Anda di halaman 1dari 16

POLITEKNIK ILMU PEMASYARAKATAN

PERSENTASE PEMENUHAN LAYANAN MAKANAN BAGI


TAHANAN/NARAPIDANA/ANAK SESUAI DENGAN STANDAR

UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS)


Diajukan sebagai UTS mata kuliah pengembangan organisasi

NAMA : LIDYA SEVENTINA OMPUSUNGGU


STB : 3691

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PEMASYARAKATAN


POLITEKNIK ILMU PEMASYARAKATAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM REPUBLIK INDONESIA
DEPOK
MARET 2022
A. Latar Belakang
Lapas/LPKA/Rutan merupakan UPT Pemasyakatan yang bertugas untuk
memberikan perawatan dan pembinaan terhadap tahanan,narapidana dan anak. Satu
dari sekian banyak tugas pokok dari,Rutan, Lapas LPKA saat menyelenggarakan
aktivitasnya pada bidang perawatan serta kesehatan yakni memberi
tahanan,narapidana dan anak layanan makan dengan disesuaikan standarisasi gizi
untuk WBP yang sesuai persyaratan kebutuhan gizi, kebersihan serta cita rasa
selaku unsur atas usaha terkait pencegahan atas adanya penyakit serta masalah
kesehatan yang lain. Pengimplementasian makanan untuk WBP pada Lapas, Rutan
serta LPKA menjadi suatu kegiatan yang berguna dalam rangka mencukupi
kebutuhan gizi WBP, dengan demikian WBP dalam melaksanakan aktivitas harian
dapat maksimal baik rohani serta jasmani dan juga sosial dari diri WBP.
Penyelenggaraan makanan sesuai standar kepada WBP memang perlu
dilaksanakan sebab perlakuan pada WBP perlu untuk selalu memegang konsep
mendasar ataupun nilai mendasar yang ada pada Standar Minimum Rules yang
menyebutkan untuk semua orang yang dipenjara untuk diberikan makanan oleh
pimpinan Lembaga/Institusi. Teknik dalam menyelenggarakan makanan yang ada
sekarang di UPT pemasyarakatan yaitu memberikan makanan dengan didasarkan
pada peraturan yang merujuk kepada pola 3 kali dalam satu hari yang menu
makanannya memiliki nilai gizi sesuai ketentuan persyaratan bagi kesehatan serta
disajikan serta dimasak secara baik.
Penyelenggaraan layanan makanan yang sesuai standar di Rutan,Lapas,LPKA
menjadi sebuah perhatian yang sangat penting. Dimana ini menyangkut hak yang
seharusnya didapatkan oleh narapidana/tahanan/anak. Tentunya hal ini dijelaskan
juga di dalam UU RI Nomor 12 Tahun 1995 perihal pemasyarakatan pada pasal 14
terkait berbagai hak yang perlu terpenuhi yakni hak mendapatkan layanan makanan
secara layak.
Penyelenggaraan makanan yang sesuai standar ini dipengaruhi beberapa faktor
yaitu penggunaan bahan makanan,nilai gizi dari bahan makanan, standar dari biaya
bahan makanan, tahap dalam memasak bahan makanan serta mendistribusikan
makanan ke WBP ,perlengkapan dapur dan makanan yang digunakan serta SDM
yang diperbantukan untuk memasak bahan makanan tersebut.
Terkait bentuk usaha melindungi hak napi, KEMENKUMHAM RI terkait
perihal tersebut menerbitkan Peraturan Khusus terkait pengadaan bahan makanan
untuk narapidana, yakni Permenkumham No. M.HH-172.PL.02.03 Tahun 2011 yang
pada isinya termuat pedoman, mekanisme dalam penyediaan bahan makanan untuk
Tahanan serta Napi. Namun kenyataan yang sering terjadi di UPT banyak kendala
yang dialami untuk perwujudan ini. Pelayanan makanan yang sesuai standar bagi
tahanan/narapidana/anak ini sangat penting dan harus diperhatikan karena memiliki
hubungan dengan kondisi kesehatan dari tahanan dan narapidana, jika kondisi
kesehatan narapidana dan tahanan baik maka dapat pelaksanaan program-program
perawatan dan pembinaan juga dapat berjalan.
