Anda di halaman 1dari 28

TEKNOLOGI KONSTRUKSI RAMAH LINGKUNGAN

L a m p u n g , 1 0 A p r i l 2 0 1 8

0
PRINSIP
PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
Permen PUPR Republik Indonesia No:05/PRT/M/2015
Pedoman Umum Implementasi Konstruksi Berkelanjutan Pada Penyelenggaraan
Infrastruktur Bidang Pekerjaan Umum Dan Permukiman

Efisiensi penggunaan biaya dan perbaikan


Ekonomi
perekonomian masyarakat setempat

Perbaikan terhadap kehidupan masyarakat


Sosial
lokal dan sebagai pemersatu rakyat

Ramah lingkungan dan dapat memperbaiki


Lingkungan
kualitas lingkungan

Green construction fokus pada cara membangun yang


memperhatikan aspek kelestarian lingkungan hidup

1
JALAN & JEMBATAN

TEKNOLOGI KONSTRUKSI
RAMAH LINGKUNGAN
DI PUPR
GEDUNG
RAMAH
LINGKUNGAN PENYEDIAAN
(GREEN SUMBER DAYA AIR
BUILDING)

2
TEKNOLOGI RAMAH LINGKUNGAN
KONSTRUKSI JALAN & JEMBATAN

• Warm Mix Asphalt


01 • Beton Sedikit Semen
Portland (SSP)

• Slag Baja
02

4R
• Tailing

Recycling Asphalt
03 Pavement

• Rumput Vetiver
04 • Material Lokal
• Mortar Busa (CMP)

3
PENDEKATAN REDUCE
TEKNOLOGI WARM MIX ASPHALT ZEOLIT

Warm Mix (campuran hangat) adalah


metode pencampuran aspal dengan
panas lebih rendah ± 30˚C dari metode
pencampuran konvensional (hot mix)
menggunakan material zeolit alam.

MANFAAT
• Proses lebih murah sebab konsumsi
BBM lebih sedikit;
• Kualitas setara Hot Mix Asphalt;
• Polusi udara lebih sedikit dari AMP
(Asphalt Mixing Plant).

Zeolit alam di Indonesia

4
CONTOH TEKNOLOGI WARM MIX ASPHALT ZEOLIT

JALAN KEMBAR PUSJATAN,


BANDUNG, JABAR

FLY OVER ANTAPANI,


BANDUNG, JABAR
5
PENDEKATAN REDUCE
TEKNOLOGI BETON SEDIKIT SEMEN
(PEMANFAATAN FLY ASH)
Sisa Pembakaran PLTU Batubara
berupa abu terbang (fly ash)
digunakan sebagai pengganti pasir
dalam pembuatan beton sehingga
dapat mengurangi limbah.

MANFAAT
• Biaya yang lebih murah dan lebih
mudah dikerjakan;
• Memberikan ketahanan yang lebih
baik, tahan korosif dan tidak
mudah retak

PEMANFAATAN FLY ASH DALAM


PEMBANGUNAN JEMBATAN
Fly Ash sisa PLTU Batubara

6
CONTOH TEKNOLOGI BETON SEDIKIT SEMEN (PEMANFAATAN FLY ASH)
JEMBATAN PULAU BALANG, KAB. BULUKUMBA, SULSEL

7
P E N D E K A T A N R EUS E
TEKNOLOGI SLAG BAJA
Sisa material besi dan baja (slag) digunakan sebagai
alternatif material perkerasan jalan.

MANFAAT
• Mengurangi limbah padat;
• Mengurangi biaya yang dikeluarkan untuk perkerasan jalan.

Pedoman Penggunaan Agregat Slag Besi dan Baja untuk Campuran Beraspal
Panas oleh Pusjatan (Pd. T-04-2005-B)

TEKNOLOGI TAILING
Teknologi tailing merupakan metode pemanfaatan bahan
limbah B3 sebagai material perkerasan jalan.

