Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Implementasi 3 (2) Oktober (2023): 109-117

Jurnal Implementasi
http://jurnalilmiah.org/journal/index.php/ji/index

Hubungan Perilaku Makan Terhadap Status Gizi pada Lansia di Wilayah


Sekaran Gunung Pati Kota Semarang

Yosua Chrisy Setyawan1, Syafira Rizma Putri Amalia2, Afriza Maulidiya3, Alma Amelia Maharani4,
Fharisa Musliawati Sheasar5, Tsalisa Elfa Soraya6
1,2 Kesehatan Masyarakat, Universitas Negeri Semarang
3,4,5,6 Gizi,Universitas Negeri Semarang

Info Artikel Abstrak

Sejarah Artikel: Lansia adalah seseorang yang sudah mencapai usia lebih dari 60 tahun, seringkali mengalami masalah-
Disubmit 20 Mei 2023 masalah kesehatan yang berkaitan dengan pola konsumsi makan dalam kehidupan sehari hari. Pola makan
Diterima 14 Juli 2023 lansia dapat digambarkan dengan berbagai kebiasaan seperti jenis makanan yang dikonsumsi, jumlah porsi
Diterbitkan 1 Oktober 2023 makan, dan juga jam makan. Pola makan yang baik dapat mendorong status gizi yang baik pula pada lansia,
mengingat banyak sekali penurunan sistem tubuh terutama pada pencernaan. Tujuan penelitian kali ini adalah
untuk mengetahui hubungan perilaku makan terhadap status gizi pada lansia di wilayah Sekaran Gunung Pati
Kata Kunci: kota Semarang. Jenis penelitian ini dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Yaitu teknik
kesehatan, status gizi, perilaku
pengambilan sampel dengan metode purposive sampling. Dilaksanakan metode survey wawancara dengan
makan, lansia, pencernaan
mengajukan pertanyaan lisan kepada responden. Dengan jumlah sampel 10 responden lansia rentang usia 60
keatas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa status gizi lansia dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti sosial
ekonomi, kesejahteraan psikologis, penurunan fungsi fisiologi tubuh, dan pengetahuan. Lansia diharapkan
dapat menjaga pola makan yang baik seperti mengkonsumsi buah dan sayur, tidur dan istirahat yang cukup
setiap harinya.

Corresponding author e-ISSN: 2747-0768


Email:
1
yosuachrisy@students.unnes.ac.id
2
syafiraamalia8586@students.unnes.ac.id
3
afrizamaulidiya@students.unnes.ac.id
4
ameliaalma49@students.unnes.ac.id
5
fharisamusliawati@students.unnes.ac.id
6
elfasoraya20@students.unnes.ac.id
110 Setyawan, dkk., Hubungan Perilaku Makan Terhadap Status Gizi pada Lansia di Wilayah Sekaran Gunung Pati Kota Semarang