Tentunya untuk melaksanakan penyelenggaraan makanan bagi WBP yang
sesuai standar di Rutan,Lapas,LPKA tersebut harus dilakukan beberapa program
atau upaya untuk melaksanakan kegiatan tersebut. Program ini berfungsi untuk
meninjau persentase pelayanan makanan yang telah diberikan.
B. Tinjauan Literatur
Dalam melaksanakan pemenuhan layanan makanan untuk narapidana/
tahanan/anak disesuaikan dengan standar dengan melakukan monitoring terhadap
makanan WBP sesuai dengan Daftar Menu 10 hari. Dalam melaksanakan
monitoring ini didukung oleh dua kegiatan yaitu
1. Perencanaan anggaran belanja
Kegiatan ini dilakukan terkait pengadaan BAMA serta permintaan sarana
prasarana yang membantu dalam pemberian layanan makanan untuk
tahanan/narapidana/anak. Tujuan dari adanya kegiatan ini supaya tersedia
taksiran harga dari belanja baham makanan atau BAMA yang dibutuhkan
dalam rangka mencukupi standar kebutuhan jenis serta jumlah bahan makanan
untuk tahanan/narapidana/anak.
2. Perencanaan kebutuhan bahan makanan
Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan dalam rangka mencari tahu kebutuhan
bahan makanan untuk Rutan, Lapas, Cabang Rutan dalam waktu setahun
dengan disesuaikan prosedur dalam mengadakan barang jasa yang mendukung
pemenuhan pelayanan makanan bagi tahanan,napi,anak sesuai standar.
Dalam pelaksanaan pemenuhan pelayanan makanan untuk narapidana/
tahanan/anak dengan disesuaikan standar maka Lapas/Rutan/Cabang Rutan dapat
melakukan 3 program ini :
1) Program GMP (Good Manufacturing Practices)
Program Good Manufacturing Practices ini disebut sebagai sebuah
bentuk program bagaimana teknik memproduksi makanan secara baik dengan
tujuan memperoleh hasil makanan yang bermutu dengan disesuaikan standar
serta layak di konsumsi oleh konsumen. Dalam menjalankan program GMP ini
dipengaruhi oleh beberapa variabel yaitu Hegiene in
production,Traceability,Complaints and Recall,Quality Management,Suitable
Facilities and Qualified Standard Operating. Dalam pelaksanaan program ini
dibutuhkan suatu metode untuk melihat keberhasilan dari program ini. Maka
dalam penilaian keberhasilan pelaksanaan program ini dilakukan dengan metode
evaluasi dengan melihat penilaian dari setiap variabel. Karena penilaian dari
setiap variabel yang memengaruhi berjalannya program inilah yang dapat
menentukan apakah program ini membantu dalam pemenuhan layanan makan
sesuai standar bagi tahanan/narapidana/anak di UPT pemasyarakatan.Hasil dari
pelaksanaan program ini adalah makanan yang diberikan kepada
tahanan/narapidana/anak akan terjamin bersih atau higenis dan layak untuk
dikonsumsi dikarenakan sebelum makanan diberikan kepada
tahanan/narapidana/anak, sudah terlebih dahulu dilakukan langkah-langkah
dalam menjamin mutu makanan yang diberikan mulai dari fasilitas tempat
memasak,kebersihan tempat masak atau dapur dan kebersihan tamping yang
bertugas memasak di dapur, standar cara memasak bahan makanan yang akan
dimasak oleh tamping yang bertugas di dapur dan sudah dilakukan penilaian
dari petugas dapur sebelum dibagikan kepada tahanan/narapidana/anak.
Tentunya program ini tidak hanya memiliki kelebihan namun tetap ada
kekurangan. Kekurangan yang dapat saya lihat dari pelaksanaan program GMP
(Good Manufacturing Practices) ini dalam mendukung atas terpenuhinya
pelayanan makan untuk narapidana/tahanan/anak disesuaikan standar adalah
petugas bisa saja kelupaan melakukan pengecekan terlebih dahulu terhadap
fasilitas dapur dan pemeriksaan makanan yang akan dibagi kepada
