Anda di halaman 1dari 14

A.

Konsep Teori Penyakit


1. Definisi
Anemia adalah kondisi dimana seseorang tidak memiliki cukup sel darah
merah yang sehat untuk membawa oksigen yang cukup ke jaringan tubuh. Anemia
adalah suatu kondisi di mana konsentrasi hemoglobin lebih rendah dari
biasanya. Kondisi ini mencermin kan kurang nya jumlah normal eritrosit dalam
sirkulasi. Akibat nya, jumlah oksigen yang di kirim ke jaringan tubuh juga
berkurang (Sugeng Jitowiyono, 2018).
Anemia adalah suatu kondisi konsetrasi hemoglobin kurang dari normal
anemia merefleksikan jumlah eritrosit yang kurang dari normal di dalam sirkulasi.
Akibatnya jumlah oksigen yang dihantarkan ke jaringan tubuh juga berkurang.
Anemia bukan merupakan kondisi penyakit khusus melainkan suatu tanda
adanya gangguan yang mendasari ( Brunner & Suddarth, 2015).
Anemia merupakan istilah yang menunjukkan rendah nya hitungan sel darah
merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal ( Smeltzer,
2002 ).
2. Etiologi Anemia
Menurut ( Sugeng Jitowiyono, 2018 ), Pada dasarnya hanya tiga penyebab anemia
yang ada: kehilangan darah, peningkatan kerusakan sel darah merah
(hemolisis), dan penurunan produksi sel darah merah. Masing – masing penyebab
ini mencakup sejumlah kelainan yang membutuhkan terapi spesifik dan tepat.
Etiologi genetik meliputi:
a. Hemoglobinopati
b. Thalasemia
c. Kelainan enzim pada jalur glikolitik
d. Cacat sitoskeleton sel darah merah
e. Anemia persalinan kongenital
f. Penyakit Rh null
2. Klasifikasi Anemia
Berdasarkan pendekatan fisiologis dibedakan menjadi 5 yaitu Anemia
Aplastik, Anemia pada penyakit ginjal, Anemia Defisiensi Besi, Anemia
Megaloblastik dan Anemia Hemolitika ( Ni Ketut & Briggita, 2019).
3. Pemeriksaan Penunjang Anemia
Pemeriksaan penunjang menurut (Sugeng Jitowiyono, 2018) untuk anemia adalah
sebagai berikut:
a. Jumlah Hb lebih rendah dari normal (12- 14 g/dL);
b. Kadar Ht menurun (normal 37 – 41%);
c. Peningkatan bilirubin total (pada anemia hemolitik);
d. Terlihat retikulositosis dan sferositosis pada apusan darah tepi;
e. Terdapat pansitopenia, sumsum tulang kosong diganti lemak (pada anemia
aplastik).
4. Patofisiologi Anemia
Anemia menurut ( Wijaya & Putri, 2013) mencerminkan adanya kegagalan
sum – sum atau kehilangan sel darah merah secara berlebihan atau kedua nya.
Kegagalan sum – sum dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik,
invasi tumor atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak di ketahui. Sel darah
merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (dekstruksi), hal ini dapat
terjadi akibat defek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel
darah merah normal yang menyebabkan dekstruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagostik atau dalam
sistem retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Sebagai efek
samping proses ini, bilirubin yang terbentuk dalam fagosit akan memasuki aliran
darah. Setiap kenaikan dekstruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan
dengan peningkatan bilirubin plasma. Konsentrasi normal nya 1 mg/dL atau
kurang, bila kadar diatas 1,5 mg/dL akan mengakibatkan interik pada sklera.
Proses perjalanan penyakit dan gejala yang timbul serta keluhan yang dirasakan
dapat digambarkan dalam bentuk bagian sebagai berikut:
Gambar 2.1

Pathway Anemia
Depresi
sumsum tulang
kongenital atau
Eritrosit
Perdarahan masif asam folat akibat obat -
obatan
Kehilangan
Umur eritrosit
bahan baku
pendek akibat
hemopoetik
darah merah

darah berkurang

Ansietas trombositopenia, pansitopenia


Resti infeksi

Gastrointestinal kardiovaskuler

Gangguan absorbsi Perubahan Pengurangan aliran darah dan


nutrient yang diperukan nutrisi kurang kompenen nya ke organ tubuh
untuk pembentukan sel dari kebutuhan yang kurang vital (anggota darah
merah gerak), penambahan aliran
darah ke otak dan jantung

