Anda di halaman 1dari 18

RESPON ASEAN DALAM MENGHADAPI PERISTIWA

PENGEBOMAN DI MYANMAR (STUDI KASUS: KONSER SUKU

KAREN DI KANCHI) USULAN PROPOSAL

Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Seminar

Proposal

Pada Jurusan Ilmu Hubungan Internasional

Disusun Oleh :

Muhamad Danial Maliqi

6211191194

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI

CIMAHI

2022
DAFTAR ISI
COVER..........................................................................................................1

DAFTAR ISI..................................................................................................2

DAFTAR SINGKATAN................................................................................3

BAB I.............................................................................................................4

PENDAHULUAN..........................................................................................4

1.1 Latar Belakang......................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah.................................................................................9

1.3 Manfaat Penelitian................................................................................9

1.4 Tujuan Penelitian................................................................................10

1.5 Tinjauan Pustaka.................................................................................10

1.6 Kerangka Teori...................................................................................13

1.8 Alur Pemikiran...................................................................................14

1.9 Metode Peneltian................................................................................15


1.9.1 Tipe Penelitian Deskriptif......................................................................15

1.9.2 Teknik Pengumpulan Data....................................................................15

1.10 Sistematika Penulisan.......................................................................16

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................18

WEBSITE.....................................................................................................18
DAFTAR SINGKATAN

ASEAN : Association of Southeast Asian Nations

KIA : Kachin Independence Army

HAM : Hak Asasi Manusia

UNDP : United Nations Development Programme

SPDC : The State Peace and Development Council

TAC : Treaty of Amity and Cooperation in South Asia

NATO : North Atlantic Treaty Organization

UE :Uni Eropa

PBB :Perserikatan Bangsa-Bangsa


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Myanmar dikenal sebagai salah satu negara yang perjalanannya

diwarnai oleh pergolakan konflik internal baik dalam bidang politik,

ekonomi, maupun sosial. Permasalahan yang terjadi di Myanmar saat ini

adanya pengeboman konser suku Karen yang dapat menjadi sebuah

ancaman keamanan regional. Dalam menyikapi permasalahan tersebut,

ASEAN sebagai organisasi kawasan di Asia Tenggara tidak dapat banyak

ikut campur tangan kedalam masalah internal Myanmar. Hal ini

dikarenakan ASEAN sebagai organisasi regional tampak dibatasi pada

prinsip non- intervensi.1 Sederhananya, bahwa setiap krisis politik di setiap

negara anggotanya ASEAN merupakan masalah internal. Oleh karena itu,

negara-negara anggota ASEAN lainnya tidak memiliki kewenangan untuk

melakukan intervensi. Namun, bagi negara-negara anggota ASEAN

diterapkanya prinsip non-intervensi dapat menjadikan stabilitas,

keamanan, dan perdamaian kawasan.

ASEAN sebagai organisasi yang bertujuan memperkuat demokrasi dan

melindungi Hak Asasi Manusia harus berupaya untuk memperjuangkan

hak-hak demokrasi milik rakyat Myanmar. Namun justru dalam hal ini,

1
Zahratunisa Ramadhani and Mabrurah, “Pengaruh Prinsip Non-Intervensi ASEAN Terhadap Upaya
Negosiasi Indonesia Dalam Menangani Konflik Kudeta Myanmar,” Global Political Studies Journal 5, no. 2
(2021): 126.
ASEAN tidak mampu melakukan banyak hal untuk menyelesaikan

permasalahan ini, dikarenakan ASEAN memiliki prinsip non-intervensi

dan ASEAN lebih mementingkan keamanan regional terlebih dahulu,

dikarenakan pengeboman konser suku karen ini dapat mengganggu

stabilitas internal negara dan disisi lain juga dapat mengancam keamanan

regional negara-negara tetangga Myanmar seperti Thailand dan Filipina.