tahanan/narapidana /anak yang membuat pemenuhan layanan makan sesuai
standar bisa terganggu.
2) Program SSOP (Sanitation Standard Operating Procedure)
Program ini menjadi program kedua yang akan dijalankan di UPT
pemasyarakatan baik Lapas/Rutan/Cabang Rutan dalam memenuhi kebutuhan
makan untuk narapidana/tahanan/anak sesuai standar. Program Sanitation
Standard Operating Procedure adalah suatu program yang menjadi pedoman
dalam pelaksanaan proses produksi makanan atau pangan dalam menjamin
proses serta prosedur sanitasi makanan bisa dengan cara efisien dalam
mengontrol bahaya didalam makanan yang umumnya dijumpai di lingkungan
pengelolaan serta pengoperasian pelaksanaan produksi makanan. Tentunya
dalam melaksanakan program SSOP (Sanitation Standard Operating Procedure)
harus dilakukan dengan memperhatikan beberapa faktor atau variabel yang
mempengaruhi berjalannya program ini. Untuk itu variabel yang mempengaruhi
pelaksanaan program ini terdapat 9 (sembilan) variabel yaitu kondisi alat,
keamananan air, serta kebersihan permukaan bahan makanan, pencegahan
kejadian terkontaminasi, mengelola alat untuk mencuci
tangan,sanitasi,perlindungan dari berbagai bahan yang sudah terkontaminasi,
pemberian label, penimpanan, serta benarnya cara pemakaian bahan.
Keberhasilan dari program ini yaitu dengan menjalankan semua variabel yang
mempengaruhinya. Semua variabel harus dijalankan di UPT Pemasyarakatan
dalam pelaksanaan penyedian makanan bagi tahanan/narapidana/anak.
Pelaksanaan program SSOP (Sanitation Standard Operating Procedure) dinilai
keberhasilannya dengan menggunakan metode penilaian dengan melihat
pelaksanaan setiap variabel. Jika sudah dilakukan maka program dapat berjalan
dengan baik dalam mendukung pelaksanaan pemenuhan pelayanan makan untuk
narapidana/tahanan/anak dengan dilandaskan pada standar di UPT
pemasyarakatan. Hasil yang diberikan dengan pelaksanaan program SSOP
(Sanitation Standard Operating Procedure) ini adalah dalam proses
penyimpanan bahan makanan telah terjamin baik karena dilakukan penyortiran
terlebuh dahulu bahan makanan yang sudah tidak layak dan dari segi memasak
bahan makanan(BAMA) yang akan didistribusikan kepada
tahanan/narapidana/anak dilakukan dengan memperhatikan semua prosedur
yang ada dan menjamin akan kelayakan makanan yang dihasilkan sehingga
program ini mendukung pelaksanaan pemenuhan layanan makanan bagi
tahanan/narapidana/anak sesuai standar di UPT pemasyarakatan baik
Rutan/Lapas/Cabang Rutan. Bukan hanya memiliki kelebihan namun program
SSOP (Sanitation Standard Operating Procedure) yang dilaksanakan untuk
membantu pemenuhan layanan makanan bagi tahanan/narapidana/anak sesuai
standar di UPT pemasyarakatan tetap memiliki kekurangan. Kekurangan yang
dimiliki oleh program ini adalah dalam program ini belum ada sebuah kegiatan
yang berhubungan dalam proses pendistribusian makanan kepada
tahanan/narapidana/anak di UPT Pemasyarakatan sehingga jika hanya
menerapkan program ini saja belum dapat merangkum semua kegiatan dalam
proses pemenuhan makan bagi tahanan/narapidana dan anak di UPT
Pemasyarakatan baik Rutan/Lapas/Cabang Rutan.
3) Program HACCP ( Hazard Analysis Critical Control Point)
Program ketiga yang saya pilih dalam membantu persentase pemenuhan
layanan makan bagi tahanan/narapidana dan anak di UPT pemasyarakatan baik
Rutan/Lapas/Cabang Rutan adalah mengadakan program HACCP ( Hazard
Analysis Critical Control Point). Program HACCP ( Hazard Analysis Critical
