Anda di halaman 1dari 15

Hadits Nabi soal Politik

‫ْسإئِي ال ت ا ُس ُوسه ُْم ْإ َألنْ ِب ايا ُء ُُكَّ اما اه ا ا‬


‫َل ن ِ ٌّاِب اخلا اف ُه ن ِ ٌّاِب‬ ‫اَكن ْات ب ا ُنو إ ْ ا‬
ِ
• Dulu Bani Israil diurusi dan dipelihara oleh para nabi,
setiap kali seorang nabi meninggal digantikan oleh nabi
yang lain.(HR. Bukhari Muslim)
• Sejak dahulu para nabi menjalankan aktivitas politik
dalam memimpin kaumnya dari bani isroil, berupa
mengurusi, memelihara, mengatur, mendidik dan
melindungi rakyatnya dengan aturan yang datang dari
Al Mudabbir (Allah SWT).
Dalam buku Fikih Politik Menurut Imam Hasan Al-Banna,
Dr. Muhammad Abdul Qadir Abu Faris menulis:

”Jadi politik itu terbagi menjadi dua macam:


Politik Syar’i (politik Islam) dan Politik non Syar’i (politik non Islam).

Politik Syar’i berarti upaya Politik non Syar’i atau politik versi manusia
membawa semua manusia adalah politik yang membawa orang
kepada pandangan syar’i kepada pandangan manusia yang
dan khilafah (sistem diterjemahkan ke undang-undang ciptaan
pemerintahan Islam) yang manusia dan hukum lainnya sebagai
berfungsi untuk menjaga pengganti bagi syari’at Islam dan bisa saja
agama (Islam) dan urusan bertentangan dengan Islam. Politik seperti
dunia. ini menolak politik syar’i karena merupakan
politik yang tidak memiliki agama.

Politik yang tidak memiliki agama adalah politik jahiliyah.”


Politik Islam & Realitasnya
Pengertian politik dalam Islam adalah segala aktivitas dalam
mengelola persoalan publik atau masyarakat yang sesuai dengan
syariat Islam.

Namun, realitas politik demikian menjadi pudar saat terjadi


kebiasaan umum masyarakat dewasa ini baik perkataan maupun
perbuatannya menyimpang dari kebenaran Islam yang dilakukan
oleh mereka yang beraqidahkan sekularisme, baik dari kalangan non
muslim atau dari kalangan umat Islam.

Jadilah politik disifati dengan kedustaan, tipu daya, dan penyesatan


yang dilakukan oleh para politisi maupun penguasa.
Politik Islam & Realitasnya
Penyelewengan para politisi dari kebenaran Islam, kezhaliman mereka kepada
masyarakat, sikap dan tindakan sembrono mereka dalam mengurusi
masyarakat memalingkan makna lurus politik tadi. Bahkan, dengan pandangan
seperti itu jadilah penguasa memusuhi rakyatnya bukan sebagai pemerintahan
yang shalih dan berbuat baik.

Hal ini memicu propaganda kaum sekularis bahwa politik itu harus dijauhkan
dari agama (Islam). Sebab, orang yang paham akan agama itu takut kepada
Allah SWT sehingga tidak cocok berkecimpung dalam politik yang merupakan
dusta, kezhaliman, pengkhianatan, dan tipu daya. Cara pandang demikian,
sayangnya, sadar atau tidak mempengaruhi sebagian kaum muslimin yang juga
sebenarnya ikhlas dalam memperjuangkan Islam. Padahal propaganda tadi
merupakan kebenaran yang digunakan untuk kebathilan (Samih ‘Athief Az Zain,
As Siyasah wa As Siyasah Ad Dauliyyah, hal. 31-33).
Jadi secara ringkas Islam tidak bisa dipisahkan dari politik.
Islam Tidak Bisa Dibangun Secara Sempurna Tanpa Politik

Tegaknya hukum-hukum Allah di muka bumi merupakan


amanah yang harus diwujudkan.
Hukum-hukum tersebut tidak akan mungkin bisa tegak tanpa
politik pada umumnya dan kekuasaan pada khususnya.
Ibnu Taimiyyah mengatakan bahwa Islam harus ditegakkan
dengan dua hal : Al-Qur’an dan pedang.
Al-Qur’an merupakan sumber hukum-hukum Allah sedangkan
Pedang melambangkan kekuatan politik atau kekuasaan yang
menjamin tegaknya isi Al-Qur’an.
Tujuan Siyasah dalam Islam

• Islam memandang kehidupan dunia sebagai ladang


bagi kehidupan akhirat. Kehidupan dunia harus
diatur seapik mungkin sehingga manusia bisa
mengabdi kepada Allah secara lebih sempurna.
Tata kehidupan di dunia tersebut harus senantiasa
tegak diatas aturan-aturan din.

• Konsep ini mewakili tujuan siyasah dalam Islam :


iqamatud din (hirasatud din) wa siyasatud dunya
(menegakkan din dan mengatur urusan dunia).
Politik Islam versus Politik Demokrasi
Syaikh Taqiyuddin An-Nabhani : Politik demokrasi, didefinisikan sebagai cara
Politik adalah pengaturan urusan meraih kursi kekuasaan, dalam prakteknya
masyarakat, baik ke dalam (negeri) maupun persaingan memang merupakan
ke luar (negeri). keniscayaan. Sistem politik ini memang tak
mengenal halal haram. Dan kursi kekuasaan
Rasulullah saw. bersabda: adalah puncak kebanggaan sekaligus
Kaanat banuu Israaiila tasuusuhum al- sarana meraih materi keduniawian.
anbiyaa' (dulu Bani Israil selalu dipimpin
dan diatur oleh para nabi). Platform perjuangan bisa berubah sesuai
kepentingan. Posisi kawan dan lawan politik
Makna dari frasa tasuusuhum al-anbiyaa' pun bisa saling bergantian. Tak ada lawan
adalah mengatur suatu urusan sebagaimana dan kawan abadi, yang ada adalah
yang dilakukan pemimpin dan wali. Dengan kepentingan abadi.
melihat definisi politik ini, maka akan
tergambar bahwa menurut An-Nabhani, Konsistensi ideologi, menjadi hal nisbi.
politik adalah suatu jalan (thariqah) untuk
Wajar jika dari realitas politik demokrasi
mengurusi urusan masyarakat. Itu artinya,
seperti ini lahir para penguasa yang tak
politik atau kekuasaan, bukanlah tujuan
sungguh-sungguh menginginkan rakyat ada
(ghayah). Dan tujuan (ghayah) dari politik
Islam adalah untuk menerapkan syariat dalam kebaikan. Kepentingan diri, pribadi
Islam. dan kelompok, justru menjadi hal yang
diutamakan.
Politik Islam versus Politik Demokrasi
Dalam Islam, politik adalah salah satu Berbagai kebijakan publikpun
manifestasi keimanan, bahwa Allah cenderung merepresentasi kehendak
SWT adalah Pencipta sekaligus diri, kelompok atau partai pengusung
Pengatur kehidupan dengan jalan yang berjasa mensponsorinya hingga
menurunkan risalah Islam. berhasil duduk di kursi kekuasaan.
Sementara posisi rakyat tetap
Dengan demikian Islam itu adalah menjadi pihak yang terpinggirkan.
politik dan politik adalah Islam. Islam
tak mengenal pemisahan agama dari Politik Demokrasi berasaskan aqidah
politik. Politik terikat dengan halal sekuler, sehingga tidak akan pernah
haram. menghendaki agama dalam
mengatur kehidupan.
Aktivitas politik dalam Islam
didedikasikan untuk kepentingan Kekuasaan politik dalam demokrasi :
umat dan kemuliaan risalah Islam. suara rakyat adalah suara Tuhan (vox
Sehingga politik Islam nampak populi vox dei). Kedaulatan tertinggi
berdimensi duniawiyah sekaligus ada di tangan rakyat .
ukhrawiyah.
Karena itu umat Islam harus dengan tegas, berani dan percaya diri memperjelas
identitas kekuatan politiknya, yang berdasarkan Ideologi Islam. Sebab, hanya
Islam-lah yang akan menyelamatkan Indonesia bahkan dunia. Komunisme telah
gagal, Kapitalisme telah menghancurkan negeri ini dan dunia. Tidak ada pilihan
lain kecuali kembali pada Islam secara totalitas (kaffah).

Anda mungkin juga menyukai