Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

DEPARTEMEN KEPERAWATAN DASAR PROFESI


PADA PASIEN KEBUTUHAN NUTRISI DENGAN DIAGNOSA
DISENTRI DI RUANGAN MELATI RSUD MARDI WALUYO
KOTA BLITAR

Oleh :
YUNITA SARI
NIM. 40219024

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA
KEDIRI
2019
LEMBAR PENGESAHAN

NAMA : YUNITA SARI

NIM : 40219024

PRODI : PENDIDIKAN PROFESI NERS

PEMEBIMBING LAHAN (CI) PEMEBIMBING INSTITUSI

(…………………………………..….) (…………………………………..….)
LAPORAN PENDAHULUAN

A. DEFINISI

Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh


manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis, yang
tentunya bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan. Kebutuhan
dasar manusia menurut Abraham Maslow dalam Teori Hierarki Kebutuhan
menyatakan bahwa setiap manusia memiliki lima kebutuhan dasar, yaitu kebutuhan
fisiologis (makan, minum), keamanan, cinta, harga diri, dan aktualisasi diri. Manusia
memiliki kebuthan dasar yang bersifat heterogen. Setiap orang pada dasarnya
memiliki kebutuhan yang sama, akan tetapi karena terdapat perbedaan budaya, maka
kebutuhan tersebut pun ikut berbeda. Dalam memenuhi kebutuhannya, manusia
menyesuaikan diri dengan prioritas yang ada. Lalu jika gagal memenuhi
kebutuhannya, manusia akan berpikir lebih keras dan bergerak untuk berusaha untuk
mendapatkannya (Tarwoto,2010).

Kebutuhan dasar manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut:

a. Penyakit. Adanya penyakit dalam tubuh dapat menyebabkan perubahan


pemenuhan kebutuhan, baik secara fisiologis maupun psikologis, karena
beberapa fungsi organ tubuh memerlukan pemenuhan keburuhan lebih besar
dari biasanya.
b. Hubungan Keluarga. Hubungan keluarga yang baik dapat meningkatkan
pemenuhan kebutuhan dasar karena adanya saling percaya, merasakan
kesenngan hidup, tidak ada rasa curiga, dan lain-lain.
c. Konsep Diri. Konsep diri manusia memiliki peran dalam pemenuhan
kebutuhan dasar. Konsep diri yang positif memberikan makna dan keutuhan
(wholeness) bagi seseorang.
d. Tahap Perkembangan. Sejalan dengan meningkatnya usia, manusia
mengalami perkembangan. Setiap tahap perkembangan tersebut memiliki
kebutuhan yang berbeda, baik kebutuhan biologis, psikologis, sosial, maupun
spiritual, mengingat berbagai fungsi organ tubuh juga mengalami proses
kematangan dengan aktivitas yang berbeda.

Tubuh memerlukan energi untuk fungsi-fungsi organ tubuh, pergerakan tubuh,


mempertahankan suhu, fungsi enzim, pertumbuhan, dan pergantian sel yang
rusak. Metabolisme merupakan semua proses biokimia pada sel tubuh. Proses
metabolisme dapat berupa anabolisme (membangun) dan katabolisme
(pemecahan). Masalah nutrisi erat kaitannya dengan intake makanan dan
metabolisme tubuh serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Secara umum
faktor yang mempengaruhi kebutuhan nutrisi adalah faktor fisiologis untuk
kebutuhan metabolisme basal, faktor patofisiologi seperti adanya penyakit
tertentu yang mengganggu pencernaan atau meningkatkan kebutuhan nutrisi,
faktor sosio-ekonomi seperti adanya kemampuan individu dalam memenuhi
kebutuhan nutrisi.

