Anda di halaman 1dari 5

PERAN PENILAIAN SURVEI AKREDITASI RUMAH SAKIT TERHADAP

PENINGKATAN BUDAYA KESELAMATAN DI RUMAH SAKIT TK.II


ROBERT WOLTER MONGISIDI KOTA MANADO SULAWESI UTARA
Mulya Imansyah1,2,3, Felix Harianto Muaya4, Tri Winugroho5, Anita Marliana6, Junicko
Sacrafian Anoraga7,8

1. Pjs. Kepala Rumah Sakit Tk.IV dr. Yanto, Sp.OT Poso Sulawesi Tengah
2. Surveyor Akreditasi Rumah Sakit LAFKI
3. Ketua Komite Mutu RS Tk.II Tk.II Robert Wolter Mongisidi Kota Manado Sulawesi
Utara
4. Anggota Komite Mutu RS Tk.II Robert Wolter Mongisidi Kota Manado Sulawesi
Utara
5. Anggota Komite Mutu RS Tk.II dr. Soedjono Magelang Jawa Tengah
6. Anggota Komite Mutu RS Tk.IV Kencana Serang Banten
7. Dosen Tetap Fakultas Kedokteran Militer Universitas Pertahanan RI
8. Anggota Komite Mutu RS dr. Suyoto Jakarta

Latar Belakang
Rumah sakit adalah sarana kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan
pelayanan rawat inap, rawat jalan dan rawat darurat (1,2). Pelayanan
kesehatan ini merupakah hal yang komplek, tidak hanya dari segi penyakit
yang diderita, namun keterlibatan berbagai petugas medis, peralatan
medis dan bangunan dimana pasien tersebut ditangani, oleh karena itu
keselamatan menjadi isu yang penting didalam pelayanan kesehatan(3).
Ke-lima isu penting itu antara lain: keselamatan pasien (patient safety),
keselamatan pekerja atau petugas kesehatan, keselamatan bangunan
dan peralatan di rumah sakit yang bisa berdampak terhadap keselamatan
pasien dan petugas, keselamatan lingkungan (green productivity) yang
berdampak terhadap pencemaran lingkungan dan keselamatan “bisnis”
rumah sakit yang terkait dengan kelangsungan hidup rumah sakit(4,5).
Membangun budaya keselamatan pasien merupakan langkah awal dalam
pengembangan keselamatan pasien di Rumah sakit(6). Terdapat
beberapa instumen untuk menilai dari budaya keselamatan pasien seperti:
HSOPSC (Hospital Survey on Patient Safety Culture), MaPSaF
(Manchester Patient Safety Assessment Framework) dan SAQ (Safety
Attitudes Questionnaire)(7). HSOPSC merupakan alat untuk
merencanakan dan mengevaluasi program keselamatan pasien dan dapat
mengidentifikasi peluang untuk meningkatkan budaya keselamatan
pasien. Kelebihannya antara lain dapat digunakan untuk menilai budaya
keselamatan pasien di tingkat individu, unit atau institusi. Kuesioner
HSOPSC terdiri dari 12 dimensi yang terbagi dalam tiga area pengukuran
yaitu dimensi yang mengukur budaya keselamatan pasien terkait unit
kerja di rumah sakit, dimensi untuk mengeksplorasi aspek budaya
keselamatan pasien di institusi dan dimensi hasil budaya keselamatan
pasien di rumah sakit(8). Budaya keselamatan ini dapat berfluktuatif
kondisinya, salah satu upaya untuk menjaganya antara lain dengan
dimasukannya Budaya keselamatan pasien kedalam salah satu Standar
Nasional Akreditasi Rumah Sakit (SNARS) terutama kelompok Tata
Kelola Rumah Sakit (TKRS) dan Peningkatan Mutu dan Keselamatan
Pasien (PMKP)(9)

Tujuan
Pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran penilaian akreditasi
RS terhadap peningkatan budaya keselamatan di RS Tk.II Robert Wolter
Mongisidi Manado.