MANFAAT
• Mengurangi limbah padat;
• Lebih murah sebagai material alternatif perkerasan jalan.

Pedoman Penggunaan Tailing oleh Pusjatan (Pd. T-14-2004-B)

8
PENDEKATAN RECYCLE
TEKNOLOGI RECYCLING ASPHALT PAVEMENT

Ilustrasi Recycling Asphalt Pavement:


• Teknologi CTRB (Cement Treated Recycling Base):
daur ulang dengan cara menstabilisasi lapis pondasi (terutama agregat)
dengan semen
• Teknologi CMRFB (Cold Mix Recycling Foam Bitumen): stabilisasi eks
perkerasan beraspal dengan aspal yang dibusakan (foam bitument)

MANFAAT
• Lebih ekonomis serta menunjang kebutuhan
akan konservasi sumber daya alam;
• Peningkatan kekuatan struktural perkerasan
dapat diperoleh tanpa meninggikan elevasi
permukaan jalan;
• Memperbaiki geometri dan kerataan jalan;
• Lebih cepat karena pekerjaan langsung di
tempat.

9
PENDEKATAN REPLACE
TEKNOLOGI RUMPUT VETIVER
Teknologi sederhana untuk perlindungan
lereng yang memanfaatkan rumput vetiver
hidup untuk konservasi tanah dan air serta
perlindungan lingkungan. Vetiver yang
ditanam tidak diperbolehkan dipanen
akarnya karena jika terjadi, hal ini dapat
menimbulkan efek yang kontradiktif, yaitu
terjadinya kerusakan tanah.

MANFAAT
• Memberikan solusi penanganan erosi
permukaan sehingga mereduksi potensi
longsoran;
• Praktis, tidak mahal dan mudah dipelihara;
• Membantu dalam konservasi air dan
rehabilitasi lahan;
• Memberikan ketahanan yang lebih baik,
tahan korosif dan tidak mudah retak.

10
PENDEKATAN REPLACE
TEKNOLOGI MATERIAL LOKAL (BATU KAPUR)

Lapis pondasi batu


kapur adalah suatu
lapisan pada
perkerasan jalan
yang terletak di
antara lapis
permukaan dan lapis
tanah dasar.

Digunakan untuk ruas jalan dengan LHR


(400 kendaraan/hari/2 arah)

MANFAAT
• Harga produksi campuran beraspal dapat
dihemat;
• Dapat digunakan untuk lalu lintas rendah
sampai dengan lalu lintas sedang;
• Pemanfaatan bahan lokal untuk lokasi
setempat;
• Mengurangi ketergantungan pada agregat
standar yang sulit didapatkan;
• Cocok untuk daerah dengan kapur melimpah.
Pelapisan fondasi jalan dengan batu kapur

11
PENDEKATAN REPLACE
TEKNOLOGI CORRUGATED MORTAR PUSJATAN (CMP)

Penerapan Teknologi CMP di Fly Over Antapani


Bandung, Jawa Barat

Teknologi CMP merupakan


kombinasi teknologi
corrugated steel arch
dengan mortar busa.

Teknologi ini
menggunakan struktur
baja bergelombang yang
telah dipabrikasi
sebelumnya sehingga
pekerjaan konstruksi di
lapangan menjadi lebih
mudah dan cepat.

MANFAAT
• Biaya konstruksi lebih murah hingga 70%;
• Waktu konstruksi 50% lebih cepat;
• Meminimalisir gangguan lalu lintas pada saat instalasi;
• Tidak membutuhkan konstruksi dinding penahan.

12
PEMERINGKATAN JALAN HIJAU

Jalan Tol Bali Mandara, Bali

Jalan hijau adalah jalan yang dirancang dan


dilaksanakan dengan menerapkan prinsip
keberlanjutan yang meliputi aspek
perlindungan lingkungan, aspek pemenuhan
kebutuhan dasar manusia, dan aspek
ekonomis.

