Anda di halaman 1dari 11

5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Stroke
2.1.1 Definisi Stroke
Stroke adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh
berhentinya suplai kebagian otak. Stroke dapat terjadi karena iskemia
atau pendarahan. Tempat lesi lebih penting dalam menghasilkan gejala
dan tanda patologis dari pada sifat dan patologi lesi itu sendiri.
Mayoritas lesi yang dipengaruhi konteks motoris bersifat vaskuler dan
berakibat cedera kepala (Faridah, Sukarmin, & Murtini, 2019)

Stroke adalah kerusakan otak akibat berkurangnya aliran darah


ke otak. Penurunan aliran darah ke otak dapat disebabkan oleh
tersumbatnya pembuluh darah di otak. Selain itu juga disebabkan oleh
pecahnya pembuluh darah otak. Ketika aliran darah ke otak berkurang
maka akan terjadi kerusakan sebagian daerah otak. Kerusakan otak ini
menyebabkan berbagai gejala seperti kelumpuhan, wajah tidak
seimbang, kesulitan menelan, lemah dibagian separuh tubuh, kesulitan
berbicara, dan gangguan keseimbangan. Semakin luas bagian otak yg
mengalami kerusakan, maka akan semakin banyak gejala yg dialami
pasien (Dharma, 2018)

2.1.2 Penyebab Stroke

Stroke terjadi karena dua hal yaitu sumbatan dan pecahnya


pembuluh darah di otak. Sumbatan pembuluh darah otak dapat terjadi
karena tumpukan lemak pada dnding pembuluh darah atau akibat
bekuan darah yang terhenti pada pembuluh darah otak. Sedangkan
pecahnya pembuluh darah otak dapat disebabkan oleh tekanan darah
yang sangat tinggi. Kelebihan lemak jahat dalam tubuh dapat menempel
pada dinding pembuluh darah. Dalam jumlah besar yang bisa
menyumbat pembuluh darah di otak menyebabkan kerusakan jaringan
otak sehingga menimbulkan gejala stroke. Sedangkan tekanan darah
tinggi, dapat menyebabkan pecahnya pebuluh darah di otak. Sehingga
6

memenuhi ruang otak yang menyebabkan kerusakan dan kematian


jaingan otak (Dharma, 2018)
2.1.3 Klasifikasi Stroke
Para beberapa ahli mengklasifikasikan stroke menjadi beberapa
macam. Pengklasifikasian tersebut ada yang berdasarkan gambaran
klinis, patologi anatomi, sistem pembuluh darah dan stadiumnya. Dasar
klasifikasi stroke terdapat perbedaan pendapat karena disetiap jenis
stroke mempunyai cara pengobatan, cara pncegahannya, dan prognosis
yang berbeda, walaupun patogenesisnya serupa.
Klasifikasi modifikasi Marshall untuk stroke adalah sebagai
berikut.
I. Berdasarkan patologi anatomi dan penyebabnya :
1. Stroke Iskemik
a. Emboli serebri
b. Trombosis serebri
c. Transient Ischemic Attack
2. Stroke Hemoragik
a. Pendarahan subarakhnoid
b. Pendarahan intraserebral
II. Berdasarkan stadium/pertimbangan waktu :
1. Transient Ischemic Attack
2. Stroke in Evolution
3. Completed Stroke
III. Berdasarkan sistem pembuluh darah :
1. Sistem Karotis
2. Sistem vertebro-basiler (Hidayah, Totok punggung “ (TOPUNG)
untuk penderita Stroke yang Mengalami Gangguan Mobilitas Fisik,
2019)

2.1.4 Gejala Stroke


Berikut ini beberapa tanda dan gejala serangan stroke, yaitu:
a. wajah tidak simetris
7

b. ekstermitas lemah atau tidak dapat digerakkan yang terjadi secara


tiba-tiba
c. sulit berbicara atau bicara pelo
Gejala lainnya seperti pusing yang brat, muntah bahkan sampai
terjadinya penurunan kesadaran, pingsan dan tiba-tiba terjatuh (Dharma,
2018)

