Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN MEKATRONIKA

SENSOR SUHU DAN SENSOR CAHAYA

Nama : Nur Fachirah


NIM : 32318045
Kelas : 3B Elektronika
Kelompok : 3 (Tiga)

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRONIKA


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
2019 / 2020
1. TUJUAN
• Mahasiswa dapat memahami dan menguasai prinsip kerja sensor suhu LM35
dan dapat menggunakannya pada beberapa aplikasi berbasis mikrokontroler
Arduino.
• Mahasiswa dapat memahami dan mengoperasikan sensor suhu dengan output
digital dan komunikasi serial.
• Mahasiswa dapat memahami dan menguasai prinsip kerja sensor cahaya LDR,
photodiode, phototransistor dan dapat menggunakannya pada beberapa aplikasi
berbasis mikrokontroler Arduino.
• Mahasiswa dapat memahami dan mengoperasikan sensor cahaya dengan output
digital dan komunikasi serial.
2. DASAR TEORI
A. Sensor Suhu
Komponen Elektronika untuk keperluan pengukuran suhu yang paling
mudah ditemukan adalah NTC (Negative Temperature Coefficient) dan PTC
(Positive Temperature Coefficient). Keduanya adalah resistor yang hambatannya
dapat berubah sesuai dengan suhu di sekitarnya. Hambatan NTC akan turun
apabila suhu di sekitarnya naik, sedangkan hambatan PTC akan naik apabila suhu
di sekitarnya naik.

Gambar 2.1 Komponen NTC

Selain itu, terdapat empat jenis utama sensor suhu yang umum digunakan,
yaitu thermocouple (T/C), resistance temperature detector (RTD), termistor dan
IC sensor. Thermocouple pada intinya terdiri dari sepasang transduser panas dan
dingin yang disambungkan dan dilebur bersama, dimana terdapat perbedaan yang
timbul antara sambungan tersebut dengan sambungan referensi yang berfungsi
sebagai pembanding.
Resistance Temperature Detector (RTD) memiliki prinsip dasar pada
tahanan listrik dari logam yang bervariasi sebanding dengan suhu. Kesebandingan
variasi ini adalah presisi dengan tingkat konsisten/kestabilan yang tinggi pada
pendeteksian tahanan. Platina adalah bahan yang sering digunakan karena
memiliki tahanan suhu, kelinearan, stabilitas dan reproduksibilitas.
Termistor adalah resistor yang peka terhadap panas yang biasanya
mempunyai koefisien suhu negatif, karena saat suhu meningkat maka tahanan
menurun atau sebaliknya. Jenis ini sangat peka dengan perubahan tahanan 5% per
°C sehingga mampu mendeteksi perubahan suhu yang kecil. Sedangkan IC Sensor
adalah sensor
suhu dengan rangkaian terpadu yang menggunakan chip silikon untuk
kelemahan penginderanya. Mempunyai konfigurasi output tegangan dan arus
yang sangat linear.
IC sensor suhu yang biasa digunakan adalah IC LM35. Sensor suhu LM35
merupakan komponen elektronika yang berfungsi untuk mengubah besaran fisis
yang berupa suhu menjadi besaran elektris tegangan. Sensor suhu LM35 memiliki
parameter bahwa setiap kenaikan 1ºC tegangan keluarannya naik sebesar 10mV
dengan batas maksimal keluaran sensor adalah 1,5 V pada suhu 150°C. Misalnya
pada perancangan menggunakan sensor suhu LM35 kita tentukan keluaran ADC
mencapai full scale pada saat suhu 100°C, sehingga saat suhu 100°C tegangan
keluaran sensor suhu LM35 (10mV/°C x 100°C) = 1V.