13
SISTEM PEMERINGKATAN
JALAN HIJAU
Sistem Pemeringkatan Jalan Hijau adalah kegiatan penilaian terhadap
upaya-upaya penerapan kriteria hijau pada tahap perancangan dan
pelaksanaan konstruksi untuk mencapai tingkat keberlanjutan jalan tertentu.

KENAPA DIPERINGKAT?
Proyek jalan yang diperingkat dengan sistem
pemeringkatan Jalan Hijau dapat
PERSYARATAN JALAN HIJAU mengarahkan beberapa kegiatan proyek
melalui perancangan Rencana Teknis
Life Cycle Cost/Laporan Studi Akhir/DED dan pelaksanaan konstruksi yang
Kelayakan/Lap ekonomi lebih berkelanjutan sesuai dengan beberapa
peraturan di Indonesia.
Dokumen Lingkungan
(Amdal/UKL/UPL/SPPL/DPLH, DEPLH)

Laporan Perencanaan Teknis Akhir


PERINGKAT JALAN HIJAU
(DED) NILAI > 45
Gambar Terbangun
NILAI 20,01 < 44,99

NILAI < 20,00


Melaksanakan Penilaian Mandiri
Pemeringkatan MEMENUHI
PERSYARATAN

14
KRITERIA JALAN HIJAU
BERDASARAKAN PERATURAN MENTERI PUPR No. 5 (2015)

➢ Sistem Manajemen Mutu,


Sample ➢ Daur ulang,
text ➢ Fasilitas: pejalan kaki, ➢ Penekanan emisi,
➢ Pengendalian air, ➢ Reuse
(pelandaian, jalur ➢ Recycling
pemandu, bangku), ➢ Jaminan mutu,
➢ Energi terbarukan ➢ Material Lokal
pesepeda, angkutan ➢ Pemanfaatan
umum; material berlebih,
➢ Audit keselamatan jalan; 11 ➢ Penerangan jalan
➢ Peran masyarakat;
➢ Lansekap jalan Kriteria 6
Pelaksanaan
35 Konstruksi Kriteria
Kriteria Material &
➢ Sistem
Transportasi & Sumber Daya Alam ➢ Perancangan
Manajemen
Masyarakat berumur
Lingkungan;
➢ Menyiapkan panjang,
sistem drainase; ➢ Campuran
➢ Menekan polusi hangat,
debu; ➢ Campuran
➢ Meredam Kriteria dingin
34 Konservasi Kriteria
kebisingan; Teknologi 5 ➢ Perkerasan
➢ Melindungi Lingkungan KRITERIA porus
Air, Udara Perkerasan
habitat; JALAN HIJAU ➢ Perkerasan
➢ Menanam pohon. dan Alam yang meredam
kebisingan

15
PROYEK JALAN YANG TELAH DIPERINGKAT

➢ Fly Over Bukittinggi,


Sumatera Barat
➢ Jalan Braga, Bandung, Jawa
Barat
➢ Jalan Gerung Mataram, NTB
➢ Jalan Tembus Jl. Kartini –
Jl. Gajah, Semarang, Jawa
Tengah
➢ Jalan Karangandong –
Kesambean Kulon – Perning,
Gresik, Jawa Timur
➢ Jalan Tol Semarang – Solo,
Jawa Tengah
➢ Jalan Tol Bekasi Timur, Jawa
Barat

Underpass Dewa Ruci Denpasar, Bali

➢ Underpass Dewa Ruci Denpasar, Bali


➢ Jalan dan Jembatan Kelok Sembilan, Sumatera Barat Fly Over Bukittingi,
➢ Jalan Tol Bali Mandara, Bali Sumatera Barat

