612-File Utama Naskah-1335-1-10-20230722
612-File Utama Naskah-1335-1-10-20230722
Jurnal Implementasi
http://jurnalilmiah.org/journal/index.php/ji/index
Yosua Chrisy Setyawan1, Syafira Rizma Putri Amalia2, Afriza Maulidiya3, Alma Amelia Maharani4,
Fharisa Musliawati Sheasar5, Tsalisa Elfa Soraya6
1,2 Kesehatan Masyarakat, Universitas Negeri Semarang
3,4,5,6 Gizi,Universitas Negeri Semarang
Sejarah Artikel: Lansia adalah seseorang yang sudah mencapai usia lebih dari 60 tahun, seringkali mengalami masalah-
Disubmit 20 Mei 2023 masalah kesehatan yang berkaitan dengan pola konsumsi makan dalam kehidupan sehari hari. Pola makan
Diterima 14 Juli 2023 lansia dapat digambarkan dengan berbagai kebiasaan seperti jenis makanan yang dikonsumsi, jumlah porsi
Diterbitkan 1 Oktober 2023 makan, dan juga jam makan. Pola makan yang baik dapat mendorong status gizi yang baik pula pada lansia,
mengingat banyak sekali penurunan sistem tubuh terutama pada pencernaan. Tujuan penelitian kali ini adalah
untuk mengetahui hubungan perilaku makan terhadap status gizi pada lansia di wilayah Sekaran Gunung Pati
Kata Kunci: kota Semarang. Jenis penelitian ini dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Yaitu teknik
kesehatan, status gizi, perilaku
pengambilan sampel dengan metode purposive sampling. Dilaksanakan metode survey wawancara dengan
makan, lansia, pencernaan
mengajukan pertanyaan lisan kepada responden. Dengan jumlah sampel 10 responden lansia rentang usia 60
keatas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa status gizi lansia dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti sosial
ekonomi, kesejahteraan psikologis, penurunan fungsi fisiologi tubuh, dan pengetahuan. Lansia diharapkan
dapat menjaga pola makan yang baik seperti mengkonsumsi buah dan sayur, tidur dan istirahat yang cukup
setiap harinya.
Penuaan yang terjadi pada lansia menyebabkan Berdasarkan penjelasan tersebut, data yang
keterbatasan bagi lansia dalam mencerna makanan. diambil dari hasil wawancara secara langsung sebagai
Seiring dengan pertambahan populasi lansia yang data primer. Sedangkan data sekunder merupakan data
meningkat, perlu dilakukan evaluasi kembali tentang yang diperoleh penulis dari jurnal-jurnal ilmiah, buku
hubungan perilaku makan terhadap status gizi lansia. referensi.
Termasuk di wilayah kabupaten Semarang yang
dimana pada tahun 2021 terdapat lebih dari setengah Pengolahan data dilakukan dengan cara
jumlah lansia yang ada menyumbang angka keluhan menganalisa hasil wawancara terhadap lansia
kesehatan. mengenai pola makan yang berdampak pada status
Berdasarkan penjabaran masalah-masalah gizi. Selain itu, sebagai pendukung data penulis juga
terhadap lansia di atas, maka penelitian ini ditujukan menggunakan sumber berasal dari urnal-jurnal ilmiah,
untuk: 1. Mengetahui perilaku makan lansia buku referensi.
berdasarkan pemahaman tentang gizi seimbang, 2. Teknik analisis data dengan menggunakan
mengetahui tentang hubungan perilaku makan lansia di teknik kualitatif dan kuantitatif deskriptif. Teknik
daerah Gunung Pati, Kota Semarang terhadap status kualitatif deskriptif yaitu dengan mendeskripsikan dan
gizi yang dimiliki, sehingga dapat diambil kesimpulan menginterpretasikan data yang telah terkumpul, tanpa
berdasarkan perilaku makan responden tentang baik bermaksud mengubah data yang telah terkumpul. Data
atau buruknya status gizi lansia di daerah Gunung Pati, berupa hasil wawancara yang kemudian dijabarkan
Kota Semarang, mengetahui bagaimana perilaku atau dideskripsikan menggunakan kata sehingga
makan yang benar. Selain itu, artikel ini diharapkan disusun menjadi kalimat dan akhirnya mendapatkan
sebagai bentuk dukungan atas kebijakan pemerintah jawaban dari permasalahan yang ada.
