1 PB
1 PB
51777
Vol. 10, No. 1, Januari 2022
Abstrak
Bogor Kardus merupakan usaha kecil yang bergerak di bidang produksi dan penjualan kardus, kardus yang
mereka jual bervariasi dari ukuran maupun bahan dan dapat dipesan secara offline dan online. Bogor Kardus
merupakan usaha kecil yang cukup maju jika dibandingkan dengan usaha sejenis. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui: (1) Identifikasi gambaran umum proses pemenuhan pesanan Bogor Kardus (2) Manajemen rantai
pasok pemenuhan pesanan di Bogor Kardus. Penelitian ini dilakukan di kota Bogor. Penelitian ini dirancang
dengan metode analisis deskriptif. Data penelitian diperoleh dengan cara wawancara dan studi pustaka. Hasil
analisis yang diharapkan adalah mengetahui sistem produksi yang digunakan, konsep manufaktur yang
digunakan, cara pembelian, dan tahapan pemenuhan pesanan pada usaha Bogor Kardus. Hasil analisis
menunjukkan bahwa: (1) Bogor Kardus memiliki produk yang siap dibeli dan menyediakan jasa untuk
memproduksi kardus yang dibuat khusus sesuai permintaan konsumen. Sistem produksi yang digunakan pada
cara yang pertama adalah make-to-stock dan sistem produksi yang digunakan pada cara kedua adalah make-to-
order dengan konsep proses manufaktur just-in-time (JIT). Kedua cara pembelian tersebut dapat dilakukan secara
online melalui berbagai platform yang tersedia, seperti website e-commerce, marketplace, dan sosial media,
maupun secara offline (2) Bogor Kardus memiliki tiga macam proses rantai pasokan yang terdiri dari aliran
produk, informasi, dan keuangan dalam pola aliran rantai pasokannya.
Kata kunci: Manajemen Rantai Pasok, SCM, Manufaktur, Rantai Pasok
digunakan, dan diproduksi pada waktunya untuk diangkut memengaruhi kepercayaan konsumen terkait waktu yang
dan dijual [7]. Kedua cara pembelian tersebut dapat telah disepakati sebelumnya. Selain keterlambatan bahan
dilakukan secara online melalui berbagai platform yang baku, risiko kerusakan bahan baku ketika pengiriman pun
tersedia, seperti website e-commerce, marketplace, dan dapat terjadi, hingga berakibat pada kurangnya bahan baku
sosial media, maupun secara offline, dimana konsumen berkualitas layak pakai, karena material yang rusak akan
dapat datang dan membeli langsung produk-produk Bogor dikembalikan kepada vendor. Bahan baku yang dikirim
Kardus yang tersedia di toko-toko cabang mereka. Namun vendor ke pabrik kemudian dilakukan pemeriksaan kualitas
demikian, proses pemenuhan pesanan di Bogor Kardus dan kuantitas oleh operator logistik. Material yang sesuai
adalah sebagai berikut: dengan standar akan digunakan dan dihitung jumlahnya,
1. Pemesanan; sementara bahan yang tidak layak pakai akan dikembalikan
2. Pemesanan bahan baku kepada vendor; dan dibawa kembali oleh vendor. Kedua permasalahan
3. Proses manufaktur bahan baku; tersebut hanya terjadi sekali waktu, namun tentu akan
4. Kardus jadi diantar ke toko, kemudian didisplay di memberi dampak pada mata rantai lain dan aliran produk
etalase; selanjutnya.
