Anda di halaman 1dari 8

Hubungan Motivasi Dengan Peran Perawat Dalam Peningkatan Keselamatan

Pasien
Raudatun Hasanah
Raudatunhasanh20@gmail.com
Latar belakang

Upaya peningkatan mutu pelayanan dan keselamatan pasien di rumah sakit sudah merupakan
sebuah gerakan universal. Berbagai negara maju telah menggeser paradigma ”quality” kearah
paradigma baru “qualitysafety”. Ini berarti bukan hanya mutu pelayanan yang harus ditingkatkan
tetapi yang lebih penting lagi adalah menjaga keselamatan pasien secara konsisten dan terus
menerus.

Perawat sebagai ujung tombak pemberi pelayanan kesehatan merupakan hal yang penting untuk
dikaji dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Kinerja
yang baik merupakan jembatan dalam menjawab kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan
terhadap pasien baik yang sakit maupun yang sehat (Murdyastuti, 2010). Perawat harus sadar
akan perannya sehingga dapat secara aktif ikut berpartisipasi untuk mewujudkan keselamatan
pasien. Hal ini juga tidak akan mencapai optimal jika hanya dengan kerja keras dari perawat saja,
namun didukung dengan sarana prasarana, manajemen rumah sakit dan tenaga kesehatan lainnya
(Bawelle, 2013).

Perawat adalah pejabat eksekutif kesehatan dengan waktu kerja tertinggi yang memberikan 24
jam pelayanan terus menerus serta harus berkolaborasi dengan tim kesehatan lain. Selain itu,
perawat memiliki peran yang paling dominan dalam mencegah terjadinya kesalahan dalam
pengobatan, termasuk pelaporan insiden, mendidik diri sendiri dan orang lain.

Motivasi dan komitmen kerja merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keselamatan
pasien di Rumah Sakit. Motivasi pada dasarnya merupakan interaksi seseorang dengan situasi
tertentu yang dihadapinya, di dalam diri seseorang terdapat “kebutuhan” atau “keinginan’’
(wants) terhadap objek di luar seseorang tersebut, kemudian bagaimana seseorang tersebut
menghubungkan antara kebutuhan dengan “situasi di luar” objek tersebut dalam rangka
memenuhi kebutuhan yang dimaksud (Soekidjo Notoatmojo, 2012).
Penelitian Sanusi dan Hasnita menunjukkan bahwa motivasi berhubungan dengan karakteristik
dan iklim organisasi dan terjadi peningkatan sebesar 15,1%. Faktor lain yang dapat
meningkatkan motivasi perawat adalah pemberian imbalan langsung (insentif, tunjangan) dan
imbalan tidak langsung (pelatihan, dan promosi jabatan) (Sanusi dan Hasnita, 2015). Penerapan
budaya keselamatan pasien oleh perawat mencerminkan perilaku kinerja perawat dan
dipengaruhi oleh motivasi perawat, dengan motivasi yang baik diharapkan perawat dapat
menerapkan budaya keselamatan pasien yang baik.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan motivasi dengan peran dalam
peningkatan keselamatan pasien.

Metode

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain penelitian korelasional
(hubungan) yaitu dengan mengkaji hubungan antara variabel motivasi dengan kepatuhan perawat
dalam melaksanakan keselamatan pasien. Teknik yang digunakan cross sectional dimana peneliti
menekankan waktu pengukuran/observasi data variabel independent dan dependent hanya satu
kali pada satu saat.

Populasi merupakan elemen penelitian yang hidup dan tinggal bersama-sama dan secara teoritis
menjadi target hasil penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah perawat di Ruang Rawat
Inap Rumah Sakit A tahun 2020 yang berjumlah 10 orang. Sampel adalah sebagian atau wakil
populasi yang diteliti. Apabila populasi kurang dari 10 maka populasi yang ada semua dijadikan
sampel (total sampling), tetapi jika jumlah populasinya besar dapat diambil antara 10-15% atau
20-25% atau lebih dari populasi. Maka jumlah sampel dalam penelitian ini berjumlah 10 orang
atau 25% dari populasi.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling
yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Teknik pengumpulan data dengan
cara wawancara. Analisa univariat yaitu suatu teknik analisa yang digunakan untuk
menggambarkan distribusi frekuensi suatu data penelitian. Analisa bivariat data ini digunakan
untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas terhadap variable terikat. Uji statistik yang
digunakan adalah uji Rank Spearmandengan taraf kepercayaan.
Hasil Penelitian

Tabel 1. Distribusi frekuensi motivasi perawat di Rumah Sakit

No. Motivasi Perawat N Persentase(%)

1 Kurang 7 73,1

2 Baik 3 26,9

Total 10 100

Tabel 1 dapat diketahui bahwa motivasi perawat pada kategori kurang sebanyak 7 orang (73,1%)
dan baik 3 orang (26,9%).

