Anda di halaman 1dari 9

Ciptaan disebarluaskan di bawah

JURNAL ILMU KESEHATAN BHAKTI HUSADA:


Lisensi Creative Commons Atribusi-
HEALTH SCIENCES JOURNAL, VOL. 09 NO. 02, DESEMBER 2018
NonKomersial-BerbagiSerupa 4.0
DOI: https://doi.org/10.34305/jikbh.v9i2.70
Internasional.

HUBUNGAN BULLYING DENGAN KONSEP DIRI REMAJA DI SMP


NEGERI 5 GARUT TAHUN 2017

Eldessa Vava Rilla

STIKes Karsa Husada Garut

eldessavavarilla@ymail.com

Abstrak

Maraknya perilaku bullying di sekolah menengah pertama menjadi masalah bagi


remaja dalam menjalani aktivitasnya di sekolah. terlebih lagi bullying di kalangan remaja bisa
berdampak buruk bagi korban, pelaku ataupun orang yang menyaksikan. Salah satunya bisa
mempengaruhi pembentukan konsep diri pada remaja. tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan bullying dengan konsep diri di SMP Negeri 5 Garut. Penelitian ini
merupakan penelitian deskriptif analitik dengan metode cross sectional dengan jumlah
responden 100 siswa/siswi kelas VII dan VIII. Pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan kuisioner. Hasil penelitian menunjukan sebagian besar remaja di SMP Negeri 5
Garut pernah mengalami bullying yaitu 53% dan sebagian besar remaja memiliki konsep diri
positif yaitu 57%. Dari hasil uji statistik diperoleh ( p-value = 0,020) yang berarti bahwa ada
hubungan yang signifikan antara bullying dengan konsep diri remaja Maka dari itu, guru
harus memberikan pengetahuan tentang bullying serta mengawasi siswa agar tidak terjadi
bullying yang akan berakibat pada konsep diri remaja.

Kata kunci : bullying, konsep diri, remaja

Pendahuluan tujuan untuk menyakiti atau merugikan


seseorang atau sekelompok orang yang
Pendidikan merupakan sebuah merasa tidak berdaya (Sarlito dan
proses untuk mengembangkan potensi yang Meinarno, 2009 dalam Winanti, 2012).
dimiliki oleh setiap individu. Hal ini Bullying bukan sebuah
bermanfaat untuk meningkatkan permasalahan yang baru dalam dunia
kecerdasan, pengendalian diri, kepribadian pendididkan, berdasarkan survei Child
yang baik, ahlak mulia dan keagamaan Helpine International (CHI) tahun 2013,
yang diperlukan oleh individu itu sendiri, dari kasus bullying yang terjadi pada tahun
masyarakat serta bangsa dan Negara. 2003 sampai 2012 sebanyak 876.184 orang
Namun sangat disayangkan dunia di dunia mengaku pernah terlibat dalam
pendidikan saat ini menjadi tempat bullying baik sebagai pelaku maupun
perkembangan kekerasan (Retnoningtyas, menjadi korban bullying.
2016). Di Indonesia sendiri, bullying
Salah satu tindakan kekerasan yang menjadi peringkat teratas pengaduan
sering terjadi dalam dunia pendidikan masyarakat di bidang pendidikan. Jumlah
adalah bullying. Bullying merupakan suatu kasus bullying yang ada pada KPAI setiap
perilaku agresi atau manipulasi berupa tahunnya mengalami naik turun. Pada tahun
kekerasan fisik, verbal ataupun psikologis, 2011 KPAI mencatat 56 kasus bullying,
yang dengan sengaja dilakukan oleh tahun 2012 terjadi peningkatan menjadi 130
seseorang atau suatu kelompok dengan kasus, pada tahun 2013 terjadi penurunan

E-ISSN 2623-1204 P-ISSN 2252-9462 | 116


Ciptaan disebarluaskan di bawah
JURNAL ILMU KESEHATAN BHAKTI HUSADA:
Lisensi Creative Commons Atribusi-
HEALTH SCIENCES JOURNAL, VOL. 09 NO. 02, DESEMBER 2018
NonKomersial-BerbagiSerupa 4.0
DOI: https://doi.org/10.34305/jikbh.v9i2.70
Internasional.

