Anda di halaman 1dari 13

Pengertian Batu Gamping (Batu Kapur)

Batu gamping adalah batuan sedimen yang utamanya tersusun oleh kalsium karbonat (CaCO3)
dalam bentuk mineral kalsit. Di Indonesia, batu gamping sering disebut juga dengan istilah batu
kapur, sedangkan istilah luarnya biasa disebut "limestone". Batugamping paling sering terbentuk di
perairan laut dangkal.

Batu gamping (batu kapur) kebanyakan merupakan batuan sedimen organik yang terbentuk dari
akumulasi cangkang, karang, alga, dan pecahan-pecahan sisa organisme. Batuan ini juga dapat
menjadi batuan sedimen kimia yang terbentuk oleh pengendapan kalsium karbonat dari air danau
ataupun air laut.

Pada prinsipnya, definisi batu gamping mengacu pada batuan yang mengandung setidaknya 50%
berat kalsium karbonat dalam bentuk mineral kalsit. Sisanya, batu gamping dapat mengandung
beberapa mineral seperti kuarsa, feldspar, mineral lempung, pirit, siderit dan mineral-mineral
lainnya. Bahkan batu gamping juga dapat mengandung nodul besar rijang, nodul pirit ataupun nodul
siderit.

Kandungan kalsium karbonat dari batugamping memberikan sifat fisik yang sering digunakan untuk
mengidentifikasi batuan ini. Biasanya identifikasi batugamping dilakukan dengan meneteskan 5%
asam klorida (HCl), jika bereaksi maka dapat dipastikan batuan tersebut adalah batugamping.

Pembentukan Batugamping pada Lingkungan Laut


Kebanyakan batugamping terbentuk di laut dangkal, tenang, dan pada perairan yang hangat.
Lingkungan ini merupakan lingkungan ideal di mana organisme mampu membentuk cangkang
kalsium karbonat dan skeleton sebagai sumber bahan pembentuk batugamping. Ketika organisme
tersebut mati, cangkang dan skeleton mereka akan menumpuk membentuk sedimen yang
selanjutnya akan terlitifikasi menjadi batugamping.

Produk sisa organisme tersebut juga dapat berkontribusi untuk pembentukan sebuah massa
sedimen. Batu gamping yang terbentuk dari sedimen sisa organisme dikelompokan sebagai batuan
sedimen biologis. Asal biologis mereka sering terlihat oleh kehadiran fosil.

Beberapa batugamping dapat terbentuk oleh pengendapan langsung kalsium karbonat dari air laut.
Batu gamping yang terbentuk dengan cara ini dikelompokan sebagai batuan sedimen kimia.
Batugamping ini dianggap kurang melimpah dibandingkan batugamping biologis.

Pembentukan Batugamping pada Lingkungan Evaporasi


Batu gamping juga dapat terbentuk melalui penguapan. Stalaktit, stalakmit dan formasi gua lainnya
(sering disebut speleothems) adalah contoh dari batugamping yang terbentuk melalui penguapan. Di
sebuah gua, tetesan air akan merembes dari atas memasuki gua melalui rekahan ataupun ruang pori
di langit-langit gua, kemudian akan menguap sebelum jatuh ke lantai gua.

Ketika air menguap, setiap kalsium karbonat yang dilarutkan dalam air akan tersimpan di langit-
langit gua. Seiring waktu, proses penguapan ini dapat mengakibatkan akumulasi seperti es kalsium
karbonat di langit-langit gua, deposit ini dikenal sebagai stalaktit.

Jika tetesan jatuh ke lantai dan menguap serta tumbuh/berkembang ke atas (dari lantai gua)
depositnya disebut dengan stalakmit. Batu gamping yang membentuk formasi gua ini dikenal
sebagai "travertine" dan masuk dalam kelompok batuan sedimen kimia.

