Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM KARAKTERISASI MATERI

PERCOBAAN 1
SPEKTRA ULTRAVIOLET UNTUK SENYAWA ORGANIK DAN ANORGANIK

Disusun oleh :
Briel Batis Tuta 191444039
Kelompok 4/B

Dosen Pengampu:
Lucia Wiwid Wijayanti, M.Si.

Student Staff:
1. Royce Nafelino Swanoto
2. Via Anggarani

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA, YOGYAKARTA
SEMESTER GENAP 2021/2022
PERCOBAAN 1
SPEKTRA ULTRAVIOLET UNTUK SENYAWA ORGANIK DAN ANORGANIK
A. Judul Praktikum
Spektra Ultraviolet untuk Senyawa Organik dan Anorganik
B. Hari dan Tanggal Praktikum
Rabu, 30 Maret 2022
C. Tujuan Praktikum
1. Berlatih membaca spektra senyawa organik dan anorganik.
2. Menentukan panjang gelombang maksimum pada beberapa garam anorganik dan
senyawa kompleks.
3. Menentukan jenis transisi elektron yang terjadi pada beberapa garam anorganik dan
senyawa kompleks.
4. Mengetahui serapan spektra UV-Tampak pada beberapa garam anorganik dan
senyawa kompleks.
D. Landasan Teori
Spektrofotometri adalah metode analisis bahan kimia untuk menentukan
komposisi suatu sampel secara kualitatif dan kuantitatif dengan menggunakan materi
berupa cahaya (Hasibuan, 2015). Peralatan dari spektrofotometri adalah
spektrofotometer. Salah satu contoh instrumen spektrofotometer adalah
spektrofotometer UV-Vis yang diterapkan dalam analisis untuk mendeteksi senyawa
berdasarkan adsorbansi foton (Irawan, 2019). Prinsip kerja dari spektrofotometri
berdasarkan penyerapan cahaya atau energi radiasi oleh suatu larutan. Jumlah
penyerapan cahaya merupakan pengukuran secara kuantitatif dari suatu senyawa
(Triyati, 1985).
Spektrum UV-Vis digambarkan dalam bentuk dua dimensi, dengan absis
merupakan panjang gelombang dan ordinat merupakan adsorban (serapan). Spektrum
UV-Vis berbentuk pita lebar, pita melebar dari spektrum UV-Vis disebabkan karena
energi absorbai selain menyebabkan transisi elektronik terjadi pula transisi rotasi
elektron dan vibrasi elektron pada ikatan dalam molekul (Suharti, 2017).
Kromofor mungkin saja terdapat dan terjadi pada beberapa transisi elektron.
Terdapat 4 transisi yang terjadi pada tingkat energi dalam suatu molekul, di antaranya
1
adalah transisi sigma-sigma star (σ → σ *), transisi n-sigma star (n → σ *) yang
elektron tidak berpasangannya terlibat, dan phi-phi star ( π → π *) yang elektron phi-
nya terlibat (Gandjar & Rohman, 2018).
E. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Gelas kimia
b. Labu takar
c. Pipet tetes
d. Tabung reaksi
e. Rak tabung reaksi
f. Kuvet
g. Spektrofotometer UV-Tampak
2. Bahan
a. Urea
b. Asam sitrat
c. Naftalena
d. Akuades
e. Etanol
f. Larutan natrium nitrat
g. Larutan natrium sulfat
h. Larutan kalium sulfat
i. Larutan kalium sianida
j. Nikel (II) sulfat
F. Prosedur Kerja
1. Spektra Ultraviolet Senyawa Organik
Bagian 1. Persiapan Sampel
Larutan sampel senyawa organik yakni urena-akuades; urea etanol; dan
asam sitrat-akuades disiapkan. Sampel dilarutkan dengan pelarut yang sesuai.
Sebanyak 0,1 mL sampel dilarutkan ke dalam 10 mL pelarut.

