Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

SENI RUPA ANAK DAN PERIODESASI PERKEMBANGAN SENI RUPA


ANAK

DISUSUN OLEH:
Sarinafani Tarigan (22020084)
Shalsha Billa Tarisa Putri (22020083)
Shandy Meilian Pajra (22020085)

DOSEN PENGAMPU:
Dr. Ramalis Hakim.M.Pd.
Asra Ilal Khairi. S.Pd., M.Pd.

FAKULTAS BAHASA DAN SENI


PRODI PENDIDIKAN SENI RUPA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah tentang “Seni rupa
anak dan periodesasi perkembangan seni rupa anak” dengan tepat waktu.
Adapun Makalah ini disusun untuk menyelesaikan tugas Mata Kuliah Dasar-dasar
Pendidikan Seni Rupa dan tujuan dari makalah ini untuk menambah wawasan dan
ilmu tentang seni rupa pada anak dan perkembangan seni rupa pada anak bagi para
pembaca.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ramalis Hakim. M.Pd
dan Bapak Asra Ilal Khairi. S.Pd., selaku Dosen pengampu mata kuliah Dasar-dasar
Pendidikan Seni Rupa. Ucapan terima kasih juga kepada semua pihak yang telah
membantu diselesaikannya makalah ini.
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian. Oleh sebab itu, saran dan kritik
yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah
yang kami susun ini memberikan manfaat dan pemahaman bagi para pembaca.
Akhir kata kami ucapkan terimakasih.

Padang, 23 November 2022

Kelompok 8
DAFTAR ISI

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Pembahasan

BAB 2

PEMBAHASAN

A. Pengertian Seni Rupa Anak


B. Tahapan atau periodisasi perkembangan seni rupa anak.

BAB 3

PENUTUP

A. Kesimpulan
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seni rupa adalah salah satu cabang kesenian, dimana Seni itu sendiri adalah sebuah karya atau
penciptaan dan perbuatan manusia yang timbul dari sebuah rasa dalam keinginan mencapai
keseimbangan atau keharmonisan, di satu sisi secara korelatif sebuah penciptaan kesenian juga
adalah bagian dari penciptaan yang terjadi di dunia dan mengikuti dinamika perubahan kesenian
yang terus berevolusi ( pertumbuhan dan perkembangan secara berangsur-angsur dan perlahan
lahan) yang tentu saja dimulai dari prinsip dasar tentang sebuah ekspresi Cipta, Rasa dan Karsa
yang mengikuti zaman dan peradabannya.

Hampir semua komponen kesenian selalu mengalami perkembangan dan akulturasi. Sebagai bagian
dari perubahan, mau tidak mau harus disikapi dengan beberapa langkah antisipatif secara cermat
dan matang, agar tetap selaras dengan apa yang diinginkan. Beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan dalam konteks kesenirupaan secara umum, karena spektrumnya yang begitu luas
dan bersifat makro. Dengan demikian, kita tidak hanya berkutat pada masalah pengertian dan
pemaknaannya, tetapi lebih jauh dan dalam lagi menyangkut berbagai komponen yang terkait dan
secara dominan memengaruhi eksistensi kesenirupaan ialah sebuah eksistensi budaya, kebiasaan
gaya hidup dan cara berkomunikasi manusia dengan bahasa gambar yang ditandai dengan gambar
atau image yang tercipta karena maksudnya dalam menyampaikan pesan. Kesenirupaan sebagai
bagian dari kesenian. Kesenian sendiri adalah bagian integral dari seluruh unsur kebudayaan, seluruh
hasil cipta, karsa, dan karya manusia. Ketika terjadi perubahan paradigma dalam memandang
kehidupan ini, seketika itu pula bermunculan respons dari setiap komponen yang terkait. Kesenian
yang akan ditinjau disini adalah Seni Rupa sebagai sebuah tinjauan tentang Kajian Seni Rupa Anak,
dimana sebuah hasil karya dalam bentuk rupa yang tercipta adalah hasil sebuah penciptaan yang
menjadi ekspresi bentuk yang diciptakan seorang anak.