PENDAHULUAN tahan tubuh. Sehingga, jika suatu individu telah


Masalah gizi merupakan masalah kesehatan memasuki usia lanjut, maka upaya dalam menjaga
utama di dunia termasuk negara Indonesia (Subarkah kualitas hidup para lansia agar lebih baik adalah
dalam Nasution, etal, 2016). Tingkat usia harapan dengan mempertahankan status gizi dengan kondisi
hidup masyarakat merupakan salah satu tolak ukur yang optimum.
kemajuan sebuah negara. Hingga saat ini Indonesia Status gizi merupakan keadaan tubuh dalam
memiliki peningkatan usia harapan hidup yang sejak hal asupan makanan dan pemakaian zat gizi. Kondisi
tahun 2000 telah dirasakan perkembangannya. gizi lansia dapat dipengaruhi dari faktor langsung dan
Berdasarkan PP No. 43 Tahun 2004, menyebutkan tidak langsung. Salah satu unsur tidak langsung yang
bahwa “lansia adalah seseorang yang telah mencapai memberi dampak pada status gizi adalah ketersediaan
usia 60 (enam puluh) tahun ke atas”. (Kemenkes RI, pangan keluarga. Ketersediaan pangan keluarga
2017). Sebelumnya oleh Kementerian Kesehatan mencakup kemampuan keluarga untuk memenuhi
Republik Indonesia pada tahun 2010-2014 telah kebutuhan nutrisi seluruh anggota keluarga dalam
mencanangkan sasaran rencana strategi untuk jumlah dan kualitas yang baik (Soekirman, 2000).
meningkatkan usia harapan hidup lansia dari 70,7 Selain itu, masalah gizi pada lansia muncul karena
menjadi 72 tahun. Mengikuti data proyeksi penduduk, perilaku makan yang salah, yakni ketidakseimbangan
Indonesia ditaksir memiliki 23,66 juta jiwa penduduk antara konsumsi gizi dengan kecukupan gizi yang
lansia pada tahun 2017. Jumlah populasi lansia disarankan. (Qurniawati, 2018). Ketidakseimbangan
memiliki peningkatan yang lebih besar jika ini dikenal sebagai malnutrisi. Malnutrisi adalah
dibandingkan dengan populasi penduduk dengan keadaan kekurangan, kelebihan atau ketimpangan
kelompok usia lainnya Dengan adanya peningkatan energi protein dan zat gizi lain yang diperlukan oleh
jumlah lansia ini, pemenuhan gizi merupakan salah tubuh, yang dapat berdampak pada gangguan fungsi
satu bagian penting yang harus dipenuhi. tubuh. Kondisi kurang gizi sering diderita oleh
Pertambahan usia menyebabkan perubahan masyarakat lanjut usia umumnya terjadi karena kondisi
fisik dan juga mental. (Agustiningrum et al., 2021). tersebut muncul tidak disadari hingga usia lanjut
Bermunculannya penyakit degeneratif serta non sampai kondisi gizi memburuk. (Boy, 2019).
generatif yang menyebabkan perubahan pada Perubahan status gizi saat memasuki usia
konsumsi makanan dan perubahan pada proses lanjut dapat diakibatkan oleh peralihan lingkungan
penyerapan zat gizi merupakan faktor kesehatan yang atau keadaan kesehatan. Berdasarkan pengamatan
mendukung perubahan tersebut. Lanjut usia manusia, pola makan yang kurang sehat, kurangnya
merupakan kelompok umur yang memiliki resiko aktivitas fisik, obesitas, stres, merokok, dan konsumsi
terjadinya kekurangan gizi yang dapat mengakibatkan alkohol berlebihan dapat menyebabkan penurunan
terjadinya malnutrisi. (Darmiaty et al., 2018). fungsi organ pada usia lanjut. Maka dari itu, penting
Sehingga perlu adanya pemenuhan serta penyesuaian untuk mempertahankan atau meningkatkan status gizi
kebutuhan gizi lansia yang diberikan secara benar agar agar kualitas hidup lansia dapat lebih baik. Keadaan
dapat membantu para lansia dalam menjaga status pada status gizi lansia pada penelitian ini diperhatikan
kesehatan atas penurunan fungsi sistem yang berdasarkan pengaruh dari perilaku makan. Perilaku
dialaminya. Perubahan yang umumnya terjadi pada makan merupakan rangkaian aktivitas yang dilakukan
lansia, seperti organ penciuman yang mempengaruhi untuk membentuk suatu antara korelasi individu
nafsu makan, menurunnya kinerja sistem organ dengan makanan. (Qurniawati, 2018). Pangan yang
pencernaan, penurunan kinerja fungsi mengunyah dimaksud tidak hanya mengacu pada jumlah dan jenis
pada gigi, dan hal lainnya seperti menopause pada pangan, tetapi juga kebiasaan dan perasaan yang
wanita. berkembang berkaitan dengan tindakan makan, seperti
Gizi dan pola makan memegang peranan pengetahuan dan eksekusi terhadap pola makan yang
penting dalam kesehatan lansia. Gizi tentunya sangat dianggap seimbang termasuk pengolahannya sehingga
diperlukan oleh lansia dalam mempertahankan makanan yang dikonsumsi memenuhi nutrisi yang
kesehatan dan taraf hidupnya. Gizi merupakan unsur dibutuhkan. (Qurniawati, 2018).
penting bagi kesehatan tubuh dan gizi yang baik Sebelumnya telah dilakukan sebuah penelitian
(Darmojo, 2011). Bagi lansia yang mengalami tentang, “Hubungan Perilaku Makan dan Status Gizi
gangguan nutrisi, proses penyembuhan dan Pada Lansia Kecamatan Wates, Kulon Progo” yang
pencegahan diatasi melalui gizi agar tidak terjadi dilakukan oleh Dessita Qurniawati dengan sampel
komplikasi penyakit yang diderita. Pada tahun 2021 lansia di Kecamatan Wates, Kulon Progo. (Qurniawati,
angka keluhan kesehatan lansia di Kabupaten 2018). Berdasarkan penelitian tersebut didapatan hasil
Semarang mencapai angka 76,9% dari jumlah total bahwa tidak ditemukan hubungan antara perilaku
lansia pada tahun tersebut, yakni sebanyak 132.156 makan dengan status gizi lansia. Padahal lansia
ribu jiwa dengan pembagian 41,4% lansia laki-laki dan termasuk ke dalam kelompok yang rentan gizi. Kondisi
35,5% lansia perempuan (Susenas, 2021). Pada lansia kesehatan pada tahap usia lanjut sangat ditentukan oleh
konsumsi tambahan energi sangat mempengaruhi daya kualitas dan kuantitas dari asupan gizi yang didapat.
Jurnal Implementasi 3 (2) Oktober (2023): 109-117 111

