Tujuan
Setelah mempelajari bab ini peserta diharapkan dapat :
1. Menjelaskan komponen asuhan BBL.
2. Menjelaskan tindakan Pencegahan Infeksi (PI) yang berkaitan dengan asuhan BBL
3. Menjelaskan penilaian BBL.
4. Menjelaskan mekanisme dan cara pencegahan kehilangan panas
5. Menjelaskan melaksanakan perawatan tali pusat
6. Menjelaskan cara pemberian ASI yang benar, manajemen laktasi dan perawatan payudara.
7. Menjelaskan cara melakukan profilaksis infeksi mata BBL.
8. Menjelaskan manfaat dan cara pemberian vitamin K
9. Menjelaskan manfaat dan cara pemberian imunisasi Hepatitis B
• Pastikan semua peralatan dan bahan yang digunakan, terutama klem, gunting, pengisap lendir
DeLee dan benang tali pusat telah didisinfeksi tingkat tinggi atau steril. Gunakan bola karet
yang baru dan bersih jika akan melakukan pengisapan lendir dengan alat tersebut (jangan
bola karet penghisap yang sama untuk lebih dari satu bayi).
• Pastikan semua pakaian, handuk, selimut dan kain yang digunakan untuk bayi, sudah dalam
keadaan bersih. Demikian pula halnya timbangan, pita pengukur, termometer, stetoskop dan
benda-benda lain yang akan bersentuhan dengan bayi, juga bersih. Dekontaminasi dan cuci
setiap kali setelah digunakan (lihat Bab1)
4.2 Penilaian
Segera setelah lahir, letakkan bayi di atas kain bersih dan kering yang disiapkan pada perut ibu.
Bila hal tersebut tidak memungkinkan maka letakkan bayi dekat ibu (diantara kedua kaki atau
disebelah ibu) tetapi harus dipastikan bahwa area tersebut bersih dan kering. Segera pula lakukan
penilaian awal dengan menjawab 2 pertanyaan :
Pelukan ibu pada tubuh bayi dapat menjaga kehangatan tubuh dan mencegah kehilangan
panas. Anjurkan ibu untuk menyusukan bayinya segera setelah lahir. Sebaiknya pemberian
ASI harus dimulai dalam waktu satu jam pertama kelahiran (lihat bagian pemberian ASI di
bagian selanjutnya dalam bab ini).
Karena bayi baru lahir cepat dan mudah kehilangan panas tubuhnya (terutama jika tidak
berpakaian), sebelum melakukan penimbangan, terlebih dulu selimuti bayi dengan kain atau
selimut bersih dan kering. Berat badan bayi dapat dinilai dari selisih berat bayi pada saat
berpakaian/diselimuti dikurangi dengan berat pakaian/selimut. Bayi sebaiknya dimandikan
(sedikitnya) enam jam setelah lahir. Memandikan bayi dalam beberapa jam pertama setelah
lahir dapat menyebabkan hipotermia yang sangat membahayakan kesehatan bayi baru lahir.
Tunggu sedikitnya enam jam setelah lahir sebelum memandikan bayi (lebih lama jika
bayi mengalami asfiksia atau hipotermi).
Sebelum memandikan bayi, periksa bahwa suhu tubuh bayi stabil (suhu aksila antara 36,5
ºC–37,5 ºC). Jika suhu tubuh bayi masih di bawah 36,5 ºC, selimuti kembali tubuh bayi
secara longgar, tutupi bagian kepala dan tempatkan bersama ibunya di tempat tidur atau
lakukan persentuhan kulit ibu-bayi dan selimuti keduanya. Tunda memandikan bayi
hingga suhu tubuh bayi tetap stabil dalam waktu (paling sedikit) satu jam.
Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat. Idealnya bayi baru lahir ditempatkan di tempat
tidur yang sama dengan ibunya di tempat tidur yang sama. Menempatkan bayi bersama
ibunya adalah cara yang paling mudah untuk menjaga agar bayi tetap hangat, mendorong ibu
segera menyusukan bayinya dan mencegah paparan infeksi pada bayi.