Jenis-Jenis Batu Gamping (Batu Kapur)


Ada banyak nama berbeda digunakan untuk batugamping. Nama-nama ini didasarkan pada
bagaimana batugamping terbentuk, penampilannya (tekstur), komposisi mineral penyusunnya, dan
beberapa faktor lainnya. Berikut ini adalah beberapa jenis batugamping yang namanya lebih umum
digunakan:

1. Chalk: merupakan sebuah batugamping lembut dengan tekstur yang sangat halus, biasanya
berwarna putih atau abu-abu. Batuan ini terbentuk terutama dari cangkang berkapur
organisme laut mikroskopis seperti foraminifera atau dari berbagai jenis ganggang laut.
2. Coquina: merupakan sebuah batugamping kasar yang tersemenkan, yang tersusun oleh sisa-
sisa cangkang organisme. Batuan ini sering terbentuk pada daerah pantai dimana terjadi
pemisahaan fragmen cangkang dengan ukuran yang sama oleh gelombang laut.
3. Fossiliferous Limestone: merupakan sebuah batugamping yang mengandung banyak fosil.
Batuan ini dominan tersusun atas cangkang dan skeleton fosil suatu organisme.
4. Lithographic Limestone: merupakan sebuah batugamping padat dengan ukuran butir sangat
halus dan sangat seragam, yang terjadi di dalam sebuah lapisan tipis membentuk permukaan
sangat halus.
5. Oolitic Limestone: merupakan sebuah batugamping yang terutama tersusun oleh kalsium
karbonat "oolites", berbentuk bulatan kecil yang terbentuk oleh hasil presipitasi konsentris
kalsium karbonat pada butir pasir atau cangkang fragmen.
6. Travertine: merupakan sebuah batugamping yang terbentuk oleh presipitasi evaporasi,
sering terbentuk di dalam gua, yang menghasilkan deposit seperti stalaktit, stalakmit dan
flowstone.
Gambar macam-macam jenis batugamping dan lingkungan pembentukannya.

Kegunaan Batu Gamping (Batu Kapur)


Batugamping merupakan batuan dengan keragaman penggunaan yang sangat besar. Batuan ini
menjadi salah satu batuan yang banyak digunakan dibandingkan jenis batuan-batuan lainnya.

Sebagian besar batugamping dapat dibuat menjadi batu pecah yang dapat digunakan sebagai
material konstruksi seperti: landasan jalan dan kereta api serta agregat dalam beton. Nilai paling
ekonomis dari sebuah deposit batugamping yaitu sebagai bahan utama pembuatan semen portland.

Beberapa jenis batugamping banyak digunakan karena sifat mereka yang kuat dan padat dengan
sejumlah ruang/pori. Sifat fisik ini memungkinkan batugamping dapat berdiri kokoh walaupun
mengalami proses abrasi.

Meskipun batugamping tidak sekeras batuan berkomposisi silikat, namun batugamping lebih mudah
untuk ditambang dan tidak cepat mengakibatkan keausan pada peralatan tambang maupun crusher
(alat pemecah batu).
Batuan Penyusun Litosfer

Ada 3 jenis batuan penyusun litosfer yakni batuan beku, batuan sedimen, dan batuan
metamorf.

1. Batuan Beku

Jenis batuan pertama yang membentuk litosfer adalah batuan beku. Batuan beku ini
terbentuk dari magma pijar yang membeku dan menjadi padat karena proses
pendinginan.

Batuan beku terbagi lagi menjadi 3 jenis, yaitu batuan tubir, batuan leleran, dan
batuan korok.

a. Batuan Tubir

Batuan tubir disebut juga sebagai batuan kristal. Batuan tubir ini disebut
demikian karena terdiri dari kristal-kristal dan proses pembentukannya terjadi
di dalam kulit bumi. Batuan tubir memiliki bongkahan kristal yang berukuran
besar sebagai akibat dari proses pendinginan yang berjalan lambat. Salah satu
contoh batuan tubir adalah batu granit.

