Anda di halaman 1dari 2

Kasus seorang anak perempuan yang mengalami penurunan prestasi belajar, perubahan

perilaku menjadi lebih pendiam, tidak suka bersosialisasi, dan malas mengerjakan tugas
sekolah. Anak ini juga menghadapi masalah keluarga, yaitu perceraian orang tuanya karena
perselingkuhan ayahnya dengan tetangga dan ibunya ingin menikah lagi.

Dalam kasus ini, teori transaksional dapat memberikan pemahaman tentang bagaimana
interaksi antara individu dan lingkungannya dapat mempengaruhi perkembangan dan
perilaku seseorang. Berdasarkan teori transaksional, terdapat tiga unsur utama yang terlibat
dalam interaksi, yaitu ego (self), orang lain, dan konteks.

Berikut adalah langkah-langkah yang dapat diambil untuk mengatasi kasus ini dengan
mempertimbangkan teori transaksional :

1. Pendekatan empati dan pemahaman


Pertama-tama, penting untuk memahami dan mengakui perasaan dan pengalaman anak
tersebut. Dengan mendengarkan dan memvalidasi perasaannya, kita dapat membantu anak
merasa didengarkan dan dipahami. Ini dapat membuka jalan untuk memulai proses
penyembuhan.
2. Komunikasi yang terbuka
Mendorong anak untuk berbicara tentang perasaan dan kekhawatirannya terkait dengan
perceraian orang tuanya dan rencana ibunya untuk menikah lagi. Lalu memberikan
kesempatan kepada anak untuk berbagi pendapat dan kekhawatirannya, dan pastikan ia
merasa didengarkan dan dihormati.
3. Bimbingan psikologis atau konseling
Mengingat anak ini mengalami trauma dan memiliki pemikiran negatif, sangat dianjurkan
untuk mencari bantuan profesional seperti psikolog atau konselor. Mereka dapat membantu
anak mengelola emosi, mengatasi trauma, dan mengembangkan keterampilan sosial yang
lebih baik.
4. Pembentukan lingkungan yang mendukung
memastikan anak merasa aman dan didukung dalam lingkungan keluarga dan sekolah.
Kolaborasi dengan pihak sekolah untuk mengawasi perkembangan akademiknya dan
memberikan dukungan yang dibutuhkan.
5. Melibatkan orang tua
Melibatkan kedua orang tua dalam proses pemulihan dan membantu anak mengatasi
kekhawatiran mereka yang sangat penting. Orang tua harus memperhatikan kebutuhan
emosional anak dan berkomunikasi secara terbuka dengan anak untuk mengatasi perasaan
ketakutan dan tidak aman.
6. Mendorong kegiatan positif
mendorong anak terlibat dalam kegiatan yang dapat membantu meningkatkan kepercayaan
dirinya, seperti klub sekolah, kegiatan olahraga, atau seni. Ini dapat membantu mengalihkan
perhatiannya dari masalah yang sedang dihadapi dan membangun keterampilan sosial yang
positif.
7. Mengatasi kekhawatiran tentang tanggung jawab
Anak ini memiliki kekhawatiran tentang menjadi tanggung jawab ibunya setelah lulus
sekolah. Penting untuk mengkomunikasikan kepada anak bahwa dia tidak sendirian dalam
menghadapi masa depan, dan bahwa tanggung jawab keluarga seharusnya menjadi tanggung
jawab bersama.
8. Mengenali pilihan anak:
Akhirnya, penting untuk menghormati pilihan anak tersebut terkait dengan keinginannya
terhadap pernikahan ibunya. Kami memberikan waktu untuk memproses perasaannya dan
memberikan dukungan yang diperlukan untuk membantunya merasa aman dan nyaman
dengan pilihan yang dibuat.

Dalam mengatasi masalah ini, penting untuk menunda pendekatan yang holistik dan
memerlukan dukungan dari berbagai pihak, termasuk orang tua, sekolah, dan ahli kesehatan
mental.

Anda mungkin juga menyukai