Pada tahun 2020 Myanmar menjadi sorotan dunia internasional akibat

kekalahan Tadmadaw Union Solidarity and Development Party pada

pemilu Myanmar November 2020 silam. Partai ini kalah dengan hanya

mengantongi 8% suara, sementara sisanya sebanyak 82% suara

dimenangkan oleh Partai Liga Nasional Untuk Demokrasi yang

dikomando oleh Aung San Suu Kyi. Kekalahan Tadmadaw berujung pada

kudeta militer dan jatuhnya korban dari aksi demonstran yang menuntut

pemerintahan dikembalikan kepada pemenang pemilu. Kudeta militer

menyebabkan bentrokan yang terjadi antara warga Myanmar dan militer

yang menimbulkan korban jiwa.

Myanmar sendiri dikenal sebagai negara dengan kepemimpinan politis

dan kepemimpinan militer. Kudeta yang dilakukan oleh Jenderal Ne Win

pada tahun 1962, menempatkan Myanmar dalam pemerintahan Junta

Militer yang sangat otoriter.2 ASEAN sebagai organisasi regional

seharusnya memahami bahwa kudeta yang dilakukan militer Myanmar

adalah sebagai rencana pemilu ulang yang tidak disepakati dan tidak dapat
2
Yolanda Utami Nilasari. 2014. Proses Perubahan Politik di Myanmar: Menuju Demokrasi Melalui
Pemilihan Umum. TOPJK UTAMA. 29.
diterima oleh masyarakat Myanmar. Perhimpunan negara di Asia

Tenggara ini harusnya dapat bersikap dan memberikan masukan untuk

menekan Myanmar dan mengambil sikap tegas dengan mengeluarkan

Myanmar dari blok ASEAN jika pemimpin militer di negara tersebut tidak

dapat mengakhiri kudeta.

Selain melanggar prinsip hak asasi manusia, ASEAN seharusnya

bisa memiliki kekuasaan dan delegasi tingkat tinggi dalam upaya

mengunjungi Myanmar dan berupaya mengembalikan pemerintahan

kepada Aung San Suu Kyi. Sebab kudeta yang terjadi adalah hal yang

tidak dapat diterima dunia internasional dan juga melanggar prinsip-

prinsip hak asasi manusia. Meski ketiga negara di ASEAN yakni Kamboja,

Thailand, dan Filipina memiliki sejarah kudeta, perhimpunan negara di

Asia Tenggara ini tidak boleh terpecah belah dalam menyikapi

permasalahan yang saat ini terjadi di Myanmar.

Di sisi lain, kudeta yang terjadi di Myanmar merupakan masalah

bagi ASEAN. Sebab negara-negara organisasi regional ini tidak memiliki

hak dan kewenangan untuk melakukan intervensi situasi politik yang

terjadi di Myanmar. Hal itu didasarkan pada prinsip dan budaya ASEAN

yang mengatur penghormatan terhadap urusan politik internal negara

anggota. Hal tersebut didasarkan pada pemikiran bahwa selama kudeta

Myanmar dan permasalahan politik internal Myanmar tidak memberikan

dampak secara langsung kepada negara lain, maka kewajiban negara

anggota ASEAN adalah menghormati permasalahan tersebut tanpa


memberikan intervensi. Seperti kejadian ketika ada pertemuan tingkat

tinggi ASEAN dan membahas mengenai Rohingya, Myanmar

meninggalkan pertemuan tersebut karena merasa negara lain tidak

menghormati permasalahan internal negara mereka. Meski kudeta militer

yang terjadi di Myanmar mengakibatkan korban berjatuhan, negara

anggota ASEAN juga harus memperhatikan isi Piagam ASEAN pasal 2

ayat 2 huruf e yang menyebutkan bahwa negara-negara yang menjadi

anggota ASEAN tidak akan melakukan intervensi dalam masalah domestik

suatu negara.3

Meski tidak dapat dibantah, sebenarnya prinsip dan kebijakan non-

intervensi di Piagam ASEAN itu tidak sesuai dengan kondisi yang terjadi

di Myanmar saat ini. Sebab, proses ambil alih pemerintahan oleh militer

Myanmar memiliki konsekuensi regional yang akan terus meluas apabila

tidak ditanggapi dan ditangani oleh negara- negara anggota Blok ASEAN.

Sebagai contoh, karena kudeta militer yang terjadi, akan semakin banyak

pengungsi yang berdatangan ke Malaysia, Thailand, dan Indonesia. Tentu

kedatangan pengungsi ini akan menjadi masalah baru bagi stabilitas

keamanan negara-negara tersebut.

