Anda di halaman 1dari 27

No.

Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK BIOKIMIA Revisi 00
LABORATORIUM BIOKIMIA Halaman 1 dari 57

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK BIOKIMIA

ACARA II, III, IV

PEMBUATAN REAGEN, LARUTAN DAPAR, DAN pH

Disusun oleh:
Nama : Siti Muyassaroh
NIM : 21/476579/BI/10730
Gol(Hari)/Kelompok : IV (Rabu) / 2
Asisten : Nudia Mufidah Azasi

LABORATORIUM BIOKIMIA
FAKULTAS BIOLOGI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK BIOKIMIA Revisi 00
LABORATORIUM BIOKIMIA Halaman 2 dari 57

2022

ACARA II, III, IV


PEMBUATAN REAGEN, LARUTAN DAPAR, DAN pH

I. TUJUAN
Tujuan dilakukan praktikum Acara 2,3, dan 4 ini adalah untuk
mempelajari cara membuat larutan berbagai konsentrasi dan mempelajari sifat-
sifat kelarutan HNO3, NaOH, dan gelatin. Selain itu, untuk mempelajari
pembuatan buffer fosfat pH 7 dan 7,5 dari larutan stock dan mengukur pH
secara kolorimetri dan potensiometri.

II. DASAR TEORI


Reagen adalah senyawa atau campuran yang ditambahkan ke sistem
untuk menghasilkan reaksi kimia (Sushma et al., 2013). Selain itu, reagen
diartikan sebagai zat yang digunakan untuk mendeteksi atau menentukan zat lain
dengan cara kimia atau mikroskopis (Sushma et al., 2013). Reagen terdiri atas
berbagai jenis yaitu reagen pertisipasi, pelarut, pengoksidasi, pereduksi, fluks,
dan pereaksi kolorimetri (Sushma et al., 2013).
Pengenceran adalah penambahan zat pelarut pada suatu larutan yang
menurunkan konsentrasi zat terlarutnya (Ball and Key, 2014). Prinsip dasar
pengenceran adalah zat terlarut yang memiliki konsentrasi sama akan
didistribusikan keseluruh volume larutan encer yang konsentrasinya lebih besar
(Petrucci et al., 2017). Pada pengenceran, ketika volume larutan diencerkan
maka jumlah solute akan konstan dan memiliki nilai mol yang sama antara
sebelum dan setelah penambahan akuades (Petrucci et al., 2017). Sementara itu,
konsentrasi merupakan penghilangan zat pelarut sehingga meningkatkan
konsentrasi zat terlarut dalam larutan (Ball and Key, 2014). Konsentrasi juga
diartikan sebagai komposisi suatu senyawa dimana membandingkan jumlah zat
terlarut terhadap zat pelarut dalam suatu larutan (Petrucci et al., 2017).
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK BIOKIMIA Revisi 00
LABORATORIUM BIOKIMIA Halaman 3 dari 57

Konsentrasi dapat dinyatakan dalam berbagai satuan. Pertama, molaritas


(M) yaitu jumlah mol suatu bahan terlarut yang terdapat dalam 1 liter larutan
(Skoog et al., 2014). Molaritas dirumuskan sebagai berikut:

Gambar 1. Rumus Molaritas (Skoog et al., 2014)

Kedua, mol merupakan jumlah suatu bahan dalam gram dibagi masa
molekulnya (Skoog et al., 2014). Ketiga, Molalitas yaitu jumlah mol suatu
larutan per-massa pelarutnya (Skoog et al., 2014). Keempat, persen yang
menyatakan jumlah massa atau volume bahan dalam 100 gram atau 100 ml
larutan (Skoog et al., 2014). Berikut merupakan rumus konsentrasi dalam
persen:

Gambar 2. Rumus Perhitungan Konsentrasi dalam Persen (Haryono, 2019).

Kelima adalah Parts per million (ppm) yang sering digunakan untuk
menyatakan konsentrasi pada larutan yang sangat encer (Skoog et al., 2014).
Berikut merupakan rumus untuk menyatakan konsentrasi dalam ppm:

Gambar 3. Rumus Konsentrasi dalam ppm (Skoog et al., 2014)

Terakhir adalah normalitas (N) merupakan jumlah ekivalen suatu zat


terlarut dalam satu liter larutan atau miliekivalen zat terlarut dengan satu
milliliter larutan (Soebiyanto and Darmawan, 2017).
Adapun larutan buffer atau larutan dapar merupakan larutan yang
mampu mempertahankan nilai pH karena penambahan asam atau basa bronsted
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK BIOKIMIA Revisi 00
LABORATORIUM BIOKIMIA Halaman 4 dari 57

(Oliveira, 2020). Buffer ini biasanya digunakan untuk mempertahankan pH


suatu larutan (Oliveira, 2020). Selain itu, buffer diartikan sebagai larutan yang
tahan terhadap perubahan pH ketika ditambahkan sejumlah asam atau basa
(Kusumaningrum et al., 2017). Larutan buffer dibedakan menjadi dua yaitu
buffer asam dan buffer basa. Buffer asam (pH<7) merupakan buffer yang terbuat
dari asam lemah dan basa konjugasinya. Contoh dari larutan buffer asam ini
adalah campuran antara CH3COOH dengan larutan CH3COONa
(Kusumaningrum et al., 2017). Sementara itu, buffer basa (pH>7) merupakan
buffer yang terbuat dari basa lemah dan asam konjugasinya, contohnya
campuran antara NH4OH dengan NH4Cl (Kusumaningrum et al., 2017).
pH adalah derajat keasaman atau alkalinitas yang digunakan untuk
menyatakan tingkat keasaman atau basa suatu zat atau larutan (Pratami et al.,
2020). Suatu zat yang memiliki pH 7 berada dikondisi normal, jika pH<7 zat
tersebut bersifat asam dan jika pH>7 maka suatu zat bersifat basa (Pratami et al.,
2020). Semakin angka pH mendekati 0 maka akan memiliki keasamaan yang
tinggi atau kuat, sedangkan basa dikatakan memiliki derajat alkalinitas tinggi
jika mendekati angka 14 (Pratami et al., 2020).
Pengukuran pH sebuah larutan bisa dilakukan dengan beberapa bantuan
alat yang memerlukan kaliberasi seperti pH meter. pH meter merupakan
parameter pengukuran dan perangkat elektronik yang digunakan untuk
mengukur pH dari sebuah larutan (Karastogianni et al., 2015). Prinsip kerja
kalibrasi pada pH meter ini yaitu dikalibrasi menggunakan larutan standar buffer
dengan pH 4, 7 dan 10 (Devirizanty et al., 2021). Fungsi kalibrasi tersebut agar
memastikan bahwa alat yang digunakan mampu memberikan hasil yang akurat
dan presisi ketika dilakukan pengukuran serta menguji kelayakan alat yang
digunakan (Devirizanty et al., 2021).
Selain menggunakan pH meter, pengukuran pH juga bisa dilakukan
dengan indicator universal. Pengukuran menggunakan indicator universal
merupakan metode dengan mencelupkan indicator pada sampel, kemudian
kertas akan berubah warna dan dibandingkan dengan warna standar (Gangurde
et al., 2016). Prinsip kerja indicator universal adalah perubahan warna pada
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK BIOKIMIA Revisi 00
LABORATORIUM BIOKIMIA Halaman 5 dari 57