Pengiriman oksigen dan


nutrient ke sel berkurang aktivitas Pengiriman oksigen dan
nutrien sel berkurang
Penurunan BB, kelemahan
Perubahan perfusi
ekstremitas dingi, jaringan
palpitasi

(Wijaya & Putri, 2013)

6. Manifestasi klinis
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan gejala yang
berhubungan dengan anemia. Faktor tersebut antara lain kecepatan anemia,
kronisital anemia, kebutuhan metabolik pasien, gangguan fisik (misalnya
penyakit jantung atau paru), serta gambaran umum dari kondisi yang
menyebabkan anemia.
Secara umum, semakin cepat anemia berkembang, semakin parah gejalan
nya. Orang yang biasanya sangat aktif atau memiliki tuntutan signifikan terhadap
kehidupan mereka cenderung memiliki gejala yang lebih tinggi daripada orang
yang lebih banyak duduk. Beberapa anemia oleh sebagai kelainan lain yang tidak
diakibatkan oleh anemia namun secara inheren dikaitkan dengan penyakit
tertentu (Sugeng Jitowiyono, 2018)
7. Penatalaksanaan Anemia
Penatalaksanaan Anemia menurut (Sugeng Jitowiyono, 2018) yang dapat
dilakukan pada pasien Anemia adalah sebagai berikut:
a. Transplantasi sel darah merah
b. Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi
c. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah
d. Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan
oksigen
e. Obati penyebab perdarahan abnormal (bila ada)
f. Diet kaya besi yag mengandung daging dan sayuran hijau
8. Komplikasi Anemia’
Komplikasi anemia menurut (Sugeng Jitowiyono, 2018) adalah:
a. Kelelahan berat, bila anemia cukup parah seseorang mungkin merasa sangat
lelah sehingga tidak bisa menyelesaikan tugas sehari – hari.
b. Komplikasi kehamilan, wanita hamil dengan anemia defisiensi folat mungkin
lebih cenderung mengalami komplikasi, seperti kelahiran prematur.
c. Masalah jantung, anemia dapat menyebabkan detak jantung cepat atau ireguler
(aritmia). Bila seseorang menderita anemia, jantung harus memompa lebih
banyak darah untuk mengimbangi kekurangan
oksigen dalam darah. Hal ini menyebabkan jantung membesar atau gagal
jantung.
d. Kematian¸beberapa anemia turunan, seperti anemia sel sabit, bisa
menyebabkan komplikasi yang mengancam jiwa. Kehilangan banyak darah
dengan cepat mengakibatkan anemia akut dan berat dan bisa berakibat fatal.
B. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia
Sekitar tahun 1950, Abraham Maslow seorang psikolog dari Amerika
mengembangkan teori tentang kebutuhan dasar manusia yang lebih dikenal dengan
istilah Hierarki Kebutuhan Dasar Maslow. Hierarki tersebut meliputi lima kategori
kebutuhan dasar. Yakni:
1. Kebutuhan fisiologis (physiologic Needs) pada manusia memiliki delapan macam
kebutuhan yaitu, kebutuhan oksigen dan pertukaran gas, kebutuhan cairan dan
elektrolit, kebutuhan makanan, kebutuhan eliminasi urine dan alvi, kebutuhan
istirahat dan tidur, kebutuhan aktivitas, kebutuhan kesehatan temperature tubuh,
dan kebutuhan seksual.
2. Kebutuhan keselamatan dan rasa aman (safety and Security Needs) kebutuhan
keselamatan dan rasa aman yang dimaksud adalah aman dan berbagai aspek, baik
fisiologis, maupun psikologis. Kebutuhan ini meliputi:
a. Kebutuhan perlindungan diri dari udara dingin, panas, kecelakaan, dan infeksi.
b. Bebas dari rasa takut dan kecemasan
c. Bebas dari perasaan terancam karena pengalaman yang baru atau asing
3. Kebutuhan rasa cinta, memiliki dan dimiliki, (love and Belonging Needs).
Kebutuhan ini meliputi, memberi dan menerima kasih sayang, perasaan dimiliki
dan hubungan yang berarti dengan orang lain, kehangatan, persahabatan,
mendapat tempat atau diakui dalam keluarga, kelompok dan lingkungan sosial.