Control Point) disebut sebagai sebuah metode atau prgram yang dapat
mengidentifikasi bahaya makanan yang diproduksi dan merupakan program
dalam memastikan keamanan dari produk pangan yang diproduksi. Program ini
lebih berfokus pada kegiatan mencegah. Mencegah disini adalah mencegah
jangan sampai makanan yang diproduksi dan diberikan kepada
narapidana/tahanan/anak tidak sesuai standar atau mutu yang nantinya akan
mengganggu kesehatan mereka dan berakibat kepada terkendalanya aktivitas
dari tahanan/narapidana/anak tersebut di UPT Pemasyarakatan. Program ini juga
lebih kearah bagaimana proses-proses dalam pengelolaan makanan di dalam
UPT Pemasyarakatan. Dalam pelaksanana program HACCP ( Hazard Analysis
Critical Control Point) tersebut mendapatkan pengaruh dari beberapa faktor
atau terdapat variabel yang mempengaruhinya yaitu analisis bahaya, penetapan
titik kritis, penentuan batasan kritis, menentukan koreksi, menentukan prosedur
monitoring, menentukan prosedur verifikasi, melakukan pengembangan
rekaman. Variabel -variabel inilah yang nantinya menentukan kegiatan-kegiatan
apa yang sesuai untuk mendukung terlaksananya pelaksanaan program HACCP
( Hazard Analysis Critical Control Point) ini sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan. Setiap berjalannya suatu program pasti ada yang namanya hasil.
Maka dari itu pada program HACCP ini dalam melihat keberhasilan efek yang
diberikan program ini dilakukan dengan metode melihat dampak yang diberikan
dengan melihat setiap kegiatan atau dengan kata lain metode observasi langsung
terhadap setiap kegiatan yang dilaksanakan. Dengan menggunakan metode
tersebut akan mudah dilihat bagaimana program ini memiliki dampak yang
mempengaruhi tujuan yaitu pelaksanaan pemenuhan layanan makan bagi
tahanan/narapidana/anak. Pelaksanaan program ini akan menghasilkan dampak
yang baik kepada pemenuhan pelayanan makan yang sesuai standar dimana
program ini akan memastikan bahwa pelaksanaan pengelolaan makanan di
dapur UPT pemasyarakatan telah melalui proses monitoring dari petugas dan
sudah terdapat evaluasi dari pimpinan atau petugas UPT pemasyarakatan
sehingga akan selalu ada perbaikan dalam proses pemenuhan makan ini.
Tentunya suatu program tidak hanya memiliki kelebihan namun tiap program
yang dijalankan pasti memiliki kelemahan. Itulah mengapa untuk memenuhi
pelayanan makanan untuk narapidana/ tahanan/anak sesuai standar dibutuhkan
minimalnya tiga program supaya saling mendukung atau melengkapi
kekurangan dari tiap program. Maka kelemahan yang ada di program ini adalah
tidak membahas tentang proses pemasukan bahan makanan (BAMA) dari pihak
penyedia bahan makanan.
C. Rancangan Pelaksanaan Program
1. Rancangan Pelaksanaan Program GMP (Good Manufacturing Practices)
a) Kegiatan pada Program GMP (Good Manufacturing Practices)
Menyiapkan peralatan pengelolaan bahan makanan sesuai standar
Menerima bahan makanan dari asisten koordinator dapur
Membersihkan (mencuci dan memilah) bahan makanan
Mengupas bahan makanan
Memotong bahan makanan
Meracik bumbu-bumbu yang akan digunakan pada pengolahan bahan
makanan sesuai dengan resep dan menu 10 hari
Memasak dan mencicipi bahan makanan sesuai dengan resep
Menyiapkan contoh hasil masakan untuk diperiksa kualitasnya
Menyerahkan contoh hasil masakan untuk diperiksa kualitasnya
Memeriksa contoh hasil masakan sesuai dengan menu hari berkenaan
untuk diserahkan kepenanggung jawab dan pembina dapur
Memproduksi makanan sesuai dengan standar porsi
