Anda di halaman 1dari 12

Perspektif Komunikasi: Jurnal Ilmu Komunikasi Politik dan Komunikasi Bisnis

Vol 6 No 1 Juni 2022 pp. 25-36


P-ISSN 2549-0613, E ISSN 2615-7179

VOLDEMORT: ORIGINS OF THE HEIR, FAN FILM DALAM 3


FUNGSI REMEDIASI
Nara Garini Ayuningrum
Universitas 17 Agustus 1945, Surabaya, Indonesia

e-mail: naragarini@untag-sy.ac.id

Abstrak
Budaya populer yang diproduksi secara massal adalah kebudayaan-kebudayaan yang dibentuk berdasarkan selera
pasar dan memiliki nilai komoditi yang tinggi. Film menjadi salah bentuk budaya populer yang hingga saat ini
masih sangat diminati oleh sebagian besar masyarakat. Melalui konsep industri budaya, film kemudian melahirkan
kelompok-kelompok kecil masyarakat yang kemudian disebut sebagai fans. Berbagai stigma dan stereotip
terhadap fans membuatnya berada di lingkaran kecil di luar masyarakat. Seringkali para fans “harus”
menggunakan akun media sosial secara anonim ketika ingin menunjukkan kegemaran mereka terhadap sesuatu
demi menghindari celaan dan penamaan “aneh” dari masyarakat lain. Namun kini, kegiatan yang dilakukan oleh
fans tidak lagi hanya sekedar “mengagumi” tetapi juga berpartisipasi aktif dalam berbagai aspek, sebut saja dalam
pembuatan fan film. Penelitian ini mengangkat sebuah fan film yang diproduksi oleh Tryangle Films yang berjudul
Voldemort: Origin of the Heir, dimana para pembuat film mengadaptasi langsung seluruh cerita dari novel dan
berusaha tidak menghilangkan detail setting, hingga menyamakan aksen yang digunakan dari film-film Harry
Potter sebelumnya. Dengan menggunakan metode deskriptif, melalui teori fungsi remediasi yaitu remediation as
the mediation of mediation, remediation as the inseparability of mediation and reality dan remediation as reform,
penelitian ini berhasil membaca bentuk remediasi yang dilakukan oleh Tryangle Films. Sehingga melalui
penelitian ini fans bukan lagi seorang penggemar yang pasif, namun juga turut berpartisipasi secara aktif dalam
bentuk remediasi.

Kata kunci: fans, film, harry potter, remediasi, voldemort.

VOLDEMORT: ORIGINS OF THE HEIR AS A FORM OF


REMEDIATION
Abstract

Mass-produced popular cultures are cultures that are formed based on market tastes and have a high commodity
value. Film has become a form of popular culture that until now is still in great demand by most of the public.
Through the concept of the cultural industry, film then gave birth to small groups of people who were later referred
to as fans. Various stigmas and stereotypes towards fans made him in a small circle outside of society. Often fans
"have to" use social media accounts anonymously when they want to show their penchant for something in order
to avoid reproach and "strange" naming from other people. But now, the activities carried out by fans are no longer
just "admiring" but also actively participating in various aspects, let's call it in the making of fan films. This
research raised a fan film produced by Tryangle Films entitled Voldemort: Origin of the Heir, where the
filmmakers adapted the entire story directly from the novel and tried not to omit the details of the setting, to equate
the accents used from the previous Harry Potter films. By using a descriptive method, through the theory of the
remediation function, namely remediation as the mediation of mediation, remediation as the inseparability of
mediation and reality and remediation as reform, this study succeeded in reading the form of remediation carried
out by Tryangle Films. So that through this research, fans are no longer passive fans, but also actively participate
in the form of remediation.

Keywords: fans, film, harry potter, remediation, voldemort.

25
Perspektif Komunikasi: Jurnal Ilmu Komunikasi Politik dan Komunikasi Bisnis
Vol 6 No 1 Juni 2022 pp. 25-36
P-ISSN 2549-0613, E ISSN 2615-7179