2
Bagian 2. Penggunaan Spektrofotometri UV-Vis
Kemudian, komputer dinyalakan dan tombol ON pada instrumen
spektrofotomerti UV-Vis bagian kanan bawah ditekan, lalu ditunggu beberapa saat
hingga proses inisialisasi selesai. Setelah beberapa saat, pada layar
spektrofotometri UV-Vis akan muncul tampilan login, kemudian tombol enter
ditekan. Selanjutnya, tombol F4 ditekan untuk mengubah input menjadi PC
control. Setelah instrumen sudah siap, aplikasi UV-Probe pada komputer dibuka.
Perintah connect dipilih untuk menghubungkan instrumen dengan komputer.
Kemudian, ikon spectrum dan method dipilih dan panjang gelombang diatur
dengan jarak 800 – 200 nm. Kecepatan scan dipilih sesuai yang dikehendaki. Pada
bagian auto sampling interval dicentang dan atur scan mode sesuai yang
dikehendaki. Setelah itu, larutan blanko dimasukkan ke dalam kompartemen.
Ketika larutan blanko di dalam kompartemen sudah siap, perintah auto zero dan
baseline dipilih, lalu ditunggu hingga proses selesai. Ketika proses kalibrasi sudah
selesai, larutan blanko dapat dikeluarkan dari kompartemen.
Bagian 3. Pengujian Larutan Sampel Organik
Panjang gelombang maksimum dan absorbansi dari masing-masing sampel
diukur menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Larutan yang akan diuji
dimasukkan ke dalam kuvet kurang lebih sebanyak 3/4 bagian dari kuvet. Kuvet
yang sudah diisi, pada bagian terangnya dibersihkan menggunakan tisu. Kuvet
yang sudah bersih dimasukkan ke dalam kompartemen sesuai larutan blanko yang
akan diuji. Setelah larutan sampel telah siap diuji, tombol start dipilih untuk
memulai proses pembacaan spektra. Kemudian folder penyimpanan dipilih dan file
diberi nama senyawa yang dianalisis. Setelah pembacaan spektra selesai, dipilih
ikon peak pick untuk melihat absorbansi dan panjang gelombang maksimum. File
disimpan dalam pdf, dipilih menu file dan print , lalu dipilih folder penyimpanan
dan file diberi nama senyawa yang dianalisis. Spektra yang dihasilkan diamati.
Kemudian, jumlah puncak yang terbentuk dihitung dan jenis transisi elektron yang
terjadi diperkirakan. Data yang telah diamati dicatat dalam data pengamatan.
Prosedur dilakukan juga untuk pembacaan spektra sampel senyawa organik
lainnya. Dipastikan selalu memilih perintah auto zero larutan blanko pada setiap
3
pergantian senyawa berbeda dan perintah base line dipilih pada setiap pergantian
larutan blanko yang berbeda.
2. Spektra Ultraviolet Senyawa Anorganik pada Larutan Berair
Bagian 1. Spektra Absorpsi Ultraviolet Larutan Garam Anorganik
Larutan sampel senyawa anorganik yaitu 0,1 M larutan natrium nitrat; 0,1 M
larutan natrium sulfat, 0,1 M larutan kalium nitrat; dan 0,5 M larutan kalium
sianida disiapkan. Larutan sampel yang akan diuji dimasukkan ke dalam kuvet
kurang lebih sebanyak ¾ bagian kuvet. Kuvet yang sudah diisi sampel, dibersihkan
menggunakan tisu. Setelah larutan sampel telah siap diuji, tombol start dipilih
untuk memulai proses pembacaan spektra. Panjang gelombang maksimum dan
absorbansi dari sampel diukur. Kemudian folder penyimpanan dipilih dan file
diberi nama senyawa yang dianalisis. Setelah pembacaan spektra selesai, dipilih
ikon peak pick untuk melihat absorbansi dan panjang gelombang maksimum. File
disimpan dalam pdf, dipilih menu file dan print, lalu dipilih folder penyimpanan
dan file diberi nama senyawa yang dianalisis. Spektra yang dihasilkan diamati dan
dicatat. Prosedur dilakukan juga untuk pembacaan spektra sampel senyawa
anorganik lainnya. Dipastikan selalu memilih perintah auto zero larutan blanko
pada setiap pergantian senyawa berbeda dan perintah base line dipilih pada setiap
pergantian larutan blanko yang berbeda.
Bagian 2. Karakterisasi Spektra Senyawa Kompleks
Larutan sampel nikel (II) sulfat dan tembaga (II) dengan konsentrasi 0,1 M
disiapkan. Kedua senyawa tersebut dicampurkan sehingga terbentuk senyawa
kompleks dengan 5 mL larutan KCN 0,5 M. Kemudian, panjang gelombang
maksimum dan absorbansi dari sampel diukur menggunakan spektrofotometer UV-
Vis. Pengujian sampel senyawa kompleks dilakukan dengan cara larutan sampel
dimasukkan ke dalam kuvet sebanyak ¾ dari bagian kuvet. Kuvet yang sudah diisi
sampel, dibersihkan menggunakan tisu. Setelah larutan sampel telah siap diuji,
tombol start dipilih untuk memulai proses pembacaan spektra. Panjang gelombang
maksimum dan absorbansi dari sampel diukur. Kemudian folder penyimpanan
dipilih dan file diberi nama senyawa yang dianalisis. Setelah pembacaan spektra
selesai, dipilih ikon peak pick untuk melihat absorbansi dan panjang gelombang
4
maksimum. File disimpan dalam pdf, dipilih menu file dan print, lalu dipilih folder
penyimpanan dan file diberi nama senyawa yang dianalisis. Spektra yang
dihasilkan diamati dan dicatat. Kemudian, absoptivitas molar dari larutan dihitung.
Prosedur dilakukan juga untuk pembacaan spektra sampel senyawa anorganik
lainnya. Dipastikan selalu memilih perintah auto zero larutan blanko pada setiap
pergantian senyawa berbeda dan perintah base line dipilih pada setiap pergantian
larutan blanko yang berbeda.
Bagian 3. Perbandingan Spektra
Data pengamatan dari hasil spektra yang didapatkan, spektra yang
dihasilkan antara Bagian I dan Bagian II dibandingkan. Pergeseran yang terjadi
dicatat dan ditentukan termasuk pergeseran batokromik atau hiposkromik.
G. Data Pengamatan
1. Spektra Ultraviolet Senyawa Organik
Larutan Sampel 1 (Urea-Akuades)
Kromofor Senyawa Transisi λmaks (nm) Amaks Pelarut
Karbonil Urea n → π* 361,60 3,103 Akuades

Larutan Sampel 2 (Urea-Etanol)


Kromofor Senyawa Transisi λmaks (nm) Amaks Pelarut
Karbonil Urea n → π* 282,6 -0,015 Etanol

Larutan Sampel 3 (Asam Sitrat-Akuades)


Kromofor Senyawa Transisi λmaks (nm) Amaks Pelarut
Karboksil Asam Sitrat n → π* 283,00 0,061 Akuades

5
Larutan Sampel 4 (Naftalena-Etanol)
Kromofor Senyawa Transisi λmaks (nm) Amaks Pelarut
Aromatis Naftalena π → π* 320,00 3,181 Etanol

2. Spektra Ultraviolet Senyawa Anorganik pada Larutan Berair


Bagian 1. Spektra Absorpsi Ultraviolet Larutan Garam Anorganik
No Larutan λmaks (nm) Amaks ε (Liter mol-1 cm-1)
1 Natrium nitrat 314,80 3,962 39,62
2 Natrium sulfat 296,00 0,077 0,77
3 Kalium nitrat 314,60 3,968 39,68
4 Kalium sianida 284,40 0,077 0,77

Bagian 2. Karakterisasi Spektra Senyawa Kompleks


Mediu Senyawa ε (Liter mol-
No Ion Logam λmaks (nm) Amaks
m Kompleks 1
cm-1)
1 Nikel (II) 0,5 M
K2[Ni(CN)4] 712,00 0,650 6,50
KCN
2 Tembaga (II) 0,5 M
K2[Cu(CN)4] 513,00 -1,849 -18,49
KCN