 Menyiapkan daftar jumlah WBP di blok hunian
Menyiapkan berita acara penyerahan makanan
Mendistribusikan makanan ke WBP
Mengawasi proses pendestribusian ke WBP
Membuat laporan pendistribusian
Menandatangani laporan pendistribusian makanan
b) Metode penentuan panitia dan pegawai yang terlibat
Petugas yang dipilih dalam melakukan program ini dengan metode
pemilihan dengan memiliki kualifikasi yaitu pendidikan minimal
SLTA/SMK Tata Boga dan memiliki kemampuan pengetahuan
tentang bahan makanan.Untuk pelaksana kegiatan ini terdiri dari :
 Koordinator dapur
Asisten koordinator dapur
Asisten juru masak
Juru masak
Petugas pengamanan blok
c) Tugas dari panitia yang terlibat
Berikut adalah tugas-tugas dari panitia yang terlibat :
Koordinator dapur :
 Memeriksa contoh hasil masakan sesuai dengan menu hari
berkenaan untuk diserahkan kepenanggung jawab dan pembina
dapur
 Menandatangani laporan pendistribusian makanan
Asisten koordinator dapur :
 Menyerahkan contoh hasil masakan untuk diperiksa kualitasnya
 Menyiapkan daftar jumlah WBP di blok hunian
 Menyiapkan berita acara penyerahan makanan
 Mendistribusikan makanan ke WBP
 Membuat laporan pendistribusian makanan
Asisten juru masak
 Menyiapkan peralatan pengelolaan bahan makanan sesuai standar
 Menerima bahan makanan dari asisten koordinator dapur
 Membersihkan (mencuci dan memilah) bahan makanan
 Mengupas bahan makanan
 Memotong bahan makanan
 Menyiapkan contoh hasil makanan untuk diperiksa kualitasnya
 Memporsikan makanan sesuai dengan standar porsi
Juru masak
 Meracik bumbu-bumbu yang akan digunakan pada pengolahan
bahan makanan sesuai dengan resep dan menu 10 hari
 Memasak dan mencicipi bahan makanan sesuai dengan resep
Petugas pengamanan blok
 Mengawasi proses pendistribusian makanan ke WBP
 Menandatangani berita acara pendistribusian makanan
d) Jadwal pelaksanaan Program
Jadwal pelaksanaan program ini adalah dilakukan setiap harinya saat
pengelolaan bahan makanan sampai pendistribusian. Durasi/lama
memasak, sebab setiap masakan membutuhkan waktu yang tak sama.
contohnya, daging ayam membutuhkan waktu ½ - 1 jam, daging sapi
± 1-2 jam, sayur ± 15 menit, ikan ± 30 menit,
e) Metode memantau pelaksanaan program
Metode dalam memantau pelaksanaan program adalah dengan cara
melakukan monitoring setiap kegiatan.
2. Rancangan Pelaksanaan Program SSOP (Sanitation Standard Operating
Procedure)
a) Kegiatan pada Program SSOP (Sanitation Standard Operating
Procedure)
 Menerima bahan makanan yang tidak diolah secara langsung menuju
ruang penyimpanan
 Menyimpan bahan makanan di ruang penyimpanan
 Menata bahan makanan dengan prinsip FIFO
 Mencatat bahan makanan yang disimpan
 Mendokumentasikan data bahan makanan
 Melakukan pengecekan air minum serta peralatan pendistribusian yang
akan digunakan
 Melakukan pengidentifikasian alat yang akan digunakan
 Memeriksa,membersihkan alat yang akan digunakan
 Mempersiapkan peralatan untuk mengolah air (dandang air serta
filterisasi) serta tempat untuk menampung air matang
 Mengisikan air kedalam tempat pengolahan
 Memasak air dengan menggunakan kompor
 Mengecek kematangan air layak/tidaknya dikonsumsi
b) Metode penentuan panitia yang terlibat
Metode dalam penentuan panitia yang terlibat dengan memenuhi
kualifikasi pelaksana yaitu pendidikan terakhir SLTA. Untuk panitia
yang terlibat :
 Asisten Koordinator dapur
 Koordinator dapur
 Staf Dapur
 Kasi Perawatan/Kasubsi Pelayanan Tahanan
c) Tugas dari panitia yang terlibat
 Asisten koordinator dapur