PENDAHULUAN ini hingga masyarakat tidak menyadari apa


yang tengah terjadi. Industri budaya
Berkembangnya budaya populer di kalangan memanipulasi masyarakat untuk terus
masyarakat yang diawali dengan revolusi mengkonsumsi, “this ideology is corrupting
industri tidak mungkin terelakkan. Budaya and manipulative, and underpins the
populer adalah budaya yang diproduksi untuk dominance of the market and commodity
pasar massal. Kebudayaan-kebudayaan ini fetishism” (Strinati, 2004:58). Ideologi ini
dibentuk berdasarkan selera pasar dan memiliki mengikis dan memanipulasi, mendukung
nilai komoditi yang tinggi. Musik pop, film dominasi pasar dan fetisisme komoditas.
hingga novel modern adalah salah satu bentuk Ideologi ini bersifat konformis sekaligus
budaya populer yang pada masanya dinilai mematikan pikiran, mendukung penerimaan
merusak kebudayaan tinggi karena bersifat umum terhadap tata aturan kapitalis. Dalam
komersial. Strinati (2004:58) menurut Adorno “the
Budaya populer yang diciptakan concepts of order which it (the culture industry)
memang bersifat komersil, seperti yang hammers into human beings are always those of
dijabarkan Strinati (2004) dalam bukunya An status quo”. Kekuatan ideologi industri budaya
Introduction To Theories Of Popular Culture, sudah sedemikian rupa hingga konformitas
bahwa budaya popular mungkin tidak akan menggantikan kesadaran.
diproduksi seandainya tidak menghasilkan Industri budaya inilah yang kemudian
uang. Di buku yang sama, Adorno dan Mazhab berpengaruh terhadap pembentukan kelompok-
Frankfurt beragumen yang sama. “For Adorno kelompok kecil masyarakat yang kemudian
and the Frankfurt School, commodity fetishism disebut dengan Fans. Berbeda dengan yang
is the basis of a theory of how cultural forms dijelaskan oleh Adorno bahwa masyarakat
such as popular music can secure the produk dari industri budaya bersifat pasif dan
continuing economic, political and ideological penurut, Fans menurut Jenkins (2006) mampu
domination of capitalism” (Strinati, 2004:50) menciptakan sesuatu untuk memenuhi
Menurut Adorno dan Mazhab Frankfurt, bagi kepentingannya dari produk-produk budaya
Marx, fetisisme komoditas merupakan sebuah popular. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan
landasan teori mengenai bagaimana budaya oleh para fans tidak lagi hanya sekedar
sesperti music pop dapat digunakan untuk “mengagumi” tetapi juga bisa ikut
mengamankan modal ekonomi, politis dan berpartisipasi dalam berbagai aspek.
ideologi berkelanjutan Tidak seperti awal tahun kemunculan
Konsep industri budaya pertama kali fans, saat ini dengan lebih banyak lagi budaya
diterbitkan pada tahun 1975. Mazhab Frankfut popular yang beredar dan dengan pesatnya
berpendapat bahwa industri budaya perkembangan teknologi, fans lebih bisa
mencerminakan konsolidasi fetisisme mengekspresikan kekaguman mereka. Tidak
komoditas. Dimana mengacu pada lagi hanya dengan mengoleksi benda-benda
pembentukan selera dan kecenderungan massa yang berhubungan dengan idolanya atau
sehingga mencetak kesadaran mereka dengan menonton dan membaca buku nya berulang-
cara menanamkan keinginan mereka atas ulang, fans bisa membuat lebih dari itu. Sebut
kebutuhan-kebutuhan palsu. Industri budaya saja Fan Film.
berusaha mengesampingkan kebutuhan- Fan film adalah sebutan bagi film yang
kebutuhan riil, konsep-konsep atau teori-teori dibuat oleh para fans dan untuk fans itu sendiri
alternatif dan radikal, serta cara-cara berpikir tanpa mengandung nilai komersil. Belum
dan bertindak oposisional politis. Industri banyak kajian-kajian yang menulis tentang fan
budaya sangat efektif dalam menjalankan hal film, namun sudah banyak film-film yang

26
Perspektif Komunikasi: Jurnal Ilmu Komunikasi Politik dan Komunikasi Bisnis
Vol 6 No 1 Juni 2022 pp. 25-36
P-ISSN 2549-0613, E ISSN 2615-7179

