Anda di halaman 1dari 15

Journal of Islamic Education Management

31
ISSN: 2461-0674

Kepemimpinan Kepala Madrasah dalam Membangun Budaya Madrasah Yang

Kondusif di Madrasah Aliyah Negeri

Astuti
Astutiabbas69@gmail.com

Danial
danialrahman206@gmail.com

Institut Agama Islam Negeri Bone

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peran kepemimpinan kepala


madrasah dalam membangun budaya madrasah yang kondusifdi MAN Kabupaten Bone.
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dengan pendekatan kualitatif.Teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dan observasi.Subjek penelitian ini
adalah kepala madrasah, wakil kepala madrasah, guru, staf tata usaha, dan peserta
didik.Data dianalisis dengan melakukan reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepala madrasah menjalankan
perannya dalam mengembangkan budaya dari segi nilai-nilai, seperti inisiatif, kebersamaan,
tanggung jawab, rasa memiliki, komitmen, kerja sama, saling pengertian, semangat
persatuan, taat azas, saling membimbing dan memotivasi, inovatif, bekerja keras,
kepedulian, kedisiplinan dan kejujuran, budaya bersih, hubungan yang baik, berwawasan
luas, dan sebagainya. Hambatan dalam pengembangan budaya madrasah lebih dominan
pada kesulitan dalam menerapkan kedisiplinan secara sempurna. Kedisiplinan akan sulit
terwujud tanpa adanya kesadaran dari dalam diri individu masing-masing. Oleh karena itu,
kepala madrasah selalu mengupayakan agar kedisiplinan selalu ditegakkan dan
dikedepankan melalui kesadaran warga madrasah atas tanggung jawabnya dalam
menjalankan tugas di madrasah.
Kata kunci: Kepemimpinan, kepala madrasah, dan budaya madrasah

Abstract: This research aims to describe the leadership role of the headmaster in building
aconducive madrasah culture in the MAN Bone District. This research is a field study with
a qualitative approach. The data collection techniques used are interviews and observations.
The subject of this study is the headmaster, deputy chief of madrasah, teachers,
administration staff, and students. Data is analyzed by reducing data, presenting data, and
drawing conclusions. The results of this study show that the headmaster performs its role in
developing cultures in terms of values, such as initiative, togetherness, responsibility, sense
of existence, commitment, cooperation, mutual understanding, spirit of unity, obedience
azas, guiding and motivating, innovative, hard-working, caring, discipline and honesty,
clean culture, good relationships, knowledgeable, and so on. The obstacles in the
development of madrasah culture are more dominant in difficulty in applying discipline
perfectly. Discipline will be difficult to manifest without awareness of each individual.
Therefore, the headmaster always seeks to have discipline always enforced and forward
through the consciousness of the residents of the madrasah for his responsibilities in
carrying out duties in the madrasah.
Keywords: Leadership, Headmaster, and Madrasah Culture

El-Idare : http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/El-idare
32 Juni 2019, Vol. 5 No. 1, pp 31-45

Pendahuluan pemimpin juga harus berperan sebagai


Madrasah sebagai salah satu pengelola. Dilihat dari fungsi-fungsi
lembaga pendidikan formal merupakan manajemen, yakni planning (perencanaan),
lembaga yang bersifat kompleks dan unik. organizing (pengorganisasian) dan
Bersifat kompleks karena madrasah controlling (pengawasan), kepala madrasah
sebagai organisasi di dalamnya terdapat harus berperan pula sebagai supervisor
berbagai dimensi yang satu sama lain pengajaran serta sebagai evaluator
saling berkaitan dan saling menentukan. program sekolah (Mulyasa, 2013: 181).
Sedang sifat unik, menunjukkan bahwa Kepala madrasah sebagai
madrasah sebagai organisasi memiliki pemimpin lembaga pendidikan harus
ciri-ciri tertentu yang tidak dimiliki oleh bertanggung jawab terhadap seluruh
organisasi-organisasi lain. Ciri-ciri yang kegiatan-kegiatan madrasah. Ia mempunyai
menempatkan madrasah memiliki karakter wewenang dan tanggung jawab penuh
tersendiri, di mana terjadi proses belajar untuk menyelenggarakan seluruh kegiatan
mengajar, tempat terselenggaranya pendidikan dalam lingkungan madrasah
pembudayaan kehidupan umat manusia. yang dipimpinnya. Kepala madrasah tidak
Karena sifatnya yang kompleks dan unit hanya bertanggung jawab atas kelancaran
tersebutlah, madrasah sebagai organisasi jalannya madrasah secara teknis akademis
memerlukan tingkat koordinasi yang saja, akan tetapi segala kegiatan, keadaan
tinggi. Keberhasilan madrasah adalah lingkungan madrasah dan kondisi dan
keberhasilan kepala madrasah. situasinya serta hubungan dengan