Selain masih dalam belenggu prinsip non-intervensi, kudeta militer

yang terjadi di Myanmar memperlihatkan fakta bahwa ruang tumbuh bagi

demokrasi dan penghormatan terhadap hak asasi manusia di ASEAN kini

3
Piagam ASEAN, diakses pada tanggal 25 Oktober 2022.
https://www.asean.org/wp-content/uploads/images/archive/AC-Indonesia.pdf.
semakin sempit. Terlebih lagi, bagi negara demokratis seperti Malaysia,

Filipina, dan Indonesia ingin lebih fokus pada urusan dalam dimensi

ekonomi dan dipandang kurang memperhatikan dan mendesak urusan

demokrasi dan HAM apalagi di luar batas teritori negara. Meski memang

memiliki negara dengan julukan penjunjung tinggi HAM dan demokrasi,

faktanya ketiga negara tidak mampu memberikan sikap yang jelas dan

harus bergerak sesuai dengan pijakan politik luar negeri masing-masing

negara. Kondisi ini menyebabkan ruang terbuka untuk manuver non-

demokratis seperti yang terjadi di Myanmar saat ini. Selain terbelenggu

prinsip non-intervensi, mekanisme pengambilan keputusan berdasarkan

konsensus bersama juga pada akhirnya menjadikan masing-masing negara

anggota menyatakan sikapnya secara lebih diplomatis.

Usai kudeta berdarah yang dilakukan junta militer Myanmar, konflik

antara KIA dan pihak junta kembali pecah menjadi semakin sengit pada

Tahun 2022 pasca pengeboman konser suku karen di Kanchi Myanmar.

Akibat serangan itu, sedikitnya 30 orang tewas. Serangan udara itu

menyerang konser yang dihadiri para warga sipil termasuk para penyanyi

lokal dan personel tentara pembebasan Kachin (KIA). Suku karen juga

dikenal sebagai salah satu oposisi pemerintah junta militer.

Maka dari itu, agar ASEAN tidak dilema dengan masalah internal

negara anggotanya, harus ada fleksibilitas pada prinsip non-intervensi

ASEAN mengingat masalah-masalah internal negara anggota ASEAN

dapat menjadi ancaman keamanan regional juga. Mengembalikan militer


Myanmar yang telah berkuasa selama puluhan tahun ke barak untuk

menjadi tentara profesional bukan hal yang mudah. Kudeta pada tanggal 1

Februari 2021 mencerminkan ketidaksiapan militer untuk menyerahkan

pemerintahan sepenuhnya kepada sipil. Di samping terjadinya

penyalahgunaan kekuatan oleh militer, sejauh ini kudeta kali ini tampak

lebih lunak dibanding yang pernah terjadi sebelumnya. Junta juga lebih

terbuka terhadap dunia luar. Ini peluang yang harus dimanfaatkan ASEAN

untuk berperan lebih aktif. Peran aktif tersebut membutuhkan keberanian

ASEAN untuk lebih fleksibel dengan prinsip non-intervensi. Pemerintah

Indonesia, dengan dukungan parlemen, bisa mengambil peran sebagai

pendorong negara anggota ASEAN lainnya menuju kesamaansikap.

1.2 Rumusan Masalah

ASEAN adalah Organisasi Internasional tingkat Regional yang

memiliki prinsip non-intervensi kepada negara anggotanya. Dalam kasus

pengeboman suku kanchi di Myanmar, negara-negara di Asia Tenggara

tidak dapat membantu isu HAM dan Demokrasi di Myanmar, dengan kata

lain ASEAN tidak dapat membantu secara langsung karena terhalang

prinsip non-intervensi ASEAN itu sendiri. Maka penelitian ini

merumuskan masalah sebagai berikut: Bagaimana Respon ASEAN

dalam Menghadapi Pengeboman Suku Kanchi di Myanmar?