kertas indicator. Metode dengan alat ini simple tetapi kurang akurat (Gangurde
et al., 2016). Kemungkinan error akan terjadi karena konsentrasi garam atau
karena suhu yang memengaruhi pengukuran (Gangurde et al., 2016). Selain
kedua alat diatas, adapun cara lainnya untuk mengukur pH yaitu dengan
indicator warna. Indikator warna merupakan asam lemah. Indikator warna yang
biasanya digunakan adalah phenol red atau phenolphthalein. Prinsip indikator
warna adalah terjadinya perubahan pH yang ditandai dengan perubahan warna.
Prinsip tersebut mirip dengan indicator universal (Puri, 2018).
Pemanfaatan larutan buffer dalam kehidupan ini sangat beragam.
Aplikasi pemanfaatannya antara lain sebagai pengontrol pH dalam darah yaitu
sekitar 7,4; pengontrol pH lambung yaitu sekitar 1,5 dan pengontrol pH kelenjar
saliva/air liur (Chang and Goldsby, 2013). Selain itu sebagai pengontrol pH
obat-obatan dan kosmetik yang digunakan sehari-hari. Dalam bidang
lingkungan, larutan buffer sering digunakan sebagai pengontrol pH limbah
industry yang dibuang ke lingkungan agar lingkungannya tidak tercemar (Chang
and Goldsby, 2013). Berdasarkan pengaplikasian larutan buffer diatas, pH juga
begitu penting kehadirannya di dalam kehidupan. Oleh karena itu, kita perlu
mengetahui kadar pH suatu bahan dan larutan karena hal itu ada kaitannya
dengan pH tubuh agar mekanisme dalam tubuh kita mampu berjalan dengan
baik dan sesuai serta terkontrol sehingga menyebabkan seluruh aktivitas sel dan
sistem organ dalam tubuh mampu bekerja secara optimal dan sesuai (Chang and
Goldsby, 2013).

III. METODE
A. Bahan
Praktikum eksperimental di laboratorium untuk acara ini
memiliki tiga rangkaian besar percobaan yaitu pembuatan reagen,
pembuatan buffer dan pengukuran pH dimana masing-masing
percobaan tersebut membutuhkan bahan yanga berbeda-beda. Pada
pembuatan reagen diperlukan bahan berupa pellet NaOH; HNO3
pekat; gelatin; akuades; Sodium dihydrogen fosfat monohidrat 0,2 M
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK BIOKIMIA Revisi 00
LABORATORIUM BIOKIMIA Halaman 6 dari 57

yang dibuat dari bahan NaH2PO4; dan Sodium hidrogen fosfat


dihidrat 0,2 M yang dibuat dari bahan Na2HPO4. Selanjutnya pada
percobaan pembuatan buffer, bahan yang diperlukan terdiri dari
reagen yang telah dibuat yaitu Sodium dihydrogen fosfat monohidrat
0,2 M dan Sodium hidrogen fosfat dihidrat 0,2 M. Untuk percobaan
pengukuran pH memerlukan bahan berupa buffer fosfat yang telah
dibuat; buffer solution dengan pH 4, 7, dan 10; tissue; dan larutan
KCl.

B. Alat
Alat-alat yang digunakan pada praktikum eksperimental di
laboratorium dibagi menjadi dua yaitu alat untuk percobaan
pembuatan reagen serta pembuatan buffer, dan alat untuk pengukuran
pH larutan. Pada percobaan pembuatan reagen dan buffer, alat yang
dibutuhkan antara lain timbangan analitik untuk menimbang sampel
dalam gram, gelas beker untuk menampung akuades dan sampel,
labu ukur untuk wadah homogenisasi, pipet ukur untuk mengambil
sampel larutan HNO3 pekat, lampu spiritus untuk memanaskan
gelatin, penjepit kayu, tabung reaksi, korek api, botol stock untuk
mewadahi larutan stock, corong untuk memindahkan bahan pada
tabung mulut kecil, propipet untuk dipasangkan dengan pipet ukur
dan pengaduk untuk mengaduk larutan dalam gelas beker. Adapun
pada percobaan pengukuran pH yang membutuhkan alat-alat berupa
indicator universal dan pH meter yang digunakan sebagai alat ukur
pH, gelas beker untuk menampung akuades dan sampel, dan botol
cuci akuades yang berfungsi sebagai tempat mencuci elektroda yang
berisi akuades.