16
SISTEM MODULAR
UNTUK INFRASTRUKTUR SUMBER DAYA AIR RAMAH LINGKUNGAN

Lining Saluran Sabo Dam


Modular Mikro Modular

Blok Beton Bangunan


Terkunci Pengaman Pantai

MANFAAT
• Mempercepat pelaksanaan konstruksi,
• Solusi keterbatasan bahan baku lokal,
• Standardisasi dan pengendalian kualitas lebih mudah
LINING SALURAN MODULAR
SISTEM MODULAR UNTUK INFRASTRUKTUR SUMBER DAYA AIR

Lining saluran modular adalah saluran


irigasi tersier yang anti bocor dan anti
longsor, ditujukan untuk membagikan
air ke persawahan/pertanian secara
efektif dan efisien.

KEUNGGULAN
• Waktu pengerjaan lebih cepat;
• Mutu material lebih terjamin, murah dan
mudah;
• Penggunaan material lokal dan dapat dibuat
secara insitu atau di tempat lain (pracetak);
• Mampu meningkatkan indeks pertanaman
> 49%;
• Memberikan efisiensi penyaluran irigasi
Daerah Irigasi Kiawit, > 91,5%.
Kab. Sambas,Kalimantan Barat

18
BLOK BETON TERKUNCI
SISTEM MODULAR UNTUK INFRASTRUKTUR SUMBER DAYA AIR

Blok beton terkunci diterapkan di


teknologi Bendung Knock Down (BKD)
untuk meninggikan muka air secara
sederhana agar dapat disadap dan
dialirkan sampai titik tertentu.
Kampung Cikarag
Majalengka, Jawa Barat
KEUNGGULAN
• Blok beton dapat dibagi menjadi beberapa
komponen modular yang relatif ringan;
• Kaitan antara komponen modular lentur sehingga
dapat menyesuaikan diri dengan perubahan
morfologi sungai;
• Tahan terhadap abrasi dan benturan batu;
• Mampu mengendalikan gradien kemiringan aliran
sehingga dapat meredam kecepatan aliran ke hilir.

19
SABO DAM MIKRO MODULAR
SISTEM MODULAR UNTUK INFRASTRUKTUR SUMBER DAYA AIR

Sabodam mikro berfungsi untuk


menangkap material dari erosi
lahan sehingga tidak terbawa ke
hilir sungai dan mengakibatkan
sedimentasi.

KEUNGGULAN
• Efektif dalam mengurangi
sedimentasi hingga 75%;
• Membantu konservasi lahan dari
pengikisan lapisan humus (top
soil) dan menjaga kesuburan
tanah;
• Pemasangan alat cepat dan
mudah.

20
BANGUNAN PENGAMAN PANTAI
SISTEM MODULAR UNTUK INFRASTRUKTUR SUMBER DAYA AIR
Bangunan pengaman pantai menggunakan
material Blok Beton 3B (Berkait, Berongga,
Bertangga) sebagai salah satu struktur
pelindung pantai dari ancaman abrasi.

Pantai Tukad Mungga, Bali

KEUNGGULAN BETON BLOK 3B


• Lebih mudah didapat disbanding material pengaman pantai konvensional (batu besar dengan berat tertentu);
• Proses pengerjaan lebih cepat karena bersifat pracetak;
• Berongga sehingga lebih efektif dalam meredam gelombang air;
• Berkait sehingga struktur lebih stabil karena saling terkunci;
• Struktur bertangga memberikan akses kepada pengunjung untuk berjalan.

21
DERMAGA APUNG
SISTEM MODULAR UNTUK INFRASTRUKTUR SUMBER DAYA AIR

Dermaga apung adalah sarana dermaga yang terapung


di air, yang difungsikan supaya dermaga apung dapat
naik turun mengikuti pasang surut air. Dengan
demikian, jarak dari permukaan dermaga apung ke
permukaan air selalu sama baik dalam keadaan air
pasang maupun surut, sehingga dermaga apung dapat
disandari oleh perahu setiap saat.