menjadi 96 kasus, lalu memuncak di tahun oleh peran dan hubungna dengan orang
2014 menjadi 159 kasus, lalu terjadi lain, serta reaksi orang lain terhadap dirinya
penurunan di tahun 2015 menjadi 154 dan (Surya, 2010).
menurun kembali di tahun 2016 menjadi 81 Pembentukan konsep diri remaja
kasus yang tercatat di KPAI sesuai dengan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
pelaporan. prestasi di sekolah, hubungan dengan orang
Bullying biasa terjadi pada anak dan tua, hubungan dengan teman sebaya,
remaja, namun menurut Coloroso (2003) penampilan fisik, ras, etnis, kecacatan serta
dalam Hasibuan (2016) bullying banyak bagaimana remaja itu dilakukan oleh orang
terjadi pada usia remaja awal. Pada tahun lain (Hines, 2011).
2008 Fakultas Psikologi UI, Yayasan Seseorang yang menjadi korban bullying
Sejiwa dan LSM Plan Indonesia melakukan cenderung memiliki konsep diri yang
penelitian pada 1.233 orang siswa SMP dan negatif (Hines, 2011). Sementara korban
SMA, hasil dari penelitian tersebut bullying dengan konsep diri yang positif
menunjukan bahwa rata-rata bullying lebih akan menyukai dan menerima keadaan
banyak terjadi pada tingkat SMP (66,7%) dirinya sehingga akan mengembangkan rasa
(Sejiwa, 2010). percaya diri, harga diri, serta dapat
Bullying bisa terjadi pada laki-laki melakukan interaksi sosial (Ninggalih,
ataupun perempuan (Coloroso, 2006 dalam 2015).
Putri, dkk, 2015). Namun bullying Hasil study pendahuluan hasil studi
cenderung terjadi pada laki-laki baik pendahuluan yang di lakukan di SMP
menjadi korban bullying ataupun menjadi Negeri 5 Garut. Dari hasil observasi,
pelaku bullying. Menurut Handini (2010) beberapa siswa terlihat berkali-kali
ada beberapa faktor penyebab terjadinya melakukan ejekan kepada temannya saat di
bullying yang pertama seperti faktor kelas. Sedangkan dari hasil wawancara dari
keluarga dimana anak yang melihat orang 40 orang siswa, 15 siswa mengaku
tua atau saudaranya melakukan kekerasan beberapa kali mengalami bullying fisik
cenderung akan mengembangkan perilaku seperti di pukul, di tendang dan di dorong
bullying, kedua Faktor sekolah, dimana oleh teman di kelasnya, 23 mengaku setiap
pihak sekolah sering mengabaikan hari mengalami bullying verbal seperti di
keberadaan bullying, ketiga faktor teman ejek, di olok-olok dan dihina orang tuanya,
sebaya dimana ketika berinteraksi dengan 18 mengaku mengalami bullying sosial
teman sebaya di sekolah maupun di seperti di kucilkan, dan di gosipkan oleh
lingkungan sekitar rumah, beberapa anak teman-temannya di kelas. Semua siswa
cenderung melakukan bullying untuk yang mengaku mengalami bullying fisik,
membuktikan bahwa mereka kuat. verbal ataupun sosial mengaku merasa sakit
Maraknya kasus bullying pada hati dan mereka sebagian besar tidak bisa
remaja bisa berdampak buruk bagi korban, melawan.
pelaku ataupun yang menyaksikan perilaku Berdasarkan fenomena diatas,
bullying tersebut. bukan hanya luka fisik peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
namun juga akan menimbulkan dampak dengan judul “Hubungan Bullying Dengan
negative bagi psikologi. Salah satunya bisa Konsep Diri Remaja Di SMP Negeri 5
mempengaruhi konsep diri pada remaja. Garut”. Penelitian ini bermanfaat untuk
Konsep diri adalah keyakinan seseorang mengidentifikasi bullying, konsep diri
tentang pendapat orang lain tentang dirinya remaja serta hubungan bullying dengan
atau cermin yang memperlihatkan seberapa konsep diri remaja di SMP Negeri 5 Garut.
besar keberanian, keyakinan, gambaran,
pandangan, pemikiran, perasaan terhadap
apa yang dimiliki seseorang tentang dirinya
sendiri yang dipengaruhi serta ditentukan

E-ISSN 2623-1204 P-ISSN 2252-9462 | 117


Ciptaan disebarluaskan di bawah
JURNAL ILMU KESEHATAN BHAKTI HUSADA:
Lisensi Creative Commons Atribusi-
HEALTH SCIENCES JOURNAL, VOL. 09 NO. 02, DESEMBER 2018
NonKomersial-BerbagiSerupa 4.0
DOI: https://doi.org/10.34305/jikbh.v9i2.70
Internasional.

