3786 10082 1 PB
3786 10082 1 PB
ABSTRACT. This study aims to determine the relationship variables self-concept and
bullying on students of junior high 16,Samarinda, East Kalimantan. This research consists of
two variables: the dependent variable and independent variables namely bullying self-
concept.Type in this study using quantitative methods. Data collected by using scale.Sampel
in this study is the junior high school students 16 Samarinda as many as 123. Data analysis
technique used is nonparametric test analysis Somer's d and the overall program data using
SPSS version 20. The results showed significant association between self-concept and
bullying correlation value -0322 and the value of p = 0.000.
ABSTRAK. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variabel hubungan konsep diri dan
bullying pada siswa SMP 16, Samarinda, Kalimantan Timur. Penelitian ini terdiri dari dua
variabel: variabel dependen dan variabel independen yaitu intimidasi konsep diri. Jenis dalam
penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Data dikumpulkan dengan menggunakan
skala. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa SMP 16 Samarinda sebanyak 123. Teknik
analisis data yang digunakan adalah analisis uji nonparametrik Somer d dan data program
keseluruhan menggunakan SPSS versi 20. Hasil penelitian menunjukkan hubungan yang
signifikan antara diri Nilai korelasi-konsep dan intimidasi -0322 dan nilai p = 0,000.
1
Email: rianlbk@gmail.com
289
PENDAHULUAN lebih tua atau lebih kuat (Krahe, 2005).
Remaja (adolescence) adalah Kebanyakan perilaku bullying terjadi
individu yang sedang berada pada masa secara tersembunyi (covert) dan sering
perkembangan transisi antara masa anak- tidak dilaporkan sehingga kurang disadari
anak dan masa dewasa yang mencakup oleh kebanyakan orang (Glew, Rivara, dan
perubahan biologis, kognitif, dan sosio- Feudtner, 2000).
emosional (Santrock, 2003). Pada masa Menurut Coloroso (2003) bullying
ini, remaja mengalami berbagai macam adalah tindakan bermusuhan yang
perubahan dengan melalui proses yang dilakukan secara sadar dan disengaja yang
cukup rumit dan berhubungan dengan bertujuan untuk menyakiti, seperti
tugas perkembangan masa remaja. menakuti melalui ancaman agresi dan
Perkembangan sosial remaja dapat menimbulkan teror. Termasuk juga
dilihat dua macam gerak, yaitu: tindakan yang direncakan maupun yang
memisahkan diri dari orang tua dan spontan, bersifat nyata atau hampir tidak
menuju ke arah teman-teman sebaya kentara, di hadapan seseorang atau di
(Monks, 2004). Menurut Hurlock (1980) belakang seseorang, mudah untuk
yang terpenting dan tersulit dalam diidentifikasi atau terselubung dibalik
perubahan sosial yang dialami remaja persahabatan, dilakukan oleh seorang anak
adalah penyesuaian diri dengan atau kelompok anak. Sehingga dapat
meningkatnya pengaruh kelompok teman disimpulkan bahwa perilaku bullying
sebaya, perubahan dalam perilaku sosial, adalah suatu tindakan negatif berulang
pengelompokan sosial yang baru, nilai- yang dilakukan secara sadar dan disengaja
nilai baru dalam seleksi persahabatan, yang bermaksud untuk menyebabkan
nilai-nilai baru dalam penerimaan dan ketidaksenangan atau menyakitkan orang
penolakan sosial, dan nilai-nilai baru lain. Bullying adalah jenis yang paling
dalam seleksi pemimpin. Remaja umum dari agresi dan korban yang dialami
mempunyai nilai baru dalam menerima oleh anak-anak usia sekolah (O'Brennan,
atau tidak menerima anggota-anggota Bradshaw, & Sawyer, 2009). Bullying
berbagai kelompok sebaya seperti clique, terjadi pada semua tingkat usia, tetapi
kelompok besar, atau geng. Nilai ini mulai meningkat pada akhir sekolah dasar,
terutama didasarkan pada nilai kelompok puncak di sekolah menengah, dan
sebaya yang digunakan untuk menilai umumnya menurun di sekolah tinggi.
anggota-anggota kelompok. Bullying mempengaruhi baik anak laki-
Permasalahan yang sering dihadapi laki dan perempuan. Anak laki-laki lebih
para remaja berhubungan dengan sering terlibat dalam agresi fisik (Liu &
penolakan teman sebaya adalah Graves, 2011).
