Anda di halaman 1dari 5

Peristiwa Rengasdengklok

Dwi Septiani Putri


SMK Negeri 2 Kota Jambi
dwiseptiniputri@gmail.com
Abstrak: Abstrak mencerminkan gambaran umum dari penelitian atau isi artikel.
Abstrak memuat: masalah dan tujuan penelitian, metode penelitian, hasil penelitian,
memaparkan simpulan dan implikasi penelitian, serta munculkan keterbatasan
penelitian. Abstrak dibuat dalam bentuk 1 paragraf, ditulis dalam bahasa Inggris dan
bahasa Indonesia, huruf Cambria 11 pt, jumlah 150-250 kata, dengan Jarak antar baris 1
spasi.
Kata kunci: Gambaran menarik, dan memuat variabel penelitian, dibuat 3-5 kata
Pendahuluan
Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 merupakan
puncak perjuangan bangsa Indonesia untuk mencapai kemerdekaanya. Dengan Proklamasi berarti
bangsa Indonesia telah mendapatkan kebebasan untuk menentukan nasibnya sendiri sebagai
bangsa yang bebas, berdaulat, merdeka dan tidak ditindas oleh bangsa lain, serta memiliki
kedudukan yang sederajat dengan bangsa lain. Dalam proses memproklamasikan kemerdekaan
Indonesia terdapat sebuah peristiwa yang cukup penting dan terkenal di kalangan masyarakat
Indonesia, yakni “Peristiwa Rengasdengklok”.

Peristiwa Rengasdengklok merupakan sebuah peristiwa penculikan terhadap tokoh


Soekarno dan Mohammad Hatta yang dilakukan oleh para golongan muda untuk dibawa ke
Rengasdengklok pada tanggal 16 Agustus 1945. Peristiwa ini terjadi karena adanya perbedaan
pendapat antara golongan tua dan golongan muda mengenai kapan pelaksanaan proklamasi
kemerdekaan (Fajri, 2022, 8 Februari 2022)

Kegigihan para golongan muda untuk memaksa golongan tua agar sesegera mungkin
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, membuat mereka melakukan penculikan terhadap
Soekarno dan Mohammad Hatta lalu membawanya ke sebuah tempat terpencil yang terletak di
Provinsi Jawa Barat, lebih tepatnya di Kecamatan Rengasdengklok, Kabupaten Karawang. Hal ini
mereka lakukan dengan tujuan untuk menghindari kedua tokoh tersebut dari pengaruh Jepang,
yang kabarnya menderita kekalahan dari bangsa sekutu.

Meskipun peristiwa ini cukup terkenal di kalangan masyarakat Indonesia, namun beberapa
dari mereka hanya mengetahui sekilas saja tanpa mengetahui kronologi peristiwa yang sebenarnya.
Maka dari itu melalui Artikel ini, penulis akan membahas dan mengajak pembaca untuk
mengetahui lebih dalam lagi mengenai kronologi peristiwa Rengasdengklok ini terjadi, dan faktor –
faktor apa saja yang mempengaruhi terjadinya peristiwa Rengasdengklok ini, dan juga siapa
sajakah tokoh – tokoh yang terlibat dalam peristiwa ini.

Metode
Metode yang saya gunakan dalam Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini adalah Metode Deskriptif.
“Metode deskriptif adalah salah satu metode penelitian yang memfokuskan pada sebuah masalah
atau peristiwa–peristiwa aktual apa adanya pada saat penelitian” (Salim, 2019:20). Melalui metode
penelitian ini, penulis berusaha mendeskripsikan bagaimana kronologi peristiwa dan kejadian itu
terjadi tanpa harus memberikan perlakuan kusus terhadap peristiwa tersebut. Dan cara saya
mendapatkan berbagai sumber-sumber informasi mengenai topik ini adalah dengan mencari dan
membaca di beberapa buku, artikel, dan situs web. Contohnya seperti salah satu buku yang saya
baca adalah buku yang berjudul “Sejarah Indonesia Kontemporer” yang ditulis oleh Puspita Pebri
Setiani (2017:82). Contoh lainnya adalah membaca salah satu artikel di suara.jogja.id mengenai
kronologi peristiwa Rengasdengklok yang ditulis oleh Pebriansyah Ariefana 9 Desember 2021. Dan
saya juga mendapatkan informasi dengan membaca situs web di internet salah satunya adalah di
detik.com yang ditulis oleh Novia Aisyah 14 Agustus 2021 tentang latar belakang, kronologi, dan
tokoh-tokoh dibalik peristiwa Rengasdengklok.