Kunci keberhasilan suatu masyarakat sekitarnya merupakan tanggung

madrasah pada hakikatnya terletak pada jawabnya pula. Pandangan tersebut

efisiensi dan efektivitas penampilan menganjurkan kepada para kepala

seorang kepala madrasah. Kepala madrasah untuk memahami tugas pokok

madrasah merupakan pimpinan tunggal di dan fungsinya sebagai pemimpin

madrasah yang mempunyai tanggung pendidikan secara cermat sehingga

jawab untuk mengajar dan mempengaruhi kepemimpinannya efektif dalam arti

semua pihak yang terlibat dalam kegiatan tercapai tujuan yang diharapkan. Di

pendidikan di madrasah untuk bekerja samping itu, kepala madrasah sebagai

sama dalam mencapai tujuan madrasah. jabatan karir yang diperoleh seseorang

Dalam manajemen modern seorang setelah sekian lama menjabat sebagai


Journal of Islamic Education Management
33
ISSN: 2461-0674

guru harus memenuhi kriteria-kriteria Kata kepemimpinan dalam bahasa


yang disyaratkan sebagai jabatan yang Arab sering dihubungkan dengan kata
dimaksud. Sebagai lembaga pendidikan raʻinyang diambil dari hadis Nabi
yang mempunyai ciri khas Islam, Muhammad saw., yaitu sebagai berikut:
madrasah memegang peran penting dalam
ْ‫ﻋَﻦ‬ ‫ﻣَ ﺴْﺌ ُﻮ ٌل‬ ْ‫ﻛُﻠ ﱡﻜُﻢ‬ َ‫و‬ ‫رَ ٍاع‬ ْ‫ﻛُﻠ ﱡﻜُﻢ‬
proses pembentukan kepribadian anak
didik, karena melalui pendidikan
(‫)رواه اﻟﺒﺨﺎرى‬.....‫رَﻋِ ﯿﱠﺘ ِ ِﮫ‬
madrasah ini para orang tua berharap agar Artinya:

anak-anaknya memiliki dua kemampuan Setiap kalian adalah pemimpin, dan


setiap pemimpin akan dimintai
sekaligus, tidak hanya pengetahuan umum pertanggungjawaban atas yang
(IPTEK) tetapi juga memiliki kepribadian dipimpinnya itu….. (Al-Bukhari, t.t:
139).
dan komitmen yang tinggi terhadap
Kata raʻin arti asalnya adalah
agamanya (IMTAQ).
gembala. Seorang pemimpin ibarat
Kepemimpinan merupakan suatu
seorang penggembala yang harus
kekuatan penting dalam rangka
membawa ternaknya ke padang rumput
pengelolaan sehingga kemampuan
dan menjaganya agar tidak diserang
memimpin secara efektif merupakan kunci
serigala. Adapun raʻiyyahberarti rakyat.
keberhasilan organisasi. Oleh karena itu,
Dengan demikian, Saifullah (2014: 149)
esensi kepemimpinan adalah kepengikut-
mengungkapkan bahwa seorang
an kemauan orang lain untuk mengikuti
pemimpin pasti mempertanggung-
keinginan pemimpin (Wahjosumidjo,
jawabkan kepemimpinannya di hadapan
2008: 4). Pemimpin merupakan faktor
rakyat.Kepemimpinan dalam Islam juga
penentu dalam kesuksesan atau gagalnya
identik dengan istilah khalifah yang
suatu organisasi dan usaha, baik dalam
berarti wakil (Zaenal, dkk, 2017: 4).
organisasi profit maupun nonprofit.
Wakil yang dimaksud adalah perwakilan
Kepemimpinan yang baik menurut Rivai
seseorang dari sejumlah orang yang
dan Arifin(2013: 7) adalah kepemimpinan
berkumpul untuk menjadi pemimpin yang
yang mampu membawa organisasi sesuai
dapat memberikan arahan dan petunjuk
dengan asas-asas manajemen modern,
serta menjadi pengatur dalam
sekaligus bersedia memberikan
mengefektifkan suatu kegiatan,
kesejahteraan dan kebahagiaan kepada
sebagaimana dalam QS al-Baqarah/2: 30
bawahan dan masyarakat luas.
berikut ini.

El-Idare : http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/El-idare
Journal of Islamic Education Management
34
ISSN: 2461-0674

‫وَ إ ِْذ ﻗ َﺎلَ رَ ﺑﱡﻚَ ﻟ ِﻠْﻤَ ﻼ َﺋ ِ َﻜ ِﺔ إ ِﻧ ﱢﻲ ﺟَ ﺎﻋِ ٌﻞ ﻓ ِﻲ‬ sekolah/madrasah adalah kemampuan
yang dimiliki oleh kepala sekolah untuk
….ً ‫اﻷ َرْ ض ِ ﺧَﻠ ِﯿﻔ َﺔ‬
memberikan pengaruh kepada orang lain
Terjemahnya:
melalui interaksi individu dan kelompok
Dan (ingatlah) ketika Tuhahmu
sebagai wujud kerja sama dalam
berfirman kepada para malaikat
“sesungguhnya Aku hendak organisasi untuk mencapai tujuan yang
menjadikan seorang khalifah di
telah ditetapkan.
muka bumi… (Kementerian Agama
RI, 2013: 6). Definisi tersebut mengindikasikan
Ivancevich (2008: 413) bahwa dalam kepemimpinan terdapat
mengemukakan bahwa leadership as a beberapa unsur di dalamnya, meliputi
process of influencing others to facilitate adanya orang yang memberi pengaruh
the attainment of organizationally (pemimpin), adanya orang lain yang
relevant goal. Pengertian tersebut dipimpin, kegiatan menggerakkan orang
menyatakan bahwa kepemimpinan lain dengan memengaruhi dan menggerak-
merupakan kemampuan memengaruhi kan (perasaan, pikiran, dan tingkah
orang lain untuk mendukung pencapaian lakunya), adanya tujuan yang hendak
tujuan organisasi yang relevan. Hal ini dicapai, dan berlangsung berupa proses
mengindikasikan bahwa individu tidak (baik dalam institusi, organisasi atau
harus menjadi pemimpin formal untuk kelompok).
memimpin orang lain. Menurut Daryanto (2005: 80),
Kepemimpinan dapat diartikan kegiatan sekolah yang menjadi tanggung
sebagai kegiatan untuk memengaruhi jawab kepala sekolah, yaitu: 1) kegiatan
orang-orang yang diarahkan terhadap mengatur proses belajar mengajar; 2)
pencapaian tujuan organisasi. kegiatan mengatur kesiswaan; 3) kegiatan
Kepemimpinan dalam lembaga mengatur personalia; 4) kegiatan
pendidikan berkaitan dengan masalah mengatur peralatan pengajaran; 5)
kepala sekolah/madrasah dalam kegiatan mengatur dan memelihara
meningkatkan kesempatan untuk gedung dan perlengkapan sekolah; 6)
mengadakan pertemuan secara efektif kegiatan mengatur keuangan; dan 7)
dengan para guru dalam situasi yang kegiatan mengatur hubungan antara
kondusif (Sulistyorini, 2009: 168). sekolah dan masyarakat.
Dengan demikian kepemimpinan kepala