C. Cara Kerja
Pada praktikum eksperimental di laboratorium, cara kerja dibagi
menjadi 4 tahapan besar percobaan yaitu:
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK BIOKIMIA Revisi 00
LABORATORIUM BIOKIMIA Halaman 7 dari 57

1. Pembuatan Reagen 1
Langkah kerja yang dilakukan pada percobaan pembuatan reagen
1 dibagi menjadi 3 tahapan yaitu tahapan pembuatan larutan NaOH
2%, tahap pembuatan larutan HNO3 dan tahapan pembuatan larutan
gelatin 1%. Pada tahapan pembuatan larutan NaOH 2% diawali
dengan 1 gr pellet NaOH ditimbang dengan timbangan analitik
kemudian dimasukkan ke dalam gelas beker. Pada gelas beker
tersebut ditambahkan 30 mL akuades kemudian diaduk. Selanjutnya,
larutan yang telah homogen dipindahkan ke dalam labu ukur 50 ml
dengan bantuan corong gelas, kemudian ditambah akuades hingga
tanda batas. Berikutnya dilakukan penggojokan pada labu ukur
dengan cara bagian mulut labu ukur ditutup, lalu digojok 3 kali
dengan penggojokan 180 derajat. Terakhir, larutan dimasukkan ke
dalam botol stock.
Selanjutnya pada tahapan pembuatan larutan HNO3 10 % diawali
dengan sebanyak 30 ml akuades disiapkan pada gelas beker.
Selanjutnya, gelas beker dibawa ke lemari asam untuk ditambahkan
sebanyak 5 mL HNO3 pekat dengan pipet ukur, kemudian diaduk
hingga homogen. Setelah itu, larutan dipindahkan ke labu ukur 50
mL dengan bantuan corong gelas dan ditambah akuades hingga tanda
batas, kemudian dilanjutkan dengan penggojokan 180 derajat.
Terakhir, larutan disimpan pada botol stock.
Tahapan selanjutnya adalah percobaan pembuatan larutan gelatin
1% yang diawali dengan 0,5 gr serbuk gelatin ditimbang kemudian
dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Selanjutnya, ditambah
kedalamnya 30 mL akuades dengan pipet ukur, kemudian diaduk
hingga homogen. Setelah itu, lampu spirtus dinyalakan dan larutan
dipanasakan hingga larut dalam tabung reaksi dengan bantuan
penjepit kayu. Setelah terlarut, larutan dituang ke dalam labu ukur 50
mL dengan bantuan corong gelas kemudian ditambah akuades hingga
mendekati tanda batas. Beberapa tetes akuades ditambahkan dengan
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK BIOKIMIA Revisi 00
LABORATORIUM BIOKIMIA Halaman 8 dari 57

bantuan pipet tetes hingga miniskus tepat ditanda batas. Terakhir,


larutan digojok kemudian disimpan ke dalam botol stock.

2. Pembuatan Reagen 2
Pada percobaan pembuatan reagen 2 ini dilakukan dua tahapan
yaitu pembuatan larutan stock NaH2PO4.H2O 0,2 M dan pembuatan
larutan stock Na2HPO4.2H2O 0,2 M. Pada pembuatan larutan stock
NaH2PO4.H2O 0,2 M diawali dengan natrium dihydrogen fosfat
(NaH2PO4) ditimbang sebanyak 2,76 gr dengan timbangan analitik,
kemudian hasil dimasukkan dalam gelas beker 100 mL. Selanjutnya,
ditambahkan akuades kedalamnya sebanyak 50 mL dengan pipet
ukur, kemudian diaduk hingga homogen. Setelah itu, larutan
dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL dan ditambahkan akuades
hingga miniskus tepat ditanda batas. Terakhir, labu ukur ditutup
kemudian larutan digojok. Larutan yang telah homogen disimpan ke
dalam botol stock berlabel untuk digunakan pada pembuatan buffer.
Selanjutnya untuk pembuatan larutan stock Na2HPO4.2H2O 0,2 M
diawali dengan dinatrium hydrogen fosfat (Na 2HPO4) ditimbang
sebanyak 3,56 gr dengan timbangan analitik, kemudian hasil
dimasukkan dalam gelas beker 100 mL. Selanjutnya, ditambahkan
akuades kedalamnya sebanyak 50 mL dengan pipet ukur, kemudian
diaduk hingga homogen. Setelah itu, larutan dimasukkan ke dalam
labu ukur 100 mL dan ditambahkan akuades hingga miniskus tepat
ditanda batas. Terakhir, labu ukur ditutup kemudian larutan digojok.
Larutan yang telah homogen disimpan ke dalam botol stock berlabel
untuk digunakan pada pembuatan buffer.

3. Pembuatan Larutan Buffer


Pada percobaan pembuatan larutan buffer ini dilakukan dua
tahapan yaitu pembuatan larutan buffer fosfat pH 7 dan pembuatan
larutan buffer fosfat pH 7,5. Pada pembuatan larutan buffer fosfat pH
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK BIOKIMIA Revisi 00
LABORATORIUM BIOKIMIA Halaman 9 dari 57

7 100mL diawali dengan larutan Na2HPO4.2H2O 0,2 M sebanyak


33,5 mL dicampur dengan larutan NaH 2PO4.H2O 0,2 M sebanyak
16,5 mL ke dalam gelas beker. Setelah itu, larutan diaduk dan
dipindahkan ke labu ukur 100 ml, kemudian ditambah akuades
hingga tanda batas. Selanjutnya, labu ukur ditutup dan dilakukan
penggojokan 180 derajat hingga larutan homogen. Terakhir larutan
buffer disimpan dengan dituangkan ke dalam gelas beker untuk
digunakan dalam percobaan selanjutnya.
Selanjutnya adalah tahapan pembuatan larutan buffer fosfat pH
7,5 sebanyak 100 mL yang diawali dengan larutan Na 2HPO4.2H2O
0,2 M sebanyak 43,15 mL dicampur dengan larutan NaH2PO4.H2O
0,2 M sebanyak 6,85 mL ke dalam gelas beker. Setelah itu, larutan
diaduk dan dipindahkan ke labu ukur 100 ml, kemudian ditambah
akuades hingga tanda batas. Selanjutnya, labu ukur ditutup dan
dilakukan penggojokan 180 derajat hingga larutan homogen.
Terakhir larutan buffer disimpan dengan dituangkan ke dalam gelas
beker untuk digunakan dalam percobaan selanjutnya.