Metode Penelitian reliabilitasnya. Dimana variabel bullying


berjumlah 11 pernyataan dan variabel
Metode yang digunakan dalam konsep diri berjumlah 19 pernyataan
penelitian ini adalah kuantitatif, dengan
jenis deskriptif korelatif serta menggunakan Hasil dan Pembahasan
rancangan crossectional. Populasi dalam
penelitian ini adalah siswa/siswi kelas VII Karakteristik responden
dan VIII SMP Negeri 5 Garut. Tehnik Pada bagian ini menyajikan
sampling menggunakan simple random distribusi frekuensi karakteristik responden
sampling dan terpilih 105 orang. Alat ukur berdasarkan pekerjaan jenis kelamin.
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Distribusi frekuensi responden tersebut
kuisioner yang sudah diuji validitas serta dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di SMP Negeri 5 Garut


(N = 100)

No Kategori Frekuensi Persentase

1. Umur
12-13 tahun 56 56 %
14-15 tahun 44 44 %
2. Jenis Kelamin
Laki-laki 46 46 %
Perempuan 54 54 %
Jumlah 100 100%

Berdasarkan tabel 1.1 diatas


didapatkan hasil penelitian bahwa Analisa Data
karakteristik sebagian besar responden
berdasarkan umur sebagaian berada pada Gambaran dari bullying pada remaja
umur 12-13 tahun yaitu 56 orang (56%), di SMP Negeri 5 Garut tahun 2017 dapat
sedangkan berdasarkan jenis kelamin, dilihat pada tabel distribusi frekuensi
sebagian besar responden adalah berikut.
perempuan yaitu 59 orang (54%).

Tabel 2 Distribusi frekuensi bullying pada remaja di SMP Negeri 5 Garut Tahun 2017
(N = 100)

Kategori Frekuensi Presentase


Tidak bullying 47 47%
Bullying 53 53%
Total 100 100%

Berdasarkan tabel 1.2 diketahui


bahwa sebagian besar remaja di SMP Gambaran dari konsep diri remaja di
Negeri 5 Garut pernah mengalami bullying SMP Negeri 5 Garut dapat dilihat pada
yaitu 53 orang (53%). tabel berikut.

E-ISSN 2623-1204 P-ISSN 2252-9462 | 118


Ciptaan disebarluaskan di bawah
JURNAL ILMU KESEHATAN BHAKTI HUSADA:
Lisensi Creative Commons Atribusi-
HEALTH SCIENCES JOURNAL, VOL. 09 NO. 02, DESEMBER 2018
NonKomersial-BerbagiSerupa 4.0
DOI: https://doi.org/10.34305/jikbh.v9i2.70
Internasional.

Tabel 3 Distribusi frekuensi Konsep Diri Remaja di SMP Negeri 5 Garut Tahun 2017 (N
= 100)

Variabel Frekuensi Presentase


Konsep diri
Konsep diri positif 57 57%
Konsep diri negatif 43 43%

Jumlah 100 100%

Berdasarkan tabel 1.3 diatas Hasil analisis antara hubungan


didapatkan sebagian besar responden bullying dengan konsep diri remaja terlihat
memiliki konsep diri positif 57 (57%). pada tabel berikut:

Tabel 4 Hasil Analisis Korelasi Bullying dengan Konsep Diri Remaja di SMP Negeri 5
Garut Tahun 2017

Variabel Konsep Diri


N P-value
Bullying 100 0,020

Hasil analisis korelasi antara bahwa ada hubungan yang signifikan antara
bullying dengan konsep diri remaja di SMP bullying dengan konsep diri remaja ( P-
Negeri 5 Garut tahun 2017, diperoleh value = 0,020 < P-value = 0,05)

Pembahasan dipimpin serta seseorang yang melakukan


hal untuk menyenangkan atau meredam
1. Bullying kemarahan orang lain), seseorang yang
Bullying merupakan sebuah todak mau berkelahi (lebih suka
tindakan berupa kekerasan fisik dan menyelesaikan konflik tanpa kekerasan),
psikologis yang dilakukan dalam waktu anak yang pemalu, menyembunyikan
yang lama oleh seseorang atau sebuah perasaannya, pendiam, seseorang dengan
kelompok terhadap seseorang yang tidak etnis atau ras yang dipandang inferior atau
bisa mempertahankan dirinya dalam situasi memiliki fisik yang berbeda dengan yang
dimana ada orang yang berhasrat untuk lain, seseorang yang cerdas, berbakat atau
menyakiti atau menakuti orang tersebut memiliki kelebihan. Serupa dengan
(Wicaksana, 2008). Dari hasil penelitian SEJIWA (2008) terdapat beberapa ciri yang
yang telah dilakukan diperoleh bahwa biasa dijadikan korban bullying oleh pelaku
sebagian besar responden mengalami bullying adalah berfisik kecil atau lemah,
bullying dengan presentase 53%. Menurut sulit bergaul, tidak percaya diri, seseorang
SEJIWA (2008) korban bullying adalah yang dianggap menyebabkan atau
mereka menjadi sasaran penganiayaan dan menentang bully, cantik/ tampan, tidak
penindasan yang dilakukan oleh pelaku cantik/ tidak tampan, seseorang dengan
bullying. ekonomi yang rendah/ seseorang yang kaya,
Penelitian Januarko dan Setiawati kurang pandai, seseorang yang mempunyai
(2013) mengungkapkan bahwa seseorang kekurangan fisik, dan lain-lain.
yang cenderung menjadi korban bullying Menurut Coloroso (2003) dalam
adalah seseorang yang penurut (mudah Hasibuan (2016) bullying banyak terjadi
merasa cemas, kurang percaya diri, mudah pada usia remaja awal. Menurut Handini

E-ISSN 2623-1204 P-ISSN 2252-9462 | 119


Ciptaan disebarluaskan di bawah
JURNAL ILMU KESEHATAN BHAKTI HUSADA:
Lisensi Creative Commons Atribusi-
HEALTH SCIENCES JOURNAL, VOL. 09 NO. 02, DESEMBER 2018
NonKomersial-BerbagiSerupa 4.0
DOI: https://doi.org/10.34305/jikbh.v9i2.70
Internasional.

(2010) salah satu faktor yang seseorang terhadap sesuatu (Hutapea &
mempengaruhi terjadinya bullying pada Thoha, 2008). Menurut Megaton dan
remaja adalah teman sebaya kerena saat Tarmizi (2010) konsep diri dibagi menjadi
berinteraksi dengan teman sebaya di dua bagian, yaitu konsep diri positif dan
sekolah. Bebereapa remaja cenderung negatif, seseorang dengan konsep diri yang
melakukan bullying untuk membuktikan positif akan mengetahu dan memahami
bahwa dirinya adalah seseorang yang kuat. dirinya, menerima dirinya apa adanya,
Serupa dengan penelitian Usman (2013) bersyukur atas kekurangan dan kelebihan
menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang ia miliki serta memiliki cita-cita dan
negatif antara peran teman sebaya dengan harapan yang rasional. Sedangkan
bullying (p = 0,045 ; β = -0,123). Seperti seseorang dengan konsep diri yang negatif
halnya yang diungkapkan oleh Fataruba tidak dapat memahami terhadap dirinya
(2016), tekanan teman sebaya (peer sendiri, cenderung tidak menerima apa yang
pressure) merupakan suatu penyebab dirinya miliki yang membuat ia kecewa
terjadinya bullying pada remaja di sekolah, terhadap kekurangan pada dirinya, yang
karena pada masa remaja terjadi sebuah membuatnya merasa rendah diri atau
proses pencarian jati diri dimana remaja interiority complex.
banyak melakukan interaksi dengan Hasil penelitian menunjukan bahwa
lingkungan sosialnya. sebagian besar responden memiliki konsep
Krahe (2005) dalam Saifullah diri positif 57 (57%). Murdoko (2007)
(2016) menjelaskan pula bahwa bullying menyatakan bahwa konsep diri negatif
merupakan permasalahan yang sering ataupun positif terbentuk oleh beberapa hal,
dialami oleh para remaja baik dari namun yang paling menentukan adalah cara
seseorang yang lebih tua ataupun seseorang pandang seseorang itu sendiri. Semakin
yang lebih kuat karena wujud dari sebuah mereka berpandangan negatif yang akan
penolakan saat berinteraksi dengan teman muncul adalah konsep diri yang negatif
sebaya. Charlos (2015) pun tetapi sebaliknya semakin mereka
mengungkapkan hal yang sama bahwa berpandangan positif yang akan munculpun
bullying merupakan salah satu hambatan akan positif.
remaja dalam proses berinteraksi sosial Berbeda dengan Murdoko (2007),
dengan teman sebaya. Penelitian akbar Rifanto (2010) menyatakan bahwa
(2013) menyatakan bahwa keempat subjek lingkungan, pengalaman serta pola asuh
remaja korban bullying menginginkan orang tua ikut memberikan pengaruh yang
sebuah lingkungan sosial yang sesuai signifikan terhadap konsep diri yang
dengan yang mereka harapkan seperti terbentuk. Chatib (2012) juga
dalam pertemanan yang baik, pintar, ramah, mengungkapkan hal yang sama bahwa
saling tolong-menolong, tidak suka lingkungan merupakan salah satu faktor
mengganggu dan dapat mengerti yang paling berperan dalam pembentukan
keadaannya satu sama lain. konsep diri dimana didalamnya terdapat
orang tua serta guru, teman sebaya dan
2. Konsep Diri orang lain. Hasil penelitian Pramawaty dan
Konsep diri (self concept) Hartati (2012) menunjukan bahwa terdapat
merupakan sikap atau nilai individu. Nilai hubungan antara pola asuh orang tua degan
individu memiliki karakterikstik yang konsep diri anak (x2 = 6,808; p = 0,033).
reaktif dan dapat memprediksi apa yang Penelitian Saraswatia, dkk (2015) juga
akan dilakukan oleh seseorang dalam waktu menunjukan hal yang sama, bahwa adanya
yang singkat. Konsep diri menunjukan pengaruh antara pola asuh orang tua dan
bagaimana seseorang memandang dirinya teman sebaya dengan konsep diri remaja (p-
sendiri atau sesuatu yang mempengaruhi value 0,000 untuk masing-masing kategori).
etika, cara pandang atau pengertian Hasil uji regresi penelitian tersebut