diproduksi dengan mengatasnamakan fans. Sihir dan Ilmu Hitam Borgen and Burke untuk
Penelitian ini akan mengangkat tentang fan film mendalami dark magic dan mengumpulkan
yang diproduksi oleh Tryangle Films yang ancient heirlooms untuk dijadikan horcrux.
berjudul Voldemort: Origin of the Heir. Dalam pencariannya, dia bertemu dengan
Tryangle Films adalah kelompok yang Hepzibah Smith yang gemar mengumpulkan
memproduksi film tentang Voldemort, yang ancient heirlooms. Hepzibah Smith
diketahui sebagai musuh utama Harry Potter memperlihatkan 2 ancient heirlooms yang ia
dalam buku-buku yang ditulis oleh J.K miliki kepada Tom, yaitu Hufflepuff Cup dan
Rowling. Produksi film ini awalnya menuai Slytherin Locket, yang dulu ternyata dimiliki
kontoversi karena adanya isu copyrights yang oleh Merope Gaunt, ibu Tom yang terpaksa
dipegang oleh Warner Bros, selaku rumah menjualnya karena membutuhkan uang. Tom
produksi yang memproduksi film Harry Potter. yang melihat Slytherin Locket mendadak
Namun dengan berbagai negosiasi, pihak “panas” dan membunuh Hepzibah Smith.
Warner Bros maupun J.K Rowling akhirnya Grisha McLaggen kemudian meminta bantuan
mendukung adanya pembuatan film ini. General Makarov untuk mendapatkan buku
Film yang berdurasi 52:41 menit itu harian Tom yang diduga sebagai horcrux.
hingga saat ini mencapai hingga 14 Juta Fan film dikategorikan sebagai bentuk
penonton dalam waktu kurang dari 1 tahun di remediasi karena para fans mengadaptasi cerita
Youtube channel Tryangle Film. Film ini yang mereka baca dari sebuah novel ke dalam
berangkat dari rasa ketidakpuasan sang bentuk medium lain, yaitu film. “The new
produser dan sutradara tentang Voldemort yang medium can remediate by trying to absorb the
dihadirkan dalam film Harry Potter. Film ini older medium entirely, so that the
dibuat berdasarkan novel Harry Potter dan discontinuities between the two are minimized.
penjelasan penulisnya, J.K Rowling. Setelah The very act of remediation, however, ensures
membaca berulang-ulang novel ke 6 Harry that the older medium cannot be entirely
Potter yang berjudul Harry Potter and the Half effaced” (Bolster & Grusin, 2000:47). Mediasi
Blood Prince, Gianmaria Pezzato, sang baru yang digunakan bisa ber-remediasi dengan
sutradara, merasa terinspirasi untuk mencoba menyerap semua aspek yang berada di
memproduksi film tersebut. Didukung oleh dalam mediasi lama, sehingga
beberapa teman yang juga merupakan ketidaksinambungan atas keduanya bisa
Potterhead (sebutan untuk fans Harry Potter), diminimalisir. Proses remediasi, dengan yakin
Pezzato mencoba memproduksi film ini. tidak menghapus keseluruhan aspek dari
Voldemort: Origin of the Heir bercerita mediasi sebelumnya.
tentang bagaimana Tom Marvolo Riddle Yang terjadi pada Voldemort: Origin of
berubah menjadi Voldemort. Kisah ini dimulai the Heir, dimana para pembuat film
ketika Grisha McLaggen yang sedang berusaha mengadaptasi langsung seluruh cerita dari
menyelidiki kematian Hepzibah Smith dan novel dan berusaha tidak menghilangkan detail
mencari buku harian Tom Riddle yang setting, hingga menyamakan aksen yang
diyakininya sebagai horcrux. Grisha digunakan dari film-film Harry Potter
McLaggen, Tom Ridle dan 2 temannya yang sebelumnya. Hal ini dilakukan karena para
lain, Lazarus Smith dan Wiglaf Sigurdsson penggemar film Harry Potter masih merasakan
adalah teman sepermainan saat masih aura yang sama antara film ini dengan film
bersekolah di Hogwarts dulu. Setelah lulus dari serial Harry Potter yang lain.
Hogwarts, tidak seperti teman-temannya yang Sedikit sekali fan film yang dibuat
bekerja di departemen sihir atau Hogwarts, secara professional, sehingga tidak
Tom Riddle memilih bekerja di Toko Peralatan mengherankan ketika penelitian terkait fan film

27
Perspektif Komunikasi: Jurnal Ilmu Komunikasi Politik dan Komunikasi Bisnis
Vol 6 No 1 Juni 2022 pp. 25-36
P-ISSN 2549-0613, E ISSN 2615-7179

sulit ditemukan. Hanya satu penelitian yang Penelitian ini menggunakan metode penelitian
sesuai yaitu, Star Trek, Fan Film, and the studi pustaka dengan pendekatan kualitatif
Internet: Possibilities and Constraints of untuk menggambarkan bentuk remediasi yang
FanBased Vernacular Cultures oleh Kris dilakukan oleh Tryangle Films pada film
Markman. Dalam penelitiannya, Markman buatannya Voldemort: Origin of The Heir
(2005) menjelaskan bagaimana fan film adalah sebagai bentuk pengekspresian dan partisipasi
salah satu wujud partisipasi aktif yang diri. Untuk itu data dikumpulkan dengan cara
dilakukan fans untuk mengekspresikan dan mencari segala bentuk publikasi tentang film
mewujudkan imajinasi dan interpretasi mereka Voldemort: Origin of The Heir, publikasi
terhadap adegan dan cerita yang mereka tonton tentang profil Tryangle Films, dan respon dari
dan baca. Dalam penelitiannya, Markman Potterhead (fans Harry Potter) terhadap film
berusaha mencari bagaimana fan film tersebut. Dengan menggunakan paradigma
diharapkan mampu menjadi salah satu media interpretatif, penelitian ini dapat
untuk menentang hegemoni pembuat film menggambarkan perubahan sosial dan budaya
terhadap interpretasi mereka mengenai film star yang terjadi di masyarakat, khususnya pada
trek. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fan studi terkait fans.
film adalah salah satu bentuk obsesi para fans
untuk mengkritik film yang dibuat oleh HASIL DAN PEMBAHASAN
production house film tersebut dengan berusaha
mengisi “kekosongan” dan detail-detail yang 1. Fans di Mata Masyarakat
dilewatkan oleh para pembuatnya. Namun Dalam bukunya yang berjudul Adoring
seringkali fan film mencampuradukkan Audience: Fan Culture and Popular Media,
berbagai macam fan theory sehingga Lisa A Lewis memulainya dengan pengertian
“menghancurkan” cerita intinya. Bagi fans:
Markman, itulah mengapa seringkali para “We all know who the fans are. They’re
produser film menolak memproduksi film the ones who wear the colors of their
berdasarkan intrepretasi dari fans film yang favorite team, the ones who record
fanatik. Melalui fan film, para fans belum their soap opera on VCRs to watch
mampu membuat pertunjukkan yang after the work day is over, the ones who
komprehensif untuk dapat dinikmati oleh tell you every detail about a movie
berbagai kalangan, sebagaimana yang dibuat star’s life and work, the ones who sit in
oleh para pembuat film profesional. Sehingga the line for hours for front row tickets
lagi-lagi fans mendapatkan label negatif atas to rock concert. Fans are, in fact, the
ketidakmampuan mereka dalam mengendalikan most visible and identifiable of
ego atas obsesi menyempurnakan film yang audience.” (Lewis, 1992:1)
sudah dibuat. Sedangkan, menurut Jenkins, fans adalah yang
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk disebut
menunjukkan bagaimana partisipasi aktif yang “one becomes a “fan” not by being a
dilakukan oleh fans melalui pembuatan fan film. regular viewer of a particular program
Film bukanlah sebuah media kecil yang mampu but by translating that viewing into
dibuat oleh semua orang, sehingga fan film some kind of cultural activity, by
dapat dikatakan sebagai sebuah bentuk besar sharing feelings and thoughts about the
partisipasi aktif yang dilakukan oleh fans, program content with friends, by
sebagai kecintaannya terhadap sesuatu. joining a “community” of other fans
METODE who share common interest” (Jenkins,
2006:41).