Hasil Dan Pembahasan


1. Kronologi Terjadinya Peristiwa Rengasdengklok
Desas-desus bahwa Jepang sudah atau akan menyerah terhadap Sekutu memicu aksi
beberapa organisasi bawah tanah yang sudah siap untuk bangkit melawan Jepang apabila Sekutu
mendarat di Indonesia. Pada 10 Agustus 1945, setelah mendengar siaran radio bahwa Jepang
menyerah tanpa syarat terhadap Sekutu, Soetan Sjahrir mendesak Mohammad Hatta agar bersama
Soekarno segera mempercepat proses proklamasikan kemerdekaan Indonesia. Sjahrir juga
meyakinkan Hatta bahwa ia akan didukung para pejuang bawah tanah serta banyak unit PETA.
Tindakan selanjutnya diambil oleh golongan muda yang terlebih dahulu mengadakan suatu
perundingan di salah satu ruangan Lembaga Bakteriologi di Pegangsaan Timur, Jakarta. Pada
tanggal 15 Agustus 1945, pukul 20.00 WIB. Yang dihadiri oleh Chairul Saleh, Djohar Nur,
Kusnandar, Subadio, Subianto, Margono, Wikrana dan Armansjah. Keputusan rapat yang di pimpin
oleh Chairul Saleh menunjukan tuntutan-tuntutan radikal golongan muda yang diantaranya
menegaskan bahwa kemerdekaan Indonesia adalah hak dan soal rakyat Indonesia sendiri, tak
dapat digantungkan pada orang dan kerajaan lain. Segala ikatan dan hubungan dengan janji
kemerdekaan dari Jepang harus diputuskan dan sebaiknya diharapkan diadakannya perundingan
dengan Soekarno dan Mohammad Hatta agar mereka turut menyatakan proklamasi.
Keputusan rapat tersebut disampaikan oleh Wikana dan Darwis pada saat yang sama yakni
pada pukul 22.00 WIB dirumah kediaman Ir. Soekarno, di Jalan Pegangsaan Timur (sekarang Jalan
Proklamasi) Nomor 56, Jakarta. Tuntutan Wikana agar proklamasi dinyatakan oleh Soekarno pada
keesokan harinya telah menegangkan suasana karena ia mengatakan bahwa akan terjadi
pertumpahan darah jika keinginan mereka tidak dilaksanakan.
Mendengarkan ancaman itu, Soekarno sangat marah dan menolak apa yang disampaikan
oleh Wikana dan Darwis kepadanya. Dengan alasan ia tidak dapat melepaskan tanggung jawabnya
sebagai ketua PPKI dan akan menanyakan hal tersebut kepada wakil-wakil PPKI keesokan harinya.
Suasana hangat itu disaksikan oleh golongan tua lainnya seperti Mohammad Hatta, dr. Buntaran, dr.
Samsi, Mr. Ahmad Subardjo dan Iwa Kusumasumantri. Disini tampak adanya perbedaan pendapat,
dimana golongan muda tetap mendesak agar besok tanggal 16 Agustus 1945 dinyatakan
proklamasi, sedangkan golongan tua masih menekankan perlunya diadakan rapat bersama PPKI
terlebih dahulu.
Walaupun demikian, Sjahrir yang percaya bahwa Soekarno bersedia untuk segera
memproklamasikan kemerdekaan melalui naskah deklarasi berisi kata-kata yang sangat anti
Jepang yang sudah disiapkan Sjahrir dan kawan-kawannya. Salinan naskah deklarasi kemerdekaan
anti-Jepang itu sudah dikirimkan ke seluruh pelosok Pulau Jawa untuk segera diterbitkan begitu
Soekarno memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Setelah segala persiapan dimulai, jelaslah
bahwa Soekarno dan Hatta tidak bersedia memproklamasikan kemerdekaan pada 15 Agustus.
Perbedaan pendapat itu telah membawa golongan muda kepada tindakan selanjutnya yakni
menculik Soekarno dan Mohammad Hatta ke Rengasdengklok. Tindakan ini berdasarkan keputusan
rapat terakhir yang diadakan pada pukul 24.00 WIB menjelang tanggal 16 Agustus 1945 di Asrama
Baperpi di Jalan Cikini Nomor 71, Jakarta. Mereka bersama Chairul Saleh telah bersepakat untuk
melaksanakan keputusan rapat tersebut, yaitu antara lain “menyingkirkan Soekarno dan
Mohammad Hatta ke luar kota”, dengan tujuan menjauhkan mereka dari segala pengaruh Jepang.
Demikianlah pada tanggal 16 Agustus 1945 pukul 04.00 WIB terjadi peristiwa penculikan terhadap
Soekarno dan Mohammad Hatta untuk dibawa keluar kota menuju Rengasdengklok.
Soekarno dan Mohammad Hatta yang disertai Ibu Fatmawati dan Guntur putra Soekarno
yang dikala itu masi bayi dibawah ke rumah warga keturunan Tionghoa bernama Jiauw Ki Song.
Disana para golongan muda berusaha meyakinkan dan mendesak Soekarno dan Mohammad Hatta
untuk segera melaksanakan proklamasi yang terlepas dari pengaruh Jepang.
Namun Jepang sudah mengetahui perihal penculikan Soekarno dan Mohammad Hatta
Kesimpulan
Bagian ini tidak mengulang dari yang sudah ada di bagian pembahasan. Kesimpulan harus
ditulis dengan kalimat jelas, singkat dan padat. Dibuat dalam bentuk paragraf (bukan pointers):
paragraf pertama membahas kesimpulan dan implikasi hasil penelitian, sedangkan paragraft kedua
membahas future research (keberlanjutan penelitian mendatang) dan keterbatasan penelitian.