E-ISSN 2623-1204 P-ISSN 2252-9462 | 120


Ciptaan disebarluaskan di bawah
JURNAL ILMU KESEHATAN BHAKTI HUSADA:
Lisensi Creative Commons Atribusi-
HEALTH SCIENCES JOURNAL, VOL. 09 NO. 02, DESEMBER 2018
NonKomersial-BerbagiSerupa 4.0
DOI: https://doi.org/10.34305/jikbh.v9i2.70
Internasional.

menunjukan bahwa teman sebaya dengan konsep diri remaja di SMP Negeri 5
merupakan variabel paling berpengaruh Garut.
terhadap konsep diri remaja (Saraswati, Hal tersebut tidak sesuai dengan
dkk, 2015). Remaja yang menerima penelitian Sari dan Jatiningsih (2015), yang
penolakan dari teman sebaya akan menyatakan bahwa korban bullying
mempengaruhi pandangan terhadap dirinya. cenderung memiliki konsep diri positif,
Selain itu terbentuknya konsep diri remaja karena setelah dibully mereka memang
dipengaruhi oleh pengalaman, pola asuh merasa sedih, namun mereka menilai
orang tua, teman sebaya atau lingkungan kekurangan pada dirinya yang bisa
sekitar. Teman sebaya akan memberikan menyebabkan mereka dibully dan mencoba
pengaruh yang lebih besar terhadap memperbaiki kekurangannya sehingga ada
pengalaman yang didapatkan oleh remaja perubahan yang positif dalam diri korban
dibandingkan dengan orang tua karena bullying tersebut. Serupa dengan Ninggalih
remaja lebih banyak menghabiskan (2015) korban bullying dengan konsep diri
waktunya dengan teman sebaya yang positif akan menyukai dan menerima
dibandingkan dengan orang tua. keadaan dirinya sehingga akan
Hasil penelitian menunjukkan mengembangkan rasa percaya diri, harga
bahwa jumlah responden untuk masing- diri, serta dapat melakukan interaksi sosial.
masing kelompok proporsinya sama yaitu Hal ini mungkin dikarenakan responden
22 responden (50%) untuk kelompok kasus yang pernah mengalami bullying bisa
dan 22 responden (50%) untuk kelompok memiliki konsep diri yang positif ataupun
kontrol. Menurut H.L. Blum salah satu negatif sesuai dengan cara pandang serta
faktor yang mempengaruhi derajat penilaian mereka terhadap diri mereka
kesehatan seseorang adalah perilaku. sendiri. Penelitian Herdyanti dan
Derajat kesehatan yang dimaksud adalah Margaretha (2016) semakin tinggi konsep
skizofrenia, sedangkan perilaku bisa berasal diri maka semakin rendah menjadi korban
dari penderita skizofrenia itu sendiri bullying. Penelitian Djuwita dan Soetio
ataupun perilaku orang lain misalnya (2005) dalam Saifullah (2016) perilaku
keluarga. Hal ini didukung oleh penelitian bullying yang dilakukan berkali-kali oleh
Raharjo (2014) bahwa kurangnya dukungan seorang atau sekelompok siswa terhadap
dari keluarga dan masyarakat dapat siswa/siswi lain yang lebih lemah akan
mempengaruhi kekambuhan skizofrenia. menjadikan konsep diri korban bullying
Hasil penelitian tersebut sesuai dengan menjadi negatif karena korban merasa tidak
pernyataan Keliat (2011) yang menyatakan diterima oleh lingkungan sekitarnya.
bahwa keluarga merupakan salah satu Hal tersebut sesuai dengan
faktor penyebab kekambuhan skizofrenia. Khoirunnisa (2016) menyatakan bahwa
mereka yang memiliki konflik atau masalah
terhadap dirinya sendiri serta lingkungan,
3. Hubungan bullying dengan konsep besar kemungkinan akan mempengaruhi
diri remaja konsep dirinya baik itu positif ataupun
Hasil penelitian menunjukan bahwa negatif. Gunawan dan Setyono (2007) juga
siswa yang pernah mengalami bullying mengungkapkan hal yang sama bahwa
sebanyak 53 responden (53%). Sedangkan konsep diri terbentuk melalui pengalaman
siswa yang memiliki konsep diri negatif atau kejadian dimana jika seseorang
sebanyak 43 responden (43%). Berdasarkan mempunyai pengalaman atau kejadian yang
hasil uji statistik diperoleh adanya buruk maka konsep diri yang terbentukpun
hubungan yang signifikan antara bullying akan cenderung negatif. Purnama (2010)
dengan konsep diri remaja (p-value 0,020). menyatakan bahwa korban bullying
Dapat ditarik kesimpulan bahwa Ho ditolak biasanya akan merasakan banyak emosi
artinya adanya hubungan antara bullying negatif seperti dendam, takut, malu, marah,

