Anda di halaman 1dari 2

Sejarah Berdirinya ICA (International

Cooperative Alliance).

Sejarah berdirinya ICA (International Cooperative Alliance)


Koperasi atau Co-op sebagai organisasi modern pertama berdiri pada tahun 1844 oleh 28 orang
buruh Pabrik tenun, tepatnya pada tanggal 22 Desember, di Toadlane, Rochdale, Inggris yang
kemudian dikenal sebagai Pionner Rochdale, para perintis koperasi konsumen pertama di dunia ini.
Diluar sektor koperasi konsumsi, ada rintisan-rintisan jenis koperasi lain yang hingga saat ini
memegang peranan penting. Misalnya Raiffisien seorang Walikota Flankesfare di Jerman dimana dia
mengambil inisiatif mendorong petani-petani di sekitar kota untuk membentuk koperasi kredit.
Schulze Delitzcsh, seorang Hakim yang mengambil inisiatif serupa dengan memberi modal awal bagi
berdirinya koperasi kredit (Volkbank) di Jerman. Alfonso Desjandin, seorang wartawan terkemuka
dan juga seorang anggota parlemen yang aktif membantu koperasi kredit di Kanada. Kemudian E.A
Filene, seorang pedagang kaya yang dengan caranya sendiri menunjukan keberpihakkanya pada
orang kecil dan usaha kecil melalui pendidikan pengorganisasian yang kemudian ia namakan “Credit
Union” atau kumpulan orang-orang yang saling percaya di Madison, Wiconsin, USA.
Para perintis-perintis koperasi tersebut telah pula memberikan satu landasan ide, etika dan
prinsip dasar yang kokoh bagi para penerus-penerusnya yang kemudian kita kenal sebagai nilai-nilai
dan prinsip koperasi sebagai identitas koperasi dunia. Suatu pedoman terutama untuk menentukan
strategi dan sebagai alat ukur dalam pencapaian komunitas atau organisasi secara bertahap dan
berkelanjutan menuju sistem masyarakat partisipatif yang berkeadilan sebagaimana dicita-citakan
oleh koperasi awal.
Dari waktu ke waktu koperasi mengalami perkembangan yang sangat pesat, dan menyebar luas
keseluruh belahan dunia. Negara yang satu dengan negara lain pastinya memiliki kebijakan yang
berbeda-beda dalam mengembangkan koperasi.Agar terjadi keseragaman dan tidak terjadi
kesimpangsiuran, maka gerakan koperasi di dunia menyerahkan tugas dan tanggung jawab untuk
merumuskan jati diri koperasi kepada International Cooperative Alliance(ICA) yang telah berdiri sejak
tahun 1895. ICA bertindak sebagai lembaga yang menyatukan gerakan-gerakan koperasi di tiap-tiap
negera di dunia agar terjadi keseragaman tertutama dalam hal cara memandang jati diri koperasi
yang sejati agar dapat berjalan selaras dan sepadan antar negera.
Dalam konggres ICA tahun 1937 di Paris, tahun 1948 di Praha, dan tahun 1966 di Wina telah
dirumuskan jati diri koperasi berupa prinsip-prinsip yang berkiblat pada prinsip-prinsip Rochdale
sebagai kerangka dasarnya. Kemudian pada tahun 1995 di Kota Manchester Inggris ICA berhasil
merumuskan jati diri koperasi yang terdiri dari tiga unsur yaitu: definisi, nilai-nilai, dan prinsip-prinsip
koperasi. Akhirnya konggres di Manchester menerima dan mengesahkan rumusan tersebut.
Hingga saat ini ada 220 anggota organisasi tingkat nasional maupun internasional yang menjadi
anggota Internasional Co-operative Alliance (ICA) sebagai organisasi gerakan koperasi di tingkat
global. Dilaporkan oleh ICA bahwa sekurang-kurangnya telah merepresentasikan 90 negara dengan
800 juta anggota individu yang sebagian besar diantaranya tinggal di kawasan Asia dan Pasifik.
Dilaporkan oleh Sekretaris Jenderal ICA, Ian Macdonnald (2005) bahwa menurut Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) kurang lebih 3 milyar orang atau separuh dari penduduk dunia mendapatkan
mata pencaharian dari perluasan usaha-usaha koperasi, 40% penduduk Amerika Serikat adalah
anggota koperasi, di Iran 25% dari penduduknya, di Kenya menyumbang PDB (Produk Domestik
Bruto) sebesar 45%, di New Zealand 22% dari PDB, di Perancis beberapa bank koperasi seperti
Credit Mutuel, Banque Populaire, Credit Agricole menjadi bank-bank besar tingkat dunia, di
Switzerland koperasi konsumen Migros dan Suisse menguasai 90% perdagangan ritail disana. Di