Penuaan yang terjadi pada lansia menyebabkan Berdasarkan penjelasan tersebut, data yang
keterbatasan bagi lansia dalam mencerna makanan. diambil dari hasil wawancara secara langsung sebagai
Seiring dengan pertambahan populasi lansia yang data primer. Sedangkan data sekunder merupakan data
meningkat, perlu dilakukan evaluasi kembali tentang yang diperoleh penulis dari jurnal-jurnal ilmiah, buku
hubungan perilaku makan terhadap status gizi lansia. referensi.
Termasuk di wilayah kabupaten Semarang yang
dimana pada tahun 2021 terdapat lebih dari setengah Pengolahan data dilakukan dengan cara
jumlah lansia yang ada menyumbang angka keluhan menganalisa hasil wawancara terhadap lansia
kesehatan. mengenai pola makan yang berdampak pada status
Berdasarkan penjabaran masalah-masalah gizi. Selain itu, sebagai pendukung data penulis juga
terhadap lansia di atas, maka penelitian ini ditujukan menggunakan sumber berasal dari urnal-jurnal ilmiah,
untuk: 1. Mengetahui perilaku makan lansia buku referensi.
berdasarkan pemahaman tentang gizi seimbang, 2. Teknik analisis data dengan menggunakan
mengetahui tentang hubungan perilaku makan lansia di teknik kualitatif dan kuantitatif deskriptif. Teknik
daerah Gunung Pati, Kota Semarang terhadap status kualitatif deskriptif yaitu dengan mendeskripsikan dan
gizi yang dimiliki, sehingga dapat diambil kesimpulan menginterpretasikan data yang telah terkumpul, tanpa
berdasarkan perilaku makan responden tentang baik bermaksud mengubah data yang telah terkumpul. Data
atau buruknya status gizi lansia di daerah Gunung Pati, berupa hasil wawancara yang kemudian dijabarkan
Kota Semarang, mengetahui bagaimana perilaku atau dideskripsikan menggunakan kata sehingga
makan yang benar. Selain itu, artikel ini diharapkan disusun menjadi kalimat dan akhirnya mendapatkan
sebagai bentuk dukungan atas kebijakan pemerintah jawaban dari permasalahan yang ada.
dalam meningkatkan usia harapan hidup masyarakat Teknik kuantitatif deskriptif yaitu upaya
dengan memperhatikan kesehatan berdasarkan status mengukur variabel-variabel yang ada dalam penelitian
gizi lansia. (Waktu makan, Porsi makan, Menu makan, dan
camilan yang dimakan) untuk kemudian dicari
METODE PENELITIAN hubungan antara variabel tersebut. Pendekatan
Metode penelitian yang digunakan merupakan kuantitatif mementingkan adanya variabel-variabel
wawancara yaitu penelitian dalam metode survei yang sebagai objek.
mengumpulkan data dari satu populasi dengan
mengajukan pertanyaan secara lisan kepada para HASIL DAN PEMBAHASAN
responden penelitian yang telah dilaksanakan pada Hubungan antara perilaku makan dengan
bulan Desember tahun 2022. Tempat penelitian status gizi pada lansia sangat erat. Perilaku makan yang
bertempat di sekitar wilayah Sekaran Gunung Pati tidak sehat atau tidak teratur dapat menyebabkan
Kota Semarang. Populasi penelitian ini adalah lansia berbagai masalah kesehatan pada lansia, termasuk
dengan sejumlah 10 responden dengan rentang usia 60 masalah gizi seperti kekurangan gizi atau obesitas.
tahun keatas. Beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku makan
Bahan yang digunakan adalah data dari hasil lansia antara lain adanya perubahan selera dan
wawancara yang dilakukan kepada 10 responden kemampuan rasa, keterbatasan fisik, dan penurunan
dengan rentang usia 60 tahun keatas. Sumber-sumber nafsu makan. Sedangkan, untuk menjaga status gizi
data dari jurnal-jurnal ilmiah, buku referensi. Alat dari lansia tetap sehat, penting untuk mengadopsi perilaku
penelitian ini berupa pertanyaan sebanyak 4 makan yang baik, seperti mengonsumsi makanan yang
pertanyaan. Menanyakan Waktu makan, Porsi makan, sehat dan bergizi, menjaga asupan cairan, dan
Menu makan, dan camilan yang dimakan. menghindari makanan yang tinggi lemak dan gula.
Teknik pengumpulan data yang digunakan Lansia juga perlu menghindari alkohol dan merokok,
merupakan wawancara dengan mengajukan yang dapat mempengaruhi penyerapan nutrisi dan
pertanyaan secara lisan, kemudian untuk memperkuat kesehatan secara keseluruhan.
data, penulis juga menggunakan sumber data dari Para Lansia pada wilayah Gunung Pati sudah
jurnal-jurnal ilmiah, buku referensi. memahami seberapa penting perilaku makan yang baik
Menurut Sugiyono (2009) (seperti yang dikutip dalam untuk memenuhi gizi secara seimbang. Hal ini
Wijoyo, 2020), sumber data dapat dikelompokkan dibuktikan pada hasil wawancara makanan-makanan
menjadi dua kategori, yaitu : yang dikonsumsi pada lansia tidak menunjukkan
a. Data Primer, sumber data yang diperoleh langsung adanya makanan yang tinggi lemak dan gula. Pada
dari lapangan dengan melakukan pengumpulan proses awal para lansia diberikan beberapa pertanyaan
data secara langsung. terkait asupan yang dikonsumsi selama sehari. Para
b. Data Sekunder, sumber data yang telah tersedia lansia diberi pertanyaan oleh pewawancara dan
dan diperoleh dari berbagai sumber, seperti buku, terjawab dengan baik. Berikut merupakan laporan dari
jurnal, dokumen, laporan, dan database. hubungan perilaku makan terhadap status gizi lansia
yang berada pada wilayah Gunung Pati.
112 Setyawan, dkk., Hubungan Perilaku Makan Terhadap Status Gizi pada Lansia di Wilayah Sekaran Gunung Pati Kota Semarang

kurang, 4 lansia dalam kategori normal, dan 5 lansia


ada pada kategori lebih.
Analisis Univariat
Pemahaman Lansia Akan Gizi Seimbang Pemahaman Lansia Akan Gizi Seimbang