4. Pengukuran pH
Pada percobaan pengukuran pH ini dilakukan dua cara
pengukuran yaitu pengukuran pH secara kolorimetri dan secara
potensiometri. Pada percobaan pengukuran pH secara kolorimetri
diawli dengan larutan sampel disiapkan terlebih dahulu pada gelas
beker. Setelah itu, kertas indicator universal diambil sebanyak 1 atau
2 lembar, kemudian dicelupkan ke dalam sampel selama 3 detik lalu
diangkat. Kertas indicator didiamkan selama 30 detik dan hasil
perubahan warna pada kertas dapat dibandingkan dengan data warna
pH di kemasan produk kertas indicator universal.
Selanjutnya adalah percobaan pengukuran pH secara
potensiometri yang dilakukan dengan menggunakan pH-meter.
Langkah kerja diawali dengan pH meter dinyalakan 5 menit sebelum
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK BIOKIMIA Revisi 00
LABORATORIUM BIOKIMIA Halaman 10 dari 57

penggunaan. Selanjutnya, tabung KCl dilepaskan dari badan


elektroda dan elektroda dibersihkan dengan akuades. Berikutnya,
elektroda dikeringkan dengan tissue secara hati – hati. Setelah itu
dilakukan kalibrasi alat pH meter dengan cara badan elektroda
dicelupkan pada buffer solution pH 7 dan tombol cal ditekan untuk
pengkalibrasian. Langkah diatas diulang untuk pengkalibrasian pada
buffer solution pH 4 dan 10. Langkah selanjutnya yaitu dilanjutkan
dengan pengukuran pH buffer fosfat pH 7. Elektroda dicelupkan
pada sampel larutan buffer pH 7, kemudian ditunggu hingga display
stabil dan diperoleh hasil pHnya. Langkah diatas berlaku juga untuk
pengukuran pH buffer fosfat pH 7,5 yaitu elektroda dicelupkan pada
sampel, kemudian ditunggu hingga display stabil dan diperoleh hasil
pHnya. Setelah semua percobaan selesai, maka elektroda dapat
dibersihkan dengan akuades yang terdapat pada botol cuci, kemudian
dilap dengan tisu secara perlahan. Terakhir, elektroda dikembalikan
ke kondisi semula dalam larutan KCl dan tekan tombol off untuk
mematikan pH meter.

D. Bagan Alir
Pada praktikum ini dibuat cara kerja berupa bagan alir yaitu sebagai
berikut.
1. Pembuatan Reagen NaOH 2%

Gambar 4. Bagan Alir Pembuatan Larutan NaOH 2%.


No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK BIOKIMIA Revisi 00
LABORATORIUM BIOKIMIA Halaman 11 dari 57

2. Pembuatan Reagen HNO3 10%

Gambar 5. Bagan Alir Pembuatan Larutan HNO3 10%.


3. Pembuatan larutan Gelatin 1%

Gambar 6. Bagan Alir Pembuatan Larutan Gelatin 1%.

4. Pembuatan larutan stock NaH2PO4.H2O 0,2 M


No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK BIOKIMIA Revisi 00
LABORATORIUM BIOKIMIA Halaman 12 dari 57

Gambar 7. Bagan Alir Pembuatan Stock NaH2PO4.H2O 0,2 M.

5. Pembuatan larutan stock Na2HPO4.2H2O 0,2 M

Gambar 8. Bagan Alir Pembuatan Stock Na2HPO4.2H2O 0,2 M.

6. Pembuatan Buffer pH 7 dan pH 7,5

Gambar 9. Bagan Alir Pembuatan Larutan Buffer Fosfat pH 7.


No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK BIOKIMIA Revisi 00
LABORATORIUM BIOKIMIA Halaman 13 dari 57

Gambar 10. Bagan Alir Pembuatan Larutan Buffer Fosfat pH 7,5.


7. Pengukuran pH secara Kolorimetri

Gambar 11. Bagan Alir Pengukuran pH dengan Indicator Universal.

8. Pengukuran pH secara Potensiometri

Gambar 12. Bagan Alir Cara Kalibrasi pH meter


No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK BIOKIMIA Revisi 00
LABORATORIUM BIOKIMIA Halaman 14 dari 57

Gambar 13. Bagan Alir Pengukuran pH Buffer Fosfat pH 7 dan pH 7,5.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil
Berdasarkan praktikum eksperimental di laboratorium yang telah
dilakukan, maka diperoleh hasil sebagai berikut.

Tabel 1. Volume Pembuatan Reagen (mL).

No Reagen Gambar (Manual)

1 Larutan NaOH 2%

NaOH 2% 50 ml
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK BIOKIMIA Revisi 00
LABORATORIUM BIOKIMIA Halaman 15 dari 57

2 Larutan HNO3 10%

HNO3 10% 50 ml

3 Larutan Gelatin 1%

Gelatin 1% 50 ml

4 Larutan 0.2 M NaH2PO4.H2O 100 mL (Ganjil)*

0,2 M NaH2PO4.H2O
100 ml

Larutan 0.2 M Na2HPO4.2H2O 100 mL


5
(Genap)*

0,2 M
Na2HPO4.2H2O 100
ml

Berdasarkan Tabel 1. Volume Pembuatan Reagen, diperoleh hasil


bahwa pada pembuatan reagen 1, larutan NaOH 2%, larutan HNO3 10%, dan
larutan gelatin 1% masing-masing dibuat sebanyak 50 ml. Sementara itu,
pada pembuatan reagen 2 diperoleh hasil pembuatan larutan 0,2 M
NaH2PO4.H2O dan larutan 0.2 M Na2HPO4.2H2O yaitu masing-masing
sebanyak 100 ml.
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK BIOKIMIA Revisi 00
LABORATORIUM BIOKIMIA Halaman 16 dari 57

Tabel 2. Pengukuran pH dengan pH meter dan indicator universal.

pH meter Indikator Universal


Kelompok Suhu (C)
pH 7 pH 7.5 pH 7 pH 7.5
I 7.09 27.6 7
II 7.88 28.3 8
III 7 28.2 7
IV 9.7 28.8 9
V 7.18 28.5 7

Berdasarkan Tabel 2 diperoleh hasil bahwa pada pengukuran dengan


pH meter memperoleh hasil yang bervariasi. Pada pengukuran pH 7, hasil
yang sedikit jauh yaitu pada kelompok 5 dengan besar pHnya 7,18.
Sementara pada pengukuran pH 7,5 terdapat pada kelompok 4 dengan hasil
yang jauh yaitu sebesar pH 9,7. Pada pengukuran pH dengan indicator
universal diperoleh hasil yang lumayan serupa. Semua hasil pengukuran pH
7 pada ketiga kelompok yaitu sama (sebesar pH 7). Sementara itu, pada
pengukuran pH 7,5 diperoleh hasil untuk kelompok 2 dan 4 berturut-turut
sebesar pH 8 dan 9. Berdasarkan data menunjukkan adanya suhu yang
bervariasi dapat memengaruhi hasil pengukuran.