E-ISSN 2623-1204 P-ISSN 2252-9462 | 121


Ciptaan disebarluaskan di bawah
JURNAL ILMU KESEHATAN BHAKTI HUSADA:
Lisensi Creative Commons Atribusi-
HEALTH SCIENCES JOURNAL, VOL. 09 NO. 02, DESEMBER 2018
NonKomersial-BerbagiSerupa 4.0
DOI: https://doi.org/10.34305/jikbh.v9i2.70
Internasional.

sedih serta rendah diri. Ninggalih (2015)


pun mengungkapkan hal yang sama bahwa DAFTAR PUSTAKA
Korban bullying dengan konsep diri yang Akbar, G. 2013. “Mental Imagery
negatif akan merasa bahwa dirinya tidak Mengenai Lingkungan Sosial Yang
berharga dan tidak diterima oleh Baru Pada Korban Bullying”. Melalui
lingkungan sehingga cenderung menarik http://ejournal.psikologi.fisip-
diri dari orang-orang disekitar. unmul.org. [17/08/16]
Anesty, E. 2009. Konseling Kelompok
Behavioral Untuk Mereduksi Perilaku
Simpulan dan Saran Bullying Siswa Sekolah Menangah
Berdasarkan hasil penelitian tentang Atas.
hubugan bullying dengan konsep diri Arikunto, S. 2013. Manajemen penelitian.
remaja di SMP Negeri 5 Garut dapat Jakarta. Rineka Cipta.
disimpulkan bahwa : Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian
a. Sebagian besar remaja mengalami (Suatu Pendekatan Praktik). Jakarta.
bullying. Rineka Cipta.
b. Sebagian besar remaja memiliki Astuti, P.R. 2008. Meredam Bullying (3
konsep diri yang positif Cara Efektif Mengatasi Kekerasan
c. Terdapat hubungan antara bullying Pada Anak). Jakarta. Grasindo.
dengan konsep diri remaja. Charlos, E. 2015. “Tingkat Pemahaman
Siswa Terhadap Bullying Pada Siswa
Terkait dengan simpulan hasil Kelas IX SMP”. Melalui
penelitian, terdapat beberapa hal yang dapat http://eprints.uny.ac.id. [17/08/16]
penulis sarankan, diantaranya : Centers For Disease Control and
a. Bagi dinas pendidikan/ pemerintah Prevention. 2015. Fact Sheet:
Hasil dari penelitian ini diharapkan Understanding Bullying. Melalui
dapat menjadi bahan masukan untuk www.cdc.gov>. [17/05/07]
dinas terkait ataupun pemerintah dalam CHI. 2012. Briefing Paer On Bullying.
membuat program ataupun kebijakan Melalui
untuk meningkatkan usaha preventif www.childhelpineinternational.org.
seperti melakukan penyuluhan pada [17/0/07]
sekolah-sekolah di Garut ataupun CHI. 2014. Violence Againts Children.
membuat organisasi anti bullying yang Melalui
melibatkan para guru terkait dengan www.childhelpineinternational.org.
bullying yang ada di sekolah. [17/0/07]
b. Bagi institusi pendidikan Coloroso, B. 2003. Penindas, Tertindas,
Hasil dari penelitian ini diharapkan dan Penonton (Resep Memutuskan
dapat membangun ilmu pengetahuan, Rantai Kekerasan Anak dari
wawasan ataupun referensi tambahan Prasekolah Hingga SMU). Jakarta.
dalam ilmu keperawatan Jiwa Serambi Ilmu Pusaka.
khususnya dalam mencegah terjadinya Fataruba, R. 2016. Peran Tekanan Teman
bullying di sekolah. Sebaya Terhadap Perilaku Bullying
c. Bagi peneliti selanjutnya Pada Remaja Di Sekolah. Melalui
Hasil dari penelitian ini diharapkan http://mpsi.umm.ac.id [17/08/20]
menjadi data dasar bagi peneliti Fatwiany. 2010. Hubungan Konsep Diri
selanjutnyan untuk meneliti topik yang Terhadap Penerimaan Perubahan
sama dengan menggunakan metode Fisik Remaja Putri Pada Masa
penelitian kuantatif atau tentang faktor- Pubertas Di SLTP Kemala
faktor yang mempengaruhi bullying di Bhayangkari 1 Medan. Melalui
sekolah. http://respiratory.usu.ac.id. [17/03/20]

E-ISSN 2623-1204 P-ISSN 2252-9462 | 122


Ciptaan disebarluaskan di bawah
JURNAL ILMU KESEHATAN BHAKTI HUSADA:
Lisensi Creative Commons Atribusi-
HEALTH SCIENCES JOURNAL, VOL. 09 NO. 02, DESEMBER 2018
NonKomersial-BerbagiSerupa 4.0
DOI: https://doi.org/10.34305/jikbh.v9i2.70
Internasional.