Hasil penelitian ini menunjukan sebagian perawat mempunyai motivasi yang kurang sebesar
73,1%, dan sebagian perawat mempunya motivasi yang baik sebesar (26,8%). Berdasarkan hasil
penelitian diketahui ada hubungan antara motivasi perawat dengan kepatuhan pelaksanaan
identifikasi pasien sebagai bagian dari keselamatan pasien di Rumah Sakit . Keselamatan pasien
merupakan suatu sistem untuk mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
Oleh karena itu, pada saat memberikan asuhan keperawatan kepada pasien, perawat harus
mampu memastikan bahwa pelayanan keperawatan yang diberikan harus mengedepankan
keselamatan pasien. Sesuai dengan 6 sasaran keselamatan pasien yang salah satunya adalah
melakukan identifikasi dengan benar.

Dalam menjalankan tugasnya, seorang perawat mempunyai peranan besar dalam memberikan
pelayanan keperawatan di rumah sakit. Pelaksanaan identifikasi sangat penting dilakukan oleh
seorang perawat sebelum memberikan obat, darah, atau produk darah atau sebelum mengambil
darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan, sebelum memberikan pengobatan dan tindakan atau
prosedur.

Kesadaran perawat dalam melakukan tugasnya tentu dipengaruhi oleh motivasinya dalam
bekerja. Motivasi mempunyai arti mendasar sebagai inisiatif penggerak perilaku seseorang
secara optimal, karena motivasi merupakan kekuatan kecenderungan seorang individu
melibatkan diri dalam kegiatan yang berarahkan sasaran dalam pekerjaan. Ini bukan perasaan
senang yang relatif terhadap hasil berbagai pekerjaan sebagaimana halnya kepuasan, tetapi lebih
merupakan perasaan sedia/rela bekerja untuk mencapai tujuan pekerjaan.7 Motivasi kerjayang
baik akan mempengaruhi pola piker seseorang dalam melakukan tanggung jawab kerjanya. Sama
halnya seorang perawat yang memiliki motivasi kerja yang baikakan mampumelakukan tugasnya
dengan baik sesuai dengan kebijakan dari Rumah Sakit.

Pembahasan

A. Gambaran Motivasi Perawat

Motivasi berasal dari kata Latin Moreve yang berarti dorongan dari dalam diri manusia untuk
bertindak atau berperilaku. Pengertian motivasi tidak terlepas dari kata kebutuhan . kebutuhan
adalah suatu potensi dalam diri manusia yang perlu ditanggapi atau direspon. Tanggapan
terhadap kebutuhan tersebut diwujudkan dalam bentuk tindakan untuk pemenuhan kebutuhan
tersebut, dan hasilnya adalah orang yang bersangkutan merasa atau menjadi puas. Apabila
kebutuhan tersebut belum direspon maka akan selalu berpotensi untuk muncul kembali sampai
dengan terpenuhinya kebutuhan yang dimaksud (Soekidjo Notoatmodjo, 2014).

Hasil penelitian ini menunjukan sebagian perawat mempunyai motivasi yang kurang sebesar
73,1%, dan sebagian perawat mempunya motivasi yang baik sebesar (26,8%).. Ditemukan dari
hasil penelitian motivasi perawat, yang paling dominan perawat menjawab sering yaitu ingin
meningkatkan aktualisasi diri sepert keinginan untuk meraih sukses dan keinginan untuk menjadi
perawat yang profesional.

Hal ini membuktikan bahwa perawat Rumah Sakit memiliki kecenderungan lebih besar motivasi
yang tinggi. Apabila motivasi perawat tinggi akan mempermudah perawat dalam menjalankan
seuatu tindakan. Pada penelitian ini responden perawat yang mempunyai motivasi yang baik 3
perawat dan yang memiliki motivasi rendah 7 perawat. Pada usia 21-30 tahun merupakan usia
produktif dimana pada umumnya mereka memiliki semangat kerja yang cukup tinggi dan pada
usia ini perawat bisa membuktikan diri untuk diakui keberadaannya. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Bustanul Aswat tahun 2010 tentang “Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Motivasi Kerja Perawat di rumah sakit diketahui bahwa terdapat hubungan
antara usia perawat dengan motivasi kerja di rumah sakit dimana seseorang dengan usia semakin
lanjut memiliki tingkat kepuasan kerja yang semakin besar pula, tetapi kekurangannya adalah
memiliki motivasi kerja yang rendah.