B. TUJUAN PEMBERIAN

Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien

C. ANATOMI FISIOLOGI

Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut


sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk
menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap
zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang
tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh. Saluran
pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan,
lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga
meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu
pankreas, hati dan kandung empedu.
1. Mulut
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air pada
hewan. Mulut biasanya terletak di kepala dan umumnya merupakan
bagian awal dari sistem pencernaan lengkap yang berakhir di anus. Mulut
merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan. Bagian dalam dari
mulut dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh organ
perasa yang terdapat di permukaan lidah. Pengecapan relatif sederhana,
terdiri dari manis, asam, asin dan pahit. Penciuman dirasakan oleh saraf
olfaktorius di hidung dan lebih rumit, terdiri dari berbagai macam bau.
Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah oleh
gigi belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih
mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus bagian-
bagian dari makanan tersebut dengan enzim-enzim pencernaan dan mulai
mencernanya. Ludah juga mengandung antibodi dan enzim (misalnya
lisozim), yang memecah protein dan menyerang bakteri secara langsung.
Proses menelan dimulai secara sadar dan berlanjut secara otomatis.
2. Tenggorokan (Faring)
Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan. Berasal
dari bahasa yunani yaitu Pharynk. Skema melintang mulut, hidung,
faring, dan laring Didalam lengkung faring terdapat tonsil ( amandel )
yaitu kelenjar limfe yang banyak mengandung kelenjar limfosit dan
merupakan pertahanan terhadap infeksi, disini terletak bersimpangan
antara jalan nafas dan jalan makanan, letaknya dibelakang rongga mulut
dan rongga hidung, didepan ruas tulang belakang Keatas bagian depan
berhubungan dengan rongga hidung, dengan perantaraan lubang bernama
koana, keadaan tekak berhubungan dengan rongga mulut dengan
perantaraan lubang yang disebut ismus fausium.
3. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui
sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung.
Makanan berjalan melalui kerongkongan dengan menggunakan proses
peristaltik. Sering juga disebut esofagus(dari bahasa Yunani: οiσω, oeso
– “membawa”, dan έφαγον, phagus – “memakan”).Esofagus bertemu
dengan faring pada ruas ke-6 tulang belakang. Menurut histologi.
Esofagus dibagi menjadi tiga bagian:
a. Bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka)
b. Bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus)
c. Serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus).
4. Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti
kandang keledai. Terdiri dari 3 bagian yaitu
1. Kardia.
2. Fundus.
3. Antrum.
Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui otot
berbentuk cincin (sfinter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam
keadaan normal, sfinter menghalangi masuknya kembali isi lambung ke
dalam kerongkongan. Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang
berkontraksi secara ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-
enzim.
5. Usus halus (usus kecil)
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang
terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan
pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui
vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan
air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang
dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang
mencerna protein, gula dan lemak. Lapisan usus halus ; lapisan mukosa
( sebelah dalam ), lapisan otot melingkar ( M sirkuler ), lapisan otot
memanjang ( M Longitidinal ) dan lapisan serosa ( Sebelah Luar ). Usus
halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus
kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum).
6. Usus Besar (Kolon)
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus
buntu dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses.
Usus besar terdiri dari :
a. Kolon asendens (kanan)
b. Kolon transversum
c. Kolon desendens (kiri)
d. Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum)

Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna


beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri di dalam
usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K.
Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit
serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri didalam
usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan
dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah diare.

