Anda di halaman 1dari 15

 

5/14/2018 Kumpula n Puisi Ka r ya Sa pa rdi - slide pdf.c om

KUMPULAN PUISI KARYA 

SAPARDI DJOKO DAMONO 

KUKIRIMKAN PADAMU 
Oleh :
Sapardi Djoko Damono

kukirimkan padamu kartu pos bergambar, istriku,


par avion: sebuah taman kota, rumputan dan bunga-bunga, bangku dan beberapa orang tua,
burung-burung merpati dan langit yang entah batasnya.

Aku, tentu saja, tak ada di antara mereka.


Namun ada.

Perahu Kertas,
Kumpulan Sajak,
1982.
(http://zhuldyn.wordpress.com) 

KUTERKA GERIMIS 
Oleh :
Sapardi Djoko Damono

Kuterka gerimis mulai gugur


Kaukah yang melintas di antara korek api dan ujung rokokku
sambil melepaskan isarat yang sudah sejak lama kulupakan kuncinya itu

Seperti nanah yang meleleh dari ujung-ujung jarum jam dinding yang berhimpit ke atas itu
Seperti badai rintik-rintik yang di luar itu

Perahu Kertas,
Kumpulan Sajak,
1982.
(http://zhuldyn.wordpress.com) 

http://slide pdf.c om/re a de r/full/kumpula n-puisi-ka r ya -sa pa rdi 1/15


 

5/14/2018 Kumpula n Puisi Ka r ya Sa pa rdi - slide pdf.c om

LIRIK UNTUK LAGU POP


Oleh :
Sapardi Djoko Damono

 jangan pejamkan matamu: aku ingin tinggal di hutan yang gerimis


 — pandangmu adalah seru butir air tergelincir dari duri mawar (begitu nyaring!); swaramu
adalah kertap bulu burung yang gugur (begitu hening!)
aku pun akan memecah pelahan dan bertebaran dalam hutan; berkilauan serbuk dalam kabut
 — nafasmu adalah goyang anggrek hutan yang mengelopak (begitu tajam!)
aku akan berhamburan dalam grimis dalam seru butir air dalam kertap bulu burung dalam
goyang anggrek 
 — ketika hutan mendadak gaib
 jangan pejamkan matamu:

Perahu Kertas,
Kumpulan Sajak,
1982.
(http://zhuldyn.wordpress.com) 

MATA PISAU 
Oleh :

Sapardi Djoko Damono


mata pisau itu tak berkejap menatapmu
kau yang baru saja mengasahnya
berfikir: ia tajam untuk mengiris apel
yang tersedia di atas meja
sehabis makan malam;
ia berkilat ketika terbayang olehnya urat lehermu
(http://zhuldyn.wordpress.com) 

PERAHU KERTAS 
Oleh :
Sapardi Djoko Damono

Waktu masih kanak-kanak kau membuat perahu kertas dan kau layarkan di tepi kali; alirnya
Sangat tenang, dan perahumu bergoyang menuju lautan.

http://slide pdf.c om/re a de r/full/kumpula n-puisi-ka r ya -sa pa rdi 2/15


 

5/14/2018 Kumpula n Puisi Ka r ya Sa pa rdi - slide pdf.c om

―Ia akan singgah di bandar - bandar besar,‖ kata seorang lelaki tua. Kau sangat gembira, pulang
dengan berbagai gambar warna-warni di kepala.

Sejak itu kau pun menunggu kalau-kalau ada kabar dari perahu yang tak pernah lepas dari rindu-
mu itu.

Akhirnya kau dengar juga pesan si tua itu, Nuh, katanya,

―Telah kupergunakan perahumu itu dalam sebuah banjir besar dan kini terdampar di sebuah
 bukit.‖

Perahu Kertas,
Kumpulan Sajak,
1982.
(http://zhuldyn.wordpress.com) 

PERISTIWA PAGI TADI 


kepada GM
Oleh :
Sapardi Djoko Damono

Pagi tadi seorang sopir oplet bercerita kepada pesuruh kantor tentang lelaki yang terlanggar
motor waktu menyeberang.

Siang tadi pesuruh kantor bercerita kepada tukang warung tentang sahabatmu yang terlanggar
motor waktu menyeberang, membentur aspal, Ialu beramai-ramai diangkat ke tepi jalan.