Karya rupa anak merupakan hasil pikiran,/ gagasan dan perasaan anak terhadap lingkungan sekitar
sebagai ekspresi atau cerminan terhadap bentuk ataupun dorongan emosi terhadap diri dan
lingkungan anak, tentang beberapa faktor atau aspek di dalam Seni, seperti Aspek agama atau religi,
aspek kehidupan masyarakat dalam lingkup budaya atau sosiokultural, Aspek geografis dan Aspek
sejarah atau masa lalu setiap individu sebagai latar belakang karakter atau ekspresi. Pada dasarnya ,
proses penciptaan atau proses berkarya anak adalah sebuah proses alami atau terjadi dengan
sendirinya tanpa pretensi atau keinginan apa apa selain menyampaikan pesan perasaannya,
kegiatan alami tersebut terjadi begitu saja berjalan dengan waktu, motorik halusnya bekerja dan
memiliki dorongan mencoret atau menggoreskan seuatu yang terjadi begitu saja dengan jujur tanpa
pertimbangan artistika atau sudut estetika. Kegiatan Natural alami ini yang bisa disimpulkan dan
dikatakan sebagai automatical drawing, mencoret secara automatic, hanya sebagai ungkapan
ekspresi belaka..Kegiatan anak ini dapat dikaji sebagai bagian dari Seni Rupa Anak , sebuah karya
yang murni dan jujur sebagai pelepasan emosi dan keinginan mengeluarkan energi dalam bentuk
gambar yang dimulai dari sebuah, titik lalu menjadi garis dan bentuk.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu pengertian seni rupa anak?
2. Bagaimana Tahapan atau periodisasi perkembangan seni rupa anak?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui pengertian seni rupa anak
2. Untuk mengetahui tahapan perkembangan seni rupa anak
BAB 2
PEMBAHASAN

A. Pengertian Seni Rupa Anak


Seni Rupa anak adalah suatu penelitian yang dilakukan untuk menganalisis
sebuah ungkapan rasa atau ekspresi anak dan sebagai jembatan memahami diri,
dipahami dan mengerti cara berkomunikasi yang kini agak tergerus dengan
kemajuan teknologi, yang mana motoric halus jarang dikembangkan, karena
kegiatan mencoret dan menggambar sebagai ungkapan ekspresi diri tidaklah lagi
dianggap sebagai salah satu metode memahami isi atau jiwa dari seorang anak.
Dalam sudut pandang perspektif seni rupa sebagai Fungsi naratif, Fungsi Ekspresi
dan Fungsi Artistik berfungsi sebagai referensi menilai keinginan anak dalam
berkomunikasi, diawal penciptaan Ketika pertama kali menggoreskan garis anak
hanya menggoreskan saja, tetapi kemudian ada keinginan lain yaitu unsur
memahami cerita anak sebagai ekspresi yang artistik.
Karya rupa merupakan hasil pikiran, keinginan, gagasan dan perasaan anak
terhadap lingkungan ia tinggal dan sekitarnya sebagai refleksi terhadap bentuk
maupun dorongan dari emosi terhadap lingkungannya. Pikiran dan perasaan anak
bercampur menjadi satu gambaran. Anak-anak mengekspresikan dirinya lewat kata-
kata verbal ataupun visual, karena keterbatasan Teknik dan pemahaman estetika
bentuk tidak menjadi patokan seorang anak dalam berkarya, melainkan kejujuran
dalam menyatakan perasaannya lewat pesan bergambar.
Karya seni anak pun adalah keinginan anak untuk bermain, bereksplorasi
tentang yang dirasakan oleh anak, bercerita dengan narasi yang dipahami,
pemahamannya terhadap lingkungan, benda-benda disekitarnya, terhadap angan
dan perasaannya. Gagasan ini ada dalam karya seni rupa anak yang adalah
kejujuran yang lahir dalam tarikan garis yang dimulai dari titik yang bebas tanpa
ragu, pemakaian warna yang tidak realistis karna warna bukanlah representasi wujud
benda yang dikenalnya, tetapi warna ialah sebuah ungkapan rasa tentang hal yang
disukainya. Seni rupa anak adalah sebuah permainan dalam mengekspresikan
perasaan atau menjadi katarsis atau sebuah ungkapan tentang keadaan dirinya yang
bisa menjadi harapannya. Seni rupa anak difungsikan untuk media ungkapan
perasaan, ide, gagasan dan pikiran seorang anak sebagai kretornya.

Karyanya adalah alatnya untuk berimajinasi, mengutarakan perasaannya dan bercerita


tentang hal hal menarik yang ada disekitarnya.
B. Tahapan atau periodisasi perkembangan seni rupa
anak
Pengelompokan periodisasi karya seni rupa anak maksudnya adalah agar
kita mudah mengenali karakteristik perkembangan anak berdasarkan usianya.
Dalam mengungkapkan gagasannya, anak masih memandang gambar sebagai satu
ungkapan keseluruhan. Hal ini belum tampak bagian demi bagian secara rinci. Yang
tampak hanyalah bagian-bagian kecil yang menarik perhatian, terutama yang
menyentuh perasaan dan keinginannya.
Ada beberapa tokoh yang telah melakukan kajian yang seksama berkenaan
dengan periodisasi karya seni rupa anak, di antaranya Corrado rici dari Italia (1887),
Kemudian dilanjutkan oleh Sully, Kerchensteiner, William Stern, Cyrul Burt, Margaret
Meat, Victor Lowenfeld dan Brittain, Rhoda Kellogg, Scot, Langsing, dan lain-lain.
1. Perodisasi menurut Kerchensteiner (Muharam dan Sundaryati, 1991: 34)
Upaya yang telah dilakukan Kerchensteiner adalah mengadakan
penyelidikan pada anak-anak dari masa bayi sampai empat belas tahun.
Dari 100.000 buah gambar ia menggolongkannya dalam beberapa
periode, masa, yaitu
: Masa Mencoreng : 0 - 3 tahun
: Masa bagan : 3 - 7 tahun
: Masa bentuk dan garis : 7 - 9 tahun
: Masa bayang-bayang : 9 - 10 tahun
: Masa persfektif : 10 - 14 tahun

