Anda di halaman 1dari 16

RENCANA STRATEGI PC IPNU-IPPNU KABUPATEN BATANG

(Desain ini adalah program jangka panjang yang diharapkan sebagai reinstra lima tahun kedepan organisasi)

STRATEGI PENGEMBANGAN KADERISASI

IPNU-IPPNU adalah salah satu organisasi di bawah naungan jamiyah Nahdlatul


Ulama sebagai tempat berhimpun, wadah komunikasi wadah aktualisasi serta wadah yang
merupakan bagian integral potensi generasi muda Indonesia secara utuh. Keberadaaan
organisasi ini sangatlah strategis sebagai wahana kaderisasi pelajar NU sekaligus alat
perjuangan NU dalam menempatkan pemuda sebagai sumberdaya insani yang vital, yang
dituntut berkiprah lebih banyak dalam kancah pembagunan banga dan negara bangsa ini.
Orientasi pengembangan sumber daya rnanusia IPNU-IPPNU secara individu diletakkan
dalam perspektif “manusia dinamis” dan “berwawasan intregral”. Manusia “dinamis” adalah
manusia yang selalu berprakarsa dan melakukan ikhtiar, manusia yang bergerak ke depan.
berubah dan berkembang menuju tingkat yang lebih sempurna (Kamil) Sedangkan secara
kolektif arah capaian pengembangan sumber daya IPPNU diletakkan dalam perspektif
“Mabadi Khaira Ummah”. Yaitu suatu masyarakat ideal yang digambarkan sebagai
masyarakat yang bertaqwa kepada Allah SWlT, tenteram, berakhlak mulia, adil dan sejahtera.
Dalam konteks IPPNU adalah tumbuh dan berkembangnya semangat berorganisasi yang
didasar kesetiakawanan antar warga dan pernimpin, serta munculnya program yang terarah
demi peningkatan mutu dan tujuan yang diembannya. Produktif menjadi kunci bagi indikator
capaian dimaksud dan khaira ummah adalah tujuan akhirnya.
BAB I

IDEOLOGISASI

A. Gambaran Umum

1. Menciptakan iklim yang memiliki nilai ideologi organisasi dengan membuat


ruang kajian-kajian teroritis dan mangamalkan tradisi-tradisi kultural Ahlu
Sunnah Wal Jamaah.

2. Membuat langkah strategis yang dilakukan secara berkelanjutan dalam


menyebarkan dan penanaman nilai keislaman Ahlu Sunnah Wal Jama’ah

3. Membuat ruang-ruang kajian ke-IPNU&IPPNU-an yang dilaksanakan secara


berkelanjutan
4. Membuat kurikulum pendidikan dan/atau kajian yang berbasis pada kebutuhan
penanaman nilai ideologi dan organisasi

B. Strategi Ideologisasi

a. Umum

1. Pembuatan Modul dalam setiap agenda formal dan non-formal yang


dilaksanakan

2. Menyanyikan lagu Indonesia Raya, Mars IPNU, Mars IPNU-IPPNU dan


Syubbanul Wathon dalam setiap kegiatan formal dan non-formal yang
dilaksanakan

3. Pembacaan Tahlil dan/atau Asmaul Khusna dalam setiap kegiatan yang


dilakukan

b. Pengurus Ranting

1. Pengurus ranting wajib melaksanakan Ziaroh ke Makam Auliya setempat


setiap selapan sekali

2. Membuat Selapanan/ mujahadah dan sejenisnya

c. Pengurus Komisariat

1. Bagi pengurus komisariat harus melaksanakan Selapanan Tematik

2. Membuat kelas kajian tokoh-tokoh Islam

d. Pengurus anak Cabang

1. Pengurus Anak cabang mengadakan selapanan tematik atau berzanji minimal


5 kali yang dilakukan keliling pondok pesantren setempat
2. Membuat kelas kajian penikiran islam
3. Membuat kelas kajian tokoh-tokoh islam
e. Pengurus Cabang