2.1.5 Patofisiologi Stroke


Gangguan suplai aliran darah otak dapat terjadi dibagian mana
saja dalam arteri-arteri yang membentuk sirkulus: arteri karotis interna
dan sistem vertebrobasilar atau semua cabang-cabangnya. Secara
umum, apabila aliran darah ke jaringan otak terputus selam 15 -20
menit, akan terjadi infark atau kematian jaringan. Proses patologi yang
mendasari mungkin salah satu dar berbagai proses yang terjadi di dalam
pembuluh darah yang memperdarahi otak. Patologinya berupa
a. Keadaan penyakit pada pembuluh itu sendiri, seperti pada
ateroskerosis dan trombosis, robeknya dinding pembuluh atau
peradangan
b. Berkurangnya perfusi akibat gangguan status aliran darah, misalnya
syok dengan gangguan aliran darah akibat bekuan atau embolus
infeksi yang berasal dari jantung
c. Ruptur vaskular didalam jaringan otak atau ruang subaraknoid
(Hidayah, Totok punggung untuk penderita stroke yang mengalami
gangguan mobilitas fisik, 2019)
8

2.1.6 Pathway

Otak

Aterosklerosis Trombosis

Arteri sel otot polos

Emboli

Kumpulan
Plakaterosklerosis

Elastisitas akan
Kurang dapat mengatur
menghilang
tekanan darah

Hipertensi Penyakit Stroke


jantung

2.1.7 Pemeriksaan Penunjang


a. Angiografi Serebral
Membantu untuk menentukan penyebab stroke secara
spesifik seperti pendarahan, sumbatan arteri, oklusi/ruptur.
b. Elektro Encefalography
Menemukan masalah didasarkan pada gelombang otak atau
mungkin memperlihatkan daerah kerusakan yang spesifik
c. Sinar X tengkorak
Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah
yang berlawanan dari masa yang luas, kalsifikasi karotis interna
terdapat pada trobus serebral. Klasifikasi parsial dinding, aneurisma
pada pendarahan sub arachnoid.
9

d. Ultrasonography Doopler
Mengidentifikasi penyakit arteriovena(masalah sistem
arteri/aliran darah/muncul plaque/ arterosklerosis
e. CT-Scan
Memperlihatkan adanya edema, hematoma, iskemia dan
adanya infark
f. MRI
Menunjukkan adanya tekanan anormal dan biasanya ada
trombosit, emboli dan TIA, tekanan, tekanan meningkat dan cairan
mengandung darah menunjukka hemoragi sub arachnois/ pendarahan
intrakranial
g. Pemeriksaan foto thorax
Dapat memperlihatkan keadaan jantung, apakah terdapat
pembesaran ventrikel kii yg merupakan salah satu tanda hipertensi
kronis pada penderita stroke, menggambarkan perubahn kelenjar
lempng pineal daerah berlawanan dari massa yang meluas
h. Pemeriksaan Laboratorium
1. Pungsi lumbal
tekanan normal biasanya ada trombosis, embioli dan TIA.
Sedangkan tekanan yang meningkat dan cairan yg mengandung
darah menunjukkan adanya pendarahan subarachnoid atau
intrakranial. Kadarprotein total meningkat pada kasus trombosis
sehubungan dengan proses inflamasi
2. Pemeriksaan darah rutin
3. pemeriksaan kimia darah
Pada stroke akut dapat terjadi hipeglikemia. Gula darah
darah dapat mencapai sebesar 250 mg dalam serum dan kemudian
berangsur-angsur turun kembali (Nugroho, 2015)

2.1.8 Pencegahan Stroke


Pencegahan pada stroke dapat dilakukan dengan menjalankan
gaya hidup sehat dengan cara, antara lain:
1. Berhenti merokok
10

2. Manipulasi diet (rendah lemak hewani, rendah garam, menghindari


konsumsi alkohol yg berlebihan)
3. Olahraga dengan rutin
4. Mengusahakan mempertahankan berat badan ideal
5. Mengubah gaya hidup
6. Penggunaan obat-obatan penurun kolesterol
7. Rutin mengontrol tekanan darah (Wijaya & Putri, 2013)