El-Idare : http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/El-idare
Journal of Islamic Education Management
35
ISSN: 2461-0674

Dalam paradigma baru manajemen pandangan hidup yang diakui bersama


pendidikan, kepala sekolah setidaknya oleh suatu kelompok masyarakat yang
harus mampu berfungsi sebagai educator mencakup cara berpikir, perilaku, sikap,
(pendidik), manajer, administrator, nilai yang tercermin baik dalam wujud
supervisor, leader (pemimpin), innovator, fisik maupun abstrak. Budaya dapat
dan motivator (Mulyasa, 2009: dilihat sebagai suatu perilaku, nilai-nilai,
98).Ketujuh peran kepala madrasah sikap hidup, dan cara hidup, dan cara
tersebut perlu diperhatikan dalam hidup untuk melakukan penyesuaian
mengefektifkan suatu madrasah.Sejauh dengan lingkungan, dan sekaligus cara
mana kepala madrasah dapat mewujudkan untuk memandang persoalan dan
peran-peran di atas, secara langsung memecahkannya.
maupun tidak langsung dapat memberikan Budaya sekolah/madrasah
kontribusi terhadap peningkatan kompetensi merupakan sesuatu yang dibangun dari
seluruh komponen pendidikan, yang pada hasil pertemuan antara nilai-nilai (values)
gilirannya dapat membawa efek terhadap yang dianut oleh kepala sekolah/madrasah
peningkatan mutu pendidikan di sebagai pemimpin dari nilai-nilai yang
madrasah. dianut oleh guru-guru dan para karyawan
Budaya atau kebudayaan berasal yang ada dalam sekolah/madrasah
dari bahasa Sansekerta yaitu Buddhayah, tersebut. Nilai-nilai tersebut dibangun
yang merupakan bentuk jamak dari oleh pikiran-pikiran manusia yang ada
buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai dalam sekolah/madrasah. Pertemuan
hal-hal yang berkaitan dengan budi dan pikiran-pikiran manusia tersebut
akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kemudian menghasilkan apa disebut
kebudayaan disebut culture, yang berasal dengan “pikiran organisasi’’. Dari pikiran-
dari kata latin Colere, yaitu mengolah atau pikiran organisasi itulah kemudian muncul
mengerjakan, bisa diartikan juga sebagai dalam bentuk nilai-nilai yang diyakini
mengolah tanah atau bertani. Kata culture bersama, dan kemudian nilai-nilai tersebut
juga kadang diterjemahkan sebagai akan menjadi bahan utama pembentuk
“kultur” dalam Bahasa Indonesia (El budaya sekolah/sekolah. (Muhaimin,
Widdah, 2012: 117) 2012: 48).
ZamroniSusanto (2015: 92) Ndrahadalam Saefullah(2012: 90)
mengatakan bahwa budaya merupakan mengemukakan bahwa fungsi budaya

El-Idare : http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/El-idare
Journal of Islamic Education Management
36
ISSN: 2461-0674