Tabel 1. Pemahaman lansia diwilayah Gunung PEMAHAMAN LANSIA AKAN


pati akan gizi seimbang GIZI SEIMBANG
Pemahaman Frekuensi Persentase
Baik 8 80% Memahami Gizi
20% Seimbang
Kurang baik 2 20%
80% Kurang
Tabel 1 menunjukkan bahwa pengetahuan dan Memahami Giz
pemahaman lansia mengenai gizi seimbang Seimbang
dominan pada kriteria baik dengan jumlah responden
sebanyak 8 lansia dengan persentase 80%. Pemahaman
kategori kurang baik sebanyak 2 responden dengan Gambar 1. Diagram Presentase
persentase 20%. Pemahaman Lansia akan Gizi Seimbang diwilayah
Gunung Pati Semarang
Sikap dan Pemilihan Makanan Lansia
Tabel 2. Sikap dan pemilihan makanan pada Para Lansia pada wilayah Gunung Pati sudah
Lansia diwilayah Gunungpati memahami seberapa penting perilaku makan yang baik
untuk memenuhi gizi secara seimbang. Pada digram
Sikap Frekuensi Persentase
diatas didapati bahwa 80% lansia ada pada pemahaman
Baik 7 70% baik, dan 20% persen ada pada kategori kurang.
Kurang baik 3 30% Sehingga dapat disimpulkan bahwa mayoritas lansia
yang menjadi responden memiliki pemahaman tentang
Tabel 2 dapat memberikan gambaran gizi seimbang yang baik. Menurut Supariasa (seperti
mengenai sikap dan pemilihan makanan lansia yang yang dikutip dalam Kecamatan & Tahun, 2018) status
hampir keseluruhan nya dalam kondisi baik dengan gizi merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara
presentase 70% dengan jumlah 7 responden. Sikap dan makanan yang masuk kedalam tubuh (nutrient input)
pemilihan makanan kategori kurang baik sebanyak 3 dengan kebutuhan tubuh (nutrient output) akan zat gizi
responden dengan persentase 30%. tersebut. Salah satu cara untuk memberi pemahaman
gizi seimbang adalah dengan cara mengadakan
Variasi Makanan Pada Lansia program penyuluhan serta sosialisasi mengenai
Tabel 3. Variasi makanan sehari-hari oleh lansia pengertian gizi seimbang dan perilaku makan yang
diwilayah Gunung Pati baik bagi lansia. Diadakan komunikasi interaktif
Variasi makanan Frekuensi Persentase dengan cara membuka ruang komunikasai dengan
mitra kerja. Dengan adanya kegiatan ini diharapkan
Variatif 8 80%
dapat meningkatkan pengetahuan lansia untuk
Tidak variatif 2 20% memulai mengonsumsi makanan yang bergizi
seimbang untuk mengatasi masalah nutrisi yang belum
Tabel 3 memberikan gamabaran terkait variasi tercukupi. Hal tersebut sejalan dengan penelitian (Sari
olahan makanan yang dikonsumsi lansia sehari hari. 8 et al., 2012) bahwa informasi yang didapat oleh
orang memiliki olahan makanan yang variatif seseorang bisa berpengaruh pada perubahan sikap
sedangkan 2 diantaranya tidak bervariatif dan yang membutuhkan bantuan agar terjadi proses dan
cenderung berulang. pemahaman dalam diri seseorang
Ketidaktahuan lansia akan kebutuhan gizi
Status Gizi Lansia dalam pemilihan jenis makanan yang sesuai dengan
Tabel 4. Status gizi lansia diwilayah Gunung Pati kebutuhannya merupakan faktor yang menunjang
Status Gizi Frekuensi Persentase seorang lansia mengalami kekurangan gizi. Asupan
Kurang 1 10% gizi merupakan penyebab tingkat kesehatan lansia
menurun. Apabila lansia mengonsumsi asupan gizi
Normal 4 40%
yang baik maka dapat meningkatkan tingkat
Lebih 5 50% kesehatannya. Jenis makanan kerap kali menjadi
gangguan untuk lansia dalam mencukupi asupan gizi
Tabel 4 menggambarkan status gizi lansia di mereka karena fungsi sistem pencernaan lansia sudah
wilayah Gunung Pati Semarang. Terdapat 3 katogori mulai menurun (Anna et al., 2017). Tetapi para
status gizi lansia, didapati 1 lansia mengalami gizi responden lansia sekarang dapat mengetahui berbagai
Jurnal Implementasi 3 (2) Oktober (2023): 109-117 113