munculnya perilaku bullying yang Penelitian mengenai bullying telah
merupakan bentuk khusus agresi banyak dilakukan di berbagai negara. Pada
dikalangan teman sebaya. Bullying telah tahun 2001, Nansel dkk melakukan
dikenal sebagai masalah sosial yang penelitian terhadap 15.600 siswa grade 6
terutama ditemukan dikalangan anak-anak sampai 10 di Amerika. Hasilnya
sekolah. Hampir setiap anak mungkin menunjukkan sekitar 17 persen dari
pernah mengalami suatu bentuk perlakuan mereka melaporkan menjadi korban
tidak menyenangkan dari anak lain yang bullying dengan frekuensi kadang-kadang
290
Psikoborneo, Vol 3, No 3, 2015: 289-301 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674
sekali perlakuan kekerasan yang diberikan orang yang lemah, dan keinginan untuk
kepada korbannya berupa kekerasan fisik. menindas. Sehingga suasana belajar
Berdasarkan hasil wawancara menjadi kurang kondusif dikarenakan
dengan guru BK yang bernama AC di timbulnya rasa tidak aman dan takut pada
SMP Negeri 16 Samarinda pada bulan korban yang mengalami bullying ini.
Oktober tahun 2014, sejak beberapa tahun Penelitian bullying ini pernah
silam fenomena bullying memang bukan dilakukan di SMP N 5 Samarinda, Contoh
merupakan hal yang aneh dan peristiwa itu kalimat penghinaan yang sering diucapkan
sering terjadi secara diam-diam tanpa oleh pelaku kepada para korban bullying
pengawasan pihak sekolah. Biasanya disekolah tersebut ialah “pendek”,
korban takut untuk melaporkan perbuatan “keribo”, “batu” “belo”, “lelet”,“autis” dan
pelaku kepada pihak sekolah karena sebagainya. Melalui pengalaman buruk
merasa terancam. Bullying biasanya yang diterima oleh korban di masa lalu
dilakukan dikantin saat istirahat, digedung bukan tidak mungkin akan meninggalkan
belakang kelas, diaula, diluar sekolah trauma maupun tekanan yang cukup
bahkan dikelas disaat tanpa sepengetahuan mendalam yang kemudian akan
guru-guru. Korban bullying pun tak membentuk representasi mental atau
pandang bulu, sampai beberapa anak guru gambaran mental pada dirinya yang pada
yang mengajar disekolah setempat pernah akhirnya mempengaruhi keoptimisan
menjadi sasaran pelaku bullying hal ini korban serta semangat diri untuk kembali
berakibat kepercayaan diri dan munculnya memasuki lingkungan sosial (sekolah)
penurunan kegiatan belajar disekolah. yang baru nantinya. Sehingga hal ini dapat
mempengaruhi kepercayaan diri,
Berdasarkan hasil observasi yang kepribadian dan konsep diri individu
dilakukan peneliti, bahwa terlihat tersebut.
lingkungan sekolah di SMP Negeri 16 ini Menurut Anderson dan Bushman
kurang mendapatkan perhatian penuh oleh (2002) mengungkapkan bahwa faktor-
guru-guru setempat, misalnya kurangnya faktor yang mempengaruhi terjadinya
komunikasi yang terjalin antara guru perilaku bullying meliputi faktor personal
dengan murid secara aktif berdiskusi dan dan faktor situasional. Faktor personal
guru tidak memiliki kepekaan ketika adalah semua karakteristik yang ada pada
murid dihadapkan pada permasalahan. siswa, termasuk sifat-sifat kepribadian,
karena peneliti mengamati siswa-siswi sikap dan kecenderungan genetik atau
disekolah ini rata-rata banyak melakukan bawaan. Pada faktor personal inilah
pelanggaran dalam peraturan meskipun dijelaskan bahwa karakteristik individu
ada beberapa siswa-siswi yang menaati terdapat pada kepribadian, hal ini
peraturan dengan baik, disamping itu sikap mempengaruhi konsep diri seseorang
maupun tutur kata siswa-siswi kurang dalam pergaulannya sehari-hari terutama
sopan seperti berkata kasar dan suka lingkungan sekolah sehingga akan memicu
mendorong temannya dalam bergaul timbulnya bullying.
dengan sesama. Hal ini dapat Konsep diri seseorang akan mulai
menimbulkan perilaku agresi terhadap sadar akan identitasnya yang berlangsung
292
Psikoborneo, Vol 3, No 3, 2015: 289-301 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674
terus sebagai orang yang terpisah, orang membiarkan atau menerima perilaku
akan mempelajari namanya, menyadari bullying pada lingkungan sosial, berarti
bahwa bayangan dalam cermin adalah memberikan bullies power kepada pelaku
bayangan dari orang yang sama seperti bullying itu sendiri dan menciptakan
yang dilihatnya kemarin dan percaya akan interaksi sosial yang tidak sehat serta
tentang saya atau diri tetap bertahan dalam meningkatkan budaya kekerasan.
