasi Massa

Semua komunikasi yang dimediasi oleh media


massa merupakan komunikasi massa. Sebagai
contoh : drama televisi, pembacaan berita di radio,
talkshow di youtube, dsb.

8. Komunikasi Antar-Budaya

Komunikasi yang terjadi antara individu


dan/atau kelompok yang berbeda latar budayanya.
Misal : komunikasi antara orang Amerika dengan
orang Jepang, atau negosiasi antara kelompok
Yakuza dengan mafia Rusia. Perbedaan budaya
antar kelompok/individu tersebut akan membuat
tingkat kesulitan berkomunikasi semakin tinggi.

34
9. Komunikasi Media Digital

Komunikasi media digital adalah semua jenis


komunikasi yang terjadi melalui perangkat digital
seperti computer, smartphone, atau pun internet.
Baik berupa e-mail, aplikasi media sosial, situs
web, atau pun cloud. Selain itu, komunikasi media
digital biasa disebut juga computer-mediated
communication (Devito, 2017).

35
LATIHAN SOAL BAB III

1. Ada berapa macam bentuk komunikasi? Sebutkan!


2. Apa arti konteks komunikasi?
3. Apa saja konteks komunikasi?
4. Jelaskan arti komunikasi antar-budaya?
5. Apakah komunikasi interpersonal itu?

36
BAB IV
PRINSIP-PRINSIP
KOMUNIKASI,
KOMPETENSI KOMUNIKASI
DAN LITERASI MEDIA

TUJUAN PEMBELAJARAN BAB IV :

1. Mahasiswa dapat menerangkan berbagai prinsip


komunikasi.

2. Mahasiswa mampu menjelaskan beragam


kompetensi komunikasi.

3. Mahasiswa mampu menjelaskan apa itu literasi


media dan mempraktekannya.

37
A. PRINSIP-PRINSIP KOMUNIKASI

Komunikasi antar manusia memiliki beberapa


prinsip utama, berikut beberapa prinsip yang disarikan
dari The Essentials of Human Communication yang
ditulis oleh DeVito (2017) :

1. Komunikasi Memiliki Tujuan

Kita selalu memiliki tujuan dalam


berkomunikasi, ada 5 tujuan umum dalam
berkomunikasi :

- Untuk belajar : untuk mendapatkan pengetahuan


akan orang lain, alam sekitar dan diri sendiri.
- Untuk menjalin hubungan : untuk membentuk
hubungan dan berinteraksi dengan orang lain.
- Untuk membantu : untuk menolong orang lain
dengan cara mendengarkan atau menawarkan
solusi.
- Untuk mempengaruhi : untuk memperkuat atau
mengubah sikap atau perilaku orang lain.
- Untuk bermain : untuk menikmati saat-saat yang
mengasyikkan.

38
2. Bentuk-Bentuk Komunikasi Ada Banyak Jenis

Ada beragam jenis komunikasi antar manusia,


antara lain : komunikasi tatap-muka, komunikasi
massa, komunikasi melalui media baru (new
media/social media), komunikasi via telepon,
komunikasi melalui tulisan (surat), dan sebagainya.

3. Komunikasi Bersifat Ambigu

Ada dua jenis ambiguitas dalam komunikasi,


yaitu ambiguitas Bahasa dan ambiguitas hubungan
antar-manusia. Ambiguitas Bahasa terdiri dari dua
tipe yaitu ambiguitas yang terkait dengan makna
kata dan susunan kata. Contoh ambiguitas makna
kata, misalnya kata besok memiliki makna yang
berbeda bagi orang yang berbeda. Ada yang
menafsirkan “besok” sebagai “24 jam lagi”, tapi ada
pula yang menafsirkan kata “besok” sebagai
“kapan-kapan.”

Selain itu ada juga ambiguitas makna Bahasa


yang terkait dengan susunan kata. Misal, kalimat
“Joko sedang apel.” Kalimat ini bersifat ambigu

39
karena bisa berarti Joko sedang mengikuti upacara
atau, bisa juga, Joko sedang mengunjungi pujaan
hatinya.