Columbia menguasai 24% dari jasa kesehatan dan menyediakan pekerjaan yang luas bagi penduduk,
di Sweden memberikan kontribusi 66% dari pusat layanan pribadi sehari-hari, 13% jasa layanan
listrik di Amerika Serikat disediakan oleh Koperasi. Dalam urusan lapangan kerja, telah dihasilkan
sebanyak 100 juta pekerjaan yang berarti 20% lebih dari yang diciptakan oleh Korporasi Multinasional
(Multinational Corporation).
Pada akhir tahun 1980-an koperasi dunia mulai gelisah dengan proses globalisasi dan liberalisasi
ekonomi di mana-mana, sehingga berbagai langkah pengkajian ulang kekuatan koperasi dilakukan.
Hingga tahun 1982 kongres ICA di Tokyo melalui pidato Presiden ICA (Lars Marcus) masih melihat
perlunya koperasi swasta, bahkan laporan Sven Akhberg agar koperasi mengikuti layaknya “private
enterprise”. Namun dalam perdebatan Tokyo melahirkan kesepakatan untuk mendalami kembali
semangat koperasi dan mencari kekuatan gerakan koperasi serta kembali kepada sebab didirikannya
koperasi. Sepuluh tahun kemudian Presiden ICA saat ini Roberto Barberini menyatakan koperasi
harus hidup dalam suasana unntuk mendapatkan perlakuan yang sama “equal treatment” sehingga
apa yang dapat dikerjakan oleh perusahaan lain juga harus terbuka bagi koperasi. Koperasi pada saat
itu kuat karena menganut “established for last”.
Patut dicatat satu hal bahwa kerisauan tentang globalisasi dan liberalisasi perdagangan di
berbagai negara terjawab oleh gerakan koperasi dengan kembali pada jati diri, namun pengertian
koperasi sebagai “enterprise”dicantumkan secara eksplisit. Dengan demikian mengakhiri perdebatan
apakah koperasi lembaga bisnis atau lembaga quasi-sosial. Dan sejak itu semangat untuk
mengembangkan koperasi terus menggelora di berbagai sistim ekonomi yang semula tertutup kini
menjadi terbuka. Dari sini dapat ditarik catatan bahwa koperasi berkembang dengan keterbukaan,
sehingga liberalisasi berdagangan bukan musuh koperasi.
Tetapi pada perkembangannya banyak terjadi penyelewengan terutama dalam hal jati diri
koperasi. Untuk itu pada tahun 1995 gerakan koperasi menyelenggarakan kongres koperasi di
Manchester Inggris dan melahirkan suatu landasan baru yang dinamakan “International Cooperative
Identity Statement” (ICIS) yang menjadi dasar tentang pengertian prinsip dan nilai dasar koperasi
untuk menjawab tantangan globalisasi. Landasan utama diadakannya kongres ICA tahun 1995 di
mana bertepatan 100 tahun berdirinya koperasi Rochdale adalah bentuk dari kerisauan dari fenomena
yang terjadi di dunia di mana terjadi kecenderungan penyelewengan terhadap jati diri koperasi di
berbagai negara. Adapun bentuk penyelewengan adalah sebagai berikut:
1. Penyelewengan di Eropa Timur
Koperasi kehilangan dominasi karena kuatnya campur tangan pemerintah
2. Penyelewengan di Eropa barat dan Amerika Serikat
Pergeseran dari perkumpulan orang-orang menjadi perkumpulan modal
3. Penyelewengan di negara-negara berkembang
Pergeseran dari prinsip kemandirian menjadi ketergantungan kepada bantuan dan inisiatif
pemerintah
Disini terlihat dalam kongres di manchester Inggris dapat menjawab dengan dua tema pokok
kembali pada nilai dan jati diri koperasi dan menempatkan koperasi sebagai badan usaha atau
perusahaan (enterprise) dengan pengelolaan demokratis dan pengawasan bersama atas keanggotaan
yang terbuka dan sukarela. Gerakan koperasi kembali menyatakan keharusan bagi koperais untuk
menjunjung tinggi nilai etika (ethical values) yaitu : kejujuran, keterbukaan, tanggung jawab sosial
dan kepedulian kepada pihak lain (honesty, openness, social responsibility and caring of others (ICA,
1995). Sejak itu gerakan koperasi menjadi kesepakaran gerakan koperasi dunia.

Adapun latar belakang diadakannya kongres ICA tahun 1995 adalah : (1) semangat introspeksi
karena ICA belum pernah menetapkan jati diri koperasi melalui pengertian atau definisi koperasi yang
berlaku secara global. (2) menetapkan nilai-nilai dasar koperasi, dan (3) menetapkan prinsip-prinsip
koperasi.

Anda mungkin juga menyukai