7. Usus Buntu (Sekum)


Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, “buta”) dalam istilah
anatomi adalah suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan
serta bagian kolon menanjak dari usus besar. Organ ini ditemukan pada
mamalia, burung, dan beberapa jenis reptil. Sebagian besar herbivora
memiliki sekum yang besar, sedangkan karnivora eksklusif memiliki
sekum yang kecil, yang sebagian atau seluruhnya digantikan oleh umbai
cacing.
8. Umbai Cacing (Appendix)
Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus buntu.
Infeksi pada organ ini disebut apendisitis atau radang umbai cacing.
Apendisitis yang parah dapat menyebabkan apendiks pecah dan
membentuk nanah di dalam rongga abdomen atau peritonitis (infeksi
rongga abdomen). Dalam anatomi manusia, umbai cacing atau dalam
bahasa Inggris, vermiform appendix (atau hanya appendix) adalah hujung
buntu tabung yang menyambung dengan caecum. Umbai cacing
terbentuk dari caecum pada tahap embrio. Dalam orang dewasa, Umbai
cacing berukuran sekitar 10 cm tetapi bisa bervariasi dari 2 sampai 20
cm. Walaupun lokasi apendiks selalu tetap, lokasi ujung umbai cacing
bisa berbeda – bisa di retrocaecal atau di pinggang (pelvis) yang jelas
tetap terletak di peritoneum.
Banyak orang percaya umbai cacing tidak berguna dan organ vestigial
(sisihan), sebagian yang lain percaya bahwa apendiks mempunyai fungsi
dalam sistem limfatik. Operasi membuang umbai cacing dikenal sebagai
appendektomi.
9. Rektum dan Anus
Rektum (Bahasa Latin: regere, “meluruskan, mengatur”) adalah sebuah
ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan
berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan
sementara feses. Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di
tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon
desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul
keinginan untuk buang air besar (BAB). Mengembangnya dinding
rektum karena penumpukan material di dalam rektum akan memicu
sistem saraf yang menimbulkan keinginan untuk melakukan defekasi.
Jika defekasi tidak terjadi, sering kali material akan dikembalikan ke usus
besar, di mana penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika defekasi
tidak terjadi untuk periode yang lama, konstipasi dan pengerasan feses
akan terjadi.
Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi
bayi dan anak yang lebih muda mengalami kekurangan dalam
pengendalian otot yang penting untuk menunda BAB. Anus merupakan
lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari
tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan
sebagian lannya dari usus. Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh
otot sphinkter. Feses dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang
air besar – BAB), yang merupakan fungsi utama anus.
10. Pankreas
Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua fungsi
utama yaitu menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa hormon
penting seperti insulin. Pankreas terletak pada bagian posterior perut dan
berhubungan erat dengan duodenum (usus dua belas jari).
11. Hati
Hati merupakan sebuah organ yang terbesar di dalam badan manusia dan
memiliki berbagai fungsi, beberapa diantaranya berhubungan dengan
pencernaan. Organ ini memainkan peran penting dalam metabolisme dan
memiliki beberapa fungsi dalam tubuh termasuk penyimpanan glikogen,
sintesis protein plasma, dan penetralan obat. Dia juga memproduksi bile,
yang penting dalam pencernaan. Istilah medis yang bersangkutan dengan
hati biasanya dimulai dalam hepat- atau hepatik dari kata Yunani untuk
hati, hepar.
Zat-zat gizi dari makanan diserap ke dalam dinding usus yang kaya akan
pembuluh darah yang kecil-kecil (kapiler). Kapiler ini mengalirkan darah
ke dalam vena yang bergabung dengan vena yang lebih besar dan pada
akhirnya masuk ke dalam hati sebagai vena porta. Vena porta terbagi
menjadi pembuluh-pembuluh kecil di dalam hati, dimana darah yang
masuk diolah. Hati melakukan proses tersebut dengan kecepatan tinggi,
setelah darah diperkaya dengan zat-zat gizi, darah dialirkan ke dalam
sirkulasi umum.
12. Kandung Empedu
Kandung empedu (Bahasa Inggris: gallbladder) adalah organ berbentuk
buah pir yang dapat menyimpan sekitar 50 ml empedu yang dibutuhkan
tubuh untuk proses pencernaan. Pada manusia, panjang kandung empedu
adalah sekitar 7-10 cm dan berwarna hijau gelap – bukan karena warna
jaringannya, melainkan karena warna cairan empedu yang dikandungnya.
Organ ini terhubungkan dengan hati dan usus dua belas jari melalui
saluran empedu.
Empedu memiliki 2 fungsi penting yaitu:
a. Membantu pencernaan dan penyerapan lemak
b. Berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh, terutama
haemoglobin (Hb) yang berasal dari penghancuran sel darah merah
dan kelebihan kolesterol
( Alimul,2015).