Ambiguitas hubungan, adalah tingkat


ketidakpastian yang timbul dalam suatu hubungan.
Setiap hubungan selalu memiliki tingkat
ketidakpastian ini, dalam taraf yang berbeda-beda.
Misalnya, seberapa sayang anda kepada pacar
anda? Apakah pacar anda mencintaimu seperti
anda mencintainya? Dua pertanyaan ini sulit
dijawab dengan tepat, karena memang dalam
setiap hubungan yang melibatkan perasaan
sangatlah sulit untuk diukur secara pasti. Karena
sifat hati (perasaan) yang tidak pasti itulah, selalu
ada ambiguitas dalam setiap hubungan antar-
manusia.

4. Komunikasi Melibatkan Dimensi Isi (Konten) dan


Hubungan (Relasi)

Dalam setiap aktivitas komunikasi


mengandung 2 dimensi yaitu, dimensi isi (konten)

40
dan dimensi relasi (hubungan). Pria, biasanya lebih
mementingkan dimensi isi daripada membangun
relasi. Sedangkan kaum Wanita, biasanya lebih
menekankan dimensi relasi daripada isi pesan.

5. Aktivitas Komunikasi Selalu Dipahami Dalam


Rangkaian yang Terpisah-Pisah

Kegiatan komunikasi sebenarnya merupakan


aktivitas yang dilakukan secara terus-menerus dan
tidak dapat ditentukan secara pasti kapan
permulaannya dan akhirannya. Sebagai contoh,
dalam kegiatan komunikasi mahasiswa dengan
orangtuanya, sulit ditentukan kapan awal
komunikasi dari orangtua dengan mahasiswa
tersebut dan kapan akan berakhir. Sejak sebelum
lahir bahkan sang anak sudah diajak
berkomunikasi. Selain itu walaupun orangtua
sudah meninggal, sang anak tetap menerima
pesan komunikasi dari peninggalan orangtua (foto,
surat, pesan dan kesan yang ditinggalkan).

41
Namun, manusia selalu memisahkan satu
aktivitas komunikasi yang terus–menerus tadi ke
dalam rangkaian yang mudah dimengerti.
Rangkaian ini biasanya disebut sebab-akibat atau
stimulus-respon.

6. Komunikasi Tidak Bisa Dihindari, Tidak Dapat


Dikembalikan Seperti Semula dan Tidak Bisa
Diulangi Secara Persis

Tidak bisa dihindari, karena secara sadar atau


tidak, sengaja atau tidak, kita setiap saat
berkomunikasi dengan orang lain. Ketika kita diam
pun, orang lain akan “menangkap” sikap diam kita
sebagai komunikasi non-verbal bahwa kita bosan,
tidak tertarik, sedang ada masalah dengan orang
tua atau yang lainnya. Jadi kita tidak bisa
menghindari aktivitas komunikasi.

Tidak dapat Kembali seperti semula berarti


komunikasi apa pun yang kita kirimkan kepada
orang lain akan berpengaruh terhadap orang
tersebut dan tidak ada cara untuk menghapus efek

42
tersebut. Sebagai contoh, apabila seorang
mahasiswa mengatakan “putus” kepada pacarnya
maka efek kata “putus” tersebut akan permanen
diingat oleh sang pacar. Ketika suatu saat
mahasiswa tersebut meminta maaf dan ingin
“jadian” lagi, efek dari “pemutusan” sepihak tadi
masih teringat di benak pacarnya.

43
B. KOMPETENSI KOMUNIKASI

Kompetensi komunikasi adalah pemahaman


mengenai bagaimana proses komunikasi bekerja dan
kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif
(DeVito, 2017). Ada beberapa ciri yang bisa dilihat dari
komunikator yang kompeten.

Berikut ringkasan kompetensi seorang


komunikator yang disarikan dari DeVito (2017) :

1. Berpikir Secara Mendalam dan Kritis

Berpikir secara kritis adalah kemampuan


memikirkan sesuatu secara logis, hati-hati dan
penuh kesadaran. Berlawanan dengan cara berpikir
yang ceroboh, tidak logis dan tidak cermat.

Berpikir secara mendalam adalah salah satu


kondisi dimana kita menyadari sepenuhnya setiap
alasan kita berpikir, bersikap dan bertindak.

2. Membuat Pilihan Secara Rasional

Komunikator yang kompeten memiliki


kesadaran bahwa dalam proses komunikasi ada

44
saatnya harus menentukan pilihan, memiliki
banyak opsi untuk dipilih, mampu mengevaluasi
pilihan yang tepat, serta mampu melaksanakan
pilihannya secara efektif.

Opsi-opsi dalam proses komunikasi ini


sangat luas. Mulai dari berkomunikasi dengan
siapa, sikap non-verbal seperti apa yang sebaiknya
kita tunjukkan, sampai dengan pilihan kata yang
tepat yang harus kita sampaikan. Salah satu tontoh
terbaik komunikasi yang menuntut kompetensi ini
adalah wawancara kerja.

3. Secara Efektif Mampu Berganti Gaya Bahasa

Komunikator yang kompeten mampu


menyesuaikan gaya Bahasa sesuai situasi dan
konteks komunikasi yang dihadapi. Secara
sederhana, berbicara dengan atasan akan
membutuhkan gaya Bahasa yang berbeda apabila
dibandingkan gaya Bahasa ketika berbicara dengan
anak sendiri. Kemampuan untuk berganti gaya

45
Bahasa secara efektif ini akan meningkatkan
efisiensi dan efektifitas komunikasi kita.

4. Sadar dan Paham Terhadap Perbedaan Kebudayaan

Mampu memahami dan beradaptasi terhadap


perbedaan budaya lawan bicara adalah salah satu
ciri komunikator yang kompeten. Budaya adalah
salah satu hambatan terbesar terhadap efektivitas
komunikasi, dengan memiliki sensitivitas,
pemahaman dan mampu beradaptasi terhadap
hambatan budaya yang ada dapat meningkatkan
efektivitas komunikasi.

5. Berkomunikasi Secara Etis

Kompetensi ini mensyaratkan bahwa


komunikator yang kompeten menjunjung tinggi
kejujuran dan kebenaran dalam berkomunikasi.
Komunikator yang etis akan memiliki integritas
tinggi di mata lawan bicaranya sehingga mudah
untuk dipercaya dan sekaligus meningkatkan
efektivitas komunikasi.

46
C. LITERASI MEDIA

Literasi media adalah kemampuan untuk


membaca, memahami secara kritis dan mampu
menggunakan teks-teks yang ditampilkan oleh media
secara produktif (Beauchamp & Baran, 2017). Saat ini,
media menyosialisasikan bahwa Wanita yang “ideal”
adalah mereka yang berbadan langsing dan berkulit
terang. Bagi mereka yang tidak memiliki ketrampilan
literasi media akan percaya begitu saja pada mitos
Wanita ideal yang dicitrakan oleh media massa.
Terpaan media ini bisa merusak kepercayaan diri
seseorang. Disinilah pentingnya kemampuan literasi
media, untuk menjaga diri agar tidak tunduk begitu
saja pada pencitraan palsu dari media.

Pertanyannya sekarang, bagaimana kita menyikapi


pesan media? Adakah panduan untuk membantu kita
dalam mengkritisi setiap pesan yang ditampilkan oleh
media? Jawabannya tentu saja ada. National
Association for Media Literacy Education (NAMLE)
membuat panduan literasi media yang dapat
digunakan oleh publik (Gambar 4.1). Panduan ini berisi

47
pertanyaan-pertanyaan yang membantu kita
menganalisa pesan media (Beauchamp & Baran, 2017).

Gambar 4.1. Panduan literasi media NAMLE


Dikutip dari: Introduction to Human Communication karangan Beauchamp &
Baran (2017).

Daftar pertanyaan NAMLE diatas terdiri dari tiga


kategori utama, yaitu : audience and authorship
(khalayak dan komunikator), messages and meanings

48
(Pesan dan makna), and representations and realities
(Representasi dan kenyataan). Berikut penjelasan atas
panduan literasi media dari NAMLE yang disarikan dari
Beauchamp dan Baran (2017) :

Kategori audience and authorship berisi


pertanyaan-pertanyaan tentang siapa pembuat pesan?
Apa tujuan dan siapa target pesan? Siapa yang
membiayai pesan tersebut? Siapa yang diuntungkan
dan dirugikan oleh pesan tersebut? mengapa pesan
tersebut penting bagi saya? Dan terakhir, tindakan apa
yang harus saya ambil untuk merespon pesan ini?