1.3 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini dibagi menjadi manfaat teoritis dan

praktis, yaitu sebagai berikut:


a) Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dalam penelitian ini adalah untuk

memberikan referensi atau bahan kajian kepada pembaca yang

tertarik untuk mengkaji dan menganalisa penelitian lebih lanjut

mengenai peran ASEAN dalam merespon fenomena-fenomena

yang terjadi di Asia Tenggara.

b) Manfaat Praktis

Manfaat dari aspek praktis yaitu diharapkan dapat

menambah wawasan peneliti dan pembaca mengenai

kapabilitas dan power ASEAN dalam merespon masalah yang

terjadi di kawasan Asia Tenggara.

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada perumusan masalah yang ditentukan dalam

penelitian ini, maka tujuan penelitian umum dari penelitian ini adalah

untuk menggambarkan respon dan upaya ASEAN dalam menangani isu

HAM dan Demokrasi yang terjadi di Myanmar khusunya pada kasus

pengeboman suku kanchi di Myanmar. Sedangkan tujuan khususnya

adalah untuk menjelaskan respon ASEAN dengan cara mengatur

sedemikian rupa kebijakan non-intervensi ASEAN agar lebih fleksibel

dalam merespon isu HAM dan Demokrasi di Asia Tenggara.

1.5 Tinjauan Pustaka

Dalam usulan penelitian ini diperlukan penelitian terdahulu atau

referensi baik dalam bentuk artikel maupun jurnal yang memiliki korelasi
atau keterhubungan dengan penelitian ini untuk dijadikan pembanding

antara penelitian yang sedang dilakukan dengan penelitian terdahulu dan

dapat menjadi bahan acuan agar bermanfaat dan juga menambah wawasan

bagi pembaca maupun mahasiswa. Setelah mengkaji beberapa penelitian,

terdapat beberapa penelitian yang membahas tentang pelanggaran HAM

dan Demokrasi di Myanmar dan tidak lepas juga dari respon ASEAN

sebagai organisasi internasional yang menaungi negara-negara di Asia

Tenggara. Namun, dalam penelitian ini hanya mengambil beberapa jurnal

ilmiah yang dianggap relevan dengan penelitian yang sedang dilakukan.

Jurnal pertama yang dijadikan acuan penelitian ini adalah jurnal

dari Muslina dengan judul “Upaya UNDP (United Nations Development

Programme) dalam Memajukan Demokrasi di Myanmar” Tahun 2016

dalam Jurnal JOM FISIP Vol. 3 No. 2.4 Dalam jurnal ini menjelaskan

mengenai upaya UNDP untuk menangani pelanggaran HAM dan

Demokrasi di Myanmar terkait Kudeta pemerintah Myanmar yang

dilakukan oleh Junta Militer Myanmar yang dikenal dengan sebutan SPDC

(The State Peace and Development Council) yang dipimpin oleh Jenderal

Ne Win terhadap pemerintahan sipil yang saat itu dipimpin oleh U Nu

pada tahun 1962 sampai Jenderal Than Shwe.

Penelitian ini menggunakan teori asumsi liberalisme yang

ditunjukan dari pernyataan bahwa sebuah tanda dimulainya masa transisi

adalah ketika pemerintahan otoriter dengan alasan apapun mulai

4
Muslina, Upaya UNDP (United Nations Development Programme) dalam Memajukan
Demokrasi di Myanmar (2016), JOM FISIP Vol. 3 No. 2.
memodifikasi peraturan-peraturan mereka sendiri sebagai jaminan yang

lebih kuat bagi hak-hak individu dan kelompok, proses tersebut disebut

liberalisasi.

Penelitian tersebut memiliki persamaan dan perbedaan dengan

penelitian yang sedang diteliti saat ini. Persamaannya terletak pada

variabel tentang masalah HAM dan Demokrasi di Myanmar. Sedangkan

perbedaannya terletak pada fokus penelitiannya yang lebih memperhatikan

proses HAM dan Demokrasi di Myanmar dan fokus penelitian yang

sedang dilakukan lebih berfokus pada respon dan peran ASEAN dalam

menangani isu HAM dan Demokrasi di kawasan Asia Tenggara.