1. Pengurus cabang harus melaksanakan Bahtsul Masail tentang masalah-


masalah kontemporer dengan menyertakan Kyai dan pengurus

2. Membuat kelas kajian ideologi dunia

3. Membuat kelas pemikiran gerakan islam global

BAB II

PENGEMBANGAN SPIRITUALITAS

A. Gambaran Umum

Sebagai warga Nahdliyin yang mempunyai visi besar dalam merawat bangsa dan
negara ini perangkat spiritual juga mutlak harus dibangun. Spiritual yang dipahami
tidak sesempit pada keagamaan saja tetapi lebih dari itu spiritual harus berimplikasi
positif pada kebiasaan hidup sehari-hari. Artinya spiritual tidak hanya bicara pada hal
yang trasenden saja namun spiritual mampu membentuk etos kerja dan kedisiplinan
kader seperti yang diperintahkan oleh Tuhan. Pengembangan spiritual kader
meniscayakan kesadaran berke-Tuhanan yang tinggi kemudian mampu
mengejawantahkan dalam kehidupan sosial sehari-hari. Seperti moral, etika, etos
kerja, kedisilpinan, kasih sayang dan semangat untuk selalu menjadi manusia yang
beradab. Sehingga iklim yang terbangun dalam warga pergerakan adalah iklim yang
religius (bukan pada pemaknaan simbol) dan humanis. Religius sesuai dengan nilai
Islam Ahlusunnah Wal Jamaah. Humanis sebagai representasi dari kesadaran berke-
Tuhanan yang diejawantahkan dalam perilaku saling asah, asih dan asuh (bukan
perilaku saling menegasikan).
Untuk menumbuhkan spiritualitas dalam diri kader maka diperlukan usaha bersama
disetiap level kepengurusan. Pertama, penanaman kesadaran ketuhanan yang kuat
dalam diri kader IPNU&IPPNU. Kedua, pemahaman tentang perilaku hidup sesuai
dengan ajaran agama Islam. Ketiga, mendorong pada pola hidup disiplin dan beretos
kerja tinggi. Maka ketiga cara tersebut diaplikasikan bersama mulai dari cabang
samapi ranting dengan menggunakan pendekatan ajaran agama yang tertuang dalam
kitab-kitab karya para „alim ulama.
B. Strategi Pengembangan Spiritualitas
1. Bagi pengurus ranting/Komisariat/PAC wajib untuk menanamkan nilai-nilai
agama melalui kajian-kajian kitab Risalah Aswaja,Tauhid, Fiqih dasar serta kitab
Akhlak dengan mengundang seorang Kyai dan/atau narasumber yang
berkompeten untuk membedah kitab tersebut. Korelasinya adalah kader IPNU-
IPPNU punya landasan yang kuat baik dalam perilaku agama maupun perilaku
sosial (hal ini dilaksanakan dalam bentuk selpanan tematik).
2. Bagi pengurus cabang wajib untuk menanamkan etos kerja yang tinggi dalam diri
kader melalui kajian-kajian kitab tasawuf dengan mengundang seorang Kyai
dan/atau narasumber yang berkompeten untuk membedah kitab tersebut.
3. Bagi pengurus Ranting/Komisariat/PAC/PC wajib mengamalkan amaliah-amaliah
Nahdliyah sebagai bentuk implementasi kader Nahdliyin

BAB III

PENGEMBANGAN INTELEKTUAL

A. Gambaran Umum

IPNU&IPPNU sebagai organiisasi keterpelajaran (bukan partai/mesin partai)


mengemban identitas sebagai mahluk yang mempunyai tingkat intelegensia tinggi.
Sehingga sangat potensial bagi kader IPNU&IPPNU untuk memberikan sumbangan
intelektual untuk membangun peradaban manusia. Dimulai dengan pengembangan
kapasitas intelektual kader IPNU&IPPNU mempunyai daya analisis yang kuat dalam
memahami realitas kehidupan.
Penanaman doktrinasi sebagai pondasi kader kemudian penguatan intelektual
sebagai ruh gerakan sosial. Dengan dasar ini output kader yang diharapkan adalah
kader yang mampu berhadapan dengan kondisi zaman yang meniscayakan perubahan
baik pada tananan sosial, ekonomi, politik, budaya dan bidang-bidang yang lain.
Strategi yang bisa dijalankan bersama untuk membentuk kader yang berintelektual
diantaranya. Pertama, menyediakan instrumen pendukung pengetahuan. Seperti bahan
bacaan dan tutor dan yang kedua adalah menyediakan ruang-ruang dialektika yang
dilaksanakan secara masif dan berkelanjutan. Sebagai organisasi kaderisasi IPNU-
IPPNU haruslah memiliki tekad dan niat yang kuat untuk mengisi pemikiran dengan
asupan informasi yang tept, untuk itu bagi kader Nahdliyin yang menjadi benteng
sekaligus penerus pemikiran islam nusantara , harus mengisis kapasitas intelektualnya
dengan buku atau referensi-referensi yang bisa dipertanggungjawabkan sanad
keilmuan dan keilmiahannya.