menghadapi pengalaman pengalaman yang Terutama lingkungan sekolah diharapkan
berubah ubah. Sanchez dan Roda (2003) dapat menerapkan peraturan yang ada
mendefinisikan konsep diri sebagai secara tegas dan konsisten kepada setiap
komponen manusia pengembangan siswa-siswi disekolah serta melakukan
kepribadian. Hal ini dikembangkan pengawasan yang serius. Kemudian
melalui proses refleksi diri dan rentan sekolah juga berupaya untuk
terhadap perubahan. mengoptimalkan fungsi unit BK
Selain itu juga merujuk kepada (bimbingan konseling), terutama agar
hasil penelitian terdahulu Riauskina, masalah dan penanganannya terhadap
Djuwita, dan Soestio (2005) school korban tindakan perilaku bullying dapat
bullying sebagai perilaku agresif yang ditindak lanjuti secara tepat. Karena itu
dilakukan berulang-ulang seorang atau penelitian ini sangat penting untuk diteliti.
sekelompok siswa yang memiliki Berdasarkan uraian di atas, maka
kekuasaan, terhadap siswa-siswi lain yang penulis ingin mempelajari dan dijadikan
lebih lemah, dengan tujuan menyakiti bahan analisa dengan membuat penelitian
orang tersebut. Hal ini menyebabkan untuk mengetahui hubungan antara konsep
konsep diri korban bullying menjadi diri dengan bullying pada siswa-siswi
negatif karena korban merasa tidak SMP Negeri 16 Kelurahan Loa Bakung,
diterima oleh lingkungannya. Korban Kecamatan Sungai Kunjang, Samarinda,
bullying juga merasa stres, dendam, Kalimantan Timur.
merana, malu, dan tertekan, bahkan
sampai melakukan bunuh diri. Kemudian TINJAUAN PUSTAKA
diungkapkan bahwa sebagian besar korban Bullying
bullying disebuah sekolah memiliki Rigby (2002) mendefinisikan
konsep diri negatif dan terdapat hubungan bullying sebagai penekanan atau
yang signifikan antara korban bullying dan penindasan berulang-ulang, secara
konsep diri dan menghasilkan penelitian psikologis atau fisik terhadap seseorang
semakin sering seseorang menjadi korban yang memiliki kekuatan atau kekuasaan
bullying maka akan semakin negatif yang kurang oleh orang atau kelompok
konsep diri yang dimilikinya. orang yang lebih kuat. Sementara itu Elliot
Bullying merupakan tindakan (2005) mendefinisikan bullying sebagai
agresivitas antarsiswa yang memiliki tindakan yang dilakukan seseorang secara
dampak paling negatif bagi korbannya. sengaja membuat orang lain takut atau
Oleh karena itu sekiranya mulai dari terancam. Bullying menyebabkan korban
sekarang dan untuk seterusnya masyarakat merasa takut, terancam atau setidak-
dapat menyadari bahwa dengan tidaknya tidak bahagia.
293
Psikoborneo, Vol 3, No 3, 2015: 289-301 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674
Definisi yang diterima secara luas dimana bahaya yang ditimbulkan oleh
adalah yang dibuat Olweus (2004) yang pelaku bullying dengan cara
menyatakan bahwa siswa yang melakukan menghancurkan hubungan-hubungan
bullying adalah ketika siswa secara yang dimiliki oleh korban, termasuk
berulang-ulang dan setiap saat berperilaku upaya pengucilan, menyebarkan gosip,
agresif terhadap seorang atau lebih siswa dan meminta pujian atau suatu tindakan
lain. tindakan negatif disini adalah ketika tertentu dari kompensasi persahabatan.
seseorang secara sengaja melukai atau Bullying dengan cara tidak langsung
mencoba melukai, atau membuat sering dianggap tidak terlalu berbahaya
seseorang tidak nyaman. Intinya secara jika dibandingkan dengan bullying
tidak langsung tersirat dalam definisi secara fisik, dimaknakan sebagai cara
perilaku agresif. bergurau antar teman saja. Padahal
Murphy (2009) memandang relational bullying lebih kuat terkait
bullying sebagai keinginan untuk dengan distress emosional daripada
menyakiti dan sebagian besar harus bullying secara fisik. Bullying secara
melibatkan ketidakseimbangan kekuatan fisik akan semakin berkurang ketika
serta orang atau kelompok yang menjadi siswa menjadi lebih dewasa tetapi
korban adalah yang tidak memiliki bullying yang sifatnya merusak
kekuatan dan perlakuan ini terjadi hubungan akan terus terjadi hingga usia
berulang-ulang dan diserang secara tidak dewasa.