Bagian 3. Perbandingan Spektra


No Ion Logam λmaks (nm) Amaks Pergeseran λ

6
I II I II
1 Nikel (II) 284,40 712,00 0,077 0,650 Hipsokromik
2 Tembaga (II) 284,40 513,00 0,077 -1,849 Batokromik
H. Pembahasan
Spektrofotometri adalah metode analisis bahan kimia untuk menentukan
komposisi suatu sampel secara kualitatif dan kuantitatif dengan menggunakan materi
berupa cahaya (Hasibuan, 2015). Peralatan dari spektrofotometri adalah
spektrofotometer. Salah satu contoh instrumen spektrofotometer adalah
spektrofotometer UV-Vis yang diterapkan dalam analisis untuk mendeteksi senyawa
berdasarkan adsorbansi foton (Irawan, 2019). Praktikum kali ini merupakan praktikum
yang menganalisis panjang spektra dari suatu senyawa dan dibagi menjadi dua bagian,
di antaranya adalah sebagai berikut.
1. Spektra Ultraviolet Senyawa Organik
Spektorfotometri UV/Vis dapar digunakan untuk menentukan struktur dari
suatu senyawa organik dengan menggunakan sinar ultraviolet dan tampak. Panjang
gelombangnya berkisar pada 200 – 800 nm dengan radiasi UV berkisar pada 200 –
400 nm dan untuk sinar tampak 400 – 800 nm (Gandjar & Rohman, 2018).
Untuk percobaan yang pertama ini yang dilakukan adalah melakukan pengujian
larutan sampel senyawa organik berupa urea yang dilarutkan dalam akuades, urea
dilarutkan dengan etanl, asam sitrat dilarutkan dengan akuades, dan naftalena
dilarutkan dalam etanol. Persyaratan pelarut yang digunakan dalam sampel yaitu
pelarutan harus dilakukan secara sempurna, pelarut yang digunakan tidak
mengandung ikatan rangkap terkonjugasi, tidak berwarna, tidak ada interaksi
dengan molekul senyawa yang dianalisis, dan memiliki kemurnian tinggi (Suharti,
2017).
Setelah sampel disiapkan, masing-masing sampel diuji menggunakan instrumen
spektrofotometer UV-Vis. Pada data serapan yang dihasilkan oleh spektrofotometri
UV-Vis adalah dalam bentuk transmitansi atau absorbansi yang dapat dibaca oleh
spektrofotometer sebagai spektrum UV-Vis. Elektron akan mengalami eksitasi
akan dicatat dalam bentuk spektrum yang dinyatakan sebagai panjang gelombang

7
dan absorbansi dan sesuai dengan jenis elektron yang terdapat dalam molekul yang
dianalisis. Bila semakin mudah elektron tereksitasi maka semakin panjang
gelombang yang diserap, dan ketika semakin banyak elektron yang tereksitasi
maka semakin tinggi nilai absorbansinya (Pratiwi & Nandiyanto, 2022).
Ketika suatu atom menyerap cahaya/radiasi, energi akan menyebabkan elektron
tereksitasi pada kulit terluar ke tingkat energi yang lebih tinggi. Tipe dari eksitasinya
juga tergantung pada kulit terluar dari panjang gelombang cahaya yang akan diserap.
Kromofor mungkin saja terdapat dan terjadi pada beberapa transisi elektron. Terdapat
4 transisi yang terjadi pada tingkat energi dalam suatu molekul, di antaranya adalah
transisi sigma-sigma star (σ → σ *), transisi n-sigma star (n → σ *) yang elektron tidak
berpasangannya terlibat, dan phi-phi star ( π → π *) yang elektron phi-nya terlibat
(Gandjar & Rohman, 2018).
Untuk sampel yang pertama adalah urea yang dilarutkan dalam akuades.
Umumnya sampel yang digunakan dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis
harus jernih. Sampel yang digunakan juga tentunya mengandung gugus kromofor yang
merupakan gugus molekul yang dapat mengabsopsi cahaya. Contoh ikatan C rangkap,
C = O, N rangkap dan sebagainya (Triyati, 1985). Struktur dari urea mengandung
kromofor yaitu struktur karbonil yang dapat mengabsorpsi cahaya. Pada sampel ini
transisi elektronnya adalah n → π *. Serta panjang gelombang maksimumnya adalah
222,0 nm dengan absorbansi maksimumnya adalah 3,103. Untuk sampel kedua adalah
urea dengan pelarut etanol. Kromofor dari senyawa ini adalah n → π *, panjang
gelombang maksimumnya adalah 282,6 nm dan absorbansi maksimalnya adalah -
0,015. Kemudian pada sampel ketiga adalah asam sitrat yang dilarutkan pada akuades.
Kromofornya berupa gugus karboksil dengan transisi elektronnya adalah n → π *.
Panjang gelombang maksimumnya adalah 283,00 nm dengan absorbansi maksimum
0,061. Dan untuk sampel yang keempat adalah naftalena yang dilarutkan pada etanol.
Transisi elektronnya adalah π → π * dan kromofornya adalah gugus senyawa aromatis.
Panjang gelombang maksimumnya adalah 283,00 nm dan absorbansi maksimalnya
adalah 0,061.

8
Gambar 1 Tipe Transisi Elektron
(Suharti, 2017).
Kemudian berikut ini adalah gambar spektra masing-masing sampel.

Gambar 2. Spektra Sampel Urea-Akuades

9
Gambar 3. Spektra Sampel Urea-Etanol

Gambar 4. Sektra Sampel Asam Sitrat-Akuades

10
Gambar 5. Spektra Sampel Naftalena-Etanol
2. Spektra Ultraviolet Senyawa Anorganik
Percobaan selanjutnya adalah mengukur spektra UV senyawa anorganik pada
larutan berair. Pada percobaan ini dibagai menjadi tiga bagian, di antaranya adalah
sebagai berikut.
Bagian 1. Spektra Absorpsi Ultraviolet Larutan garam Anorganik
Pada bagian ini sampel yang digunakan adalah NaNO3, NaSO4, KNO3, dan
KCN. Masing-masing larutan yang akan diuji dimasukkan ke dalam kuvet. Kuvet
yang berisi sampel dimasukkan ke dalam spektrofotometer UV-Vis dan dilakukan
analisis spektrumnya. Prinsip kerja dari spektrofotometer UV-Vis berdasarkan
interaksi cahaya atom dan molekul dengan radiasi elektromagnetik sesuai dengan
energinya. Panjang gelombang maksimum memiliki kepekaan yang maksimal
sehingga perubahan absorbansi untuk setiap satuan konsentrasi merupakan yang
paling besar (Gandjar & Rohman, 2018).
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, diperoleh panjang gelombang
dan absorbansi maksimum pada masing-masing larutan yaitu pada larutan natrium
nitrat λmaks =314,80 nm dengan Amaks = 3,962; larutan natrium sulfat λmaks = 269,00
nm dengan Amaks = 0,077; larutan kalium nitrat λ maks = 314,60 nm dengan Amaks =
3,968; dan larutan kalium sianida λmaks = 284,40 nm dengan Amaks = 0,077.
Spektrumnya adalah sebagai berikut.

11
Gambar 6. Sampel NaNO3

Gambar 7. Sampel NaSO4

12
Gambar 8. Sampel KNO3

Gambar 9. Sampel KCN


Nilai absorptivitas atau nilai ekstinsi molar (ε) dapat dihitung
berdasarkan spektrum UV-Vis menggunakan persamaan Lambert-Beer, nilai ε
penting dalam penentuan struktur, karena terkait dengan transisi elektron yang
dibolehkan atau transisi elektron terlarang. Dari nilai ini akan dapat
diperkirakan kromofor dari senyawa yang dianalisis. Dengan menggunakan
persamaan