Setelah plasenta lahir dan kondisi ibu dinilai sudah stabil maka lakukan pengikatan puntung tali
pusat atau jepit dengan klem plastik tali pusat (bila tersedia).
• Celupkan tangan (masih menggunakan sarung tangan) ke dalam larutan klorin 0,5%, untuk
membersihkan darah dan sekresi lainnya.
• Bilas tangan dengan air disinfeksi tingkat tinggi.
• Keringkan tangan tersebut menggunakan handuk atau kain bersih dan kering.
• Ikat puntung tali pusat dengan jarak sekitar 1 cm dinding perut bayi (pusat). Gunakan benang
atau klem plastik penjepit tali pusat disinfeksi tingkat tinggi atau steril. Kunci ikatan tali
pusat dengan simpul mati atau kuncikan penjepit plastik tali pusat.
• Jika pengikatan dilakukan dengan benang tali pusat, lingkarkan benang di sekeliling puntung
tali pusat dan ikat untuk kedua kalinya dengan simpul mati di bagian yang berlawanan.
• Lepaskan klem logam penjepit tali pusat dan letakkan di dalam larutan klorin 0,5%.
• Selimuti kembali tubuh dan kepala bayi dengan kain bersih dan kering.
Jika pangkal tali pusat (pusat bayi) menjadi merah, mengeluarkan nanah atau darah,
segera rujuk bayi ke fasilitas yang dilengkapi perawatan untuk bayi baru lahir.
Refleks laktasi
Dimasa laktasi, terdapat 2 mekanisme refleks pada ibu yaitu refleks prolaktin dan refleks
oksitosin yang berperan dalam produksi ASI dan involusi uterus (khususnya pada masa nifas).
Pada bayi, terdapat 3 jenis refleks yaitu:
Prinsip pemberian ASI adalah sedini mungkin dan eksklusif. Bayi baru lahir harus mendapat ASI
dalam waktu satu jam setelah lahir. Anjurkan ibu untuk memeluk bayinya dan mencoba segera
menyusukan bayi setelah tali pusat diklem dan dipotong. Beritahu bahwa penolong akan selalu
membantu ibu untuk menyusukan bayi setelah plasenta lahir dan memastikan ibu dalam kondisi
baik (termasuk menjahit laserasi). Keluarga dapat membantu ibu untuk memulai pemberian ASI
lebih awal.
Memulai pemberian ASI secara dini akan:
• Merangsang produksi susu.
• Memperkuat refleks menghisap bayi. Refleks menghisap awal pada bayi paling kuat dalam
beberapa jam pertama setelah lahir.
Gambar 4-2: Menyusukan dan memeluk bayi setelah memotong tali pusat atau posisi miring
Sumber: JHU/CCP Info Report, Issue No.5, 2006
Posisi bayi saat menyusui sangat menentukan keberhasilan pemberian ASI dan mencegah lecet
puting susu (Enkin, et al, 2000). Pastikan ibu memeluk bayinya dengan benar. Berikan bantuan
dan dukungan jika ibu memerlukannya, terutama jika ibu pertama kali menyusui atau ibu berusia
sangat muda.
Posisi menyusui:
• Lengan ibu menopang kepala, leher dan seluruh badan bayi (kepala dan tubuh
berada pada satu garis lurus), muka bayi menghadap ke payudara ibu, hidung bayi di
depan puting susu ibu. Posisi bayi harus sedemikian rupa sehingga perut bayi
menghadap ke perut ibu.
• Ibu mendekatkan bayinya ke tubuhnya (muka bayi ke payudara ibu) dan mengamati
bayi siap menyusu: membuka mulut, bergerak mencari, dan menoleh.
• Ibu menyentuhkan puting susunya ke bibir bayi, menunggu hingga mulut bayi
102 terbuka lebar kemudian mengarahkan mulut bayi ke puting susu Asuhan Persalinanbibir
ibu sehingga Normal
bayi dapat menangkap puting susu tersebut.
Tanda-tanda posisi bayi menyusu dengan baik:
• dagu menyentuh payudara ibu
• mulut terbuka lebar
• hidung bayi mendekati dan kadang-kadang menyentuh payudara ibu
• mulut bayi mencakup sebanyak mungkin areola (tidak hanya puting saja), lingkar
areola atas terlihat lebih banyak dibandingkan lingkar areola bawah
• lidah bayi menopang puting dan areola bagian bawah
• bibir bawah bayi melengkung keluar
• bayi mengisap kuat dan dalam secara perlahan dan kadang-kadang disertai dengan
berhenti sesaat
Posisi menyusui yang diuraikan di atas adalah posisi dimana ibu telah memiliki kemampuan
untuk duduk dan melakukan mobilisasi secukupnya. Masih ada beberapa posisi alternatif lain
yang disesuaikan dengan kemampuan ibu setelah melahirkan anaknya, misalnya posisi berbaring
telentang, miring kiri atau miring kanan dsb. Posisi ibu berbaring telentang dan setengah duduk
mungkin lebih sesuai untuk pemberian ASI dini (Gambar 4-2).
• Atur ulang posisi menyusui jika bayi mengalami kesulitan untuk mendapat cukup ASI. Jika
posisi bayi terhadap payudara tidak sesuai maka kecukupan nutrisi bayi tidak terjamin dan
puting susu ibu mungkin mengalami trauma.
• Minta ibu untuk memastikan bahwa puting susunya tetap bersih dan kering. Anjurkan ibu
untuk mengeringkan payudaranya (dengan kain bersih dan kering) setelah menyusukan bayi.
Untuk mencegah retak dan lecet, ajarkan ibu untuk mengeluarkan sedikit ASInya kemudian
dioleskan ke puting susunya. Keringkan dulu (diangin-anginkan) puting susu ibu sebelum
mengenakan pakaian.
• Yakinkan bahwa puting susu lecet dan retak, bukan merupakan hal yang berbahaya dan tidak
menghalangi ibu untuk terus menyusukan bayinya. Jika puting susu ibu lecet dan retak, amati
cara ibu menyusukan bayinya karena cara yang salah dapat menimbulkan hal tersebut. Minta
ibu melakukan perawatan payudara seperti yang diuraikan pada butir 2 di atas.
• Bersama ibu dan keluarganya, jelaskan cara mengkaji gejala dan tanda tersumbatnya saluran
ASI atau mastitis. Bila hal tersebut terjadi maka anjurkan ibu untuk mencari pertolongan
segera tetapi tetap meneruskan pemberian ASI. Jelaskan mungkin ia mengalami masalah
dengan payudaranya apabila tampak gejala atau tanda berikut ini:
Setiap fasilitas kesehatan yang bersentuhan dengan kesehatan ibu dan anak harus melakukan
Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui (LKKM) yang terdiri dari:
1. Ada kebijakan tertulis tentang menyusui
2. Setiap petugas memiliki keterampilan yang terkait dengan manajemen laktasi
3. Menjelaskan manfaat menyusui kepada ibu hamil
4. Membantu ibu untuk mulai menyusukan bayinya dalam waktu 30 menit setelah melahirkan
5. Memperagakan cara menyusui serta menerapkan ASI dini dan ekslusif
6. Tidak memberi makanan atau asupan apapun selain ASI pada bayi baru lahir
7. Melaksanakan rawat gabung
8. Memberikan ASI sesuai kebutuhan bayi (on demand)
9. Tidak memberi dot atau kempeng pada bayi
10. Membentuk dan membantu pengembangan kelompok pendukung ASI
Masa antenatal
KIE manfaat dan keunggulan ASI
Meyakinkan ibu untuk menyusukan anaknya
Melakukan pemeriksaan kesehatan, kehamilan dan payudara
Memantau kecukupan gizi ibu hamil
Menciptakan suasana bahagia bagi keluarga terkait dengan kehamilan ibu
Memberkan ASI dini (dalam 1 jam pertama setelah bayi lahir) dan persentuhan ibu-bayi
Membina ikatan emosional dan kehangatan ibu-bayi
Masa neonatal
Menjamin pelaksanaan ASI eksklusif
Rawat gabung ibu-bayi