2.1.9 Komplikasi Stroke


1. Berhubungan dengan immobilisasi pada stroke
a. Infeksi pernafasan
b. Nyeri yang berhubungan dengan daerah yang tertekan
c. Konstipasi
d. tromboflebitis
2. Berhubungan dengan mobilisasi
a. Nyeri pada daerah punggung
b. Dislokasi sendi
c. Berhubungan dengan kerusakan otak
d. Epilepsi
e. Hidrosifalus
f. kraniotomi
g. Sakit kepala (Wijaya & Putri, 2013)

2.1.10 Penatalaksanaan Stroke


1. Penatalaksanaan Umum
a. Posisi Kepala dan badan diatas 20-30 derajat, posisi lateral
dekubitus bila disertai muntah. Oleh dimulai mobilisasi bertahap
bila hemodinamik stabil
b. Bebaskan jalan nafas dan usahakan ventilasi adekuat bila perlu
berikan oksigen 1-2 liter/menit bila ada hasil gas darah
c. Kandung kemih yang penuh dikosongkan dengan kateter
d. Suhu tubuh harus dipertahankan
11

e. Nutrisi peroral hanya boleh diberikan setelah tes fungsi menelan


baik. Bila terhadap gangguan menelan atau pasien yang kesadaran
menurun, dianjurkan memakai NGT
f. Mobilisasi dan rehabilitasi dini jika tidak ada kontraindikasi
2. Penatalaksanaan Medis
a. Trombolitik (Streptokinase)
b. Anti Patelet/ anti trombolitit (asetosol, ticlopidin, clostazol, dan
dipiridamol )
c. Antikoagulan (heparin)
d. Hemorrhagea (pentoxifilyn)
e. Antagonis serotonin (noftidrofuryl)
f. Antagonis calcium (nomodipin,piracetam)
3. Penatalaksanaan Khusus
a. Atasi kejang (anti konvulsan)
b. Atasi tekananan intracranial yang meninggi 9 manitol, gliserol,
furosemide, intubasi, steroid dan lain-lain.
c. Atasi dekompresi (kraniotomi)
d. Untuk pelaksanaan faktor resiko
1. Atasi hipertensi (anti hipertensi )
2. Atasi hiperglikemia (anti hiperglikemia )
3. Atasi hiperurisemia (anti hiperurisemia) (Wijaya & Putri,
2013)

2.2 Pengalaman
Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami melalui
pikiran dan penalaran untuk menghasilkan kesimpulan bagi pengetahuan.
Pengalaman juga merupakan sumber yang sangat penting bagi
pengetahuan (Maulidi, 2017)

2.3 Manajemen Stres


Manajemen stres adalah tindakan mengelola gaya hidup, emosi,
pikiran, dan cara menangani masalah kehidupan yang terus meningkat.
12

Tujuan manajemen stres sendiri untuk memperbaiki kualitas hidup


individu agar menjadi lebih baik (Hartanti, Saudah, & Prameswari, 2019)

2.3.1 Manajemen
Manajemen adalah kemampuan untuk mengatur,
membimbing dan memimpin dengan memanfaatkan sumber daya
manusia dan sumber daya lainnya secara efektif dan efisien untuk
mencapai tujuan tertentu. Unsur penting dalam manajemen yaitu
manusia, uang, material, mesin, metode, dan pasar. Kegunaan
manajemen yaitu untuk mencapai tujuan, menjaga keseimbangan
antara tujuan-tujuan yang saling bertentangan, mencapai
efisiensi,mencapai efektivitas, memaksimalkan dan
mengoptimalkan usaha (Laraswati, 2018)
2.3.2 Stres
Stres adalah kondisi yang dihasilkan ketika transaksi
individu-lingkungan menuntunnya dalam menghayati kesenjangan
antara tuntutan situasi dengan sumber daya biologis, psikologis,
dan sistem sosialnya (Purwoko, 2018)
2.3.2.1 Gejala Stres
a) kenaikan tensi
b) cepat tersinggung
c) mudah marah
d) gelisah dan berubah selera
e) nafsu makan hilang atau bertambah secara tidak wajar
f) tidak bisa berkonsentrasi penuh (Sumarna, Sumarni, &
Rosidin, 2018)
2.3.2.2 Dampak Stres Terhadap Individu
1. Dampak fisiologik
Secara umum orang yang stres mengalami
sejumlah gangguan fisik seperti: mudah masuk angin,
mudah pening-pening, kejang otot (kram), mengalami
kegemukan atau menjadi kurus yang tidak dapat
13

dijelaskan, juga bisa menderita penyakit yang lebih


serius seperti cardiovaskuler, hipertensi dan lain-lain.
2. Dampak Psikologik
Dampak psikologiknya, antara lain:
a. keletihan emosi, jenuh, penghayatan ini merupakan
tanda pertama dan punya peran sentral bagi
terjadinya “Burn-out”
b. terjadi depersonalisasi: dalam keadaan stress
berkepanjangan, seiring dengan keletihan emosi, kita
dapat melihat ada kecenderungan yang bersangkutan
memperlakukan oranglain sebagai „sesuatu‟
ketimbang ‟seseorang‟
c. Pencapaian pribadi yang bersangkutan menurun,
sehingga berakibat pula menurunnya rasa kompeten
dan rasa sukses
3. Dampak Perilaku
Dampak perilakunya, seperti:
a. Ada kalanya stress menjadi distress, prestasi belajar
menurun, dan sering terjadi tingkah laku tidak
diterima masyarakat
b. level stres yang cukup tinggi berdampak negatif
pada kemampuan mengingat informasi, mengambil
langkah yang tepat, dan mengambil keputusan
c. Pelajar atau mahasiswa yang mengalami stres berat
seringkali banyak membolos atau tidak aktif
mengikuti kegiatan pembelajaran
2.3.2.3 Faktor-Faktor Penyebab Stres
Beberapa faktor penyebab stres secara luas menurut
Kundarag dan Kadakol (2015), yaitu:
1) Faktor lembaga atau organisasi
Faktor lembaga atau organisasi antara lain
seperti; pekerjaan pribadi, kondisi kerja fisik yang buruk,
14

kelebihan beban kerja, tekanan waktu, jam kerja yang


panjang, ketidakstabilan pekerjaan dan kejelasan
pekerjaan
2) Faktor Kepribadian
Faktor Kepribadian seperti; usia, seks, sakit
kepala, pengambilan keputusan, dan depresi
3) Faktor Interaksi Keluarga dan pekerjaan
Faktor Interaksi Keluarga dan pekerjaan seperti;
tuntutan keluarga, fleksibilitas kerja, tekanan di tempat
kerja, dukungan ditempat kerja, kehidupan kerja dan
keluarga (Labola, 2018)

2.3.2.4 Solusi Untuk Mengatasi Stres


a. Melakukan perencanaan dengan aktif
Individu dianjurkan membuat perencanaan dengan
menentukan target dan tujuan. Sehingga ketika terjadi hal
yang diluar perencanaan, individu telah siap dan mampu
memecahkan masalah dengan baik.
b. Fokus untuk mengatasi masalah
Individu harus menghindari perilaku yang tidak
berkaitan dengan masalah. Cara mengatasi masalah yaitu;
berserah diri kepada Allah, berdoa dengan penuh
keyakinan bahwa setiap masalah memiliki solusi, temukan
akar permasalahannya, tidak membesar-besarkan masalah,
berpikir positif tentang hal apapun, dan mengevaluasi diri
sendiri.
c. Meraih dukungan sosial
Dukungan sosial sangatlah penting untuk individu
yang mendapatkan masalah, entah itu masalah sosial,
ekonomi, fisik, psikologis. Sehingga, membutuhkan
orang-orang terdekat untuk membantu dan mengatasi
permasalahannya.
d. Menumbuhkan percaya diri
15

Cara terbaik untuk menumbuhkan rasa percaya diri


yaitu dengan cara bergaul dengan orang-orang yang tepat,
murah senyum, menolak kritikan orang lain yang tak
sesuai, dan memiliki pengetahuan yang berlebih. (Idris,
2018)

Anda mungkin juga menyukai