D. KLASIFIKASI

Enam jenis nutrisi yang ditemukan dalam makanan adalah karbohidrat,


lemak, protein, vitamin, mineral dan air. Karbohidrat, lemak dan protein
disebut sebagai macronutrients; menyusun sebagian besar santapan sehari-
hari. Lebih dari 500 gr total ketiga nutrisi tersebut dikonsumsi tubuh dalam
sehari. Macronutrien ini berfungsi sebagai bahan mentah untuk
pembangunan dan pemeliharaan jaringan serta sebagai bahan bakar berbagai
aktifitas fisik dan metabolisme penunjang hidup. Micronutrientsterdiri dari
vitamin, mineral dan air. Ketiga nutrisi ini bukan sumber energi tapi
memfasilitasi aktifitas metabolisme tubuh. Vitamin dibutuhkan tubuh sekitar
300 mg sehari dan mineral 20 gram sehari. Kategori terakhir nutrisi adalah
air, yang berfungsi sebagai media terjadinya proses metabolisme tubuh.
( Tarwoto, 2010).
E. MANIFESTASI KLINIS TERJADI GANGGUAN

1. Penurunan berat badan.


2. Mudah lelah.
3. Konsentrasi menurun.
4. Gusi dan mulut sering luka atau nyeri.
5. Kulit dan rambut kering.
6. Jaringan lemak dan otot di dalam tubuh berkurang.
7. Pipi dan mata cekung.
8. Mudah terkena infeksi karena melemahnya sistem kekebalan tubuh.
9. Proses penyembuhan luka menjadi lambat.
10. Mudah kedinginan.
11. Perubahan mood atau suasana hati.
12. Kehilangan selera makan.

F. FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

1. Perkembangan.
2. Jenis kelamin.
3. Suku dan budaya.
4. Keyakinan terhadap makanan.
5. Personal preferences.
6. Agama.
7. Gaya hidup.
8. Pengobatan.

G. MASALAH – MASALAH YANG TERJADI

1. Kwashiorkor
2. Marasmus
3. Beri-beri
4. Skorbut (scurvy)
5. Anemia

H. PATOFISIOLOGI

1.Marasmus
Untuk kelangsungan hidup jaringan diperlukan sejummlah energi yang dalam
keadaan normal dapat dipenuhhi dari makanan yang diberikan. Kebutuhan ini
tidak terpenhi pada masukan yang kurang, karena itu untuk pemenuhannya
digunakan cadangan protein senagai sumber energi. Pengahancuran jaringan
pada defesiensi kalori tidak saja membantu memenuhi kebutuhan energi,
tetapi juga memungkinkan sintesis glukosa dan metabolit esensial lainnya,
seperti berbagai asam amino