Sore tadi tukang warung bercerita kepadamu tentang aku yang terlanggar motor waktu
menyeberang, membentur aspal, lalu diangkat beramai-ramai ke tepi jalan dan menunggu
setengah jam sebelum dijemput ambulans dan meninggal sesampai di rumah sakit.

Malam ini kau ingin sekali bercerita padaku tentang peristiwa itu.
(http://zhuldyn.wordpress.com) 

PERTAPA 

http://slide pdf.c om/re a de r/full/kumpula n-puisi-ka r ya -sa pa rdi 3/15


 

5/14/2018 Kumpula n Puisi Ka r ya Sa pa rdi - slide pdf.c om

Oleh :
Sapardi Djoko Damono

Jangan mengganggu:
aku, satria itu, sedang bertapa dalam sebuah gua, atau sebutir telur, atau. sepatah kata — ah, apa

ada bedanya. Pada saatnya


mencapai nanti, kalau aku
makna — masih sudah dililit
beranikah akar, sudah merupakan
kau menyapaku, Saudara? benih, sudah

Perahu Kertas,
Kumpulan Sajak,
1982.
(http://zhuldyn.wordpress.com) 

PESAN 
Oleh :
Sapardi Djoko Damono

Tolong sampaikan kepada abangku, Raden Sumantri, bahwa memang kebetulan jantungku
tertembus anak panahnya.
Kami saling mencinta, dan antara disengaja dan tidak disengaja sama sekali tidak ada
pembatasnya.
Kalau kau bertemu dengannya, tolong sampaikan bahwa aku tidak menaruh dendam padanya,
dan nanti apabila perang itu tiba, aku hanya akan …..

Perahu Kertas,
Kumpulan Sajak,
1982.
(http://zhuldyn.wordpress.com) 

PESTA 

Oleh :
Sapardi Djoko Damono

pesta berlangsung sederhana. Sedikit tangis, basa-basi itu; tinggal bau bunga gemetar pada tik-
tok jam, ingin mengantarmu sampai ke tanah-tanah sana yang sesekali muncul dalam mimpi-
mimpinya
. . . di sumur itu, si Pembunuh membasuh muka, tangan, dan kakinya

http://slide pdf.c om/re a de r/full/kumpula n-puisi-ka r ya -sa pa rdi 4/15


 

5/14/2018 Kumpula n Puisi Ka r ya Sa pa rdi - slide pdf.c om

Perahu Kertas,
Kumpulan Sajak,
1982.
(http://zhuldyn.wordpress.com) 

PUISI CAT AIR UNTUK RIZKI  


Oleh :
Sapardi Djoko Damono

angin berbisik kepada daun jatuh yang tersangkut kabel telpon itu, ―aku rindu, aku ingin
mempermainkanmu! ‖
kabel telpon memperingatkan angin yang sedang memungut daun itu dengan jari-jarinya gemas,
―jangan berisik, mengganggu .
hujan!‖
hujan meludah di ujung gang lalu menatap angin dengan tajam,
hardiknya, ‗lepaskan daun itu!‖

Perahu Kertas,
Kumpulan Sajak,
1982.
(http://zhuldyn.wordpress.com) 

SAJAK NOPEMBER 
Oleh : 
Sapardi Djoko Damono 

Siapa yang akan berbicara untuk kami


siapa yang sudah tahu siapa sebenarnya kami ini

bukanlah rahasia yang


yang mesti diungkai dari kubur
berjejal
bukanlah tuntutan yang terlampau lama mengental

tapi siapa yang bisa memahami bahasa kami


dan mengerti dengan baik apa yang kami katakan
siapa yang akan berbicara atas nama kami
yang berjejal dalam kubur

http://slide pdf.c om/re a de r/full/kumpula n-puisi-ka r ya -sa pa rdi 5/15


 