2. Periodisai menurut Cyrl Burt (Lowenfeld, 1975: 118-119) Membagi


periodisasi gambar menjadi tuju tingkatan, yaitu
: Masa mencoreng : 2 - 3 tahun
: Masa garis : 4 tahun
: Masa simbolisme deskriptif : 5 - 6 tahu
: Masa realisme deskriftif : 7 - 8 tahun
: Masa realisme visual : 9 - 10 tahun
: Masa represi : 10 – 14 tahun
: Masa pemunculan artistic
: masa adolesen

3. Periodisasi masa perkembangan seni rupa anak menurut Viktor


Lowenfeld dan Lambert Brittain adalah: Penyelidikan yang dilakukan
terhadap anak-anak usia 2 sampai 17 tahun menghasilkan periodisasi
sebagai berikut:
: Masa mencoreng (scribbling) : 2-4 tahun
: Masa Prabagan (preschematic) : 4-7 tahun
: Masa Bagan (schematic period) : 7-9 tahun
: Masa Realisme Awal (Dawning Realism) : 9-12 tahun 6
: Masa Naturalisme Semu (Pseudo Naturalistic) : 12-14 tahun
: Masa Penentuan (Period of Decision) : 14-17 tahun.

Tahap perkembangan menurut Viktor Lowenfeld dan Lambert Brittain (1970) dalam:
Creative and Mental Growth membagi periodisasi perkembangan seni rupa anak sebagai berikut:

1. Masa Coreng-Moreng (Scribbling Period)


Kesenangan membuat goresan pada anak-anak usia dua tahun bahkan sebelum dua
tahun sejalan dengan perkembangan motorik tangan dan jarinya yang masih menggunakan
motorik kasar. Hal ini dapat kita temukan anak yang melubangi atau melukai kertas yang
digoresnya. Goresan-goresan yang dibuat anak usia 2-3 tahun belum menggambarkan suatu
bentuk objek. Pada awalnya, coretan hanya mengikuti perkembangan gerak motorik.
Biasanya, tahap pertama hanya mampu menghasilkan goresan terbatas, dengan arah
vertikal atau horizontal. Hal ini tentunya berkaitan dengan kemampuan motorik anak yang
masih mengunakan moRotik kasar. Kemudian, pada perekmbangan berikutnya
penggambaran garis mulai beragam dengan arah yang bervariasi pula. Selain itu mereka juga
sudah mampu mambuat garis melingkar.
Periode ini terbagi ke dalam tiga tahap, yaitu:
1) corengan tak beraturan,
2) corengan terkendali, dan
3) corengan bernama.
Ciri gambar yang dihasilkan anak pada tahap corengan tak beraturan adalah bentuk
gembar yang sembarang, mencoreng tanpa melihat ke kertas, belum dapat membuat
corengan berupa lingkaran dan memiliki semangat yang tinggi . Corengan terkendali ditandai
dengan kemampuan anak menemukan kendali visualnya terhadap coretan yang dibuatnya.
Hal ini tercipta dengan telah adanya kerjasama antara koordiani antara perkembangan visual
dengan perkembamngan motorik. Hal ini terbukti dengan adanya pengulangan coretan garis
baik yang horizontal , vertical, lengkung , bahkan lingkaran. Corengan bernama merupakan
tahap akhir masa coreng moreng.

2. Masa Pra Bagan (Pre Schematic Period)


Usia anak pada tahap ini bisanya berada pada jenjang pendidikan TK dan SD kelas awal.
Kecenderungan umum pada tahap ini, objek yang digambarkan anak biasanya berupa
gambar kepala-berkaki. Ciri-ciri yang menarik lainnya pada tahap ini yaitu telah
menggunakan bentuk-bentuk dasar geometris untuk memberi kesan objek dari dunia
sekitarnya. Koordinasi tangan lebih berkembang. Aspek warna belum ada hubungan
tertentu dengan objek, orang bisa saja berwarna biru, merah, coklat atau warna lain yang
disenanginya.

Penempatan dan ukuran objek bersifat subjektif, didasarkan kepada kepentingannya.