4. Kebutuhan harga diri (Self-Esteem Needs) kebutuhan ini meliputi, perasaan tidak
bergantung pada orang lain, kompeten, dan penghargaan terhadap diri sendiri dan
orang lain.
5. Kebutuhan aktualisasi diri (Need for Self Actualization) kebutuhan ini meliputi,
dapat mengenal diri sendiri dengan baik (mengenal dan memahami potensi diri),
belajar memahami kebutuhan diri sendiri, tidak emosional, mempunyai dedikasi
yang tinggi, kreatif, dan mempunyai kepercayaang diri yang tinggi, dan
sebagainya.
Konsep Hierarki diatas menjelaskan bahwa manusia senantiasa berubah, dan
kebutuhan nya pun terus berkembang. Jika seseorang merasakan kepuasan, ia akan
menikmati kesejahteraan dan bebas untuk berkembang menuju potensi yang lebih
besar. Sebaliknya, jika proses pemenuhan kebutuhan itu terganggu, akan timbul suatu
kondisi patologis. Dalam konteks homeostasis, suatu persoalan atau masalah dapat
dirumuskan sebagai hal yang menghalangi terpenuhi nya kebutuhan, dan kondisi
tersebut lebih lanjut dapat mengancam homeostasis fisiologis maupun psikologis
seseorang. Karenanya, dengan memahaminya konsep kebutuhan dasar Maslow, akan
diperoleh persepsi yang sama bahwa akan beralih ke tingkat kebutuhan yang lebih
tinggi, kebutuhan dasar dibawahnya harus terpenuhi lebih dulu.
Pada konsep darah dijelaskan bahwa darah adalah suatu jaringan tubuh yang
terdapat dalam pembuluh darah yang berwarna merah. Warna merah itu keadaaan nya
tidak tetap tergantung pada banyak nya oksigen dan karbondioksida di dalamnya.
Darah memiliki fungsi seperti, sebagai alat pengukur oksigen, sebagai pertahanan
tubuh terhadap serangan penyakit dan racun pada tubuh dan sebagairegulasi untuk
mempertahankan ph dan konsentrasi elektrolit, dalam pembentukan darah
memerlukan bahan – bahan seperti vitamin B12, asam folat, zat besi, cobalt,
magnesium, tembaga (Cu), senk (Zn), asam amino, vitamin C dan B kompleks.
Kekurangan salah satu unsur atau bahan pembentukan sel darah merah
mengakibatkan penurunan produksi atau Anemia (Wijaya & Putri, 2013).
Maka dari itu, pasien anemia akan terjadi gangguan kebutuhan cairan dan
gangguan kebutuhan cairan dan gangguan sirkulasi. Pada pasien anemia cairan
Ekstraseluler (CES) merupakan cairan yang terdapat di luar sel dan menyusun sekitar
30% dari total cairan tubuh. CES meliputi cairan intravaskular, cairan intertisial, dan
cairan transeluler. Cairan interstitial terdapat dalam ruang antar sel, plasma darah,
cairan serebrol spinal, limfe, serta cairan rongga dan sendi. Pada gangguan oksigen
dan pertukaran gas pasien anemia akan kekurangan oksigen yang
menimbulkandampak yang bermakna, salah satunya adalah penderita akan
mengalamidyspnea (sesak nafas), gangguan oksigenasi, perubahan nutrisi, sukar tidur
istirahat tidak nyaman, pusing mudah lelah. Karena adanya gangguan Kebutuhan
oksigen dan pertukaran gas menyebabkan kurangnya suplai oksigen ke bagian –
bagian tubuh sehingga mempengaruhi mobilisasi pasien yang bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan fisiologinya yaitu kebutuhan aktivitas (Mubarak & Chayatin,
2008).
Menurut (Hidayat & Uliyah, 2014) Proses penyakit dapat mempengaruhi fungsi
system tubuh, lalu pada tingkat energi dijelaskan bahwa energi adalah sumber untuk
melakukan mobilitas. Agar seseorang dapat melakukan mobilitas dengan baik,
dibutuhkan energi yang cukup, dan pada usia dan status perkembangan terdapat
perbedaan kemampuan mobilitas pada tingkat usia yang berbeda. Hal ini dikarenakan
kemampuan atau kematangan fungsi alat gerak sejalan dengan perkembangan usia.