5/14/2018 Kumpula n Puisi Ka r ya Sa pa rdi - slide pdf.c om

bukanlah pujian-pujian kosong yang mesti dinyanyikan


bukanlah upacara-upacara palsu yang mesti dilaksanakan
tapi siapa yang sanggup bercakap-cakap dengan kami
siapa yang bisa paham makna kehendak kami

kami yang
ibu-ibu telah
yang lahir
rela dari ibu-ibu
melepaskan yang anaknya
seluruh baik dan sekaligus
sederhana
tanpa dicatat namanya
kepada Ibu yang lebih besar dan agung :
ialah Tanah Air

kami telah menyusu dari pada bunda yang tabah


yang rela melepaskan seluruh anaknya sekaligus
untuk pergi lebih dahulu
apakah kau dengan para bunda itu mencari kubur kami
apakah kau dengar para bunda itu memanggil nama kami

mereka hanya berkaata : akan


tanpa selalu kami
mengeluh lahirkan
serta putus asaanak-anak yang baik 

di Solo dua orang dalam satu kuburan


di Makasar sepuluh orang dalam satu kuburan
di Surabaya seribu orang dalam satu kuburan
dan kami tidak menuntut nisan yang lebih baik 
tapi katakanlah kepada anak cucu kami;
di sini telah dikubur pamanmu, ayahmu, saudaramu
bertimbun dalam satu lobang
dan tiada yang tahu siapa nama mereka itu satu-persatu

tambur yang paling besar telah ditabuh


dan orang-orang pun keluar untuk mengenangkan kami
terompet yang paling lantang ditiup
dan mereka berangkat untuk menangiskan nasib kami dulu
kami pun bangkit dari kubur
memeluki orang-orang itu dan berkata : pulanglah
kami yang mati muda sudah tentram, dan jangan
diusik oleh sesal yang tak keruan sebabnya

kami hanya berkelahi dan sudah itu : mati

kami hanya berkelahi


dan hari depan,untukmu,
sudah ituuntuk
: matimereka

orang-orang pun menyiramkan air bunga yang wangi saat itu


tanpa tahu siapa kami ini
tiada mereka dengarkan ucapan terimakasih kami yang tulus
tiada mereka dengarkan salam kami bagi yang tinggal

http://slide pdf.c om/re a de r/full/kumpula n-puisi-ka r ya -sa pa rdi 6/15


 

5/14/2018 Kumpula n Puisi Ka r ya Sa pa rdi - slide pdf.c om

tiada mereka lihatkah senyum kami yang cerah


dan sudah itu : mati

siapa berkata bahwa kami telah musnah


siapa berkata

kami kenal nama-namamu di mesjid di gereja di jalan di pasar


kami kenal nama-namamu di gunung di lembah di sawah
di ladang dan di laut, meskipun kalian
tiada menyadari kehadiran kami

siapa berkata bahwa kami telah musnah


siapa berkata

tanah air adalah sebuah landasan


dan kami tak lain baja yang membara hancur

oleh
ialah pukulan
kemerdekaan

kemarin giliran kami


tapi besok mesti tiba giliranmu
kalau saja kau masih mau tahu ucapan terimakasih
terhadap tanah tempatmu selama ini berpijak 
hidup dan mengerti makna kemerdekaan

dan kami adalah baja yang membara di atas landasan


dibentuk oleh pukulan : ialah kemerdekaan

(mungkin besok tiba giliranmu)


siapa yang tahu cinta saudara, paman dan bapa
siapa yang bisa merasa kehilangan saudara, paman dan bapak 
ingat untuk apa kamu pergi
siapa yang pernah mendengar bedil, bom dan meriam
siapa yang sempat melihat luka, darah dan bangkai manusia
ingat kenapa kami tak kembali

begitu hebatkah kemerdekaan itu hingga kami korbankan


apa saja untuknya

 jawablah
begitu agungkah ia hingga : ya
kami tak berhak menuntut apa-apa
 jawab lagi : ya

sudah kau dengarkah suara sepatu kami tengah malam hari


datang untuk memberkati anak-anak yang tidur
sebab merekalah yang kelak harus bisa mempergunakan
bahasa dan kehendak kami

http://slide pdf.c om/re a de r/full/kumpula n-puisi-ka r ya -sa pa rdi 7/15


 