dalam meningkatkan usia harapan hidup masyarakat Teknik kuantitatif deskriptif yaitu upaya
dengan memperhatikan kesehatan berdasarkan status mengukur variabel-variabel yang ada dalam penelitian
gizi lansia. (Waktu makan, Porsi makan, Menu makan, dan
camilan yang dimakan) untuk kemudian dicari
METODE PENELITIAN hubungan antara variabel tersebut. Pendekatan
Metode penelitian yang digunakan merupakan kuantitatif mementingkan adanya variabel-variabel
wawancara yaitu penelitian dalam metode survei yang sebagai objek.
mengumpulkan data dari satu populasi dengan
mengajukan pertanyaan secara lisan kepada para HASIL DAN PEMBAHASAN
responden penelitian yang telah dilaksanakan pada Hubungan antara perilaku makan dengan
bulan Desember tahun 2022. Tempat penelitian status gizi pada lansia sangat erat. Perilaku makan yang
bertempat di sekitar wilayah Sekaran Gunung Pati tidak sehat atau tidak teratur dapat menyebabkan
Kota Semarang. Populasi penelitian ini adalah lansia berbagai masalah kesehatan pada lansia, termasuk
dengan sejumlah 10 responden dengan rentang usia 60 masalah gizi seperti kekurangan gizi atau obesitas.
tahun keatas. Beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku makan
Bahan yang digunakan adalah data dari hasil lansia antara lain adanya perubahan selera dan
wawancara yang dilakukan kepada 10 responden kemampuan rasa, keterbatasan fisik, dan penurunan
dengan rentang usia 60 tahun keatas. Sumber-sumber nafsu makan. Sedangkan, untuk menjaga status gizi
data dari jurnal-jurnal ilmiah, buku referensi. Alat dari lansia tetap sehat, penting untuk mengadopsi perilaku
penelitian ini berupa pertanyaan sebanyak 4 makan yang baik, seperti mengonsumsi makanan yang
pertanyaan. Menanyakan Waktu makan, Porsi makan, sehat dan bergizi, menjaga asupan cairan, dan
Menu makan, dan camilan yang dimakan. menghindari makanan yang tinggi lemak dan gula.
Teknik pengumpulan data yang digunakan Lansia juga perlu menghindari alkohol dan merokok,
merupakan wawancara dengan mengajukan yang dapat mempengaruhi penyerapan nutrisi dan
pertanyaan secara lisan, kemudian untuk memperkuat kesehatan secara keseluruhan.
data, penulis juga menggunakan sumber data dari Para Lansia pada wilayah Gunung Pati sudah
jurnal-jurnal ilmiah, buku referensi. memahami seberapa penting perilaku makan yang baik
Menurut Sugiyono (2009) (seperti yang dikutip dalam untuk memenuhi gizi secara seimbang. Hal ini
Wijoyo, 2020), sumber data dapat dikelompokkan dibuktikan pada hasil wawancara makanan-makanan
menjadi dua kategori, yaitu : yang dikonsumsi pada lansia tidak menunjukkan
a. Data Primer, sumber data yang diperoleh langsung adanya makanan yang tinggi lemak dan gula. Pada
dari lapangan dengan melakukan pengumpulan proses awal para lansia diberikan beberapa pertanyaan
data secara langsung. terkait asupan yang dikonsumsi selama sehari. Para
b. Data Sekunder, sumber data yang telah tersedia lansia diberi pertanyaan oleh pewawancara dan
dan diperoleh dari berbagai sumber, seperti buku, terjawab dengan baik. Berikut merupakan laporan dari
jurnal, dokumen, laporan, dan database. hubungan perilaku makan terhadap status gizi lansia
yang berada pada wilayah Gunung Pati.