sebagai: 1) identitas dan citra suatu Dewasa ini persepsi atau


masyarakat; 2) pengingat suatu pemahaman masyarakat tentang madrasah
masyarakat; 3) sumber inspirasi, sudah mengalami pergeseran sejalan
kebanggaan, dan sumber daya; 4) dengan perubahan-perubahan yang terjadi
kekuatan penggerak; 5), kemampuan secara makro yang dilakukan pemerintah
untuk membentuk nilai tambah; 6) pola dengan kebijakan-kebijakan barunya.
perilaku; 7) warisan; 8) pengganti Pada awalnya madrasah dipahami sebagai
formalisai; dan 9) mekanisme adaptasi sekolah yang hanya mengajarkan agama,
terhadap perubahan. tetapi sekarang ini persepsi masyarakat
Budaya juga berfungsi sebagai sudah berubah ternyata madrasah pada
mekanisme dan beradaptasi dengan dasarnya sama dengan sekolah umum
berbagai perubahan yang terjadi, baik di lainnya. Di sisi lain madrasah juga
dalam maupun di luar organisasi. Proses dianggap sebagai sekolah umum plus
adaptasi tersebut dibutuhkan untuk agama.Perubahan persepsi dan
menghindari terjadinya konflik antar- pemahaman tersebut seiring dengan
budaya. Mekanisme adaptasi menjadi ciri perubahan yang terjadi secara makro. Jika
kedewasaan individu, kelompok, dilihat dari kecenderungan atau gejala
organisasi bahkan masyarakat negara sosial yang baru yang terjadi di
tertentu. Dengan adaptasi, kehidupan masyarakat akhir-akhir ini yang
dapat berjalan secara harmonis, tenteram berimplikasi pada tuntutan dan harapan
aman dan damai. Karena esensi adaptasi tentang model pendidikan yang mereka
sesungguhnya adalah saling menghargai harapkan, maka sebenarnya madrasah
kelebihan dan kekurangan masing-masing. memiliki potensi dan peluang besar untuk
Dapat pula dikatakan bahwa budaya menjadi alternatif pendidikan masa depan.
merupakan aset yang sangat berharga, Oleh karena itu, pengelola atau pimpinan
yang dapat digunakan sebagai model lembaga pendidikan memang memiliki
dasar dalam membangun dan posisi dan fungsi strategis selaku
mengembangkan kehidupan berbangsa pengendali lembaga tersebut. Mereka
dan bernegara yang sejahtera, adil, dan memiliki political power (kekuasaan
bermartabat. Karena dengan berbudaya, politis), suatu kekuasaan yang tidak
kita bisa dikenal, kita bisa hidup dimiliki oleh para guru. Melalui
berdampingan secara sehat dan harmonis. kewenangan itu, mereka memiliki

El-Idare : http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/El-idare
Journal of Islamic Education Management
37
ISSN: 2461-0674

kewenangan untuk mengadakan kepemimpinan kepala madrasah. Dari


pengembangan ataupun pembaharuan fenomena yang ada maka peneliti tertarik
mutu melalui pengembangan budaya untuk meneliti bagaimana peran
madrasah yang kondusif. kepemimpinan kepala madrasah dalam
Budaya saat ini dipandang sebagai membangun budaya madrasah yang
sesuatu yang lebih dinamis, bukan sesuatu kondusif di Madrasah Aliyah Negeri
yang kaku dan statis. Budaya tidak kabupaten Bone.
diartikan sebagai sebuah kata benda, kini
lebih dimaknai sebagai sebuah kata kerja Metode Penelitian
yang dihubungkan dengan kegiatan Penelitian ini merupakan field
manusia. Menurut Zamroni (Susanto, research dengan menggunakan pendekatan
2016: 94), budaya sekolah adalah pola kualitatif. Penelitian ini dilaksanakan di
nilai-nilai, prinsip-prinsip, tradisi-tradisi Madrasah Aliyah Negeri Kabupaten Bone
dan kebiasaan-kebiasaan yang terbentuk yang terdiri dari 4 madrasah (MAN 1,
dalam perjalanan panjang sekolah, MAN 2, MAN 3, dan MAN 4 Bone).
dikembangkan sekolah dalam jangka Sumber data diperoleh melalui wawancara
waktu yang lama dan menjadi pegangan dengan kepala madrasah, wakil kepala
serta diyakini oleh seluruh warga sekolah. madrasah, guru, tenaga kependidikan, dan
Namun, dalam hal mewujudkan budaya peserta didik sebagai data primer serta
madrasah yang kondusif tidak terlepas hasil observasi sebagai data sekunder.
dari tanggung jawab kepala madrasah. Teknik pengumpulan data
Oleh karena itu, wajar saja ketika suatu digunakan dalam penelitian ini adalah
madrasah mengalami kemunduran maka wawancara, observasi, dan analisis
kepala madrasah banyak mendapat dokumen. Dalam penelitian ini, peneliti
kritikan. merupakan instrumen kunci (key
Madrasah Aliyah Negeri di instrument) Instrumen yang digunakan
kabupaten Bone sebagai salah satu adalah pedoman observasi, dan pedoman
lembaga pendidikan tingkat menengah wawancara. Pengujian keabsahan data
yang sudah diminati oleh masyarakat yang digunakan yaitu dengan melakukan
karena menunjukkan prestasinya baik di triangulasi teknik dan triangulasi sumber.
bidang akademik maupun non akademik Data yang diperoleh kemudian dianalisis
dan hal tersebut tidak terlepas dari

El-Idare : http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/El-idare
Journal of Islamic Education Management
38
ISSN: 2461-0674

dengan mereduksi data, display data, dan kepemimpinan dari teori dan pengakuan
penarikan kesimpulan. resmi yang bersifat ekstern, tetapi juga
pembawaan potensial yang dibawa sejak
Hasil Penelitian dan Pembahasan lahir sebagai anugerah dari Yang Maha

Peran Kepala Madrasah dalam Kuasa, namun orang dapat melatihnya


Mengembangkan Budaya Madrasah agar dapat menjadi seorang pemimpin
yang Kondusif di Madrasah Aliyah
Negeri Kabupaten Bone pendidikan yang tangguh dan terampil