5/14/2018 Kumpula n Puisi Ka r ya Sa pa rdi - slide pdf.c om

sudah kau dengarkah suara napas kami


menyusup ke dalam setiap rahim bunda yang subur
sebab kami selalu dan selalu lahir kembali
selalu dan selalu berkelahi lagi

mungkin pernah
mungkin pernah kau
kau jumpa
kenal kami
kami dahulu,
dahulu, mungkin
mungkin juga
juga tidak 
tidak 
tapi toh tak ada bedanya:
kami telah memulainya
dan kalian sekarang yang harus melanjutkannya

dan memang tak ada bedanya :


kalau hari itu bagi kami adalah saat penghabisan
bagimu adalah awal pertaruhan
awal dari apa yang terlaksana kemarin, kini besok pagi
meski kami pernah kau kenal atau tidak 

meski kami pernah kau jumpa atau tidak 


kami adalah buruh, pelajar, prajurit dan bapa tani
yang tak sempat mengenal nama masing-masing dengan baik 
kami turun dari kampung, benteng, ladang dan gunung
lantaran satu harapan yang pasti
walau tak pernah kembali

kami hanyalah kubur yang rata dengan tanah dan tak bertanda
kami hanyalah kerangka-kerangka yang tertimbun dan tak punya nama
tapi hari ini doakan sesuatu yang pantas bagi kami

agar Tuhan yangmengeluarkan


selalu mendengar
ampunbisa mengerti dan
kami adalah mayat-mayat yang sudah lebur dalam bumi
tapi adukan segala yang pantas tentang diri kami ini
agar tak lagi mengembara arwah kami

kami telah lahir, hidup dan berkelahi : dan mati


kami telah mati
lahir dari para ibu yang mengerti untuk apa kami lahir di sini
hidup di bumi yang mengerti semangat yang menjalankan kami
kami telah berkelahi; dan mati

tapi siapakah
danyang bisa menterjemahkan
mengatakannya bahasa
kepada siapa pun hati kami
tapi siapakah yang bisa menangkap bahasa jiwa kami
yang telah mati pagi sekali
dan berjalan tanpa nama dan tanda
dalam satu lobang kubur
kami telah lahir dan selalu lahir
selalu dan selalu lahir dari para bunda yang tabah

http://slide pdf.c om/re a de r/full/kumpula n-puisi-ka r ya -sa pa rdi 8/15


 

5/14/2018 Kumpula n Puisi Ka r ya Sa pa rdi - slide pdf.c om

selalu dan selalu berkelahi


di mana dan kapan saja

biarkan kami bicara lewat suara anak-anak 


yang menyanyikan lagu puja hari ini

biarkanlah
dari kamiyang
orang-orang bicara lewat kesunyian
mengheningkan suasana
cipta hari ini

Sementara bendera yang kami tegakkan dahulu berkibar


atas rasa bangga kami yang sederhana

biarkanlah kami bicara hari ini


lewat suara anak-anak yang menyanyikan lagu puja
lewat kesunyian suasana orang-orang yang mengheningkan cipta

Gelora

Th III, No1962)
( Nopember 19

Sajak-sajak Perjuangan dan Nyanyian Tanah Air


(http://zhuldyn.wordpress.com) 

SAJAK SUBUH 

Oleh :
Sapardi Djoko Damono

Waktu mereka membakar gubuknya awal subuh itu ia baru saja bermimpi tentang mata air.
Mereka berteriak, ―Jangan bermimpi!‖ dan ia terkejut tak mengerti.
Sejak di kota itu ia tak pernah sempat bermimpi. Ia ingin sekali melihat kembali warna hijau dan
mata air, tetapi ketika untuk pertama kalinya. Ia bermimpi subuh itu, mereka membakar tempat
tinggalnya.
―Jangan bermimpi!‖ gertak mereka.
Suara itu terpantul di bawahjembatan dan tebing-tebing sungai. Api menyulut udara lembar
demi lembar, lalu meresap ke pori-pori kulitnya. Ia tak memahami perintah itu dan mereka

memukulnya,
Ia rubuh dan ―Jangantentang
kembali bermimpi bermimpi! 
mata ‖air dan …..

Perahu Kertas,
Kumpulan Sajak,
1982.
(http://zhuldyn.wordpress.com) 

http://slide pdf.c om/re a de r/full/kumpula n-puisi-ka r ya -sa pa rdi 9/15


 

5/14/2018 Kumpula n Puisi Ka r ya Sa pa rdi - slide pdf.c om

SAJAK TELUR 

Oleh :

Sapardi Djoko Damono


dalam setiap telur semoga ada burung dalam setiap burung
semoga ada engkau dalam setiap engkau semoga ada yang senantiasa terbang menembus silau
matahari memecah udara dingin
memuncak ke lengkung langit menukik melintas sungai
merindukan telur

Perahu Kertas,
Kumpulan Sajak,
1982.