Kategori messages and meanings


mempertanyakan tentang isi pesan, Teknik penyajian
pesan dan interpretasi pesan. Analisa isi pesan
mempertanyakan tentang apa isi pesan tersebut? Apa
saja ide-ide, nilai-nilai, informasi dan atau sudut
pandang yang diusung oleh pesan tersebut? Baik
secara tersurat maupun tersirat? Hal penting apa yang
ditiadakan dalam pesan tersebut?

Analisa Teknik penyajian pesan mempertanyakan


tentang Teknik-teknik pengemasan pesan yang seperti

49
apa yang digunakan? Mengapa Teknik tersebut yang
dipilih? Bagaimana cara mereka menyampaikan pesan
itu? Disisi lain, Analisa interpretasi pesan akan
membantu kita memahami bagaimana pesan tersebut
dipahami secara berbeda oleh orang lain? Apa makna
dari pesan ini dan apa yang dapat saya pelajari tentang
diri saya sendiri dari reaksi atau interpretasi saya
terhadap pesan ini?

Kategori terakhir, representations and reality,


mempertanyakan tentang konten dan kredibilitas.
Analisa konten berisi pertanyaan-pertanyaan tentang
kapan pesan ini dibuat? Dimana atau bagaimana cara
pesan ini disampaikan ke public? Selain itu, analisa
kredibilitas mempertanyakan apakah suatu pesan ini
fakta, opini atau lainnya? Seberapa kredibel informasi
ini? Apa saja yang menjadi rujukan informasi, ide-ide
atau pernyataan-pernyataan ini?

Berbagai pertanyaan diatas menyadarkan kita


bahwa memahami pesan saja tidak cukup. Untuk
menjadi orang yang memiliki kompetensi literasi media
kita harus bersikap kritis dengan menggunakan

50
pertanyaan-pertanyaan yang tepat. Membongkar
narasi dibalik setiap pesan yang dibawa oleh media
hanya bisa kita lakukan dengan mengevaluasi
informasi yang disajikan oleh media.

51
LATIHAN SOAL BAB IV

1. Ada berapa prinsip komunikasi? Sebutkan!


2. Ada berapa tujuan berkomunikasi?
3. Jelaskan prinsip bahwa komunikasi selalu ambigu?
4. Apa arti kompetensi komunikasi?
5. Ada berapa kompetensi komunikasi? Sebutkan!
6. Apa arti literasi media?
7. Sebutkan tiga kategori utama dalam panduan
literasi media?

52
DAFTAR PUSTAKA

Beauchamp, S. R. & Baran, S. J. 2017. Introduction to


Human Communication: Perception, Meaning, And
Identity. Oxford: Oxford University Press.
DeVito, J. A. The Essentials of Human
2017.
Communication (9th edition). New York: Pearson.
DeVito, J. A. 2018. Human Communication: The Basic
Course (14th edition). New York: Pearson.
Littlejohn, S. W., Foss, K. A., Oetzel, J. G. 2017.
Theories Of Human Communication (11th edition).
Long Grove, Illinois: Waveland Press, Inc.

Wood, J. T. 2009. Communication in Our Lives. Boston:


Wadsworth Cengage Learning.

https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/komunikasi
diakses 17 Mei 2021, 20.04 WIB.

https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/ilmu diakses 17
Mei 2021, 20.05 WIB.

53
PROFIL PENULIS

Lukas Maserona Sarungu

Penulis adalah dosen Ilmu Komunikasi Universitas


Slamet Riyadi (UNISRI), Surakarta. Lulusan Ilmu
komunikasi Universitas Sebelas Maret (UNS), Surakarta
(S1 dan S2). Memiliki minat riset di bidang sejarah
media di Indonesia.

54

Anda mungkin juga menyukai