informasi terkait gizi karena para responden aktif 70% lansia sudah memiliki sikap yang baik dalam
dalam melakukan kegiatan Posbindu. Pengetahuan pemilihan makanan yang dikonsumsi.
tentang gizi seimbang sebelum dan sesudah diberikan Seiring bertambahnya usia, pola makan yang
pengarahan mengalami perubahan. sehat menjadi semakin penting bagi lansia untuk
Pengetahuan sangat penting karena aspek menjaga kesehatan dan kualitas hidup yang optimal.
tersebut berpengaruh terhadap perilaku kesehatan. Pola makan yang baik meliputi makanan pokok, lauk-
Pada dasarnya, seseorang bertindak atau bersikap pauk, buah-buahan dan sayur-sayuran serta dimakan
didorong oleh adanya suatu kebutuhan. Selain dalam jumlah cukup yang sesuai dengan kebutuhan.
kebutuhan faktor yang berperan dalam terbentuknya Ada beberapa lansia yang memiliki alergi ikan laut,
sikap adalah motif dan dorongan, perangsang atau udang, dan telur. Sehingga sumber asupan gizi lansia
penguat dan pengaruh sikap serta kepercayaan menjadi terbatas, utamanya protein. Lalu sikap dari
(Supariasa, 2011). Pada proses awal para lansia beberapa lansia yang memiliki pantangan terhadap
diberikan beberapa pertanyaan terkait asupan yang jereoan merupakan suatu sikap yang bagus untuk
dikonsumsi selama sehari. Para lansia diberi menghindari kolesterol yang tinggi yang terdapat
pertanyaan oleh pewawancara dan terjawab dengan dalam jeroan. (Ira Mutiara Kusuma, M.Haffidudin,
baik. Pemahaman akan gizi seimbang responden 2015). Berikut ini beberapa variasi pola makan yang
mengalami peningkatan, hal ini dikarenakan disarankan untuk lansia:
responden sudah mendapatkan informasi sehingga 1. Diet Mediterania, diet ini fokus pada makanan
paham dan dapat menerapkan dilingkungan keluarga yang kaya akan nutrisi seperti buah-buahan,
ataupun masyarakat sekitar. sayuran, biji-bijian, ikan, dan minyak zaitun. Diet
Selain itu, peneliti juga memberikan beberapa Mediterania dapat membantu menjaga kesehatan
pertanyaan terkait diet yang berfungsi untuk menjaga jantung dan meningkatkan daya tahan tubuh.
status gizi seimbang. Namun, hasil yang didapatkan 2. Diet rendah lemak jenuh, lansia dapat
cukup berbanding terbalik dengan pemahaman tentang mengurangi risiko penyakit jantung dan kolesterol
gizi seimbang. Lansia masih cukup awam bagaimana tinggi dengan mengonsumsi makanan rendah
mekanisme diet dengan beranggapan bahwa diet hanya lemak jenuh seperti ikan, kacang-kacangan, biji-
untuk menurunkan berat badan dengan mengurangi bijian, dan sayuran.
kuantitas makanan yang dikonsumsi. 3. Diet rendah garam, lansia dengan tekanan darah
tinggi sebaiknya mengurangi konsumsi garam.
Sikap dan Pemilihan Makanan Lansia Hindari makanan yang tinggi garam seperti
makanan cepat saji dan makanan olahan.
SIKAP DAN PEMILIHAN 4. Diet tinggi serat, serat dapat membantu menjaga
pencernaan sehat dan memperbaiki kesehatan
MAKANAN LANSIA
jantung. Lansia dapat meningkatkan asupan serat
dengan mengonsumsi buah-buahan, sayuran, biji-
Sikap dan
Pemilihan bijian, dan kacang-kacangan.
30% Makanan Baik 5. Diet tinggi protein, protein dapat membantu
menjaga massa otot dan mengurangi risiko
70%
Sikap dan
osteoporosis. Lansia dapat mengonsumsi makanan
Pemilihan yang kaya protein seperti daging tanpa lemak,
Makanan ikan, kacang-kacangan, dan produk susu rendah
Kurang Baik lemak.
Gizi yang baik dan makanan yang bervariasi
dapat menjamin terpenuhinya kecukupan sumber
Gambar 2. Sikap dan Pemilihan Makanan Lansia energi, zat pembangun dan zat pengatur bagi
kebutuhan gizi seseorang, sehingga status gizi
seseorang membaik dan memperkuat daya tahan tubuh
Sikap dan pemilihan makanan yang dapat
terhadap serangan dari penyakit.
dilihat dari data yang telah diambil dari responden, 7
dari 10 lansia memliki pemilihan makan yang cukup
Variasi Makanan Lansia
baik. Hal ini sesuai dengan isu sebelumnya yang
dimana mayoritas responden memiliki pemahaman VARIASI MAKANAN LANSIA
tentang gizi yang baik, dibuktikan dengan poin
20%
pembahasan ini dengan sikap lansia dalam pemilihan Makanan
makanan yang baik. Mulai usia 40 tahun kebutuhan Bervariasi
energi total semakin berkurang, sehingga dianjurkan
80%
untuk mengurangi konsumsi makanan berlemak
terutama lemak hewani yang kaya akan lemak jenuh Gambar 3. Diagram Presentase Tingkat Variasi
dan kolesterol. (Anggraini & Oliver, 2019). Sebanyak Makanan Lansia
114 Setyawan, dkk., Hubungan Perilaku Makan Terhadap Status Gizi pada Lansia di Wilayah Sekaran Gunung Pati Kota Semarang

Menurut Sulistyoningsih dalam (Nasution et Faktor usia menyebabkan lansia mengalami


al., 2016) mengatakan bahwa pola makan adalah penurunan kondisi dan kemampuan baik secara fisik
gambaran mengenai macam, jumlah, dan komposisi maupun psikologis. Namun, disisi lain lansia juga
bahan makanan yang dimakan tiap hari oleh satu orang dituntut untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
yang merupakan ciri khas dari suatu kelompok Salah satunya menjaga pola makan yang sehat agar
masyarakat tertentu. Pola makan yang terbentuk sangat mendapatkan asupan gizi seimbang. Penurunan indera
erat kaitannya dengan kebiasaan makan seseorang. penciuman, penurunan sekresi air, motalitas usus
Menurut Damaiyanti dalam (Nasution et al., 2016) menjadi lambat dan perubahan degeneratif lain yang
bahwa mengkonsumsi makanan yang baik akan mempengaruhi pencernaan menjadi tantangan utama
memungkinkan untuk mencapai kondisi kesehatan dan bagi lansia.
kondisi gizi yang baik. Berdasarkan data yang diperoleh, 2 dari 10
Makanan yang dikonsumsi oleh sebagaian lansia responden menderita alergi terhadap udang, ikan
besar responden berada dalam kriteria baik laut dan telur yang notabene ketiga bahan makanan ini
(bervariasi). Sebanyak 80% persentase responden merupakan sumber protein. Alergi adalah suatu reaksi
mengonsumsi makanan yang bervariasi setiap harinya. hipersensitivitas yang diperantarai oleh mekanisme
Mereka memadukan karbohidrat, protein, vitamin, imunologi, yaitu reaksi atau respon tubuh yang
mineral dengan sedemikian rupa agar tidak merasa berlebihan terhadap alergen (Portnoy, 2015).
bosan. Seperti halnya dengan mengganti nasi menjadi Kelompok usia yang rentan terhadap alergi adalah
ubi ubian yang kerap dikonsumsi ketika sarapan. kelompok lansia. Prevalensi penyakit alergi pada
Namun 20% dari total seluruh responden memiliki lansia diperkirakan sekitar 5-10% (Cardona, 2011).
pola makan yang kurang bervariasi. Responden Oleh karena itu mereka harus mengganti sumber
memiliki kegemaran dalam mengkonsumsi suatu protein tersebut sesuai dengan kondisi kesehatan yang
bahan makanan seperti tempe dan tahu. Hal ini dialami. Adapun makanan tinggi protein lain yang
membuat responden enggan untuk menggantikan lauk dapat dikonsumsi responden yaitu daging ayam,
dengan sumber protein lain seperti ikan ataupun daging sapi, brokoli, dan kacang tanah.
telur. Selain itu, cara pengolahan makanan oleh lansia Sebanyak 80% lansia memiliki riwayat
mayoritas menyebutkan masih sering atau lebih penyakit yang membuat mereka memiliki pantangan
menyukai dengan cara digoreng. Padahal cara dalam beberapa makanan yang akan dikonsumsinya.
pengolahan tersebut dapat mengakibatkan makanan Pantangan tidak memakan jeroan dan meminum kopi
memiliki kandungan kalori dan lemak trans yang lebih juga sangat berpengaruh pada penyakit hipertensi yang
tinggi. (Sipul & Sodik, 2012). akan ditimbulkann serta selalu waspada terhadap
Beberapa responden memiliki kebiasaan untuk komplikasi yang bisa terjadi kapanpun. Status gizi
memakan sayur ataupun lauk sisa yang sudah sangat dipengaruhi oleh asupan gizi. Pola makan
dipanaskan dengan alasan lebih irit dan tidak berhubungan dengan kejadian hipertensi. Bahwa pola
membuang waktu untuk memasak ataupun membeli makan yang buruk berisiko mengalami hipertensi
makanan. Kebiasaan memanaskan beberapa makanan dibandingkan dengan pola makan baik. Menurut
dapat mengubah senyawa gizi menjadi racun bagi Rahayu, dkk (2020) resiko terkena hipertensi dengan
tubuh. (Fitri et al., 2017). Sayuran hijau menjadi satu berat badan lebih, berpeluang 2,3 kali dibandingkan
permasalahan yang ditemui pada penelitian ini. dengan berat badan normal dan kurus. Responden
Sayuran hijau memiliki kandungan nitrat yang cukup dengan berat badan lebih akan terjadi penumpukan
tinggi, apabila terjadi pemanasan berulan akan jaringan lemak, yang dapat menyebabkan peningkatan
melepaskan senyawa karsinogenik yang memicu resistensi pembuluh darah dalam meningkatkan kerja
terjadinya kanker. jantung untuk dapat memompakan darah ke seluruh
tubuh. Hal tersebut perlu diperhatikan mengingat 50%
Lansia Dengan Riwayat Penyakit responden memiliki status gizi lebih. Gizi lebih
meningkatkan resiko terjadinya hipertensi karena
LANSIA DENGAN RIWAYAT beberapa sebab. Makin besar massa tubuh, makin
PENYAKIT banyak darah yang dibutuhkan untruk memasok
oksigen dan makanan ke jaringan tubuh.
20%
Penelitian yang dilakukan oleh Aquarista dan
Lansia yang Hadi di Banjarmasin menyatakan bahwa terdapat
Memiliki hubungan antara status gizi obesitas dengan kejadian
80%
Penyakit hipertensi (p value = 0,0009) [11]. Sejalan dengan
penelitian Fitriana yang menyatakan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara status gizi lansia
Gambar 4. Diagram Presentase Lansia dengan dengan kejadian hipertensi dengan nilai p value =
Riwayat Penyakit 0,001. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Fitriana pada tahun 2015 menyatakan bahwa
Jurnal Implementasi 3 (2) Oktober (2023): 109-117 115