 Menerima bahan makanan yang tidak diolah secara langsung ke ruang
penyimpanan
 Menyimpan bahan makanan di ruang penyimpanan
 Menata bahan makanan dengan prinsip FIFO
 Mencatat bahan makanan yang disimpan
 Mendokumentasikan data bahan makanan
 Staf Dapur
 Mengecek air minum dan alat pendistribusian yang akan dipergunakan
 Mengidentifikasi peralatan yang akan dipergunakan
 Memeriksa,membersihkan alat yang akan digunakan
 Menyiapkan alat pengolah air ( filterisasi dan dandang air ) dan tempat
penampungan air matang
 Mengisi air kedalam tempat pengolahan
 Memasak air dengan menggunakan kompor
 Kasi Perawatan/Kasubsi Pelayanan Tahanan
 Mengecek kematangan air layak/tidaknya dikonsumsi
d) Jadwal pelaksanaan Program
Jadwal pelaksanaan Program SSOP (Sanitation Standard Operating
Procedure) adalah dalam pelaksanaan penerimaan bahan makanan 1
jam 30 menit (dilakukan setiap hari) dan penyimpanan bahan makanan
dilakukan 65 menit (dilakukan setiap hari) dan juga berhubungan dengan
sanitasi dilakukan setiap harinya.
e) Metode memantau pelaksanaan program
Metode dalam memantau pelaksanaan program adalah dengan cara
melakukan monitoring setiap kegiatan.
3. Rancangan Pelaksanaan Program HACCP ( Hazard Analysis Critical
Control Point)
a) Kegiatan pada Program HACCP (Hazard Analysis Critical Control
Point )
 Mengecek kondisi bak penampungan air
 Membersihkan bak penampungan air
 Mengisi bak penampungan air
 Mengecek kwalitas air layak atau tidak untuk dikonsumsi
 Melaporkan hasil pengecekan
 Memastikan air siap untuk di masak
 Mengecek air minum dan alat pendistribusian yang akan dipergunakan
 Mengidentifikasi peralatan yang akan dipergunakan untuk
pendistribusian air minum
 Memeriksa, membersihkan dan menyiapkan alat pendistribusian
b) Metode penentuan panitia yang terlibat
Metode dalam penentuan panitia yang terlibat dengan memenuhi
kualifikasi pelaksana yaitu pendidikan terakhir SLTA. Untuk panitia
yang terlibat :
 Staf Dapur
 Kasi Perawatan/Kasubsi Pelayanan Tahanan
c) Tugas dari panitia yang terlibat
 Staf Dapur
 Mengecek kondisi bak penampungan air
 Membersihkan bak penampungan air
 Mengisi bak penampungan air
 Mengecek kwalitas air layak atau tidak untuk dikonsumsi
 Memastikan air siap untuk di masak
 Mengecek air minum dan alat pendistribusian yang akan dipergunakan
 Mengidentifikasi peralatan yang akan dipergunakan untuk
pendistribusian air minum
 Memeriksa, membersihkan dan menyiapkan alat pendistribusian
 Kasi Perawatan/Kasubsi Pelayanan Tahanan
 Melaporkan hasil pengecekan
d) Jadwal Pelaksanaan kegiatan program
Jadwal pelaksanaan program ini adalah dilakukan setiap harinya saat
pengelolaan bahan makanan sampai pendistribusian makanan ke WBP.
e) Metode memantau pelaksanaan program
Metode dalam memantau pelaksanaan program adalah dengan cara
melakukan monitoring setiap kegiatan.
D. Rancangan Evaluasi Program
1. Rancangan Evaluasi Program GMP (Good Manufacturing Practices)
Cara mengukur keberhasilan pencapaian target kegiatan yang diakibatkan
oleh pelaksanaan program dengan menggunakan beberapa instrumen
penilaian yang dapat menjelaskan keberhasilan dijalankannya program GMP
(Good Manufacturing Practices) yang dilengkapi dengan pertanyaan-
pertanyaan . pertanyaan yang dapat digunakan seperti :
 Apakah capaian indikator setiap kegiatan satuan kerja sesuai dengan
target
 Apakah keseluruhan indikator atau kegiatan sudah tercapai
 Apakah penyelenggaraan makanan di UPT Pemasyarakatan telah sesuai
standar