B. Pembahasan
Berdasarkan praktikum eksperimental yang dilakukan di
laboratorium, maka diperoleh hasil dari kedua percobaan yaitu percobaan
pembuatan reagen, pembuatan larutan buffer/dapar dan pengukuran pH
secara kolorimetri dan potensiometri. Percobaan pertama yaitu pembuatan
reagen 1 dan reagen 2 dimana masing-masing memiliki komponen yang
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK BIOKIMIA Revisi 00
LABORATORIUM BIOKIMIA Halaman 17 dari 57

berbeda. Pada pembuatan reagen 1 terdiri dari larutan NaOH 2%, HNO3
10%, dan larutan Gelatin 1%, sedangkan pada pembuatan reagen 2 terdiri
dari larutan stock NaH2PO4.H2O 0,2 M dan larutan Na2HPO4.2H2O 0,2 M.
Tahap pertama adalah pembuatan larutan NaOH 2% dimana
bertujuan untuk mempelajari cara pembuatan suatu reagen dari bahan
padatan, serbuk, dan pellet. Dasar reaksi percobaan ini adalah reaksi
hidrolisis dan pengenceran. Mekanisme terjadinya hidrolisis yaitu ketika
pellet NaOH 1 gram ditambah dengan akuades, maka pellet tersebut akan
terlarut. Ketika reagen dipindahkan ke labu ukur kemudian ditambah
akuades hingga batas, maka terjadi proses pengenceran sehingga
menurunkan konsentrasi NaOH dalam akuades. Oleh karena itu, semakin
banyak pelarut yang digunakan dalam pengenceran, maka konsentrasi
sebuah larutan semakin menurun (Ball and Key, 2014).
Pada percobaan pembuatan reagen NaOH 2% ini digunakan bahan-
bahan berupa pellet NaOH sebagai sampel sekaligus zat terlarut serta
akuades sebagai zat pelarut. NaOH merupakan padatan yang memiliki sifat
basa yang mampu membentuk larutan alkalin yang kuat ketika dilarutkan
dalam air (Reliantari et al., 2017). Selain itu, NaOH memiliki sifat lembab
cair dan secara spontan menyerap karbondioksida dari udara luar (Reliantari
et al., 2017). Adanya sifat tersebut menyebabkan pellet NaOH harus segera
dilarutan agar tidak memengaruhi beratnya. NaOH juga bersifat higroskopi,
artinya mudah menyerap air sehingga harus habis setelah ditimbang dan
digunakan (Reliantari et al., 2017). Selain bahan, adapun perlakuan yang
dilakukan selama percobaan yaitu diantaranya pengadukan dengan
pengaduk untuk membantu pellet terlarut dalam akuades. Selain itu,
pelarutan NaOH menggunakan gelas beker supaya proses pelarutannya
lebih mudah. Selanjutnya, penggojokan pada larutan dalam labu ukur
dengan posisi 180º agar larutan menjadi homogen. Pada percobaan ini, labu
ukur digunakan untuk pengenceran sebab dia hanya memiliki satu skala
tunggal sehingga akurat. Selain itu, agar proses homogenisasi lebih mudah.
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK BIOKIMIA Revisi 00
LABORATORIUM BIOKIMIA Halaman 18 dari 57

Pada pembuatan larutan NaOH, diperoleh hasil yang telah sesuai


yaitu terbentuk larutan NaOH 2% sebanyak 50 ml yang dapat dilihat pada
tabel 1. Untuk mendapatkan hasil berupa reagen NaOH 50 ml tersebut,
maka dibutuhkan NaOH sebanyak 1 gram.
Tahapan kedua yaitu pembuatan HNO3 10% dimana bertujuan untuk
membuat larutan yang bersifat asam dari suatu larutan pekat. Dasar reaksi
percobaan ini adalah reaksi hidrolisis dan pengenceran. Mekanisme reaksi
pada percobaan ini yaitu hidrolisis HNO3 pekat karena penambahan
akuades. Selanjutnya pengenceran hingga volume larutan menjadi 50 ml
yang menyebabkan konsentrasi larutan HNO3 menurun dan terbentuk
larutan yang encer (Ball and Key, 2014).
Fungsi bahan dan perlakuan yang ada pada percobaan ini
diantaranya larutan HNO3 pekat sebagai sampel sekaligus zat terlarut serta
akuades sebagai zat pelarut. Pada proses pengambilan sampel HNO 3
dilakukan melalui lemari asam karena sifat HNO 3 yang asam kuat sehingga
perlu untuk mengurangi paparan gas yang dikeluarkan yang sifatnya
beracun dan berbahaya bagi kulit. Adapun sifat lain yang dimiliki HNO 3
diantaranya berwujud cair, tidak berwarna, membeku pada suhu 25ºC,
membentuk kristal putih, dan mendidih pada suhu 121ºC (Septiani et al.,
2019). Selain perlakuan diatas, adapun perlakuan lainnya yang perlu
diperhatikan yaitu penambahan akuades yang dilakukan dengan
memasukkan akuades terlebih dahulu, kemudian ditambahkan HNO3. Hal
tersebut bertujuan untuk menghindari reaksi spontan. Terakhir, perlu adanya
penggojokan pada labu ukur untuk menghomogenkan larutan.
Berdasarkan table 1 hasil volume reagen yang dibuat, maka
diperoleh hasil pembuatan HNO3 10% yang sudah sesuai yaitu sebanyak 50
ml. Untuk mendapatkan hasil berupa reagen HNO3 50 ml tersebut, maka
dibutuhkan HNO3 sebanyak 5 ml.
Selanjutnya adalah tahapan ketiga dari percobaan pembuatan reagen
1 yaitu pembuatan larutan gelatin 1%. Tahapan tersebut bertujuan untuk
untuk mengetahui cara pembuatan reagen dari bahan padatan atau serbuk
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK BIOKIMIA Revisi 00
LABORATORIUM BIOKIMIA Halaman 19 dari 57