perubahan status gizi yang ditandai dengan tersebut juga memberikan batasan akan sumber asupan
peningkatan berat badan dapat secara langsung gizi. Beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku
mempengaruhi perubahan tekanan darah, oleh sebab makan lansia antara lain
itu penilaian status gizi menjadi penting karena dapat 1. Konsumsi makanan yang tidak seimbang: Lansia
menggambarkan status gizi seseorang yang memiliki yang cenderung mengonsumsi makanan yang
korelasi dengan terjadinya kesakitan dalam hal ini kurang seimbang, seperti makanan yang
status gizi yang dihubungkan dengan kejadian mengandung terlalu banyak gula, garam, dan
hipertensi. lemak jenuh, dapat mengalami kekurangan nutrisi
Berdasarkan data dan penelitian yang tertentu dan akhirnya berdampak pada status gizi
dilakukan mengenai berat badan responden lansia yang buruk.
wilayah Sekaran Gunung Pati ada pada kisaran 50-60 2. Keterbatasan dalam mengonsumsi makanan:
kg. Berdasarkan perhitungan IMT (Indeks Massa Lansia yang mengalami kesulitan dalam
Tubuh) yang telah peneliti lakukan menyatakan bahwa mengunyah atau menelan makanan, atau memiliki
IMT responden ada di angka 25-29 dan masuk ke masalah pencernaan tertentu, seperti gastritis atau
dalam kategori berat badan berlebih. Penghitungan GERD, mungkin akan mengalami kesulitan dalam
IMT dilakukan dengan menggunakan klasifikasi mengonsumsi makanan yang sehat dan bergizi.
Departemen Kesehatan RI, yaitu kategori gizi kurang 3. Gangguan pada selera makan: Lansia yang
(IMT<18.5), normal (IMT 18,5-25), dan gizi lebih mengalami gangguan pada selera makan dapat
(IMT 25). Hal tersebut dapat diakibatkan dari menjadi lebih sulit untuk mencapai kebutuhan gizi
kebiasaan pengolahan makanan oleh lansia serta harian mereka.
pemahaman lansia akan diet untuk gizi seimbang yang
masih kurang. Sehingga lansia tidak mengetahui Sedangkan, untuk menjaga status gizi lansia
makanan apa yang dapat mengganti pantangan tetap sehat, ada beberapa hal yang dapat dilakukan,
makanan untuk memenuhi asupan gizi, walaupun antara lain:
dalam hal pemahaman gizi seimbang mayoritas lansia 1. Konsumsi makanan seimbang dan bergizi:
dikategorikan baik. Oleh karenanya pemantauan berat Konsumsi makanan yang mengandung karbohidrat
badan (BB) secara teratur minimal 2 minggu sekali kompleks, protein, lemak sehat, serat, vitamin, dan
bertujuan untuk mendeteksi jika terjadi penambahan mineral yang cukup. Jangan lupa juga untuk
atau penurunan BB. Responden harus mewaspadai mengonsumsi air putih yang cukup.
peningkatan atau penurunan BB lebih dari 0,5 kg per 2. Batasi konsumsi garam, gula, dan lemak jenuh:
minggu dari BB normal. Sementara tinggi badan lansia Mengurangi konsumsi makanan yang
bisa jadi semakin pendek dibandingkan dengan tinggi mengandung garam, gula, dan lemak jenuh dapat
badan usia dewasa karena penurunan kepadatan tulang. membantu menjaga kesehatan jantung dan
Pemerataan status gizi responden lansia harus mengurangi risiko obesitas.
terus diupayakan. Berdasarkan data responden didapati 3. Mengonsumsi suplemen: Lansia seringkali
bahwa pemerataan makanan bergizi belum merata memiliki kebutuhan nutrisi yang berbeda dengan
yang menyebabkan beberapa responden mengalami orang dewasa lainnya. Sebaiknya konsultasikan
peningkatan tekanan darah. Penelitian ini sejalan dengan dokter atau ahli gizi mengenai suplemen
dengan penelitian yang dilakukan oleh Legi (2015) yang tepat untuk kebutuhan nutrisi lansia.
yang menyatakan bahwa terdapat Hubungan Status 4. Rutin berolahraga: Olahraga dapat membantu
Gizi Lansia dengan Hipertensi di Wilayah Kerja meningkatkan kesehatan jantung dan mengurangi
Puskesmas Paniki Bawah Kecamatan Mapanget Kota risiko obesitas. Lakukan olahraga dengan
Manado Tahun 2015.Yaitu salah satu faktor yang intensitas yang sesuai dengan kondisi fisik Anda.
memicu timbulnya penyakit hipertensi karena status 5. Rutin periksakan kesehatan: Lansia perlu
gizi tidak merata. Kelebihan gizi dimulai pada usia 45 memeriksakan kesehatan secara rutin agar dapat
tahun hingga biasannya berhubungan gaya hidup dan mendeteksi dini penyakit yang mungkin muncul.
kemakmuran. Dengan kondisi asupan makanan dan Lansia juga perlu menghindari alkohol dan
vitamin gizi melebihi kebutuhan tubuh. merokok, yang dapat mempengaruhi penyerapan
nutrisi dan kesehatan secara keseluruhan. Penting
HASIL ANALISIS BIVARIAT untuk memperhatikan perilaku makan lansia dan
Perilaku makan pada lansia dapat dikatakan memastikan bahwa mereka mengonsumsi makanan
memiliki hubungan dengan status gizi mereka. yang sehat dan bergizi untuk mempertahankan status
Perilaku makan yang tidak sehat atau tidak teratur dan gizi yang optimal. Jika terdapat masalah dalam
didukung dengan beberapa riwayat penyakit dapat perilaku makan atau status gizi, sebaiknya
menyebabkan berbagai masalah kesehatan pada lansia, berkonsultasi dengan dokter atau ahli gizi untuk
termasuk masalah gizi seperti kekurangan gizi atau mendapatkan saran yang tepat dan solusi yang efektif.
obesitas. Selain itu, keterbatasan lansia dalam memilih
makanan akibat pantangan dari riwayat penyakit
116 Setyawan, dkk., Hubungan Perilaku Makan Terhadap Status Gizi pada Lansia di Wilayah Sekaran Gunung Pati Kota Semarang

PENUTUP Ira Mutiara Kusuma, M.Haffidudin, A. P. (2015).


Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN
sebagian besar lansia di wilayah Sekaran Gunung Pati PENINGKATAN KADAR KOLESTEROL
memiliki perilaku makan yang cukup baik. PADA LANSIA DI JEBRES SURAKARTA.
Jurnal Keperawatan, 26.
Selanjutnya, lansia tidak menyampaikan adanya
Kecamatan, D. I., & Tahun, K. (2018). Jurnal Ilmu
keluhan kesehatan yang dialami. Berdasarkan hasil Kedokteran Dan Kesehatan , Volume 5 , Nomor 3 ,
tersebut yang didukung dengan referensi ilmiah Juli 2018 Jurnal Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan
lainnya didapatkan kesimpulan bahwa terdapat , Volume 5 , Nomor 3 , Juli 2018. 5(April), 165–
hubungan antara perilaku makan terhadap status gizi 173.
lansia di wilayah Sekarang Gunung Pati, Kota Kemenkes RI. (2017). Analisis Lansia di Indonesia. Pusat
Semarang. Mayoritas lansia memiliki status gizi Data Dan Informasi Kementerian Kesehatan RI.
normal sampai lebih. Oleh karenanya praktik Langingi, A. R. C. (2021). Hubungan Status Gizi dengan
pemilihan jenis makanan yang dikonsumsi sehari-hari Derajat Hipertensi Pada Lansia Di Desa
harus terus diupayakan agar energi dan gizi yang Tombolango Kecamatan Lolak. Coping:
Community of Publishing in Nursing, 9(1), 46.
dibutuhkan.
Mayo Clinic. (2021). Aging and Diet: Tips to Help You Age
Well.
DAFTAR PUSTAKA Nancy, M. Y., & Rachma, N. (2016). Gambaran Pola
Academy of Nutrition and Dietetics. Nutrition for Seniors: Konsumsi Makanan Sehat Pada Lansia di
Recommendations for a Healthy Diet. Dusun Papringan Kecamatan Semin Kabupaten
Agustiningrum, R., Handayani, S., & Hermawan, A. (2021). Gunungkidul. (Doctoral dissertation,
Hubungan Status Gizi dengan Penyakit Diponegero University).
Degeneratif Kronik pada Lansia di Puskesmas National Institute on Aging. (2021). Eating Well As You Get
Jogonalan I. Urecol Journal. Part D: Applied Older.
Sciences, 1(1). https://doi.org/10.53017/ujas.52 Notoatmodjo. 2014. Ilmu Perilaku Keseahatan. Cetakan ke
Anggraini, A. R., & Oliver, J. (2019). Pola Makan Lansia. 1. Rineka Cipta. Yogyakarta
Journal of Chemical Information and Modeling, Qurniawati, D. (2018). Hubungan Perilaku Makan Dan
53(9), 1689–1699. Status Gizi Pada Lansia Di Kecamatan Wates
Akbar, D. M., & Aidha, Z. (2020). Perilaku Penerapan Gizi Kabupaten Kulon Progo. UNY Journal, 1.
Seimbang Masyarakat Kota Binjai Pada Masa Sambo, M., Ciuantasari, F., & Maria, G. (2020). Hubungan
Pandemi Covid-19 Tahun 2020. Jurnal Menara Pola Makan Dengan Status Gizi Pada Anak Usia
Medika, 3(1), 15–21. Prasekolah. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi
Akmal, H. (2012). Perbedaan Asupan Energi, Protein, Husada, 11(1), 423–429.
Aktivitas Fisik Dan Status Gizi Antara Lansia Sartika, N., Reni Zulfitri, Riri Novayelinda. 2011. Faktor-
Yang Mengikuti Dan Tidak Mengikuti Senam Faktor Yang Mempengaruhi Status
Bugar Lansia. Jurnal Kedokteran Diponegoro, Gizi Lansia. Jurnal Ners Indonesia, 2(01), 40-46.
1(1), 104654. Sipul, E. H., & Sodik, M. A. (2012). Bahayanya sering
Al Fariqi, M. Z. (2021). Hubungan antara Status Gizi dengan makan gorengan. Kesehatan Strada Indonesia,
Kejadian Hipertensi pada Lansia di Puskesmas 1(1), 1–5.
Narmada Lombok Barat. Nutriology : Jurnal Wijoyo, H. (2020). Implementasi Mett Ā Sutta Terhadap
Pangan,Gizi,Kesehatan, 2(2), 15–22. Metode Pembelajaran Di. Ilmu Agama Dan
Anggraini, A. R., & Oliver, J. (2019). Pola Makan Lansia. Pendidikan Agama Buddha, 2(March), 1–13.
Journal of Chemical Information and Modeling, https://www.researchgate.net/profile/Hadion-
53(9), 1689–1699. Wijoyo/publication/344804871_IMPLEMENTAS
Boy, E. (2019). PREVALENSI MALNUTRISI PADA I_METTA_SUTTA_TERHADAP_METODE_PE
LANSIA DENGAN PENGUKURAN MINI MBELAJARAN_DI_KELAS_VIRYA_SEKOLA
NUTRITIONAL ASESSMENT (MNA) DI H_MINGGU_SARIPUTTA_BUDDHIES/links/5f
PUSKESMAS. Herb-Medicine Journal, 2(1). 91313a92851c14bcdb1ed4/IMPLEMENTASI-
https://doi.org/10.30595/hmj.v2i1.3583 METTA-SUTTA-TERHADAP-METODE-
Christy, J., & Bancin, L. J. (2020). Status Gizi Lansia. PEMBELA
Sleman: Deepublish, 1-4. Wirahana, G. Y., Mangalik, G., & Ranimpi, Y. Y. (2021).
Darmiaty, Jafar, N., & Malasari, S. (2018). Screening and Kondisi psikologis dan perilaku makan
Assessment of Nutritional Status on Elderly in dalam menentukan status gizi lansia. Ecopsy, 8(1),
Pampang, Makassar. Indonesian Contemporary 20-33.
Nursing Journal, 1(2). World Health Organization. Healthy Diet for Older Adult.
Fatmah. (2010). Gizi Usia Lanjur. Jakarta: Erlangga Medical Yasin, Z., & Suprayitno, E. (2019). Pemenuhan Gizi
Series Seimbang Bagi Lansia Di Pulau Gili Iyang
Fitri, M., Zuraini, & Indani. (2017). Analisis Kecukupan Kecamatan Dungkek. Jurnal ABDIRAJA, 2(1), 12-
Gizi Ibu Menyusui Di Desa Aneuk Paya 17.
Kecamatan. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan
Kesejahteraan Keluarga, 2(3), 13–21.
http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/article/view/970
4/3959

Anda mungkin juga menyukai