112 Setyawan, dkk., Hubungan Perilaku Makan Terhadap Status Gizi pada Lansia di Wilayah Sekaran Gunung Pati Kota Semarang
informasi terkait gizi karena para responden aktif 70% lansia sudah memiliki sikap yang baik dalam
dalam melakukan kegiatan Posbindu. Pengetahuan pemilihan makanan yang dikonsumsi.
tentang gizi seimbang sebelum dan sesudah diberikan Seiring bertambahnya usia, pola makan yang
pengarahan mengalami perubahan. sehat menjadi semakin penting bagi lansia untuk
Pengetahuan sangat penting karena aspek menjaga kesehatan dan kualitas hidup yang optimal.
tersebut berpengaruh terhadap perilaku kesehatan. Pola makan yang baik meliputi makanan pokok, lauk-
Pada dasarnya, seseorang bertindak atau bersikap pauk, buah-buahan dan sayur-sayuran serta dimakan
didorong oleh adanya suatu kebutuhan. Selain dalam jumlah cukup yang sesuai dengan kebutuhan.
kebutuhan faktor yang berperan dalam terbentuknya Ada beberapa lansia yang memiliki alergi ikan laut,
sikap adalah motif dan dorongan, perangsang atau udang, dan telur. Sehingga sumber asupan gizi lansia
penguat dan pengaruh sikap serta kepercayaan menjadi terbatas, utamanya protein. Lalu sikap dari
(Supariasa, 2011). Pada proses awal para lansia beberapa lansia yang memiliki pantangan terhadap
diberikan beberapa pertanyaan terkait asupan yang jereoan merupakan suatu sikap yang bagus untuk
dikonsumsi selama sehari. Para lansia diberi menghindari kolesterol yang tinggi yang terdapat
pertanyaan oleh pewawancara dan terjawab dengan dalam jeroan. (Ira Mutiara Kusuma, M.Haffidudin,
baik. Pemahaman akan gizi seimbang responden 2015). Berikut ini beberapa variasi pola makan yang
mengalami peningkatan, hal ini dikarenakan disarankan untuk lansia:
responden sudah mendapatkan informasi sehingga 1. Diet Mediterania, diet ini fokus pada makanan
paham dan dapat menerapkan dilingkungan keluarga yang kaya akan nutrisi seperti buah-buahan,
ataupun masyarakat sekitar. sayuran, biji-bijian, ikan, dan minyak zaitun. Diet
Selain itu, peneliti juga memberikan beberapa Mediterania dapat membantu menjaga kesehatan
pertanyaan terkait diet yang berfungsi untuk menjaga jantung dan meningkatkan daya tahan tubuh.
status gizi seimbang. Namun, hasil yang didapatkan 2. Diet rendah lemak jenuh, lansia dapat
cukup berbanding terbalik dengan pemahaman tentang mengurangi risiko penyakit jantung dan kolesterol
gizi seimbang. Lansia masih cukup awam bagaimana tinggi dengan mengonsumsi makanan rendah
mekanisme diet dengan beranggapan bahwa diet hanya lemak jenuh seperti ikan, kacang-kacangan, biji-
untuk menurunkan berat badan dengan mengurangi bijian, dan sayuran.
kuantitas makanan yang dikonsumsi. 3. Diet rendah garam, lansia dengan tekanan darah
tinggi sebaiknya mengurangi konsumsi garam.
Sikap dan Pemilihan Makanan Lansia Hindari makanan yang tinggi garam seperti
makanan cepat saji dan makanan olahan.
SIKAP DAN PEMILIHAN 4. Diet tinggi serat, serat dapat membantu menjaga
pencernaan sehat dan memperbaiki kesehatan
MAKANAN LANSIA
jantung. Lansia dapat meningkatkan asupan serat
dengan mengonsumsi buah-buahan, sayuran, biji-
Sikap dan
Pemilihan bijian, dan kacang-kacangan.
30% Makanan Baik 5. Diet tinggi protein, protein dapat membantu
menjaga massa otot dan mengurangi risiko
70%
Sikap dan
osteoporosis. Lansia dapat mengonsumsi makanan
Pemilihan yang kaya protein seperti daging tanpa lemak,
Makanan ikan, kacang-kacangan, dan produk susu rendah
Kurang Baik lemak.
Gizi yang baik dan makanan yang bervariasi
dapat menjamin terpenuhinya kecukupan sumber
Gambar 2. Sikap dan Pemilihan Makanan Lansia energi, zat pembangun dan zat pengatur bagi
kebutuhan gizi seseorang, sehingga status gizi
seseorang membaik dan memperkuat daya tahan tubuh
Sikap dan pemilihan makanan yang dapat
terhadap serangan dari penyakit.
dilihat dari data yang telah diambil dari responden, 7
dari 10 lansia memliki pemilihan makan yang cukup
Variasi Makanan Lansia
baik. Hal ini sesuai dengan isu sebelumnya yang
dimana mayoritas responden memiliki pemahaman VARIASI MAKANAN LANSIA
tentang gizi yang baik, dibuktikan dengan poin
20%
pembahasan ini dengan sikap lansia dalam pemilihan Makanan
makanan yang baik. Mulai usia 40 tahun kebutuhan Bervariasi
energi total semakin berkurang, sehingga dianjurkan
80%
untuk mengurangi konsumsi makanan berlemak
terutama lemak hewani yang kaya akan lemak jenuh Gambar 3. Diagram Presentase Tingkat Variasi
dan kolesterol. (Anggraini & Oliver, 2019). Sebanyak Makanan Lansia
114 Setyawan, dkk., Hubungan Perilaku Makan Terhadap Status Gizi pada Lansia di Wilayah Sekaran Gunung Pati Kota Semarang
perubahan status gizi yang ditandai dengan tersebut juga memberikan batasan akan sumber asupan
peningkatan berat badan dapat secara langsung gizi. Beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku
mempengaruhi perubahan tekanan darah, oleh sebab makan lansia antara lain
itu penilaian status gizi menjadi penting karena dapat 1. Konsumsi makanan yang tidak seimbang: Lansia
menggambarkan status gizi seseorang yang memiliki yang cenderung mengonsumsi makanan yang
korelasi dengan terjadinya kesakitan dalam hal ini kurang seimbang, seperti makanan yang
status gizi yang dihubungkan dengan kejadian mengandung terlalu banyak gula, garam, dan
hipertensi. lemak jenuh, dapat mengalami kekurangan nutrisi
Berdasarkan data dan penelitian yang tertentu dan akhirnya berdampak pada status gizi
dilakukan mengenai berat badan responden lansia yang buruk.
wilayah Sekaran Gunung Pati ada pada kisaran 50-60 2. Keterbatasan dalam mengonsumsi makanan:
kg. Berdasarkan perhitungan IMT (Indeks Massa Lansia yang mengalami kesulitan dalam
Tubuh) yang telah peneliti lakukan menyatakan bahwa mengunyah atau menelan makanan, atau memiliki
IMT responden ada di angka 25-29 dan masuk ke masalah pencernaan tertentu, seperti gastritis atau
dalam kategori berat badan berlebih. Penghitungan GERD, mungkin akan mengalami kesulitan dalam
IMT dilakukan dengan menggunakan klasifikasi mengonsumsi makanan yang sehat dan bergizi.
Departemen Kesehatan RI, yaitu kategori gizi kurang 3. Gangguan pada selera makan: Lansia yang
(IMT<18.5), normal (IMT 18,5-25), dan gizi lebih mengalami gangguan pada selera makan dapat
(IMT 25). Hal tersebut dapat diakibatkan dari menjadi lebih sulit untuk mencapai kebutuhan gizi
kebiasaan pengolahan makanan oleh lansia serta harian mereka.