28
Perspektif Komunikasi: Jurnal Ilmu Komunikasi Politik dan Komunikasi Bisnis
Vol 6 No 1 Juni 2022 pp. 25-36
P-ISSN 2549-0613, E ISSN 2615-7179

Fans bukanlah seseorang yang menonton kepada fans boyband atau girlband lain,
sebuah acara seperti apa adanya, tetapi fans dikarenakan persaingan antar kedua boyband
adalah seseorang yang memberikan makna atau girlband tersebut. Hal-hal tersebut adalah
pada kegiatan sehari-harinya dari acara yang ia beberapa alasan dibalik label negatif yang
tonton, dengan membagikan perasaan dan diterima oleh fans.
pemikirannya tentang konten dari program “For the academy, the answer may
tersebut kepada teman-temannya dan dengan reside in its historical propensity to
mengikuti komunitas yang beranggotakan treat media audiences as passive and
orang-orang yang mempunyai kegemaran yang controlled, its tendency to privilege
sama. Dengan 2 pengertian di atas, dapat asthetic superiority in programming its
disimpulkan bahwa fans adalah sekelompok reluctant to support consumerism, its
orang yang mempunyai kegemaran yang sama belief in media industry manipulation.
terhadap sesuatu dan memberikan value kepada The popular press as well, has
sosok atau sesuatu yang mereka gemari. stigmatized fandom by emphasizing
Terkadang mereka juga membawa value danger, abnormality and silliness”
tersebut kedalam kehidupan sehari-hari. (Lewis, 1992:1).
Namun, pada realitasnya, fans Bagi dunia pendidikan, alasan mengapa stigma
seringkali dianggap sebagai sesuatu yang negatif diberikan kepada fans, tidak lepas dari
negatif. anggapan bahwa mereka pasif dan dikontrol
“Poachers described a moment when oleh media yang memanipulasi keinginan untuk
fans were marginal to the operations of meningkatkan konsumerisme. Sedangkan
our culture, ridiculed in the media, menurut Joli Jenson, dalam Lewis (1992:14)
shrouded with social stigma, pushed “….these particular pathological
underground by legal threats, and often portrayals exist in relation to different,
depicted as brainless and inarticulate” unacknowledged issues and concerns. I
(Jenkins, 2006:1). believe that these two images tell us
Kalimat tersebut berada pada bagian more aboaut what we want to believe
Intoduction dari buku Fans, Blogger and about modern society, and our
Gamers Henry Jenkins, yang menggambarkan connection to it, than they do about
bagaimana fans dipandang oleh masyarakat. actual fan-celebrity relations.What is
Termarginalkan dari lingkup sosial, assumed to be true of fans-that they are
digambarkan konyol di media, hingga dianggap potentially deviant, as loners or as
tidak berotak dan diluar kendali. Tidak bisa members of a mob-can be connected
dipungkiri bahwa stigma negatif di atas with deeper, and more diffuse,
terbentuk karena adanya beberapa peristiwa assumptions about modern life…..
yang pernah terjadi. Sudah menjadi rahasia these assumptions-about alienation,
umum bahwa beberapa fans sepak bola di atomization, vulnerability and
Indonesia kerap kali melakukan pengerusakan irrationality- are central aspects of
pada fasilitas umum hingga perkelahian yang twentieth-century beliefs about
menimbulkan kematian karena identitas mereka modernity.”
sebagai fans klub sepak bola tertentu. Tidak Menurut Joli Jenson, karakter fans adalah jenis-
hanya itu, perkelahian antar fans yang sering jenis masyarakat yang hidup di dunia modern.
kali ditemukan di media sosial adalah fans Kesepian, teralienasi, irasional, adalah
Kpopers. Para fans boyband atau girlband beberapa sifat masyarakat yang memang ada di
tertentu akan menyerang secara verbal tengah masyarakat. Dalam essai-nya Joli Jenson
(biasanya dilakukan di Twitter dan Facebook) menceritakan tentang bagaimana Mark David

29
Perspektif Komunikasi: Jurnal Ilmu Komunikasi Politik dan Komunikasi Bisnis
Vol 6 No 1 Juni 2022 pp. 25-36
P-ISSN 2549-0613, E ISSN 2615-7179

Chapman membunuh John Lennon idolanya berjumlahkan anggota yang tidak sedikit dan
sendiri karena merasa kesepian. Masyakarat adanya rasa saling mendukung, fans mampu
seakan “mengkambing hitamkan” fans karena membuat perubahan.
tidak mau mengakui apa yang sebenarnya Dengan berkembangnya teknologi, fans
terjadi dengan masyarakat di era modern saat tidak bisa lagi dianggap sebagai sekelompok
ini. orang yang pasif, yang hanya menikmati karya-
Stigma negatif yang dilabeli kepada karya dari idola mereka saja. Fans mampu
fans tentu saja membawa pengaruh kepada para memberikan masukan, bahkan memproduksi
fans itu sendiri. Tidak jarang fans menutupi cerita mereka sendiri. Dalam penelitian ini,
identitas mereka, menjadi anonim ketika ingin Tryangle Films sebagai fans Harry Potter,
berinteraksi dengan idola mereka atau menjadi memproduksi sebuah film yang diangkat dari
orang lain ketika mengekspresikan perasaan novelnya yang disebut sebagai fan film.
mereka terhadap idolanya. Hal ini banyak
ditemui di media sosial. Banyak akun-akun 2. Fan Film Voldemort: Origin of The Heir
yang mengatasnamakan orang lain atau sebagai bentuk Remediasi
istilahnya role-player beredar di twitter yang “Again, we call the representation of one
sebagian besar adalah seorang fans. Mereka medium in another remediation, and we will
tidak ingin menunjukkan identitas aslinya argue that remediation is a defining
karena tidak merasa nyaman, dan tidak ingin characteristic of the new digital media”
orang-orang yang mereka kenal di dunia nyata (Bolster & Grusin, 2000:45). Remediasi adalah
tahu bahwa mereka adalah seorang fans fanatik. sebuah proses dimana konten pada media baru
“The popularity of star trek has menggantikan konten dari media sebelumnya.
motivated a wide range of cultural Remediasi adalah bentuk interpretasi baru dari
productions, creative networking of karya sebelumnya. “The goal of remediation is
program materials from childrens’s to refashion or rehabiliate other media.
backyard play to adult interactive Furthermore, because all mediations are both
games, from needlework to elaborate real and mediations of the real, remediation can
costumes, from private fantasies to also be understood as a process of reforming
computer programming and home reality as well” (Bolster & Grusin, 2000:56).
video production. This ability to Remediasi yang dilakukan oleh Tryangle
transform personal reaction into social Films adalah pembaruan mediasi dari novel
interaction, spectatorial culture into Harry Potter ke dalam bentuk film, dan
parcipatory culture, is one of the menyempurnakan cerita tentang Voldemort dari
central characteristic of fandom.” film-film Harry Potter sebelumnya. Hal ini
(Jenkins, 2006:41). dilakukan sebagai bentuk kekecewan fans
Pernyataan di atas memberikan pandangan karena menganggap bahwa tokoh Voldemort
berbeda tentang fans atau fandom. Stigma kurang ditampilkan di dalam film-film Harry
negatif yang melekat pada fans tidak selamanya Potter. Tryange Films kemudian memproduksi
benar. Tidak jarang fans melakukan kegiatan- sebuah film berdasarkan novel Harry Potter dan
kegiatan positif. Sebut saja kegiatan penjelasan dari pengarangnya, J.K Rowling.
penggalangan dana untuk Palestina, donasi Sebagai bentuk remediasi, film ini bisa
untuk pendidikan anak dan donasi untuk korban dikatakan sebagai sarana pengekspresian fans
perbudakan seksual yang dilakukan fans kpop terhadap sosok Voldemort yang mereka
di Indonesia. Dengan mengumpulkan donasi bayangkan. Sebagai salah satu tokoh inti dalam
dari para fans lain, mereka mampu membantu Harry Potter, tentu saja Voldemort memiliki
orang-orang yang membutuhkan. Dengan

30
Perspektif Komunikasi: Jurnal Ilmu Komunikasi Politik dan Komunikasi Bisnis
Vol 6 No 1 Juni 2022 pp. 25-36
P-ISSN 2549-0613, E ISSN 2615-7179

tempat sendiri di dalam imajinasi para Film Harry Potter sendiri adalah bentuk
pembacanya. remediasi dari Novel yang berjudul sama. Film
Remediasi memiliki 3 fungsi, yaitu ini mulai diproduksi pada tahun 2001 silam.
remediation as the mediation of mediation, Novel yang ditulis oleh J.K Rowling ini menuai
remediation as the inseparability of mediation banyak kontroversi karena menggunakan genre
and reality dan remediation as reform. Dalam fantasi dan menceritakan tentang dunia sihir
Voldemort: Origin of The Heir, remediasi yang kelam. Namun sejak penjualan buku yang
berfungsi sebagai: pertama pada tahun 1997 melonjak, Warner
A. Remediation as the mediation of mediation, Bros kemudian memutuskan untuk mengangkat
film Voldemort: Origin of the Heir sedikit novel serial Harry Potter ke layar lebar.
banyak mengadaptasi setting, wardrobe, “Similarly, the whole entertainment
special effect hingga aksen dari film-film industry’s understanding of
Harry Potter sebelumnya. Hal ini dilakukan remediation as repurposing reveals the
agar para penggemar film Harry Potter tetap inseparability of the economics from
merasakan persamaan di antara film-film social and material. The entertainment
tersebut. industry defines repurposing as
“….Fans continue to respect the creator of pouring a familiar content into another
the original series, even as they wish to media form; a comic book series its
rework some program materials to better repurposed as alive action movie, a
satisfy their personal interest” (Jenkins, televised cartoon, a video game and a
2006:55). Selain itu Fans juga menghargai set of action toys. The goal is not to
pembuat film dalam kasus ini Warner Bros replace the earlier forms, to which the
sebagai pemegang hak cipta film Harry company may own the rights, but rather
Potter, sehingga sebisa mungkin tidak to spread the content over as many
mengubah apapun yang identik dari para markets as possible” (Bolster &
tokoh dalam film. Grusin, 2000:68).
B. Remediation as reform, mempunyai makna Remediasi yang dilakukan oleh Warner
menggunakan kembali, memperbaharui Bros, juga merupakan bentuk “spread the
dan menyempurnakan teknologi mediasi content over as many markets as possible”
dan mediated reality. Film ini karena tidak semua penggemar Harry Potter,
menyempurnakan cerita tentang Voldemort yang disebut dengan Potterhead, membaca
dari film-film Harry Potter sebelumnya novel tersebut. Pada laman website tentang
dengan menggunakan kembali dan Potterhead, banyak fans yang awalnya tidak
memperbaharui special effect, jalan cerita, tahu menahu tentang novel Harry Potter
hingga setting tempat. “We have adopted sebelum novel tersebut di adaptasi ke layar
the word to express the way in which one lebar. Film Harry Potter menyebarkan
medium is seen by our culture as reforming “demam” ke lebih banyak negara dan
or improving upon another.” (Bolster & masyarakat.
Grusin, 2000:59).

Gambar 1. Komentar dari Potterhead

31
Perspektif Komunikasi: Jurnal Ilmu Komunikasi Politik dan Komunikasi Bisnis
Vol 6 No 1 Juni 2022 pp. 25-36
P-ISSN 2549-0613, E ISSN 2615-7179

Sumber: https://www.fanpop.com/clubs/harry-potter/answers/show/273512/believe-can-only-harry-
potter-fan-read-all-books

Gambar 2. Komentar dari Potterhead


Sumber: https://www.fanpop.com/clubs/harry-potter/answers/show/273512/believe-can-only-harry-
potter-fan-read-all-books

Gambar 3. Komentar dari Potterhead


Sumber : https://www.youtube.com/watch?v=C6SZa5U8sIg&t=2s

Gambar 4. Komentar dari Potterhead


Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=C6SZa5U8sIg&t=2s

Gambar 5. Komentar dari Potterhead


Sumber:https://www.youtube.com/watch?v=C6SZa5U8sIg&t=2s

Hal yang sama juga dilakukan oleh crowdfunding atau iuran sesama fans. Dengan
Tryangle Films dengan memilih menggunakan Warner Bros selaku pemegang hak cipta, film
Youtube sebagai medium pemutaran film. Hal ini tidak boleh bersifat komersil. Sehingga baik
ini dikarenakan agar semua Potterhead di pembuat film maupun penggemar dilarang
seluruh dunia dapat mengakses dan menikmati mencari keuntungan dari film ini. Dengan
film Voldemort: Origins of the Heir. Pembuatan mengamati laman komen Youtube Tryangle
film Voldermort: Origins of the Heir didanai Films dan publikasi yang dilakukan oleh
sendiri oleh para Potterhead dengan melakukan beberapa media, film ini menuai banyak pro dan