5. Produk siap dijual dan dikirim kepada konsumen. Bahan baku tersebut kemudian diolah di pabrik,
mengikuti pesanan konsumen, atau memproduksi kardus
B. Manajemen Rantai Pasok Pemenuhan Pesanan di sebagai persediaan di toko. Pengolahan bahan baku
Bogor Kardus menjadi kardus di pabrik melibatkan kepala produksi,
Rantai pasok berkaitan dengan relasi yang terus- operator logistik, slitter, stitching, dan helper. Kardus yang
menerus antara produk, uang, dan informasi [9]. Bogor sudah jadi akan diperiksa kualitasnya sebelum dilakukan
Kardus memiliki tiga macam proses rantai pasokan yang pengiriman ke toko atau konsumen, menyesuaikan dengan
terdiri dari aliran produk, informasi, dan keuangan dalam pesanan. Ketika menerima pesanan dalam jumlah besar,
pola aliran rantai pasokannya. Bentuk rantai pasokan mesin-mesin di pabrik harus terus digunakan untuk
pemenuhan pesanan di Bogor Kardus disajikan pada memenuhi pesanan konsumen agar tepat waktu, dimana hal
Gambar 1. tersebut kadangkala membuat mesin di pabrik mengalami
kemacetan dan berpotensi pada keterlambatan waktu
pemenuhan pesanan yang sudah disepakati. Namun Bogor
Kardus mengonfirmasi bahwa hal tersebut dapat teratasi
dengan baik karena tidak berdampak pada pemenuhan
pesanan dan proses produksi tetap selesai tepat waktu.
Apabila kardus tersebut dikirim ke toko, maka oleh
supporting di toko akan kembali diperiksa kualitas kardus
yang sudah jadi. Produk yang dibuat sebagai persediaan
akan disimpan di gudang dan ditata di etalase sebagai
katalog produk ready stock, sekaligus sebagai produk siap
kirim bagi konsumen yang membeli secara online.
Sementara untuk produk pesanan konsumen yang berlokasi
Gambar 1. Pola aliran dalam rantai pasok pemenuhan pesanan Bogor
Kardus. di sekitar toko, akan dikirim dari toko dengan beberapa
alternatif, seperti jasa ekspedisi atau jasa pengiriman milik
Aliran Produk. Aliran produk meliputi pertukaran Bogor Kardus. Konsumen pun dapat mengambil sendiri
produk jadi antara mitra atau mata rantai, seperti pertukaran pesanan kardusnya di toko atau pabrik, semuanya
bahan baku yang digunakan pada proses produksi, atau bergantung pada kesepakatan awal yang dilakukan antara
konsumen yang melakukan pembelian produk pada suatu konsumen dengan admin di toko.
perusahaan [10]. Manajemen rantai pasok mampu Aliran Keuangan. Aliran keuangan adalah pergerakan
mendapatkan nilai unggul bagi mata rantai pasok melalui biaya pembayaran atas jasa atau produk yang terjadi dari
aliran produk yang terkoordinasi dengan baik, dimulai dari setiap mata rantai yang mengalir dari hilir
ujung depan rantai, yang merupakan sumber sampai ke (downstream) ke hulu (upstream) [13]. Aliran keuangan
manufaktur, dan selanjutnya menjadi produk jadi sampai ke ini mengalir dari konsumen hingga vendor. Aliran
tangan konsumen [11]. Aliran produk mengalir dari hulu ke keuangan mengalir dari toko oleh admin kepada vendor
hilir [12], dari vendor hingga ke tangan konsumen. Aliran terkait pembayaran bahan baku yang dibeli. Bogor Kardus
produk kardus dimulai ketika Admin mendapatkan pesanan hanya membayar jumlah bahan yang layak pakai pada saat
custom-made dari konsumen, kemudian melakukan pemeriksaan di pabrik, dan pembayaran kepada vendor
pemesanan bahan baku kepada vendor apabila bahan yang dilakukan ketika produk sudah diterima dan dibayar lunas
diminta oleh konsumen tidak tercukupi atau tidak tersedia oleh konsumen.