13
Lambert-Beer, dapat dihitung berapa konsentrasi suatu senyawa dalam
suatu pelarut:
A=ε.b.C
Keterangan:
A = absorban (serapan)
ε = koefisien ekstingsi molar (M-1 cm-1)
b = tebal kuvet (cm)
C = konsentrasi (M)
(Dachriyanus, 2004).
Koefisien ekstingsi molar dari masing-masing senyawa adalah larutan
natrium nitrat 39,62 Liter mol-1 cm-1 ; larutan natrium sulfat 0,77 Liter mol-1 cm-1;
larutan kalium nitrat 39,68 Liter mol-1 cm-1; dan larutan kalium sianida 0,77 Liter
mol-1 cm-1.
Bagian 2. Karakterisasi Spektra Senyawa Kompleks
Percobaan selanjutnya adalah menganalisis karakterisasi spektra senyawa
kompleks. Pada senyawa kompleks yang memiliki absorbansi logam golongan
transisi bertanggung jawab pada elektron di 3d dan 4d. Pada saat elektron-elektron
mengalami transisi, serapan akan terjadi pada orbital d yang terisi dan orbital d
yang tidak terisi dengan energi yang tergantung pada ligan-ligan yang terikat pada
ion logam. Nilai serapan maksimum dan energi yang ada pada orbital d
dipengaruhi unsur dalam tabel periodik, keadaan oksidasi, serta sifat ligan yang
terikat pada unsur logam (Gandjar & Rohman, 2018).
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan pada senyawa kompleks
K2[Ni(CN)4] spektra yang didapatkan yaitu λmaks = 712,00 nm dengan Amaks = 0,650
dengan absorptivitas molar = 6,50 L.mol-1.cm-1. Pada senyawa kompleks
K2[Cu(CN)4] spektra yang didapatkan yaitu λmaks = 513,00 nm dengan Amaks = -
1,849 dengan absorptivitas molar = -18,49 L.mol-1.cm-1 dengan spektrum sebagai
berikut.

14
Gambar 10. Sampel Nikel (II)

Gambar 11. Sampel Tembaga (II)


Bagian 3. Perbandingan Spektra
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dari prosedur I dan prosedur II dapat
disimpulkan bahwa pada spektra nikel (II) terjadi pergeseran hipsokromik dan pada
spektra tembaga (II) terjadi pergeseran batokromik. Pergeseran yang terjadi akibat
adanya gugus fungsi atau subtitusi dari pelarut (anion) yang mempengaruhi
penyerapan cahaya. Pada nikel (II) λmaks adalah 712,00 nm dengan Amaks adalah
0,650 bila dibandingkan dengan pelarutnya KCN λmaks adalah 284,40 nm lebih kecil
dengan Amaks adalah 0,077 lebih kecil senyawa kompleknya. Sedangkan pada
15
tembaga (II) λmaks adalah 513,80 nm dengan Amaks = -1,894 bila dibandingkan
dengan pelarutnya KCN λmaks adalah 284,40 nm lebih kecil dengan Amaks adalah
0,032 lebih besar.
I. Pertanyaan Pascapraktek
1. Jelaskan mengapa dapat terjadi pergeseran batokromik dan hipsokromik dalam
suatu spektra!
Jawab:
Pergeseran batokromik terjadi karena ada substitusi dari efek pelarut yang
membuat absorban bergeser ke daerah panjang gelombang yang lebih panjang.
Kemudian untuk pergeseran hipsokromik terjadi karena adanya pergeseran absorban
ke daerah panjang gelombang yang lebih pendek karena substitusi dari efek pelarut
(Dachriyanus, 2004).
2. Jelaskan mengenai interferensi anoin pada spektra yang dihasilkan!
Jawab:
Inteferensi anion adalah bahan pengganggu yang berada ketika analisis spektra
absopsi terjadi dan menyebabkan keadaan saling tumpang tindih (overlap). Gangguan
ini disebabkan karena pemisahan zat yang terbaca pada cahaya ganda dan
menimbulkan gelombang baru dari 2 gelombang yang koheren.
J. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum kali ini, dapat disimpulkan bahwa spektra pada
senyawa organik dan anorganik dapat diketahui dengan menggunakan spektrofotometri
UV-Vis. Spektra dapat dilihat dari eksitasi elektron yang terlibat antar ikatan atom
membentuk suatu molekul dan elektron-elektron dalam orbital tidak tumpang tindih.
Dan juga adanya penyerapan cahaya pada ion-ion dan logam-logam karena
perpindahan muatan. Panjang gelombang maksimum pada setiap senyawa anorganik
dan senyawa kompleks berbeda-beda karena perbedaan dari gugus fungsi setiap
senyawanya. Pada beberapa garam anorganik, transisi yang terjadi adalah n-phi star (n
→ π *). Di antaranya ada urea-akuades, urea-etanol, dan asam sitrat-akuades.
Sedangkan garam naftalena-etanol adalah phi-phi star ( π → π *). Dan serapan spektra
UV-Vis pada senyawa kompleks dari larutan nikel (II) sulfat mengalami pergeseran
hipsokromik, sedangkan larutan tembaga (II) sulfat adalah pergeseran batokromik.
16
K. Daftar Pustaka