Pemimpin pendidikandalam hal ini berdasarkan pengalamannya. Besar

adalah kepala madrasah sebagai orang kecilnya peranan yang dilakukan seorang

yang bertanggung jawab terhadap pemimpin banyak ditentukan kepada apa

pelaksanaan pendidikan dan pengajaran di dan siapa dia, dan apa yang dipimpinnya,

lembaga pendidikan harus memiliki kekuasaan (otoritas) apa yang dimiliki dan

kesiapan dan kemampuan untuk perangkat mana yang ia perankan sebagai

membangkitkan semangat kerja personal. pemimpin baik itu formal maupun non

Seorang pemimpin juga harus mampu formal. Akan tetapi, kesemuanya berperan

menciptakan budaya dan iklim yang dalam membimbing, menuntun,

kondusif, aman, nyaman, tentram, mendorong, dan memberikan motivasi

menyenangkan, dan penuh semangat kepada mereka yang dipimpin untuk

dalam bekerja bagi para pekerja dan para mencapai tujuan yang dicita-citakan.

pelajar sehingga pelaksanaan pendidikan Kepala Madrasah Aliyah Negeri

dan pengajaran dapat berjalan tertib dan Kabupaten Bone memiliki peran dalam

lancar dalam mencapai tujuan yang mengembangkan budaya madrasah yang

diharapkan. kondusif. Mereka menjalankan perannya

Menjadi seorang pemimpin di madrasah yang dipimpinnya masing-

pendidikan tidak saja dituntut untuk masing. Peran kepala madrasah dalam

menguasai teori kepemimpinan, akan mengembangkan budaya madrasah yang

tetapi ia juga harus terampil dalam kondusif, yaitu sebagai educator,

menerapkan situasi praktis di lapangan manager, administrator, supervisor,

kerja dan etos kerja yang tinggi untuk leader, innovator, dan motivator.

membawa lembaga pendidikan yang Sebagai educator, kepala

dipimpinnya. Idealnya, jika pemimpin Madrasah Aliyah Negeri Kabupaten Bone

pendidikan di samping memiliki bekal melakukan pembimbingan kepada guru

El-Idare : http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/El-idare
Journal of Islamic Education Management
39
ISSN: 2461-0674

dan pegawai terhadap tugas-tugasnya, program supervisi pendidikan dan


membimbing bermacam-macam kegiatan melaksanakannya dengan baik,
kesiswaan melalui kerja sama dengan memanfaatkan hasil supervisi tersebut
wakamad kesiswaan dan para pembina demi peningkatan kinerja guru dan
OSIS, dan berusaha mengikuti pegawai sehingga dapat berkontribusi
perkembangan IPTEK dengan terhadap pengembangan dan peningkatan
menggunakan berbagai media elektronik mutu pendidikan di madrasah yang
dalam menjalankan tugasnya di madrasah. dipimpinnya masing-masing.
Sebagai manager, kepala Sebagai leader, kepala Madrasah
Madrasah Aliyah Negeri Kabupaten Bone Aliyah Negeri Kabupaten Bone
telah melakukan berbagai hal yang mewujudkannya dengan menunjukkan
menyangkut dengan kegiatan manajerial, kepribadiannya sebagai seorang muslim
seperti penyusunan program secara yang taat beribadah dan memelihara
sistematis dan melaksanakannya berdasar- norma agama dengan baik, berupaya
kan skala prioritas, menyusun organisasi untuk memahami personalnya yang
personal dengan uraian tugas sesuai memiliki kondisi berbeda-beda, bersikap
standar yang ada, dan berbagai upaya terbuka untuk menerima saran ataupun
yang dilakukan untuk menggerakkan kritikan yang sifatnya membangun dari
stafnya agar bekerja dengan penuh berbagai pihak, merumuskan visi dan misi
tanggung jawab. yang jelas, menerapkan sistem
Sebagai administrator, kepala komunikasi yang mudah dipahami oleh
Madrasah Aliyah Negeri Kabupaten Bone semua pihak, serta mengambil keputusan
menerapkannya melalui pengelolaan melalui musyawarah dengan warga
perangkat KBM secara sempurna berupa madrasah.
data-data administrasi, pengelolaan Sebagai innovator, kepala
administrasi kesiswaan, keuangan, sarana Madrasah Aliyah Negeri Kabupaten Bone
dan prasarana, dan administrasi persuratan menerapkannya melalui penciptaan ide-
menurut ketentuan yang berlaku. ide atau gagasan baru untuk inovasi dan
Sebagai supervisor, kepala perkembangan madrasah yang
Madrasah Aliyah Negeri Kabupaten Bone dipimpinnya masing-masing serta
menerapkannya dengan melakukan mengimplementasikan ide-ide tersebut
berbagai kegiatan, seperti menyusun dengan baik, seperti pengembangan KBM,

El-Idare : http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/El-idare
Journal of Islamic Education Management
40
ISSN: 2461-0674

peningkatan prestasi siswa melalui tentunya banyak memberikan kontribusi


kegiatan ekstrakurikuler, maupun hal-hal atau sumbangsih terhadap pengembangan
lain yang mengarah kepada perkembangan madrasah yang dipimpinnya, salah
madrasah yang dipimpinnya masing- satunya yaitu mengembangkan budaya
masing. madrasah yang kondusif.
Sebagai motivator, kepala Peran kepala madrasah yang
Madrasah Aliyah Negeri Kabupaten Bone diterapkan telah mengembangkan
berupaya untuk mengatur lingkungan berbagai nilai yang menjadi unsur
kerja secara kondusif, baik lingkungan pembentuk budaya madrasah yang
kerja fisik maupun lingkungan sosial, kondusif, seperti nilai kerja sama,
menciptakan hubungan kerja yang kebersamaan, semangat persatuan,
harmonis, kemudian menerapkan prinsip tanggung jawab, rasa memiliki, komitmen
penghargaan (reward) dan prinsip terhadap lembaga, inisiatif, inovatif,
hukuman kepada warga madrasah. Kepala saling membimbing dan memotivasi, taat
madrasah menampakkan atau mendorong azas, bekerja keras, peduli terhadap orang
warga madrasah dengan memperlihatkan lain, disiplin, jujur, berwawasan luas, dan
serta menunjukkan tingkah laku yang lain sebagainya. Nilai-nilai tersebut telah
dapat menarik perhatian dan keinginan dikembangkan oleh kepala Madrasah
warga madrasah untuk melaksanakan Aliyah Negeri Kabupaten Bone melalui
tugasnya masing-masing dengan baik, perannya sebagai Educator, Manager,
dengan kata lain kepala madrasah harus Administrator, Supervisor, Leader,
menjadi teladan bagi warga madrasahnya. Innovator, dan Motivator (EMASLIM).
Ketujuh peran kepala madrasah Dengan demikian, semakin maksimal
tersebut telah diimplementasikan oleh kemampuan kepala madrasah dalam
kepala Madrasah Aliyah Negeri menerapkan perannya, semakin
Kabupaten Bone menurut strateginya berkembang pula budaya madrasah yang
masing-masing. Meskipun belum kondusif pada madrasah yang
sepenuhnya diterapkan dengan sempurna, dipimpinnya, begitu pula sebaliknya.
tetapi setidaknya kepala Madrasah Aliyah
Deskripsi Budaya di Madrasah Aliyah
Negeri Kabupaten Bone selalu berupaya Negeri Kabupaten Bone
untuk menerapkan secara maksimal. Budaya madrasah merupakan
Penerapan peran kepala madrasah tersebut nilai-nilai dominan yang didukung oleh

El-Idare : http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/El-idare
Journal of Islamic Education Management
41
ISSN: 2461-0674

madrasah atau falsafah yang menuntun yang memiliki sumber keuangan yang
kebijakan madrasah terhadap semua unsur sama besar, namun penampilan fisik dan
dan komponen madrasah termasuk prestasinya berbeda. Lebih dari itu, bisa
stakeholders pendidikan, seperti cara terjadi madrasah dalam satu kompleks,
melaksanakan pekerjaan di madrasah serta didukung dengan lingkungan masyarakat
asumsi atau kepercayaan dasar yang yang sama, latar belakang pendidikan
dianut oleh warga madrasah. Budaya kepala madrasah dan guru-gurunya sama,
madrasah merujuk pada suatu sistem nilai, namun karena memiliki budaya madrasah
kepercayaan dan norma-norma yang yang berbeda, iklim madrasah berbeda,
diterima secara bersama, serta maka prestasinya menjadi berbeda.
dilaksanakan dengan penuh kesadaran Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh
sebagai perilaku alami yang dibentuk oleh pemahaman dan kepatuhan warga
lingkungan yang menciptakan madrasah terhadap norma, nilai-nilai, dan
pemahaman yang sama di antara seluruh keyakinan yang mereka junjung. Makin
unsur dan stakeholder madrasah baik itu kuat keyakinan dan kepatuhan warga
kepala madrasah, pendidik, tenaga madrasah terhadap norma dan nilai-nilai
kependidikan, peserta didik dan jika perlu semakin tinggi pula keterikatannya pada
membentuk opini masyarakat yang sama madrasah, semakin besar rasa memiliki,
dengan madrasah. Budaya madrasah dan makin kuat motif belajarnya.
sangat erat kaitannya dengan Gambaran budaya di Madrasah
pembentukan suasana madrasah yang Aliyah Negeri Kabupaten Bone dapat
kondusif. diketahui dari penerapan nilai-nilai yang
Peranan budaya madrasah memang telah dikembangkan di madrasah tempat
tidak dapat dinafikan lagi, budaya mereka bertugas masing-masing. Budaya
madrasah banyak memberi pengaruh dan dari segi nilai-nilai diterapkan dalam
dampak kepada warga madrasah terutama bentuk tindakan atau perilaku warga
dari segi pencapaian, emosi dan juga madrasah dalam menjalankan tugasnya di
tingkah laku. Kemajuan dan pencapaian madrasah, baik di MAN 1 Bone, MAN 2
madrasah dapat ditingkatkan melalui Bone, MAN 3 Bone, maupun di MAN 4
penlibatan, kerja sama dan juga Bone. Keempat madrasah tersebut telah
kepercayaan. Data menunjukkan bahwa menerapkan nilai-nilai yang menjadi
meskipun terdapat beberapa madrasah pembentuk budaya madrasah yang

El-Idare : http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/El-idare
Journal of Islamic Education Management
42
ISSN: 2461-0674

kondusif. Nilai-nilai yang dikembangkan atau hambatan dalam mengembangkan


tersebut berupa nilai kerja sama, budaya madrasah yang kondusif,
kebersamaan, semangat persatuan, begitulah realitas yang terjadi di Madrasah
tanggung jawab, rasa memiliki, komitmen Aliyah Negeri Kabupaten Bone.
terhadap lembaga, inisiatif, inovatif, Pengembangan budaya madrasah
saling membimbing dan memotivasi, taat yang kondusif di Madrasah Aliyah Negeri
azas, bekerja keras, peduli terhadap orang Kabupaten Bone perlu adanya kerja sama
lain, disiplin, jujur, berwawasan luas, dan dengan warga madrasah agar dapat
lain sebagainya. Meskipun dalam menciptakan budaya madrasah yang
menerapkan nilai-nilai tersebut, masih kondusif. Tanpa adanya kesepakatan dan
banyak warga madrasah yang belum bisa kerja sama yang baik, akan sulit
menerapkannya secara maksimal sehingga mengembangkan dan menerapkan budaya
melahirkan penyimpangan-penyimpangan yang kondusif di madrasah. Oleh karena
di kalangan warga madrasah, seperti nilai itu, kepala madrasah harus berperan
kedisiplinan dan tanggung jawab.Nilai penting dalam mendorong dan mengajak
kedisiplinan dan tanggung jawab sangat warga madrasah untuk menerapkan dan
sulit diterapkan tanpa adanya kesadaran mengembangkan budaya di madrasahnya
dan keinginan dari dalam diri individu masing-masing. Budaya madrasah yang
masing-masing. kondusif tentu akan memberikan
Dari uraian tersebut, dapat kontribusi yang begitu penting bagi warga
diketahui bahwa budaya Madrasah Aliyah madrasah dalam menjalankan tugasnya.
Negeri Kabupaten Bone sudah termasuk
Hambatan Kepala Madrasah dalam
dalam kategori kondusif yang ditandai Pengembangan Budaya Madrasah yang
Kondusif di Madrasah Aliyah Negeri
dengan perilaku atau tindakan warga
Kabupaten Bone
madrasah dalam menerapkan nilai-nilai Pelaksanaan suatu kegiatan tidak
yang telah dikembangkan, meskipun jarang ditemukan kendala atau hambatan
belum sepenuhnya warga madrasah dalam pelaksanaannya, begitu pula dalam
menerapkannya dengan baik. Dalam suatu penerapan dan pengembangan budaya
madrasah atau sekolah pada umumnya, madrasah.Tantangan utama kepala
tidak dapat dipungkiri adanya warga madrasah dalam mengembangkan budaya
madrasah yang melakukan penyimpangan-
madrasah adalah membangun suasana
penyimpangan sehingga menjadi kendala
madrasah yang kondusif melalui

El-Idare : http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/El-idare
Journal of Islamic Education Management
43
ISSN: 2461-0674

pengembangan komunikasi dan interaksi upaya kepala madrasah untuk


yang sehat antara kepala sekolah dengan menanamkan nilai kedisiplinan kepada
peserta didik, pendidik, tenaga warga madrasah adalah dengan
kependidikan, orang tua peserta didik, menghadirkan daftar hadir elektronik
masyarakat, dan pemerintah. Komunikasi (check lock) bagi guru dan pegawai dan
dan interaksi yang sehat memilki dua tetap melakukan pemantauan atau
indikator yaitu tingkat keseringan dan pengawasan secara intensif kepada
kedalaman materi yang dibahas. Di seluruh warga madrasah.
samping itu, kepala madrasah perlu Selain itu, masih terdapat berbagai
mengembangkan komunikasi multi arah hambatan yang dialami oleh kepala
untuk mengintegrasikan seluruh sumber Madrasah Aliyah Negeri Kabupaten Bone,
daya secara optimal. seperti keterbatasan sarana dan prasarana
Tantangan atau hambatan yang sehingga menghambat pengembangan
dialami oleh kepala madrasah dalam budaya madrasah, serta masih terdapat
mengembangkan budaya madrasah yang warga madrasah yang acuh tak acuh
kondusif di Madrasah Aliyah Negeri dengan penerapan budaya madrasah
Kabupaten Bone lebih dominan pada sehingga menjadi kendala dalam
kesulitan dalam menerapkan kedisiplinan pengembangan budaya madrasah yang
secara sempurna. Hal tersebut dipicu kondusif. Berbagai upaya telah dilakukan
karena masih terdapat warga madrasah oleh kepala Madrasah Aliyah Negeri
yang kurang memiliki kesadaran akan Kabupaten Bone dalam meminimalisir
tanggung jawabnya di madrasah sehingga kendala-kendala yang dihadapi dalam
menimbulkan penyimpangan- mengembangkan budaya madrasah.
penyimpangan, seperti kedisiplinan. Namun, upaya kepala madrasah tersebut
Kedisiplinan akan sulit terwujud tanpa tentunya harus dibarengi dengan kerja
adanya kesadaran dari dalam diri individu sama dari pihak atau warga madrasah itu
masing-masing. Oleh karena itu, kepala sendiri.
madrasah selalu mengupayakan agar Komunikasi yang baik antara
kedisiplinan selalu ditegakkan dan kepala madrasah dengan warga madrasah
dikedepankan melalui kesadaran warga sangat menentukan keberhasilan kepala
madrasah atas tanggung jawabnya dalam madrasah untuk mempengaruhi dan
menjalankan tugas di madrasah.Di antara mendorong warga madrasah dalam