C. Konsep Teori Asuhan Keperawatan


Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien yang membutuhkan
perawatan tidak terlepas dari pedekatan dengan proses keperawatan yaitu suatu proses
pemecahan masalah yang dinamis dalam usaha untuk memperbaiki dan melihat
pasien sampai ke taraf optimum melalui suatu pendekatan yang sistematis untuk
mengenal, membantu memenuhi kebutuhan sehari – hari dengan melalui langkah –
langkah yaitu pengkajian, perencanaan, pelaksanaan tindakan, dan evaluasi
keperawatan yang berkesinambungan.
Menurut (Sugeng Jitowiyono,2018), berikut tinjauan teoritas tentang asuhan
keperawatan pada pasien dengan Anemia.
1. Pengkajian
a. Identitas klien dan keluarga Nama, umur, TTL, nama ayah/ibu, pekerjaan
ayah/ibu, agama, pendidikan, alamat.
b. Keluhan utama Biasanya klien datang kerumah sakit dengan keluhan
pucat, kelelahan, kelemahan, pusing.
c. Riwayat kehamilan dan persalinan
1) Prenatal: apakah selama hamil pernah menderita penyakit berat,
pemeriksaan kehamilan berapa kali, kebiasaan pemakaian obat – obatan
dalam jangka waktu panjang.
2) Intranatal: usia kehamilan cukup, proses persalinan dan berapa panjang dan
berat badan waktu lahir.
3) Postnatal: keadaan bayi setelah masa, neonatorium, ada trauma post
partum akibat tindakan misalnya vakum dan pemberian asi.
d. Riwayat kesehatan dahulu
1) Menderita penyakit anemia sebelum nya, riwayat imunisasi.
2) Adanya riwayat trauma, perdarahan
3) Adanya riwayat demam tinggi
4) Adanya riwayat ISPA
e. Keadaan kesehatan saat ini Klien pucat, kelemahan, sesak nafas, adanya
gejala gelisah, takikardi, dan penurunan kesadaran.
f. Riwayat kesehatan keluarga
1) Riwayat anemia dalam keluarga
2) Riwayat penyakit – penyakit, seperti kanker, jantung, hepatitis, DM,
asma, penyakit- penyakit infeksi saluran pernafasan.
g. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum: apakah klien tampak lemah sampai sakit berat.
2) Kesadaran: apakah klien mengalami compos mentis kooperatif sampai
terjadi penurunan tingkat kesadaranapatis, somnolen, spoor, coma.
3) Tanda – tanda vital
Tekanan darah menurun, frekuensi nadi meningkat, nadi kuat sampai lemah, suhu
meningkat atau menurun, pernafasan meningkat
4) TB dan BB
5) Kulit: apakah kulit klien teraba dingin, keringat yang berlebihan, pucat,
terdapatperdarahan dibawahkulit.
6) Mata: apakah ada kelainan bentuk mata, konjungtiva anemis, kondisi sklera,
terdapat perdarahan subkonjungtiva, keadaan pupil, palpebra, dan refleks
cahaya.
7) Hidung: apakah ada kelainan bentuk, mukosa hidung, cairan yang keluar dari
hidung atau gangguan fungsi penciuman.
8) Telinga: apakah ada kelainan bentuk fungsi pendengaran
9) Mulut: apakah ada kelainan bentuk, mukosa kering, perdarahan gusi, lidah
kering, bibir pecah – pecah, atau perdarahan.
10) Leher: apakah terrdapat pembesaran kelenjar getah bening, tiroid
membesar, dan kondisi distensi vena jugularis.
11) Thoraks: periksa pergerakan dada, adakah pernafasan cepat atau irama
nafas tidak teratur.
12) Abdomen: periksa apakah ada pembesaran hati, nyeri, bising usus, dan
bias dibawah normal.
13) Genetalia: pada laki – laki apakah testis sudah turun kedalam skrotum
dan pada perempuan apakah labia minora tertutun labia mayora.
14) Ekstremitas: apakah klien mengalami nyeri ekstremitas, tonus otot
kurang.
h. Pemeriksaan penunjang
1) Riwayat sosial Siapa yang mengasuh klien dirumah. Kebersihan didaerah
tempat tinggal, orang yang terdekat dengan klien. Keadaan lingkungan,
perkarangan, pembuangan sampah.
2) Kebutuhan dasar
Meliputi kebutuhan nutrisi klien suhubungan dengan anoreksia, diet yang harus
dijalani, pasang NGT, cairan IVFD yang digunakan jika ada.
3) Pemeriksaan tingkat perkembangan
Bergantung pada usia. Terdiri dari motorik kasar, halus, kognitif, dan bahasa.
1) Data psikologis
a) Keseriusan ancaman penyakit terhadap anaknya
b) Pengalama sebelumnya terhadap penyakit dan hospitalisasi
c) Prosedur medis yang akan dilakukan
d) Adanya sistem dukungan
e) Kemampuan koping
f) Agama, kepercayaan, adat
g) Pola komunikasi dalam keluarga
2. Diagnosa yang dapat muncul pada anemia menurut (SDKI)
a. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan
konsentrasihemoglobin
b. Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
d. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh
sekunder
e. Ansietas berhubungan dengan kelemahan
3. Rencana tindakan keperawatan