Sedangkan untuk hubungan sebab-akibat dari program terhadap


pencapaian target kerja dimana dengan melaksanakan kegiatan-kegiatan
yang telah dibuat untuk proses penerapan program ini maka pencapaian
target kerja 2022 di UPT Pemasyarakatan akan tercapai sesuai yang
ditargetkan.
2. Rancangan Evaluasi Program SSOP (Sanitation Standard Operating
Procedure)
Cara mengukur keberhasilan pencapaian target kegiatan yang
diakibatkan oleh pelaksanaan program sama saja dengan program lain
yaitu dengan menggunakan beberapa instrumen penilaian yang
dapat menjelaskan keberhasilan dijalankannya program SSOP (Sanitation
Standard Operating Procedure) yang dilengkapi dengan pertanyaan-
pertanyaan . Pertanyaan yang dapat digunakan seperti :
 Apakah capaian indikator setiap kegiatan satuan kerja sesuai dengan
target
 Apakah keseluruhan indikator atau kegiatan sudah tercapai
 Apakah penyelenggaraan makanan di UPT Pemasyarakatan telah sesuai
standar

Sedangkan untuk hubungan sebab-akibat dari program terhadap


pencapaian target kerja program ini menerapkan beberapa kegiatan-
kegiatan pada pelaksanaan programnya sehingga ketika dalam proses
pelaksanaan pemenuhan makan di UPT Pemasyarakatan harus
memperhatikan juga kegiatan-kegiatan di program ini dan saat kegiatan-
kegiatan telah dilaksanakan itu akan mempengaruhi pencapaian target
kerja 2022 di UPT Pemasyarakatan sesuai dengan yang sudah ditetapkan.
3. Rancangan Evaluasi Program HACCP ( Hazard Analysis Critical
Control Point)
Cara mengukur keberhasilan pencapaian target kegiatan yang
diakibatkan oleh pelaksanaan program sama saja dengan program lain
yaitu dengan menggunakan beberapa instrumen penilaian yang dapat
menjelaskan keberhasilan dijalankannya program HACCP( Hazard
Analysis Critical Control Point) yang dilengkapi dengan pertanyaan-
pertanyaan . Pertanyaan yang dapat digunakan seperti :
 Apakah capaian indikator setiap kegiatan satuan kerja sesuai dengan
target
 Apakah keseluruhan indikator atau kegiatan sudah tercapai
 Apakah penyelenggaraan makanan di UPT Pemasyarakatan telah sesuai
standar