Gambar 2.2 Sensor suhu LM35

Pin 1 berfungsi sebagai sumber tegangan kerja dari LM35, pin 2 atau
tengah digunakan sebagai tegangan keluaran atau Vout dengan jangkauan
kerja dari 0 Volt sampai dengan 1,5 Volt dengan tegangan operasi sensor LM35
yang dapat digunakan antar 4 Volt sampai 30 Volt. Pada contoh rangkaian yang
dipergunakan, tegangan referensi dipergunakan adalah 5 volt.
Prinsip Kerja Sensor LM 35
Mula-mula vcc sebesar 5 V digunakan untuk menghidupkan sensor LM35
yang akan mendeteksi suhu. Keluaran sensor ini akan naik sebesar 10 mV setiap
derajad celcius sehingga diperoleh persamaan sebagai berikut :
VLM35 = Suhu*10mV;
Sebagai gambaran jika suhu terukur adalah 2°C maka V LM35 =
2x10mV = 20mV.
Secara prinsip sensor akan melakukan penginderaan pada saat perubahan
suhu setiap suhu 1 ºC akan menunjukan perubahan tegangan sebesar 10 mV.
Karakteristik dari sensor suhu LM35.
a. Memiliki sensitivitas suhu, dengan faktor skala linier antara tegangan dan
suhu 10 mVolt/ºC, sehingga dapat dikalibrasi langsung dalam celcius.
b. Memiliki ketepatan atau akurasi kalibrasi yaitu 0,5ºC pada suhu 25 ºC.
c. Memiliki jangkauan maksimal operasi suhu antara -55 ºC sampai +150 ºC.
d. Bekerja pada tegangan 4 sampai 30 volt.
e. Memiliki arus rendah yaitu kurang dari 60 µA.
f. Memiliki pemanasan sendiri yang rendah (low-heating) yaitu kurang dari
0,1 ºC pada udara diam.
g. Memiliki impedansi keluaran yang rendah yaitu 0,1 W untuk beban 1 mA.
h. Memiliki ketidaklinieran hanya sekitar ± ¼ ºC.

B. Sensor Cahaya
Sensor cahaya yang paling mudah ditemukan dan digunakan adalah LDR
(Light Dependent Resistor), yakni resistor khusus yang nilai hambatannya dapat
berubah sesuai dengan intensitas cahaya. Jika cahaya makin terang (intensitas
cahaya naik), nilai hambatan LDR mengecil. Sebaliknya, bila intensitas
cahayanya berkurang, nilai hambatan LDR akan membesar. Elemen pada LDR
(fotoresistor) terbuat dari Cadmium Sulfida (CdS) yang peka terhadap cahaya
tampak. Nilai resistansi fotoresistor berkisar antara beberapa ohm hingga
beberapa kilo ohm.

Gambar 2.3. LDR (Light Dependent Resistor)


LDR (Fotoresistor) dihubungkan dengan resistor lain untuk membentuk
rangkaian pembagi tegangan untuk diukur beda tegangannya. Gambar 2.10.
menunjukkan rangkaian fotoresistor, untuk (a) tegangan output sebanding dengan
intensitas cahaya, sedangkan pada (b) tegangan berbanding terbalik dengan
intensitas cahaya. Nilai R dipilih sehingga nilai V out diusahakan berada pada
rentang 0 – 5 V. Untuk penggunaan umum nilai R dapat dipilih 330 atau 470
ohm. Output dari rangkaian fotoresistor dapat dihubungkan dengan komparator
untuk mendapatkan sinyal biner (on/off) ataupun ADC. Fotoresistor mempunyai
kelemahan dibanding fototransistor ataupun fotodioda yaitu waktu responsnya
yang relatif lambat.

Gambar 2.4 Fotoresistor dan rangkaiannya

Selain LDR juga terdapat sensor yang lain yang dapat digunakan, yakni
fotodioda, Fotodioda terbuat dari bahan semikonduktor PN seperti halnya diode
atau LED (Light Emitting Diode) yang hanya dapat dilewati arus pada satu arah
saja (forward bias), yaitu dari anoda ke katoda. Namun, jika terkena cahaya,
fotodioda dapat dilalui arus pada arah yang berlawanan dengan arah arus forward
bias pada dioda. Bahkan, fotodioda mampu menghasilkan arus listrik yang
bernilai kecil ketika dikenai cahaya. Fotodioda juga memiliki kelebihan lain,
yakni respon yang lebih cepat terhadap perubahan intensitas cahaya, terutama jika
cahaya yang digunakan adalah sinar infra merah (infra red). Oleh karena itulah,
pada pembuatan robot line follower, fotodioda banyak digunakan sebagai sensor
untuk membedakan garis hitam dan garis putih.
Gambar 2.5. Fotodioda
Sensor cahaya mempunyai banyak kegunaan pada sistem otomasi. Beberapa
contohnya antara lain deteksi kertas pada printer, penentuan banyaknya lampu
yang dibutuhkan suatu ruangan, dan penentuan nyala lampu blitz pada kamera.
Pada mobile robot, sensor cahaya kebanyakan digunakan untuk dua hal,
yaitu penjejak garis dan deteksi obyek. Robot penjejak garis menggunakan sensor
cahaya untuk menentukan garis yang berwarna gelap dengan lantai yang
berwarna terang atau sebaliknya. Sensor deteksi obyek dapat dibagi menjadi :
a. sensor proksimasi : biasanya berupa sensor dengan output biner. Obyek
hanya diketahui jika memasuki zona tertentu di sekitar robot, di luar zona
itu obyek diabaikan.
b. sensor pengukuran jarak : selain mengetahui keberadaan suatu obyek,
sensor juga dapat mengetahui jarak obyek dari robot dalam rentang jarak
tertentu.
Selain kedua penggunaan utama tersebut, sensor cahaya dapat juga
digunakan sebagai pengukur temperatur (inframerah) dan sensor api (ultraviolet).
Fototransistor adalah transistor (biasanya dari jenis NPN) yang dapat
meneruskan arus sesuai dengan banyaknya intensitas cahaya yang mengenainya.
Berbeda dengan fotoresistor yang peka terhadap cahaya tampak, fototransistor
dan juga fotodioda lebih peka terhadap cahaya pada spektrum inframerah. Cahaya
pada fototransistor menggantikan peranan arus basis, semakin banyak intensitas
cahaya, semakin banyak arus yang dapat dialirkan dari kolektor ke emitor. Contoh
rangkaian fototransistor ditunjukkan pada Gambar 2.6.
Gambar 2.6 Rangkaian fototransistor

Rangkaian tersebut bersifat active low, yang berarti tegangan output


berbanding terbalik dengan intensitas cahaya yang diterima. Output rangkaian
fototransistor biasanya dihubungkan dengan pengkondisi sinyal biner seperti
inverting transistor, komparator, ataupun Schmit trigger. Fototransistor sering
ditemui dalam kemasan berpasangan dengan LED (biasanya inframerah)
membentuk rangkaian optokopler (atau optoisolator) dan optoreflektor.
Fotodioda merupakan dioda yang peka terhadap cahaya. Dioda pada
umumnya hanya dapat mengalirkan arus dari anoda ke katoda, namun fotodioda
dapat mengalirkan arus yang berarah sebaliknya (dari katoda ke anoda) saat diberi
cahaya. Rangkaian fotodioda mirip dengan rangkaian fototransistor seperti terlihat
pada Gambar 2.7. Jika diberi cahaya maka tegangan output akan berkurang,
begitu juga jika keadaan sebaliknya.

Gambar 2.7 Rangkaian fotodioda


3. ALAT DAN BAHAN
o Komputer / PC / Laptop dengan port USB
o Board Arduino Uno + kabel
o Software Arduino IDE
o Sensor LM35
o LED
o LCD Display
o Sensor LDR
o Resistor 10K Ohm
o Resistor 1M Ohm
o Resistor 1KOhm
o Kapasitor 0.1 uF
o Kabel jumper beserta konektornya(secukupnya)
o Breadboard
o Avometer

4. PROSEDUR PERCOBAAN
A. Sensor Suhu
1) Menjalankan Arduino IDE, lalu mengetik kode sebagai berikut:

Gambar 4.1. Kode pada Arduino IDE


2) Menghubungkan sensor LM35 dengan Arduino UNO dengan susunan
sebagai berikut:
Tabel 4.1 Wiring sensorLM35 dengan Arduino UNO
LM35 Arduino UNO
Vcc 5Volt
GND GND
Vout A0

3) Mengupload program lalu membuka Serial Monitor


4) Mencatat suhu yang terbaca thermometer dengan suhu yang tertera pada
set point AC pada ruangan.
Tabel 4.2 Perbandingan suhu ruangan dengan yang terbaca sensor
Menit ke Suhu Ruang Sensor LM35
1 … …
2 … …
3 … …
4 … …
5 … …
6 … …

5) Membuat sebuah program, apabila suhu yang terbaca <25 derajat, maka
mikrokontroler akan mengirim data serial dan tampil di LCD “suhu
rendah”. Apabila suhu yang terbaca antara 25 s/d 35 derajat, maka
mikrokontroler akan mengirimkan data serial dan tampil di LCD “suhu
normal”. Apabila suhu yang terbaca >35 derajat, maka mikrokontroler
akan mengirimkan data serial dan “suhu tinggi” dan tampil di LCD serta
LED menyala. (dokumentasikan dalam laporan)
6) Membuat rangkaian dalam bentuk skematik dan programnya. Kemudian
catat hasilnya seperti table di atas.
7) Membuat kesimpulan dari percobaan yang telah dilakukan
B. Sensor Cahaya
1) Membuat rangkaian seperti ditunjukkan pada gambar L (Pilihan pin
input analog disesuaikan dengan nomor kelompok)

2) Menjalankan Arduino IDE, lalu mengetikkan kode sebagai berikut:

3) Mencompile kemudian mengamati hasil program tersebut pada Serial


Monitor dan isilah table percobaan 4.3. Menguji dibeberapa lokasi yang
terang dan gelap.

Tabel 4.3 Hasil percobaan LDR di tempat terang

Nilai Tegangan LDR


Tempat Nilai Pembacaan ADC
( Volt )
1
2
3
4
5
Catatan: atur tempat terangnya ada yang terang sekali, terang,
redup, redup sekali, dan gelap.

4) Seperti langkah ke-3 namun tidak diuji di tempat yang gelap atau terang
tetapi diuji menggunakan kertas lipat berwarna yang didekatkan dengan
sensor LDR kemudian catat hasilnya seperti yang ditunjukkan pada tabel
4.4.
Tabel 4.4 Hasil percobaan LDR dengan menggunakan kertas berwarna.
Nilai Tegangan LDR
Kertas Nilai Pembacaan ADC
(Volt)
Merah
Biru
Hijau
Kuning
Putih

5) Mengganti sensor cahaya LDR menggunakan sensor cahaya yang lain


yaitu photodiode ulangi langkah 1-3. Buat rangkaian dalam bentuk
skematik dan programnya. Kemudian catat hasilnya seperti tabel 1 dan 2.
6) Dari semua percobaan menganalisa dan menyimpulkan kemudian
tuangkan dalam laporan praktikum.

5. HASIL SIMULASI
1. Hasil dan Data Sensor Suhu
a. Percobaan 1
1. Hasil Percobaan
Tabel 2. Perbandingan suhu ruangan dengan yang terbaca sensor
Menit ke Suhu Ruang Sensor LM35
1 27 ºC 30.79 ºC
2 27 ºC 30.79 ºC
3 27 ºC 30.79 ºC
4 27 ºC 30.79 ºC
5 27 ºC 30.79 ºC
6 27 ºC 30.79 ºC
b. Percobaan 2
1. Listing Program
2. Hasil Percobaan
Tabel 3. Perbandingan suhu ruangan dengan yang terbaca sensor
Suhu Ruang Sensor LM35 Tampilan LCD
30 ºC 30.79 ºC

25 ºC 24.93 ºC

36 ºC 39.10 ºC
1. Hasil dan Data Sensor Cahaya
a. Percobaan 1 dengan LDR
1. Hasil Percobaan
Tabel Hasil percobaan LDR di tempat terang
Tempat Nilai
Nilai Tegangan LDR
(Terang) Pembacaan Keterangan
(Volt)
ADC
1 0.10 1006 Terang Sekali
2 0.44 935 Terang
3 1.02 817 Redup
4 3.83 248 Redup Sekali
5 5 0 Gelap
Catatan : atur tempat terangnya ada yang terang sekali, terang, redup,
redup sekali dan gelap.