Perencanaan adalah membantu klien untuk mengurangi keletihan, mencapai atau mempertahankan nutrisi yang adekuat,
mempertahankan perfusi jaringan yang adekuat, mematuhi terapi yang telah di programkan, dan agar tidak mengalami komplikasi (Padila, 2012).

Tabel 2.1

Rencana keperawatan menurut (Moorhead, S., Johnson, M., & Maas, 2016) & (Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J.,
& Wagner, 2016)

No. Diagnosa Keperawatan NOC NIC

1 2 3 4

1 Perfusi perifer tidak efektif Perfusi jaringan: perifer (407:447) Perawatan sirkulasi: (4066:391)
berhubungan dengan penurunan
konsentrasi hemoglobin
1. Pengisian kapiler jari 1. Lakukan penilaian yang komprehensif pada sirkulasi perifer
2. Suhu kulit ujung kaki (CRT)
DO:
3. Kekuatan denyut nadi 2. Inspeksi kulit apakah terdapat luka tekan dan jaringan yang tidak
1. Pengisian kapiler > 3 detik 4. Nilai rata – rata tekanan darah utuh
5. Muka pucat 3. Mengintruksikan klien untuk merubah posisi setiap 2 jam sekali

|1 2 3 4
2. Nadi perifer menurun atau Status sirkulasi (401:561) 4. Intruksikan klien mengenai faktor – faktor yang mempengaruhi
tidak teraba sirkulasi darah
3. Akral teraba dingin 1. Tekanan darah sistol dan diastol
4. Warna kulit pucat 2. Kelelahan 5. Pertahankan status hidrasi untuk menurunkan virkositas darah
5. Turgor kulit menurun 3. Pingsan
Manajemen Cairan (4120:157)

1. Monitor status hidrasi (misalnya, membran mukosa lembab,


denyut nadi adekuat, tekanan darah)
2. Dukung peningkatan asupan kalori
3. Lakukan perawatan mulut sebelum makan

2 Defisit nutrisi berhubungan Status: Nutrisi: (1004:551) Manajemen Nutrisi: (1100:197)


dengan kurangnya asupan
makanan 1. Asupan gizi 1. Identifikasi adanya alergi atau intoleransi makanan yang
2. Asupan makanan dimiliki pasien
DS: 3. Asupan cairan 2. Intruksikan kepada pasien mengenai kebutuhan nutrisi
4. Energi 3. Ciptakan lingkungan yang optimal pada saat mengkonsumsi
1. Cepat kenyang setelah makan makan
2. Kram/nyeri abdomen Status Nutrisi: (1009:553) 4. Tawarkan makanan ringan yang padat gizi
3. Nafsu makan menurun
1. Asupan protein Bantuan Peningkatan Berat Badan: (1240:78)
DO 2. Asupan lemak
3. Asupan karbohidrat 1. Timbang pasien pada jam yang sama
1. Berat badan menurun 4. Asupan zat besi 2. Dukung peningkatan asupan kalori
2. Bising usus hiperaktif 3. Lakukan perawatan mulut sebelum makan Sediakan suplemen
3. Diare makanan jika diperlukan
4. Membran mukosa pucat
1 2 3 4