2.Kwashiorkor.
Pada defesiensi protein murni tidak terjadi katabolisme jaringan yang sangat
lebih, karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah kalori dalam
dietnya.kelianan yang mencolok adalah gangguan metabolik dan perubahan
sel yang meyebabkan edem dan perlemakan hati. Karena kekurangan protein
dalam diet, akan terjadi kekurangan berbagai asam amino esensial dalam
serum yang diperlukan untuk sentesis dan metabolisme. Makin kekurangan
asam amnino dalam serum ini akan menyebabkan kurangnya produksi
albumin oleh hepar yang kemudian berakibat edem.perlemakan hati terjadi
karena gangguan pembentukan beta-lipoprotein, sehingga transport lemak
dari hati kedepot terganggu, dengan akibat terjadinya penimbunan lemah
dalam hati.
J. ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a. Keluhan utama
Tanyakan tentang keluhan utama atau gejala apa yang menyebabkan
pasien berobat.
b. Riwayat penyakit sekarang
Tanyakan tentang faktor-faktor yang melatarbelakangi atau hal-hal yang
menpengaruhi/ mendahului keluhan: bagaimana sifat terjadinya,
bagaimana gejalanya (mendadak, perlahan-lahan, terus-menerus, berupa
serangan, hilang timbul atau berhubungan dengan waktu); lokalisasi
terjadinya gejala dan sifatnya (menjalar, menyebar, berpindah-pindah, atau
menetap); berat ringannya keluhan dan perkembangannya, apakah
menetap, cenderung bertambah, atau berkurang; lamanya keluhan
berlangsung; kapan dimulainya; upaya apa saja yang telah dilakukan.
c. Riwayat penyakit dahulu
Tanyakan tentang:
Riwayat pemakain obat, apa jenisnya, berpa dosisnya, berapa dosis
terakhir, bagaimana cra pemakainnya, dan sebagaimananya.
Riwayat atau pengalaman masa lalu tentang kesehatan atau penyakit yang
pernah di alami, riwayat masuk rumah sakit atau berobat ke puskesmas dan
tempat pelayanan kesehatan lainnya.
d. Riwayat penyakit keluarga
Tanyakan tentang riwayat kesehatan atau keperawatan yang dimiliki oleh
salah satu keluarga, apakah ada yang menderita penyakit seperti yang
dialami pasien, dan lain-lain.
e. Riwayat keperawatan dan diet
 Anggaran makan, makan kesukaan, waktu makan
 Apakah ada diet yang dilakukan secara khusus?
 Adakah penurunan dan peningkatan berat badan dan beberapa
lamaperiode waktunya?
 Adakah status fisik pasien yang dpat meningkatkan diet seperti luka
bakar dan demam?
 Adakah toleransi makan/minum tertentu?
 Faktor yang mempengauhi diet:
 Status kesehatan
 Kultur dan kepercayaan
 Status sosial ekonomi
 Faktor psikologis
 Informasi yang salah tentang makanan dan cara berdiet
f. Pemeriksaan fisik
 Keadaan fisik: apatis, lesu.
 Berat badan: obesitas, underweight.
 Otot: fleksia/lemah, tonus kurang tenderness, tidak mampu bekerja.
 Sistem saraf: bingung, rasa terbakar, paresthesia, reflek menurun.
 Fungsi gastrointestinal: anoreksia, konstipasi, diare, flatulensi,
pembesaran liver/lien.
 Kardiovaskuler: denyut nadi lebih dari 100x/menit, irama abnormal,
tekanan darah rendah/tinggi.
 Rambut: kusam, kering, pudar, kemerahan, tipis, pecah/patah-patah.
 Kulit: kering, pucat, iritasi, petekhie, lemak di subkutan tidak ada.
 Bibir: kering, pecah-pecah, bengkak, lesi, stomatitis, membran
mukosa pucat.
 Gusi: perdarahan, peradangan
 Lidah: edema, hiperemis.
 Gigi: karies, nyeri, kotor.
 Mata: konjungtiva pucat, kering, exotalmus, tanda-tanda infeksi.
 Kuku: mudah patah.
 Pengkuran antropometri:
 Berat badan ideal: (TB-100)x 10%
 Lingkar pergelangan tangan
 Lingkar lengan atas (MAC):
 Nilai normal : Wanita : 28,5 cm
Pria : 28,3 cm
 Lipatan kulit pada otot trisep (TSF):
 Nilai normal: Wanita : 16,5-18 cm
Pria : 12,5-16,5 cm
 Pemeriksaan laboratorium
 Albumin (N: 4-5,5 mg/ 100 ml).
 Transferin (N: 170-25 mg/ 100ml).
 Hb (N: 12 mg %).
 BUN (N: 10-20 mg/ 100 ml).
 Ekskresi kreatinin untuk 24 jam (N: laki-laki: 0,6-1,3 mg/ 100 ml,
wanita: 0,5-1,0 mg/ 100 ml).

2. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi


1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Definisi : keadaan di mana intake nutrisi kurang dari kebutuhan
metabolisme tubuh.
 Kemungkinan berhubungan dengan:
 Efek dari pengobatan.
 Mual/ muntah.
 Gangguan intake makanan.
 Radiasi/kemoterapi.
 Penyakit kronis.
 Kemungkinan ditemukan data:
 Berat badan menurun.
 Kelemahan.
 Kesulitan makan.
 Nafsu makan berkurang.
 Hipotensi.
 Ketidakseimbangn elektrolit.
 Kulit kering.
 Masalah klinik berhubungan dengan:
 Anoreksia nervosa.
 AIDS.
 Pembedahan.
 Kehamilan.
 Kanker.
 Anemia.
 Marasmus.
 Tujuan yang diharapkan:
 Terjadi peningkatan berat badan sesuai batasan waktu.
 Peningkatan status nutrisi.
INTERVENSI RASIONAL

1. Tingkatkan intake makanan Cara khusus untuk meningkatkan nafsu


melalui: makan
 Mengurangi gangguan dari
lingkungan seperti berisik dan
lain-lain
 Jaga privasi pasien
 Jaga kebersihan ruangan (barang-
barang seperti sputum pot, urinal
tidak berada dekat tempat tidur)
 Berikan obat sebelum makan jika
ada indikasi