Gunawan, A.W dan Setyono, A. 2007. Anak 2011-1016. Melalui


Manage Your Mind For Success. http://bankdata.kpai.go.id.. [17/02/16]
Jakarta. PT. Gramedia. Melalui Megaton, Y dan Tarmizi. 2010. Bahan
https://googlebook.co.id. [17/08/05] Dasar Untuk Pelayanan Konseling
Handini, F. 2010. Hubungan Konsep Diri Pada Satuan Pendidikan Menengah
Dengan Kecenderungan Berperilaku Jilid II. Jakarta. Gramedia.
Bullying Siswa SMAN 70 Jakarta. Muhabar. 2015. “ Akibat Sering Diejek Vivi
Melalui http://repository.uinjkt.ac.id. Gantung Diri”. Melalui
[17/02/20] http://news.liputan6.com [17/02/20]
Hasibuan, R.L. 2016. Efektivitas Rational Muhith, A. 2015. Pendididkan
Emotive Behavior Therapy (REBT) Keperawatan Jiwa (Teori dan
Dalam Meningkatkan Self Esteem Pada Aplikasi). Yogyakarta. CV Andi Offset
Siswa Smp Korban Bullyin. Melalui Melalui https://books.google.co.id.
https://ejournal.uin.suska.ac.id. [17/03/11]
[17/02/19] National Institute of Child Health and
Herdyanti, F dan Margaretha, M. 2016. Human Development. 2016. How Does
“Hubungan Konsep Diri Dengan Bullying Affect Health and Well-
Kecenderungan Menjadi Korban being?. Melalui www.nichd.nih.gov.
Bullying Pada Remaja Awal”. Melalui [17/05/07]
http://ejournal.undip.ac.id. [17/08/05] Ninggalih, R. 2015. Konsep Diri Asertif
Herlina. 2013. Bibliotherapy : Mengatasi Bullying. Melalui
Masalah Anak dan Remaja Melalui <http://majalah1000guru.net>.
Buku. Pustaka Cendikia Utama: [17/03/11]
Bandung. Melalui http://file.upi.edu. Noor, M.I. 2014. Tindakan Bullying di
[17/02/20] Sekolah Sebagai Bentuk Kekerasan
Hidayat, A.A. 2014. Metode Penelitian dalam Sistem Pendidikan. Melalui
Kebidanan dan Teknik Analisis. www.kompasiana.com. [17/05/07]
Salemba Medika: Jakarta. Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi
Hutapea, P dan Thoha, N. 2008. penelitian kesehatan. Jakarta. Rineka
Kompetensi Plus (Teori, Desain, Kasus Cipta.
dan Penerapan Untuk HR serta Novia, D.R.M. 2015. Sepanjang 2015
Organisasi yang Dinamis. Jakarta. PT. “Kasus Kekerasan di Dunia
Gramedia Pustaka Utama. Melalui Pendidikan Masih Tinggi”. Melalui
https://books.google.co.id. [17/03/10] www.republika.co.id. [17/02/20]
Indra, Z. 2015. “Indonesia Rangking Kedua Nursalam. 2013. Metodologi penelitian
Bullying Sedunia”. Melalui ilmu Keperawatan. Jakarta. Salemba
http.pekanbaru.tribunnews.com. Medika
[17/02/19]. Permatasari, L. 2016. “Perbedaan Tinggi
Januarko, W dan Setiawan, D. 2013. “Studi Rendah Perilaku Bullying Pada
Tentang Penanganan Korban Bullying Remaja Kota Dan Desa”. Melalui
Pada Siswa SMP Se- Kecamatan https://repository.usd.ac.id. [17/03/05]
Trawas”. Melalui Priyatna, A. 2010. Let’s End Bullying
http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id . (Memahami, Mencegah dan Mengatasi
[17/08/16] Bullying). Jakarta. PT. Elex Media
Khoirunnisa, R. 2015. Konsep Diri Remaja Komputindo. Melalui
Korban Bullying. Melalui https://books.google.co.id. [17/02/18]
www.journal.student.uny.ac.id. Purnama, D. 2010. Cermat Memilih
[17/05/11] Sekolah Menengah Yang Tepat.
KPAI. 2016. Rincian Data Kasus Jakarta. Gagas Media. Melalui
Berdasarkan Klaster Perlindungan https://googlebook.co.id. [17/08/05]

E-ISSN 2623-1204 P-ISSN 2252-9462 | 123


Ciptaan disebarluaskan di bawah
JURNAL ILMU KESEHATAN BHAKTI HUSADA:
Lisensi Creative Commons Atribusi-
HEALTH SCIENCES JOURNAL, VOL. 09 NO. 02, DESEMBER 2018
NonKomersial-BerbagiSerupa 4.0
DOI: https://doi.org/10.34305/jikbh.v9i2.70
Internasional.