Daftar Pustaka
Daftar pustaka disusun secara alfabet. Semua penulisan daftar pustaka (bibliography) dan
kutipan (citation) menggunakan style APA (American Psychological Association) 6th edition
Jurnal
Alamsyah, A. (2015). Eksistensi Dan Nilai-Nilai Kearifan Komunitas Samin Di Kudus Dan Pati.
Humanika, 21(1), 63. https://doi.org/10.14710/humanika.21.1.63-74
Huda, K., & Wibowo, A. M. (2018). Peran Perempuan Kapuk Dalam Perekonomian Suku Samin
Tapelan. Palastren Jurnal Studi Gender, 11(1), 107–124.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.21043/palastren.v11i1.2589

Buku
Milles, M. B., & Huberman, A. M. (2009). Analisis Data Kualitatif. Jakarta: Universitas Indonesia.
Munandar, A. (2013). Nasionalisme Dan Identitas Komunitas Perbatasan: Studi Kasus Pada
Komunitas Desa Sebunga-Sajingan Besar Kabupaten Sambas Kalimantan Barat. Depok: FISIP
Universitas Indonesia.

Website
Runesi, S. (2015). Identitas: Kultural, Transkultural, dan Multikultural. Retrieved August 5, 2017,
from kompasiana.com website:
https://www.kompasiana.com/sintusrunu/552873396ea8346e238b461f/identitas-kultural-
transkultural-dan-multikultural

Anda mungkin juga menyukai