B. Strategi Pengembangan Intelektual


Berikut adalah judul-judul Buku Rekomendasi dalam menunjang kaderisasi

SEGMENTASI JUDUL BUKU

Ke-NU-an dan Ke-Aswaja- a) yan fi al-Nahy ‘an Muqatha’at al□ Arham wa al-
an Aqarib wa al-Ikhwan.
b) Muqaddimah al-Qanun al-Asasi li Jam’iyyat
Nahdlatul Ulama.
c) Risalah fi Ta’kid al-Akhdzi bi Mazhab al□ A’immah al-
Arba’ah.
d) Mawaidz.
e) Arba’ina Haditsan Tata’allaqu bi Mabadi’ Jam’iyyat
Nahdlatul Ulama.
f) Al-Nur al-Mubin fi Mahabbati Sayyid al Mursalin.
g) Al-Tanbihat al-Wajibat liman Yushna’ al□ Maulid bi
al-Munkarat.
h) Adab al-‘Alim wa al-Muta’allim fi ma Yanhaju Ilaih
al-Muta’allim fi Maqamati Ta’limihi.
i) Risalah Ahl al-Sunnah wa al-Jamaah fi Hadits al-
Mauta wa Syuruth al-Sa’ah wa Bayani Mafhum al-
Sunnah wa al-Bid’a

Catatan: Semua kitab diatas karya hadratusyaikh


KH Hasyim Asy’ari. Beberapa kitab di atas sudah
diterjemahkan
Keilmuan Islam Nusantara 1. Islam Nusantara (Ahmad Baso)
2. Masterpiece Islam Nusantara (Zainul Milal
Bizawie)
3. Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan
Nusantara abad XVII-VIII (Azyumardi Azra)
4. Sejarah Islam Nusantara (Michael Laffan)
5. Nasionalisme dan Islam Nusantara; (Bunga
rampai). [Editor: Abdullah Ubaid dan
Muhammad Bakir]
6. Islam Nusantara; (Bunga rampai) [Editor:
Mas Akhmad Sahal dan Mas Munawir Aziz]
7. Kontroversi Islam Nusantara (Faris Khoirul
Anam)
8. Islam Nusantara dalam Konteks
Multikulturalisme (Syafiq Hasyim)
9. Mahakarya Islam Nusantara (Ahmad Ginanjar
Sya'ban)
10. Warisan Intelektual Ulama Nusantara (Fauzi
Ilyas)
11. Atlas Walisongo, (Agus Sunyoto)
12. Sejarah Hukum Islam Nusantara abad XIV-XIX
(Ayang Utriza)
13. Ulama-Ulama Nusantara yang Berpengaruh di
Negeri Hijaz (Amirul Ulum)
14. Al-Jawi al-Makki: Kiprah Ulama Nusantara di
Haramain (Amirul Ulum)
15. Ensiklopedi Ulama Nusantara (Bibit Suprapto)
16. Mushaf Nusantara: Sejarah dan Variannya (M.
Solahuddin)
17. Tradisi Pesantren (Zamakhsyari Dhofier)
18. Membaca Sejarah Nusantara: 25 Kolom
Sejarah Gus Dur, (KH. Abdurrahman Wahid)
19. Direktori Edisi Naskah Nusantara. Edi S.
Ekadjati (Penyunting)
20. Naskah Klasik Keagamaan Nusantara:
Cerminan Budaya Bangsa. jilid 1 dan 2
(Depag)
21. Merajut Kenusantaraan Melalui Naskah
(Muhammad Ardiansyah dan Qomarus Soleh)
22. Inskripsi Islam Nusantara.: Jawa dan
Sumatera. (Puslitbang Depag)
23. Ragam Ekspresi Islam Nusantara. (Penerbit
Gatra)
24. Islam Nusantara: Sejarah Sosial Intelektual di
Indonesia (Nor Huda)
25. Pesantren Studies. Beberapa jilid. (Ahmad
Baso)
26. Menusantarakan Islam (Aksin Wijaya)
27. Sejarah Sosial Intelektual Islam di Indonesia
(Moeflich Hasbullah)
28. Buku Pintar Islam Nusantara (Muhammad
Sulton Fatoni)
Sosial Politik 1. Islam Kosmopolitan: Nilai-Nilai Indonesia dan
Transformasi Kebudayaan (Abdurrahman Wahid)
2. Islamku, Islam Anda, Islam Kita (Abdurrahman
Wahid)
3. Tuhan Tidak Perlu dibela Abdurrahman Wahid)
4. .Membaca Sejarah Nusantara (Abdurrahman Wahid)
5. Menggerakkan Tradisi (Abdurrahman Wahid)
6. Pergulatan Negara, Agama dan Kebudayaan
(abdurrahman Wahid)
7. Asal Usul (Mahbub Djunaidi)
8. Kolom demi Kolom (Mahbub Djunaidi)
9. Angin Musim (Mahbub Djunaidi)
10. Tafsir Sosial atas Kenyataan (Peter L Berger &
Thomas Luckman)
11. Islam Kemoderenan dan Keindonesiaan (Nur Cholis
Madjid)
12. Islam Doktrin dan Peradaban (Nur Cholis Madjid)
13. Logika Agama (Quraish Shihab)
14. Wawasan AL-Quran (Quraish Shihab)
15. Islam Inklusif (Alwi Shihab)
Sastra dan kebudayaan Buku-Buku Karya Ahmad Thohari, Emha Ainun Najib dan
Pramudya Ananta Toer semisal: Kubah (novel, 1980);
Novel Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk; 1) Ronggeng
Dukuh Paruk (novel, 1982); 2) Lintang Kemukus Dini Hari
(novel, 1985); Jantera Bianglala (novel, 1986); Di Kaki
Bukit Cibalak (novel, 1986); Senyum Karyamin (kumpulan
cerpen, 1989); Bekisar Merah (novel, 1993); Orang Orang
Proyek (novel, 2002); Rusmi Ingin Pulang (kumpulan
cerpen, 2004); Anak Semua Bangsa; Bumi Manusia; Jejak
Langkah; Rumah Kaca; Markesot Bertutur; Slilit Sang
Kiai; Secangkir Kopi Jon Pakir; Demokrasi Laa Raiba Fih