stoknya di pabrik. Selanjutnya, vendor mempersiapkan Aliran keuangan yang mengalir dari konsumen ke toko
bahan baku yang dipesan untuk dikirim ke pabrik Bogor Bogor Kardus terjadi karena konsumen melakukan
Kardus. Pada beberapa kasus, ada kalanya terjadi pembelian produk Bogor Kardus, apapun metode
keterlambatan proses produksi oleh karena pengiriman pembelian dan pembayarannya. Transaksi dapat terjadi di
bahan baku yang terlambat dari vendor. Hal tersebut tentu toko secara langsung (tunai), via transfer bank, maupun
menyebabkan kerugian bagi Bogor Kardus apabila terjadi pembayaran terkait pembelian barang secara online melalui
keterlambatan proses produksi yang mana dapat
Korespondensi : Hana Rahmaniah Sabila 71
JUSTIN (Jurnal Sistem dan Teknologi Informasi) Vol. 10 , No. 1 , Januari 2022
website e-commerce atau marketplace. Bagi konsumen pesanan konsumen, informasi pengiriman produk dan
yang memesan secara custom, Bogor Kardus menerapkan pesanan, serta status produksi pesanan di pabrik.
sistem pembayaran DP atau down payment terlebih dahulu, Selanjutnya, informasi yang mengalir dari admin kepada
baru kemudian dilakukan pelunasan setelah konsumen kepala produksi pabrik adalah informasi mengenai
menerima pesanan. Jumlah DP ditentukan di awal persediaan bahan baku, rincian pesanan konsumen, rincian
pemesanan sesuai dengan kesepakatan, dimana jumlah DP informasi penerimaan bahan baku dari vendor, menerima
biasanya sebesar 30% atau 50% dari total pembayaran. status produksi dan status pesanan konsumen.
Berikutnya merupakan aliran keuangan yang mengalir Antara admin Bogor Kardus dengan jasa ekspedisi.
dari konsumen ke jasa ekspedisi. Total pembayaran yang Aliran informasi ini mengalir dari jasa ekspedisi kepada
disepakati antara konsumen dengan Bogor Kardus tidak admin mengenai pesanan konsumen. Jasa ekspedisi akan
termasuk dengan biaya pengiriman apabila pesanannya menerima pesanan atau permintaan konsumen untuk
tidak dikirim langsung dari pabrik. Biasanya, konsumen mengantar pesanan mereka dari toko Bogor Kardus. Begitu
menggunakan jasa pengiriman dari Grab, Gojek, JNT, JNE, pula dengan aliran informasi dari admin ke jasa ekspedisi,
SiCepat, dan jasa ekspedisi lain yang tersedia dan dipilih dimana admin akan menerima informasi dari konsumen
langsung oleh konsumen. Ongkos kirim barang pesanan untuk mengirimkan pesanannya melalui jasa ekspedisi
tersebut ditanggung oleh konsumen sesuai sistem yang telah dipilih. Pertukaran informasi yang terjadi di
pembayaran yang dipilih. Apabila konsumen mengambil antara keduanya berkaitan dengan pengiriman pesanan
sendiri pesanannya ke pabrik atau toko, maka aliran kepada konsumen.
keuangan ini tidak terjadi. Antara admin Bogor Kardus dengan konsumen.
Aliran informasi. Aliran informasi rantai pasok Pertukaran informasi yang mengalir antara konsumen
pemenuhan pesanan Bogor Kardus mengalir dari hulu ke dengan admin berkaitan dengan kesepakatan mengenai
hilir dan sebaliknya. Aliran informasi dapat melewati pesanan seperti harga, ukuran, bahan, dimensi produk,
banyak titik yang dapat mengarah pada akumulasi waktu pengerjaan, sistem pengiriman serta penerimaan
informasi baru yang tergabung ke dalam aliran informasi produk. Penyampaian informasi antara keduanya dapat
[14]. Berbagi informasi antar mata rantai pasok merupakan dilakukan dengan dua cara, yaitu secara langsung atau tatap
hal penting karena menyediakan mekanisme untuk muka dan menggunakan bantuan media komunikasi
koordinasi dan integrasi proses atau aktivitas di sepanjang melalui platform media sosial, marketplace, dan lain-lain.
