Notulen Pertemuan Evaluasi Akreditasi
Notulen Pertemuan Evaluasi Akreditasi
PANEL I – TIM PENDAMPING DINKES KAB. SBD, NGADA, TTU, DAN FLOTIM
Q: 1. Kriteria apa yang dipergunakan oleh Dinas Kesehatan untuk menentukan Puskesmas mana
yang akan dijadikan ujicoba akreditasi Puskesmas?; 2. Tanggapan terkait perlunya mentor yang
selalu ada / standby di Puskesmas, sebenarnya tugas pendamping adalah untuk mendampingi
Puskesmas dalam mempersiapkan pelaksanaan akreditasi.; 3. Dalam penentuan Puskesmas,
hendaknya memperhitungkan komitmen dari Kepala Puskesmas dan staf dalam menjalankan
akreditasi. Dinkes Provinsi dan Dinkes Kab/Kota juga harus komitmen dalam menjalankan
akreditasi. (Dinkes Jatim).
Q: Upaya apa saja yang telah dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan untuk mempersiapkan
pelaksanaan akreditasi? (dr. Eko)
A: 1. Penentuan Puskesmas yang akan diakreditasi adalah berdasarkan Puskesmas yang
dianggap paling siap (Puskesmas Waepana) dan Puskesmas yang dianggap paling tidak siap
karena kekurangan SDM dan lokasi yang jauh (Puskesmas Maronggela); 2. Terkait perlunya
mentor, mengacu pada program Puskesmas Reformasi dimana Puskesmas yang akan dijadikan
ujicoba didampingi mentor yang selalu standby di Puskesmas. (Dinkes Flotim).
Tanggapan konsultan: 1. Ingin mengetahui seberapa adequate pelatihan pendampingan yang
telah dilaksanakan, 2. Jika belum adequate, saran apa yang diajukan oleh tim pendamping; 3.
Standar dan instrument apakah masih perlu penyempurnaan?; 4. Pedoman Pendampingan
apakah cukup membantu ataukah masih ada yang perlu ditambahkan; 5. Biaya pendampingan
dengan standar pendampingan yang ideal (paling tidak 8 kali, per kali adalah 2 hari, per hari
adalah 5 jam pengalaman pendampingan ISO 9000); 6. Konsultan telah menyusun komponen
pembiayaan untuk pendampingan, mohon tanggapan peserta. (dr. Tjahyono).
Tanggapan konsultan: untuk NTT, seharusnya Puskesmas Reformasi dapat disinkronkan dengan
akreditasi Puskesmas. Mentoring seharusnya dapat dikerjakan oleh tim akreditasi Puskesmas.
Yang perlu dilaksanakan adalah peningkatan kemampuan tim pendamping akreditasi
Puskesmas. (dr. Soenoe).
Tanggapan konsultan: Mentoring seharusnya dapat dikerjakan oleh tim akreditasi Puskesmas.
Sebelum audit eksternal, Puskesmas seharusnya telah melaksanakan audit internal. (dr. Lina).
Tanggapan konsultan: Puskesmas Reformasi selesai kegiatannya ditahun 2012, sehingga
dokumennya banyak yang tidak diteruskan. (Pak Djemingin).
A: 1. Usul waktu pendampingan dapat dilaksanakan selama satu tahun; 2. Pendampingan di SBD
sulit dilaksanakan secara ideal. Selama ini yang dilaksanakan adalah berdasarkan kesepakatan
antara Kapus dengan tim pendamping, dan dilaksanakan setelah pelayanan Puskesmas; 3. Di
SBD tidak ada Puskesmas Reformasi. (Dinkes SBD)
A: 1. Terkait cukup tidaknya waktu pelatihan pendampingan selama 2 minggu, usul perlu
dilaksanakan review tim pendamping; 2. Puskesmas reformasi masih berjalan di Kab. Ngada; 3.
Waktu pendampingan yang ideal, untuk Puskesmas dengan lokasi yang dekat masih
memungkinkan, sedangkan untuk Puskesmas yang lokasinya jauh agak sulit dilaksanakan.
Kendala selain waktu perjalanan juga dari segi honorarium, seharusnya dibedakan antara
Pendampingan Puskesmas yang dekat dan jauh. (Dinkes Ngada).
A: 1. Waktu pendampingan diusulkan satu tahun; 2. Perlu dilakukan review tim pendamping; 3.
Akreditasi dan reformasi agak berbeda. Reformasi setelah pelaksanaan tidak ada pendampingan
selanjutnya, sehingga Puskesmas tidak dipantau lagi. (Dinkes Flotim).
A: 1. Waktu pendampingan dilaksanakan sesuai ketentuan, tetapi setiap pendampingan rata-
rata dilaksanakan 3-5 jam (Dinkes TTU).
Tanggapan: 1. Kedepan, untuk pendampingan dan survey, dana berasal dari APBD Kab/Kota.
Komponen pembiayaan sangat tergantung dengan SBU/SBK Kab/Kota. Contoh yang diberikan
pusat tidak bisa serta merta diduplikasi didaerah, tergantung situasi dan kondisi masing2
daerah. Kisaran untuk akreditasi Puskesmas kurang lebih 80-100 Juta, tetapi hal ini belum
ditetapkan oleh Pusat; 2. Untuk pelatihan pendampingan selama ini yang dilaksanakan selama 2
minggu, dirasa sudah cukup. Yang perlu diperhatikan adalah metode pelatihannya. Perlu
dirumuskan metode pelatihannya diantara Komisi Akreditasi FKTP, perbandingan teori dan
praktik yang ideal. (Kasubdit PKD).
Tanggapan: 1. Perlu pemahaman kembali terkait manajemen Puskesmas, fungsi dan peran
Dinkes Kab/Kota dan DInkes Provinsi. Peran Dinkes Kab/Kota sebagai Pembina Puskesmas,
dengan atau tanpa akreditasi Puskesmas. Peran Dinkes Provinsi sebagai pengampu Dinkes
Kab/Kota. Yang penting adalah komitmen terhadap pekerjaan yang dilaksanakan, prinsipnya
adalah care, share, and love. (Bu Sri Hastuti).
PANEL II – TIM PENDAMPING DINKES KAB. BONDOWOSO, SITUBONDO, BANGKALAN, SAMPANG