KEUNGGULAN
• Biaya lebih murah dibanding dermaga yang
menggunakan teknologi konvensional;
• Lebih aman karena sifatnya bisa naik turun
mengikuti permukaan air laut;
• Tidak perlu membangun pondasi;
• Material beton memiliki durabilitas yang baik, stabil,
Pembangunan Dermaga Apung
tahan terhadap gelombang air laut, tahan terhadap Kali Baru, Jakarta Utara
korosi dan ramah lingkungan.

22
GREEN BUILDING
INFRASTRUKTUR HIJAU PUPR

Gedung Hijau adalah gedung yang memenuhi


persyaratan dan memiliki kinerja terukur secara
signifikan dalam penghematan:

PENGGUNAAN AIR

KONSUMSI ENERGI

SUMBER DAYA LAIN


Gedung Menteri, Kementerian PUPR, Jakarta
23
GEDUNG HIJAU

EFISIENSI PENGGUNAAN
SUMBERDAYA AIR, ENERGI,
DAN SUMBERDAYA LAINNYA UU NO.28 TAHUN 2002
PENGHEMATAN REGULASI
RATING GREEN BUILDING
SUMBERDAYA GEDUNG HIJAU
GREENSHIP

KINERJA BANGUNAN
GEDUNG HIJAU
Surat Edaran
MEMPERSIAPKAN
PEMDA
PERLUNYA DORONGAN PEMDA
GBCI
No.86/SE/DC/201 UNTUK MEMPERSIAPKAN
6 Tentang PERANGKAT YANG
Petunjuk Teknis DIBUTUHKAN
Penyelenggaraan
Bangunan
Gedung Hijau

24
CONTOH GEDUNG HIJAU
GEDUNG UTAMA KEMENTERIAN PUPR

Gedung Kantor
17 lantai
Gedung Parkir
LOKASI :
12 lantai Jl. Patimura No. 20, Jakarta Selatan
Kantor dan Parkir LUAS:
1 Semibasement 44.153,8 m2
(Connected) • 25.590 m2 (Gedung Kantor)
• 18.563,80 m2 (Gedung Parkir)

25
KONSEP GREEN BUILDING
GEDUNG UTAMA KEMENTERIAN PUPR [1-2]
EFISIENSI ENERGI LISTRIK

ENERGI
LISTRIK
DIHEMAT
0,26%
385 PENGGUNAAN
Efisiensi penggunaan energi listrik
ENERGI
KWh/tahun SOLAR PANEL dilakukan melalui:
• Pemilihan penggunaan tipe lampu yang
digunakan seperti LED, T5.
• Mengurangi penggunaan cahaya lampu
pada siang hari serta illumination dari
lampu.
• Pengaturan dengan sistem
Automatisasi untuk pencahayaan lampu
dengan menggunakan Balast
Electronic.
• Sistem Lighting Control (sistem
penerangan terkontrol dengan
Solar Panel (Sumber Renewable Energy) menggunakan sensor untuk
mengendalikan tingkat penerangan dan
jumlah lampu yang menyala)

26
KONSEP GREEN BUILDING
GEDUNG UTAMA KEMENTERIAN PUPR [2-2]
UPAYA EFISIENSI SUMBER DAYA AIR

63% Pemanenan Air Hujan, air


hujan yang jatuh ke atap
REDUKSI
gedung akan dikumpulkan
KONSUMSI
dan diolah menjadi air
POTABLE
bersih.
WATER Penggunaan perlengkapan hemat air:
72% dibawah standar SNI seperti ran
aliran rendah, keran dinding dan
pancuran;

Daur ulang grey water melalui


Sewage Treatment Plant (STP), hasil
KAPASITAS daur ulang digunakan untuk
RECYCLED menyiram tanaman, flushing toilet
WATER dan air pendingin AC;
150
m3/hari • Air Pendingin AC: 36 m3/hari
• Irigasi Pertanaman: 46 m3/hari

27

Anda mungkin juga menyukai