rantai pasokan [15]. Aliran informasi dalam rantai pasokan Antara konsumen dengan jasa ekspedisi. Aliran
produksi dan pemenuhan pesanan di Bogor Kardus informasi yang mengalir dari konsumen ke jasa ekspedisi
umumnya berhubungan dengan persediaan bahan baku, merupakan informasi terkait permintaan pengiriman,
persediaan produk di toko, jumlah permintaan atau pesanan waktu pengiriman, penerimaan pesanan, dan biaya ongkos
produk, dan informasi harga pesanan khusus maupun kirim. Sedangkan informasi yang mengalir dari jasa
produk jadi. Aliran informasi dalam rantai pasokan di ekspedisi kepada konsumen berhubungan mengenai status
Bogor Kardus melibatkan semua mata rantai, yaitu vendor, pengiriman dan biaya ongkos kirim.
pabrik, toko (admin), jasa ekspedisi, dan konsumen akhir. Didasarkan pada hasil penelitian tersebut, diketahui
Antara vendor dengan admin Bogor Kardus. Pertukaran terdapat tiga aliran rantai pasok yang terdiri dari aliran
informasi yang terjadi antara vendor dan admin Bogor produk, keuangan dan aliran informasi yang mengalir dari
Kardus berkaitan dengan pemesanan bahan baku, dimana vendor hingga konsumen akhir. Akan tetapi aliran produk
vendor menerima rincian pesanan dan Bogor Kardus dapat dikatakan masih belum optimal oleh karena masih
mengenai ukuran, material, dan kuantitas. Jika terdapat terjadi penolakan bahan baku yang tidak layak pakai akibat
kendala pada proses pemesanan bahan baku, maka akan proses pengiriman maupun keterlambatan pengiriman
terjadi pertukaran informasi antara vendor kepada admin. bahan baku yang dapat merugikan mata rantai lain dan
Sementara aliran informasi yang mengalir dari admin dapat berakibat langsung kepada proses produksi untuk
Bogor Kardus kepada vendor berhubungan dengan memenuhi pesanan.
informasi mengenai rincian pesanan bahan baku dan
jumlah tagihan yang harus dibayar Bogor Kardus. IV. KESIMPULAN
Antara vendor dengan pabrik. Bahan baku yang dipesan Dalam menjalankan proses bisnisnya, Bogor Kardus
selanjutnya dikirim oleh vendor ke pabrik Bogor Kardus. melibatkan pekerja yang terdiri dari administrator,
Pada kegiatan ini, terjadi aliran informasi yang mengalir supporting, kepala produksi pabrik, ketua tim pabrik,
dari vendor kepada operator logistik di pabrik yang operator logistik, dan helper.
berkaitan dengan informasi pengiriman bahan baku, seperti Konsumen akhir dapat memperoleh produk Bogor
detail waktu dan tempat penerimaan bahan baku. Kardus dengan dua cara, yaitu produk ready stock dan
Sedangkan aliran informasi dari operator logistik ke vendor custom-made. Terdapat dua sistem produksi yang
akan berhubungan dengan jumlah bahan baku yang sesuai digunakan Bogor Kardus, yaitu make-to-stock dan make-
standar dan akan dibayar oleh Bogor Kardus. to-order. Konsep manufaktur yang digunakan dalam
Antara kepala produksi pabrik dengan admin Bogor pemenuhan pesanan adalah konsep proses manufaktur just-
Kardus. Aliran informasi mengalir dari kepala produksi in-time (JIT). Pembelian produk Bogor Kardus dapat
pabrik kepada admin di toko berurusan mengenai jumlah dilakukan secara online melalui berbagai platform yang
persediaan bahan baku di pabrik, konfirmasi pesanan tersedia, seperti website e-commerce, marketplace, dan
konsumen, informasi pemesanan bahan dari vendor, status sosial media, maupun secara offline.
DAFTAR PUSTAKA
[1] M. A. Miradji, “Analisis Supply Chain Management pada PT.
Monier di Sidoarjo,” Balanc. Econ. Business, Manag. Account. J.,
vol. X, no. 19, 2014, doi:
http://dx.doi.org/10.30651/blc.v11i02.629.
[2] A. C. Thoo, Z. Sulaiman, S. L. Choi, and U. H. A. Kohar,
“Understanding Supply Chain Management Practices for Small and
Medium-Sized Enterprises,” IOP Conf. Ser. Mater. Sci. Eng., vol.