Qodar, N. 2015. “Survei ICWR 84% Anak Melalui http://digilib.unimus.ac.id.


Indonesia Alami Kekerasan di [17/03/05]
Sekolah”. Melalui SEJIWA. 2008. Bullying (Mengatasi
http://news.liputan6.com [17/02/15] Kekerasan Di Sekolah dan Lingkungan
Rachmijati, C. 2014. “Kekerasan Di Sekitar Anak). Jakarta. Gramedia
Sekolah”. Melalui http://cynantia- Septrina, A.M, dkk. (2009) Hubungan
rachmijati.dosen.stkipsiliwangi.ac.id. Tindakan Bullying di Sekolah dengan
[17/02/18] Self Esteem Siswa. Melalui
Reece, T. 2008. Bullies Beat Down Self www.academia.edu. [17/05/07]
Esteem. Melalui Setyawan, D. 2014. KPAI: Kasus Bullying
www.healthychildren.org. [17/05/07] dan Pendidikan Karakter. Melalui
Retnoningtyas, A. 2016. “Kekerasan Dalam www.kpai.go.id. [17/05/07]
Dunia Pendidikan”. Melalui Surilena. 2016. Perilaku Bullying
www.kompasiana.com . [17/02/17] (Perundungan) Pada Anak Dan
Rifanto, R. 2010. 3 Menit Membuat Anak Remaja. Melalui www.kalbemed.com .
Keranjingan Belajar. Jakarta. PT. [17/02/25]
Gramedia. Melalui Surya, H. 2010. Jadilah Pribadi Yang
https://googlebook.co.id. [17/08/03] Unggul. Jakarta. PT. Elex Media
Rusmana, N. (tanpa tahun). Memahami dan Komputindo. Melalui
Mencegah Terjadinya Kekerasan https://books.google.co.id. [17/03/05]
Sekolah (School Violence). Melalui Syah, M.H. 2015. “Mensos: Bunuh Driri
https://file.upi.edu. [17/03/11] Anak Indonesia 40% Karena Bullying”.
Saifullah, F. 2016. “Hubungan Konsep Diri http://news.liputan6.com. [17/02/20]
Dengan Bullying Pada Siswa/Siswi Syarifah, F. 2014. “Kasus Bullying Di Kota
SMP Negeri 16 Samarinda”. Melalui Dan Di Desa Indonesia Hampir
www.ejournal.psikologi.fisip.unmul.ac. Sama”. http://news.liputan6.com.
id. [17/05/11]. [17/03/05]
Sandri, R. 2015. Perilaku Bullying Pada Usman, I. 2013. “Kepribadian,
Remaja Panti Asuhan Ditinjau Dari Komunikasi, Kelompok Teman Sebaya,
Kelekatan Dengan Teman Sebaya Dan Iklim Sekolah dan Perilaku Bullying”.
Harga Diri. Melalui Melalui http://journal.uad.ac.id.
https://jurnal.unmer.ac.id. [1703/03]. [17/08/16]
Saraswati, GK, dkk. 2015. Faktor-faktor Wicaksana, I. 2008. Mereka Bilang Aku
yang Mempengaruhi Konsep Diri Sakit Jiwa. Yogyakarta. Kanisius.
Remaja di SMPN 13 Yogyakarta. Melalui http://books.google.co.id.
Melalui www.ejournal.almaata.ac.id [17/02/18]
[17/08/03]. Winanti, T. 2012. Skripsi “Sikap Siswa
Sari, A.P dan Jatiningsih, O. 2015. “Konsep Kelas X SMK Y Tangerang Terhadap
Diri Pelaku dan Korban Bullying Pada Bullying”. Melalui
Siswa SMP Negeri 1 Mojokerto”. http://id.portalgaruda.org/. [17/02/20]
Melalui Yusuf, dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan
http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id. Kesehatan Jiwa.Jakarta. Salemba
[17/08/05] Medika.
Sarwono. S.W. 2011. Psikologi Remaja. Yusuf, S. 2014. Psikologi Perkembangan
Jakarta. Pt. Raja Grafindo Persada. Anak dan Remaja. Jakarta. Rosda.

E-ISSN 2623-1204 P-ISSN 2252-9462 | 124

Anda mungkin juga menyukai