Jurnal kedua yang menjadi referensi adalah jurnal dari Erika dan

Dewa Gede Sudika Mangku dengan judul “Meneropong Prinsip Non-

Intervensi yang Masih Melingkar dalam ASEAN” Tahun 2014 dalam

Jurnal Perspektif Vol.XIX No. 3.5 Dalam jurnal ini memaparkan proses

terbentuknya ASEAN dan Prinsip non- intervensi ASEAN yang telah

diatur dalam Treaty of Amity and Cooperation in South Asia 1976 (TAC)

dan Piagam ASEAN. ASEAN berkembang menjadi suatu organisasi

internasional besar dan mulai diperhitungkan dalam dunia internasional,

prinsip non-intervensi masih menjadi dilema yang menghantui dalam

tubuh ASEAN dan sudah seharusnya para pemimpin ASEAN untuk

memikirkan suatu fleksibilitas dari suatu prinsip ini, hal ini bertujuan

5
Erika & Mangku Dewa Gede Sudika, 2014. “Meneropong Prinsip Non-Intervensi yang Masih Melingkar
dalam ASEAN”, Perspektif Vol.XIX No. 3.
untuk membantu suatu negara anggota yang tengah menghadapi

permasalahan khususnya tentang isu HAM dan Demokrasi.

1.6 Kerangka Teori

Teori digunakan sebagai alat dalam suatu penelitian untuk

membantu menjelaskan fenomena yang sedang terjadi. Penelitian ini

menggunakan asumsi dasar dari Teori Liberalisme Institusional. Menurut

kaum Liberal Institusional, adalah suatu organisasi internasional seperti

NATO, Uni Eropa, atau merupakan seperangkat aturan yang mengatur

tindakan negara dalam bidang tertentu, seperti penerbangan atau

pengapalan.6 Dari pernyataan tersebut dapat dikatakan relevan dengan

objek penelitian ini dimana ASEAN adalah organisasi regional di Asia

Tenggara yang bertujuan untuk menjaga stabilitas di kawasan. Institusi

dapat bersifat universal, dengan keanggotaan global seperti PBB, atau

institusi bersifat Regional seperti UE.7

6
Robert Jakson & George Sorensen. 2013. Pengantar Studi Hubungan Internasional: Teori dan
Pendekatan. 192-193.
7
Ibid, 193.
1.8 Alur Pemikiran

Tindakan ASEAN

Kudeta Pemerintah Pengeboman Suku


Myanmar tahun 2021 Kanchi Myanmar

Prinsip Non-Intervensi
Krisis Demokrasi Perlanggaran HAM
ASEAN

Faktor Pendorong sikap ASEAN

Mempertahankan eksistensi ASEAN


sebagai organisasi regioal, Menjaga
stabilitas Kawasan, Menegakan HAM di
Kawasan, dan menegakan Demokrasi di
Kawasan.
1.9 Metode Peneltian

Metode Penelitian merupakan prosedur atau langkah-langkah yang

sistematis, dilakukan saat penelitian dengan tujuan untuk mendapatkan informasi

terkait dengan permasalahan yang ada untuk mencari solusi atas masalah tersebut.

Metode penelitian merupakan instrumen kunci dalam sebuah penelitian. Dalam

penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif dengan

pendekatan Liberalisme Institusional dan konsep Non-Intervensi ASEAN untuk

menganalisis permasalahan yang diangkat.

1.9.1 Tipe Penelitian Deskriptif

Penelitian kualitatif deskriptif yaitu sebuah tipe penelitian kualitatif

yang menggambarkan secara deskriptif fenomena yang diteliti. Penggunaan tipe

penelitian deskriptif dalam penelitian ini dengan tujuan untuk mendeskripsikan

tindakan yang diambil oleh ASEAN terhadap pelanggaran Demokrasi dan HAM

yang terjadi di Myanmar agar stabilitas Kawasan Asia Tenggara terjaga. Dalam

penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif dengan pertimbangan bahwa

kebenaran dari sesuatu dapat diperoleh dengan cara menggali informasi sedalam

mungkin dan dapat dikaitkan dengan konsep yan digunakan dalam penelitian ini.

1.9.2 Teknik Pengumpulan Data

Tujuan dilakukannya penelitian adalah untuk memperoleh data,

sehingga teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam

sebuah penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik Studi

Literatur untuk membantu mencari informasi-informasi tentang fenomena yang

diangkat dalam penelitian ini. Teknik ini bertujuan untuk membantu peneliti
dalam memperoleh data-data yang dibutuhkan melalui jurnal ilmiah, buku, artikel

ilmiah serta informasi data yang dapat diakses melalui jaringan internet dan sudah

teruji kebenarannya yang relevan dengan penelitian ini.