(http://zhuldyn.wordpress.com) 

SELAMAT PAGI INDONESIA 


Oleh : 
Sapardi Djoko Damono 

selamat pagi, Indonesia, seekor burung mungil mengangguk 

dan menyanyi kecil buatmu.


aku pun sudah selesai, tinggal mengenakan sepatu,
dan kemudian pergi untuk mewujudkan setiaku padamu dalam
kerja yang sederhana;
bibirku tak biasa mengucapkan kata-kata yang sukar dan
tanganku terlalu kurus untuk mengacu terkepal.
selalu kujumpai kau di wajah anak-anak sekolah,
di mata para perempuan yang sabar,
di telapak tangan yang membatu para pekerja jalanan;
kami telah bersahabat dengan kenyataan
untuk diam-diam mencintaimu.

pada suatu
agar tak hari tentu
sia-sia kaukukerjakan sesuatu
melahirkanku.
seekor ayam jantan menegak, dan menjeritkan salam
padamu, kubayangkan sehelai bendera berkibar di sayapnya.
aku pun pergi bekerja, menaklukan kejemuan,
merubuhkan kesangsian,
dan menyusun batu-demi batu ketabahan, benteng
kemerdekaanmu pada setiap matahari terbit, o anak jaman

http://slide pdf.c om/re a de r/full/kumpula n-puisi-ka r ya -sa pa rdi 10/15


 

5/14/2018 Kumpula n Puisi Ka r ya Sa pa rdi - slide pdf.c om

yang megah,
biarkan aku memandang ke Timur untuk mengenangmu
wajah-wajah yang penuh anak-anak sekolah berkilat,
para perepuan menyalakan api,
dan di telapak tangan para lelaki yang tabah

telah hancur kristal-kristal dusta, khianat dan pura-pura.


Selamat pagi, Indonesia, seekor burung kecil
memberi salam kepada si anak kecil;
terasa benar : aku tak lain milikmu

Basis
Thn. XV – 4
Januari 1965

(http://zhuldyn.wordpress.com) 

Sajak-sajak Perjuangan dan Nyanyian Tanah Air  

SERULING 

Oleh :

Sapardi Djoko Damono


Seruling bambu itu membayangkan ada yang meniupnya, menutup-membuka lubang-lubangnya,
menciptakan pangeran dan putri dari kerajaan-kerajaan jauh yang tak terbayangkan merdunya
….
Ia meraba-raba lubang-lubangnya sendiri yang senantiasa menganga.

Perahu Kertas,
Kumpulan Sajak,
1982.
(http://zhuldyn.wordpress.com) 

SETANGAN KENANGAN 

http://slide pdf.c om/re a de r/full/kumpula n-puisi-ka r ya -sa pa rdi 11/15


 

5/14/2018 Kumpula n Puisi Ka r ya Sa pa rdi - slide pdf.c om

Oleh :
Sapardi Djoko Damono

Siapakah gerangan yang sengaja menjatuhkan setangan di lorong yang berlumpur itu. Soalnya,
tengah malam ketika seluruh kota kena sihir menjelma hutan kembali, ia seperti menggelepar-
gelepar ingin terbang menyampaikan pesan kepada Rama tentang rencana ….

Perahu Kertas,
Kumpulan Sajak,
1982.
(http://zhuldyn.wordpress.com) 

SIHIR HUJAN 
Oleh :
Sapardi Djoko Damono

Hujan mengenal baik pohon, jalan, dan selokan


 — swaranya bisa dibeda-bedakan;
kau akan mendengarnya meski sudah kaututup pintu dan jendela.

Meskipun sudah kau matikan lampu.