Sedangkan untuk hubungan sebab-akibat dari program terhadap


pencapaian target kerja program ini berfokus kepada pencegahan diawal
dalam proses pengelolaan makanan di di UPT Pemasyarakatan sehingga
dalam pelaksanaan pemenuhan layanan makan sesuai standar bagi
tahanan/narapidana/anak dapat terlaksana dengan baik dengan cara
menerapkan kegiatan yang sudah disusun dalam program ini yang nantinya
akan menghasilkan output yang mempengaruhi pencapaian target
kerja 2022 di UPT Pemasyarakatan sesuai dengan yang sudah ditetapkan.
E. Kesimpulan
Kesimpulan yang diambil dalam penbahasan diatas yaitu terdapat tiga
program yang dapat dilakukan dalam mendukung persentase pemenuhan makan
bagi tahanan/narapidana/anak sesuai standar. 3 (tiga) Program tersebut yaitu :
1. Program GMP (Good Manufacturing Practices)
2. Program SSOP (Sanitation Standard Operating Procedure)
3. Program HACCP ( Hazard Analysis Critical Control Point)
Pelaksanan ketiga program ini memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing
dalam pelaksanaannya untuk mendukung pemenuhan makan bagi
tahanan/narapidana/anak sesuai standar. Namun ketiga program ini ketika telah
berjalan di UPT Pemasyarakatan makan persentase yang ada di renstra pada tahun
2022 ini akan tercapai dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI. 1992. Pedoman Makanan Bergizi Untuk Rumah
Tahanan Negara dan Lembaga Pemasyarakatan. Jakarta : Depkes.
Departemen Kesehatan RI. 1992. Manajemen Penyelenggaraan Makanan Institusi
di Rumah Tahanan Negara dan Lembaga Pemasyarakatan. Jakarta : Depkes.
Departemen Kesehatan RI. 1995. Kecukupan Makanan Warga Binaan di Rumah
Tahanan Negara dan Lembaga Pemasyarakatan. Jakarta : Depkes
M.Sailan,I.Lutia Ilyas. Jurnal Supremasi. (2018). Implementasi Pemenuhan Hak
Mendapatkan Makanan Yang Layak Bagi Narapidana Di Lembaga
Pemasyarakatan Klas 1 Makassar . XIII,11
Permenkumham Nomor 40 Tahun 2017 Tentang pedoman penyelenggaraan
makanan bagi Tahanan,Anak dan Narapidana di Rutan,Lembaga Pembinaan
Khusus Anak(LPKA) dan Lembaga Pemasyarakatan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan,
Mutu dan Gizi Pangan
Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI No: M.HH-01.PK.07.02 Tahun 2009 Tanggal
21 Oktober 2009 tentang Pedoman Penyelenggaraan Makanan bagi Warga
Binaan Pemasyarakat Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan Negara
Ramadhani, Diasti Rizki.Justitia : Jurnal Ilmu Hukum dan Humaniora. (2020).
Implementasi Pemenuhan Hak Mendapatkan Makanan Yang Layak Bagi
Narapidana. 7(1), 142–156.
Surat Edaran Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor M.02.UM.01.06 Tahun
1989 tentang Petunjuk Pelaksanaan Biaya Bama Bagi Napi/Tahanan
Negara/Anak.
Surat Edaran Dirjen PAS tanggal 20 September 2007 tentang Peningkatan
Pelayanan Makanan bagi Penghuni Lapas/Rutan.
LAMPIRAN HASIL TES PLAGIARISME

Anda mungkin juga menyukai