yang membutuhkan pemanasan. Gelatin merupakan derivate protein kaya


akan kolagen dan sering dijumpai pada kulit, tulang, dan tulang rawan
(Rahayu and Fithriyah, 2015). Gelatin mampu larut di dalam air, asam
asetat, dan pelarut alkohol (seperti gliserol, propelin, glycol, sorbitol, dan
mantinol), tetapi tidak dapat larut dalam alkohol, aseton, karbon
tetraklorida, benzene, petroleum eter, maupun pelarut organic lainnya
(Rahayu and Fithriyah, 2015). Gelatin mudah terlarut pada suhu diatas 70ºC
dan membentuk gel pada suhu di bawah 49ºC atau pada suhu ruang (Rahayu
and Fithriyah, 2015). Adapun suhu pemanasan yang mampu melarutkan
gelatin sekurang – kurangnya adalah 49ºC dan umumnya sekitar 60º - 70ºC
(Rahayu and Fithriyah, 2015). Dasar reaksi percobaan ini adalah reaksi
pemanasan dan pengenceran. Mekanisme reaksinya yaitu ketika gelatin
yang berwujud padat dipanaskan pada suhu diatas 70º, maka gelatin akan
terlarut. Setelah itu, larutan gelatin yang sudah berwujud cair akan
ditambahkan akuades hingga konsentrasinya menurun atau terjadi
pengenceran sehingga terbentuk larutan encer (Ball and Key, 2014).
Pada percobaan ini digunakan bahan berupa gelatin sebagai sampel
sekaligus bahan terlarut serta digunakan akuades sebagai zat pelarut.
Adapun perlakuan yang ada pada percobaan ini yaitu ketika pemanasan
perlu diperhatikan untuk mulut tabung reaksi harus menghadap ke arah yang
berlawanan dengan praktikan sambil diayun – ayunkan. Selain itu,
dilakukan penggojokan untuk homogenasi larutan.
Berdasarkan table 1 hasil volume reagen yang dibuat, maka
diperoleh hasil pembuatan gelatin 1% yang sudah sesuai yaitu sebanyak 50
ml. Untuk mendapatkan hasil berupa reagen gelatin 50 ml tersebut, maka
dibutuhkan gelatin sebanyak 0,5 gram.
Selanjutnya adalah percobaan pembuatan reagen 2 yang terdiri dari
larutan stock NaH2PO4.H2O 0,2 M dan larutan Na2HPO4.2H2O 0,2 M.
Percobaan ini bertujuan untuk untuk memperoleh larutan stock untuk
membuat larutan buffer fosfat. Dasar reaksi yakni reaksi hidrasi dan
pengenceran. Mekanisme reaksi yaitu ketika serbuk NaH2PO4 dan Na2HPO4
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK BIOKIMIA Revisi 00
LABORATORIUM BIOKIMIA Halaman 20 dari 57

ditambahkan dengan air, maka akan terjadi reaksi hidrasi yang melibatkan
pelepasan ion dari sampel. Selanjutnya, sampel NaH2PO4 dan Na2HPO4
yang telah larut ditambahkan dengan akuades hingga 100 ml yang
menyebabkan konsentrasi larutan turun. Hal tersebut disebut dengan proses
pengenceran (Ball and Key, 2014).
Pada percobaan ini dibutuhkan bahan-bahan berupa serbuk NaH 2PO4
dan Na2HPO4 sebagai sampel terlarut dan akuades sebagai zat pelarut.
Adapun perlakuan yang dilakukan pada percobaan ini yaitu pengadukan
sampel serbuk pada air agar menjadi terlarut. Selain itu dilakukan
penggojokan dengan posisi 180º pada labu ukur agar larutan homogen.
Perlu diperhatikan bahwa pembuatan larutan NaH2PO4 dan Na2HPO4 harus
segera dilakukan karena keduanya bersifat higroskopis.
Berdasarkan hasil pada table 1 mengenai volume reagen yang
dibuat, maka diperoleh hasil yang sudah sesuai yaitu terbentuk larutan
NaH2PO4.H2O 0,2 M sebanyak 100 ml yang dibuat dengan 2,76 gram
NaH2PO4 dan larutan Na2HPO4.2H2O 0,2 M sebanyak 100 ml yang dibuat
dengan 3,56 gram Na2HPO4.
Percobaan dari acara selanjutnya yaitu pembuatan larutan dapar atau
buffer fosfat. Tujuan percobaan ini yaitu untuk membuat larutan buffer
fosfat pH 7 dan pH 7,5 dari larutan stok yang telah dibuat sebelumnya.
Dasar reaksinya yaitu reaksi antara asam lemah dan garamnya. Mekanisme
reaksi yang terjadi yaitu asam lemah dari sodium dihidrogen fosfat
monohidrat akan bereaksi secara langsung dengan garam sodium hidrogen
fosfat dihidrat dan jumlah mol asam lemah akan tersisa pada akhir reaksi
yang mengakibatkan buffer bersifat asam.
Pada percobaan pembuatan buffer fosfat pH 7 dan 7,5 dibutuhkan
larutan NaH2PO4.H2O sebagai asam lemah serta larutan Na2HPO4.2H2O
sebagai basa konjugasi atau garamnya. Selain itu, dibutuhkan akuades untuk
mengencerkan larutan sehingga didapatkan sejumlah larutan yang
diinginkan. Pada percobaan ini dilakukan pengadukan bahan agar terlarut,
penggojokan larutan pada labu ukur agar larutan homogen, penggunaan
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK BIOKIMIA Revisi 00
LABORATORIUM BIOKIMIA Halaman 21 dari 57