2. Jaga kebersihan mulut pasien Mulut yang bersih meningkatkan nafu


makan

3. Bantu pasien makan jika tidak Membantu pasien makan


mampu

4. Sajiakan makanan yang mudah Meningkatkan selera makan dan intake


dicerna, dalam keadaan hangat, makan
tertutup, dan berikan sedikit-
sedikit tapi sering

5. Selingi makan dengan minum Memudahkan makanan masuk

6. Hindari makanan yang banyak Mengurangi rasa nyaman


mengandung gas

7. Ukur intake makanan dan timbang Observasi kebutuhan nutrisi


berat badan

8. Lakukan latihan pasif dan aktif Menambah nafsu makan

9. Kaji tanda vital, sensori, bising Membantu keadaan pasien


usus

10. Monitor hasil lab, seperti glukosa, Monitor status nutrisi


elektrolit, albumin, hemoglobin,
kolaborasi dengan dokter

11. Berikan feedback yang positif Meningkatkan kepercayaan untuk


tentang peningkatan intake, berat meningkatkan makanan
badan

12. Berikan pendidik kesehatan Meningkatkan pengetahuan agar pasien


tentang: cara diet, kebutuhan lebih kooperatif
kalori dan tindakan keperawatan
yang berhubungan dengan nutrisi
jika pasien menggunakan NGT

13. Cek kepatenan tube Menghindari aspirasi dan obstruksi tube

14. Pemberian cairan/ makanan tidak Menghindari aspirasi


lebih 150 cc sekali pemberian

15. Cek temparatur makan agar tidak Mengurangi kram dan terbakar pada
terlalu panas/ dingin abdomen

16. Atur posisi semi fowler saat Mengurangi regurtasi


membeikan makanan

2. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh


Definisi: Pasien dengan resiko atau aktual mengkonsumsi makanan
melebihi dari kebutuhan metabolisme tubuh.
 Kemungkinan berhubungan dengan:
 Kelebihan intake.
 Gaya hidup.
 Perubahan kultur.
 Psikologi untuk konsumsi tinggi kalori.
 Kemungkinan data yang ditemukan:
 20% lebih berat dari badan ideal.
 Pola makan yang berlebihan.
 Kondisi klinis kemungkinan terjadi:
 Obesitas.
 Hipotiroidesme.
 Pasien dengan pemakain kortikosteroid.
 Imobilisasi yang lama.
 Tujuan yang duharapkan:
 Teridentifikasinya kebutuhan nutrisi dan berat badan yang terkontrol.
 Perencanaan kontrol berat badan untuk yang akan datang.
 Tidak terjadinya penurunan berat badan yang berlebihan.

INTERVENSI RASIONAL

1. Lakukan pengkajian pola makan Informasi dasar untuk perencanaan awal


pasien

2. Diskusikan dengan pasien tentang Membantu mencapai tujuan


kelebihan makan

3. Diskusikan motivasi untuk Membantu memecahkan masalah


menurunkan berat badan

4. Kolaborasi dengan ahli diet yang Menetukan makanan yang sesuai dengan
tepat pasien

5. Ukur intake makanan dalam 24 Mengetahui jumlah kalori yang masuk


jam

6. Buat program latihan untuk Meningkatkan kebutuhan energi


olahraga

7. Hindari makanan yang banyak Makan berlemak banyak mengasilkan


mrngandung lemak energi

8. Berikan pengetahuan kesehatan Memberikan informasi dan mengurangi


tentang: komplikasi
 Program diet yang benar
 Akibat yang mungkin timbul pada
kelebihan berat badan
DAFTAR PUSTAKA

Tarwoto dan Wartonah, (2010). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses


Keperawatan:
Edisi Pertama, Jakarta. Salemba Medika.
Alimul Aziz. A. (2015). Kebutuhan DasarManusia: Edisi Pertama, Jakarta. Salemba
Medika.
Alimul Azizi. A. (2010). Pengantar Konsep Dasar keperawatan: Edisi 2, Jakarta.
Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai