PUTRI KEMARAU
Raja: Brilyan
Putri Jelitani: Talitha
Penasihat: Amel
Peramal: Fatma
Ratu: Anisa
Warga dan orang tua gadis: Raihan
Narasi: Dahulu kala, di Sumatera Selatan, terdapat
kerajaan yang dipimpinoleh raja yang bijak, bernama
raja Arya. Raja memiliki seorang putri yang bernama
putri Jelitani. Namun, ia lebih dikenal sebagai putri
Kemarau, karena ia lahir saat musim kemarau. Kini, putri
Kemarau telah tumbuh dewasa. la menjelma menjadi
gadis yang cantik dan berhati lembut. Pada suatu ketika
kerjaan tersebut dilanda kekeringan yang sangat
panjang. Lahan sawah tandus dan hewan ternak banyak
yang mati. Bencana kelaparan melanda seluruh negri.
Semua upaya telah dilakukan, namun semua tidak
berhasil. Hal ini membuat raja semakin bingung dan
sedih.
Raa: Kasihan sekali rakyatku, sepertinya aku harus
melakukan sesuatu untuk membantu rakyatku.
Narasi: Saat raja mulai putus asa, penasihat kerajaan
memberi saran agar raja segera menemui peramal sakti
di tengah hutan gelap.Penasihat: Ada keperluan apa baginda memanggil
hamba?
Raja: Aku meminta saran kepadamu, menurutmu apa
solusi yang bisa kita lakukan untuk mengatasi kemarau
ini?
Penasihat: Yang mulia, sebaiknya temuilah peramal
sakti di hutan gelap. Aku yakin ia bisa membantu dalam
mengatasi masalah ini.
Narasi: Raja pun pergi ke tengah hutan gelap untuk
menemui peramal tersebut. Setelah menempuh
perjalanan panjang, rombongan raja pun sampai. Raja
menceritakan masalah yang dihadapi negerinya pada
sang peramal.
Peramal: Baginda raja, jalan keluar dari masalah
kekeringan ini ada dalam mimpi putri baginda raja.
Raja: Apa? Mimpi putriku?
Peramal: Benar. Semua akan terjawab pada mimpi putri
baginda.
Raja: Baiklah. Akan kutanyakan pada putriku nanti.
Narasi: Rombongan kerajaan pun kembali ke istana.Saat tiba di istana, raja pun segera menemui putrinya.
Putri Jelitani: Ayah, ku bawakan minum untukmu. Ayah
pasti lelah perjalanan. Sebenarnya, darimanakah ayah
selama ini?
Raja: Oh, putriku, kebetulan sekali ada yang ingin
kusampaikan padamu. Ayah telah menemui peramal
sakti untuk menanyakan jalan keluar masalah
kekeringan di negeri kita.
Putri Jelitani: Hah? Ayah meminta bantuan peramal
untuk masalah kekeringan ini? Apa yang ia katakan,
ayah?
Raja: Ya, ia mengatakan kalau jawabannya akan datang
melalui mimpimu. Putriku, apakah engkau pernah
bermimpi aneh akhir-akhir ini?
Narasi: Setelah merenung sejenak, putri Kemarau
membalas,
Putri Jelitani: Belum, ayahanda. Namun, alangkah
baiknya jika semua masalah ini kita serahkan kepada
Tuhan Yang Maha Kuasa.
Raja: Benar juga katamu, putriku. Perkataanmu itu
membuat ayahanda sadar. Maafkan ayah, putriku.Narasi: Malam itu, sebelum tidur sang putri berdoa.
Putri Jelitani: Ya Tuhan, kumohon beri pentujukmu untuk
mengatasi masalah di negeri kami.
Narasi: Putri kemarau pun tertidur. Dalam tidurnya, ia
mulai bermimpi. la melihat sosok wanita cantik, yang
tak lain adalah ibunya yang telah lama meninggal.
Mimpi itu terasa begitu nyata, hingga putri pun
terbangun.
(Dalam mimpi)
Putri Jelitani: Hah, ibu?
Ratu: Wahai putriku, kesulitan yang dialami negeri kita
akan berubah jika ada seorang gadis yang mau
berkorban dengan menceburkan diri ke laut.
(Putri terbangun dan terkejut karena mimpinya)
Narasi: Begitu terjaga, ia lalu menemui ayahnya dan
menceritakan mimpinya tersebut. Esoknya, raja
mengumpulkan rakyatnya di alun-alun dan
menyampaikan pesan mimpi sang putri kepada
semuanya. Tentu saja, tak ada satupun gadis yang
berani mengajukan diri. Orang tua para gadis juga tidak
setuju jika anak mereka harus dijadikan korban untuk
masalah ini.Orang tua gadis: Tidak! Aku tidak bersedia jika anak
gadisku harus dijadikan korban dalam hal ini. Suruh saja
gadis lain untuk menggantikan putriku.
Narasi: Tiba-tiba saja, putri berbicara dan mengejutkan
semua orang.
Putri Jelitani: Ayahanda, biar aku saja yang berkorban.
Raja: Hah, putriku? Kau bercanda? Jangan, putriku. Kau
adalah putriku satu-satunya.
Putri Jelitani: Tidak apa-apa, ayahanda. Aku rela
mengorbankan jiwaku dengan ikhlas demi kemakmuran
rakyat negeri ini.
Narasi: Pada akhirnya, raja pun menerima keputusan
putrinya itu. Mereka segera menuju ke tebing pada
malam itu juga.
Putri Jelitani: Ayahanda, sebelumnya aku minta maaf
atas keputusanku dan semua kesalahan yang pernah
kuperbuat pada ayahanda. (Menangis)
Raja: Oh, anakku. Kau sungguh tak mempunyai salah
sedikit pun pada ayah.
Narasi: Ombak berdebur dengan ganas. tanpa ragusedikitpun, sang putri terjun dan segera hilang ditelan
ombak. Begitu putri menghilang, awan hitam
menggelayuti langit yang awalnya terlihat cerah. Petir
menggelegar disertai dengan turunnya hujan yang
sangat lebat. Seluruh rakyat bersorak gembira. Hujan
membasahi tanah yang awalnya kering. Sang raja
terlihat senang. Akhirnya, musim kemarau yang selama
ini menimpa negerinya, teratasi dengan datangnya hujan
deras.
Raja: Syukurlah, sekarang semuanya sudah kembali
normal sehingga rakyatku kembali merasakan
kemakmuran.
Narasi: Namun, di sisi lain, ia merasa terpukul karena
telah kehilangan putri satu-satunya yang ia cintai.
Baginda raja pun kembali ke istana. Karena kelelahan,
raja pun tertidur. Pada malam itu, raja bermimpi. Di
dalam mimpinya bertemu dengan istrinya.
Ratu: Baginda, putri kita masih hidup. Temuilah ia di
tebing. la menunggumu di sana.
Narasi: Baginda raja langsung terbangun setelah
mengalami mimpi itu. Bersama rakyatnya, mereka
bergegas menuju ke tebing. Di ujung tebing telah berdiri
sesosok gadis. Ternyata, itu adalah putri Jelitani.
Raja: Putriku!Putri Jelitani: Ayahanda!
Raja: Benarkah engkau putriku? Apakah aku bermimpi?
Kau masih hidup?
Putri Jelitani: lya, ayahandaa. Ini aku, putri Jelitani.
Narasi: Raja semakin terharu mengetahui bahwa
putrinya masih hidup. Rupanya, sang putri diselamatkan
oleh Tuhan Yang Maha Kuasa karena keihklasannya
berkorban demi kepentingan orang banyak.
Sejak itulah, putri Kemarau menjadi ratu di negeri
tersebut. la memerintah dengan arif dan bijaksana.
Rakyat pun hidup makmur dan sejahtera. (Putri
menyapa warga yang sedang bekerja di ladang)
Pesan moral
Orang yang ikhlas berkorban demi kepentingan orang
banyak akan selalu dalam lindungan Tuhan Yang Maha
Kuasa.