Penentuan Pola Pengembangan Agroindustri
Penentuan Pola Pengembangan Agroindustri
2, JUNI 2008 : 78 - 86
ISSN 0853 -8212
CHANDRA INDRAWANTO
78
CHANDRA INDRAWANTO : Penentuan pola pengembangan agroindustri jambu mete
79
JURNAL LITTRI VOL. 14 NO. 2, JUNI 2008 : 78 - 86
√
1. Penentuan struktur hirarki permasalahan yang di- n n
hadapi. Pada tahap ini ditentukan tujuan yang ingin Zi = Π gij …………………………………………..(2)
dicapai dan elemen-elemen pada setiap tingkat hirarki j=1
dari permasalahan yang dihadapi dalam mencapai
tujuan tersebut, yang terdiri dari elemen-elemen hirarki Zi = nilai eigenvalue elemen ke-i terhadap satu
faktor-faktor yang dianggap mempengaruhi pencapaian elemen pada hirarki di atasnya.
tujuan yang telah ditetapkan, elemen-elemen hirarki gij = nilai matrik pendapat gabungan tingkat kepen-
aktor-aktor yang sangat mempengaruhi faktor-faktor di tingan elemen ke-I terhadap elemen ke-j
atas, elemen-elemen hirarki obyektif dari aktor-aktor,
serta hirarki beberapa alternatif pemecahan masalah. 4. Menghitung eigenvalue elemen-elemen pada hirarki
Penentuan struktur hirarki permasalahan ini dilakukan tersebut terhadap pencapaian tujuan (Persamaan 3).
melalui FGD.
2. Pemilihan alternatif pemecahan masalah. Pada tahap s
ini ditentukan bobot kepentingan setiap elemen pada CVij ∑ Zij(t,i-1) x VWt(i-1) ………………..…(3)
setiap hirarki terhadap pencapaian tujuan yang di t=1
representasikan dalam nilai eigenvalue elemen-elemen
tersebut terhadap pencapaian tujuan. Eigenvalue Cvij = nilai eigenvalue elemen ke-j pada hirarki
elemen-elemen terhadap pencapaian tujuan pada suatu ke-i terhadap pencapaian tujuan
hirarki dipengaruhi oleh eigenvalue elemen-elemen Zij(t,i-1) = nilai eigenvalue elemen ke-j pada hirarki
pada hirarki di atasnya. Alternatif pemecahan masalah ke-i terhadap elemen ke t pada hirarki
yang terpilih adalah elemen pada hirarki alternatif diatasnya (i-1).
pemecahan masalah dengan nilai eigenvalue terhadap VWt(i-1) = nilai eigenvalue elemen ke-t pada hirarki i-
pencapaian tujuan tertinggi. 1 terhadap pencapaian tujuan.
Tahapan perhitungan eigenvalue elemen-elemen
pada suatu hirarki terhadap pencapaian tujuan adalah :
1. Menyusun matrik pendapat individu tentang perban- HASIL DAN PEMBAHASAN
dingan tingkat kepentingan antar elemen pada suatu
hirarki terhadap setiap elemen pada hirarki di atasnya. Penentuan Struktur Hirarki Serta Alternatif Pola
Jika jumlah elemen pada hirarki tersebut adalah n dan Pengembangan
jumlah elemen pada hirarki diatasnya adalah m, maka
akan ada matrik pendapat individu berukuran n x n
sebanyak m buah untuk setiap pakar. Jika aij adalah Tidak berjalannya industri pengacipan mete skala
nilai matrik pendapat individu yang mencerminkan besar yang disebabkan tidak terjaminnya kontinuitas
perbandingan kepentingan antara elemen ke-i dengan pasokan bahan baku gelondong mete sepanjang tahun
elemen ke-j pada suatu hirarki terhadap satu elemen mendorong timbulnya pemikiran dalam FGD tentang
pada hirarki di atasnya, maka aji adalah kebalikannya alternatif pola pengembangan agroindustri mete dengan
dan bernilai 1/aij. Jika i = j maka nilai aij sama dengan bertumpu pada industri skala besar yang ditunjang
1. peraturan larangan ekspor gelondong mete sehingga seluruh
2. Menyusun matrik pendapat gabungan dengan cara produksi mete nasional dapat dijadikan sebagai pasokan
menggabung matrik pendapat individu para pakar bahan baku industri (Pola AIB-LEG). Alternatif pola
memakai rata-rata geometrik (Persamaan 1). pengembangan lainnya adalah pengembangan agroindustri
mete yang bertumpu pada industri skala besar dengan
ditunjang usaha untuk mengimpor gelondong mete dari
√
m
m negara lain yang memiliki masa panen yang berbeda
gij = Π aij(k) ................................................. (1) sehingga pasokan bahan baku untuk industri pengacipan
k=1 dapat tersedia sepanjang tahun (Pola AIB-IGM). Alternatif
gij = nilai matrik pendapat gabungan tingkat ketiga yang muncul adalah pengembangan agroindustri
kepentingan elemen ke-I terhadap elemen ke-j mete skala rumah tangga (home industry) untuk pengacipan
aij = nilai matrik pendapat individu tingkat kepen- sedangkan pengolahan kulit mete untuk dijadikan CNSL
tingan elemen ke-i terhadap elemen ke-j dilakukan oleh pabrikan ditingkat kabupaten sentra
k = individu ke-k (k = 1, 2, …,m) produksi (Pola AIUK). Struktur hirarki dari faktor, aktor
dan obyektif pemotivasi aktor yang dianggap FGD akan
3. Menghitung eigenvalue elemen-elemen pada hirarki dapat mempengaruhi pola pengembangan agroindustri mete
tersebut terhadap elemen-elemen pada hirarki di yang akan dipilih (Gambar 1).
atasnya (Persamaan 2).
80
CHANDRA INDRAWANTO : Penentuan pola pengembangan agroindustri jambu mete
Faktor :
Aktor:
Obyektif:
Alternatif:
81
JURNAL LITTRI VOL. 14 NO. 2, JUNI 2008 : 78 - 86
82
CHANDRA INDRAWANTO : Penentuan pola pengembangan agroindustri jambu mete
Pemerintah
30%
Petani Hasil pendapat pakar tentang tingkat kepentingan
42%
relatif masing-masing alternatif pola pengembangan
agroindustri mete terhadap setiap objektif menunjukkan
pola pengembangan yang bertumpu pada industri besar
Pengusaha
28% yang ditunjang aturan larangan ekspor gelondong mete
(pola AIB-LEG) memiliki pengaruh relatif kuat terhadap
pencapaian objektif terjaminnya suplay bahan baku
Gambar 3. Eigenvalue aktor terhadap agroindustri mete gelondong mete dan tingkat keuntungan agroindustri yang
Figure 3. Eigenvalues of actors on cashew agroindustry tinggi (Tabel 5). Larangan ekspor gelondong akan
menjamin suplay bahan baku gelondong untuk agroindustri
mete dalam negeri. Akan tetapi biaya keterjaminan suplay
Tabel 3. Eigenvalue objektif dari masing-masing aktor
Table 3. Eigenvalues of objectives of each actors
ini akan ditanggung oleh petani berupa makin sempitnya
pasar gelondong sehingga harga gelondong menjadi rendah.
Aktor Objektif Eigenvalue
Actor Obyective Dampak yang dapat ditimbulkan adalah tidak akan
Petani tercapainya objektif petani seperti ditunjukkan pada
Produktivitas tinggi 0,21
Farmer High productivity rendahnya eigenvalue objektif petani pada pola ini.
Harga gelondong mete tinggi 0,24 Pola pengembangan industri mete yang bertumpu
High price of cashew nut
Pendapatan usahatani tinggi 0,38 pada industri skala besar dengan ditunjang usaha untuk
High profit of cashew nut mengimpor gelondong mete dari negara lain yang memiliki
Pasar gelondong mete terjamin 0,17 masa panen yang berbeda (pola AIB-IGM) memiliki
Guarantee market for cashew nut
Pengusaha Suplay bahan baku terjamin 0,29 pengaruh relatif kuat terhadap pencapaian objektif
Entrepreneur Security of supply for raw materials terjaminnya pasar kacang mete, harga kacang mete yang
Pasar kacang mete terjamin 0,09
Guarantee market for cashew nut
tinggi dan perolehan nilai tambah nasional yang meningkat.
Keuntungan agroindustri tinggi 0,43 Melalui impor gelondong mete, industri mete nasional akan
High profit of agro industry smelled dapat beroperasi sepanjang tahun sehingga dapat menjaga
Harga kacang mete tinggi 0,19
High price of cashew nut smelled kesinambungan suplay produk kacang mete yang akan
Pemerintah Lapangan kerja bertambah 0,55 meningkatkan posisi tawar industri mete nasional di pasar
Government Increase of job opportunity internasional. Kondisi ini akan meningkatkan keterjaminan
Nilai tambah industri 0,45
Added value of industry pasar dan harga. Selain itu dengan mengolah gelondong
impor maka nilai tambah akan didapat. Akan tetapi
penambahan suplay gelondong dalam negeri yang berasal
Tabel 4. Eigenvalue objektif terhadap agroindustri mete dari impor akan menurunkan harga gelondong sehingga
Table 4. Eigenvalues of objectives on cashew agroindustry dampak yang dapat ditimbulkan adalah tidak akan
Objektif Eigenvalue tercapainya objektif petani seperti ditunjukkan pada
Objective rendahnya eigenvalue objektif petani pada pola ini.
Produktivitas tinggi 0,09 Pola pengembangan agroindustri mete skala rumah
High productivity tangga untuk pengacipan mete sedangkan pengolahan kulit
Harga gelondong mete tinggi 0,10
High price of cashew nut
mete untuk dijadikan CNSL dilakukan oleh pabrikan
Pendapatan usahatani tinggi 0,16 ditingkat kabupaten sentra produksi (Pola AIUK) memiliki
High profit of cashew nut pengaruh relatif kuat pada seluruh objektif petani dan pada
Pasar gelondong mete terjamin 0,07
Guarantee market for cashew nut peningkatan lapangan kerja. Dengan pola ini maka produk
Suplay bahan baku terjamin 0,08 gelondong akan langsung terserap selama masa panen
Security of supply for raw materials dengan harga yang tinggi karena adanya persaingan antar
Pasar kacang mete terjamin 0,03
Guarantee market for cashew nut smelled industri pengolahan mete skala rumah tangga. Selain itu,
Keuntungan agroindustri tinggi 0,12 banyaknya industri pengacipan skala rumah tangga berarti
High profit of agro industry smelled
Harga kacang mete tinggi 0,06 menambah lapangan pekerjaan baru.
High price of cashew nut smelled
Lapangan kerja bertambah 0,16
Increase of job opportunity
Nilai tambah industri 0,13
Added value of industry
83
JURNAL LITTRI VOL. 14 NO. 2, JUNI 2008 : 78 - 86
84
CHANDRA INDRAWANTO : Penentuan pola pengembangan agroindustri jambu mete
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN ekspor kacang mete terutama kenegara-negara importir
kacang mete yang dekat dengan Indonesia seperti
Australia yang setiap tahun mengimpor sekitar 10.000
Berdasarkan hasil di atas beberapa hal penting ton kacang mete, Jepang (7.000 ton), Uni Emirates
yang dapat dibuat beberapa kesimpulan dan implikasi Arab (6.000 ton) dan Saudi Arabia (4.000 ton).
kebijakan yang diperlukan dalam rangka pengembangan
agroindustri mete yang kuat.
DAFTAR PUSTAKA
Kesimpulan
DARAS, U., R. ZAUBIN, dan R. SURYADI, 2002. Penelitian
pemupukan jambu mete di Propinsi NTB dan NTT.
1. Pola terbaik pengembangan agroindustri mete adalah Kerjasama Proy.P2RWTI/IFAD, Direktorat Jenderal
agroindustri pengacipan mete skala usaha kecil disentra Perkebunan dengan Balai Penelitian Tanaman
produksi mete ditunjang industri pengolahan kulit mete Rempah dan Obat, 2002. 35 pp.
untuk dijadikan CNSL yang dilakukan oleh pabrikan DHALIMI, A., R. ZAUBIN, dan R. SURYADI. 2001. Pengaruh
ditingkat kabupaten sentra produksi. Dengan pola ini dosis dan agihan pemupukan terhadap pertumbuhan
diharapkan seluruh produk gelondong mete dapat dan produktivitas jambu mete. Laporan Teknis
diproses selama 4 bulan masa panen sehingga nilai Penelitian Bag. Proy. Penel. Tanaman Rempah dan
tambah produk yang ada bisa diraih. Obat, APBN TA. 2000. p. 17-26 (Tidak
2. Faktor terpenting dalam pengembangan agroindustri dipublikasikan).
mete adalah ketersediaan bahan baku. Saat ini produksi DITJENBUN. 2006. Statistik Perkebunan Indonesia 2003 –
gelondong mete Indonesia sekitar 125.000 ton pertahun 2005: Jambu Mete. Departemen Pertanian, Jakarta.
dengan masa panen antara bulan Agustus – November p.1 – 45.
(4 bulan). Dengan masa panen yang singkat tersebut, ERIYATNO dan SOFYAR, F. 2007. Riset Kebijakan: Metode
industri pengacipan saat ini tidak sanggup mengolah Penelitian Untuk Pascasarjana. IPB. Press – Bogor.
semua produk yang ada sehingga banyak produk mete 79pp.
INDRAWANTO, C. 1996. Final Report: Eastern Islands
yang diekspor dalam bentuk gelondong. Pembuatan
Smallholder Cashew Development Project (EISCDP
stok untuk dipakai di luar masa panen tentunya tidak
– IFAD). Ditjenbun, Jakarta. 23pp.
ekonomis. Akibatnya pasokan bahan baku di luar masa
INDRAWANTO, C. 2001. Efisiensi Pemasaran dan
panen menjadi sangat langka.
Kelembagaan Mete. Laporan Teknis Penelitian.
3. Aktor terpenting dalam pengembangan agroindustri Balittro, Bogor. p.27-35.
mete adalah petani sedangkan objektif terpenting yang INDRAWANTO, C. 2002. Regional Report: Buton Regency.
harus dipenuhi adalah pendapatan usahatani yang Study on Smallholder Tree Crops Production and
tinggi. Pendapatan usahatani yang tinggi akan Poverty Alleviation – Asem Grant TF 024891.
memotivasi petani meningkatkan produksi metenya Bogor. 37pp.
sehingga pasokan bahan baku terjamin. Hal ini berarti INDRAWANTO, C., S. WULANDARI, dan A. WAHYUDI, 2003.
segala kebijakan harus mendukung pada peningkatan Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi
pendapatan usahatani tersebut. Kebijakan yang keberhasilan usahatani jambu mete di Sulawesi
menekan pendapatan usahatani seperti larangan ekspor Tenggara. Jurnal Penelitian Tanaman Industri.
gelondong mete tentunya akan berakibat buruk pada Puslitbang Perkebunan. Bogor. p.141-147.
pembangunan agroindustri mete. INDRAWANTO, C. 2004. Peningkatan daya saing industri
mete Indonesia melalui pembentukan klaster industri
mete. Perspektif Puslitbang Perkebunan. Bogor. p.
Implikasi Kebijakan
15-23.
MARIMIN. 2004. Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk.
1. Perlu dibangun klaster-klaster agroindustri mete Grasindo. Jakarta. 188 pp.
berbasis usaha kecil pengacipan yang ditunjang SAATY, T.L. 1996. Multicriteria Decision Making: The
industri CNSL di sentra produksi mete. Dengan diba- Analytic Hierarchy Process. RWS Publication,
ngunnya klaster agroindustri ini maka permintaan Pittsburg-USA. 286 pp.
produk gelondong mete akan meningkat yang akan SAID, E.G. 2000. Menguak potensi pengembangan industri
meningkatkan harga gelondong mete dan meningkat- hilir perkebunan Indonesia. Makalah seminar sehari
kan pendapatan usahatani mete. kebijakan industri hilir perkebunan, Jakarta. 14
2. Untuk menjamin pasar dari produk kacang mete yang September 2000. Asosiasi Penelitian Perkebunan
akan dihasilkan maka perlu kebijakan yang mendorong Indonesia, Bogor. 9pp.
85
JURNAL LITTRI VOL. 14 NO. 2, JUNI 2008 : 78 - 86
ZAUBIN, R. dan R. SURYADI. 2000. Beberapa pola rehabilitasi P2RWTI-IFAD. Direktorat Jenderal Perkebunan
jambu mete (Anacardium occidentale) Balai dengan Balittro. 31 pp. (Tidak dipublikasikan).
Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. 9 pp. (Tidak ZAUBIN, R. dan R. SURYADI. 2002. Pengaruh daerah
dipublikasikan). peletakan pupuk dan kedalaman pemupukan serta
ZAUBIN, R., U. DARAS, dan R. SURYADI. 2000. Demonstrasi pemberian mulsa terhadap pertumbuhan dan pro-
plot pemangkasan jambu mete. Penelitian Adaptif duksi tanaman jambu mete. Laporan Hasil Penelitian
Jambu Mete di NTB dan NTT. Kerjasama proyek Th. 2002. Balittro. 14 pp. (Tidak dipublikasikan).
86