a. Pola Pendidikan Organisasi


1. Pengurus Ranting
A. Pendidikan Formal
1. Masa Kesetiaan Anggota(MAKESTA)
2. Pengurus Komisariat
A. Pendidikan Formal
1. MAKESTA( Masa kesetiaan Anggota)
B. Pendidikan Non-Formal (Profesi)
1. Membuat sekolah/kajian yg disesuaikan dengan kebutuhan

a) Sekolah Kepemimpinan dan organisasi (Wajib)


b) Pelatihan Jurnalistik
c) Pelatihan public Speaking
d) Madrasah Riset dan sebagainya
1. Pengurus Anak Cabang

A. Pendidikan Formal
1. Latihan Kadeer Muda (LAKMUD)

B. Pendidikan Non Formal (Profesi)

1. Membuat sekolah/kajian yg disesuaikan dengan kebutuhan

a) Sekolah Kepemimpinan dan organisasi (Wajib)


b) Pelatihan Jurnalistik
c) Pelatihan public Speaking
d) Madrasah Riset
e) Trainer of trainer
f) Pelatihan digital marketing
g) Workshop pra nikah dan sebagainya

C. Pendidikan In Formal
1. Membuat forum kajian-kajian kaderisasi yang mampu menumbuhkan
nalar kritis kader
3. Pengurus Cabang
A. Pendidikan Formal
1. LAKUT (Latinan kader utama)
B. Pendidikan non-Formal
1. Latin/latpel

C. Pendidikan Non Formal (Profesi)


1. Membuat sekolah/kajian yg disesuaikan dengan kebutuhan

a) Sekolah Kepemimpinan dan organisasi (Wajib)


b) Pelatihan Jurnalistik
c) Pelatihan public Speaking
d) Madrasah Riset
e) Trainer of trainer
f) Pelatihan digital marketing
g) Workshop pra nikah dan sebagainya
D. Pendidikan In-Formal
1. Kajian Fiqh sosial
2. Diskusi atau kajian ilmu terapan
3. Diskusi atau Kajian keadilan Gender perspektif Islam

BAB IV

PENANAMAN KEPEKAAN TERHADAP REALITA SOSIAL

A. Gambaran Umum

B. Strategi Penanaman Kepekaan Terhadap Realita Sosial

1. Melakukan pertemuan dengan kelompok-kelompok sosial

2. Membuat ruang kajian yang diisi langsung oleh masyarakat‟

3. Mempunyai desa dampingan atau baksos dalam msyarakat

BAB V

METODE PENDAMPINGAN DAN MENTORING KADER

A. Gambaran Umum

Kaderisasi secara terminology adalah proses percetakan kader sedangkan


definisi kader adalah orang yang dipercaya mampu melanjutkan dan melakukan
tugas0tugas dalam organisasi sehingga Kaderisasi dapat dimaknai sebagai proses
percetakan manusia-manusia yang memiliki kompetensi yang mapan untuk
menjalankan amanah organisasi. Karena di dalam kaderisasi terdapat proses yang
panjang dan dinamika yang beragam. Output kader ditentukan oleh proses
kaderisasinya. Dalam proses kaderisasi pendaampingan (mentoring) adalah sebagai
bentuk pengawasan, pengarahan dan bimbingan yang bersifat memamhami,
memengaruhi mengajak dan memberdayakan kader ataupun anggota
Sistem mentoring meniscayakan pola kaderisasi informal. Efektifitas sistem
mentoring atau kaderisasi informal yaitu pola komunikasi antar anggota terjaga baik.
Dan konsolidasi pengetahuan serta doktrinasi menemukan masifitasnya. Yang perlu
digaris bawahi adalah keseriusan mentor dalam menjalankan tugas kaderisasinya.
Sebenarnya model seprti ini sudah sering dipraktekan oleh kader-kader. Tetapi belum
tersistemasi dengan baik. Sehingga perlu dilaksanakan dengan serentak dan dilakukan
oleh semua kader. Perhatian selanjutnya adalah pengtahuan apa yang harus
dikonsolidasikan kepada kader. Variabel-variabel perlu diperhatikan.

Agar tidak terjadi tumpang tindih maka masing-masing mentor mengetahui


pengetahuan yang sedang dikaji oleh kader. Sehingga mentor bisa menyesuaikan.
Yang terpenting proses belajar kader bisa terkawal dengan baik. dengan metode ini
memang kualitas yang didongkrak.

SKEMA MENTORING KADER/INFORMAL

PENGURUS CABANG

MENTORING
PENGETAHUAN
INDUK

PENGURUS ANAK CABANG

MENTORING
PENGETAHUAN
PENGURUS
MATERI
RANTING/KOMISARIAT
LAKMUD

MENTORING
PENGETAHUAN
KADER/ANGGOTA DOKTRIN
Sistem mentoring seperti ini menuntut setiap kader untuk aktif baik yang dimentori maupun
yang menjadi mentor. Sistem akan berhenti ketika keduanya saling menunggu untuk respon.
Maka yang paling memungkinkan agar sistem berjalan dengan baik adalah mentor fokus pada
kader sasaran tidak boleh berganti-ganti. Lebih banyak kader yang dimentori lebih baik tetapi
tetap dan kontinu pengawalanya.

B. Bentuk Pendampingan
Bentuk pendampingan tersebut bisa berupa :
1. dukungan personil,
2. tenaga pendamping,
3. relawan atau
4. pihak lain yang memberikan penerangan, dukungan teknis, dan penyadaran.
C. Fungsi Pendamping /Mentor
Adapun Fungsi Pendamping sebagai berikut
1. Pendampingan dilakukan dengan memberikan pengawasan, pengarahan, dan
bimbingan yang bersifat memahami, memengaruhi, mengajak, dan
memberdayakan anggota dan kader.
2. Pendampingan dilakukan oleh pengurus IPPNU setempat kepada kelompok
kecil anggota dan kader secara berkesinambungan dengan menggunakan strategi
dan pendekatan yang sesuai dengan kebutuhandan konteks daerah yang
bersangkutan.
D. Tugas pendamping /Mentor
Adapun tugas pendamping adalah:
1. Pemimpin (Leader). Dalam fungsi ini, tugas seorang pendamping antara lain ialah
menjadi model (uswah), melakukan mediasi dan negosiasi, membangun
kesepahaman bersama, dan mengelola sumberdaya bersama.
2. Penguatan (capacity building). Fungsi ini berkaitan dengan pendidikan dan
pelatihan guna memperkuat kapasitas komunitas.
3. Perlindungan (protection). Fungsi ini berkaitan dengan interaksi antara
pendamping dengan lembaga- lembaga eksternal atas nama dan demi kepentingan
komunitas dampingannya. Seorang pendamping dapat bertugas mencari sumber-
sumber, melakukan pembelaan (advocacy), menggunakan media, meningkatkan
hubungan masyarakat, dan membangun jaringan kerja.
4. Pendukungan (mobilization). Fungsi mobilisasi dalam konteks ini berkaitan dengan
fungsi pendamping yang dituntut tidak hanya mampu menjadi manajer perubahan
yang mengorganisasi kelompok, melainkan pula mampu melaksanakan tugas-tugas
teknis sesuai dengan berbagai keterampilan dasar: seperti melakukan analisis
sosial, mengelola dinamika kelompok, menjalin relasi (public relation),
bernegosiasi dan berkomunikasi
E. STRATEGI PENGEMBANGAN KADER
pengembangan kader merupakan bentuk program pelatihan pengembangan,
pelatihan pelatihan khusus dalam struktur kaderisasi formal, serta berbagai kegiatan
kaderisasi non-formal dan in- formal yang didesain untuk pengembangan kapasitas
dan keahlian kader
1. Program pengembangan dikelompokkan ke dalam dua orientasi sebagaimana
berikut:
a) Mempersiapkan jenjang pendidikan dan pelatihan kader yang lebih tinggi;
b) Mengembangkan kompetensi dan potensi khusus anggota dan kader.
2. Program pengembangan diorientasikan untuk mempersiapkan anggota/kader
dalam jenjang pelatihan kader yang lebih tinggi, dilakukan dalam bentuk:
a) Diskusi atau kajian tematik;
b) Pendidikan atau pelatihan yang diselenggarakan oleh lembaga atau banom
Nahdlatul Ulama.
3. Program pengembangan diorientasikan untuk mengembangkan kompetensi dan
potensi khusus anggota dilakukan dalam bentuk:
a) Perekrutan pada lembaga tertentu;
b) Pendidikan atau pelatihan sesuai dengan kebutuhan atau potensi kader.
F. Penyelenggara Mentoring