El-Idare : http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/El-idare
Journal of Islamic Education Management
44
ISSN: 2461-0674

menerapkan dan mengembangkan budaya tindakan atau perilaku setiap warga


madrasah yang kondusif. Dengan madrasah, meskipun masih terdapat
terjalinnya komunikasi yang baik, akan beberapa nilai yang sulit untuk diterapkan
melahirkan kerja sama yang baik pula secara sempurna, seperti kedisiplinan,
sehingga memudahkan pengembangan tanggung jawab, inisiatif, dan inovatif dari
budaya madrasah. warga madrasah.
Hambatan dalam pengembangan
Kesimpulan
budaya madrasah yang kondusif di
Peran kepala madrasah dalam
Madrasah Aliyah Negeri Kabupaten Bone
mengembangkan budaya madrasah yang
lebih dominan pada kesulitan dalam
kondusif di Madrasah Aliyah Negeri
menerapkan kedisiplinan secara
Kabupaten Bone telah dilaksanakan
sempurna. Kedisiplinan akan sulit
dengan baik. Hal tersebut ditandai dengan
terwujud tanpa adanya kesadaran dari
penerapan tugas dan fungsinya sebagai
dalam diri individu masing-masing. Oleh
educator, manager, administrator,
karena itu, kepala madrasah selalu
supervisor, leader, innovator, dan
mengupayakan agar kedisiplinan selalu
motivator. Dalam menjalankan perannya
ditegakkan dan dikedepankan melalui
tersebut, kepala Madrasah Aliyah Negeri
kesadaran warga madrasah atas tanggung
Kabupaten Bone juga mengembangkan
jawabnya dalam menjalankan tugas di
budaya dari segi nilai-nilai, seperti
madrasah. Upaya kepala madrasah untuk
inisiatif, kebersamaan, tanggung jawab,
menanamkan nilai kedisiplinan kepada
rasa memiliki, komitmen, kerja sama,
warga madrasah adalah dengan
saling pengertian, semangat persatuan,
menghadirkan daftar hadir elektronik
taat azas, saling membimbing dan
(check lock) bagi guru dan pegawai dan
memotivasi, inovatif, bekerja keras,
tetap melakukan pemantauan atau
kepedulian, kedisiplinan dan kejujuran,
pengawasan secara intensif kepada
budaya bersih, hubungan yang baik,
seluruh warga madrasah.Selain itu upaya
berwawasan luas, dan sebagainya.
yang dilakukan, yaitu dengan
Gambaran budaya di Madrasah
menanamkan sifat tanggung jawab dan
Aliyah Negeri Kabupaten Bone sudah
komitmen yang tinggi kepada warga
dapat dikatakan kondusif yang ditandai
madrasah agar memiliki kemauan untuk
dengan adanya nilai-nilai yang
melaksanakan disiplin kerja sehingga
dikembangkan dan diterapkan melalui

El-Idare : http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/El-idare
Journal of Islamic Education Management
45
ISSN: 2461-0674

pengembangan budaya madrasah dapat Mulyasa, E. 2013.Manajemen dan


Kepemimpinan Kepala Sekolah.
lebih kondusif di madrasah yang
Jakarta: Bumi Aksara.
dipimpinnya masing-masing. Rivai, Veithzal dan ArviyanArifin. 2013.
Islamic Leadership: Membangun
Super Leadership Melalui
Daftar Pustaka
Kecerdasan Spiritual. Cet. II;
Jakarta: Bumi Aksara.
Al-Bukhari, Abu Abdullah bin
Muhammad Ismail. Shahih al- Saefullah, U. 2014. Manajemen
Bukhari. Beirut: Dar Ash-Sha’bu. Pendidikan Islam. Cet. II;
Bandung: Pustaka Setia.
Daryanto. 2005. Administrasi Pendidikan.
Jakarta: Rineka Cipta. Sulistyorini 2009.Manajemen Pendidikan
Islam: Konsep Strategi dan
Invancevich, John M. 2008. Human
Aplikasi.Cet. I; Yoyakarta: Teras.
Resource Management. Ed. X;
Singapura: McGraw-Hill Susanto, Pendi. 2015. Produktivitas
International. Sekolah. Cet. I; Bandung:
Alfabeta.
Kementerian Agama RI. 2013. Al-Qur’an
dan Terjemahan. Bandung: Wahjosumidjo. 2008. Kepemimpinan
MikhrajKhazanah Ilmu. Kepala Sekolah: Tinjauan Teoretik
dan Permasalahannya. Jakarta:
Muhaimin.2012. Manajemen Pendidikan
RajaGrafindoPersada.
Aplikasinya dalam Menyusun
Rencana El Widdah, Minnah dkk. 2012.
PengembanganSekolah/Madrasah. Kepemimpinan Berbasis Nilai dan
Cet. IV; Jakarta: Fajar Pengembangan Mutu
InterpratamaOffeset. Madrasah.Cet I; Bandung:
Alfabeta.
Mulyasa, E. 2009. Menjadi Kepala
Sekolah Profesional.Cet: X; Zainal, VeithzalRivai dkk. 2017.
Bandung: Remaja Rosdakarya. Kepemimpinan dan Perilaku
Organisasi. Cet. XII; Jakarta:
RajaGrafindoPersada.

El-Idare : http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/El-idare

Anda mungkin juga menyukai