1.10 Sistematika Penulisan

Penulisan penelitian ini terbagi kedalam lima bab dan pembahasan yang

terkandung dalam bab satu dengan bab lainnya saling berkaitan satu sama lain,

sehingga dapat menghasilkan karya tulis yang runtut dan sistematis yang

berkaitan dengan “Respon ASEAN terhadap pengeboman suku Kanchi di

Myanmar” yang diuraikan sebagai berikut:

BAB I: PENDAHULUAN

Bab I ini merupakan dasar penelitian yang membahas mengenai

pendahuluan. Berisikan sub bab yang terdiri dari latar belakang penelitian,

rumusan masalah, manfaat penelitian, tujuan penelitian, tinjauan pustaka,

kerangka teori, alur pemikiran, metode penelitian dan membahas tentang

sistematika penulisan.

BAB II: GAMBARAN UMUM DEMOKRASI DAN HAK ASASI MANUSIA

DI MYANMAR

Bab II ini membahas mengenai gambaran umum mengenai keadaan,

proses dan dinamika demokrasi di Myanmar serta pelanggaran HAM yang terjadi

di Myanmar. Dimulai dari kudeta junta militer Myanmar terhadap pemerintah dan

selanjutnya disusul dengan fenomena pengeboman suku Kanchi.

BAB III: PRINSIP NON-INTERVENSI ASEAN SERTA DILEMANYA

Bab III ini memaparkan informasi mengenai pantangan-pantangan dalam


prinsip non-intervensi yang dibuat oleh ASEAN serta dilema yang muncul dari

prinsip non-intervensi tersebut dalam menghadapi berbagai macam ancaman

demokrasi dan HAM di Kawasan Asia Tenggara.

BAB IV: FAKTOR PENDORONG DAN KEPENTINGAN ASEAN DALAM

MENGHADAPI PENGEBOMAN SUKU KANCHI DI MYANMAR

Pada bab IV ini mendeskripsikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi

ASEAN agar mengambil respon terhadap fenomena pengeboman suku kanchi di

Myanmar dan mencari informasi tentang kepentingan yang ingin dicapai oleh

ASEAN. Dalam bab ini juga akan memaparkan hasil dari penelitian yang

dilakukan dengan metode penelitian kualitatif deskriptif yang sesuai dengan teori

liberalisme institusional sebagai dasar dari penelitian ini.

BAB V: PENUTUP

Dalam bab terakhir ini berupa kesimpulan dari hasil penelitian yang

dilakukan peneliti. Selain itu, bab ini juga berisi saran yang bermanfaat bagi

peneliti selanjutnya yang tertarik untuk meneliti lebih dalam mengenai prinsip

non-intervensi ASEAN dalam menghadapi ancaman keaman dan kedaulatan di

Kawasan Asia Tenggara.


DAFTAR PUSTAKA

Erika & Sudika,Mangku Dewa Gede, 2014. “Meneropong Prinsip Non-

Intervensi yang Masih Melingkar dalam ASEAN”, Perspektif

Vol.XIX No. 3.

Muslina, Upaya UNDP (United Nations Development Programme) dalam

Memajukan Demokrasi di Myanmar (2016), JOM FISIP Vol. 3 No.

2.

Nilasari Yolanda Utami. 2014. Proses Perubahan Politik di Myanmar:

Menuju Demokrasi Melalui Pemilihan Umum. TOPJK UTAMA.

29.

Robert Jakson & George Sorensen. 2013. Pengantar Studi Hubungan

Internasional: Teori dan Pendekatan.

Zahratunisa Ramadhani and Mabrurah, “Pengaruh Prinsip Non-Intervensi

ASEAN Terhadap Upaya Negosiasi Indonesia Dalam Menangani

Konflik Kudeta Myanmar,” Global Political Studies Journal 5, no.

2 (2021).

WEBSITE

Piagam ASEAN, diakses pada tanggal 25 Oktober 2022.

https://www.asean.org/wp-

content/uploads/images/archive/AC-Indonesia.pdf.

Anda mungkin juga menyukai