3 Intoleransi aktifitas berhubungan Daya tahan (1:80) Manajemen Energi (180:177)


dengan proses metabolisme yang
terganggu 1. Melakukan aktivitas rutin 1. Kaji status fisiologis pasien yang menyebabkan kelelahan
2. Aktivitas fisik 2. Tentukan pasien/orang terdekat mengenai penyebab
DS: 3. Pemulihan energi setelah istirahat 3. Pilih intervensi untuk mengurangi kelelahan baik secara
4. Hemoglobin farmakologi maupun nonfarmakologi
1. Mengeluh lelah 5. Hematokrit 4. Tingkatkan tirah baring
2. Merasa tidak nyaman setelah 5. Susun kegiatan fisik untuk mengurangi penggunaan cadangan O2
beraktivitas Toleransi terhadap aktivitas (5:582) untuk fungsi organ
3. Merasa lemah 6. Bantu aktifitas harian pasien
1. Frekuensi nadi setelah beraktivitas 7. Anjurkan keluarga membantu pasien dalam aktifitas sehari – hari
DO: 2. Kekuatan tubuh bagian atas yang teratur sesuai kebutuhan
3. Kekuatan tubuh bagian bawah 8. Ajarkan pasien mengenai pengelolaan kegiatan dan menajemen
1. Frekuensi jantung meningkat 4. Kemudahan dalam melakukan aktivitas waktu untuk mencegah kelelahan
2. Tekanan darah berubah harian 9. Evaluasi secara bertahap kenaikan level aktivitas klien
3. Sianosis

4 Resiko infeksi berhubungan Keparahan infeksi: (703:145) Kontrol infeksi: (6540:134)


dengan ketidakadekuatan
pertahanan tubuh sekunder 1. Kemerahan nyeri 1. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
2. Nyeri 2. Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat
3. Ketidakstabilan suhu 3. Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung
4. Hilang nafsu makan kencing
4. Tingkatkan intake nutrisi
5. Berikan terapi antibiotik
1 2 3 4

Perlindungan Infeksi: (6550:3998)

1. Monitor adanya tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal


2. Monitor kerentanan terhadap infeksi

5 Ansietas berhubungan dengan Tingkat kecemasan: (1211:572) Kontrol Infeksi: (6540:134)


krisis situasional
1. Tidak dapat beristirahat 1. Kaji untuk tanda verbal dan non verbal kecemasan
DS 2. Perasaan gelisah 2. Jelaskan semua prosedur termasuk sensasi yang akan
3. Kesulitan berkonsentrasi dirasakan yang mungkin akan dialami klien
1. Merasa bingung 4. Pusing 3. Selama prosedur Dilakukan
2. Merasa khawatir 5. Gangguan tidur 4. Anjurkan keluarga untuk mendampingi klien
3. Sulit berkonsentrasi 5. Ciptakan afmosfer rasa aman untuk meningkatkan
kepercayaan
DO
6. Anjurkan verbalisasi perasaan, persepsi dan ketakutan
1. Tampak gelisah
2. Tampak tegang Peningkatan Keselamatan: (5380:327)
3. Sulit tidur
1. Sediakan lingkungan yang tidak mengancam
2. Tunjukkan ketenangan
3. Jelaskan semua prosedur pada pasien atau keluarga
4. Implementasi
Pelaksanaan adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
telah di tetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi pengumpulan data
berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama dan sesudah pelaksanaan
tindakan dan menilai data yang baru (Arif Muttaqin, 2009).

5. Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan keadaan
klien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada tahap
perencanaan. Menurut (Arif Muttaqin, 2009)

Anda mungkin juga menyukai