B. Gambaran Pelaksanaan Komunikasi Efektif

Keselamatan pasien adalah sistem pelayanan dalam suatu Rumah Sakit yang memberikan
asuhan agar pasien menjadi lebih aman. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya
cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan (Depkes RI, 2008). Sasaran keselamatan pasien
adalah mendorong peningkatan spesifik dalam keselamatan pasien. Sasaran keselamatan pasien
meliputi ketepatan identifikasi pasien, peningkatan komunikasi yang efektif, peningkatan
keamanan obat yang perlu diwaspadai, kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur dan tepat-pasien
operasi, pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan dan pengurangan risiko pasien
jatuh (Kemenkes RI, 2011). Komunikasi dalam praktik keperawatan profesional merupakan
unsur utama bagi perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan dalam mencapai hasil yang
optimal dalam kegiatan keperawatan. Komunikasi tersebut adalah kepada dan dengan komunitas,
pasien dan keluarganya, serta dengan professional kesehatan lainnya.

Kegagalan dalam berkomunikasi merupakan salah satu akar masalah yang paling sering
menyebabkan insiden keselamatan pasien (Depkes RI, 2008). Komunikasi efektif, yang tepat
waktu, akurat, lengkap, jelas dan menghasilkan peningkatan keselamatan pasien. Komunikasi
yang paling mudah mengalami kesalahan adalah perintah diberikan secara lisan dan yang
diberikan melalui telepon, bila diperbolehkan peraturan perundangan. Komunikasi lain yang
mudah terjadi kesalahan adalah pelaporan kembali hasil pemeriksaan kritis, seperti laboratorium
klinis menelpon unit pelayanan pasien untuk melaporkan hasil pemeriksaan segera (Kemenkes
RI, 2011).

Perawat di Rumah Sakit memiliki pelaksanaan komunikasi efektif yang baik. Apabila Rumah
Sakit memiliki perawat yang pelaksanaan komunikasinya baik maka akan baik juga mutu
pelayanan Rumah Sakit dan apabila Rumah Sakit tidak memperdulikan dan tidak menerapkan
keselamatan pasien akan mengakibatkan dampak menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap
pelayanan kesehatan yang ada dan berakibat penurunan mutu pelayanan rumah sakit.
Penerapan Patient Safety pada Perawat di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Pancaran
Kasih GMIM Manado” diketahui bahwa terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan
penerapan Patient Safety di Instalasi Rawat Inap RS, dimana perawat dengan tingkat pendidikan
yang tinggi akan lebih rasional dan kreatif serta terbuka dalam adanya bermacam usaha
pembaharuan, ia juga akan lebih cepat menyesuaikan diri terhadap berbagai perubahan.
Pendidikan yang dicapai seseorang diharapkan menjadi faktor determinan produktivitas antara
lain knowledge, skill, attitude, dan behavior yang cukup dalam menjalankan aktivitas
pekerjaannya. C.

C. Hubungan Motivasi Perawat dengan Pelaksanaan Komunikasi Efektif

Hubungan motivasi perawat dengan pelaksanaan komunikasi efektif dalam keselamatan pasien
di Rumah Sakit menunjukkan bahwa derajat keeratan hubungan positif memiliki hubungan yang
sangat kuat antara motivasi perawat dengan pelaksanaan komunikasi efektif dalam keselamatan
pasien di Rumah Sakit. Hal ini menunjukkan bahwa adanya hubungan yang positif secara
statistik motivasi perawat dengan pelaksanaan komunikasi efektif dalam keselamatan pasien,
dimana semakin tinggi motivasi perawat maka semakin baik juga perawat dalam melaksanakan
komunikasi yang efektif. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rezkiki dan
Ghita Sri tahun 2016 tentang “Faktor yang Berhubungan dengan Penerapan Komunikasi SBAR
di Ruang Rawat Inap” diketahui bahwa ada hubungan antara motivasi dengan penerapan
komunikasi SBAR, dimana perawat dengan motivasi kerja yang tinggi cenderung akan bekerja
sesuai dengan standar operasional prosedur yang telah ditetapkan demi meningkatkan
profesionalitas dan kualitas kerjanya dan begitu pula sebaliknya, termasuk dalam pelaksanaan
komunikasi efektif.

Motivasi kerja yang tinggi cenderung akan memberikan dorongan pada perawat untuk
melakukan komunikasi efektif, sehingga dengan motivasi kerja yang tinggi seorang perawat
cenderung akan sangat teliti dalam melakukan pekerjaannya sebagai seorang tenaga
keperawatan. Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Diah Pratiwi dkk tahun
2016 tentang “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Penerapan Patient Safety pada Perawat
di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Pancaran Kasih GMIM Manado” diketahui bahwa
terdapat hubungan antara motivasi perawat dengan penerapan patient safety di Instalasi Rawat
Inap Rumah Sakit. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi motivasi perawat terhadap
pentingnya pelaksanaan kesalamatan pasien maka semakin baik pula penerapan patient safety,
dimana motivasi kerja yang tinggi dapat memberikan dorongan yang kuat dalam melakukan
pekerjaan sebaik mungkin.

Motivasi menunjukkan sejauh mana seorang individu ingin ataupun bersedia berusaha untuk
mencapai kinerja yang baik di pekerjaan. Hasil penelitian yang menyatakan bahwa perawat
dengan motivasi tinggi maka sikap perawat dalam mendukung penerapan program patient safety
akan semakin tinggi pula.

Penutup

Rumah Sakit perlu meningkatkan kualifikasi pendidikan staf keperawatan untuk melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi sehingga akan meningkat motivasinya, memberikan
pelatihan Patient Safety bagi perawat yang belum pernah mengikuti, dan mengadakan pelatihan
secara berkala bagi perawat yang sudah pernah mengikuti pelatihan Patient Safety, sehingga
perawat dapat meningkatkan pelaksanaan komunikasi efektif dalam keselamatan pasien dengan
baik. Sebagai staf keperawatan perlu mengikuti perkembangan ilmu keperawatan terutama
tentang Patient Safety sehingga menambah referensi atau wawasan baru dalam Patien Safety dan
hendaknya perawat dapat memotivasi diri dari naluri diri sendiri bukan karena pemberian
insentif atau dorongan dari luar.

Referensi

Firawati, Pebuty, A., & Putra, A. S. (2012). Pelaksanaan Program Keselamatan Pasien di RSUD
Solok. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 6(2), 73-79.
Herawati, Y. T. (2015). Budaya Keselamatan Pasien di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit X di
Kabupaten Jember. Jurnal IKESMA, 11(1).
Herlina, L. (2019). Hubungan Motivasi dengan Kepatuhan Perawat dalam Pelaksanaan
Identifikasi Pasien Sebagai Bagian dari Keselamatan Pasien di Ruang Rawat Inap. Jurnal
Kesehatan, 10(1).
Isnaini, N. M., & Rofli, M. (2014). Pengalaman Perawat Pelaksana dalam Menerapkan
Keselamatan Pasien. Jurnal Managemen Keperawatan, 2(1), 30-37.
Insani, T. H. N., & Sundari, S. (2018). Analisis Pelaksanaan Keselamatan Pasien Oleh Perawat.
Journal of Health Studies, 2(1), 84-95.
Marianna, S. (2018). Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawat Terhadap Manajemen
Keselamatan Pasien dalam Pemberian Obat Kewaspadaan Tinggi di Rumah Sakit Menteng Mitra
Afia, Jakarta. Jurnal Online Keperawatan Indonesia, 2(1).
Nivalinda, D., Hartini, M. C., & Santoso, A. (2013). Pengaruh Motivasi Perawat dan Gaya
Kepemimpinan Kepala Ruang Terhadap Penerapan Budaya Keselamatan Pasien oleh Perawat
Pelaksana pada Rumah Sakit Pemerintah di Semarang. Jurnal Managemen Keperawatan, 1(2),
138-145.
Sari, D. K. (2015). Hubungan Karateristik dan Peran Perawat Dengan Tindakan Keselamatan
Pasien dalam Pemasangan Infus. .Jurnal Kesehatan, 10(1).
Simamora, R. H. (2018). Buku Ajar Keselamatan Pasien Melalui Timbang Terima Pasien
Berbasis Komunikasi Efektif: SBAR. Medan: USUpress.
Simamora, R. H. (2020). Learning of Patient Identification in Patient Safety Programs Through
Clinical Preceptor Models. Medico Legal Update, 20(3), 553-556.
Sriningsih, N. & Marlina, E. (2020). Pengetahuan Penerapan Keselamatan Pasien (Patient
Safety) Pada Petugas Kesehatan. Jurnal Kesehatan, 9(1).
Wulandari, M. R., Yulia, S., & Triwijayanti, R. Peningkatan Budaya Keselamatan Pasien
Melalui Peningkatan Motivasi Perawat dan Optimalisasi Peran Kepala Ruang. Jurnal
Kepemimpinan dan Managemen Keperawatan, 2(2).

Anda mungkin juga menyukai