32
Perspektif Komunikasi: Jurnal Ilmu Komunikasi Politik dan Komunikasi Bisnis
Vol 6 No 1 Juni 2022 pp. 25-36
P-ISSN 2549-0613, E ISSN 2615-7179

kontra dari kalangan Potterhead sendiri. Tidak dinikmati oleh masyarakat. Mereka kemudian
sedikit Potterhead yang mengapresiasi usaha mengangkat beberapa novel Austen ke layar
Tryangle Films untuk mewujudkan imajinasi lebar, namun memilih untuk tidak memberikan
mereka tentang asal mula Voldemort, tapi tidak embel-embel “Adaptation of…..” pada film
sedikit pula yang menyatakan yang mereka produksi, walaupun memang
ketidaksetujuannya pada film ini. cerita yang diangkat bersumber dari novel-
“Benjamin’s argument is that novel Jane Austen untuk menghindari adanya
mechanical reproduction produces a respon negatif dari pembaca novel Jane Austen.
fundamental change in the nature of “Film for Benjamin is a
art, a change that destroys the artwork medium that demonstates the
“aura” by removing it from the context inseparability of technology
of ritual and tradition in which art had and reality. The emphasizes the
been historically embedded” (Bolster complicated apparatus
& Grusin, 2000:73). surrounding the production of
Dalam argumennya, Benjamin Walters film, as a result of which there
mengatakan bahwa perkembangan teknologi is no unity or wholemess in the
mengubah “aura” dari karya seni itu sendiri. surrounding scene. It requires
Dalam konteks ini, banyak sekali Potterhead elaborate camera work, editing
yang merasa bahwa film Voldemort: Origin of and other forms of
the Heir tidak seharusnya diproduksi. Mereka reproduction to make film
mengatakan bahwa film ini tidak sesuai dengan appear seamless, to make
apa yang tertulis di dalam novel. mediation dissapear.
“The Austen films, whose popularity Ironically, although
swept the others aside, are historically filmmakers work hard to
accurate in costume and setting and conceal the signs of material
very faithful to the original novels. Yet and technological mediation,
they do not contain any overt reference their final product call
to the novels on which they are based; attention (through the rapid
they certainly do not acknowledge that succession of images) to its
they are adaptations. Acknowledging aesthetic, temporal and formal
the novel in the film would disrupt the mediation in away that
continuity and the illusion of traditional painting does not”
immediacy that Austen’s readers (Bolster & Grusin, 2000:44).
expect, for they want to view the film in Benjamin Walters mengatakan bahwa film
the same seamless way in which they adalah sebuah medium yang menegaskan
read the novels” (Bolster & Grusin, bahwa keterikatan antara teknologi dan realitas
2000:44). tidak bisa diubah. Ia menekankan bahwa
Bentuk remediasi dari medium novel ke banyak aspek di dalam produksi film yang tidak
medium film memang selalu menimbulkan memungkinkan hal itu (menghilangkan batas
banyak perdebatan. Sering kali ekspektasi antara teknologi dan realitas) terjadi. Dalam
penonton tidak terealisasikan di dalam film. praktiknya, remediasi memiliki 2 logika ganda,
Sehingga banyak Fans yang memilih hanya yaitu immediacy dan hypermediacy.
menikmati salah satunya, baik dalam bentuk Dalam immediacy, bentuk remediasi
novel saja atau film saja. Seperti yang dilakukan berusaha untuk semakin mendekatkan diri pada
oleh produser film Hollywood pada tahun realitas. Remediasi berusaha untuk menghapus
1930an, ketika novel dari Jane Austen banyak mediasi yang ada. “….the logic of immediacy

33
Perspektif Komunikasi: Jurnal Ilmu Komunikasi Politik dan Komunikasi Bisnis
Vol 6 No 1 Juni 2022 pp. 25-36
P-ISSN 2549-0613, E ISSN 2615-7179