Batu granit

b. Batuan Leleran
Batuan leleran memiliki nama lain yakni batuan beku luar. Batuan ini disebut
sebagai batuan beku luar karena proses pembekuannya terjadi di bagian luar
kulit bumi. Oleh karena itu, penurunan temperaturnya juga terjadi sangat
cepat.

Batuan leleran dapat berbentuk kristal kecil, kristal besar, maupun bahan
amorf, contohnya liparit. Salah satu contoh batuan leleran adalah batu apung.

Batu apung

c. Batuan Korok

Batuan korok disebut juga sebagai batuan gang. Sesuai namanya, jenis batuan
yang satu ini terbentuk di korok atau gang. Karena lokasinya yang dekat
dengan permukaan, proses pendinginan batuan tersebut juga berlangsung lebih
cepat. Batuan korok dapat berupa kristal kecil dan kristal besar. Salah satu
contoh batuan korok adalah granit fosfir.

2. Batuan sedimen

Batuan sedimen terbentuk dari endapan dari struktur batuan yang mudah lepas dan
terbawa air, angin, dan es. Lama kelamaan, endapan tersebut akan menumpuk dan
kemudian mengeras, kemudian terbentuk menjadi batuan. Oleh karena itu, nama
batuannya adalah batuan sedimen. Proses pengerasan batuan ini disebut dengan
pembaruan.

Berdasarkan tempat terjadinya pengendapan, ada 3 jenis batuan sedimen yakni:

a. Batuan Sedimen Kontinental adalah batuan sedimen yang proses pengendapannya


terjadi di laut, contohnya terjadi di tanah los dan tanah gurun pasir.
b. Batuan Sedimen Marine. Sesuai dengan namanya, proses pengendapan batuan
sedimen marine terjadi di laut, seperti di endapan radiolaria di laut dalam, lumpur
biru di pantai, dan lumpur merah.
c. Batuan Sedimen Lakustre, adalah batuan sedimen yang pengendapannya terjadi di
danau, misalnya, tuf danau dan tanah liat danau.

Ditinjau dari proses pembentukannya batuan sedimen dapat dikelompokkan menjadi


tiga macam, yaitu :

d. Batuan sedimen klastik yaitu batuan asal yang mengalami penghancuran secara
mekanis dari ukuran besar menjadi kecil. Setelah itu, batuan tersebut mengalami
pengendapan dan membentuk batuan endapan klastik. Salah satu batuan endapan
klastik adalah batuan pasir dan batu lempung (shale).
e. Batuan sedimen kimiawi adalah batuan yang terjadi karena proses kimiawi, seperti
penguapan, pelarutan, dan dehidrasi. Contoh batuan sedimen kimiawi yang terjadi
secara langsung adalah batuan sedimen kapur, yaitu stalaktit dan stalagmit. Stalaktit
dan stalagmit tersebut dapat ditemukan di gua-gua kapur.
f. Batuan sedimen organik merupakan batuan yang dalam proses pengendapannya
mendapat bantuan dari organisme, antara lain sisa-sisa bangkai binatang yang
tertimbun di dasar laut, contohnya kerang dan terumbu karang.

Batuan sedimen juga dapat dibagi berdasarkan perantara atau medium. Berdasarkan
perantaranya, batuan sedimen dapat dibagi menjadi 3.

g. Batuan sedimen aeris (aeolis). Proses pengangkutan batuan ini dilakukan oleh angin.
Contohnya antara lain tanah los, tuff, dan pasir di gurun.
h. Batuan sedimen glasial. Pengangkutan batuan ini adalah dilakukan melalui media
perantara es. Contohnya antara lain moraine.
i. Batuan sedimen aquatis. Batuan sedimen yang terdiri atas batubatu yang sudah
direkat antara satu sama lain.
3. Batuan Metamorf

Batuan metamorf adalah batuan hasil perubahan dari batuan beku dan batuan endapan
yang terjadi akibat proses metamorphosis. Faktor-faktor penyebab perubahan batuan
antara lain:
a. Suhu tinggi
b. Tekanan tinggi
c. Kombinasi suhu dan tekanan tinggi
d. Penambahan bahan lain
Jenis jenis Batuan dan Penjelasannya
 Post author

 By Site Default

 Post date

 February 3, 2016

Tahukah anda bahwa salah satu bahan baku utama yang ada di dalam bumi adalah batu. Batu
yang terurai kemudian menjadi tanah dan tanah kemudian menjadi media utama dalam
tempat tumbuhnya tanaman dan tempat tinggal dari berbagai jenis makhluk hidup di dunia
ini.

Dalam isi bumi setidaknya terdapat tiga jenis jenis batuan yang berbeda dimana ketiga jenis
jenis batuan tersebut terbentuk dari adanya proses yang sangat panjang. tiga jenis jenis batuan
yang ada di lapisan atmosfer bumi diantaranya adalah :

Batuan Beku
Batuan beku atau yang disebut sebagai batuan igneus merupakan jenis batuan dimana proses
pembentukannya terjadi dari magma yang telah mengalami pembekuan atau pendinginan.

Batuan ini biasanya ada di dalam mantel atau kerak bumi. Saat ini setidaknya sudah terdapat
700 jenis batuan beku yang dapat diindentifikasi dan sebagian besar terdapat di bawah kerak
bumi.
a. Morfologi Batuan Beku

Morfologi atau cara terbentuknya batuan beku sertidaknya dibagi menjadi tiga macam yaitu
intrusive, ekstrusif dan hipabissal. Selengkapnya mengenai ketiga batuan tersebut simak
berikut ini:

 Intrusive

Batuan beku jenis intrusive merupakan batuan beku dimana proses pembentukannya terjadi
di dalam kerak bumi atau di bawah permukaan bumi. Batuan ini merupakan bentuk dari
pendinginan magma yang ada di dalam kerak bumi sehingga tekstur batuan beku biasanya
bersifat kasar. Pada batuan beku bahkan bisa dilihat butiran mineral yang sangat jelas dan
dapat dilihat oleh mata telangjang. Pada batuan beku terdapat formasi yang cukup unik yaitu
batolit, stok, lakolit, sill, dan dike. Nah saat batuan sudah semakin mendingin dan membeku
maka akan memunculkan batuan yang memiliki tekstur kasar seperti batu granit, diorite ataua
grabo.

Biasanya di dalam lubang inti pada sebuah pegunungan akan diisi dengan batuan granit
namun ketika lubang tersebut tertimbun oleh material lainnya akan membentuk batuan
batolit. Batuan beku yang memiliki tekstur butir kasar yang terletak pada kedalaman cukup di
dalam kerak disebut sebagai abyssal sedangkan batuan beku intrusive yang proses
terbentuknya sudah hampir berada di permukaan disebut sebagai hypabyssal.

 Ekstrusif

Berbeda dengan batuan beku intrusive, batuan beku ekstrusif ini terjadi di atas permukaan
kerak bumi karena adanya pencairan magma di dalam mantel atau kerak bumi. Proses
pembekuan dari batuan beku ini lebih cepat dibandingkan dengan proses pencairan batuan
beku intrusive karena proses pembekuannya terjadi di atas permukaan bumi. Magma yang
keluar dari dalam mantel atau kerak bumi ini melalui gunung berapi yang terdapat lubang
dipuncaknya sehingg magma bisa keluar dan membentuk batuan yang lebih cepat membeku.
Oleh karena itu tekstur dari batuan ini bersifat halus berpasir. Jenis batuan beku esktrusif
yang paling sering ditemukan adalah batu basalt. Beberapa batuan basalt bahkan membentuk
sebuah pola yang unik seperti di Antrim, Irlandia utara.

Jenis batuan ekstrusif dan intrusive agak sulit dibedakan karena biasanya keduanya memiliki
tekstur kasar dengan butiran-butiran halus di permukaannya. Untuk membedakan keduanya
biasanya hanya bisa dilakukan melalui pemeriksaan di bawah mikroskop karena mineral yang
terdapat di dalam kedua jenis batuan ini berbeda sehingga jika ada penyebutan apakah itu
merupakan batuan intrusive atau batuan ekstrusif di lapangan secara langsung hanyalah
sebuah dugaan saja dan tidak bisa dipegang kebenaranya.

 Hipabissal

Untuk jenis batuan beku hipabissal merupakan jenis batuan yang terbentuk diantara batuan
plutonik dan vulkanik. Batuan ini terbentuk karena adanya proses naik turunnya magma di
dalam mantel dan kerak bumi. Batuan hipabissal seringkali membentuk sebuah batuan
pakolit, dike, sill, lakolit, dan lopolit.

Struktur Batuan Beku


Struktur batuan merupakan penampakan dari batuan yang bisa dilihat dari kedudukan
lapisannya. Pada batuan beku seringkali hanya dapat dilihat langsung dari lapangannya
langsung. Diantaranya adalah sebagai berikut:

 Pillow lava atau lava bantal dimana terjadi karena adanya pembekuan magma pada gunung
di bawah laut yang membentuk menyerupai bantal.
 Joint struktur merupakan aliran lava yang berbentuk kekar-kekar dan tegak lurus sesuai
dengan arah alirannya sehingga menghasilkan penampakan yang sangat memukau.
 Massif, merupakan jejak aliran lava yang keluar dari perut bumi namun tidak menunjukkan
adanya tanda-tanda lubang atau aliran gas di dalamnya.
 Vesikuler, merupakan aliran lava yang mengalir dan dibersamai dengan adanya aliran gas
sehingga arah dan teksturnya tidak teratur.
 Xenolitis, merupakan aliran lava yang dibersamai dengan masuknya batuan lain di dalamnya
sehingga menunjukkan sebuah fragmen yang membentuk pecahan-pecahan.

Batuan Sedimen

Batuan sedimen merupakan jenis batuan yang terbentuk di atas permukaan bumi dan
dibekukan pada suhu dan tekanan udara yang rendah. Batuan sedimen sebenarnya merupakan
bentukan dari batuan yang pernah ada sebelumnya yang sudah terkena berbagai jenis
pelapukan dan erosi tanah.

Nah, material hasil dari pelapukan dan erosi ini kemudian mengendap di dalam sebuah
cekungan dan berkumpul menjadi satu sehingga lambat laun karena adanya tekanan udara
dan suhu yang rendah menjadikan kumpulan tersebut sebuah batu baru. Material tersebut
kemudian mengeras atau membentuk dan mengelami litifikasi sehingga menjadikan sebuah
batuan sedimen.

Di dalam permukaan bumi sendiri jumlah batuan sedimen ini diperkirakan mencapai 75%
sedangkan di dalam kerak bumi diperkirakan ada 8%. Dengan mempelajari batuan sedimen
ini sebenarnya juga sangat bermanfaat bagi berbagai jenis cabang ilmu pengetahuan seperti
geokimia, paleografi, klimatologi serta dari cabang ilmu sejarah kehidupan dan pembentukan
muka bumi. Hal ini disebabkan karena setiap lapisan batuan sedimen dapat memperkirakan
berapa lama waktu tersebut dan berapa lama usia bumi sebenarnya.
Klasifikasi Batuan Sedimen

Berdasarkan proses pembentukannya, batuan sedimen dibedakan menjadi empat jenis yaitu
batuan sedimen klasik, batuan sedimen biokimia, batuan sedimen kimia dan batuan sedimen
vulkanik. Selengkapnya mengenai ke empat jenis batuan sedimen ini simak berikut ini:

1. Batuan Sedimen Klasik

Batuan sedimen klasik merupakan jenis batuan yang terdiri dari silikat dan beberapa fragmen
batuan yang diangkut menggunakan sebuah fluida nah kemudian material yang diangkut oleh
fluida ini akan terhenti dimana fluida ini juga terhenti.

Bentuk dan ukuran dari batuan sedimen klasik kemudian dibedakan lagi sesuai dengan skala
ukuran partikel yang mendominasi dan menggunakan ukuran skala butir Udden-Wentworth.
Kemudian para ahli membagi ukurannya menjadi tiga jenis yaitu kerikil (batuan yang
memiliki diameter lebih dari 2 mm), pasir (batuan yang memiliki diameter antara 1/16 hingga
2 mm) dan lumpur (lumpur terbagi menjadi dua yaitu lempung yang memiliki diameter
kurang dari 1/256 mm dan lanau yang memiliki diameter antara 1/16 hingga 1/256 mm).

2. Batuan Sedimen Biokimia

Pada batuan sedimen biokimia menggunakan jasa dari berbagai organisme biasanya
merupakan organism mikro yang ikut mengangkut material sehingga berkumpul pada tempat
tertentu dan membentuk sebuah batuan. Pada batuan sedimen biokimia ini diantaranya
adalah:

 Batu gamping yang terbuat dari berbagai kerangka biota laut yang berkapur seperti
diantaranya karang, foraminifera dan moluska.
 Batubara yang terbuat dari tumbuhan dimana sudah dihilangkan karbonnya dari atmosfer
dan proses ini dibantu oleh beberapa unsure lainnya. ini membuat batu bara memiliki
bentuk yang unik dan proses dari tumbuhan menjadi batu bara ini membutuhkan waktu
yang sangat lama.
 Endapan rijang, yang terbentuk dari akumulasi kerangka yang mengandung zat silika dimana
zat ini didapatkan dari berbagai biota laut yang memiliki ukuran mikroskopis contohnya
adalah ladiolaria dan diatom.

3. Batuan Sedimen Kimia

Batuan sedimen kimia merupakan batuan yang terbentuk dari sebuha kejadian ketika
kumpulan material terperangkap di dalam sebuah tempat dan kandungan mineral di dalam
larutannya menjadi jenuh dan membeku dengan proses anorganik atau secara kimiawi.
Contoh dari batuan sedimen kimia yang paling banyak ditemukan antara lain adalah batu
gamping oolitik, dan batuan lain yang mengandung evaporit seperti silvit, halit, barit dan juga
gypsum.

4. Batuan Sedimen Vulkanis

Untuk pengelompokkan jenis batuan sedimen selain di dalam ketiga kelompok yang sudah
dijelaskan di atas maka akan masuk ke dalam jenis batuan vulkanis. Batuan ini terbentuk
karena beberapa hal diantaranya adalah adanya arus piroklastik, breksi vulkanik, breksi
impact dan proses lainnya yang jarang sekali ditemukan dan hanya ada pada beberapa kasus
saja.

Batuan Metamorf
Jenis batuan ketiga adalah batuan metamorf atau yang juga sering disebut sebagai batuan
malihan. Batuan metamorf merupakan sebuah batuan yang mengalami perubahan atau
transformasi dari batuan lainnya yang sudah ada sebelumnya dan dibersamai dengan adanya
proses metamorfosa sehingga membentuk bentuk baru yang berbeda dengan jenis batuan
sebelumnya. jumlah dari batuan metamorf di dalam bumi ini cukup banyak dan
pembentukannya sangat mudah karena adanya kedalaman tempat yang sangat dalam, adanya
tekanan udara yang sangat rendah atau tinggi dan tekanan dari batuan yang sudah ada di
atasnya.

Proses pembentukan batuan metamorf juga bisa terjadi karena adanya tabrakan lempeng
benua yang bisa menyebabkan adanya tekanan horizontal, distorsi dan gesekan pada lempeng
tersebut. Batuan metamorf juga bisa terbentuk karena adanya pemanasan dari magma yang
ada di dalam perut bumi.

Jenis-jenis Batuan Metamorf

Ada beberapa jenis batuan metamorf dan bisa dibedakan menjadi berikut ini:

1. Batuan Metamorfosis Kontak

Proses terjadinya batuan metamorf kontak adalah adanya suntikan magma yang mengenai
pada batuan disekitarnya. Perubahan ini adalah perubahan besar dimana hampir batuan yang
terkena suhu yang sangat tinggi akan melakukan proses metamorphosis. Karena adanya
proses ini juga bisa merubah biji mineral yang ada di dalam batuan. Semakin dekat letak batu
dengan magma akan semakin besar pula proses perubahannya dibandingkan dengan batuan
yang letaknya jauh dari magma.

Ketika batuan mengalami kontak dengan magma juga mengakibatkan permukaan mineralnya
menjadi lebih keras. Istilah untuk menyebut batuan yang telah mengalami proses
metamorphosis ini biasanya disebut dengan batu tanduk (hornfless).

2. Batuan Metamorf Regional

Batuan metamorf regional merupakan sebuah kumpulan batuan metamorf dalam ukuran yang
cukup besar dan luas. Sebagian besar batuan di bawah kerak bumi merupakan batuan
metamorf yang mengalami proses metamorphosis ketika terjadinya tabrakan lempeng benua
ini. biasanya batuan metamorf ini akan ada disepanjang sabuk karena adanya tekanan suhu
udara yang tinggi sehingga mengakibatkan batuannya mengalami perubahan struktur di
dalamnya. untuk batuan metamorf regional ini contohnya adalah singkapan marmer yang
sangat luas di Amerika Serikat.

3. Batuan Metamorf Katalakstik


Batuan ini terjadi karena adanya proses mekanisme deformasi mekanis. Jadi, ketika ada dua
lempeng yang saling bergesekan maka akan menghasilkan panas yang sangat tinggi, nah
bagian yang masih mengalami gesekan tersebutlah yang akan mengalami perubahan struktur
di dalamnya. batuan tersebut juga biasanya akan hancur terlebih dahulu karena adanya
tumbukan atau gesekan tertentu yang sangat lama dan kuat. Pada proses ini tidak biasanya
terjadi pada zona sempit dimana terjadi pergerakan sesar secara mendatar.

4. Batuan Metamorf Hidrotermal

Batuan ini terjadi karena adanya perbuhana suhu dan tekanan udara yang sangat drastis
Karena adanya cairan hidrotermal. Contoh dari batuan ini adalah batuan basaltic dimana
didalam batuan tersebut memang sangat kekurangan cairan hidrat. Hasil endapan dari batuan
ini akan bercampur dengan unsure-unsur lainnya seperti talk, klorit, tremolit, aktinolit dan
lainnya. biasanya jika endapan terdapat bijihnya berarti merupakan batuan metamorf
hidrotermal.

5. Batuan Metamorf Tindihan

Seperti dengan namanya batuan metamorf tindihan ini merupakan hasil dari batuan yang
tertimbun dalam kedalaman yang sangat dalam hingga mencapai perubahan suhu yang sangat
drastis. Pada fase ini biasanya di dalam batu akan muncul sebuah mineral baru dan biasanya
yang paling banyak dihasilkan adalah mineral zeolit. Batuan ini bisa berubah menjadi batuan
metamorf regional jika terjadi perubahan suhu dan tekanan yang terjadi secara terus menerus.

6. Batuan Metamorf Dampak

Untuk batuan metamorf jenis ini terjadi karena adanya suatu kejadian seperti ketika meteor
atau komet yang jatuh ke bumi hingga menyebabkan ledakan. Hal ini juga bisa terjadi karena
adanya gempa bumi atau karena adanya letusan gunung api yang sangat besar. Karena adanya
kejadian tersebut maka mengakibatkan tekanan yang sangat tinggi pada batuan-batuan yang
terkena dampak dari kejadian tersebut. Tekanan ini mengakibatkan adanya perubahan
mineral di batuan yang sangat tinggi seperti koesit dan stishofit. Selain itu batuan juga bisa
berubah bentuk menjadi kerucut yang terpercah-pecah. (baca : penyebab gunung meletus)

Anda mungkin juga menyukai