Hujan, yang tahu benar membeda-bedakan, telah jatuh di pohon, jalan, dan selokan
 – - menyihirmu agar sama sekali tak sempat mengaduh waktu menangkap wahyu yang harus
kaurahasiakan

Perahu Kertas,
Kumpulan Sajak,
1982.
(http://zhuldyn.wordpress.com) 

TAJAM HUJANMU 
Oleh :
Sapardi Djoko Damono

http://slide pdf.c om/re a de r/full/kumpula n-puisi-ka r ya -sa pa rdi 12/15


 

5/14/2018 Kumpula n Puisi Ka r ya Sa pa rdi - slide pdf.c om

tajam hujanmu
ini sudah terlanjur mencintaimu:
payung terbuka yang bergoyang-goyang di tangan kananku,

air yang menetes


aspal dari pinggir-pinggir
yang gemeletuk payung itu,
di bawah sepatu,
arloji yang buram berair kacanya,
dua-tiga patah kata yang mengganjal di tenggorokan
deras dinginmu
sembilu hujanmu

Perahu Kertas,
Kumpulan Sajak,
1982.
(http://zhuldyn.wordpress.com) 

TEKUKUR 
Oleh :
Sapardi Djoko Damono

Kautembak tekukur itu. Ia tak sempat terkejut, beberapa lembar bulunya lepas; mula-mula
terpencar di sela-sela jari angin, satu-dua lembar sambar-menyambar sebentar, lalu bersandar

pada daun-daun rumput. ―Kena!‖ serumu. 


Selembar bulunya ingin sekali mencapai kali itu agar bisa terbawa sampai jauh ke hilir, namun
angin hanya meletakkannya di tebing sungai. ―Tapi ke mana terbang burung luka itu?‖
gerutumu.

Tetes-tetes darahnya melayang : ada yang sempat melewati berkas- berkas sinar matahari,
membiaskan wama merah cemerlang, lalu jatuh di kuntum-kuntum bunga rumput.

―Merdu benar suara tekukur itu,‖ kata seorang gadis kecil yang kebetulan lewat di sana; ia
merasa tiba-tiba berada dalam sebuah taman bunga.

Perahu Kertas,
Kumpulan Sajak,
1982.
(http://zhuldyn.wordpress.com) 

http://slide pdf.c om/re a de r/full/kumpula n-puisi-ka r ya -sa pa rdi 13/15


 

5/14/2018 Kumpula n Puisi Ka r ya Sa pa rdi - slide pdf.c om

TELINGA 

Oleh :

Sapardi Djoko Damono


―Masuklah ke telingaku,‖ bujuknya.
Gila
ia digoda masuk ke telinganya sendiri
agar bisa mendengar apa pun
secara terperinci — setiap kata, setiap huruf, bahkan letupan dan desis
yang menciptakan suara.
―Masuklah,‖ bujuknya.
Gila ! Hanya agar bisa menafsirkan sebaik-baiknya

apa pun yang dibisikkannya kepada diri sendiri.

Perahu Kertas,
Kumpulan Sajak,
1982.
(http://zhuldyn.wordpress.com) 

TENTANG MATAHARI 
Oleh :
Sapardi Djoko Damono

Matahari yang di atas kepalamu itu


adalah balonan gas yang terlepas dari tanganmu

waktu kau kecil, adalah bola lampu


yang di atas meja ketika kau menjawab surat-surat

yang teratur kau terima dari sebuah Alamat,


adalah jam weker yang berdering
sedang kau bersetubuh,

adalah gambar bulan


yang dituding anak kecil itu sambil berkata :
―Ini matahari! Ini matahari!‖ 

http://slide pdf.c om/re a de r/full/kumpula n-puisi-ka r ya -sa pa rdi 14/15


 

5/14/2018 Kumpula n Puisi Ka r ya Sa pa rdi - slide pdf.c om

Matahari itu? Ia memang di atas sana


supaya selamanya kau menghela
bayang-bayanganmu itu.
(http://zhuldyn.wordpress.com) 

TUAN 

Oleh :
Sapardi Djoko Damono

Tuan Tuhan, bukan? Tunggu sebentar,


saya sedang ke luar.

Perahu Kertas,
Kumpulan Sajak,
1982.
(http://zhuldyn.wordpress.com) 

YANG FANA ADALAH WAKTU 


Oleh :
Sapardi Djoko Damono

Yang fana adalah waktu. Kita abadi:


memungut detik demi detik, merangkainya seperti bunga
sampai pada suatu hari
kita lupa untuk apa.
―Tapi, yang fana adalah waktu, bukan?‖
tanyamu.

Kita abadi.
Perahu Kertas,
Kumpulan Sajak,
1982.

http://slide pdf.c om/re a de r/full/kumpula n-puisi-ka r ya -sa pa rdi 15/15

Anda mungkin juga menyukai