Dachriyanus. (2004). Spektroskopi. Padang: Lembaga Pengembangan Teknologi Informasi


dan Komunikasi (LPTIK) Universitas Andalas.
Gandjar, I. G., & Rohman, A. (2018). Spektroskopi Molekuler untuk Analisis Farmasi (1st
ed.). Yogyakarta: Gadjah Mada University.
Hasibuan, E. (2015). Pengenalan Spektrofotometri pada Mahasiswa yang Melakukan
Penelitian di Laboratorium Terpadu Fakultas Kedokteran USU. Karya Tulis Ilmiah.
Irawan, A. (2019). Kalibrasi Spekrofotometer sebagai Penjaminan Mutu Hasil Pengukuran
dalam Kegiatan Penelitian dan Pengujian. Indonesia Journal of Laboratory.
IUPAC. (2014). Nomenclature of Organic Chemistry. IUPAC Recommendations and
Preferred Names. Royal Society of Chemistry.
Pratiwi, R. A., & Nandiyanto, A. B. (2022). How to Read and Interpret UV-VIS
Spectrophotometric Results in Determining the Structure of Chemical Compounds.
Indonesian Journal of Educational Research and Technology 2(1), 1-20.
Suharti, T. (2017). Dasar-dasar Spektrofotometri UV-Vis dan Spektrofotometri Massa untuk
Penentuan Strukur Senyawa Organik. Bandar Lampung: AURA CV. Anugrah Utama
Raharja.
Triyati, E. (1985). Spektrofotometer Ultra-Violet dan Sinar Tampak Serta Aplikasinya dalam
Oseanologi. Oseana, Volume X, Nomor 1.

17
L. Lampiran
1. Perhitungan Absorpvitas Molar Larutan Garam Anorganik
a. Natrium nitrat
A
ε=
l× c
3,962
ε=
1cm ×0,1 mol /L
= 39,62 L. mol-1.cm-1
b. Natrium sulfat
A
ε=
l× c
0 , 077
ε=
1cm ×0,1 mol /L
= 0,77 L. mol-1.cm-1
c. Kalium nitrat
A
ε=
l× c
3,968
ε=
1cm ×0,1 mol /L
= 39,68 L. mol-1.cm-1
d. Kalium sianida
A
ε=
l× c
0 , 077
ε=
1cm ×0,1 mol /L
= 0,77 L. mol-1.cm-1

2. Perhitungan Absopvitas Molar Senyawa Kompleks


a. Nikel (II) Sulfat

18
A
ε=
l× c
0 ,650
ε=
1cm ×0,1 mol /L
= 6,50 L. mol-1.cm-1
b. Tembaga (II) Sulfat
A
ε=
l× c
−1,849
ε=
1cm ×0,1 mol /L
= -18,49 L. mol-1.cm-1

19

Anda mungkin juga menyukai