b. Percobaan 2 dengan LDR


1. Hasil Percobaan
Tabel 5.2 Hasil percobaan LDR dengan menggunakan kertas berwarna.

Kertas Nilai Tegangan LDR (Volt) Nilai Pembacaan ADC


Merah 3.73 282
Biru 3.45 320
Hijau 3.86 229
Kuning 0.03 956
Putih 3.181 364

c. Percobaan 1 dengan Photodioda


1. Hasil Percobaan
Tabel Hasil percobaan Photodioda di tempat terang
Tempat Nilai
Nilai Tegangan
(Terang) Pembacaan Keterangan
Photodioda (Volt)
ADC
1 0.090 1004 Terang Sekali
2 2.644 478 Terang
3 4.88 17 Redup
4 4.94 6 Redup Sekali
5 5 0 Gelap
d. Percobaan 2 dengan Photodioda
1. Hasil Percobaan
Tabel 5.2 Hasil percobaan LDR dengan menggunakan kertas berwarna.

Kertas Nilai Tegangan Phodioda (Volt) Nilai Pembacaan ADC


Merah 4.93 4
Biru 4.93 5
Hijau 0.95 982
Kuning 4.92 9
Putih 4.93 3

6. PEMBAHASAN
a. Sensor suhu
Berdasarkan percobaan sensor lm35 suhu yang didapatkan berada pada range
suhu yang diukur pada ruangan tersebut. nilai yang didapatkan pada sensor lm35
cenderung stabil nilai suhu yang terbaca dari menit ke 1 hingga menit ke 6 yaitu
30,79 C. dari tampilan lcd jika suhu yang terbaca pada lm35 kurang dari 25 derajat
maka akan tertulis "suhu rendah" jika suhu berada pada range 25 sampai 35 derajat
tulisan yang tertampil di lcd adalah "suhu normal" namun jika suhu lebih dari 35
derajat maka tertulis pada lcd "suhu Tinggi" disertai dengan lampu indicator led
yang menyala
b. Sensor Cahaya
1. Pada percobaan LDR untuk keadaan gelap sampai terang sekali didapatkan nilai
adc 1006 untuk keadaan terang sekali dan tegangan yang terukur adalah 0.090 volt
sedangkan pada keadaan gelap nilai adc yang didapatkan adalah 0 tegangan yang
terukur adalah 5 volt.
2. Pada percobaan meggunnakan kertas warna tegangan yang paling tinggi
dihasilkan pada warna merah, biru dan putih yaitu 4.93 volt nilai adc 4, 5 dan 3,
kemudian warna hijau 0.95 volt nilai adc 982 dan yang terakhir adalah warna
kuning 4.92 nilai adc 9.
3. Untuk percobaan menggunakan sensor photodiode nilai adc lebih dari 0
dihasilkan ketika cahaya dalam keadaan redup sekali hingga terang sekali.
4. Untuk perbandingan keduanya itu pembacaan yang dihasilkan pada ldr lebih
sensitif dibandingkan menggunakan photodioda.
7. KESIMPULAN
a. NTC (Negative Temperature Coefficient) dan PTC (Positive Temperature
Coefficient). Keduanya adalah resistor yang hambatannya dapat berubah sesuai
dengan suhu di sekitarnya. Hambatan NTC akan turun apabila suhu di sekitarnya
naik, sedangkan hambatan PTC akan naik apabila suhu di sekitarnya naik. Pada
rangkaian percobaan suhu, nilai yang muncul pada serial monitor sama
dengan nilai pada sensor LM35 yaitu 27 derajat dari menit 1 hingga
menir ke-6.
b. Sensor cahaya yang paling mudah ditemukan dan digunakan adalah LDR (Light
Dependent Resistor), yakni resistor khusus yang nilai hambatannya dapat berubah
sesuai dengan intensitas cahaya. Jika cahaya makin terang (intensitas cahaya naik), nilai
hambatan LDR mengecil. Sebaliknya, bila intensitas cahayanya berkurang, nilai
hambatan LDR akan membesar. Pada percobaan praktikum ini digunakan percobaan
pada tempat yang terang dan pada kertas berwarna pada LED dan photodiode

Anda mungkin juga menyukai