pemahaman lansia akan diet untuk gizi seimbang yang
masih kurang. Sehingga lansia tidak mengetahui Sedangkan, untuk menjaga status gizi lansia
makanan apa yang dapat mengganti pantangan tetap sehat, ada beberapa hal yang dapat dilakukan,
makanan untuk memenuhi asupan gizi, walaupun antara lain:
dalam hal pemahaman gizi seimbang mayoritas lansia 1. Konsumsi makanan seimbang dan bergizi:
dikategorikan baik. Oleh karenanya pemantauan berat Konsumsi makanan yang mengandung karbohidrat
badan (BB) secara teratur minimal 2 minggu sekali kompleks, protein, lemak sehat, serat, vitamin, dan
bertujuan untuk mendeteksi jika terjadi penambahan mineral yang cukup. Jangan lupa juga untuk
atau penurunan BB. Responden harus mewaspadai mengonsumsi air putih yang cukup.
peningkatan atau penurunan BB lebih dari 0,5 kg per 2. Batasi konsumsi garam, gula, dan lemak jenuh:
minggu dari BB normal. Sementara tinggi badan lansia Mengurangi konsumsi makanan yang
bisa jadi semakin pendek dibandingkan dengan tinggi mengandung garam, gula, dan lemak jenuh dapat
badan usia dewasa karena penurunan kepadatan tulang. membantu menjaga kesehatan jantung dan
Pemerataan status gizi responden lansia harus mengurangi risiko obesitas.
terus diupayakan. Berdasarkan data responden didapati 3. Mengonsumsi suplemen: Lansia seringkali
bahwa pemerataan makanan bergizi belum merata memiliki kebutuhan nutrisi yang berbeda dengan
yang menyebabkan beberapa responden mengalami orang dewasa lainnya. Sebaiknya konsultasikan
peningkatan tekanan darah. Penelitian ini sejalan dengan dokter atau ahli gizi mengenai suplemen
dengan penelitian yang dilakukan oleh Legi (2015) yang tepat untuk kebutuhan nutrisi lansia.
yang menyatakan bahwa terdapat Hubungan Status 4. Rutin berolahraga: Olahraga dapat membantu
Gizi Lansia dengan Hipertensi di Wilayah Kerja meningkatkan kesehatan jantung dan mengurangi
Puskesmas Paniki Bawah Kecamatan Mapanget Kota risiko obesitas. Lakukan olahraga dengan
Manado Tahun 2015.Yaitu salah satu faktor yang intensitas yang sesuai dengan kondisi fisik Anda.
memicu timbulnya penyakit hipertensi karena status 5. Rutin periksakan kesehatan: Lansia perlu
gizi tidak merata. Kelebihan gizi dimulai pada usia 45 memeriksakan kesehatan secara rutin agar dapat
tahun hingga biasannya berhubungan gaya hidup dan mendeteksi dini penyakit yang mungkin muncul.
kemakmuran. Dengan kondisi asupan makanan dan Lansia juga perlu menghindari alkohol dan
vitamin gizi melebihi kebutuhan tubuh. merokok, yang dapat mempengaruhi penyerapan
nutrisi dan kesehatan secara keseluruhan. Penting
HASIL ANALISIS BIVARIAT untuk memperhatikan perilaku makan lansia dan
Perilaku makan pada lansia dapat dikatakan memastikan bahwa mereka mengonsumsi makanan
memiliki hubungan dengan status gizi mereka. yang sehat dan bergizi untuk mempertahankan status
Perilaku makan yang tidak sehat atau tidak teratur dan gizi yang optimal. Jika terdapat masalah dalam
didukung dengan beberapa riwayat penyakit dapat perilaku makan atau status gizi, sebaiknya
menyebabkan berbagai masalah kesehatan pada lansia, berkonsultasi dengan dokter atau ahli gizi untuk
termasuk masalah gizi seperti kekurangan gizi atau mendapatkan saran yang tepat dan solusi yang efektif.
obesitas. Selain itu, keterbatasan lansia dalam memilih
makanan akibat pantangan dari riwayat penyakit
116 Setyawan, dkk., Hubungan Perilaku Makan Terhadap Status Gizi pada Lansia di Wilayah Sekaran Gunung Pati Kota Semarang