gelas beker sebagai wadah pencampuran agar lebih mudah, penggunaan


mikropipet agar pengambilan larutan lebih teliti dan sebagainya.
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil
yang sesuai yaitu terbentuk larutan buffer fosfat pH 7 sebanyak 100 ml dari
pencampuran larutan 0,2M Na2HPO4.2H2O sebanyak 33,5 ml dan larutan
0,2M NaH2PO4.H2O sebanyak 16,5 ml. Selain itu, terbentuk juga larutan
buffer fosfat pH 7,5 sebanyak 100 ml dari pencampuran larutan 0,2M
Na2HPO4.2H2O sebanyak 43,15 ml dengan larutan 0,2M NaH2PO4.H2O
sebanyak 6,85 ml.
Percobaan terakhir adalah pengukuran pH larutan. Pengukuran pH
dilakukan secara kolorimetri dan potensiometri. Tujuan keduanya yaitu
untuk mengetahui dan menguji besar pH buffer yang telah dibuat, apakah
sesuai dengan hasil yang diinginkan atau tidak. Dasar reaksi uji pH secara
kolorimetri menggunakan indicator universal yaitu perubahan warna kertas
indikator. Sementara dasar reaksi pengujian dengan pH meter yaitu deteksi
pada sensor probe yaitu elektroda kaca yang mampu mendeteksi jumlah ion
H3O+ atau H+ dalam larutan. Mekanisme reaksi dari indikator universal yaitu
ketika kertas dicelupkan pada larutan asam atau basa, maka kertas akan
berubah warna sesuai dengan rentang pH yang dimilikinya. Sementara itu,
mekanisme reaksi pada pH meter yaitu ketika larutan yang bersifat asam,
basa, atau netral dicelupkan pada elektroda, maka elektroda akan
menghitung jumlah ion yang dimiliki sampel dan display akan
memunculkan angka yang sesuai dengan pH larutan (Puri, 2018).
Mekanisme tersebut berkaitan dengan cara penggunaan pH meter yaitu
terlebih dahulu pH meter dinyalakan selama 5 menit, tabung KCl dilepas
dari badan elektroda, dan elektroda dicuci dengan akuades. Apabila perlu
dilakukan pengkaliberasian, maka dikaliberasi dengan larutan pH 4, 7, dan
10 (Devirizanty et al., 2021). Apabila keduanya dibandingkan antara
pengukuran pH secara kolorimetri maupun potensiometri, maka cara
potensiometri dengan pH meter dinilai lebih akurat karena memberikan
hasil lebih spesifik untuk kadar pH larutannya daripada kolorimetri dengan
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK BIOKIMIA Revisi 00
LABORATORIUM BIOKIMIA Halaman 22 dari 57

indicator universal yang mengandalkan perubahan warna (Devirizanty et al.,


2021).
Pengukuran pH dengan indicator universal dan pH meter memiliki
kelebihan dan kekurangan masing-masing. Pengukuran menggunakan
indicator universal memiliki tingkat akurasi pengukuran yang tidak terlalu
tepat sebab keterbatasan manusia dalam membandingkan warna pada kertas
indikator. Selain itu, tingkat ketelitian hasil pengukuran tidak bisa sampai
nilai satu digit di belakang koma yang meningkatkan kemungkinan
terjadinya kesalahan pembacaan nilai pH (Wibowo and Ali, 2019). Namun
kelebihan dari metode pengukuran pH ini yaitu harganya relative lebih
murah dan penggunaannya yang simple dan sederhana (Wibowo and Ali,
2019). Hal tersebut berbeda dengan penggunaan pH meter sebagai metode
pengukurannya sebab alat tersebut memiliki kelebihan pada tingkat
akurasinya yang lebih tepat dan teliti walaupun dalam waktu yang singkat.
Namun pH meter memiliki harga yang relative lebih mahal, penggunaan dan
perawatannya pun susah dan rumit, serta membutuhkan adanya kalibrasi
alat (Wibowo and Ali, 2019).
Berkaitan dengan kalibrasi pH meter, prinsip kerjanya yaitu
menggunakan larutan standar buffer dengan pH 4, 7 dan 10 (Devirizanty et
al., 2021). Kalibrasi alat pH meter dilakukan dengan cara badan elektroda
dicelupkan pada buffer solution pH 7 dan tombol cal ditekan untuk
pengkalibrasian. Langkah diatas diulang untuk pengkalibrasian pada buffer
solution pH 4 dan 10. Fungsi kalibrasi tersebut agar memastikan bahwa alat
yang digunakan mampu memberikan hasil yang akurat dan presisi ketika
dilakukan pengukuran serta menguji kelayakan alat yang digunakan
(Devirizanty et al., 2021). Pentingnya preparasi alat pH meter sebelum
digunakan seperti dengan adanya pengkaliberasian, maka akan mencegah
atau mengurangi kesalahan sistemik saat pengukuran. Selain itu, perawatan
pH meter juga perlu dilakukan seperti dengan elektroda yang disimpan pada
larutan KCl. KCl menjadi sumber ion Cl- dan juga mampu mempertahankan
pH (Puri, 2018).
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK BIOKIMIA Revisi 00
LABORATORIUM BIOKIMIA Halaman 23 dari 57

Pada pengukuran pH ini digunakan bahan berupa larutan buffer


fosfat pH 7 dan pH 7,5 sebagai sampel yang diujikan. Selain itu, digunakan
larutan buffer standar pH 4, 7, dan 10 untuk mengkalibrasi pH meter, kertas
tissue untuk mengeringkan elektroda, dan larutuan KCl untuk menyimpan
elektroda. Perlakuan yang penting dalam acara ini adalah kalibrasi elektroda
yang bertujuan untuk mendapatkan hasil yang akurat dengan memastikan
alat tidak mengalami masalah dan juga menguji kelayakan dari alat. Selain
itu, perlakuan lain yang perlu dilakukan adalah membersihkan elektroda
setelah digunakan dan mengelap eletroda secara berhati – hati. Hal tersebut
bertujuan agar elektroda tidak pecah karena sangat tipis dan sensitif.
Melalui percobaan yang telah dilakukan, hasil dapat diamati pada
tabel 2 bahwa pada percobaan dengan pH meter, baik pH 7 maupun 7,5
didapatkan hasil yang sebagian besar kurang akurat. Pada kelompok 5 untuk
pengukuran pH 7 sebesar 7,18 yang memiliki jarak yang cukup jauh dengan
pH yang diinginkan, sedangkan pada kelompok 4 untuk pengukuran pH 7,5
sebesar 9,7 yang memiliki selisih sangat jauh dengan pH yang diharapkan.
Hasil akurat dengan pH meter hanya ada di data kelompok 3 untuk
pengukuran pH 7. Sementara itu, hasil pengukuran pH 7 dan 7,5
menggunakan indicator universal lumayan akurat. Semua data pengukuran
pH 7 memberikan hasil yang akurat di ketiga kelompok (kelompok 1, 3, 5).
Pada pengukuran pH 7,5 dengan indicator universal untuk kelompok 2 dan
4 diperoleh hasil yang bervariasi dengan selisih 1-2 dari pH yang diinginkan
sehingga hasil yang diperoleh kurang akurat. Ketidakakuratan yang ada
pada hasil percobaan ini kemungkinan disebabkan oleh faktor lingkungan
yang memengaruhi pengukuran, seperti kontaminan, kebersihan alat ukur,
ataupun suhu lingkungan. Suhu memberikan pengaruh terhadap nilai pH
walaupun tidak memberikan peningkatan atau penurunan secara signifikan,
tetapi tetap memberikan perubahan nilai pH (Petrucci et al., 2017). Apabila
suhu dikaitkan dengan hasil percobaan, maka suhu dalam percobaan tidak
terlalu berpengaruh sebab tidak mampu menjamin besar kecilnya nilai pH
yang ada terhadap suhu tersebut.
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK BIOKIMIA Revisi 00
LABORATORIUM BIOKIMIA Halaman 24 dari 57

V. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, dapat disimpulkan
bahwa pembuatan reagen dari padatan, serbuk, maupun zat pekat telah sesuai
dengan yang diinginkan. Pada pembuatan reagen NaOH 2% perlu dilarutkan,
sedangkan pada pembuatan HNO3 10% diberikan akuades terlebih dahulu
kemudian HNO3, dan Gelatin 1% yang perlu dipanaskan. Pada percobaan
pembuatan larutan buffer stock juga berhasil dilakukan dan hasilnya sesuai yaitu
masing-masing larutan sebanyak 100 ml. Selain itu, diketahui dua metode
pengukuran pH secara kolorimetri dan potensiometri dimana potensiometri lebih
akurat. Namun pada percobaan pengukuran pH buffer fosfat, sebagian besar
hasil potensiometri menggunakan pH meter kurang akurat bahkan selisihnya
jauh dengan pH acuan, sedangkan pada kolorimetri dengan indicator universal
memiliki hasil yang akurat pada pengukuran pH 7 dan kurang akurat pada pH
7,5.
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK BIOKIMIA Revisi 00
LABORATORIUM BIOKIMIA Halaman 25 dari 57

VI. DAFTAR PUSTAKA


Ball, D. W., and Key, J. A. 2014. Introductory Chemistry- 1st Canadian Edition
(1st editio). BCcampus. Victoria, pp.585 - 615.
Chang, R. and Goldsby, K. 2013. General Chemistry: The Essential Concepts.
Seventh Edition. United State. Pp 590-591.
Devirizanty, D., Nurmalawati, S. and Hartanto, C. 2021. Perbandingan Unjuk
Kinerja Berbagai Tipe pH Meter Digital Di Laboratorium Kimia. Jurnal
Pengelolaan Laboratorium Sains Dan Teknologi. 1(1): 1–9.
Gangurde, A. V, Pagar, S., Kadam, A. ., & Ghodke, R. . 2016. Micro Controller
Based Ph Meter using magnetic stirrer. Journal of Computer
Engineering, 4(5), 45–49.
Haryono, H.E. 2019. Kimia dasar. 1st ed. Deepublish, Sleman, pp. 42-46.
Karastogianni, S., Girousi, S., & Sotiropoulos, S. 2015. pH: Principles and
Measurement. In Encyclopedia of Food and Health (1st ed.). Elsevier
Ltd.
Kusumaningrum, I. A., Ashadi, A., & Indriyanti, N. Y. 2017. Scientific
Approach and Inquiry Learning Model in the Topic of Buffer Solution:
A Content Analysis. Journal of Physics: Conference Series, 895(1).
Oliveira, A. F. 2020. Buffering Function: a General Approach for Buffer
Behavior. The Journal of Engineering and Exact Sciences. 6(3): 0387–
0396.
Petrucci, R., Herring, F., Madura, J., & Bissonnette, C. 2017. General Chemistry
Principles and Modern Application (Eleventh E). Pearson. Canada,
p.234-236.
Pratami, L. W., Ariswati, H., & Titisari, D. 2020. Effect of Temperature on pH
Meter Based on Arduino Uno With Internal Calibration. Journal of
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK BIOKIMIA Revisi 00
LABORATORIUM BIOKIMIA Halaman 26 dari 57

Electronics, Electromedical Engineering, and Medical Informatics. 2(1).


23–27.
Puri, D. 2018. Textbook of mendical biochemistry. 4th ed. Elsevier, New Delhi, pp.5-
6.
Rahayu, F., & Fithriyah, N. H. 2015. Pengaruh Waktu Ekstraksi Terhadap
Rendemen Gelatin. Prosiding Semnastek. 2(3). 1–6.
Reliantari, I. ., Evanuarini, H., & Thohari, I. 2017. Pengaruh Konsentrasi Naoh
Terhadap Ph , Kadar Protein Putih Telur Dan Warna Kuning Telur Pidan
The Effect Of Naoh Concentration On Ph , Egg White Protein Content
And Yolk Colour Pidan Egg. Jurnal Ilmu Dan Teknologi Hasil Ternak.
12(2). 69–75.
Septiani, M., Santoso, K., & Majid, R. 2019. Efektivitas Asam Nitrat (HNO3)
Sebagai Pelarut Alternatif Pada Proses Acid Wash Terhadap Plate
Electrolyzer di PT Kaltim Nitrate Indonesia. Journal of Chemical Process
Engineering, 03(02).
Skoog, D. ., West, D. ., Holler, F. ., and Crouch, S. . 2014. Fundamentals of
Analytical Chemistry 9E (Ninth edit). Brooks/Cole Cengage Learning.
Canada, pp. 723 – 725.
Soebiyanto, S., & Darmawan, P. 2017. Meninjau Ulang Penggunaan Besaran
Konsentrasi Normalitas pada Kimia Larutan. Biomedika, 10(1), 67–71.
Sushma, K., Ghosh, S., & Banji, D. 2013. Role of Chemical and Analytical
Reagents in Colorimetric Estimation of Pharmaceuticals-A Review.
International Journal of Medicine and Pharmaceutical Research, 1(5), 433–
445.
Wibowo, R. S. and Ali, M. 2020. Alat Pengukur Warna Dari Tabel Indikator
Universal pH Yang Diperbesar Berbasis Mikrokontroler Arduino. Jurnal
Edukasi Elektro. 3(2): 99–109.
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK BIOKIMIA Revisi 00
LABORATORIUM BIOKIMIA Halaman 27 dari 57

Anda mungkin juga menyukai