dictates that the medium itself should disappear berbagi informasi dengan fans lain tentang idola
and leave us in the presence of the thing mereka. Dengan berkembangnya teknologi,
represented: sitting in the race car or standing fans mampu berkontribusi lebih kepada
on a mountaintop” (Bolster & Grusin, 2000:9). komunitasnya, bahkan kepada idola mereka.
“On the other hand, Stigma negatif yang diberikan kepada fans,
hypermediacy can operate seakan terus melekat. Tidak jarang masyarakat
even in a single and apparently memandang sebelah mata, atau bahkan anti
unified medium, particularly terhadap fans karena label merusak, aneh, tidak
when the illusion of realistic terkontrol melekat pada diri mereka. Namun
representation is somehow seiring dengan berjalannya waktu, fans
stretched or altogether membuktikan bahwa stigma negatif yang
ruptured. For example, melekat pada diri mereka tidak sepenuhnya
perspective paintings or benar. Dengan mempunyai massa yang besar,
computer graphics are orften fans mampu membawa perubahan, bagi idola
hypermediated, particularly dan bahkan orang-orang disekitarnya.
when the offer fantastic scenes Salah satu bentuk kegiatan positif yang
that the viewer is not expected dilakukan fans sebut saja, Fan Film. Film ini
to accept as real or even diproduksi sebagai bentuk pengekspresian diri
possible.” (Bolster & Grusin, para fans kepada sosok Voldemort sekaligus
2000:34). bentuk kekecewaan karena kurangnya sosok
Sedangkan dalam bentuk hypermediacy, film Voldemort ditampilkan di film-film Harry
Voldemort: Origin of the Heir mempertegas Potter sebelumnya. Menurut mereka, sosok
batas antara realitas dan film. Voldemort adalah salah satu sosok utama.
Dengan begitu, film Voldemort: Origin Harry Potter tidak mungkin dilahirkan bila tidak
of the Heir adalah bentuk remediasi yang ada Voldemort.
dilakukan oleh Tryangle Films, selaku fans Film yang diproduksi oleh Tryangle
Harry Potter untuk mengekpresikan imajinasi Films ini menggunakan Youtube sebagai
mereka terhadap sosok Voldemort dan medium pemutaran filmnya. Walaupun fan film
merupakan bentuk partisipasi aktif dari fans dibuat atas nama Potterhead, tidak sedikit
teruntuk tokoh yang mereka kagumi. Melalui komentar negatif berdatangan dari Potterhead
film ini pula, budaya populer khususnya dalam sendiri. Bentuk remediasi yang dilakukan oleh
bentuk film tidak lagi hanya menjadi sebuah Tryangle Films dianggap tidak sesuai dengan
komoditi belaka, fans tidak lagi hanya bersifat apa yang ada di dalam novel, sehingga
pasif, namun mampu membuat keuntungan dari menimbulkan banyak dismiss terhadap cerita.
hal-hal yang mereka konsumsi. Bentuk remediasi yang dilakukan Tryangle
Films memang mengadaptasi sebanyak dan
SIMPULAN semirip mungkin aspek-aspek yang ada di
dalam film-film Harry Potter sebelumnya
Fans adalah hasil dari industri budaya. Fans (remediation as the mediation of mediation)
adalah sekelompok orang yang mempunyai namun tetap ada keterbatasan yang tidak bisa
kegemaran yang sama terhadap sesuatu, dan dihindari, mengingat produksi film ini hanya
memberikan value kepada sosok atau sesuatu ditujukan bagi fans bukan untuk tujuan
yang mereka gemari. Sebelum teknologi komersil (repurposing).
berkembang dengan pesar, kegiatan yang Dalam bentuk remediasi, Voldermort:
dilakukan oleh fans tidak lebih dari sekedar Origin of the Heir menampilkan 2 logika ganda
menonton, membaca, mendengarkan atau remediasi, yaitu immediacy dengan berusaha

34
Perspektif Komunikasi: Jurnal Ilmu Komunikasi Politik dan Komunikasi Bisnis
Vol 6 No 1 Juni 2022 pp. 25-36
P-ISSN 2549-0613, E ISSN 2615-7179

menghilangkan mediasi dengan mengubah York: Routledge Taylor and Franchis


bentuk mediasi dari novel ke film dan Group
hypermediacy dengan special effect, setting dan Sumber Online:
https://www.academia.edu/1676565/Star_Trek
jalan cerita yang meyakinkan penonton bahwa
_Fan_Film_and_the_Internet_Possibi
cerita ini memang bukanlah sebuah realitas. lities_and_Constraints_of_Fan_Based
Selain itu, Voldemort: Origins of the Heir juga _Vernacular_Cultures?auto=citations
memasukkan 2 fungsi remediasi yaitu &from=cover_page
remediation as the mediation of mediation https://www.youtube.com/watch?v=C6SZa5U
ketika remediasi yang dilakukan oleh film ini 8sIg&t=2s
adalah bentuk remediasi dari mediasi novel dan https://www.goodreads.com/questions/200220-
i-have-watched-all-the-harry-potter-
film Harry Potter yang sebelumnya juga bentuk
films
remediasi. Dan remediation as reform karena http://www.fanpop.com/clubs/harry-
film ini berusaha menyempurnakan gambaran potter/answers/show/273512/believe-
tentang sosok Voldemort yang sebelumnya can-only-harry-potter-fan-read-all-
sudah digambarkan di novel maupun film-film books
Harry Potter.
Voldemort: Origins of the Heir, menjadi salah
satu fan film yang berhasil diproduksi oleh fans
dan memberikan bukti nyata kepada
masyarakat tentang sosok fans yang jauh dari
stigma negatif. Remediasi menjadi salah satu
cara bagi fans untuk tidak lagi hanya sekedar
mengkonsumsi tapi juga memproduksi
“barang-barang” yang “dihasilkan” dari
kecintaan mereka terhadap sosok atau sesuatu.

DAFTAR PUSTAKA

Barker, Chris. (2003). Cultural Studied Theory


and Practice. London: SAGE
Publications
Bolter, Jay David dan Richard Grusin. (2000).
Remediation: Understanding New
Media. Cambridge: Mass, MIT Press
Fiske, John. (2001). Television Culture:
Popular Pleasures and Politics.
United Kingdom: Taylor & Francis e-
Library,
Jenkins, Henry. (2006). Fans, Blogger, and
Games: Exploring Participatory
Culture. New York: New York
University Press
Lewis, Lisa A. (1992). Adoring Audience: Fan
Culture and Popular Media. New
York: Routledge Taylor and Franchis
Group
Strinati, Dominic. (2005). An Introduction to
Theories of Popular Culture. New

35
Perspektif Komunikasi: Jurnal Ilmu Komunikasi Politik dan Komunikasi Bisnis
Vol 6 No 1 Juni 2022 pp. 25-36
P-ISSN 2549-0613, E ISSN 2615-7179

36

Anda mungkin juga menyukai