Metode
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan design
cross sectional. Kuesioner HSOPSC versi original yang telah
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh tim ahli yang bergerak
dibidang akreditasi rumah sakit(8), disebar melalui Aplikasi Google form
dan pengambilan data dilakukan sebelum akreditasi (1-31 Agustus 2022)
dan sesuadah dilakukan akreditasi RS (1-31 Maret 2023) terhadap tenaga
kesehatan yang berada di RS Tk.II Robert Wolter Mongisidi Manado.
Sebanyak 262 tenaga kesehatan sebagai sampling dari populasi total
tenaga kesehatan yang bekerja di RS Tk.II Robert Wolter Mongisidi
Manado diambil secara acak. Hasil dari data tersebut akan diolah
menggunakan SPSS 23.
Hasil dan Diskusi
Hasil temuan penelitian di RS Tk.II Robert Wolter Mongisidi Manado
didapatkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara budaya
keselamatan sebelum akreditasi dengan hasil nilai respon positif 7177
(65%) dibandingkan sesudah dilakukan akreditasi dengan nilai 8882
(81%) yang secara statistik uji-t menunjukan peningkatan secara
bermakna (Sig 0,000). Peningkatan yang paling besar didapatkan dari
dimensi 8 yaitu frekuensi pelaporan insiden yang meningkat dari nilai 267
(35%) menjadi 525 (68%) dimana terjadi peningkatan sekitar 94%
dibandingkan sebelum akreditasi, namun masih ada yang menjadi
pekerjaan rumah dari RS Ini yakni dimensi 8 (frekuensi pelaporan
insiden), dimensi 10 (pengaturan staf sebelum drop) dan dimensi 11
(serah terima pasien) dimana nilainya masih dibawah 75% dengan
kategori sedang. Dengan adanya proses persiapan penilaian akreditasi
memaksa tenaga RS kembali mengingat semua peraturan dan standar
prosedur operasional yang ada di rumah sakit serta pelatihan-pelatihan
secara in-house training ataupun melalui lembaga pelatihan akreditasi
Rumah Sakit, sehingga secara otomatis akan meningkatkan budaya
keselamatan pasien di RS Tk.II Robert Wolter Mongisidi Manado yang
pada akhirnya akan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan
meminimalisir terjadinya kejadian yang tidak diharapkan.

Kesimpulan dan Saran


Dari penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa penilaian akreditasi RS
memiliki peran penting terhadap peningkatan budaya keselamatan di RS
Tk.II Robert Wolter Mongisidi Manado. Perlu dilakukan penelitian lebih
lanjut faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi secara langsung dan
tidak langsung budaya keselamatan pasien.

Referensi
1. Listiyono RA. Studi Deskriptif Tentang Kuaitas Pelayanan di Rumah Sakit Umum
Dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto Pasca Menjadi Rumah Sakit Tipe B. J
Kebijak dan Manaj Publik. 2015;1(1):2–7.
2. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009. UU Nomor 44 Tahun 2009 2009 p. 3.
3. Cahyono, J. B., Suharjo B. Membangun budaya keselamatan pasien dalam
praktik kedokteran. Yogyakarta: Kanisius; 2008.
4. Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit
(Patient Safety). Kementeri Kesehat RI [Internet]. 2015;1–59. Available from:
http://rsjiwajambi.com/wp-content/uploads/2019/09/PEDOMAN-NASIONAL-
KESELAMATAN-PASIEN-RS-EDISI-III-2015-1.pdf
5. Wardhani V. Manajemen Keselamatan Pasien di Rumah Sakit. Malang:
Universitas Brawijaya Press; 2017.
6. Iriviranty A. Analisis Budaya Organisasi dan Budaya Keselamatan Pasien Sebagai
Langkah Pengembangan Keselamatan Pasien di RSIA Budi Kemuliaan Tahun
2014. J Adm Rumah Sakit Indones. 2015;1(3):196–206.
7. Hanifa YNM, Dhamanti I. Instrument for Measuring Patient Safety Culture:
Literature Review. JMMR (Jurnal Medicoeticolegal dan Manaj Rumah Sakit).
2021;10(2):158–76.
8. Palmieri PA, Leyva-Moral JM, Camacho-Rodriguez DE, Granel-Gimenez N, Ford
EW, Mathieson KM, et al. Hospital survey on patient safety culture (HSOPSC): A
multi-method approach for target-language instrument translation, adaptation, and
validation to improve the equivalence of meaning for cross-cultural research. BMC
Nurs. 2020;19(1):1–13.
9. Kemenkes RI. KMK Nomor 1128 Tahun 2022. Keputusan Menteri Kesehatan
2022 p. 1–342.
Survey Budaya keselamatan
RS Tk.II R.W. Mongisidi
Pre Akreditasi Post Akreditasi Perubahan
100%
80%
60%
40%
20%
0%

One-Sample Statistics

N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Pre_Akreditasi 12 65,00 16,514 4,767


Post_Akreditasi 12 80,83 10,241 2,956

One-Sample Test

Test Value = 0

95% Confidence Interval of the


Difference

t df Sig. (2-tailed) Mean Difference Lower Upper

Pre_Akreditasi 13,635 11 ,000 65,000 54,51 75,49


Post_Akreditasi 27,342 11 ,000 80,833 74,33 87,34

Anda mungkin juga menyukai