Penyelenggara Mentoring ini adalah Pimpinan Cabang atau pimpinan anak cabang
Pimpinan Komisariat atau Pimpinan Ranting. Penanggungjawab proses Mentoring
adalah bidang kaderisasi Pengurus Cabang. Dalam pelaksanaannya, bidang kaderisasi
Pengurus Cabang memiliki kewenangan untuk mengkoordinasi dan mengawasi proses
Mentoring.
G. Kelompok dan peserta mentoring

1. Kelompok mentoring dibagi menjadi dua tingkatan, yaitu: kelompok pasca


makesta dan kelompok pasca lakmud

2. Kelompok mentoring pasca makesta idealnya berjumlah 5-8 anak yang


didampingi oleh kader (Pasca lakmud)

3. Kelompok Mentoring pasca lakmud idealnya berjumlah 2-3 anak yang didampingi
oleh kadeer pasca lakud atau PAC setempat

H. Pendamping atau Mentor

1. Pendamping sudah mengikuti lakmud

2. Memiliki komitmen berorganisasi dan komitmen mengawal kelompok mentorng

3. Mendampingi serta melakukan upaya fasilitasi


4. Mencatat perkembangan kegiatan maupun perkembangan kompetensi individu
5. Memastikan agenda mentoring berjalan
6. Memberikan laporan ketika rapat evaluasi berupa data, perkembangan, absensi,
iuran peserta, dan ketentuan lain
7. Melakukan tugas-tugas lainnya yang telah ditetapkan oleh kurikulum dan design
kaderisasi
8. Mengkoordinir anggota mentoring untuk mengikuti kegiatan-kegiatan organisasi

9. Memiliki kemampuan penyampaian yang baik dan sistematis serta tidak


menggurui dan mendikte.
10. Berpikiran kritis dan terbuka

I. Kegiatan Mentoring

1. Membaca Buku sesuai kurikulum dan format level pengkaderan

2. Melaksanakan diskusi rutin sesuai kurikulum dan format pengkaderan

3. Kajian isu-isu strategis sesuai tema dan topik yang dipilih

4. Riset terhadap isu-isu strategis yang dikembangkan menjadi tulisan dalm bentuk
essay, jurnal atau makalah
5. Kegiatan yang bersifat hobby dan peminatan anggota

J. Mekanisme Pengawasan dan Pelaporan

1. Evaluasi secara berkala kegiatan dan progress kegiatan mentoring oleh pengurus
cabang

2. Setiap pendamping wajib melaporkan kegiatan dengan membawa produk/hasil


kegiatan

K. Tema dan Topik Kajian Mentoring

1. Kegiatan minat, bakat dan hobby

2. Publik Speaking

3. Penulisan Essay, Makalah dan Jurnal

4. Kajian diskusi sesuai level pengkaderan

Anda mungkin juga menyukai