adil. c. Cyberbullying (Intimidasi melalui dunia
Berdasarkan definisi yang telah maya), seiring dengan perkembangan
dipaparkan, maka dapat disimpulkan dibidang teknologi, siswa memiliki
bahwa bullying tindakan yang dilakukan media baru untuk melakukan bullying,
seseorang secara sengaja membuat orang yaitu melalui sms, telepon maupun
lain takut atau terancam sehingga internet. Cyberbullying melibatkan
menyebabkan korban merasa takut, penggunaan teknologi informasi dan
terancam atau setidak-tidaknya tidak komunikasi, seperti e-mail, telepon
bahagia. seluler dan peger, sms, website pribadi
yang menghancurkan reputasi
Bentuk-bentuk Bullying seseorang, survei di website pribadi
Menurut Bauman (2008), tipe-tipe yang merusak reputasi orang lain, yang
bullying adalah sebagai berikut : dimaksudkan adalah untuk mendukung
a. Overt bullying (Intimidasi terbuka), perilaku menyerang seseorang atau
meliputi bullying secara fisik dan secara sekelompok orang, yang ditujukan
verbal, misalnya dengan mendorong untuk menyakiti orang lain, secara
hingga jatuh, memukul, mendorong berulang-ulang kali.
dengan kasar, memberi julukan nama, Berdasarkan uraian diatas, maka
mengancam dan mengejek dengan dapat ditarik kesimpulan bentuk-bentuk
tujuan untuk menyakiti. bullying terdiri dari tiga yaitu Overt
b. Indirect bullying (Intimidasi tidak bullying (intimidasi secara terbuka),
langsung) meliputi agresi relasional, Indirect bullying (intimidasi secara tidak
294
Psikoborneo, Vol 3, No 3, 2015: 289-301 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674
kedepannya, yaitu penelitian hanya Orang tua agar bekerja sama dengan
dilakukan pada satu sekolah dan tidak pihak sekolah dengan mengadakan
dilakukan pengambilan data awal terhadap pertemuan dalam kegiatan konseling
beberapa sekolah untuk menentukan antara orang tua dan untuk terus
sekolah mana yang paling tinggi memperhatikan peningkatan atau
kecenderungan perilaku bullying. penurunan siswa dalam hal tingkah laku
Kemudian pada penelitian ini peneliti maupun pelajaran.
lebih menonjolkan perilaku bullying 3. Bagi Guru-guru di SMP Negeri 16
daripada korban bullying dengan tujuan Samarinda
untuk memberi informasi banyak Perilaku bullying yang dilakukan siswa-
mengenai permasalahan disekolah, agar siswi SMP memiliki peran yang penting
dapat dijadikan pembelajaran kedepannya sebagai seorang guru, terutama dalam
terutama orang tua dalam mendidik anak- pengawasan secara saksama dan
anak mereka. memiliki kepedulian yang lebih.
Selanjutnya diharapkan pada guru-guru
KESIMPULAN DAN SARAN untuk bersikap bijak pada siswa-siswi
Kesimpulan untuk menunjang kedisplinan, prestasi
Berdasarkan hasil penelitian yang dan dapat meminimalisir perilaku
telah dilakukan maka dapat disimpulkan bullying itu sendiri. Dari pihak sekolah
terdapat hubungan negatif antara konsep sebaiknya kegiatan BK atau bimbingan
diri dengan bullying siswa-siswi di SMP konseling lebih diefektifkan untuk lebih
Negeri 16 Samarinda, yang berarti bahwa mengetahui apa saja yang terjadi di
semakin tinggi konsep diri siswa maka lingkungan sekolah misalnya, interaksi
akan semakin rendah perilaku bullying. siswa dengan siswa, ataupun siswa
dengan guru.
Saran 4. Bagi peneliti selanjutnya
Berdasarkan penelitian yang telah Diharapkan dapat lebih
dilakukan dan hasil yang diperoleh, mengembangkan penelitian dengan
sehingga dengan ini penulis memberikan pokok bahasan yang sama baik dari segi
beberapa saran sebagai berikut : metode (seperti metode kualitatif), teori
1. Bagi subjek penelitian (siswa-siswi) maupun alat ukurnya. Selain itu peneliti
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan selanjutnya juga bisa mencari faktor-
hasil bahwa sebagian besar siswa-siswi faktor yang berpengaruh lainnya dan
SMP Negeri 16 memiliki konsep diri menspesifikkan variabel yang lebih
tinggi dan bullying yang rendah. sesuai dalam mempengaruhi variabel
Sehingga diharapkan siswa-siswi dapat terikat. Diharapkan dapat memperbaiki
mengurangi perilaku yang kurang baik alat ukur pada penelitan selanjutnya
terhadap sesama teman dan guru-guru untuk memperjelas hasil penelitian dan
dengan cara menumbuhkan pemikiran pembahasan topik yang akan diambil
positif agar dapat menjaga sikap menjadi permasalahan.
pertemanan satu sama lain.
2. Bagi Orang tua
299
Psikoborneo, Vol 3, No 3, 2015: 289-301 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674
301