Jika objek gambar lebih dikenalinya seperti ayah dan ibu, maka gambar dibuat lebih besar
dari yang lainnya. Ini dinamakan dengan “perspektif batin”. Penempatan objek dan
penguasan ruang belum dikuasai anak pada usia ini.
3. Masa Bagan (Schematic Period)
Konsep bentuk mulai tampak lebih jelas. Anak cenderung mengulang bentuk. Gambar
masih tetap berkesan datar dan berputar atau rebah. Pada perkembangan selanjutnya
kesadaran ruang muncul dengan dibuatnya garis pijak (base line).

Penafsiran ruang bersifat subjektif, tampak pada gambar “tembus pandang” (contoh:
digambarkan orang makan di ruangan, seakan-akan dinding terbuat dari kaca). Gejala ini
disebut dengan idioplastis (gambar terawang, tembus pandang). Misalnya gambar sebuah
rumahyang seolah-olah terbuat dari kaca bening, hingga seluruh isi di dalam rumah
kelihatan dengan jelas.

Kenyataan di atas diperkuat oleh pandangan Max Verworm (Zulkifli, 2002: 45) bahwa
anak menggambar benda-benda menurut apa yang dilihatnya. Hasil karya anak-anak itu
disebut gambar fisioplastik. Anak yang belum berumur 8 tahun belum mampu menggambar
apa yang dilihatnya tetapi mereka menggambar maenurut apa yang sedang dipikirkannya.
Hasil karya mereka itu disebut gambar ideoplastik. 13 Pada masa ini juga, kadang-kadang
dalam satu bidang gambar dilukiskan berbagai peristiwa yang berlainan waktu. Hal ini dalam
tinjauan budaya dinamakan continous narrative, anak sudah bisa memahami ruang dan
waktu. Objek gambar yang dilukiskan banyak dan berulang menggambarkan sedang
dilakukan.

4. Masa Realisme Awal (Early Realism)


Pada periode Realisme Awal, karya anak lebih menyerupai kenyataan. Kesadaran
perspektif mulai muncul, namun berdasarkan penglihatan sendiri. Mereka menyatukan
objek dalam lingkungan. Selain itu kesadaran untuk berkelompok dengan teman sebaya
dialami pada masa ini. Perhatian kepada objek sudah mulai rinci. Namun demikian, dalam
menggambarkan objek, proporsi (perbandingan ukuran) belum dikuasai sepenuhnya.
Pemahaman warna pun sudah mulai disadari.

5. Masa Naturalisme Semu


Pada masa naturalisme semu, kemampuan berfikir abstrak serta kesadaran
sosialnya makin berkembang. Perhatian kepada seni mulai kritis, bahkan terhadap karyanya
sendiri. Pengamatan kepada objek lebih rinci. Tampak jelas perbedaan anak-anak bertipe
haptic dengan tipe visual.

6. Periode Penentuan
Pada periode ini tumbuh kesadaran akan kemampuan diri. Perbedaan tipe individual
makin tampak. Anak yang berbakat cenderung akan melanjutkan kegiatannya dengan rasa
senang, tetapi yang merasa tidak berbakat akan meninggalkan kegiatan seni rupa, apalagi
tanpa bimbingan. Dalam hal ini peranan guru banyak menentukan, terutama dalam
meyakinkan bahwa keterlibatan manusia dengan seni akan berlangsung terus dalam
kehidupan. Seni bukan urusan seniman saja, tetapi urusan semua orang dan siapa pun tak
akan terhindar dari sentuhan seni dalam kehidupannya sehari-hari
BAB 3
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa Seni rupa anak adalah
hasil karya seorang anak yang bebas berimajinasi mengungkapkan perasaan diri
dan harapannya, terkadang gambar bisa muncul dengan sebuah cerita yang
disampaikan dari anak saat menggoreskan garis dan memberi warna,
representasinya adalah cerita tentang dirinnya sendiri, lingkungan, keinginan dan
perasaannya. Pengalaman melihat membuat anak memiliki kemampuan dalam
mengekspresikan perasaannya lewat bahasa gambar dari melihat karya yang
ada, membaca buku,dan menonton TV.
Titik, garis, bentuk, komposisi dan warna adalah unsur dasarnya seni
rupa yang bisa dilihat dalam seni rupa anak, akan tetapi yang lebih dipointkan
disini adalah melainkan kepada unsur psikologinya tentang perasaan dan pesan
yang ingin disampaikan anak dan juga unsur semiotika atau symbol anak bersifat
universal yang melambangkan harapan, keinginan dan mimpinya tidak hanya
Teknik dan unsur seni rupa nya saja. Sudah sebaiknya bila semua imajinasi anak
bisa terus berkembang dan tidak hilang sejalan dengan usianya, membimbing
anak untuk terus memiliki imajinasi dan keterbukaan dalam berekspresi.

Anda mungkin juga menyukai