215, no. 1, 2017, doi: 10.1088/1757-899X/215/1/012014.
[3] A. Prasetya, D. Retnoningsih, and D. Koestiono, “Kinerja
Manajemen Rantai Pasok (Supply Chain Management) Keripik
Kentang di Industri Kecil Kota Batu,” Habitat, vol. 30, no. 2, pp.
44–53, 2019, doi: 10.21776/ub.habitat.2019.030.2.6.
[4] C. S. Anis, A. E. Loho, and G. A. J. Rumagit, “Analisis Pengelolaan
Rantai Pasok Tepung Kelapa Pada Pt. XYZ Di Sulawesi Utara,”
Agri-Sosioekonomi, vol. 13, no. 1, p. 81, 2017, doi:
10.35791/agrsosek.13.1.2017.14922.
[5] N. Jashnsadeh and S. J. I. Fard, “Analysis of the Relationship of
Supply Chain Management with Competitive Advantage and
Financial Performance of Companies (Case Study: The
Manufacturing and Industrial Companies of Hormozgan Province),”
Int. Bus. Manag., vol. 10, no. 8, pp. 1467–1473, 2016, doi:
http://dx.doi.org/10.36478/ibm.2016.1467.1473.
[6] R. Suharto and Devie, “Analisa Pengaruh Supply Chain
Management terhadap Keunggulan Bersaing dan Kinerja
Perusahaan,” Bus. Account. Rev., vol. 1, no. 2, pp. 161–171, 2013,
[Online]. Available: http://eprints2.binus.ac.id/id/eprint/24110.
[7] W. Koech, R. Ronoh, W. Mutai, and Kitainge, “Componen of
Supply Chain Management in The manufacturing Sector,” Int. J.
Sci. Res., vol. 1, no. 4, pp. 61–64, 2014, doi:
10.21275/ART20162219.
[8] P. Kaminsky and O. Kaya, “Combined make-to-order/make-to-
stock supply chains,” IIE Trans. (Institute Ind. Eng., vol. 41, no. 2,
pp. 103–119, 2009, doi: 10.1080/07408170801975065.
[9] T. Athaillah and Y. Nugroho, “Analisis Rantai Pasok (Supply
Chain) Garam Rakyat Di Kabupaten Pidie, Aceh,” J. Agrica, vol.
12, no. 2, p. 77, 2019, doi: 10.31289/agrica.v12i2.2830.
[10] E. R. Huddiniah and E. R. Mahendrawathi, “Product variety, supply
chain complexity and the needs for information technology: A
framework based on literature review,” Oper. Supply Chain
Manag., vol. 12, no. 4, pp. 245–255, 2019, doi:
10.31387/oscm0390247.
[11] F. L. Leng and S. Zailani, “Effects of Information, Material and
Financial Flows on Supply Chain Performance: A Study of
Manufacturing Companies in Malaysia,” Int. J. Manag., vol. 29, no.
1, p. 293, 2012.
[12] A. Geha, N. P. Nursiani, and P. Y. Amtiran, “Analisis Aliran
Barang, Aliran Uang dan Aliran Informasi pada Usaha Kecil
Emping Jagung Sima Indah Kelurahan Sikumana,” Glory J. Ekon.
Ilmu Sos., vol. 2, no. 2, pp. 119–133, 2021.
[13] M. Isnia, Y. Hariyati, and A. Kusmiati, “Analisis Manajemen
Rantai Pasok (Supply Chain Management) Susu Sapi Perah Pada
Koperasi Peternak Galur Murni Di Kecamatan Sumberbaru
Kabupaten Jember,” JSEP (Journal Soc. Agric. Econ., vol. 10, no.
1, p. 65, 2017, doi: 10.19184/jsep.v10i1.4895.
[14] D. A. Adeitan, C. Aigbavboa, and O. S. Bamisaye, “Influence of
information flow on logistics management in the industry 4.0 Era,”
Int. J. Supply Oper. Manag., vol. 8, no. 1, pp. 29–38, 2021, doi: